1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan teknologi informasi disadari telah memberikan dampak positif terhadap perkembangan hukum bisnis, terutama sejak dikembangkannya internet (interconnection networking). Pada mulanya jaringan internet hanya dapat digunakan oleh lingkungan pendidikan (perguruan tinggi) dan lembaga penelitian. Pada tahun 1995 internet dapat digunakan untuk publik. Untuk lebih memudahkan masyarakat tim Berners-Lee mengembangkan aplikasi World Wide Web (WWW). Dengan dibukanya internet dan WWW
ini membuat munculnya aplikasi-aplikasi bisnis internet.1
Setelah internet terbuka bagi masyarakat luas, internet mulai digunakan juga untuk kepentingan perdagangan. Ada dua hal yang mendorong kegiatan perdagangan dalam kaitannya dengan kemajuan teknologi yaitu meningkatnya permintaan atas produk-produk
teknologi itu sendiri dan kemudahan untuk melakukan transaksi perdagangan.2 Dengan
adanya internet kegiatan perdagangan dapat dilakukan secara elektronik, atau yang lebih dikenal dengan electronic-commerce (e-commerce). Kehadiran aplikasi-aplikasi bisnis internet membuat para pelaku usaha semakin ekstensif menggunakannya sebagai suatu lorong atau jaringan penghubung aktivitas perdagangan.
Sebagai suatu perdagangan yang berbasis teknologi cangih, e-commerce telah mereformasi perdagangan konvensional di mana interaksi antara konsumen dan perusahaan yang sebelumnya dilakukan secara langsung menjadi interaksi yang tidak langsung.
1 Budi raharjo, pernak pernik peraturan dan pengaturan cyberspace di indonesia,
https://behard.files.wordpress.com/2011/01/draft-buku-cyberlaw.pdf, diakses kamis, 22 maret 2018 jam 21:21
2
Agus Raharjo, cybercrime: pemahaman dan upaya pencegahan kejahatan berteknologi, cetakan l,
2
commerce telah mengubah paradigma bisnis klasik dengan menumbuhkan model-model interaksi antara produsen dan konsumen di dunia virtual. Sistem perdagangan yang dipakai dalam e-commerce ini dirancang untuk menandatangani secara elektronik. Penandatanganan elektronik ini dirancang mulai dari saat pembelian, pemeriksaan dan pengiriman. E-commerce akan membantu para pihak dalam memanfaatkan secara maksimal baik waktu maupun biaya.
Dalam transaksi elektronik perjanjian yang digunakan oleh para pihak yaitu melalui sistem elektronik, dimana para pihak tidak saling bertemu langsung. Berbeda dengan kontrak konvensional di dunia nyata (offline) yang umumnya dibuat di atas kertas dan disepakati oleh kedua belah pihak secara langsung dan bertatap muka. Kontrak elektronik, meskipun berbeda bentuk fisik dengan kontrak konvensional, namun keduanya tunduk pada aturan hukum kontrak/hukum perjanjian/hukum perikatan. Kedua jenis kontrak tersebut juga harus memenuhi syarat sah perjanjian dan asas-asas perjanjian. Disamping itu, meskipun kontrak elektronik kebanyakan berbentuk kontrak standar (kontrak baku) yang sudah ditentukan oleh pihak penjual, kontrak standar tersebut tidak boleh melanggar Undang-undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindaungan Konsumen.
Ketersediaan informasi yang benar dan akurat merupakan suatu persyaratan yang
mutlak. Permasalahan akibat liberalisasi perdagangan muncul dalam bentuk
pengaduan/komplain dari konsumen atas barang atau jasa yang dikonsumsinya. Aspek negatif dari pengembangan e-commerce ialah berkaitan dengan persoalan keamanan dalam bertransaksi dengan menggunakan media e-commerce, munculnya bentuk penyelewengan-penyelewengan yang cenderung merugikan konsumen dan menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam melakukan transaksi e-commerce.
Dalam perjanjian transaksi e-commerce untuk bisa dikatakan sah menurut hukum di indonesia, maka harus memenuhi syaratnya suatu perjanjian. Yaitu kesepakatan telah tercapai
3
pada saat konsumen meng-klik “setuju”, pengisian data diri oleh konsumen sehingga dapat diketahui kecakapannya, objek tertentu yang ditawarkan, perjanjian dapat dibaca sehingga dapat diketahui isi dari perjanjian itu sebagai suatu sebab yang halal. Dalam perjanjian produk yang dijual harus terjamin kualitasnya dan website telah memenuhi standarisasi hukum perjanjian di indonesia yang di dasarkan itikad baik. Website harus memberikan informasi yang jelas mengenai produk yang dijual, baik mengenai kondisi, harga, garansi, cara pembayaran maupun hak dan kewajiban para pihak yang melakukan transaksi.
