• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI SOSIAL ANGGOTA ARISAN : STUDI DI PERUMAHAN MUTIARA CITRA APSARI, PRAMBON, SIDOARJO.

N/A
N/A
Info

Unduh

Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMUNIKASI SOSIAL ANGGOTA ARISAN : STUDI DI PERUMAHAN MUTIARA CITRA APSARI, PRAMBON, SIDOARJO."

Copied!
96
9
0
Menampilkan lebih banyak ( Halaman)

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI SOSIAL ANGGOTA ARISAN

(Studi di perumahan Mutiara Citra Apsari, Prambon, Sidoarjo)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh:

FEBRIAN NUR RAMADHANI NIM. B76212111

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Febrian Nur Ramadhani, B76212111, 2017. Komunikasi Sosial Anggota Arisan (Studi di Perumahan Mutiara Citra Apsari, Prambon, Sidoarjo). Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Komunikasi Sosial, Anggota, danArisan.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari kesibukan sebagai makhluk sosial. Karena manusia tidak bisa hidup sendiri, melainkan perlu adanya bantuan orang lain. Berbagai macam kegiatan dan interaksi yang dilakukan memiliki fungsi dan tujuan masing-masing. Interaksi ini menunjukkan bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri sebagai makhluk sosial dalam memenuhi kebutuhannya, tidak terkecuali pada kegiatan arisan khususnya di lingkungan perumahan. Anggota Arisan di PerumahanMutiara Citra Apsari, Prambon, Sidoarjo juga melakukan proses komunikasi dalam rangka memenuhi kebutuhan interaksi sosialnya tersebut. Penelitian ini dilakukan karena ingin mengetahui lebih jelas bagaimana proses komunikasi sosial yang terjadi di kalangan anggota arisan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial yang akan diteliti dengan data-data dari informan. Subyek penelitian ini adalah anggota arisan.Teori yang digunakan adalah teori penetrasi sosial yang membahas tentang proses kedekata nhubungan seseorang dengan individu yang lainnya. Teori penetrasi sosial menyatakan ada empat tahap yakni, tahap orientasi, tahap pertukaran efek eksploratif, tahap pertukaran efek, dan tahap pertukaran stabil dalam suatu hubungan.

(7)

F. Definisi Konsep Penelitian 4

1. Komunikasi Sosial 4

2. Anggota Arisan 6

G. Kerangka Pikir Penelitan 7

H. Metode Penelitian 9

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian 9

2. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian 10

3. Jenis dan Sumber Data 11

4. Tahap-tahap Penelitian 14

5. Teknik Analisis Data 18

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data 20

I. Sistematika Penelitian 21

BAB II KOMUNIKASI SOSIAL DAN INTERAKSI MASYARAKAT

A. Komunikasi Sosial 23

B. Interaksi Anggota Arisan Sebagai Eksistensi Anggota 27 C. Peran Komunikasi Non Verbal dalam Proses Komunikasi

Sosial di Arisan 28

D. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial 31

(8)

BAB III KOMUNIKASI SOSIAL ANGGOTA ARISAN

A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian 40

1. Profil Informan 40

2. Obyek Penelitian 42

3. Profil Lokasi Penelitian 42

B. Deskripsi Data Penelitian 46

1. Proses Komunikasi Anggota Arisan 47

2. Penggunaan Media, Pesan Verbal dan Pesan Non Verbal

Dalam Proses Komunikasi Sosial Anggota Arisan 49 3. Status Sosial Anggota Menentukan Interaksi 53 4. Interaksi Anggota Di Luar Kegiatan Arisan 55 5. Cara Berpakaian dan Penggunaan Kosmetik

Sebagai Identitas Status Sosial Anggota Arisan 57 6. Pemilihan Anggota Arisan yang Status Sosialnya

Sama Sebagai Teman Akrab 61

BAB IV ANALISIS DATA

A. Temuan Penelitian 63

1. Bentuk Proses Asosiatif Anggota Arisan 63 2. Proses Disosiatif Dalam Kegiatan Arisan 66 3. Komunikasi Verbal dan Non Verbal

yang Dilakukan Anggota Arisan 68

4. Hambatan Dalam Proses Komunikasi Sosial

yang Dilakukan Anggota Arisan 70

B. Kajian Teori dengan Temuan Penelitian 71

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakekatnya, manusia merupakan mahluk sosial disamping

sifat-sifat lainnya yang secara pribadi dimiliki.1 Dalam kehidupan

sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari kesibukan sebagai mahluk sosial.

