• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. penelitian mengenai analisis penggunaan sentaku no setsuzokushi dalam novel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. penelitian mengenai analisis penggunaan sentaku no setsuzokushi dalam novel"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

9 2.1 Kajian Pustaka

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, belum ditemukan hasil penelitian mengenai analisis penggunaan sentaku no setsuzokushi dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Anggraini (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Bentuk dan Perbedaan Makna Uchi ni, Aida ni, dan Kagiri Yang Berfungsi Sebagai Setsuzokushi dalam novel Ryoma ga Yuku karya Ryotaro Shiba”. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraini membahas mengenai bentuk serta makna yang terkandung dalam uchi ni, aida ni, dan kagiri dalam novel Ryoma ga Yuku karya Ryotaro Shiba dengan menggunakan teori makna dari Pateda (2001). Metode yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Anggraini adalah metode simak dan agih dengan teknik lanjutan berupa teknik catat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraini menunjukkan bahwa uchi ni, aida ni, dan kagiri yang berfungsi sebagai setsuzokushi dapat digabungkan dengan kata lain dalam bahasa Jepang yaitu, verba, adjektiva, dan nomina. Setsuzokushi tersebut memiliki arti yang hampir sama namun didalamnya mengandung makna yang berbeda. Setsuzokushi uchi ni dan aida ni mengandung makna adanya dua buah peristiwa atau situasi yang berlangsung dalam waktu yang bersamaan, dan adanya suatu

(2)

perubahan yang terjadi pada saat adanya suatu situasi atau tindakan yang terjadi secara bersamaan. Setsuzokushi kagiri mengandung makna adanya suatu persyaratan agar suatu hal terjadi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini adalah menggunakan metode dan teknik penelitian yang sama yaitu sama-sama menggunakan metode simak dan agih dengan teknik lanjutan berupa teknik catat, sehingga dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini dengan penelitian ini adalah terletak pada objek penelitian serta sumber data yang dianalisis. Anggraini membahas mengenai setsuzokushi uchi ni, aida ni, dan kagiri dalam novel Ryoma ga Yuku karya Ryotaro Shiba sedangkan penelitian ini membahas mengenai sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami.

Dwita (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Penggunaan Setsuzokushi ga dan keredomo dalam Novelet Kappa karya Akutagawa Ryuunosuke”. Penelitian yang dilakukan oleh Dwita membahas mengenai fungsi dan makna yang terkandung dalam setsuzokushi ga dan keredomo dalam Novelet Kappa dan perbedaan penggunaan setsuzokushi ga dan keredomo dalam Novelet Kappa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode simak dan teknik simak bebas libat cakap dalam pengumpulan datanya, kemudian data tersebut dianalisis menggunakan metode agih dengan teknik lanjutan yaitu teknik baca markah, dalam penyajian analisis penelitian ini menggunakan metode formal dan informal. Dalam penelitian ini, Dwita menggunakan beberapa teori yaitu fungsi setsuzokushi oleh Sudjianto (1996), teori setsuzokushi ga oleh Takayuki

(3)

1993), teori setsuzokushi keredomo oleh Takayuki (1993), dan teori gramatikal oleh Abdul Chaer (1995). Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Dwita yaitu setsuzokushi ga dan keredomo memiliki empat fungsi yang sama yaitu menggabungkan dua peristiwa yang berlawanan, menggabungkan dan menjajarkan dua peristiwa, menyatakan ekspresi, dan menunjukkan kalimat yang belum selesai. Keredomo memiliki satu fungsi yang tidak dimiliki oleh ga yaitu menyatakan dua hal yang berbeda. Adapun perbedaan ga dan keredomo yaitu, ga lebih sering digunakan dalam bahasa tulisan jika dibandingkan dengan keredomo. Selain itu ga dapat digunakan dalam bentuk biasa maupun bentuk hormat sedangkan keredomo tidak dapat digunakan dalam bentuk hormat. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Dwita dengan penelitian kali ini yaitu sama-sama membahas mengenai setsuzokushi, sehingga dapat dijadikan bahan referensi dalam penelitian ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Dwita terletak pada setsuzokushi yang dibahas dan sumber data yang dianalisis. Penelitian yang dilakukan oleh Dwita membahas mengenai setsuzokushi ga dan keredomo dalam Novelet Kappa karya Akutagawa Ryuunosuke, sedangkan penelitian ini membahas mengenai sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami.