Jika kesepakatan itu diberikan secara tertulis, maka kita berhadapan dengan kontrak atau perjanjian yang tertulis pula. Sebaliknya, jika kesepakatan itu diberikan secara lisan, kita berhadapan dengan suatu kontrak lisan. Baik kontrak lisan maupun kontrak tertulis melahirkan suatu perikatan, dalam arti jika salah satu pihak tidak melaksanakannya, pihak yang lain dapat menuntut pemenuhannya. Kata sepakat selalu diawali dengan adanya penawaran oleh salah satu pihak dan penerimaan oleh pihak lain. Ketika penawaran dan penerimaan melalui media elektronik berjalan, yang bisa menimbulkan kesulitan dalam pembuktiannya, maka negara-negara yang tergabung dalam Masyarakat Ekonomi Eropa telah memberikan garis-garis petunjuk kepada para negara anggotanya guna menjamin terlaksananya dengan tertib dan guna menghilangkan keragu-raguan dalam proses terciptanya penawaran dan penerimaan tersebut.
Melihat salah satu syarat yang terdapat dalam pasal 1320 KUH Perdata, yaitu adanya kecakapan maka akan menjadi permasalahan jika pihak dalam transaksi elektronik adalah anak di bawah umur, hal ini mungkin saja terjadi karena untuk mencaari identitas yang benar melalui internet tidaklah mudah. Ababila melihat unsur seperti terjadinya kesepakatan tentu menjadi pertimbangan untuk menentukan relevansi penerapan asas-asas hukum yang selama ini berlaku dalam dunia internet. Dalam praktik, banyak kalangan yang belum mengetahui mekanisme untuk membuat perjanjian dibawah tangan secara elektronik. Tidak mengetahui
4
apa landasan hukumnya serta apa yang menjadi hak dan kewajiban. Sehingga menimbulkan
kesan bahwa kontrak elektronik tidak mudah untuk diaplikasikan. Undang-undang No 7 tahun 2014 tentang Perdagangan menjelaskan bahwa :
“Peranan perdagangan sangat penting dalam meningkatkan pembangunan ekonomi, tetapi dalam perkembangannya belum memenuhi kebutuhan untuk menghadapi tantangan pembangunan nasional sehingga diperlukan keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat. Peraturan perundang-undangan di bidang perdagangan mengharuskan adanya harmonisasi ketentuan di bidang perdagangan dalam kerangka ekonomi nasional guna menyikapi perkembangan situasi perdagangan era globalisasi pada masa kini dan masa depan3
Perkembangan di bidang perdagangan yang memungkinkan para pihak untuk melakukan transaksi secara elektronik yang kemudian dituangkan dalam kontrak elektronik. Pasal 1 angka 17 Undang-undang No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menjelaskan pengertian kontrak elektronik, yaitu “perjanjian para pihak yang dibuat melalui sistem elektronik”.
Jika ditinjau dari sisi jenis perjanjian kontrak elektronik merupakan kontrak tidak bernama, karena kontrak ini tidak dimuat dalam KUH Perdata. Agar tercapainya suatu kesepakatan mengenai hal pokok atau unsur esensial dalam kontrak, berikut ada beberapa teori yang terpenting dalam kontrak elektronik yaitu teori pengiriman dan teori penerimaan. Pada teori pengiriman menyatakan bahwa lahirnya kesepakatan adalah pada saat pengiriman jawaban yang isinya berupa penerimaan atas penawaran yang diterimanya dari pihak lain. Sedangkan menurut teori penerimaan kasepakatan itu terjadi manakala jawaban atas penawaran yang berisi tentang penerimaan penawaran tersebut telah diterima oleh pihak yang
menawarkan.4
Selain dua teori di atas, teori lain yang terkait dengan kehendak dan pernyataan para pihak dalam perjanjian. Teori-teori tersebut adalah teori kehendak, teori pernyataan dan teori
3
Menimbang huruf (c) dan (d) Undang-undang No.7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.
4
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta: PT. Raja Garfindo Persada, 2013, hlm. 32-33.