Berbagai macam kegiatan dan interaksi ini menunjukkan bahwa manusia

tidak bisa hidup sendiri sebagai mahluk sosial dalam memenuhi

kebutuhannya. Interaksi yang baik dalam kehidupan akan sangat

membantu manusia dalam menjalankan hidupnya. Antara manusia yang

satu dengan manusia yang lainnya.

Di dalam lingkungan masyarakat, yang sering dijumpai melakukan

interaksi sosial di lingkungan masyarakat setempat adalah ibu- ibu. Dalam

waktu tertentu para ibu sering melakukan interaksi sosial di depan rumah

setiap sore hari. Bahkan di beberapa acara atau kegiatan setempat, sering

dijumpai beberapa ibu-ibu melakukan interaksi sosial. Salah satu kegiatan

yang sering dilakukan ibu-ibu untuk melakukan interaksi sosial adalah

arisan.

Di beberapa tempat, arisan merupakan acara yang banyak diminati

oleh kaum ibu-ibu, Baik yang berusia muda samapai yang sudah berumur.

Mereka seringkali mengikuti kegiatan ini di berbagai tempat. Tidak hanya

di lingkungan rumah, arisan terkadang dilakukan di cafe atau restoran.

Selain menjadi tempat bersilaturahmi, arisan seringkali menjadi ajang

(10)

2

unjuk diri bagi beberapa ibu-ibu. Terlebih lagi bagi ibu-ibu yang

mendapatkan suami mapan atau terbilang kaya. Mereka akan terlihat

sedikit mencolok daripada ibu ibu yang identitas sosialnya tidak sama. Hal

ini nampak dari cara bicara, berpakaian hingga tingkah lakunya.

Dalam kegiatan arisan, penggunaan bahasa gaul oleh anggota

arisan dalam kegiatan arisan menjadikan kegiatan arisan ini menarik

sekaligus menjadi pembeda dengan kegiatan arisan lainnya walaupun yang

mengikuti kegiatan arisan adalah para ibu.

Pokok dari latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti proses

komunikasi sosial antar anggota arisan.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana proses komunikasi sosial yang dilakukan para ibu anggota

arisan di Perumahan Mutiara Citra Apsari Prambon Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui proses komunikasi sosial para ibu anggota arisan di

Perumahan Mutiara Citra Apsari Prambon Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan, memiliki manfaat baik secara teoritis

(11)

3

1. Manfaat secara teoritis

Penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan

atau sumbangan dalam kajian ilmu komunikasi, khususnya yang

berkaitan dengan komunikasi sosial ibu-ibu arisan. Semoga penelitian

ini berguna pada penelitian selanjutnya.

2. Manfaaat Secara Praktis

a. Bagi pembaca, hasil penlitian ini dapat digunakan sebagai salah

satu bahan bacaan dalam memperdalam wawasan tentang proses

komunikasi sosial.

b. Bagi Peneliti, selain bermanfaat untuk memperdalam wawasan

proses komunikasi sosial, penelitian ini juga bermanfaat untuk

menyelesaikan tugas akhir pendidikan jenjang strata satu di

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

c. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai

salah satu acuan perbandingan untuk penelitian komunikasi sosial

lainnya.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Untuk melengkapi referensi dan pengembangan penelitian ini,

peneliti mempelajari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain

yang terkait dengan fokus penelitian ini. Terdapat 2 (dua) penelitian yang

dijadikan rujukan, yaitu:

Pertama, Skripsi dari Rosa Puguh Febriawan dengan judul

(12)

4

jika saudara Rosa Puguh fokus pada pelajar berprestasi sedangkan peneliti

fokus pada ibu-ibu arisan. Persamaan peneliti yakni sama-sama ingin

mengetahui dan meneliti proses komunikasi sosial.

