• Tidak ada hasil yang ditemukan

faktor yg mpengaruhi luas pengungkapan implikasinya terhadap asimetri informasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "faktor yg mpengaruhi luas pengungkapan implikasinya terhadap asimetri informasi"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Go Public

Di Bursa Efek Indonesia)

Oleh :

Meliana Benardi K., SE., MSA., Ak.

Prof. Dr. Sutrisno, SE., M.Si., Ak.

Dr. Prihat Assih, SE., M.Si., Ak.

METODE PENELITIAN KUANTITATIF

BIDANG KAJIAN:

AKUNTANSI KEUANGAN DAN PASAR MODAL

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN DAN

The aim of this research is to analyze the factors that influence disclousure extend and its implications to information asymetry. Disclousure extend in this research related to firm characteristics measured by some factors, that is firm’s structure, firm’s performance, and firm’s market. This research using 40 manufacturing companies listed at Indonesian Stock Exchange in the period of 2005-2007. The tools analysis used in this research are multiple-linear regression and simple-multiple-linear regression.

The result of this research show that characteristics related to structure only firm size variable is positively significant associated with variation of annual report disclousure extend, whereas leverage variable and the portion of stock owned by public investors are not significant. Characteristics related to performance which measures with liquidity and profitability variables are not effect the variation annual report disclousure extend. Characteristics related to market which measures with auditors size and scope of bisnis variable are significant positively associated with variation annual report disclousure extend. Finally, disclousure extend enable decrease information asymmetry.

Keyword : Firm characteristics, Annual Report Disclousure, Information Asymmetry.

1. PENDAHULUAN

Ketertarikan investor/calon investor terhadap informasi keuangan sebagai alat untuk

mengambil keputusan ekonomis telah lama diteliti oleh peneliti akuntansi (Ball dan Brown,

1968; Beaver, 1968; Lambert dan Morse, 1980; Collins dan Kothari, 1989; Easton dan

Zmijewski, 1989). Berbagai penelitian tersebut menunjukkan bahwa kandungan informasi

laporan keuangan menjadi salah satu isu penting dalam pasar modal, khususnya dalam

pencapaian pasar modal yang efisiensi maupun sebagai sarana akuntabilitas (Subiyantoro,

2006).

Pasar modal yang efisien harus dapat memberikan perlindungan kepada investor publik

(3)

2000:94). Perlindungan kepada investor publik dapat berupa pemberian informasi dan

fakta-fakta yang relevan mengenai perusahaan yang diatur melalui peraturan pemerintah. Peraturan

mengenai praktik pengungkapan informasi perusahaan di Indonesia, khususnya yang bersifat

wajib (mandatory) diatur oleh Bapepam dan lembaga profesi (Ikatan Akuntan Indonesia).

Selanjutnya, perusahaan dapat juga memberikan pengungkapan yang bersifat sukarela

(voluntary) sebagai tambahan pengungkapan minimum yang telah ditetapkan.

Selain pencapaian pasar yang efisien, perwujudan akuntabilitas sangat penting bagi

pemegang saham dan stakeholder lainnya untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat

waktu mengenai semua informasi potensial yang harus diungkapkan oleh perusahaan

(Emerzon, 2007:97). Pandangan ini menunjukkan luas pengungkapan perusahaan erat

kaitannya dengan mekanisme untuk mengurangi asimetri informasi guna menekan konflik

kepentingan yang muncul akibat adanya pemisahan kepemilikan dengan pengelolaan.

Penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi luas pengungkapan telah banyak

dilakukan di berbagai negara, baik di negara maju maupun negara sedang berkembang

termasuk di Indonesia. Di negara maju penelitian ini telah dilakukan di Amerika (Shingvi dan

Desai, 1971; Lang dan Lundholm, 1993; Botosan, 1997), Jepang (Cooke, 1992), dan Spanyol

(Wallace et al., 1994). Di negara sedang berkembang penelitian ini telah dilakukan di

Bangladesh (Karin dan Ahmed, 2005), Arab Saudi (Aljifiri dan Hussainey, 2006), dan di

Indonesia, antara lain telah dilakukan oleh Susanto (1992), Na’im dan Rakhman (2000),

Mardiyah (2002), Khomsiyah dan Susanti (2003), Subroto (2003) dan Simanjuntak dan

Widiastuti (2004).

Berbagai penelitian di atas telah menghubungkan luas pengungkapan dengan

karakteristik perusahaan. Namun, hasil dari penelitian tersebut masih beragam. Misalnya,

hasil penelitian Chow dan Boren (1987), Cooke (1992), Wallace et al. (1994), dan Karin dan

(4)

perusahaan (aset) berpengaruh terhadap luas pengungkapan. Temuan ini berbeda dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Aljifri dan Hussainey (2006) yang membuktikan bahwa

ukuran perusahaan (aset) tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan.

Penelitian yang dilakukan di Indonesia juga menemukan hasil yang beragam. Misalnya,

Susanto (1992) menemukan bahwa karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan struktur

modal (leverage) tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan. Berbeda dengan hasil

penelitian Na’im dan Rakhman (2000) dan Subroto (2003) yang membuktikan bahwa struktur

modal (leverage) berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan. Selanjutnya, penelitian

tentang pengaruh antara luas pengungkapan dan asimetri informasi bisa dibuktikan oleh

Mardiyah (2001) dan Murni (2004), tetapi gagal dibuktikan oleh Khomsiyah dan Susanti

(2003). Adanya hasil-hasil penelitian yang bertentangan tersebut menunjukkan adanya

research gap dalam penelitian akuntansi dan pelaporan keuangan.

Berdasarkan uraian tersebut maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: (1)

menguji dan menganalisis apakah karakteristik perusahaan, yang meliputi: ukuran

perusahaan, tingkat leverage perusahaan, porsi kepemilikan saham publik, likuiditas

perusahaan, profitabilitas perusahaan, ukuran kantor akuntan publik (auditor), dan skope

bisnis perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan laporan tahunan, serta (2)

menguji dan menganalisis pengaruh negatif luas pengungkapan laporan tahunan terhadap

asimetri informasi.