Purnamasari (2011) melakukan penelitian mengenai fukujoshi bakari dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Penggunaan Fukujoshi Bakari dalam novel 1 Rittoru no Namida karya Aya Kito”. Penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari membahas mengenai variasi bentuk dan makna fukujoshi bakari dalam novel 1 Rittoru no Namida karya Aya Kito dengan menggunakan teori

(4)

bakari yang dikemukakan oleh Naoko Chino dan teori makna kontekstual. Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari adalah metode simak dan agih dengan teknik lanjutan berupa teknik catat. Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari adalah bakari memiliki beberapa makna yaitu menunjukkan suatu perkiraan jumlah terendah, menekankan ketunggalan perbuatan oleh kata yang mendahuluinya, menekankan alasan atau sebab dalam frase bakari ni, dan juga memiliki arti “tidak hanya…tetapi juga…”. Bakari dapat digunakan setelah verba bentuk ~ta (bentuk lampau), setelah bentuk ~te iru, dan juga dapat digunakan setelah verba bentuk kamus. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan metode simak dan agih dengan teknik lanjutan berupa teknik catat. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari dapat dipahami metode dan teknik tersebut diterapkan sehingga dapat dijadikan acuan maupun referensi dalam penelitian ini. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari dengan penelitian ini yaitu terletak pada objek penelitian serta sumber data yang berbeda. Purnamasari membahas mengenai Fukujoshi Bakari dalam novel 1 Rittoru no Namida karya Aya Kito, sedangkan penelitian ini membahas mengenai sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami.

2.2 Konsep

Dalam penelitian ini dijelaskan konsep-konsep yang dapat mendukung penelitian mengenai sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(5)

2.2.1 Setsuzokushi

Dalam bahasa Jepang, setsuzokushi merupakan salah satu jenis kelas kata. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada pengertian setsuzokushi yang dikemukakan oleh para ahli bahasa Jepang sebagai berikut.

接続詞は品詞の一つ。二つ以上の語、文節、文などを接続する働きを持 ち、後に述べられる事柄が、前に述べられる事柄に対してどのような関 係にあるかを示す語。

(Setsuzokushi wa hinshi no hitotsu. Futatsu ijo no go, bunsetsu, bun nado o setsuzokusuru hataraki o mochi, ato ni noberareru kotogara ga, mae ni noberareru kotogara ni taishite donoyouna kankei ni aruka o shimesugo).

Setsuzokushi adalah salah satu jenis kata yang memiliki fungsi menghubungkan dua buah kata atau lebih, klausa, kalimat dengan kalimat yang lainnya, akibat dari kalimat sebelumnya dinyatakan pada kalimat berikutnya, dan kata tersebut menunjukkan hubungan seperti apa yang ditunjukkan oleh kalimat sebelumnya (Gendai Kokugo Reikai jiten 1993;703).

Selain itu setsuzokushi adalah kelas kata yang digunakan untuk merangkaikan atau menggabungkan kalimat dengan kalimat, ataupun merangkaikan bagian-bagian kalimat (Sudjianto, 1996; 100). Sedangkan dalam bahasa Indonesia, setsuzokushi disebut dengan konjungsi atau kata sambung. Kata sambung adalah kata-kata yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat (Abdul Chaer, 1994; 176).

(6)

Menurut Sudjianto (1996;100) fungsi setsuzokushi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Setsuzokushi digunakan untuk merangkaikan, menjajarkan atau mengumpulkan beberapa kata. Dalam hal ini setsuzokushi dipakai diantara kata-kata tersebut.