Kedua, Jurnal ilmiah komunikasi yang terbit pada tahun 2012 dan

ditulis oleh Nawiroh Vera dan Doddy Wihardy dengan judul “”Jagongan”

Sebagai Bentuk Komunikasi Sosial Pada Masyarakat Solo Dan

Manfaatnya Bagi Pembangunan Daerah.”Dalam penelitiannya, bahwa

media tradisional terdapat dalam bentuk kesenian rakyat maupun dalam

bentuk komunikasi lisan yang biasa dilakukan pada kelompok-kelompok

masyarakat di daerah tertentu. Dalam penelitian yang diangkat oleh Vera

dan Doddy, berbeda dalam segi subyeknya, dalam penelitian Vera dan

Doddy menggunakan masyarakat kota Solo sebagai subyeknya sedangkan

pada penelitian kalini peneliti menggunakan ibu-ibu arisan sebagai

subyeknya.

Untuk metode penelitiannya peneliti dan saudara Rosa Puguh sama-sama

menggunakan Deskriptif Kualitatif.

F. Definisi Konsep

Untuk memberikan penjelasan dalam penelitian ini, perlu adanya

suatu konsep agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam mengartikannya.

a. Komunikasi Sosial

Kata komunikasi adalah salah satu kata yang paling sering

(13)

5

bahasa Indonesia.2 Walaupun demikian sebenarnya masyarakat masih

belum bisa mendefinisikan secara singkat apa itu komunikasi.

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris

berasal dari kata Latin communicare yang berarti “sama”, communico,

communicato, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to

make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut

sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata

Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu

pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.3

Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid menyatakan bahwa

komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih

membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama

lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.4

Komunikasi sosial dapat diartikan secara umum sebagai suatu

bentuk interaksi antar individu atau kelompok yang dilakukan dengan

cara verbal maupun non verbal, dengan maksud untuk menyampaikan

suatu pesan, dengan cara yang dapat dipahami oleh kedua belah pihak,

dan mampu menghasilkan tanggapan yang dapat dimengerti oleh

kedua belah pihak.5

Di dalam bukunya “Komunikasi Serba Ada Serba Makna”, Alo

Liliweri menyebutkan ada beberapa fungsi sosial yang terjadi di dalam

2Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa (Jakarta: Kencana Prenada Media,

2013) hlm. 8

3Deddy mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2012) hlm. 46

4Wiriyanto, Pengantar Ilmu komunikasi, (Jakarta: PT Grasindo, 2004) hlm. 6 5Tommy Suprapto, Pengantar Teori Dan Managemen Komunikasi (Yogyakarta:

(14)

6

komunikasi.Fungsi ini meliputi pengawasan, menjembatani, sosialisasi

nilai, dan menghibur.6

Dapat disimpilkan bahwa komunikasi sosial merupakan bentuk

komunikasi verbal maupun non verbal yang dilakukan oleh antar

individu maupun kelompok yang bertujuan untuk memberikan

pengawasan, menjembatani, sosilisasi nilai, serta memberikan hiburan

kepada setiap pelakunya. Komunikasi sosial yang dimaksud dalam

penelitian kali ini adalah proses komunikasi sosial yang dilakukan oleh

anggota arisan didalam kegiatan arisan. Komunikasi ini bertujuan

menyampaikan pesan agar dapat dimengerti dan dipahami oleh kedua

belah pihak.

b. Anggota Arisan

Anggota adalah 1 bagian tubuh (terutama tangan dan kaki): --

badannya lemah;2 bagian dari sesuatu yang berangkai: kata majemuk

“bumi putra” dua -- nya; 3 orang (badan) yang menjadi bagian atau

masuk dalam suatu golongan (perserikatan, dewan, panitia, dan

sebagainya): dia adalah seorang -- partai terlarang.7

Arisan adalah kegiatan mengumpulkan uang atau barang yang

bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi di antara mereka

untuk menentukan siapa yang memperolehnya, undian dilaksanakan di

sebuah pertemuan secara berkala sampai

semua anggota memperolehnya.8

6Prof. Dr. Alo Liliweri, M.s., Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana,

2011) hlm. 140-141

7http://kbbi.web.id/anggota

(15)

7

Anggota arisan adalah orang-orang yang termasuk dalam

kegiatan arisan. Yang termasuk anggota arisan dalam penelitian ini

adalah ibu-ibu.