2. Landasan Teoritis dan Pengembangan Hipotesis 2.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan hubungan keagenan muncul ketika satu atau

lebih individu (principal)mempekerjakan individu lain (agent) untuk memberikan suatu jasa

dan kemudian mendelegasikan kekuasaan kepada agen untuk membuat suatu keputusan atas

(5)

manajemen kepada pemegang saham dapat dijelaskan melalui teori keagenan tersebut.

Hubungan keagenan mewajibkan agen memberikan laporan periodik pada principal tentang

usaha yang dijalankan dan principal akan menilai kinerja agennya melalui laporan keuangan

yang disampaikan kepadanya. Oleh karena itu, dalam hubungan keagenan tersebut, laporan

keuangan merupakan sarana transparansi dan akuntabilitas manajemen (agen) kepada

pemiliknya (prinsipal). Secara empiris banyak studi yang telah menguji bahwa pengungkapan

laporan keuangan perusahaan dilakukan untuk mengendalikan konflik kepentingan antara

pemegang saham, kreditur, dan manajemen (Chow dan Boren, 1987). Pandangan ini

menunjukkan bahwa pengungkapan laporan keuangan erat kaitannya dengan hubungan

keagenan antara manajemen dan pemilik serta antara pemilik dengan kreditur.

2.2 Pengungkapan dan Karakteristik Perusahaan

Pengungkapan adalah penyajian informasi yang diperlukan dalam laporan keuangan

untuk mencapai operasi pasar modal yang efisien. Penelitian faktor-faktor yang memengaruhi

luas pengungkapan telah banyak dilakukan, baik di negara maju maupun di negara sedang

berkembang. Di negara maju penelitian telah dilakukan di Amerika (Shingvi dan Desai,

1971; Lang dan Lundholm, 1993; Botosan, 1997), Jepang (Cooke, 1992), dan Spanyol

(Wallace, et al., 1994). Di negara sedang berkembang penelitian ini telah dilakukan di

Bangladesh (Karin dan Ahmed, 2005), Arab Saudi (Aljifiri dan Hussainey, 2006), dan di

Indonesia dilakukan oleh Susanto (1992), Na’im dan Rakhman (2000), Subroto (2003) dan

Simanjuntak dan Widiastuti (2004). Penelitian ini dilakukan dengan alasan bahwa

pengungkapan informasi akuntansi dapat memberikan gambaran umum dan analisis atas

praktik-praktik akuntansi yang ada di negara maju dan negara berkembang.

Berbagai penelitian yang dilakukan sebelumnya telah banyak mengaitkan luas

pengungkapan dengan karakteristik perusahaan (Singhvi dan Desain, 1979; Chow dan Boren,

(6)

misalnya bidang usaha, pasar, dan sumber daya. Dalam konteks laporan keuangan penentuan

karakteristik perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu karakteristik yang

berhubungan dengan struktur, kinerja, dan pasar (Wallace et al., 1994).

Variabel-Variabel yang ada pada kategori struktur perusahaan didasarkan pada struktur

pokok, yaitu mencakup variabel ukuran perusahaan, variabel solvensi, dan variabel porsi

kepemilikan saham perusahaan. Pengaruh ukuran perusahaan dengan luas pengungkapan

dapat dijelaskan melalui hubungan agensi Jensen dan Meckling (1976). Dalam hubungan

keagenan yang terjadi antara prinsipal dan manajemen telah membebani manajer untuk

mempertanggungjawabkan atas sumber daya yang dikelolanya. Semakin besar sumber daya

yang dikelola perusahaan maka semakin besar pula aktivitas suatu usaha bisnis tersebut.

Perusahaan yang berukuran besar akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak

dibanding perusahaan kecil sebagai upaya mengurangi biaya keagenan (Jensen dan Meckling,

1976). Selain itu berdasarkan argumen political cost, perusahaan besar cenderung menarik

perhatian publik dan pemerintah untuk melakukan berbagai regulasi yang dapat memaksa

perusahaan besar untuk mematuhinya.

Teori political cost ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Busby (1975)

dalam Subroto (2003) menyatakan bahwa biaya penyiapan dan pendistribusian informasi oleh

perusahaan besar cenderung menyajikan informasi dalam laporan tahunan lebih rinci. Lang

dan Lundholm (1993) menyatakan bahwa tingkat keluasan informasi dalam kebijakan

pengungkapan perusahaan akan meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran perusahaan.

Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki tuntutan publik (public demand)

akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang berukuran kecil.

Berdasarkan uraian tersebut hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah:

(7)

Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan bahwa terdapat suatu potensi untuk

mentransfer kekayaan dari debtholders kepada pemegang saham dan manajer pada

perusahaan yang tingkat ketergantungannya kepada utang sangat tinggi sehingga

menimbulkan biaya keagenan (agency costs) yang tinggi. Untuk mengurangi biaya keagenan

(biaya monitoring) manajer akan memberikan pengungkapan yang lebih luas (komprehensif)

guna meyakinkan kreditur (Aljifri dan Hussainey (2006). Hal ini dikarenakan perusahaan

yang tumbuh besar memiliki kewajiban yang lebih besar dalam memuaskan kebutuhan

krediturnya terhadap infromasi dengan cara memberikan pengungkapan secara lebih

terperinci pada laporan tahunannya. Berdasarkan uraian tersebut hipotesis kedua dalam

penelitian ini, adalah sebagai berikut:

H2 : Tingkat leverage perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan

tahunan.

Secara empiris banyak studi yang telah menguji bahwa pengungkapan laporan keuangan

perusahaan dilakukan untuk mengendalikan konflik kepentingan antara pemegang saham,

kreditur, dan manajemen (Chow dan Boren, 1987). Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan

bahwa biaya keagenan akan meningkat seiring dengan besarnya nilai saham yang beredar

yang sangat erat kaitannya dengan proporsi kepemilikan terhadap perusahaan. Hal ini

dikarenakan semakin banyak pemegang saham maka semakin banyak pula pihak-pihak yang

berkepentingan (Subiyantoro, 2006). Akibatnya, semakin banyak pula pihak yang

membutuhkan informasi tentang perusahaan dan akan memicu pihak manajemen untuk

melakukan pengungkapan yang lebih komprehensif (Naim dan Rakhman, 2000).

