• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP WERENG BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens Stal.) KOLONI CIREBON DI LABORATORIUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP WERENG BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens Stal.) KOLONI CIREBON DI LABORATORIUM"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP WERENG BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens Stal.)

KOLONI CIREBON DI LABORATORIUM Imat Rohmatuloh Mabruri1)

Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi matemabruri@gmail.com

Elya Hartini2)

Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi elya_thea@yahoo.com

Rakhmat Iskandar3)

Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi rais_riska56@yahoo.com.id

ABSTRACTS

This experiment was carried out in laboratory of entomology and greenhouse of Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tanaman (BBPOPT), Jatisari, Karawang, from May to August 2013.

The purpose of this experiment was to determine the resistance of some rice varieties against brown plant hopper Cirebon colonies through honey dew test.

The methods used was a Completely Randomized Design ) consisted of sixteen levels and was replicated three times. The treatments were : p1 = Cigeulis, p2 = Inpari-13, p3 = Sarinah, p4 = Pelita (control), p5 = Ciliwung, p6 = Intani-1, p7 = Cibogo, p8 = IR-42, p9 = IR-64, p10 = Cisadane, p11 = Sintanur, p12 = Inpari-6, p13 = Ciherang, p14 = Silugonggo, p15 = Way Apo Buru, p16 = Mekongga. The parameter observed were honey dew spot range, and mortality of brown plant hopper.

The result showed that there was diversity among varieties of rice and brown plant hopper Cirebon colonies attack. The Strength level of rice varieties towards brown plant hopper Cirebon colonies attack from the lowest to the highest resistance is Intani-1, Pelita, IR-42, Way Apo Buru, Sintanur, Cigeulis, Ciliwung, Cisadane, Sarinah, Cibogo, IR-64, Ciherang, Silugonggo, Mekongga, Inpari-6, Inpari-13.

(2)

ABSTRAK

Percobaan dilaksanakan di laboratorium entomologi dan rumah kaca Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tanaman (BBPOPT), Jatisari, Karawang, dari bulan Mei 2013 sampai dengan Agustus 2013.

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui ketahanan suatu varietas tanaman padi terhadap serangan wereng batang coklat Koloni Cirebon melalui uji embun madu. Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 16 perlakuan dan diulang sebanyak tiga kali, yaitu p1 = Cigeulis, p2 = Inpari-13, p3 = Sarinah, p4 = Pelita (kontrol), p5 = Ciliwung, p6 = Intani-1, p7 = Cibogo, p8 = IR-42, p9 = IR-64, p10 = Cisadane, p11 = Sintanur, p12 = Inpari-6, p13 = Ciherang, p14 = Silugonggo, p15 = Way Apo Buru, p16 = Mekongga. Parameter yang diamati adalah luas bercak embun madu dan tingkat mortalitas wereng batang coklat.

Hasil dari percobaan di laboratorium menunjukkan bahwa terdapat variasi ketahanan antar varietas terhadap serangan wereng batang coklat Koloni Cirebon. Secara berurutan berdasarkan tingkat ketahanan terhadap serangan hama WBC koloni Cirebon dimulai yang rentan hingga tahan adalah Intani-1, Pelita, IR-42, Way Apo Buru, Sintanur, Cigeulis, Ciliwung, Cisadane, Sarinah, Cibogo, IR-64, Ciherang, Silugonggo, Mekongga, Inpari-6, Inpari-13.

Kata Kunci: Padi, Varietas, Ketahanan, Wereng Batang Coklat, Koloni dan Laboratorium.

PENDAHULUAN

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan utama di dunia, khususnya Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya wilayah bagian barat mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok. Produksi beras diharapkan terus meningkat sesuai dengan laju pertambahan penduduk. Untuk memenuhi permintaan kebutuhan beras secara Nasional maka diperlukan adanya peningkatan produksi. Namun pada proses peningkatan produksi terdapat beberapa hambatan. Salah satu penyebab penurunan produktivitas tanaman padi adalah OPT yang merupakan cekaman biotik yang dapat mengurangi hasil panen, sehingga mengakibatkan ketidakstabilan produksi (Devi, 2011). Penurunan produksi karena serangan hama sebenarnya dapat dikurangi apabila kita mengenal bioekologi hama tersebut (Sudarmo, 1995).