Ibu adalah 1 wanita yang telah melahirkan seseorang; maka:

anak harus menyayangi --;2 sebutan untuk wanita yang sudah

bersuami; 3 panggilan yang takzim kepada wanita baik yang sudah

bersuami maupun yang belum;9

Ibu adalah orang tua perempuan seorang anak, baik melalui

hubungan biologis maupun sosial. Umumnya, ibu memiliki peranan

yang sangat penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu

dapat diberikan untuk perempuan yang bukan orang tua kandung

(biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini. Contohnya adalah

pada orang tua angkat(karena adopsi) atau ibu tiri (istri ayah biologis

anak).10

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa proses

komunikasi sosial anggota arisan adalah komunikasi verbal maupun

non verbal yang dilakukan oleh antar ibu maupun kelompok

ibu-ibu yang menjadi anggota dalam kegiatan arisan.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan metode kualitatif

untuk mengetahui proses komunikasi sosial yang dilakukan ibu-ibu di

dalam Arisan. Metode ini mengutamakan pada pemahaman secara

9http://kamusbahasaindonesia.org/ibu

(16)

8

mendalam terhadap sebuah masalah yang diteliti. Sehingga di dalam

penelitian kali ini peneliti akan melakukan analisis dan mengkonstruksi

proses komunikasi sosial yang terjadi di kalangan ibu-ibu di dalam

kegiatan Arisan.

Teori penetrasi sosial merupakan teori yang dipilih dalam

penelitian ini. Teori penetrasi sosial (social penetration theory) berupaya

mengidentifikasi proses peningkatan keterbukaan dan keintiman seseorang

dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Teori yang disusun oleh

Irwin Altman dan Dalmas Taylor ini, merupakan salah satu karya penting

dalam perjalanan panjang penelitian di bidang perkembangan hubungan

(relationship development).11

Teori ini memandang dalam setiap hubungan sosial yang terjadi

maka akan ada tahapan-tahapan yang dilalui. Hal ini sesuai dengan obyek

penelitian yaitu proses komunikasi sosial yang dilakukan anggota arisan.

Karena dalam interaksi sosial yang terjadi di kalangan anggota arisan,

akan mengalami tahapan-tahapan seperti tahapan orientasi, tahap

pertukaran efek eksploratif, tahap pertukaran efek, hingga tahap

pertukaran stabil.

11Morissan. Teori Komunikasi Individu hingga Massa. (Jakarta: Kencana, 2013) hlm.

(17)

9

Bagan 1.1

Kerangka Pikir Penelitian

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian

kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Kualitatif memiliki tujuan

untuk memahami apa yang di pelajari dari perspektif kejadian itu

sendiri, dari sudut pandang itu sendiri,”kata Gorman dan Clayton”.12

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Dalam

penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana proses komunikasi

sosial yang dilakukan oleh ibu-ibu di dalam kegiatan arisan.

Sedangkan pendekatannya, peneliti menggunakan pendekatan

deskriptif. Pendekatan ini dipilih untuk mendapatkan data kualitatif

yang obyektif dan mendalam yang nantinya data hasil penelitian

12Santana K., M. Si. Menulis Ilmiah: Metode penelitian Kualitatif (Jakarta: Yayasan Obor

(18)

10

tersebut dapat disajikan secara deskriptif sehingga temuan hasil

peneliti tersaji secara urut, detail dan mendalam. Penelitian deskriptif

bertujuan memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan yang

ada pada saat ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan

hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya

sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.13

Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor

seperti yang dikutip Lexy J. Moleong yaitu sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang diamati.14 Dalam penelitian ini

peneliti akan mendeskripsikan secara mendalam hasil data yang

diperoleh melalui observasi dan wawancara.

2. Subyek,Obyek, dan Lokasi Penelitian

a. Subyek Penelitian

Subyek penelitian merupakan bagian yang penting dalam

sebuah penelitian. Subyek dipilih oleh peneliti dan dianggap

memiliki kualitas untuk menjawab dan memberikan informasi dan

data kepada peneliti yang sesuai dengan permasalahan yang

diangkat dalam penelitian ini. Adapun subyek penelitian ini adalah

para ibu anggota arisan baik identitas sosialnya tinggi dan yang

sering mengikuti kegiatan arisan di Perumahan Mutiara Citra

Apsari Prambon Sidoarjo.

13Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)

hlm. 26

14Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. Ke. X. (Bandung: Remaja

(19)

11

b. Obyek Penelitian

Sesuai dengan judul peneliti, maka obyek penelitian adalah

proses komunikasi sosial yang dilakukan para ibu anggota arisan

dalam kegiatan arisan di Perumahan Mutiara Citra Apsari Prambon

Sidoarjo.

c. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini diambil di Perumahan Mutiara Citra

Apsari, dusun Klotok, Desa Simogirang, Kecamatan Prambon,

Kabupaten Sidoarjo. Kelebihan dari Lokasi penelitian yakni tempat

yang cukup strategis serta keunikannya adalah letak desa yang

dikelilingi oleh perkebunan tebu dimana lokasi penelitian berada

ditengahnya.

3. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

a. Jenis data

Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) (dalam Lexy J.

Moleong) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah

kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain.15

Dengan demikian data yang dimaksud adalah tentang

proses komunikasi sosial anggota arisan. Didalam bukunya, Lexy

J. Moleong menguraikan tentang berbagai jenis data sebagai

berikut16:

(20)

12

1. Kata-kata dan tindakan

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau

diwawancarai merupakan sumber utama. Sumber data utama

dicatat melalui catatan tertulis atau melalui alat perekam.

2. Sumber tertulis

Walaupun posisi sumber ini ada dibagian kedua tentu

hal ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Dilihat dari segi data,

bahan tambahan yang berasal dari sumber-sumber tertulis

seperti arsip, dokumen, surat-surat pribadi, dan lain-lain.

3. Foto

Dalam hal ini foto yang dimaksud adalah foto-foto yang

berhasil peneliti kumpulkan. Foto-foto ini berkaitan dengan

judul penelitian yaitu komunikasi sosial anggota arisan.

b. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dimana

data dapat diperoleh. Adapun sumber data utama dari penelitian ini

adalah, informan. Selain dari informan peneliti juga menggunakan

internet sebagai sumber data jika memang diperlukan.

Adapun sumber data pada penelitian ini adalah informan

atau orang dalam pada latar penelitian, yaitu orang yang

dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan

kondisi latar penelitian.

Dalam hal ini informan yang dimaksud adalah para ibu

(21)

13

untuk mengumpulkan data baik wawancara yang terjadi ataupun

dari jenis data yang lain seperti foto, dokumen lain-lain.

c. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian yang dilakukan, teknik yang dilakukan

dalam pengumpulan data yakni sebagai berikut :

1) Wawancara mendalam (in-dept interview)

Wawancara mendalam secara umum adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara

tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan

informan. Metode wawancara mendalam sama seperti metode

wawancara lainnya, hanya peran pewawancara dan tujuan

wawancara, peran informan dan cara melakukan wawancara

yang berbeda dengan wawancara pada umumnya. Sesuatu yang

amat berbeda dengan metode wawancara lainnya adalah

wawancara secara mendalam dilakukan berkali-kali dan

membutuhkan waktu yang lama bersama informan di lokasi

penelitian, dimana kondisi ini tidak pernah terjadi pada

wawancara pada umumnya.17

2) Observasi (pengamatan)

Metode observasi (pengamatan) merupakan sebuah

teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke

lapangan untuk mengamati hal-hal yang berkaitan dengan

ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda, waktu, peristiwa, tujuan

(22)

14

dan perasaan. Metode observasi merupakan cara yang sangat

baik untuk mengawasi perilaku subyek penelitian seperti

perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu dan keadaan

tertentu. 18

3) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumen dapat

dibedakan menjadi dua, dokumen primer yang merupakan

tulisan langsung oleh seseorang yang mengalami peristiwa

yang bersangkutan. Kedua, dokumen sekunder yang

merupakan tulisan dari cerita orang lain. 19

4. Tahap-tahap Penelitian

Untuk melakukan sebuah penelitian kualitatif, perlu

mengetahui tahap-tahap yang akan dilalui dalam proses penelitian.

Tahap ini terdiri atas tahap pra lapangan dan tahap pekerjaan lapangan.

a. Tahap Pra-lapangan

Pada tahap pra lapangan ini ada tujuh tahap kegiatan yang

harus dilakukan oleh peneliti dalam tahap ini ditambah dengan satu

pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan.

Kegiatan dan pertimbangan tersebut diuraikan berikut ini:

18 M. Djunaidi G & Fauzan A, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media 2012), h. 165

19Irwan Soehatono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999),

(23)

15

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini akan dijabarkan tersendiri

secara detail, agar mudah dimengerti dan selanjutnya dapat

dijadikan patokan oleh peneliti kualitatif.