2. Setsuzokushi digunakan untuk menggabungkan dua klausa atau lebih di dalam suatu kalimat dan menggabungkan induk kalimat dengan anak kalimat. Dalam hal ini setsuzokushi diapit oleh bagian-bagian kalimat yang digabungkan tersebut.

3. Setsuzokushi digunakan untuk menggabungkan dua kalimat dan menyatakan bahwa kalimat sebelumnya berhubungan dengan kalimat berikutnya.

2.2.2 Jenis-jenis Setsuzokushi

Masao dalam Sudjianto (1996:101) mengemukakan bahwa setsuzokushi dibagi menjadi tujuh jenis, yaitu:

1. Heiritsu no Setsuzokushi 2. Sentaku no Setsuzokushi 3. Tenka no Setsuzokushi 4. Gyakusetsu no Setsuzokushi 5. Joken no Setsuzokushi 6. Tenkan no Setsuzokushi 7. Setsumei no Setsuzokushi

(7)

2.2.3 Sentaku no setsuzokushi

Sentaku no setsuzokushi adalah kata sambung (konjungsi) yang menyatakan pilihan antara kata yang disebutkan sebelumnya dengan kata-kata yang disebutkan kemudian (Sudjianto, 1996; 102). Setsuzokushi yang menyatakan pilihan ini antara lain; aruiwa, soretomo, matawa dan moshikuwa. Selain itu Sentaku no Setsuzokushi {~aruiwa} merupakan kunjungsi atau kata sambung yang berfungsi untuk menghubungkan suatu kalimat dengan kata atau kalimat lainnya (Makino dan Tsutsui, 1994: 16-20).

2.2.4 Verba (doushi)

Verba (doushi) adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, sama dengan adjektiva-i dan adjektiva-na merupakan salah satu jenis yoogen. Kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu. Verba (doushi) dapat mengalami perubahan dengan sendirinya dapat menjadi predikat (Nomura dalam Sudjianto, 2007: 149).

2.2.5 Nomina (meishi)

Nomina (meishi) adalah kata-kata yang menyatakan nama suatu perkara, benda, barang, kejadian atau peristiwa, keadaan, dan sebagainya yang tidak mengalami konjugasi. Nomina (meishi) disebut juga taigen, di dalam suatu kalimat ia dapat menjadi subjek, predikat, kata keterangan, dan sebagainya (Hirai dalam Sudjianto, 2007 : 156).

2.3 Kerangka Teori

Teori digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam sebuah penelitian. Adapun teori yang digunakan dalam menganalisis struktur kalimat

(8)

sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo yang terdapat dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami mengacu pada pendapat dari Seichii Makino dan Michio Tsutsui (1994). Sedangkan untuk menganalisis mengenai makna dari sentaku no setsuzokushi, mengacu pada teori makna dari Pateda (2001).

2.3.1 Sintaksis

Sintaksis dalam bahasa Jepang disebut tougoron ( 統 語 論 ) atau sintakusu ( シ ン タ ク ス ) , yaitu cabang linguistik yang mengkaji tentang struktur dan unsur-unsur pembentuk kalimat. Bidang garapan sintaksis adalah kalimat yang mencakup jenis dan fungsinya, unsur-unsur pembentuknya, serta struktur dan maknanya (Nita,1997:14).

Peranan teori sintaksis dalam penelitian ini yaitu sebagai landasan teori yang paling utama karena bidang garapan sintaksis mencakup jenis dan fungsinya, unsur-unsur pembentuknya, serta stuktur dan makna dalam sebuah kalimat. Untuk lebih jelasnya membahas mengenai struktur kalimat sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Makino dan Michio Tsutsui (1994) yaitu:

1. Aruiwa

Struktur kalimat yang mengandung sentaku no setsuzokushi aruiwa yaitu:

a. N1 (か)、あるいは N2

Noun 1 (ka), aruiwa noun 2 Contoh :

(9)

父(か)、あるいは 母。 Chichi (ka) , aruiwa haha. ‘Ayah atau ibu.’

