• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Tentang Perilaku Prososial Dan Penanganan Konselor Terhadap Perilaku Unsosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Tentang Perilaku Prososial Dan Penanganan Konselor Terhadap Perilaku Unsosial"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI TENTANG PERILAKU PROSOSIAL DAN PENANGANAN KONSELOR TERHADAP

PERILAKU UNSOSIAL PADA ANAK USIA DINI DI TK ISLAM AL-KALAM SURABAYA

STUDY ON THE PROSOCIAL BEHAVIOR AND COUNSELORS HANDLING TO THE UNSOCIAL

BEHAVIOR IN THE EARLY CHILDHOOD IN TK ISLAM AL-KALAM SURABAYA

S E R L Y

Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

email:

serly_232@yahoo.co.id

Prof. Dr. Muhari

Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

email: prodi_bk_unesa@yahoo.com

Dra. Titin Indah Pratiwi, M.Pd

Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

email:

prodi_bk_unesa@yahoo.com

Abstrak

Perilaku sosial merupakan suatu perilaku yang dapat terjadi pada siapa saja, mulai dari anak-anak hingga dewasa,

perilaku prososial ini perlu diteliti untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang perilaku prososial pada anak dan

perilaku unsosial sehingga dapat diambil langkah tindakan penanganan yang tepat untuk membantu anak yang

berperilaku unsosial agar dapat berkembang dengan baik dan optimal sesuai dengan tugas perkembangannya, apabila

hal itu tidak ditangani sedini mungkin dapat mengakibatkan anak berkembang menjadi anak yang maladaptive yang

nantinya berdampak pada proses belajarnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bentuk perilaku prososial pada

anak usia dini di TK Islam Al-Kalam Surabaya dan penanganan konselor terhadap anak yang unsosial. Penelitian ini

menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Dalam penelitian ini untuk subyek penelitiannya

yaitu kepala sekolah, konselor, dan guru kelas TK A yang memberikan informasi tentang perilaku prososial pada anak

dan penanganannya, serta peneliti melakukan pengamatan terhadap subyek utama dalam penelitian ini yaitu seluruh

anak TK Islam Al-Kalam Surabaya yang duduk di kelas A. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku prososial

anak di TK Islam Al-Kalam Surabaya secara umum baik. Semua aspek menunjukkan bahwa perolehan skor diatas 51

%, artinya perilaku prososial anak baik, anak mampu melakukannya dengan baik. Penanganan konselor untuk

meningkatkan perilaku prososial pada anak usia dini di TK Islam Al-Kalam Surabaya yaitu dengan diberikan

penghargaan (penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian), selain itu juga melalui

teknik penilaian diri atau teknik evaluasi diri untuk anak yang unsosial.

Kata Kunci: Perilaku Prososial, Penanganan Konselor Terhadap Perilaku Unsosial

Abstract

Social behavior is a behavior that can happen to anyone, from children to adults, this prosocial behavior need to be

observed to get a clear view of prosocial behavior in children and unsocial behavior so that the proper steps can be

taken to help children who behave unsocially in order to develop properly and optimally based on the task of

development, if it is not handled as early as possible, it can make the children develop as maladaptive children that will

affect on their learning process. This study was conducted to determine the from or type of prosocial behavior in early

childhood in TK Islam Al-Kalam Surabaya and counselors handling to unsocial children. This research uses descriptive

qualitative research approach. In this study, the research subjects were principal, counselors, and teachers of TK A

who provided information about prosocial behavior in children and its management, and the researchers conducted

observations to the main subjects of this study, they were all kindergarten students class A of TK Islam Al-Kalam

Surabaya. The results showed that prosocial behavior in kindergarten students of TK Islam Al-Kalam Surabaya was

generally good. All aspects showed that the score was 51% above, it means that prosocial behavior of children were

good, the children were able to do well. The handling of counselors to increase prosocial behavior in early childhood in

TK Islam Al-Kalam Surabaya was by being given award (award was not always material form, but may include words

of praise), besides it was also through self-assessment technique or self evaluation techniques for unsocial children.