Nilaparvata lugens Stal. atau wereng batang coklat (WBC) merupakan salah satu

hama penting yang menyerang tanaman padi. Hama ini merusak padi secara langsung dengan menghisap cairan dari batang hingga tanaman kering dan mati. Secara tidak langsung WBC menjadi vektor bagi penyebaran penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa yang disebabkan oleh virus (Bahagiawati dan Habib, 2005). Hama ini menyerang berbagai varietas tanaman padi khususnya varietas unggul tipe baru (VUTB), padi hibrida yang diketahui rentan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman, serta padi

(3)

varietas unggul baru (VUB) (Baehaki, 2008 dalam Rahmini, 2012). Menurut Wila (2002), WBC termasuk serangga bertipe r-strategi, artinya populasi serangga dapat menemukan habitatnya dengan cepat, berkembang biak dengan cepat dan mampu menggunakan sumber daya makanan yang baik sebelum serangga lain ikut berkompetisi, mempunyai sifat menyebar dengan cepat ke habitat yang baru sebelum habitat lain tidak berguna lagi. WBC dapat memanfaatkan makanan yang banyak dalam waktu singkat sehingga dapat menimbulkan ledakan dan kerugian yang tidak sedikit (Baehaki, 1993).

WBC hidup dengan mengisap cairan floem tanaman padi, yang mengakibatkan daun berubah warna menjadi kuning oranye sebelum menjadi coklat, mengering dan kemudian mati. Kondisi ini, disebut “hopperburn” karena tanaman terlihat seperti terbakar (Cagampang et al., 1974 dalam Rahmini, 2012). WBC dapat menyebabkan puso pada fase vegetatif maupun generatif tanaman, yaitu pada daun, batang, dan malai hingga menjadi kering kecoklatan seperti terbakar (Harahap dan Budi, 1993).

Salah satu teknik pengendalian yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan varietas tahan dan toleran. Menurut Dedi (2010), pengendalian dengan mengunakan varietas tahan merupakan cara yang ideal karena mudah digunakan, murah dan tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Pengelolaan varietas diaarahkan untuk menggunakan varietas – varietas yang toleran dan atau tahan terhadap WBC yang berkembang di suatu agroekosistem (Wila, 2002).

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai ketahanan beberapa varietas padi (Oryza sativa L.) terhadap WBC (Nilaparvata lugens Stal) koloni Cirebon dengan metode uji embun madu.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya kepada para petani dalam memilih varietas padi tahan WBC yang akan ditanam dan umumnya kepada pemerintah dan atau masyarakat dalam pemilihan varietas padi tahan WBC di daerah Cirebon sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif kepada para pengambil keputusan terhadap proses pencegahan hama WBC, khususnya dalam menentukan varietas tahan yang akan ditanam.

METODOLOGI

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di laboratorium entomologi dan rumah kaca Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT), Jatisari, Karawang.

(4)

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari benih padi sebanyak 16 varietas (Cigeulis, Inpari-13, Sarinah, Pelita, Ciliwung, Intani-1, Cibogo, 42, IR-64, Cisadane, Sintanur, Inpari-6, Ciherang, Silugonggo, Way Apo Buru dan Mekongga), kertas saring, parafilm, kapas, kertas bromocressol green, serangga WBC bunting Koloni Cirebon.

Alat-alat yang digunakan yaitu gunting, pinset, aspirator, erlemeyer, kurungan kasa, lempengan plastik mika, gelas plastik dan gelas plastik penutup.

Metode percobaan yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri atas 16 perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan varietas padi yang diuji (p) adalah:

p1 = Cigeulis p2 = Inpari-13 p3 = Sarinah p4 = Pelita (kontrol) p5 = Ciliwung p6 = Intani-1 p7 = Cibogo p8 = IR-42 p9 = IR-64 p10 = Cisadane p11 = Sintanur p12 = Inpari-6 p13 = Ciherang p14 = Silugonggo p15 = Way Apo Buru p16 = Mekongga Model RAL menurut Adji Sastrosupadi (1999) sebagai berikut: Yij = µ + Ti + Eij

Keterangan:

Yij = Respon (nilai pengamatan) varietas ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah umum (rata-rata respon)