(ADAJG, 1994: 17)

b. V1 inf.か、あるいは V2 inf. か

Verb 1. informal. ka, aruiwa verb2 informal. ka Contoh :

本を読むか、あるいはテニスをするか。 Hon wo yomu ka, aruiwa tenisu wo suru ka. ‘Membaca buku atau bermain tenis’

(ADAJG, 1994:18)

c. Adj ( i ) 1 あるいは Adj ( i ) 2

Adjektiva ( i) 1 aruiwa adjektiva ( i ) 2 Contoh :

面白いか、あるいはつまらいか。 Omoshiroi ka, aruiwa tsumarai ka. ‘Menarik atau membosankan.’

(ADAJG, 1994:18)

d. あるいは{ V/adj( i ) }inf(の )かもしれない Aruiwa {verb/adjektiva (i)} informal (no) kamoshirenai

Contoh :

あるいは{行く/行った}(の)かもしれない。 Aruiwa {iku/itta} (no) kamoshirenai.

‘Mungkin dia akan pergi atau sudah pergi.’

(10)

e. あるいは{Adj(na)stem/N} {O/だった(の)}かもしれない Aruiwa {adjektiva (na)/noun} {objek/datta (no) } kamoshirenai.

Contoh :

あるいは{元気/元気だった(の)}かもしれない。 Aruiwa {genki/genkidatta (no) } kamoshirenai.

Mungkin dia baik-baik saja atau telah membaik.

(ADAJG, 1994:18) 2. Soretomo

Struktur kalimat yang mengandung sentaku no setsuzokushi soretomo yaitu :

a. N1 それとも N2 Noun1 soretomo noun2 Contoh :

A : コーヒー?それとも紅茶? Kohi ? soretomo koucha ? Kopi ? atau teh?

B: どちらでもけっこうです。 Dochirademo kekkoudesu. Yang mana pun bisa.

(NBJ, 1994: 176) b. ~それとも ~Soretomo Contoh : 雨が降ってきましたが、どうしますか?行きますか。それとも 延期しますか。

Ame ga futte kimashita ga, doushimasuka? Ikimasuka. Soretomo enkishimasuka.

(11)

Hujan telah turun, apa yang akan anda lakukan ? apakah pergi atau menundanya?

(NBJ, 1994: 176)

2.3.2 Semantik

Semantik (imiron) adalah salah satu cabang ilmu linguistik (gengogaku) yang mengkaji mengenai makna. Semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik. Semantik memegang peranan yang sangat penting karena bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi tidak lain untuk menyampaikan suatu makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata (go no imi), relasi makna antar satu kata dengan kata lainnya (go no imi kankei), makna frase, (ku no imi), dan makna kalimat (bun no imi) (Chaer, 1994: 2).

Pada penelitian ini membahas mengenai makna kata (go no imi), maka teori semantik sangat cocok digunakan. Selain itu untuk menganalisis mengenai makna yang terkandung dalam sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo digunakan teori makna dari Pateda (2001). Jika penggunaan bahasa mendengar kata tertentu, akan dapat dibayangkan benda atau sesuatu yang diacu, dan apabila penggunaan bahasa membayangkan sesuatu maka akan dapat dikatakan pengertian dari bayangan yang dimaksud. Hubungan antara pengertian dan bayangan itulah kemudian oleh Pateda (2001:82) disebut dengan makna. Pateda (2001:97-149) membagi makna menjadi beberapa jenis, yaitu sebahgai berikut.

(12)

1. Makna afektif merupakan makna yang muncul akibat reaksi pengguna bahasa terhadap pengguna suatu kata atau kalimat, sehingga makna afektif tersebut sangat berhubungan dengan gaya bahasa itu sendiri.