(2)

1

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak

lepas dari tolong menolong. Setinggi apapun kemandirian

seseorang, pada saat-saat tertentu dia akan membutuhkan

orang lain. Perilaku menolong merupakan pemberian

pertolongan pada orang lain tanpa mengharap adanya

keuntungan pada diri orang yang menolong. Secara

teoritis kondisi yang demikian sulit didapatkan, terutama

pada jaman sekarang. Seandainya ada, frekuensinya akan

sangat kecil. Perilaku menolong ini lebih banyak

digunakan istilah perilaku prososial. Perilaku prososial

didefinisikan

sebagai

perilaku

yang

memiliki

konsekuensi positif pada orang lain. Bentuk yang paling

jelas dari perilaku prososial ini adalah perilaku menolong

(Faturochman, 2006). Lebih lanjut Faturochman (2006)

menjelaskan bahwa perilaku menolong tidak hanya

tergantung pada situasi dan kondisi kejadian akan tetapi

salah satu faktor lain yang mempengaruhi perilaku

prososial adalah individu yang mempunyai latar belakang

kepribadian yang baik. Individu yang mempunyai latar

belakang kepribadian yang baik, cenderung mempunyai

orientasi sosial yang tinggi sehingga lebih mudah

memberikan pertolongan.

Perilaku prososial tidak lepas dari kehidupan

manusia dalam interaksinya di masyarakat. Interaksi

manusia ini tidak terlepas dari perbuatan

tolong-menolong, karena dalam kenyataan kehidupannya

meskipun manusia dikatakan mandiri, pada saat tertentu

masih membutuhkan pertolongan orang lain. Dalam

kehidupan ada yang dikenal dengan nama kin selection.

Kin selection merupakan suatu hal dimana untuk

mempertahankan

kelangsungan

hidup

harus

ada

kerjasama antara individu dengan lingkungannya. Seleksi

individu (kin selection) merupakan konsep yang

diperkenalkan oleh Darwin yang menyebutkan bahwa

untuk bisa melangsungkan kehidupan maka harus bisa

lolos dari persaingan. Kin selection ini menekankan

bahwa untuk mempertahankan kelangsungan hidup harus

ada kerjasama antar individu dan dengan lingkungan

sekitarnya. Itulah sebabnya dalam kehidupan manusia itu

ada kecenderungan untuk berinteraksi dengan orang lain

dan salah satu bentuknya adalah perilaku sosial menolong

orang lain dan atau sebaliknya membutuhkan pertolongan

orang lain (Siti Mahmudah:2011).

Menurut David O Sears (1991), perilaku

prososial mencakup kategori yang lebih luas: meliputi

segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan

untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan

motif-motif si penolong.

Tingkah laku prososial merupakan suatu

tindakan menolong yang menguntungkan orang lain

tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung

pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan

mungkin bahkan melibatkan suatu resiko bagi orang yang

menolong.

Tindakan

prososial

tampaknya

selalu

melibatkan

perpaduan

dari

setidaknya

sedikit

pengorbanan pribadi untuk memberikan pertolongan, dan

pada saat sama, memperoleh sejumlah kepuasan pribadi

karena melakukannya (Baron & Bryne, 2005).

Perilaku prososial merupakan bagian kehidupan

sehari-hari, suatu kenyataan yang dibuktikan melalui

berbagai penelitian psikologis. Kegiatan menolong dapat

dilihat pada anak kecil. Strayer, Wareing, dan Ruston

mengamati anak-anak yang berusia 3 sampai 5 tahun

bermain di taman bermain universitas. Rata-rata, setiap

anak melakukan 15 tindakan menolong per jam, yang

berkisar dari tindakan memberikan mainan pada anak

lain, menghibur teman yang sedih, atau membantu guru

(dalam David O Sears:1991).

Perilaku sosial merupakan suatu perilaku yang

dapat terjadi pada siapa saja, mulai dari anak-anak hingga

dewasa sebagai makhluk sosial dan sebagai bagian dari

suatu masyarakat. Setiap orang punya kecenderungan

untuk melakukan tindakan prososial atau tidak, sehingga

setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk

melakukan tindakan prososial atau tidak. Begitu pula

pada anak-anak sangat memungkinkan untuk melakukan

tindakan prososial. Sekolah sebagai salah satu lingkungan

pendidikan yang terdiri dari berbagai macam individu

dengan

segala

perbedaan,

masing-masing

sangat

memungkinkan anak untuk dapat mengembangkan

perilaku prososialnya karena di sekolah mereka

berinteraksi dengan orang yang berbeda dan belajar

menerima perbedaan tersebut.