Ti = Pengaruh varietas ke-i

Eij = Pengaruh galat percobaan dari varietas ke-i dan ulangan ke-j

Dari model linier di atas, maka dapat disusun daftar sidik ragam pada Tabel 1. Tabel 1. Analisis Sidik Ragam

Sumber Ragam db JK KT Fhit F.05

Ulangan Perlakuan Galat 4 15 60 ∑x.j/t-x….2/t ∑ xt2 - Fk r Jkt-Jkp KT1/KT3 KT2/KT3 JK3/DB3 KT1/KT3 KT2/ KT3 0,176 0,463 Total 79 ∑ xij2- Fk Sumber: Vincent Gaspersz, 1994

(5)

Tabel 2. Kaidah Pengambilan Keputusan

Hasil Analisis Analisis JK

F hit ≤ F0,05

F0,05 > F hit

Tidak Berbeda Nyata

Berbeda Nyata

Tidak ada perbedaan pengaruh antar perlakuan

Terdapat perbedaan pengaruh antar perlakuan

Berdasarkan hasil analisis ragam, maka untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan yang diuji maka dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan Duncan Multiple

Range Test (DMRT) dengan rumus sebagai berikut:

LSR = SSR x Sx Sx = r KTGalat Keterangan:

LSR = Least Significant Ranges SSR = Studentized Significant Ranges Sx = Galat baku rata – rata

KT = Kuadrat Tengah

r = Ulangan

WBC bunting dikumpulkan dari lapangan dengan menggunakan aspirator dan dipelihara di rumah kaca. Selama pemeliharaan dan perbanyakan (rearing) WBC di rumah kaca harus terhindar dari predator (terutama semut dan laba – laba). Selanjutnya WBC terus dipelihara sampai generasi ke-2 sehingga resurgensi hilang. Sebelum dilakukan pengumpulan WBC dari lapangan, terlebih dahulu dipersiapkan pakan berupa tanaman padi varietas Pelita yang tidak memiliki gen ketahanan. Pakan atau varietas Pelita yang selalu segar berumur 35 hari.

Sebanyak 16 varietas padi yang akan diuji direndam di dalam air selama 1x24 jam. Setelah itu benih diangkat dan diperam selama 2x24 jam sampai berkecambah. Benih yang telah berkecambah kemudian disemai pada pot tanah. Setelah umur 11 hari bibit padi dipilih dan dicabut untuk dipindahtanamkan ke dalam gelas plastik yang berisi tanah lumpur dan kompos (kotoran kambing dan jerami). Tiap – tiap varietas tanaman padi ditanam 5 gelas dan setiap gelas berisi 1 batang bibit padi. Setelah umur 35 hari sudah cukup untuk digunakan dalam pengujian. Waktu tanam 16 varietas padi ditentukan secara hitung mundur selama 35 hari sebelum WBC generasi ke-2.

(6)

Tanaman padi berumur 35 HST yang akan diuji dibersihkan dengan cara membuang pelepah daun yang sudah tua, air di dalam gelas dikeluarkan dan kotoran yang menempel dalam gelas dibersihkan. Setelah bersih bibit padi yang akan diuji tersebut dimasukan ke dalam laboratorium entomologi untuk diperlakukan lebih lanjut sebagai berikut; (1) Permukaan batang padi bagian pangkal dibalut dengan parafilm untuk mencegah terjadinya luka. (2) Meletakkan kertas saring diameter 9 mm pada permukaan gelas plastik untuk menampung uap air yang berasal dari gelas plastik. (3) Meletakkan lempengan plastik mika yang dilubangi bagian tengahnya pada permukaan gelas dengan cara memasukkan ujung daun tanaman padi pada lubang mika. (4) Menutup lubang lempengan plastik mika dengan parafilm. (5) Meletakkan kertas saring yang telah diberi perlakuan bromocressol green secara perlahan dengan bantuan pinset pada permukaan plastik mika. (6) Memasukkan plastik penutup dengan cara memasukkan ujung daun tanaman padi perlahan-lahan.

Setiap gelas yang berisi satu tanaman yang berumur 35 HST diinokulasi dengan 5 WBC betina dewasa. Ekskresi dari kelima WBC tersebut ditampung pada selembar kertas saring yang telah diberi perlakuan dengan bromocressol green. Keadaan WBC diamati pada 12, 24 dan 48 jam. Kertas indikator segera diambil kemudian dinilai berdasarkan lebar atau sempitnya bercak kotoran WBC yang ada pada kertas tersebut.

