• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ALAT UJI REM PORTABEL Kecepatan Rata-Rata dan Kecepatan Sesaat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II ALAT UJI REM PORTABEL Kecepatan Rata-Rata dan Kecepatan Sesaat"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

7

Dalam merealisasikan alat uji rem portabel diperlukan dasar teori untuk menunjang agar didapatkan hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan alat uji rem portabel.

2.1. Kecepatan Rata-Rata dan Kecepatan Sesaat

Kecepatan merupakan laju perubahan posisi. Kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai perbandingan antara perpindahan x dan selang waktu tt2t1 :[5]

1 2 1 2 t t x x t x

v

rata rata          

(2.1) Keterangan :

v

rata rata

 = kecepatan rata-rata (m/s) x = perubahan jarak (m) Δt = perubahan waktu (s)

Kecepatan sesaat adalah limit rasio x/Δt mendekati nol. Didefinisikan sebagai

berikut : dt x d t x v t sesaat         

lim

0 (2.2)

Keterangan : vsesaat = kecepatan sesaat (m/s)

2.3. Percepatan Rata-Rata dan Percepatan Sesaat

Percepatan adalah perubahan kecepatan dalam satuan waktu tertentu yang nilainya positif. Sedangkan perlambatan adalah percepatan dengan nilai negatif. Percepatan rata-rata untuk selang waktu tt2t1 didefinisikan sebagai rasio Δ v/ Δt, dengan vv2 v1 adalah kecepatan sesaat untuk selang waktu tersebut : [5]

(2)

t v arata rata       (2.3)

Keterangan : aratarata: percepatan rata-rata/ perlambatan rata-rata (m/s²)

v

 : perubahan kecepatan (m/s) Δt : perubahan waktu (s)

Percepatan sesaat adalah limit rasio Δv/Δt dengan Δt mendekati nol.

t v a t sesaat       0 lim (2.4)

Keterangan : asesaat = percepatan sesaat/ perlambatan sesaat (m/s²)

2.4. Gaya Penginjakan Rem dan Gaya Perlambatan Kendaraan

Gaya penginjakan pengereman adalah besarnya gaya yang diberikan pada kendali rem pada kendaraan. Didefinisikan sebagai :[6]

rata rata a m dt v d m F      . . (2.5) Keterangan : F = gaya kendali rem (Newton)

m = massa kendaraan (kg)

a = percepatan rata-rata kendaraan (m/s²)

Selain gaya injak rem, ada juga gaya perlambatan kendaraan yang ditentukan oleh tahanan selip. Selip terjadi karena adanya gesekan antara roda dan permukaan jalan. Didefinisikan sebagai : [6]

F = µW (2.6)

Keterangan : F = gaya perlambatan kendaraan (Newton)

µ = koefisien gesekan antara ban dan permukaan jalan

(3)

sehingga nilai µ didapat dari hasil subtitusi Persamaan (2.5) dan Persamaan (2.6) : g a   (2.7)

Keterangan : µ = koefisien gesekan antara ban dan permukaan jalan

a = percepatan kendaraan (m/s²) g = percepatan gravitasi ≈ 9.806 m/s²

2.5. Jarak Pengereman

Jarak pengereman merupakan jarak perlambatan kendaraan saat rem mulai diinjak hingga pada posisi berhenti. Didefinisikan sebagai berikut : [7]

 

  a dt dt s ( ( rata rata) )   (2.8)

Keterangan : s = jarak pengereman(m)

aratarata = perlambatan kendaraan (m/s)

Gambar 2.1 Jarak Pengereman [10]

2.6. Efisiensi Rem

Efisiensi rem merupakan koefisien yang menunjukkan seberapa maksimal kerja rem kendaraan. Semakin besar nilai efisiensinya, maka fungsi rem semakin baik.

Tingkat efisiensi rem suatu kendaraan dapat diukur :

(4)

100% . . x g m a m ratarata   % 100 x g aratarata   (2.10)

Keterangan : µ = efisiensi rem (%)

aratarata = perlambatan kendaraan (m/s) g = percepatan gravitasi ≈ 9.806 m/s²

Sehingga dapat dikatakan bahwa efisiensi rem adalah koefisien batas gesekan antara ban dan permukaan jalan (µ).[6]

2.7. Mikrokontroler Atmega32

Mikrokontroler ATMega32 merupakan IC (Integrated Circuit) mikrokontroler buatan Atmel Corporation. Mikrokontroler ATMega32 mempunyai fasilitas–fasilitas sebagai berikut :

1. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C dan Port D. 2. ADC 10 bit sebanyak 8 saluran.