Alasan peneliti memilih TK Islam Al-Kalam

Surabaya karena kriteria yang ingin dipenuhi yaitu

adanya tenaga konselor sekolah di TK Islam Al-Kalam,

mengingat tidak semua TK memiliki konselor sekolah

secara khusus. Kemudian peneliti menindaklanjuti

melalui studi pendahuluan dengan melakukan wawancara

dengan konselor sekolah tersebut, peneliti menemukan

masalah prososial di TK tersebut. Dari penelitian yang

sudah ada, penelitian tentang perilaku prososial ini hanya

diteliti di lingkungan Sekolah Menengah saja padahal

menurut Strayer, Wareing dan Ruston yang dibuktikan

melalui berbagai penelitian psikologis menyatakan bahwa

perilaku prososial ini juga dapat dilihat pada anak kecil

yang berusia 3 sampai 5 tahun. Dari hal tersebut ada

ketertarikan peneliti untuk mengamati perilaku prososial

pada anak-anak. Sehubungan dengan hal itu, maka

peneliti akan melakukan penelitian mengenai perilaku

prososial pada anak TK A, alasan peneliti memilih anak

TK A karena berdasarkan hasil wawancara dengan

konselor sekolah, menurut beliau perilaku unsosial ini

lebih cenderung ditunjukkan oleh anak-anak TK A.

Fenomena perilaku prososial pada anak di lingkungan

sekolah saat ini kurang optimal, jadi masih diarahkan

oleh guru kelasnya tentang kepedulian terhadap

temannya, berbagi dan kerjasama, misalnya guru kelas

masih mengarahkan anak untuk mau berbagi bekal

dengan temannya, meminjamkan barang ke temannya,

dan sebagainya.

Berdasarkan

dari

hasil

wawancara

yang

dilakukan peneliti pada November-Desember 2012

dengan konselor di TK Islam Al-Kalam bahwa terdapat

hampir semua anak kecenderungannya unsosial, ini

terlihat dari mayoritas anak, dari 39 anak terdapat sekitar

20 anak yang sering membuat keributan di kelas, berjalan

mondar-mandir saja ketika ada kegiatan dikelas, tidak

mau bermain bersama, tidak mau bekerjasama dalam

(3)

kegiatan kelompok, mengganggu sesama teman yang

sedang belajar, si anak marah-marah ketika merasa bosan

belajar, mengejek teman yang akhirnya berujung pada

pertengkaran, kurangnya perhatian dan peduli kepada

teman, berperilaku kurang sopan santun ketika berbicara

dengan guru, merusak benda-benda di sekitarnya tidak

peduli miliknya sendiri atau milik temannya, tidak mau

berbagi bekal, tidak mau meminjamkan mainannya,

ketika pelajaran berlangsung ada anak yang tidak

mendengarkan apa yang dijelaskan guru, ketika ada

pembagian sesuatu si anak minta bagian banyak, minta

semua

keinginannya

dituruti,

didahulukan

dan

sebagainya, ketika ada perselisihan atau pertengkaran

maunya menang sendiri dan sebagainya. Apabila hal itu

tidak ditangani sedini mungkin dapat mengakibatkan

anak berkembang menjadi anak yang maladaptive yang

nantinya berdampak pada proses belajarnya. Menurut

keterangan dari konselor sekolah tersebut menyatakan

bahwa lingkungan serta model pengasuhan orang tua

terhadap anak dapat mempengaruhi pembentukan

perilaku prososial pada anak. Faktor lingkungan sangat

berperan terhadap pembentukan perilaku prososial.

Penyebab munculnya perilaku unsosial itu karena faktor

lingkungan atau kondisi di sekitar tempat tinggal.

Anak

prasekolah

menyukai

teman

yang

prososial. Perilaku prososial dalam diri anak harus

ditingkatkan. Untuk itu perilaku prososial perlu

dikembangkan terutama dilingkungan sekolah. Sekolah

adalah lingkup dimana seorang anak secara formal

belajar tentang lingkungan sosial mereka. Sekolah

merupakan lembaga awal yang dapat membantu anak

dalam bersikap prososial dan sekolah juga merupakan

salah satu konteks yang memberikan peranan penting

dalam perkembangan perilaku prososial pada anak. Guru

yang memiliki kompetensi sosial dan emosional yang

tinggi dalam berinteraksi dengan anak dapat menciptakan

kelas yang prososial. Mereka akan mengajarkan dan

memberi contoh kepada anak agar berperilaku positif.

Lingkungan sekolah, termasuk teman-teman di sekitar

anak juga mempengaruhi pembentukan perilaku prososial

mereka. Karena perilaku prososial pada masa sekarang

mulai jarang ditemui, yang lebih sering ditemui itu adalah

perilaku individualis yang mementingkan dirinya sendiri

dan tidak peduli dengan orang lain. Dan diharapkan

mulai dari masa anak-anak di usia prasekolah

menumbuhkan sikap prososial. Perilaku prososial anak

usia dini dapat ditingkatkan. Pada dasarnya, anak usia

dini sudah dapat berproses untuk menyesuaikan diri

dengan situasi baru, yaitu sekolah.

Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk

mengamati perilaku prososial pada anak usia dini di TK

Islam Al-Kalam Surabaya dan bagaimana upaya

penanganan konselor terhadap perilaku unsosial pada

anak-anak di TK Islam Al-Kalam Surabaya. Perilaku

prososial ini perlu diteliti untuk mendapatkan gambaran

yang jelas tentang perilaku prososial pada anak dan

perilaku unsosial sehingga dapat diambil langkah

tindakan penanganan yang tepat untuk membantu anak

yang berperilaku unsosial agar dapat berkembang dengan

memberikan sumbangan dan masukan kepada pihak

konselor sekolah dan TK Islam Al-Kalam Surabaya

khususnya dan sekolah-sekolah lain pada umumnya.

Penelitian ini diharapkan juga dapat dijadikan sebagai

informasi yang tepat terhadap konselor sekolah dan

menjadi landasan terhadap peneliti yang lain untuk

melakukan penelitian tentang perilaku prososial di

jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak.

METODE

Jenis

penelitian

yang

digunakan

dalam

penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan

pendekatan deskriptif. Hal ini sesuai dengan pernyataan

yang dikemukakan oleh Moleong (2012:6) yang

menyatakan

bahwa,

“Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistic

dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.”

Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong,

2012:4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang diamati. Teknik pengambilan sampel

sumber data dilakukan secara purposive, teknik

pengumpulan data dengan trianggulasi, analisis data

bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif

lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Sasaran penelitian ini adalah anak-anak TK A

yang berperilaku prososial maupun unsosial dan konselor

yang memberikan penanganan masalah pada anak di TK

Islam Al-Kalam Surabaya.

Dalam pengambilan sampel ini menggunakan

teknik purposive sampling dimana ada pertimbangan

tertentu

dalam

penentuan

sampelnya.

Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah (1) observasi,

yang dilakukan kepada anak TK Al-Kalam kelas A yang

berperilaku prososial maupun unsosial, (2) wawancara,

yang diberikan kepada kepala sekolah, konselor sekolah

dan guru kelas mengenai perilaku prososial mupun

unsosial pada anak di TK Al-Kalam dan penanganannya,

(3) dokumentasi berupa data-data yang mendukung

dalam penelitian.

Teknik analisis data pada penelitian kualitatif

dilakukan sebelum penelitian, selama penelitian, dan

setelah penelitian. Analisis data dilakukan secara

berkelanjutan dan meliputi tiga alur, diantaranya adalah

(1) reduksi data, proses pemilihan pemusatan perhatian

kepada penyederhanaan, pengabsahan, dan transformasi

data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di

lapangan. Dalam reduksi data aktivitas berbentuk

penyeleksian,

pemfokusan,

penyederhanaan,

dan

pentransformasian data kasar menjadi data bermakna, (2)

penyajian data, dalam penyajian data peneliti menggelar

data dalam bentuk sekumpulan informasi yang berupa

teks naratif maupun bagan. Dalam penyajian data,

(4)

3

menggambarkan kesimpulan sementara, (3) penarikan

kesimpulan, dalam hal ini diambil dari data yang

terkumpul

dan

diverifikasi

terus-menerus

selama

penelitian berlangsung agar data yang didapat terjamin

keabsahan dan objektifitasnya, sehingga kesimpulan

terakhir dapat dipertanggungjawabkan.

Hampir setiap hari penelitian ini dilakukan

untuk melihat sejauh mana perilaku prososial pada anak

dan penanganan yang diberikan oleh konselor. Informan

dalam penelitian ini mempunyai kedudukan yang sama.

Informannya adalah guru kelas dan konselor dimana guru

kelas dan konselor merupakan orang yang memiliki

wewenang dalam memberikan bantuan kepada anak yang

bermasalah. Penelitian yang dilakukan 1 bulan ini sudah

mendapatkan data jenuh melalui keabsahan data yang

diperoleh dengan menggunakan trianggulasi data.