Pengamatan yang dilakukan meliputi 2 (dua) hal, yaitu luas bercak embun madi dan mortalitas. Reaksi antara embun madu (asam amino) dan bromocressol green akan terdeteksi dengan munculnya bercak (spot) yang berwarna putih susu. Selanjutnya luas bercak tersebut dihitung dengan menggunakan kertas millimeter blok transparan. Kriteria reaksi varietas terhadap WBC yang diuji ditentukan berdasarkan rata-rata bercak dari masing-masing varietas (satu varietas terdiri dari 5 ulangan), kemudian dibandingkan dengan varietas Pelita (kontrol). Pengamatan mortalitas bertujuan untuk mengetahui jumlah WBC yang mati selama waktu tertentu. Jika selama 12 jam pertama ditemukan WBC mati maka segera diganti. Tetapi pengamatan pada 24, 36 dan 48 jam berikutnya jumlah WBC yang mati tidak diganti. Kematian selama 24, 36 dan 48 jam dianggap karena pengaruh ketahanan varietas uji.

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN Luas Bercak Embun Madu

Pengamatan luas bercak diperoleh melalui reaksi hasil ekskresi WBC yang ditampung pada kertas indikator. Kertas indikator yang digunakan adalah bromocressol

green paper.

Tabel 3. Luas Bercak Embun Madu WBC Koloni Cirebon pada Varietas Padi

Keterangan : Nilai rata-rata yang disertai huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5 %

Pada Tabel 3, varietas kontrol yaitu Pelita yang secara genetis tidak memiliki gen ketahanan mendapatkan luas bercak seluas 2308.17 mm2 berbeda nyata dengan varietas hibrida Intani-1 dengan luas bercak 2840.33 mm2. Sejalan dengan pendapat Baehaki (2008, dalam Rahmini, 2012) WBC dapat menyerang padi hibrida yang diketahui rentan terhadap serangan OPT.

Berdasarkan gen ketahanan, Pelita merupakan varietas yang paling rentan, namun berdasarkan hasil uji, varietas Intani-1 merupakan yang paling rentan berbeda nyata dengan varietas lainnya. Varietas Intani-1 merupakan varietas hibrida komersil. Varietas hibrida lebih mengunggulkan hasil dan produktivitas per luas lahan. Meskipun memiliki produktivitas yang tinggi, varietas hibrida rentan terhadap wereng, jika menjadi sumber inang wereng, sangat mungkin menyerang juga padi nonhibrida yang ada di sekitarnya (Yan, Dadang, Faiz, 2009). Sehingga varietas hibrida yang sebelumnya dinyatakan tahan

Kode Varietas Luas Bercak (mm2)

p1 Cigeulis 1241.67 h p2 Inpari-13 200.33 a p3 Sarinah 940.33 f p4 Pelita 2308.17 l p5 Ciliwung 1104.33 gh p6 Intani-1 2840.33 m p7 Cibogo 779.83 e p8 IR-42 2094.33 k p9 IR-64 670.50 de p10 Cisadane 1043.50 fg p11 Sintanur 1528.17 i p12 Inpari-6 352.00 b p13 Ciherang 590.00 d p14 Silugonggo 521.00 cd

p15 Way Apo Buru 1771.67 j

(8)

wereng, dapat memiliki ketahanan yang berbeda jika sudah diaplikasikan di lapangan. Varietas hibrida memerlukan pemupukan yang tinggi, terutama unsur N (Yan dkk, 2009). Unsur N merupakan, unsur penting yang berperan dalam proses pertumbuhan vegetatif tanaman. Dengan N tinggi, tanaman makin rentan dan sukulen, yaitu kelebihan air dan mudah roboh. Akibatnya petani terus-terusan mengaplikasikan insektisida, kemudian terjadilah resistensi, karena wereng mudah beradaptasi.

Varietas yang paling tahan adalah varietas Inpari-13 dengan luas bercak sebesar 200.33 mm2, berbeda nyata dengan Inpari-6 dengan luas bercak sebesar 352.00 mm2. Sehingga kedua varietas ini disarankan untuk ditanam di daerah endemik Cirebon.