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini, adalah sebagai

berikut:

H3 : Porsi kepemilikan saham publik berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan

(8)

Pengukuran variabel karateristik kinerja dalam penelitian ini didasarkan pada rasio

likuiditas dan profitabilitas yang dapat diidentifikasikan sebagai ukuran kinerja. Tingkat

likuiditas dapat dipandang dari dua sisi, sisi pertama tingkat likuiditas yang tinggi akan

menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang kuat, dan di sisi lain likuiditas dipandang

sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan (Simanjuntak dan

Widiastuti, 2004). Dengan adanya pandangan ini, maka perusahaan yang memiliki likuiditas

yang tinggi akan cenderung melakukan pengungkapan informasi yang lebih komprehensif

untuk menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi yang kredibel dan pencapaian kinerja

manajemen yang efektif (Belkoui dan Kahl, 1987; Wallace et al., 1994; Wallace dan Naser,

1995). Berdasarkan uraian tersebut hipotesis keempat dalam penelitian ini, adalah sebagai

berikut:

H4 : Likuiditas perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan

tahunan.

Profitabilitas adalah Kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan atas kegiatan

usaha perusahaan selama satu tahun. Singvi dan Desai (1971) mengutarakan bahwa

rentabilitas ekonomi dan profit margin yang tinggi akan mendorong para manajer untuk

memberikan informasi yang lebih rinci, sebab manajer ingin menyakinkan investor terhadap

profitabilitas perusahaan. Hal ini dikarenakan para investor kebanyakan lebih menyukai

perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi, dengan harapan perusahaan mampu

memberikan pengembalian investasi yang tinggi pula. Didasarkan dengan tujuan untuk

menarik investor, perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan memberikan signal melalui

pengungkapan laporan keuangan yang lebih detail mengenai kondisi perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut hipotesis kelima dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

H5 : Profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan

(9)

Pengukuran variabel pasar banyak tertuju pada aspek perilaku perusahaan yang timbul

sebagai akibat keikutsertaannya sebagai anggota kelompok kerjasama antara lingkungan

perusahaan dalam lingkungan operasionalnya. Pembuatan laporan perusahaan merupakan

budaya organisasional yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: jenis industri, tipe

auditor, skope bisnis, dan pasar modal di mana perusahaan berada. Teori yang mendasari di

sini adalah perilaku sebuah perusahaan mungkin tidak sesuai dengan yang termuat dalam

sebuah indeks kelengkapan pengungkapan, jika perusahaan tidak bergabung dengan suatu

kelompok yang menghasilkan market culture tertentu (Subiyantoro, 2006). Misalnya suatu

perusahaan yang termasuk dalam industri manufaktur mungkin memiliki cara pengungkapan

yang berbeda dengan perusahaan lain yang berada dalam industri yang berbeda. Begitupun

halnya dengan kualitas auditor antara KAP berukuran besar dan KAP berukuran kecil pasti

memiliki perbedaan dari segi sumber daya dan teknologi yang dapat memengaruhi hasil kerja

(kualitas) auditnya.

Laporan keuangan tahunan yang sudah diperiksa oleh akuntan publik dapat menjadi

dasar yang berguna bagi pengambilan keputusan yang ekonomis (Baridwan, 1992). Auditor

memainkan peran yang penting dalam meningkatkan strategi pelaporan perusahaan secara

keseluruhan. Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan oleh Becker et al. (1998)

ditemukan perusahaan yang diaudit oleh KAP yang berukuran besar akan menyajikan laporan

keuangan yang lebih berkualitas berdasarkan regulasi yang telah ditentukan, karena memiliki

kualitas, reputasi dan kredibilitas dibanding KAP ukuran kecil. Berdasarkan uraian tersebut

hipotesis keenam dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

H6 : Ukuran kantor akuntan publik (auditor) berpengaruh positif terhadap luas

pengungkapan laporan tahunan.

Cooke (1991) membuktikan bahwa pengungkapan yang dilakukan perusahaan dagang

tidak seluas perusahaan yang dilakukan perusahaan non dagang, sedangkan perusahaan

(10)

non-pemanufakturan, tetapi belum ada teori definitif yang menjelaskan bahwa industri tertentu

melakukan pengungkapan yang lebih komprehensif dibanding industri lainnya. Secara

analogi Wallace dan Naser (1995) memperkirakan perusahaan konglomerat memiliki cakupan

bisnis yang lebih luas dibanding dengan perusahaan non konglomerat, oleh sebab itu

perusahaan konglomerat akan memberikan informasi dan membuat pengungkapan yang lebih

luas kepada publik sesuai dengan peraturan yang ada. Berdasarkan uraian tersebut maka

hipotesis ketujuh dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

H7 : Skope bisnis perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan

tahunan

2.3 Pengungkapan dan Asimetri Informasi

Dasar perlunya praktik pengungkapan laporan keuangan oleh manajemen kepada

pemegang saham dapat dijelaskan melalui teori keagenan. Dalam praktiknya masalah

keagenan muncul karena adanya konflik kepentingan antara pemegang saham, kreditor dan

manajer (Richardson, 2000). Konflik kepentingan yang terjadi sering disebabkan adanya

asymmetric information antara manajer, pemegang saham dan kreditor (Ross, 1973 dalam

Arifin, 2005:49). Diamond and Verrecchia (1991) menyatakan asimetri informasi bisa

berkurang bila perusahaan melaksanakan kebijakan pengungkapan yang luas (extent

disclousure). Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Botosan (1997) serta Bloomfield

dan Wilks (2000) bahwa semakin komprehensif atau tinggi tingkat kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan maka akan memperkecil asimetri informasi. Berdasarkan

uraian tersebut hipotesis berikutnya dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

H8 : Luas pengungkapan laporan tahunan berpengaruh negatif terhadap asimetri informasi.