Trianggulasi yang digunakan adalah trianggulasi sumber

dan trianggulasi teknik pengumpulan data. Dari hasil

trianggulasi tersebut menunjukkan adanya kesamaan data

yang diperoleh dari beberapa sumber dan beberapa teknik

pengumpulan data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Observasi

Pada dasarnya hanya beberapa anak yang paling

bermasalah dengan teman-temannya dan tergolong

unsosial yang menunjukkan perolehan skor nilai hasil

observasi dibawah 51 %, yaitu ADP, BPF, APA, FAR,

RT, FPH, DKPW, MPS, SNR yang masih sulit tergabung

dengan teman-temannya dan seringkali masih sulit untuk

diajak bergabung dengan teman-temannya, sedangkan

untuk MAX dan SAF seringkali tampak menyendiri, hal

ini

mungkin

dikarenakan

SAF

minder

dengan

keterbatasan fisiknya yang berbeda dengan teman-teman

lainnya. Tidak jarang juga ketika kegiatan bermain SAF

dan MAX tampak terpisah dari aktivitas temannya dan

menjadi penonton ketika teman-temannya bermain.

Meski demikian guru kelas terus mendorong mereka

berdua untuk berinteraksi dengan teman-temannya dan

meminta anak-anak yang lain untuk mengajak anak-anak

yang sulit untuk bergabung dengan teman-temannya agar

mau bergabung bersama.

Sedangkan

yang

memperoleh

skor

nilai

sempurna 100% prososial dari hasil observasi yang

dilakukan oleh peneliti hanya terdapat delapan anak dari

jumlah keseluruhan, antara lain RAP, FA, NAS, E, SAK,

MPA, NNA dan MRAP. Pada dasarnya anak-anak yang

memperoleh skor nilai sempurna 100% prososial yaitu

anak-anak yang tergolong paling menonjol dikelas

diantara teman-temannya yang lain.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa

perilaku prososial anak di TK Islam Al-Kalam Surabaya

umum baik. Dari dua indikator perilaku prososial yaitu

berbagi dan bekerja sama yang terdistribusi menjadi 10

aspek observasi perilaku prososial yang di observasi pada

anak kelas A, semua aspek menunjukkan bahwa

perolehan skor diatas 51 %, artinya perilaku prososial

anak baik, anak mampu melakukannya dengan baik.

Rata-rata untuk aspek berbagi diperoleh skor 74,87 %

sedangkan rata-rata untuk aspek kerja sama diperoleh

skor 65,13 %.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

peneliti selama proses penelitian, bentuk perilaku

prososial yang nampak pada anak yaitu perilaku berbagi

(sharing) dan kerja sama (cooperating) yang diamati oleh

peneliti yaitu perilaku menolong (helping) dan memberi

atau menyumbang (donating).

Hasil Wawancara Penanganan Konselor

Berdasarkan sajian data hasil wawancara dengan

kepala sekolah, konselor dan guru kelas, dapat

disimpulkan untuk penanganan yang telah diberikan oleh

konselor untuk meningkatkan perilaku prososial pada

anak selain dengan diberikan reward, juga dengan teknik

penilaian diri atau teknik evaluasi diri.

Berikut hasil wawancara dengan Kepala Sekolah

mengenai penanganan yang dilakukan oleh Konselor.

Dengan cara diberikan reward untuk anak yang

berperilaku prososial agar yang unsosial berperilaku

unsosial, rewardnya dengan cara memotivasi verbal

dengan mengutarakan kata-kata seperti hebat, pintar, dan

lain-lain. Yang penting hadiah ini bertujuan untuk

menguatkan perilaku efektif. Untuk meningkatkan

perilaku prososial pada anak juga dapat melalui model

pembiasaaan yang dilakukan oleh guru. Dan pembiasaan

itu tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan.

Anak butuh proses pengulangan secara terus-menerus.

Mengamati dan meniru apa yang dikatakan dan dilakukan

oleh guru yang dicontoh/ dijadikan sebagai model.

Memberikan anak kesempatan untuk berkehendak/

berantisosial seluas-luasnya, disitulah anak akan

mengevaluasi dirinya sendiri kemudian setelah anak

tenang, guru memberi arahan dan bimbingan.

Berikut hasil wawancara dengan Konselor

mengenai penanganan yang dilakukan.

Dengan diberikan stimulus berupa hal-hal yang

menarik seperti jajan, permen dan bisa juga dengan

penghargaan atau reward berupa kata-kata seperti pintar

sekali, baik sekali, hebat dan sebagainya. Dan juga

melalui model yang mengajarkan anak untuk berperilaku

prososial, modelnya yaitu guru kelas sehingga anak

belajar untuk menirunya. Meniru perilaku sosial yang

diajarkan oleh guru.

