• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2020"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

i LAPORAN KEMAJUAN

PENELITIAN HIGH IMPACT DANA ITS 2020

IMOBILISASI JAMUR PELAPUK COKLAT (Gloeophyllum trabeum)

DALAM METAL ORGANIC FRAMEWORKS UiO-66 DAN APLIKASINYA

DALAM BIODEGRADASI LIMBAH PEWARNA BATIK

REACTIVE BLACK 5

Tim Peneliti :

Adi Setyo Purnomo, M.Sc., Ph.D. (Departemen Kimia/Fakultas Sains dan Analitika Data) Dra. Ratna Ediati, M.Si., Ph.D. (Departemen Kimia/Fakultas Sains dan Analitika Data)

Prof. Dr. Taslim Ersam, MS. (Departemen Kimia/Fakultas Sains dan Analitika Data) Drs. Refdinal Nawfa, MS. (Departemen Kimia/Fakultas Sains dan Analitika Data)

DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2020

(2)

i

Daftar Isi

Daftar Isi ... i

Daftar Tabel ... ii

Daftar Gambar ... iii

BAB I RINGKASAN ... 1

BAB II HASIL PENELITIAN ... 3

BAB III KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN ... 8

BAB IV RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA ... 9

(3)

ii

Daftar Tabel

(4)

iii

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Hasil regenerasi kultur jamur G. trabeum yang baik ... 3

Gambar 2.2 Kultur jamur pelapuk coklat pada media cair (PDB) ... 4

Gambar 2.3 Kurva Absorbansi Vs Panjang Gelombang ... 5

Gambar 2.4 Hasil uji dekolorisasi dengan masa inkubasi 28 hari ... 6

Gambar 2.5 Kurva standar RB5 ... 6

Gambar 2.6 XRD dari UiO-66 ... 7

(5)

1

BAB I

RINGKASAN

Berdasarkan data dari Kementrian Perindustrian Republik Indonesia tahun 2019 pada triwulan III, Industri tekstil dan pakaian jadi merupakan sektor manufaktur yang mencatatkan pertumbuhan paling tinggi sebesar 15,08 persen. Hal ini diperkuat oleh data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan produksi industri pakaian jadi mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 15,29 persen. Salah satu andalan industri tekstil di Indonesia yaitu produk batik, tekstil jenis ini telah lama dikerjakan mulai dari skala rumah tangga hingga skala pabrik. Namun di balik perkembangan industri batik ternyata menyisakan masalah lingkungan dengan adanya limbah dari proses pembuatannya terutama limbah pewarna. Banyak limbah yang memiliki tingkat toksisitas yang tinggi yang terdiri dari senyawa-senyawa yang sulit didegradasi dimana limbah pewarna ini dapat menimbulkan efek merugikan bagi lingkungan dan makhluk hidup. Salah satu pewarna azo yang sering terdapat pada limbah pewarna tekstil adalah reactive black 5 (RB5). Selama proses pewarnaan sekitar 15-50% pewarna tidak terikat dalam serat kain dan dibuang bersama limbah tekstil. Mengingat dampak negatif dari pencemaran limbah tekstil ini maka perlu dicari solusinya, dimana salah satu metode yang ramah lingkungan yaitu bioremediasi. Salah satu jamur yang dapat digunakan untuk biodegradasi pewarna adalah jamur pelapuk coklat Gloeophyllum trabeum. Biodegradasi menggunakan jamur pelapuk coklat ini masih menjanjikan untuk diteliti, dimana kemampuannya akan dioptimasi pada material Metal Organic Frameworks (MOF) UiO-66 dimana MOF ini memiliki kemampuan yang baik sebagai adsorben zat pewarna. Kombinasi keduanya diharapkan bisa menghasilkan material yang dapat digunakan dalam pengolahan limbah tekstil. Sistem jamur/MOF menawarkan kecepatan adsorpsi pewarna yang cepat dan fotokatalis oleh MOF, didukung oleh proses bioregenerasi oleh jamur sehingga diharapkan sistem ini dapat mendegradasi pewarna lebih efisien. Berdasarkan hal tersebut, tujuan penelitian ini adalah mensintesis dan mengkarakterisasi material jamur pelapuk coklat G. trabeum yang terimobilisasi dalam MOF UiO-66 serta menguji kemampuan degradasinya pada pewarna batik RB5. Pengaruh penambahan MOF UiO-66 pada sintesis material GT/UiO-66 akan dievaluasi dan dikarakterisasi sifat-sifatnya antara struktur padatannya (XRD), morfologi, bentuk, ukuran dan susunan partikel (SEM), ukuran dan volume pori dan luas permukaan spesifik (adsorpsi-desorpsi nitrogen), kestabilan termal padatan (TGA), dan juga kemampuan degradasinya (Spektrofotometer UV-Vis). Material GT/UiO-66