3. Metode Penelitian

3.1 Populasi dan Penyampelan

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur go public yang

(11)

menggunakan non probability sampling melalui metode purposive sampling. Kriteria-kriteria

yang ditetapkan untuk memilih perusahaan yang dijadikan sampel adalah sebagai berikut : (i)

Perusahaan telah mempublikasikan laporan tahunan (annual report) secara terus menerus

sejak tahun 2005 sampai 2007 di situs resmi BEI, (ii) Perusahaan tidak memperoleh opini

tidak wajar (adverse opinion) atau opini tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion),

(iii) Perusahaan tidak pernah mengalami delisting dari Bursa Efek Indonesia sehingga bisa

terus menerus melakukan perdagangan di Bursa Efek Indonesia selama periode estimasi, dan

(iv) Perusahaan memiliki data transaksi harian perusahaan seperti harga ask, dan harga bid

yang tersedia di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan kriteria pemilihan sampel tersebut

diperoleh sampel sebanyak 40 perusahaan.

3.2 Identifikasi dan Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini terdapat tiga konsep yang diteliti, yaitu karakteristik perusahaan,

pengungkapan (disclosure), dan asimetri informasi. Tiga konsep tersebut kemudian dibagi

2. Asimetri Informasi (Y2) Relativebid-ask spread Rasio

Variabel Independen:

1. Karakteristik Perusahaan (x) :

- Ukuran perusahaan (X1) Ln Total Aset Rasio

- Leverage (X2) Total Utang/Total Ekuitas Rasio - Kepemilikan saham Publik (X3) Jumlah Saham Publik/ Total Saham Rasio - Likuiditas (X4) Aktiva Lancar/ Utang Lancar Rasio

- Profitabilitas (X5) EAT / Total Aktiva Rasio

- Ukuran KAP (auditor) (X6) 1= KAP "Big Four"; 0 = KAP Non

"Big Four" Nominal

- Skope Bisnis (X7) 1 = Konglomerat; 0 = Non

(12)

2. Luas Pengungkapan (Y1) Indeks Pengungkapan Rasio

3.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linear.

Pengujian dan penganalisisan dilakukan melalui dua tahap, yaitu:

1. Tahap pertama menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji pengaruh

karakteristik perusahaan terhadap luas pengungkapan. Model persamaan regresi berganda

yang digunakan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut :

Keterangan:

β0 : Konstanta

β1, β2, β3, ... β7 : Koefisien regresi

Indeks Pengungkapani,t : Luas pengungkapan laporan tahunan yang

dinyatakan dalam angka indeks pengungkapan perusahaan i pada tahun t

Sizei,t : Ukuran perusahaan i pada tahun t Levi,t : Leverage perusahaan i pada tahun t

Pubi,t : Porsi Kepemilikan Saham Publik perusahaan i pada tahun t

Liqi,t : Likuiditas perusahaan i pada tahun t ROAi,t : Profitabilitas perusahaan i pada tahun t KAPi,t : Ukuran KAP perusahaan i pada tahun t SBi,t : Skope Bisnis perusahaan i pada tahun t ε1t : Error (Kesalahan Penganggu)

2. Tahap kedua menggunakan analisis regresi sederhana untuk menguji pengaruh luas

pengungkapan terhadap asimetri informasi. Persamaan regresi linear yang digunakan

dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

Keterangan:

β0 : Konstanta

β1 : Koefisien regresi

Spread i,t : bid-ask spread perusahaan i pada tahun t Indeks Pengungkapani,t : Luas pengungkapan laporan tahunan yang

(13)

3.4 Pengujian Asumsi Klasik

Pengunaan model analisis regresi berganda terikat dengan sejumlah asumsi dan harus

memenuhi asumsi-asumsi klasik yang mendasari model tersebut agar diperoleh estimasi yang

tidak bias. Pengujian asumsi yang harus dipenuhi agar metode Ordinary Least Square (OLS)

dapat digunakan dengan baik (uji persyaratan analisis), meliputi uji normalitas, uji

multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.

3.5 Pengujian Hipotesis

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menafsir nilai aktual dapat diukur dari Goodness

of Fit. Secara statistik Goodness of Fit setidaknya dapat diukur dari nilai koefisien

determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik t dengan tingkat signifikan 5%.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Pengujian Asumsi Klasik

Uji Normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan probabilitasnya sebesar

0,169 di atas tingkat signifikansi 5%. Uji multikolinearitas diperoleh nilai VIF dari setiap

variabel tidak ada yang melebihi angka 5. Uji heterokedastisitas dengan uji Glesjer tidak ada

satupun variabel independen yang dignifikan secara statistik memengaruhi variabel dependen

absolut. Terakhir pengujian autokorelasi dengan uji Durbin Watson diperoleh nilai sebesar

1,779, angka ini berada pada daerah tidak terjadinya autokorelasi (1,55 < D-W < 2,46).

Berdasarkan pengujian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa uji normalitas,

multikolinearitas, autokorelasi, maupun heterokedastisitas terpenuhi semua.

4.2 Pengujian Model Regresi dan Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil uji ANOVA atas uji F dapat disimpulkan bahwa model regresi berganda pada

(14)

tingkat leverage, porsi kepemilikan saham publik, profitabilitas, likuiditas, ukuran KAP, dan skope

bisnis terhadap variasi luas pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini dibuktikan dari

nilai F sebesar 0.000 pada tingkat signifikansi lebih kecil dari α=5% (p<0,05). Hasil uji F ini juga

menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel-variabel bebas (ukuran perusahaan, tingkat

leverage, porsi kepemilikan saham publik, profitabilitas, likuiditas, ukuran KAP, dan skope bisnis)

berpengaruh terhadap luas pengungkapan laporan tahunan perusahaan.