3. Tiga buah timer/counter dengan kemampuan pembandingan. 4. CPU yang terdiri atas 32 buah register.

5. Watchdog timer dengan osilator internal.

6. SRAM sebesar 2 KB.

7. Memori flash sebesar 32 KB dengan kemampuan Read While Write. 8. Unit interupsi internal dan eksternal.

9. Port antarmuka SPI.

10. EEPROM sebesar 1024 B yang dapat diprogram saat operasi. 11. Antarmuka komparator analog.

(5)

Konfigurasi pin ATMega32 bisa dilihat pada Gambar 2.2 dan dapat dijelaskan secara fungsional konfigurasi pin ATMega32 sebagai berikut:

1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan catu daya. 2. GND merupakan pin ground.

3. Port A (PA0..PA7) merupakan pin I/O dua arah dan pin masukan ADC.

4. Port B (PB0..PB7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu

Timer/Counter, komparator analog dan SPI.

5. Port C (PC0..PC7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu komparator analog dan timer oscilator.

6. Port D (PD0..PD7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu komparator analog, interupsi eksternal dan komunikasi serial.

7. RESET merupakan pin yang digunakan untuk mereset mikrokontroler.

8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal.

9. AVCC merupakan pin masukan tegangan ADC.

10. AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC.

(6)

2.8. LCD (Liquid Crystal Display)

Modul LCD yang digunakan pada skripsi ini adalah LCD karakter 20 kolom x 4 baris. LCD ini melakukan operasi baca atau tulis melalui 3 jalur control word (RS, R/W, E) dan 8 jalur data bus yang bekerja pada tegangan +5VDC. Tabel 2.1 menunjukkan pin keluaran dari modul LCD karakter.

Tabel 2.1 Konfigurasi Pin LCD

Pin No. Symbol Level Description

1 Vss 0V Ground

2 Vdd 5.0V Supply Voltage for logic

3 VO (Variable) Operating voltage for LCD

4 RS H/L H: Data, L: Instruction code

5 R/W H/L H: Read, L: Write

6 E H,H→L Chip enable signal

7 DB0 H/L Data bit 0 8 DB1 H/L Data bit 1 9 DB2 H/L Data bit 2 10 DB3 H/L Data bit 3 11 DB4 H/L Data bit 4 12 DB5 H/L Data bit 5 13 DB6 H/L Data bit 6 14 DB7 H/L Data bit 7 15 A 4.2V-4.6V LED + 16 K 0V LED -

2.9. RTC (Real Time Clock)

Perancangan untuk modul Real Time Clock (RTC) menggunakan IC RTC

DS1307. Gambar 2.5 adalah Konfigurasi Pin DS 1307. Pin X1 dan X2 adalah pin yang

terhubung dengan Kristal eksternal. Kristal ini merupakan pembangkit sinyal untuk mendukung kerja DS 1307. Nilai Kristal yang digunakan adalah 32,768 kHz.

Pin Vbat adalah pin yang terhubung dengan baterai yang berfungsi sebagai catu daya cadangan apabila catu daya utama IC DS1307 (VCC, pin 8) mati. Ketika catu daya mati, baterai ini akan tetap menjaga IC DS1307 bekerja.

Pin SDA dan SCL ini adalah pin yang dihubungkan dengan mikrokontroler sebagai jalur data dan jalur clock. Komunikasi antara dua IC ini menggunakan dua kabel

(7)

(two wire bidirectional ). Untuk pin SDA DS1307 terhubung dengan pin PORTB.0/SDA dan untuk pin SCL DS1307 akan terhubung dengan pin PORTB.1/SCL pada mikrokontroler.

Gambar 2.3 Konfigurasi Pin DS 1307

Gambar 2.4 Untai Modul RTC

2.10. Sensor Accelerometer

Akselerasi atau percepatan merupakan suatu perubahan kecepatan terhadap waktu. Bertambahnya suatu kecepatan dalam suatu rentang waktu disebut juga sebagai percepatan (acceleration). Kebalikan dari percepatan adalah perlambatan

(deceleration), yakni berkurangnya kecepatan dalam suatu rentang waktu dibanding

dengan kecepatan sebelumnya. Percepatan merupakan besaran vektor karena merupakan penurunan dari kecepatan yang merupakan besaran vektor sehingga percepatan bergantung pada arah.

(8)

Accelerometer merupakan sensor percepatan, sensor ini mengukur percepatan

akibat pengaruh gravitasi bumi dan dapat mengukur percepatan akibat gerakan benda yang melekat padanya.

2.10.1. Accelerometer LIS3LV02DL

Sensor accelerometer yang digunakan adalah LIS3LV02DL buatan

STmicroelectronics yang mempunyai 3 axis (x, y, z) pengukuran dengan output data

digital yang linier (±2g - ±6g) . Antar muka yang digunakan dapat berupa two-wire

interface - I²C (Inter-Integrated Circuit) atau SPI (Serial perihperal Interface).