Varietas tanaman padi diuji berdasarkan tingkat ketahanan terhadap WBC melalui indikasi luas bercak ekskresi yang ditampung dalam kertas indikator. Luas bercak embun madu pada kertas indikator berbanding terbalik dengan ketahanan suatu varietas. Semakin besar luas bercak embun madu pada kertas indikator maka semakin rentan suatu varietas terhadap serangan WBC. Sebaliknya jika luas bercak semakin kecil maka varietas tersebut dikatakan tahan.

Mortalitas WBC

Pengamatan mortalitas dilakukan pada saat uji embun madu, pada waktu 12, 24, 36 dan 48 jam. WBC yang mati pada waktu 12 jam langsung diganti dengan wereng lain yang sudah dipuasakan. WBC yang mati pada 12 jam pertama diasumsikan mati tanpa ada pengaruh gen ketahanan varietas tanaman padi. WBC yang mati pada 12 jam pertama dapat diakibatkan karena teknik menghisap dan inokulasi WBC dengan aspirator yang terlalu kencang, sehingga mengakibatkan WBC stress.

Pada Tabel 4, tingkat mortalitas tertinggi ada pada varietas Inpari-13. Hal ini diduga karena reaksi ketahanan varietas tersebut terhadap serangan WBC. Hal tersebut didukung hasil observasi yang tertuang pada Tabel 3, Inpari-13 merupakan varietas yang paling tahan jika dibandingkan dengan varietas lain yang diuji.

Nilai mortalitas yang tinggi dapat diakibatkan karena adanya interaksi antara ketahanan biofisik dan atau biokimia tanaman. Ketahanan tanaman padi terhadap serangan WBC secara genetik ditentukan oleh gen bph.

(9)

Rata – rata mortalitas wereng batang coklat koloni Cirebon tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Mortalitas Wereng Batang Cokelat Koloni Cirebon pada Uji Embun

Madu

Kode Varietas Mortalitas (%)

p1 Cigeulis 13.33 c p2 Inpari-13 33.33 e p3 Sarinah 0.00 a p4 Pelita 0.00 a p5 Ciliwung 6.67 b p6 Intani-1 6.67 b p7 Cibogo 6.67 b p8 IR-42 6.67 b p9 IR-64 13.33 c p10 Cisadane 6.67 b p11 Sintanur 6.67 b p12 Inpari-6 26.67 d p13 Ciherang 6.67 b p14 Silugonggo 6.67 b

p15 Way Apo Buru 6.67 b

p16 Mekongga 13.33 c

Keterangan : Nilai rata-rata yang disertai huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5 %

Beberapa faktor morfologi tanaman yang peka antara lain: tinggi tanaman, diameter batang besar dan lebar dan daun bendera sehingga dengan mudah serangga meletakan telur (Syafrizal, 2011). Selain itu Menurut Smith (1989) dalam (Syafrizal, 2011), ketahanan tanaman terhadap serangga menurut morfologi tanaman salah satu diantaranya yaitu trikom (bulu daun) dan ketebalan jaringan pembuluh.

Tingkat mortalitas yang tinggi diduga karena terhambatnya pengisapan cairan tanaman atau kurang sesuainya zat makan (Anonim, 1992 dalam Wila, 2002). WBC yang tidak sesuai dengan zat makan berupa cairan tanaman padi beradaptasi dengan insting migrasi. WBC yang diinokulasikan pada varietas tahan tidak berada pada batang tanaman, mengindikasikan bahwa ada ketidakcocokan antara serangga dan tanaman inang. WBC yang tidak menghisap cairan batang tanaman padi kekurangan makanan kemudian mati.

(10)

SIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Varietas Inpari-13 adalah varietas yang paling tahan, sedangkan varietas Intani-1 merupakan varietas yang sangat rentan terhadap WBC koloni Cirebon.

2. Mortalitas WBC paling tinggi berada pada varietas Inpari-13.

SARAN

Perlu dilakukan kembali pengujian ketahanan varietas tanaman padi terhadap WBC dari koloni lain dan atau pengujian dengan menggunakan multi koloni, serta menggunakan varietas tanaman padi unggul yang baru.