Sanjungan atau penghargaan dapat merubah

anak sehingga anak merasa posisinya diatas. Guru juga

mengajari istilah memberi lebih baik dari pada menerima,

“kamu kalau memberi teman mu malah bertambah

rejekinya, rejeki orang tua”. Kemudian anak-anak yang

tidak membawa makanan diajari untuk mengucapkan

terimakasih ke teman yang telah memberi makanan.

Reward untuk anak yang sabar, mau memaafkan, mau

berbagi, reward itu dikumpulkan dan di tukarkan

sehingga mendapatkan pensil, tempat pensil, dan lain

lain. Karena dunia anak itu sering juga disebut sebagai

dunia reward.

Bagi konselor yang terpenting bagaimana bisa

memfasilitasi apa yang anak mau dan mampu lakukan,

(5)

menciptakan suasana emosional yang kondusif dan

lain-lain. Penanganan ini lebih cenderung persuasif dengan

cara terus menerus memberi bimbingan tanpa terkesan

memberi pressure (tekanan). Jika anak merasa tertekan

maka upaya konseling akan sulit dilakukan.

Untuk anak yang unsosial melalui teknik penilaian

diri, yaitu teknik yang memberi kesempatan anak untuk

untuk menilai dirinya sendiri dalam melakukan segala

apapun yang diperbuat atau dilakukan dengan begitu

kesadaran

dalam

diri

anak

dipupuk

dari

dini.

Memberikan anak kesempatan untuk berkehendak/

berantisosial seluas-luasnya, jika ada anak yang nakal,

nangis, teriak-teriak maka dibiarkan saja, tidak di suruh

diam, tidak di warning anak yang nakal tidak boleh.

Karena saya punya sugesti nakal-nakalnya anak usia

prasekolah saat ini maka jika sudah keluar dari TK dan

tumbuh besar ia tidak akan nakal lagi. Nakalnya sudah

habis.

Berikut hasil wawancara dengan Guru Kelas

mengenai penanganan yang dilakukan.

Guru memberikan reward verbal berupa kata-kata

yang baik seperti kamu pintar sekali, dan memberi isyarat

tubuh (non verbal) seperti jempol dua dan sebagainya

yang mampu menjadikan anak merasa hebat. Hal itu

merupakan faktor yang penting agar anak merasa terus

dapat melakukan segalanya tanpa ada larangan.

Anak-anak suka dengan hadiah, reward, dan

pujian. Kalau siapa saja yang mengatakan mau memberi

hadiah maka anak mau menurut dengan perintah dan bisa

jadi dorongan untuk meningkatkan perilaku prososial

pada anak. Diberi peringatan entah itu berupa kata-kata

yang halus dan tidak mengesankan bahwa guru sedang

memarahinya atau jika hal tersebut sudah dirasa tidak

mampu dilakukan lagi sebagai bentuk penanganan, maka

dipanggil orang tuanya.” Anak menilai dirinya sendiri

biar anak tau mana yang salah dan mana yang benar.

Ketika sudah menemukan sikap yang salah pada dirinya,

guru akan membimbing dan memberikan arahan kepada

anak. Atau dengan cara membuat game tentang

membangun perilaku prososial pada anak. Misalnya

game spongebob yang harus melakukan estafet dan

membutuhkan kerjasama yang baik dari tiap kelompok.

Dengan melakukan game seperti itu setiap hari, maka si

anak akan terbiasa dengan kerja sama dan merasa butuh

untuk kerjasama. Dan juga anak meniru perilaku sosial

yang diajarkan oleh guru di kelas maupun di luar kelas

dalam konteks sekolah.

PENUTUP

Simpulan

1. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku

prososial anak di TK Islam Al-Kalam Surabaya

secara umum baik. Semua aspek menunjukkan

bahwa perolehan skor diatas 51 %, artinya perilaku

prososial anak baik, anak mampu melakukannya

dengan baik.

2. Bentuk perilaku prososial anak usia dini di TK

Islam

Al-Kalam

Surabaya

meliputi

berbagi

(sharing), bekerja sama (cooperating), menolong

(helping), memberi atau menyumbang (donating).