(6)

2

selanjutnya diuji kemampuannya dalam mendekolorisasi pewarna RB5 dan metabolit produk hasil degradasi akan diuji dengan LCMS. Tahapan-tahapan yang akan dilakukan: sintesis material GT/UiO-66 dan karakterisasinya menggunakan XRD, TGA, Adsorpsi-desorpsi nitrogen, dan SEM; uji degradasi pada pewarna RB5 dan kondisi optimum (pH dan suhu), dan analisis produk metabolit dan persen dekolorisasi. Target luaran dari penelitian ini adalah publikasi dalam jurnal internasional terindeks Scopus yaitu di jurnal “Applied Microbiology and Biotechnology” dengan Impact factor 3.670 (Q1). Penelitian ini diharapkan menghasilkan metode penanganan masalah limbah zat warna dan dapat bermanfaat bagi ITS serta pelaku industri batik khususnya dan dapat dijadikan sebagai referensi dalam upaya penanganan masalah limbah pewarna batik.

Kata kunci : Biodegradasi, Jamur Pelapuk Coklat, Gloeophyllum trabeum. MOF, UiO-66,

(7)

3

BAB II

HASIL PENELITIAN

2.1 Kemajuan Pelaksanaan Penelitian

Berdasarkan prosedur penelitian yang telah disusun sebelumnya, maka beberapa kemajuan

yang telah dapat dilaksanakan yaitu sebagai berikut: 1. Regenerasi Kultur Jamur

2. Persiapan Kultur Jamur pada Media Cair

3. Dekolorisasi Pewarna Reactive Black 5 dengan Kultur Jamur Cair (PDB) 4. Pembuatan Kurva Standar Reactive Black 5

5. Karakterisasi MOF UiO-66 dengan XRD dan SEM

2.2 Hasil Penelitian Yang Telah Diperoleh 2.2.1 Regenerasi Kultur Jamur

Regenerasi stok kultur Gloeophyllum trabeum ke dalam media PDA tidak selalu berjalan baik, beberapa kali hasil inokulasi mengalami kontaminasi oleh bakteri. Sterilisasi dalam proses ini sangat diperlukan sebab sedikit kesalahan dapat mengakibatkan kontaminasi. Peralatan dan media tumbuh (PDA) harus disterilisasi dengan autoklaf terlebih dahulu kemudian dalam proses inokulasi jamur di Laminar Air Flow juga harus tetap diperhatikan sterilisasinya.

Gambar 2.1 Hasil regenerasi kultur jamur G. trabeum yang baik

Sterilisasi yang dilakukan dalam tahap ini yaitu dengan menggunakan alat autoklaf,

temperatur sterilisasi biasanya 121C, sedang tekanan sekitar 17,5-20 psi. lama sterilisasi tergantung dari volume dan jenis bahan. Media disterilisasi hanya 20-40 menit jika terlalu lama menyebabkan: degradasi vitamin dan asam-asam amino, inaktivasi sitokinin zeatin riboside dan perubahan pH

(8)

4

yang mengakibatkan depolimerisasi agar [1]. Selain itu untuk mencegah kontaminasi organisme lain dalam mengembangbiakkan kultur jamur ada juga yang menggunakan antibiotik, namun dari penelitian terkini telah meningkatkan perhatian pada potensi terjadinya perubahan ekspresi genetik dari sel kultur dengan adanya antibiotik ini [2].

2.2.2 Persiapan Kultur Jamur Pada Media Cair

Pada tahap persiapan kultur jamur pelapuk coklat dari media padat (PDA) ke media cair

(PDB) juga mengalami hal yang sama. Indikasi kegagalan pada tahap ini yaitu setelah kultur diinkubasi sehari biasanya media menjadi keruh atau terdapat biofilm di permukaan media akibat kontaminasi organisme lain.