Konfigurasi pin accelerometer dapat dilihat pada Gambar 2.5 :

Gambar 2.5 Konfigurasi Pin LIS3LV02DL Tabel 2.2 Karakteristik Sensor LIS3LV02DL

Simbol Parameter Tes Kondisi Minimal Ideal Maksimal Satuan

FS Jangkauan Pengukuran Set bit FS ke 0 ±1,7 ±2,0 g Set bit FS ke 1 ±6,0 ±6,0 Dres Resolusi sensor Full scale ±2g ODR =40 Hz 1,0 mg Full scale ±2g ODR =160 Hz 2,0 Full scale ±2g ODR =640 Hz 3,9 Full scale ±2g ODR =2560 Hz 15,6 So Sensitivitas Full scale =±2g 12 bit representasi data 920 1024 1126 LSb/g Full scale =±6g 12 bit representasi data 306 340 374

(9)

Karakteristik dari sensor LIS3LV02DL yang berupa measurement range, device

resolution, dan sensitivity dapat dilihat pada Tabel 2.2. Dari Tabel 2.2 juga dapat

diketahui bahwa Accelerometer LIS3LV02DL mempunyai range pengukuran g dari ±2g s.d. ±6g. Untuk menghasilkan output sensitifitas yang tinggi, maka sensitifitasnya diatur sebesar ±2g dengan 12 bit representation sehingga menghasilkan output 920 LSB/g pada minimalnya dan menghasilkan output 1126 LSB/g pada maksimalnya. Resolusi dari sensor accelerometer jika menggunakan ODR (Output Data Rate) sebesar 40 Hz saat full scale ±2g, akan memiliki resolusi sebesar 1,0 mg (miligravitasi)[9].

2.10.2. Konsep accelerometer LIS3LV02DL

Pada intinya, accelerometer LIS3LV02DL terdiri dari dua permukaan sel mesin mikro yang bersifat kapasitif atau disebut juga g-cell. Struktur mekanik g-cell terbuat dari bahan semikonduktor (polysilicon) dan dapat dimodelkan sebagai sepasang sinar yang terpancarkan pada suatu benda yang bergerak diantara dua sumber sinar tetap. Benda tersebut akan bergerak ketika ada percepatan. Karena sinar terpancarkan pada benda bergerak tadi, maka jarak antara benda dengan sumber sinar tetap pada satu sisi akan bertambah sejumlah berkurangnya jarak pada sisi yang lain. Hal ini menyebabkan berubahnya nilai masing-masing kapasitor yang dapat dirumuskan pada Persamaan (2.12).

(2.11)

Keterangan : C = nilai kapasitor (farad)

A = luas bidang yang dipancari sinar ( m²)

D = jarak antara sinar tetap dan benda yang bergerak(m)

= Permitifitas dielektrik

(10)

Gambar 2.6 Model Sederhana Transduser g-Cell

2.10.3 Ilustrasi Accelerometer

Untuk memahami lebih jelas tentang accelerometer, maka digunakan ilustrasi gambar bola yang menggambarkan percepatan sebuah accelerometer[8]. Gambar 2.7 s.d Gambar 2.10 adalah ilustrasi accelerometer yang digambarkan dalam bentuk bola.

Gambar 2.7 Ilustrasi Accelerometer X= 0g,Y= 0g,Z= 0g

(11)

Gambar 2.9 Ilustrasi Accelerometer X= 0g,Y= 0g,Z= -1g

Gambar 2.10 Ilustrasi Accelerometer X= -0.71g,Y= 0g,Z= -0.71g

Ilustrasi accelerometer juga bisa digambarkan dalam bentuk vektor dapat dilihat pada Gambar 2.11.

(12)

Dari ilustrasi vektor dapat diketahui bahwa :

cos(Axr) = Rx / R (2.12)

cos(Ayr) = Ry / R (2.13)

cos(Azr) = Rz / R (2.14)

√ (2.15)

Dari persamaan diatas bisa diketahui sudutnya yaitu :

Axr = arccos(Rx/R) (2.16) Ayr = arccos(Ry/R) (2.17) Azr = arccos(Rz/R) (2.18) cosX = cos(Axr) = Rx / R (2.19) cosY = cos(Ayr) = Ry / R (2.20) cosZ = cos(Azr) = Rz / R (2.21)

Rumus triplet ini sering disebut direction cosine dan juga bisa direpresentasikan dalam persamaan :

√ (2.22)

2.10.4 Metode Integral dengan Pendekatan Trapezoidal

Data yang dihasilkan oleh accelerometer adalah berupa data percepatan. Untuk memperoleh data kecepatan dan jarak, maka diperlukan proses integral seperti pada persamaan :

⃗⃗ ∫ ⃗⃗ (2.23)