2) Memilih lapangan penelitian

Setiap situasi merupakan laboratorium di dalam

lapangan penelitian kualitatif. Beberapa aspek kehidupan sosial

dapat diteliti karena hal itu menjadi lebih jelas. Dengan

demikian, pemilihan lapangan penelitian diarahkan oleh teori

subtantif yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis kerja

walaupun masih tentatif sifatnya. Cara terbaik yang perlu di

tempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan

jalan mempertimbangkan teori substantif dan dengan

mempelajari serta mendalami fokus rumusan masalah

penelitian, untuk itu pergilah dan jajakilah lapangan untuk

melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada

di lapangan.

3) Mengurus perizinan

Dalam hal ini peneliti mengurus perizinan penelitian

dibagian Program studi Ilmu Komunikasi dari Kepala Program

Studi dan diajukan kepada Pimpinan Perusahaan yang akan

diteliti. Pertama-tama yang perlu diketahui oleh peneliti ialah

siapa saja yang berwewenang memberikan izin pelaksanaan

(24)

16

meninggalkan tugas yang pertama-tama perlu dimintakan dari

atasan peneliti sendiri, dan seterusnya yang terkatit dengan

penelitian.

4) Menjajaki dan menilai lapangan

Tahap ini baru pada tahap orientasi lapangan, belum

sampai pada titik pengumpulan data yang sebenarnya.

Penjajakan dan penilaian lokasi penelitian ini akan baik

sempurna, bila peneliti banyak mengenal dan mengetahui dari

konsultan penelitian, terkait dengan situasi, kondisi tempat

lokasi penelitian.

5) Memilih dan memanfaatkan informan

Dalam hal ini tentu informan perlu direkrut seperlunya

dan diberi tahu tentang maksud dan tujuan penelitian jika hal

itu mungkin dilakukan. Agar peneliti memperoleh informan

yang benar-benar memenuhi persyaratan.

6) Menyiapkan perlengkapan penelitian

peneliti hendaknya menyiapkan tidak hanya

perlengkapan fisik tetapi segala macam perlengkapan

penelitian yang diperlukan, terutama pada saat interview

dengan informan mulai dari tape recorder, peralatan tulis,

camera foto dan lainnya yang dibutuhkan oleh peneliti.

7) Persoalan etika penelitian

Etika penelitian sangat dibutuhkan saat pra-lapangan

(25)

17

mampu menahan diri, menahan emosi dan perasaan terhadap

hal-hal yang pertama kali dilihatnya aneh. Peneliti tidak

seharusnya memberikan reaksi yang sangat mencolok dan yang

tidak mengenakkan bagi orang-orang yang diperhatikan.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Pada tahap pekerjaan lapangan ini, fokus peneliti berada

pada bagaimana mengumpulkan data sebanyak dan seakurat

mungkin, karena hal ini akan sangat mempengaruhi hasil dari

penelitian. Disini dibagi atas 3 bagian, yaitu memahami latar

penelitian, dan persiapan diri, memasuki lapangan dan terakhir

berperan serta sambil mengumpulkan data. Ketiganya diuraikan

berurutan.

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Untuk memasuki bagian ini kita sebagai peneliti

perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu. Di

samping itu, peneliti juga perlu mempersiapkan dirinya,

baik secara fisik maupun secara mental di samping

mengingat persoalan etika sebagai yang telah teruraikan.

Selain itu, mempersiapkan pedoman wawancara kepada

beberapa informan agar peneliti mempunyai gambaran

tentang pertanyaan apa saja yang ingin diajukan kepada

(26)

18

2) Memasuki lapangan

Pada tahap ini keakraban pergaulan dengan subyek

perlu dipelihara selama bahkan sampai sesudah tahap

pengumpulan data. Jangan sampai terjadi seorang subyek

merasa dirugikan. Begitu juga halnya dengan peranan

peneliti, sewaktu berada pada lapangan penelitian, mau

tidak mau peneliti terjun ke dalamnya dan akan ikut

berperan-serta di dalamnya.

3) Berperan-serta sambil mengumpulkan data

Pada waktu menyusun usulan penelitian, batas studi

telah ditetapkan bersama masalah dan tujuan penelitian.

Peneliti hendaknya juga memperhitungkan keterbatasan

waktu, tenaga dan mungkin biaya sehingga peneliti tidak

sampai terpancing untuk mengikuti arus kegiatan

masyarakat.