Gambar 2.2 Kultur jamur pelapuk coklat pada media cair (PDB)

Biofilm merupakan suatu lapisan komunitas kompleks yang dapat berasal dari perkembangbiakan bakteri. Dalam biofilm, sel tumbuh dalam agregat multiseluler terbungkus dalam matriks ekstraseluler yang diproduksi oleh bakteri sendiri [3]. Adanya kontaminasi bakteri dapat menghambat aktivitas enzimatik dari jamur. Bila bakteri telah masuk dalam sistem maka akan bersaing dengan jamur terhadap substrat yang ada dan ini menghambat pertumbuhan jamur yang akhirnya menimbulkan ketidakefektifan dalam degradasi dan dekolorisasi pewarna [4].

2.2.3 Dekolorisasi Pewarna Reactive Black 5 dengan Kultur Jamur Cair (PDB)

Uji dekolorisasi pewarna Reactive Black 5 diawali dengan pembuatan larutan pewarna 2000

ppm kemudian diinjeksikan ke kultur jamur G. trabeum yang berisi PDB sehingga konsentrasi akhirnya 100 ppm. Uji dekolorisasi ini dilakukan hingga 3 kali: pertama, dengan panjang gelombang 450-600 nm dengan masa inkubasi hingga 14 hari, kedua, panjang gelombang 300-800 nm dan masa inkubasi hingga hari ke 28, dan yang ketiga dengan panjang gelombang 300-800 nm

(9)

5

dengan masa inkubasi 7 hari. Hasil absorbansi kemudian dibuat grafiknya dengan panjang gelombang sebagai sumbu X-nya. Berikut kurva Absorbansi Vs panjang gelombang yang telah diukur dengan spektrofotometer UV-Vis:

Gambar 2.3 Kurva Absorbansi Vs Panjang Gelombang

Pengukuran % dekolorisasi diukur dari panjang gelombang maksimum 596 nm, data yang

diperoleh sebagai berikut:

Tabel 2.1 Hasil uji dekolorisasi RB5 dengan jamur G. trabeum dari percobaan ke-3

Treatmen Kontrol Abio Absorbansi %Dekolorisasi

H1 1.540 0.869 43.571

H3 1.540 0.147 90.455

H5 1.540 0.138 91.039

H7 1.540 0.241 84.351

Proses biodekolorisasi mencapai maksimal pada hari ke-5 dengan % dekolorisasi sebanyak

91,039% namun terjadi kenaikan intensitas warna di panjang gelombang 350 nm. Hal ini disebabkan adanya transformasi dalam struktur yang disebabkan oleh kondisi asam karena

-0,500 0,000 0,500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 300 400 500 600 700 800 K Abiotik H1 H3 H5 H7

(10)

6

terbentuknya asam organik selama pre-inkubasi jamur. Selain itu kemungkinan telah terbentuk metabolit sekunder dari hasil degradasi pewarna dengan radikal hidroksil yang dihasilkan dari reaksi Fenton [5]. Gambar 2.4 memperjelas proses dekolorisasi yang terjadi dan kemungkinan adanya metabolit sekunder yang terbentuk dari perubahan warna yang tampak. Keberadaan metabolit sekunder dari proses degradasi ini nantinya dipastikan dengan LCMS.

Gambar 2.4 Hasil uji dekolorisasi dengan masa inkubasi 28 hari (kiri ke kanan: Kontrol abiotik (RB5); Hari ke-0, Hari ke-7, Hari ke-14, Hari ke-21, Hari ke-28)

2.2.4 Pembuatan Kurva Standar Reactive Black 5

Tahap ini dilakukan dengan membuat larutan standar RB 5 dari 2000 ppm kemudian

diencerkan menjadi 100 ppm dan selanjutnya diencerkan secara simultan 25, 20, 15, 10, dan 5 ppm. Kurva ini berguna untuk menghitung nilai kapasitas adsorpsi dari UiO-66 dan biokomposit Gt-UiO-66.