3. Penanganan konselor terhadap perilaku unsosial

pada anak cenderung persuasif dengan cara terus

menerus memberi bimbingan tanpa terkesan

memberi pressure (tekanan). Metode atau teknik

yang paling tepat diberikan pada anak yaitu dengan

diberikan reward (penghargaan) untuk anak yang

berperilaku prososial, dengan cara memotivasi anak

secara verbal dengan kata-kata hebat, pinter, dan

lain-lain, yang penting reward ini bertujuan untuk

menguatkan perilaku yang efektif yang bertujuan

untuk agar anak yang unsosial termotivasi untuk

bertindak prososial serta melalui teknik penilaian

diri, yaitu teknik yang memberi kesempatan anak

yang unsosial untuk menilai dirinya sendiri dalam

melakukan segala apapun yang diperbuat atau

dilakukan dengan begitu kesadaran dalam diri anak

dipupuk dari dini. Teknik ini dapat juga disebut

dengan teknik evaluasi diri, artinya anak dapat

menilai sikap baik dan buruknya yang ada dalam

dirinya. Teknik evaluasi diri seperti anak menilai

dirinya sendiri agar anak tau mana yang salah dan

mana yang benar. Ketika sudah menemukan sikap

yang salah pada dirinya, guru akan membimbing

dan memberikan arahan kepada anak.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat di

ajukan saran sebagai berikut:

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan

oleh pihak sekolah (khususnya konselor) untuk

melengkapi data-data mengenai perilaku prososial

maupun unsosial anak.

Diharapkan pihak sekolah (khususnya konselor)

selalu meng-update data-data pribadi anak serta selalu

mendokumentasikan setiap permasalahan anak yang

ditangani, terutama data-data anak yang unsosial.

Konselor sekolah dapat mengadakan kerjasama dengan

orangtua anak dalam mengamati perkembangan kondisi

putra-putrinya di luar sekolah sehingga gejala-gejala

yang terjadi pada anak akibat faktor dari luar sekolah

dapat diketahui sedini mungkin.

Untuk mengembangkan dan mengoptimalkan

perkembangan perilaku sosial pada anak baik di

lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga,

maka disarankan adanya kerjasama yang baik antara guru

dan orang tua anak. Bagi guru pengajar diharapkan dapat

memasukkan unsur-unsur perilaku sosial ketika proses

pembelajaran di dalam kelas serta memperhatikan

perkembangan sosial anak, baik antara anak dan guru,

maupun antara anak dengan anak lainnya ketika berada di

lingkungan sekolah.

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat

menyempurnakan keterbatasan teori dan memperkaya

penelitian

dengan

berbagai

pendekatan

serta

menggunakan variabel dan metode lain yang belum

diteliti sebagai penyempurnaan atas hasil

penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

(6)

5

Adapun secara rinci berikut merupakan saran

yang peneliti rekomendasikan dari hasil penelitian bagi

guru kelas (TK Islam Al Kalam Surabaya):

Peneliti merekomendasikan bagi pihak sekolah

agar meningkatkan keaktifan anak untuk berperilaku

prososial di lingkungan sekolah, dengan adanya arahan

dan bimbingan dari guru di sekolah diharapkan akan

membantu mengembangkan perilaku prososial anak di

sekolah dengan lebih baik. Sebagai contoh, melalui

kegiatan bakti sosial yang diadakan di lingkungan

sekolah setiap akhir semester dua seperti mengumpulkan

buku, alat-alat tulis, dan uang untuk di sumbangkan

kepada orang yang membutuhkan (anak jalanan atau

disumbangkan ke panti asuhan anak).

Selain itu, peneliti juga merekomendasikan bagi

pihak sekolah untuk meningkatkan perilaku prososial

pada anak diajarkan melalui tayangan yang ada di

televisi maupun putaran video yang positif. Dengan

menyaksikan tayangan televisi atau putaran video juga

dapat mengajari anak-anak bahwa lebih baik untuk

berperilaku secara positif dan prososial daripada secara

negatif dan unsosial (Bryant:2007 dalam Santrock:2011).

Dalam buku David O. Sears (1991) juga menyatakan

bahwa acara anak-anak di televisi bisa mempengaruhi

perilaku prososial, telaah ini menunjukkan bahwa

menyaksikan model yang prososial (suka menolong) di

TV memang dapat meningkatkan perilaku prososial anak.

Untuk meningkatkan perilaku prososial lainnya yang

belum muncul pada anak-anak di lingkungan sekolah

maka guru kelas hendaknya selain melalui kegiatan

bercerita juga bisa menggunakan pembelajaran di kelas

melalui sosiodrama atau kegiatan bermain peran. Metode

bermain peran atau sosiodrama sangat sesuai dengan

karakteristik anak usia dini karena anak berpikir secara

simbolik sehingga metode ini sangat tepat dan efektif

dalam rangka mengoptimalkan pembentukan perilaku

sosial (Lilis Suryani:2010).