2. Makna denotatif adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukkan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan pada konvensi tertentu. Makna denotatif adalah makna apa adanya, makna sebenarnya dan makna yang tidak digabungkan dengan faktor lain, baik yang berlaku pada pengguna bahasa.

3. Makna deskriptif disebut juga makna kognitif atau makna referensial, adalah makna yang terkandung di dalam setiap kata. Makna yang dimaksud adalah makna yang ditunjukkan oleh lambang itu sendiri, makna yang masih berlaku sekarang dan berlaku dalam masyarakat pengguna bahasa.

4. Makna ekstensi adalah makna yang mencangkup semua ciri atau konsep yang ada pada kata, dan mencangkup semua makna atau kemungkinan makna yang muncul dalam kata.

5. Makna emotif adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi atau sikap pembicara terhadap yang dipikirkan atau dirasakan. Hubungan makna emotif dengan makna kognitif dibedakan berdasarkan hubungan antara kata dan acuannya, dan hubungan antara kata dengan karakteristik tertentu.

(13)

6. Makna gereflekter adalah makna yang muncul akibat sugesti emosional dan berhubungan dengan kata atau ungkapan tabu, misalnya yang berhubungan dengan seksual, kebiasaan atau kepercayaan.

7. Makna gramatikal atau juga disebut makna fungsional, makna struktural, atau makna internal adalah makna yang muncul akibat berfungsinya kata dalam kalimat.

8. Makna ideasional adalah makna yang muncul akibat pengguna kata yang memiliki konsep. Pengguna bahasa harus memahami terlebih dahulu ide yang terkandung di dalam suatu kata sehingga dapat mengetahui konsekuensi atau hal yang diharapkan yang berlaku dalam kata tersebut.

9. Makna intensi adalah makna yang menekankan pada maksud pembicara.

10. Makna khusus adalah makna kata atau istilah yang pemakaiannya terbatas pada bidang atau kegiatan tertentu. Makna ini dapat diperoleh dengan menambahkan suatu kata di depan atau dibelakangnya.

11. Makna kiasan adalah makna kata yang tidak sebenarnya atau tidak sesuai dengan konsep yang terdapat di dalam suatu kata. Makna kata banyak terdapat di dalam idiom, peribahasa dan ungkapan.

12. Makna kognitif atau sering disebut dengan makna deskritif atau makna referensial adalah makna yang ditujukan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponennya.

(14)

Makna kognitif dibedakan menjadi denotasi kata (hubungan antara kata dengan benda atau hal yang diacu), dan konotasi kata (hubungan antara kata dengan karakteristik tertentu).

13. Makna kolokasi adalah makna yang berhubungan dengan pengguna beberapa kata di dalam lingkungan yang sama. Walaupun terdapat beberapa kata yang memiliki makna yang sama atau mirip, namun penggunaannya harus sesuai dengan objek atau situasi, sehingga setiap kata memiliki keterbatasan dalam pemakainnya. Keterbatasan tersebut terletak pada unsur yang membentuk kata atau urutan kata, tingkat kecocokan kata, dan ketepatannya.

14. Makna konotatif adalah makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas pikiran atau perasaan yang timbul pada pengguna bahasa.

15. Makna konseptual atau disebut juga makna denotatif adalah hal yang esensial di dalam suatu bahasa dan dapat diketahui setelah dihubungkan atau dibandingkan pada tataran bahasa.

16. Makna konstruksi adalah makna yang terdapat dalam konstruksi kebahasaan.

17. Makna kontekstual adalah makna yang muncul akibat hubungan antara ujaran dan konteks baik berupa konteks orangan, konteks situasi, konteks tujuan, konteks formal, konteks suasana hati pembicara atau pendengar,

(15)

konteks waktu, konteks tempat, konteks objek, konteks alat kelengkapan bicara, dan konteks bahasa.