Gambar 2.5 Kurva Standar RB5

y = 0,0311x + 0,0005

R² = 0,9997

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 0 5 10 15 20 25 30

(11)

7

2.2.5 Karakterisasi MOF UiO-66

Karakterisasi yang telah dilakukan dengan material yang ada yaitu morfologi dari MOF

UiO-66 menggunakan instrumen X-Ray Diffraction (XRD) dan SEM, hasil dapat dilihat seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.6 XRD dari UiO-66

Gambar 2.7 Hasil SEM dari MOF UiO-66 (Perbesaran 10000x)

10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 2Theta (°) 0 1000 2000 3000 4000 5000 In te ns ity ( co un ts )

(12)

8

BAB III

KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN

Kendala yang dihadapi peneliti dalam eksperimennya diantaranya:

1. Kondisi alat dan lingkungan yang belum steril menimbulkan kontaminasi pada kultur jamur 2. Adanya kerusakan pada alat inkubator shaker sehingga digunakan kombinasi alat shaker yang

dimasukkan dalam inkubator

3. Analisa kimia yang dilakukan di instansi/laboratorium lain pada saat pandemik ini memerlukan waktu lebih lama.

(13)

9

BAB IV

RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA

Tahap yang selanjutnya yang akan dilakukan yaitu: 1. Pembuatan Biokomposit Gt/UiO-66

2. Karakterisasi UiO-66 dan Biokomposit dengan XRD, TGA, GSI, dan SEM 3. Uji dekolorisasi pewarna dengan biokomposit disertai variasi pH dan suhu 4. Uji dekolorisasi pewarna dengan UiO-66

5. Identifikasi produk metabolit dari hasil degradasi pewarna Reactive black 5 dengan jamur G.

trabeum dan biokomposit Gt/UiO-66

6. Perhitungan kapasitas adsorpsi dari UiO-66 dan biokomposit Gt/UiO-66

(14)

10

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

[1] A. Susilowati and S. Listyawati, "Keanekaragaman Jenis Mikroorganisme Sumber Kontaminasi Kultur In vitro di Sub-Lab. Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS,"

Biodiversitas, vol. 2, no. 1, pp. 110-114, 2001.

[2] Anonim, "Sigma Aldrich," [Online]. Available: https://www.sigmaaldrich.com/technical-documents/articles/biology/cell-culture/cell-culture-troubleshooting-contamination.html. [Accessed 8 September 2020].

[3] D. Lopez, H. Vlamakis and R. Kotler, "Biofilms," Cold Spring Harbor Perspectives in

Biology, vol. 2, pp. 1-11, 2010.

[4] S. Sen, S. Raut, P. Bandyopadhyay and S. Raut, "Fungal decolouration and degradation of azo dyes: A review," Fungal Biology Reviews, pp. 112-133, 2016.

[5] A. Purnomo, V. Mauliddawati, M. Khoirudin, A. Yonda, R. Nawfa and S. Putra, "Bio-decolorization and novel bio-transformation of methyl orange by brown-rot fungi,"

Gambar

Gambar 2.1 Hasil regenerasi kultur jamur G. trabeum yang baik
Gambar 2.2 Kultur jamur pelapuk coklat pada media cair (PDB)
Gambar 2.3 Kurva Absorbansi Vs Panjang Gelombang
Gambar 2.5 Kurva Standar RB5
+2

Referensi

Dokumen terkait

26 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretaris Institut, Direktorat, Biro, Kantor, Perpustakaan dan Unit di Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh

Ini berarti kebijakan Bupati Nomor 138 Tahun 2014 tentang Pelayanan Administrasi Terpadu telah mendapat apresiasi warga sebab dengan diterapkan kebijakan tersebut maka

Tahapan kegiatan yang telah dilakukan yaitu pembuatan (konstruksi dan instalasi) pabrik biodiesel portable oleh Tim Dosen, sosialisasi manfaat penggunaan biodiesel pada

Untuk menjamin kelangsungan produksi yang berkesinambungan dalam setiap kegiatan operasional Hutan Tanaman Industri perusahaan harus memperhatikan segala aspek dimulai dari

Mengidentifikasi dan mengevaluasi kondisi eksisting aset alat berat yang meliputi aspek teknis, pembiayaan, legal, dan manajemen; tingkat kepentingan dan Analisis Statistik

Wasis Dwi Aryawan, M.Sc., Ph.D Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Pengembangan Desain Platform dan Pembuatan Prototype Logistic Intelligence Boat RistekBRIN

Pemilihan umum kepala daerah nyatanya dapat menumbuhkan partisipasi politik masyarakat lokal di tiap daerahnya masing-masing, dimana semua elemen yang ada di

Keputusan Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember Nomor T/1653/IT2/HK.00.01/2021 tentang Penetapan Tim Pengelola Pembelajaran Elektronik Blended Learning dan