Metode bermain peran yang sesuai untuk anak usia

dini antara lain:

-

Pasar-pasaran

Pasar-pasaran merupakan bermain peran yang

bertujuan mengembangkan kemampuan berinteraksi

antar anak.

-

Kondektur-kondekturan

Kondektur-kondekturan bertujuan mengembangkan

kemampuan bermain peran dan berinteraksi antar

anak dengan satu tujuan, yakni bekerja sama antara

kondektur, sopir, dan penumpang.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian.

Yogyakarta: Rineka Cipta

Baron, Robert. A dan Byrne, Donn. 2005. Psikologi

Sosial Jilid 2 Edisi Kesepuluh. Alih bahasa

Dra. Ratna Djuwita, Dipl.Psych. Jakarta:

Erlangga

Dayakisni, Tri dan Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial.

Malang: UMM Press

Faturochman.

2006.

Pengantar

Psikologi

Sosial.

Yogyakarta: Pustaka

Hasan, Maimunah. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini.

Jogjakarta: DIVA Press

Hastuti. 2012. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta:

PT. Suka Buku

Hildayani, Rini dkk. 2009. Psikologi Perkembangan

Anak. Jakarta: Universitas Terbuka

Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak (Jilid 1

dan Jilid 2). Jakarta: Penerbit Erlangga

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan

(Suatu

Pendekatan

Sepanjang

Rentang

Kehidupan). Jakarta: Penerbit Erlangga

Lane, Jessica J. 2012. Parental Perceptions And The

Counselor Role In Kindergarten Transition

Practices. Disertasi tidak diterbitkan. Kansas:

Kansas State University

Mahmudah, Siti. 2011. Psikologi Sosial. Malang: UIN

Maliki Press

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mussen,et al. 1989. Perkembangan dan Kepribadian

Anak. Jakarta. ARCAN

Nashori, fuad. 2008. Psikologi Sosial Islam. Bandung: PT

Refika Aditama

Prastiti, Wiwien Dinar. 2008. Psikologi Anak Usia Dini.

Jakarta: PT Indeks

Santrock, John W. 2011. Masa Perkembangan Anak.

Jakarta: Salemba Humanika

Sarwono, Sarlito W. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta:

Salemba Humanika

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2011. Metodologi

Penelitian

Kualitatif.

Bandung.

Penerbit

Alfabeta

Sears, David O, dkk. 1991. Psikologi Sosial Edisi Kelima

Jilid 2. Alih bahasa Michael Adryanto. Jakarta:

Erlangga

Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Statistik Pendidikan.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif.

Bandung: Penerbit CV Alfabeta

Sukardi. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan.

Jakarta: PT Bumi Aksara

Suryani, lilis dkk. 2010. Metode Pengembangan Perilaku

dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini.

Jakarta: universitas Terbuka

Syaodih, Ernawulan dan Mubair Agustin. 2011.

Bimbingan Konseling untuk Anak Usia Dini;

edisi

1

Modul

1-9.

Jakarta:

Penerbit

Universitas Terbuka

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji statistik One Way Anova p = 0,000 pada penyuluhan 1 kali, 2 kali dan 3 kali yang berarti bahwa ada pengaruh frekuensi pendidikan gizi

Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa manajemen pondok pesantren adalah suatu proses pendayagunaan sumber-sumber pesantren yang meliputi seluruh komponen

Stasiun II Sungai Pakil dan Sungai Pembalu terletak pada bagian tengah sungai, dimana stasiun II Sungai Pakil hanya didapatkan 66 individu dari 9 jenis, sedangkan Stasiun

Dari nilai RUE yang diperoleh terlihat bahwa mulsa reflektif mampu menambah distribusi radiasi pada tanaman sehingga meningkatkan efisiensi penggunaan radiasi baik untuk

valas dengan persentase lebih besar daripada peningkatan biaya valas, sehingga. laba bank akan meningkat dan akan diikuti oleh peningkatan ROA,

alvarezii sebesar 15% menghasilkan karakteristik mutu hedonik yaitu warna yang netral (merah), kenampakan agak homogen, kurang mengkilap dan sedikit berpori dan tekstur sosis

Berdasarkan hasil analisis data pada parameter pengamatan tinggi tanaman sorgum menunjukkan bahwa perlakuan pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula 10 g/polibag (M1) berbeda

Rendahnya produktivitas padi di Kecamatan Rambah Samo dibandingkan dengan rata-rata produktivitas padi di Kabupaten Rokan Hulu diduga karena benih yang dipakai