18. Makna leksikal atau disebut juga makna semantik atau makna eksternal adalah makna suatu kata ketika makna tersebut berdiri sendiri baik dalam bentuk leksem atau bentuk berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap atau sama dengan yang terdapat di dalam kamus.

19. Makna lokusi adalah makna yang timbul karena suatu topik dikaitkan dengan suatu keterangan dalam suatu ujaran.

20. Makna luas menunjukkan bahwa makna yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari apa yang telah dipertimbangkan. Makna luas dapat dibatasi dengan membuat spesifikasi yang dapat dilakukan dengan cara menambahkan unsur kata baik di depan maupun di belakang unsur kata tersebut. Dalam sistem tulis pembatasan dapat dilakukan dengan memanfaatkan ejaan secara benar, dan dalam bahasa lisan dapat dilakukan dengan memanfaatkan unsur - unsur non kebahasaan misalnya lambaian tangan.

21. Makna piktorial adalah makna yang muncul akibat bayangan pendengar atau pembaca terhadap suatu kata.

22. Makna proporsional adalah makna yang muncul jika pengguna bahasa membatasi pengertiannya terhadap sesuatu. Makna ini biasanya berhubungan dengan hal-hal yang sudah pasti.

(16)

23. Makna pusat atau makna inti adalah makna yang dimiliki setiap kata walaupun kata tersebut tidak berada di dalam konteks kalimat.

24. Makna referensial adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata.

25. Makna sempit atau disebut juga makna khusus adalah makna yang berwujud sempit pada keseluruhan ujaran. Untuk mempersempit makna, pengguna bahasa harus memperluas kata.

26. Makna stilistika adalah makna yang timbul akibat pemakaian bahasa.

27. Makna tekstual adalah makna yang timbul setelah membaca teks secara keseluruhan, sehingga makna tekstual sangat berhubungan dengan bahasa tertulis.

28. Makna tematis dapat dipahami setelah dikomunikasikan oleh pengguna bahasa baik melalui kata-kata, fokus pembicara, maupun penekanan pembicaraan.

29. Makna umum adalah makna yang luas pengertiannya dan mencakup secara keseluruhan.

Dari beberapa makna yang termasuk dalam kajian semantik, teori makna yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori makna gramatikal. Makna gramatikal adalah makna yang muncul akibat berfungsinya kata dalam kalimat Dalam hal ini sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo yang berfungsi

(17)

sebagai konjungsi disesuaikan dengan makna gramatikal agar tidak menimbulkan salah penafsiran. Pateda (2001:97-149).

Referensi

Dokumen terkait

Sejarah  mencatat  asal  mula  dikenalnya  kegiatan  perbankan  adalah  pada  zaman kerajaan tempo dulu  di  daratan Eropa. Kemudian  usaha perbankan  ini 

informasi publik ini dibatasi dengan hak individual dan privacy seseorang terkait dengan data kesehatan yang bersifat rahasia (rahasia medis). Jadi dalam hal ini dapat dianalisis

Berdasarkan hal tersebut di atas, dan mengacu pada kesepakatan antara DPRK dan Pemerintah Kota Sabang tentang Kebijakan Umum APBK Tahun 2011, para pihak sepakat terhadap

Pada penjadwalan ini job 1 memiliki waktu proses terlama, sehingga job 1 harus ditempatkan pada akhir proses produksi, Berdasarkan hasil sequencing dari AIS,

Bidang adalah Bidang-Bidang pada Dinas Daerah Kabupaten Buleleng yang dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas melalui

 Terimakasih kepada semua dosen Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jember..  Kepada Dosen Pembimbing saya :

Peningkatan daya tertinggi terjadi pada rpm 5000, yaitu sebesar 0.4 Hp dari yang awalnya 5.2 Hp saat menggunakan valve head tulip menjadi 5.6 Hp saat menggunakan valve

Ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi hasil tangkapan nelayan antara lain; (1) Tenaga kerja, (2) Bahan bakar, (3) Jenis alat tangkap yang digunakan (4) Jenis kapal,