5
kepercayaan. Teori tersebut berperan jika pihak yang mengajukan penawaran dalam
perjanjian menyatakan sesuatu yang berbeda dari apa yang dikehendakinya.5
Selain dari teori di atas ada beberapa asas hukum kontrak yang berkaitan dengan lahirnya, isi, kekuatan mengikat, dan pelaksanaan kontrak. Asas tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Asas Konsensualisme. 2. Asas Kebebasan Berkontrak.
3. Asas Kekuatan Mengikatnya Kontrak (Asas Pacta Sunt Servanda). 4. Asas Itikad Baik dan,
5. Asas Kepribadian.
Menyikapi munculnya kontrak elektronik, tampaknya perlu sebuah pengaturan yang khusus mengingat terdapat beberapa permasalahan yang timbul. Kontrak elektronik tidak dapat lagi disamakan dengan kontrak-kontrak dagang biasa. Doktrin-doktrin hukum kontrak yang ada perlu disesuaikan dengan keadaan terkini. Beberapa permasalahan yang muncul meliputi bagaimana keabsahan pembuatan kontrak elektronik, nilai validasi kontrak itu sendiri, validasi tanda tangan elektronik terkait dengan para pihak, kejelasan mengenai kontrak elektronik itu sendiri masih perlu dikaji lebih dalam. Berdasarkan hal diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji persoalan bagaimana perkembangan elektronik kontrak dengan sebuah penulisan hukum dengan judul,
“ KESEPAKATAN KONTRAK PERDAGANGAN ELEKTRONIK PADA TOKOPEDIA”
B. RUMUSAN MASALAH
5
6
Berdasarkan kajian mengenai kesepakatan dalam kontrak elektronik, maka penulis akan memaparkan rumusan masalah dari latar belakang diatas yaitu:
1. Bagaimana kesepakatan dalam kontrak perdagangan elektronik diatur dalam hukum?
2. Bagaimana kesepakatan terbentuk dalam kontrak perdagangan elektronik pada Tokopedia?
C. TUJUAN PENELITIAN
Sebuah penelitian hukum pasti mempunyai tujuan tertentu. Tujuan dalam penulisan hukum yang dilakukan penulis yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana kesepakatan dalam kontrak perdagangan elektronik di atur dalam hukum.
2. Untuk mengetahui bagaimana kesepakatan terbentuk dalam kontrak perdagangan elektronik pada Tokopedia.
D. MANFAAT PENELITIAN
Sebuah penelitian hukum diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna baik bagi perkembangan ilmu hukum itu sendiri maupun dapat diterapkan dalam praktikny. Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan hukum ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian hukum ini deharapkan dapat memberikan manfaat begi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum pada umumnya dan kontrak pada khususnya.
7
b. Penulisan hukum ini diharapkan dapat menambah referensi ilmiah di bidang hukum kontrak serta dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penulisan sejenis untuk selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir ilmiah, sekaligus menerapkan ilmu yang telah diperoleh. Sebagai referensi dan bahan masukan bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan masalah yang serupa.
E. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dimana penelitian hukum normatif terdiri atas:.
a. Penelitian pada ranah teori hukum. b. Penelitian pada ranah filsafat hukum.
Pada penelitian ini penulis akan menggunakan penelitian pada ranah dogmatig hukum. Penelitian hukum dalam ranah dogmatig menyangkut ketentuan hukum yang relevan dan fakta yang dihadapi. Penelitian dalam penulisan hukum ini akan menyangkut mengenai kesepakatan dalam kontrak elektronik.
2. Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kasus (case approach), pendekatan undang-undang (statute approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Pendekatan kasus merupakan suatu studi terhadap
kasus tertentu dari berbagai kasus hukum.6 Pendekatan undang-undang dilakukan
6
8
dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu
hukum yang sedang ditangani.7 Pendekatan konseptual dilakukan manakala peneliti
tidak beranjak dari aturan hukum yang ada. 3. Bahan hukum
a. Bahan Hukum Primer
1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.
b. Bahan hukum sekunder
Bahan Hukum Sekunder yang terutama adalah buku-buku hukum termasuk skripsi, tesis, dan disertasi hukum dan jurnal-jurnal hukum. Kegunaan bahan hukum sekunder adalah memberikan kepada peneliti semacam “petunjuk” ke arah
mana peneliti melangkah.8 Oleh karena itu penulis menggunakan bahan hukum
sekunder sebagai petunjuk berupa buku hukum yang berkaitan dengan Hukum Perdata,dan Hukum Bisnis.
c. Bahan Hukum tersier
Bahan hukum yang dipergunakan penulis adalah kamus hukum dan kamus ekonomi. 7 Ibid., hlm. 93. 8 Ibid., hlm. 155