Selain itu hasil pengujian regresi berganda pada tahap pertama dalam penelitian ini

menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,415. Hal ini berarti bahwa persamaan regresi untuk

karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan struktur perusahaan (ukuran perusahaan,

leverage, dan porsi kepemilikan saham publik), Kinerja perusahaan (profitabilitas, dan

likuiditas), dan pasar perusahaan (ukuran KAP, dan skope bisnis) mampu menjelaskan

variabilitas luas pengungkapan sebesar 41,5%.

Hasil pengujian regresi sederhana untuk tahap kedua dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa model penelitian dapat digunakan untuk menguji pengaruh luas pengungkapan

terhadap asimetri informasi. Hal ini dibuktikan dari nilai F sebesar 0,095 pada tingkat

signifikansi lebih kecil dari α=10% (p<0.10). Selanjutnya, dengan melihat R Square (R2)

sebesar 0,0235 dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi sederhana untuk luas

pengungkapan yang diukur dengan mengunakan indeks pengungkapan mampu menjelaskan

variabilitas asimetri informasi sebesar 2,35%.

4.3 Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Hasil Penelitian Tabel 2

Pengujian Hipotesis Model Penelitian Pertama

Hipotesis Variabel Koefisien t-statistik Nilai p H1 Ukuran perusahaan 2.6774 5.8488 0.0000

H2 Leverage -1.1164 -1.6418 0.0517

H3 saham publik -0.0130 -0.2850 0.3881

H4 Likuiditas -0.1990 -1.1499 0.1263

H5 Profitabilitas 4.8221 0.8254 0.2054

H6 Ukuran KAP 2.4349 1.7820 0.0387

(15)

Keterangan: Signifikan α=5% (uji satu sisi) Hipotesis Pertama

Pada tabel 2 terlihat bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap luas

pengungkapan yang ditunjukkan oleh p-value sebesar 0,000 (p < 0,05) dan arah pengaruhnya

positif yakni 2,6774. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian pertama yang menyatakan

bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan laporan tahunan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Chow dan Boren (1987), Cooke (1992), Wallace

et al. (1994), Subtoro (2003), dan Karin dan Ahmed (2005) yang menemukan karakteristik

perusahaan yang diproksikan dengan ukuran perusahaan (aset) berpengaruh positif terhadap

luas pengungkapan laporan tahunan.

Hipotesis Kedua

Pada tabel 2 terlihat bahwa tingkat leverage perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas

pengungkapan yang ditunjukkan oleh p-value sebesar 0,0517 (p > 0,05). Hasil ini tidak

mendukung hipotesis penelitian kedua yang menyatakan bahwa variabel tingkat leverage

perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. Temuan ini

tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Meek et al. (1995), Na’im dan Rakhman

(2000), Subroto (2003), serta Simanjuntak dan Widiastuti (2004) yang menemukan tingkat

leverage perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan. Hasil penelitian ini

mendukung penelitian yang dilakukan Chow dan Boren (1987), serta Wallace dan Naser

(1995) yang menemukan bahwa tingkat leverage perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas

pengungkapan.

Hipotesis Ketiga

Pada tabel 2 terlihat bahwa porsi kepemilikan saham publik tidak berpengaruh terhadap

luas pengungkapan yang ditunjukkan oleh p-value sebesar 0,3881 (p > 0,05). Hasil ini tidak

(16)

saham publik berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. Temuan ini

tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak dan Widiastuti (2004), serta

Aljifri dan Hussainey (2006) yang menemukan bahwa porsi kepemilikan saham publik

berpengaruh posistif terhadap luas pengungkapan. Penelitian ini mendukung hasil penelitian

Na’im dan Rakhman (2000) yang menemukan kepemilikan saham publik tidak berpengaruh

terhadap pengungkapan.

Hipotesis Keempat

Pada tabel 2 terlihat bahwa likuiditas perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas

pengungkapan yang ditunjukkan oleh p-value sebesar 0,1263 (p > 0,05). Hasil ini tidak

mendukung hipotesis penelitian keempat yang menyatakan bahwa variabel likuiditas

perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. Temuan

penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Wallace et al. (1994)

yang menemukan bahwa likuiditas perusahaan berpengaruh positif terhadap luas

pengungkapan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sembiring

(2003) dan Subiyantoro (2006) yang menemukan likuiditas perusahaan tidak berpengaruh

terhadap variasi luas pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan.

Hipotesis Kelima

Pada tabel 2 terlihat bahwa profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh signifikan

terhadap luas pengungkapan yang ditunjukkan oleh p-value sebesar 0,2054 (p > 0,05). Hasil

ini tidak mendukung hipotesis penelitian kelima yang menyatakan bahwa variabel

profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan.

Temuan penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Wallace dan

Naser (1995), Karin dan Ahmed (2005), serta Aljifri dan Hussainey (2006) yang menemukan

bahwa profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan. Hasil

(17)

Mekk et al. (1995) dan Subroto (2003) yang menemukan profitabilitas tidak berpengaruh

terhadap luas pengungkapan.

Hipotesis Keenam

Pada tabel 2 terlihat bahwa ukuran KAP (auditor) berpengaruh terhadap luas yang

ditunjukkan oleh p-value sebesar 0,0387 (p < 0,05) dan arah pengaruhnya positif sebesar

2,4349. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian keenam yang menyatakan bahwa variabel

ukuran KAP (auditor) berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. Hasil

penelitian ini konsisten dengan penelitian Becker et al. (1998) dan Subroto (2003) yang

menemukan bahwa variabel kualitas KAP berpengaruh positif terhadap variasi luas

pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan.

Hipotesis Ketujuh

Pada tabel 2 terlihat bahwa skope bisnis perusahaan berpengaruh positif terhadap luas

pengungkapan yang ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,000 (p < 0,05) dan arah

pengaruhnya positif yakni 6,7251. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian ketujuh yang

menyatakan bahwa variabel skope bisnis perusahaan berpengaruh positif terhadap luas

pengungkapan laporan tahunan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Wallace dan

Naser (1995) yang menemukan bahwa skope bisnis perusahaan berpengaruh positif terhadap

luas pengungkapan.