Untuk mengetahui respon ketahanan suatu varietas tanaman padi lebih mendalam, perlu dilakukan pengujian lanjutan di lapangan. Salah satu metode pengujian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode “Rice Garden”. Pengujian didasarkan atas kepadatan populasi dan intensitas serangan OPT di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Adji Sastrosupadi. 1999. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Baehaki Syafrial Efendi. 1993. Berbagai Hama Serangga Tanaman Padi. Bandung. Angkasa.

Bahagiawati, Habib Rijzani. 2005. Jurnal Penelitian. Pengelompokan Biotipe Wereng

Cokelat Berdasarkan Hasil PCR-RAPD. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/

handle/123456789/43343/Bahagiawati.pdf (diakses: Jumat, 4 Oktober 2013. Pukul: 01.02 wib).

Dedi Darmadi. 2010. Uji Beberapa Varietas Padi terhadap Hama Wereng Batang Coklat

Koloni Subang. Karawang. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu

Tanaman.

Devi Novesari Saragih. 2011. Laporan Penelitian. Pengaruh Perlakuan Beberapa

Varietas Padi (Oryza sativa) Terhadap Fitness Nilaparvata lugens Stål.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/52264/A11dns.pdf?sequen ce=1 (diakses: Senin, 28 Oktober 2013. Pukul: 15.00 wib).

Harahap IS dan Budi T. 1993. Pengendalian Hama dan Penyakit untuk Padi. Penebar Swadaya. Bogor.

Rahmini. 2012. Respon Biologi Wereng Batang Cokelat Nilaparvata lugens Stål

(11)

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/58892/2012rah.pdf?sequen ce=1 (diakses: Senin, 28 Oktober 2013. Pukul: 15.00 wib).

Sudarmo Subiyakto. 1995. Pengendalian Hama Penyakit dan Gulma Padi. Yogyakarta. Kanisius.

Syafrizal Hasibuan. 2011. Kajian Ketahanan Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.)

Terhadap Penggerek Batang Padi Putih Scirpophaga innotata Wlk. (Lepidoptera ; Pyralidae) Di Rumah Kasa. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/

25007/4/Chapter%20II.pdf (diakses: Senin, 18 November 2013. Pukul: 22.00 wib).

Vincent Gaspersz. 1994. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-Ilmu Pertanian,

Ilmu-Ilmu Teknik dan Biologi. Armico, Bandung.

Wila Mei Anggraeni. 2002. Studi Ketahanan Varietas Padi Terhadap Wereng Batang

Coklat Nilaparvata lugens Stal. (Homoptera : DELPHACIDAE). http://

repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54451/A02wma.pdf?sequence=1 (diakses: Senin, 11 November 2013. Pukul: 15.00 wib).

Yan Suhendar, Dadang WI, Faiz Faza. 2009. Dibutuhkan VUTW Baru. http://www.agrina-online.com/show_article.php?rid=7&aid=2138 (diakses: Sabtu, 19 Oktober 2013. Pukul: 20.00 wib).

Referensi

Dokumen terkait

The experiments performed and discussed in the paper let us evaluate the effective contribution of texture information, and compare the most suitable vector components and metrics

Rumusan masalah yang ditemukan setelah me- lakukan observasi pada site dan wawancara: Problem definition di bidang usaha yaitu, Restoran Malioboro merupakan sebuah restoran yang

Berdasarkan penelitian dan analisa pengujian pengaruh intensitas dan temperatur permukaan panel surya pada berbagai jenis sel surya, maka saran yang dapat disampaikan

Oleh karena itu, upaya-upaya untuk terus mengembangkan profesi pendidik (guru) menjadi suatu syarat mutlak bagi kemajuan suatu bangsa, meningkatnya kualitas pendidik akan

mengevaluasi pembelajarn, (11) memberikan bimbingan, berinteraksi dengan sejawat dan bertanggung jawab konstituen serta, (12) mampu melaksanakan penelitian. Secara spesifik

Strategi pembentukan karakter kerja keras melalui tari kreasi Boran yang dilakukan oleh sanggar Tari Tri Melati Lamongan adalah dengan menerapkan beberapa cara sederhana,

Dengan menggunakan metode penelitian sejarah, observasi langsung dan wawancara mendalam dengan pemilik dan pelanggan serta masyarakat sekitar warung kopi, penelitian ini

Berdasarkan hasil observasi, penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri oleh guru dan siswa pada siklus I pertemuan I dan II sudah mengalami peningkatan dari sebelum