⃗ ∫ ∫ ⃗⃗ (2.24)

Keterangan : = kecepatan accelerometer (m/s) = percepatan(m/s²)

(13)

Proses pengintegralan sinyal dengan pendekatan luas trapesium dapat dilihat pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12 Metode Penghitungan Secara Trapezoidal [10]

Untuk menghitung luas area digunakan persamaan :

(2.25)

Keterangan : = Luas area ke-n = sample data ke-n = sample data ke- (n-1)

T = Waktu sampling (s)

2.11. Sensor FlexiForce

Sensor flexiforce merupakan sensor gaya (force) atau beban (load), sensor ini berbentuk printed circuit yang sangat tipis dan fleksibel. Sensor flexiforce sangat mudah diimplementasikan untuk mengukur gaya tekan antara dua permukaan dalam berbagai aplikasi. Sensor flexiforce dibuat dari dua lapis pilimida. Pada setiap lapisan terdiri dari bahan konduktif (perak) dan diikuti oleh lapisan tinta yang sensitif terhadap tekanan dan kemudian digunakan untuk laminasi dua lapisan substrat yang bersama-sama membentuk gaya sensor. Gambar 2.13 adalah gambar konstruksi sensor flexiforce [11].

(14)

Gambar 2.13 Konstruksi Sensor Flexiforce

2.11.1. Prinsip Kerja Sensor Flexiforce

Sensor flexiforce bersifat resistif dan nilai konduktansinya berbanding lurus dengan gaya/beban yang diterimanya. Semakin besar beban yang diterima sensor

flexiforce, maka nilai hambatan output-nya akan semakin menurun, namun jika besar

beban yang diterima semakin kecil, maka nilai hambatan outputnya akan semakin membesar. Pada keadaan tanpa beban, resistansi sensor ini sebesar kurang lebih 20M ohm. Ketika diberi beban maksimum, resistansi sensor akan turun hingga kurang lebih 20k ohm.

Sensor flexiforce yang digunakan yaitu seri A-201-H buatan Tekscan yang bisa mengukur gaya hingga 112,40 lbs (500 N). Gambar 2.14 adalah gambar grafik hubungan resistansi dan konduktansi flexiforce, sedangkan Gambar 2.15 adalah gambar sensor flexiforce.

(15)

Gambar 2.14 Grafik Hubungan Resistansi Dan Konduktansi Flexiforce [11]

Gambar 2.15 Sensor FlexiForce

Antarmuka yang digunakan untuk berkomunikasi dengan mikrokontroler adalah melalui ADC (Analog to Digital Converter) yang sudah ada pada internal mikrokontroler ATMega32. ATMega32 merupakan tipe AVR yang telah dilengkapi dengan 8 saluran ADC internal dengan fidelitas 10 bit. Mode yang digunakan adalah mode free running, yang memungkinkan pengkonversiannya hanya sekali. Masukan analog ADC tegangan harus lebih besar dari 0 V dan lebih kecil daripada tegangan referensi. Masukan ADC dihubungkan dengan konfigurasi potensio yang dihubungkan dengan VCC dan GND untuk memperoleh rentang masukan analog ADC dari 0 volt sampai 5 volt. Untuk hasil kalkulasi, ADC dapat diperoleh dengan persamaan berikut :

(16)

Hasil konversi ADC = (Vin/Vreff) x 1023 (2.26)

Keterangan : Vin = tegangan masukan Vreff = tegangan referensi

1023d = rentang output ADC 10bit

Gambar

Gambar 2.1 Jarak Pengereman  [10]
Gambar 2.2  Pin ATMega32
Tabel 2.1 Konfigurasi Pin LCD
Gambar 2.4 Untai Modul RTC
+7

Referensi

Dokumen terkait

Angka yang positif tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak pasokan bahan baku yang dimiliki oleh pengrajin songkok, semakin besar pula kemungkinan pengrajin

Hasil kajian lepas menyarankan supaya aspek pengurusan sosio-emosi PPB diberi perhatian kerana ketidakselarasan di antara perkembangan kognitif dengan

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL PURWOCENG ( Pimpinella pruatjan Molk ) TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI

Untuk mendirikan atau menjalankan sutu usaha diperlukan sejumlah modal (uang) dan tenaga (keahlian). Modal juga diperlukan untuk membiayai operasi usaha pada

Tujuan dari proyek ini adalah untuk mengembangkan SIG berbasis web yang diimplementasikan untuk mengetahui kerentanan bahaya banjir dalam hal memberi informasi tentang

Ketiga, Persepsi Suku Anak Dalam tentang hutan dilihat dari segi mata pencaharian, hutan tempat mereka bekerja baik untuk dimakan sendiri maupun untuk dijual,

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, dzat yang Maha Agung yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, ilmu, dan berbagai nikmat yang tiada