Hipotesis Kedelapan

Tabel 3

Pengujian Hipotesis Model Penelitian Kedua

Hipotesis Variabel Koefisien t-statistik Nilai p

H8 Spread 3 Hari -0.099 -1.407 0.081

Spread 7 Hari -0.105 -1.685 0.047

Spread 11 Hari -0.081 -1.384 0.084

Keterangan: Signifikan α=5% (uji satu sisi)

Pada tabel 3 terlihat bahwa luas pengungkapan berpengaruh negatif terhadap asimetri

(18)

negatif yakni -0,105 pada event windows 7 hari. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian

kedelapan yang menyatakan bahwa variabel luas pengungkapan perusahaan berpengaruh

negatif terhadap asimetri informasi. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Mardiyah

(2002), dan Murni (2004) yang menemukan bahwa semakin luas pengungkapan perusahaan

maka semakin menurun asimetri informasi perusahaan.

5. Kesimpulan, Keterbatasan dan Implikasi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini menguji faktor-faktor yang memengaruhi luas pengungkapan laporan

tahunan dan implikasinya terhadap asimetri informasi. Studi ini dilakukan pada

perusahaan-perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia. Faktor-faktor yang memengaruhi luas

pengungkapan pada penelitian ini dapat dikaitkan dengan karakteristik perusahaan yang

diklasifikasikan menjadi tiga kategori. Pertama, karakteristik yang berhubungan dengan

struktur perusahaan yang mencakup variabel ukuran perusahaan, variabel leverage, dan

variabel porsi kepemilikan saham publik. Kedua, karakteristik yang berhubungan dengan

kinerja perusahaan yang mencakup variabel likuiditas dan profitabilitas. Ketiga, karakteristik

yang berhubungan dengan pasar perusahaan yang dikaitkan dengan ukuran KAP (Auditor)

dan Skope bisnis.

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa

karakteristik perusahaan yang dikaitkan dengan struktur perusahaan hanya ukuran perusahaan

yang berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan. Hasil temuan ini sesuai dengan teori

political cost dan konsisten dengan penelitian terdahulu (Chow dan Boren, 1987, Cooke,

1992; Wallace et al., 1994) yang menemukan bahwa tingkat keluasan informasi dalam

kebijakan pengungkapan perusahaan akan meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran

perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan besar cenderung menarik perhatian publik dan

(19)

melakukan pengungkapan yang lebih rinci. Selanjutnya, untuk tingkat leverage dan porsi

kepemilikan saham publik ditemukan tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan.

Temuan ini tidak mendukung Teori Agensi (Jensen Meckling, 1976) dan beberapa penelitian

terdahulu (Meek et al., 1995; Na’im dan Rakhman, 2000; Subroto, 2003). Secara historis dan

empiris perusahaan-perusahaan publik di Indonesia masih mengarah pada pola kepemilikan

yang terkonsentrasi yang dikuasai oleh kalangan keluarga. Akibatnya para manajer hanya

menjadi kepanjangan tangan pemegang saham mayoritas. Hal ini berdampak kepada strategi

pendanaan dalam struktur modal (leverage) perusahaan dan menyebabkan kepemilikan publik

sebagai pemegang saham minoritas tidak memiliki kekuatan untuk menekan pihak

manajemen.

Karakteristik perusahaan yang dikaitkan dengan kinerja perusahaan (likuiditas dan

profitabilitas) ditemukan tidak berpengaruh terhadap variasi luas pengungkapan yang

dilakukan oleh perusahaan. Temuan ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Wallace et al. (1994), Karin dan Ahmed (2005), serta Aljifri dan Hussainey

(2006). Hal ini dikarenakan tingginya kinerja keuangan merupakan suatu keharusan, karena

kondisi keuangan perusahaan yang likuid dan memiliki profitabilitas yang tinggi akan

memudahkan perusahaan menjalankan operasionalnya sehari-hari.

Karakteristik perusahaan yang dikaitkan dengan pasar perusahaan yang merupakan daya

tarik besifat non keuangan (ukuran KAP dan skope bisnis) berpengaruh terhadap variasi luas

pengungkapan perusahaan. Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan

Becker et al. (1998), Wallace dan Naser (1995), serta oleh Subroto (2003). Secara teoritis dan

empiris perusahaan yang diaudit oleh KAP berukuran besar akan menyajikan laporan

keuangan yang berkualitas berdasarkan regulasi yang telah ditentukan. Begitupun halnya

dengan perusahaan konglomerat akan memiliki tuntutan regulasi yang lebih banyak untuk

(20)

bahwa perusahaan melakukan pengungkapan lebih dilandaskan pada ketaatan terhadap

regulasi yang dapat menguranginya dari tekanan pihak-pihak tertentu dari pada aspek

pertanggungjawaban terhadap stakeholders.

Temuan lain dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semakin luas pengungkapan yang

dilakukan perusahaan maka semakin kecil asimetri informasi yang terjadi antara perusahaan

dan investor. Temuan ini mendukung Teori Agensi (Jensen dan Meckling, 1976) dan

penelitian yang dilakukan Mardiyah (2002) dan Murni (2004). Secara teoritis manajemen

berusaha mengurangi asimetri informasi dengan melakukan pengungkapan yang luas guna

mengurangi konflik kepentingan. Pengungkapan yang luas dapat membatasi sikap manajer

yang oportunistik yang dapat merugikan pemegang saham dan stakeholders lainnya. Temuan

ini mengindikasikan bahwa pengungkapan merupakan atribut yang penting dari good

corporate governance, terutama yang berhubungan dengan transparansi dan akuntabilitas

yang dapat memperkecil asimetri informasi sehingga dapat mengurangi terjadinya konflik

kepentingan.

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang berkaitan, (i) Periode pengamatan

penelitian relatif pendek hanya 3 tahun dan sampel yang digunakan relatif sedikit 40

perusahaan (28,57%), (ii) Score indeks pengungkapan laporan tahunan dinilai oleh peneliti

berdasarkan intepretasi terhadap informasi laporan tahunan perusahaan sampel, sehingga

memungkinkan terjadinya perbedaan pernilaian antar perusahaan karena penafsiran peneliti

yang subyektif, (iii) Proksi asimetri informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

relative bid-ask spread yang pengukurannya didasarkan pada nilai rata-rata selisih harga

penawaran dan permintaan saham di pasar modal.

Berdasarkan pada keterbatasan di atas maka untuk penelitian selanjutnya dapat

melakukan hal-hal sebagai berikut, (i) Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah

(21)

besar. Meskipun ada perbedaan karateristik perusahaan pemaknufakturan dan

pemaknufakturan peneliti selanjutnya dapat juga menggunakan sampel perusahaan

non-pemanufakturan, kemudian hasilnya dibandingkan dengan kelompok sampel

pemanukfakturan untuk dianalisis guna mendukung generalisasi, (ii) Peneliti selanjutnya

dapat mengurangi masalah subyektifitas dalam pernilaian score indeks pengungkapan dengan

melibatkan beberapa peneliti dalam menilai laporan tahunan suatu perusahaan sampel.

Peneliti selanjutnya dapat menggunakan mean skor (rata-rata) pengungkapan dalam

pengukuran luas pengungkapan yang diperoleh dengan melibatkan beberapa peneliti tersebut,

(iii) Peneliti selanjutnya dapat menggunakan adjusted bid-ask spread yaitu suatu proksi yang

telah memperhitungkan beberapa keterbatasan yang berkaitan dengan biaya pemesanan dan

biaya penyimpanan. Kemudian hasilnya diperbandingkan dengan menggunakan relative bid

ask spread guna menemukan model yang lebih menggambarkan pengukuran asimetri

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Aljifri, Khaled dan Khaled Hussainey, 2006. The Determinants of Forward-looking Information in Annual Report of UAE Companies, Working Paper, United Arab Emirates.

Arifin, Zaenal. 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Penerbit Ekonisia. Yogyakarta.

Ball, Ray dan Philip, Brown. 1968. An Emprical Evaluation of Accounting Income Numbers,

Journal of Accounting Research, Auntumn:159-178.

Bank Indonesia. 2006. PDB Tumbuh, Manufaktur Terpuruk, dan Hasil Tambang Diisap. Http://els.Bappenas.go.id/Upload/Other/PDB%tumbuh.htm.

Basri, Faisal. 2006a. Indikasi awal kemerosotan daya beli dan antisipasi kebijakan. Harian Umum KOMPAS, 27 Maret 2006. h.1.

Basri, Faisal. 2006b. Manufaktur dan Infrastruktur. Harian Umum KOMPAS, 29 Mei 2006. h.21.

Baridwan, Zaki. 1992. Intermediate Accounting Edisi Ketujuh. BPFE-Yogyakarta.

Beaver, William H. 1996. Directions in Accounting Research : Near and Fat. Accounting Horizons 10 (2):113-124.

Becker, Connie L., Mark L Defond, James Jiambalvo dan K. R. Subramanyam. 1998. The effect of audit quality on earnings management. Contemporary Accounting Research 15 (1):1-24.

Bursa Efek Jakarta, Indonesian Capital Market Directory (2008). Jakarta.

Bloomfield, Robert J. dan T. Jeffrey Wilks. 2000. Disclosure Effects In The Laboratory : Liquidity, Depth and The Cost of Capital. The Accounting Review 75 (1):13-41.

Botosan, Christine A. 1997. Disclosure Level and The Cost of Equity Capital. The Accounting Review 72 (3):323-349.

Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2003. Teori Akuntansi Edisi Revisi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Chow, Chee W. dan Adrian Wong-Boren. 1987. Voluntary Financial Disclosure By Mexican Corporasions. The Accounting Review 62 (3):533-540.

Collins, D.W., S.P. Kothari, J.Shanken, dan R.G. Sloan. 1994. Lack of Timeliness vesus Noise as Explanations for Low Contemporaneous Return-Earnings Association.

(23)

Cooke, T. E. 1992. The Impact of Size, Stock Market Listing and Industry Type on Disclosure In The Annual Report of Japanese Listed Corporasions. Accounting and Bussiness Research 22 (summer) : 229-237.

Departemen Keuangan RI, Bapepam. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-06/PM/2000 tentang Perubahan Peraturan Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan.

________. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-134/BL/2006 tentang Kewajiban penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik

_________. Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor No.SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik Industri Manufaktur.

Diomond, W. Douglas dan Robert E. Verrecchia. 1991. Disclousure, Liquidity, and The Cost of Capital. The Journal of Finance 46 (4):1325-1359.

Emirzon, Joni. 2007. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance : Paradigma Baru Dalam Praktik Bisnis Indonesia. Genta Press. Yoyakarta.

Garvey, Gerald T., 1992. Leveraging the underinvestment problem : How High Debt And Management Shareholdings Solve The Agency Costs Of Free Cash Flow, The Journal Of Financial Research 15 (2) : 149-166.

Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Hendriksen, Eldon S. 1994. Teori Akuntansi Edisi 4. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Hasan, M. Ikbal. 1999. Pokok-Pokok Materi Statistik 2. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Healy, Paul M. dan Krishna G. Palepu. 1993. The Effects of Firms’ Financial Disclosure Strategies on Stock Prices. Accounting Horizons 7(1):1-11.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan Per 1 September 2007. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

(24)

Jensen, Michael C. dan William Mecking. 1976. Theory of the Firm, Managerial Behavior, Agency, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3 (4):305-360.

Hartono, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 2. BPFE UGM, Yogyakarta.

_______. 2005. Pasar Efisien Secara Keputusan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Karin, A.K.M. Waresul dan Jamal Uddin Ahmed. 2005. Determinants of IAS Disclosure Compliance in Emerging Economies: Evidence From Exchanges-Listed Companies in Bangladesh. Working Paper 21:1-28.

Khomsiyah dan Susanti. 2003. Pengungkapan, Asimetri Informasi dan Cost of Capital.

Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya.1008-1018.

Komalasari, Puput Putri dan Zaki Baridwan. 2001. Asimetri dan Cost of Equity Capital.

Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 4 (1): 64-81.

Lang Mark dan Russell Lundholm. 1993. Cross-Sectional Determinants of Analyst Ratings of Corporate Disclosures, Journal of Accounting Research, 31 autumn:246-271.

_______. 1996. Corporate Disclosure Policy and Analyst Behaviour. The Accounting Review

71 (4):467-492.

Lev, B. 1989. On The Usefulness of Earnings: Lessons and Directions from Two Decades of Empirical Research. Journal of Accounting Research. Supplement: 153-192.

Mardiyah, Aida Ainul. 2002. Pengaruh Asimetri Informasi dan Disclosure Terhadap Cost of Capital. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 5 (2):229-255.

Marwata. 2001. Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan Dan Kualitas Ungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik Di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi IV IAI-KAPd. 155-173.

Meek, Gary K., Clare B, Robert dan Sidney J. Gray. 1995. Factors Influencing Voluntary Annual Report Disclosures by U.S., U.K., and Continetal European Multinational Corporasions. Journal of International Business Studies 26 (Third Quarter) :555-572.

Murni, Siti Asiah. 2004. Pengruh Luas Ungkapan Sukarela dan Asimetri Informasi Terhadap

Cost of Equity Capital Pada Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 7 (2): 192-206.

Naim, Ainun dan Fuad Rakhman. 2000. Analisis Hubungan Antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia 15:1-4.

(25)

Radelet, Steven dan Jeffrey Sachs. 1998. The onset of the Asian financial crisis, National Bureau of Economic Research. p. 1 - 57.

Richardson, Vernon J. 2000. Information Asymmetry And Earnings Management: Some Evidence. Review of Quantitative Finance and Accounting 5 (4): 325-347

Santoso, Singgih. 2001. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Sartono, Agus R. 2001. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi, Edisi 4. BPFE-Yogyakarta.

Scott, William R. 2003. Financial Accounting Theory, Third Edition, Prentice Hall, Toronto, Canada.

Sembiring, Eddy Rismanda. 2003. Kinerja Keuangan, Political Visibility, Ketergantungan Pada Hutang, Dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VI IAI-KAPd. 249-259.

Singvi, Surendra S. dan Harsha B. Desai, 1971. An Emperical Analysis of The Quality of Corporate Financial Disclosure. The Accounting Review, January 1971:129-138.

Subiyantoro, Edi, 2006. Karakteristik Perusahaan, Pengungkapan dan Asimetri Informasi Pada Periode Konglomerasi dan Periode Reformasi di Indonesia, Disertasi Doktor, Universitas Brawijaya, Indonesia.

Subroto, Bambang, 2003. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kepatuhan Kepada Ketentuan Pengungkapan Wajib oleh Perusahaan Publik dan Implikasinya Terhadap Kepecayaan Para Investor di Pasar Modal. The 2nd Post Graduate Consortium on Accounting

Workshop 2006. Universitas Brawijaya.

Sudarma, Made. 2003. Pengaruh struktur kepemilikan saham, faktor intern dan faktor ekstern terhadap struktur modal dan nilai perusahaan. Disertasi. Program PascaSarjana Universitas Brawijaya, Malang.

Sugiyono. 1999. Metode Penelitian. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Surya, Indra dan Yustiavandana, Ivan, 2006. Penerapan Good Corporate Governance : Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha. Penada Media Group. Jakarta.

Sutta, I Putu Gede Ary. 2000. Menuju Pasar Modal Modern. Yayasan SAD Satria Bakti. Jakarta.

Sutta, I Putu Gede Ary. 2005. Pasar Modal Indonesia Belum Efisien. Harian Umum Suara Pembaharuan, 13 Oktober 2005, hal. 7.

(26)

Tuanakotta, Theodorus M., 1983. Teori Akuntansi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi universitas Indonesia. Jakarta.

Wallace, R.S. Olusegun, Kamal Naser dan Aracelu Mora. 1994. The Relation Between the Comprehensives of Corporate Anual Report and Firm Characteristich in Spain.

Accounting and Business Research 25 (Winter): 41-53.

Wallace, R.S. Olusegun dan Kamal Naser. 1995. Firm-Specific Determinants of the Comprehensiveness of Mandatory Disclousure in the Corporate Annual Reports of Firms Listed on the Stock Exchange of Hongkong. Journal of Accounting and Public Policy 11 (2):311-368.

Weston, J. Fred and Thomas E. Copeland, 1997. Managerial Finance, 9th ed. A. Jaka Wasana

Gambar

Tabel 1Variabel dan Indikator Variabel Penelitian
Tabel 2Pengujian Hipotesis Model Penelitian Pertama

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan perkuliahan Kajian Budaya Sunda untuk para mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Sunda FPBS Universitas Pendidikan Indonesia bertujuan agar para mahasiswa setelah

id Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan optimasi algoritma C4.5 berbasis Adaboost dengan melakukan perulangan (iteration) dan attribute wighting untuk

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kombinasi (MixedMethods). Sehingga diperoleh data yang lebih lengkap dan

yang memuaskan, perilaku koping yang efektif, kondisi dari yang positif,.. serta kesetabilan emosional (Jhonson 2007 dalam

Objectification mereka tentang metroseksual adalah pria yang sangat memperhatikan penampilan, kaya, berada di kota, dan perilakunya tidak sesuai dengan idealisasi

Untuk melihat hubungan antara umur beranak pertama terhadap produksi susu laktasi pertama dan produksi susu laktasi kedua masing-masing kelompok yang telah diurutkan berdasarkan

Pelaksana pekerjaan harus memperslapkan trainer bersertiflkat yang dikeiuarkan oleh manufaktur atau ahli dan berpengalaman dibldang pengoperasian dan analisa hasll dari alat

Perhitungan tekanan, debit aliran akan menghasilkan untuk pemilihan komponen meliputi aktuator yang digunakan, daya pompa, daya motor, pemilihan saluran dan fluida yang