Alat penelitian penting yang biasanya digunakan

peneliti ialah catatan lapangan. Catatan lapangan yakni

catatan yang dibuat oleh peneliti waktu mengadakan

pengamatan, wawancara atau dalam menyaksikan suatu

kejadian tertentu.20

5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

20 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: Remaja

(27)

19

dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam

kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh

diri sendiri maupun orang lain.

Teknik analisis data dalam penelitian ini terdiri dari tiga

komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan serta

pengujian kesimpulan. Reduksi data melibatkan langkah editing,

pengelompokan, dan meringkas data. Kemudian, peneliti menyusun

kode-kode dan catatan-catatan mengenai berbagai hal termasuk yang

berkaitan dengan aktivitas serta proses-proses sehingga peneliti dapat

menemukan tema-tema, kelompok-kelompok dan pola-pola data.

Catatan yang dimaksud disini tidak lain adalah gagasan-gagasan atau

ungkapan yang mengarah pada teorisasi berkenaan dengan data yang

ditemui. 21

Penyajian data melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan

data, yakni menjalin data yang satu dengan data yang lain sehingga

seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu

kesatuan karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka

ragam perspektif dan terasa bertumpuk maka penyajian data pada

umumnya diyakini membantu proses analisis. Penarikan dan pengujian

kesimpulan, peneliti mengimplementasikan prinsip induktif dengan

(28)

20

mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan

dari display data yang telah dibuat.

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data sangat penting dilakukan

agar data yang diperoleh memiliki nilai kevalidan dan keshohihan data.

Adapun teknik yang digunakan antara lain:22

a. Perpanjangan keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam

pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan

dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan

keikutsertaan pada latar penelitian.

b. Ketekunan/Keajegan Pengamatan

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri

dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan

persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan

diri pada hal-hal secara rinci.

c. Triangulasi

Triangulasi adalah salah satu teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

(29)

21

d. Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi

Teknik pemeriksaan sejawat berarti pemeriksaan yang

dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan yang sebaya,

yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang

sedang di teliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review

persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan. 23

I. Sistematika Pembahasan BAB I : Pendahuluan

Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, hipotesis penelitian, definisi operasional,

metode penelitian, dan sistematika pembahasan yang dipakai dalam skripsi

ini.

BAB II : Kajian Teoritis

Bab ini berisikan Tentang Kajian Pustaka yang akan membahas

tentang beberapa konsep atau teori yang terkait dengan penelitian yang

dianalisis dari referensi atau bahan pustaka. Adapun ulasannya tersebut

adalah, Bahasa, Media Sosial.

BAB III

Pada bab ini membahas tentang metodologi penelitian yang

berisikan pendekatan dan jenis penelitian yang dipakai, obyek penelitian,

populasi dan sampel, indikator penelitian, pengumpulan data dan teknik

analisis data.

(30)

22

BAB IV

Pada bab ini berisikan penyajian data dan analisis data yang

membahas dan menjelaskan tentang setting penelitian yaitu gambaran

umum obyek penelitian, penyajian data, analisis data, klarifikasi data,

pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. Pada bab IV inilah

yang nantinya akan menjawab rumusan masalah yang terkait dengan judul

dalam penelitian ini.

BAB V : Penutup

Dalam bab ini berisikan penutup yang merupakan bab terakhir

dalam penulisan skripsi yang nantinya akan memuat kesimpulan dan

(31)

BAB II

KOMUNIKASI SOSIAL DAN INTERAKSI ANGGOTA

ARISAN

A. Komunikasi Sosial

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini dimaksudkan untuk

memahami proses komunikasi sosial anggota arisan yang terjadi di

kegiatan arisan. Penelitian ini difokuskan pada anggota arisan.

Definisi komunikasi sosial dari Antonius Atosokhi mengatakan

bahwa komunikasi sosial dapat diartikan secara umum sebagai suatu

bentuk interaksi antar individu atau kelompok yang dilakukan dengan cara

verbal maupun non verbal, dengan maksud untuk menyampaikan suatu

pesan, dengan cara yang dapat dipahami oleh kedua belah pihak.24

Oleh karena itu, untuk lebih memahami tentang proses komunikasi

sosial anggota arisan, maka disajikan kajian tentang bahasan yang

bersangkutan proses komunikasi sosial anggota arisan.

Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting namun juga

kompleks dalam kehidupan manusia. Manusia tidak bisa hidup tanpa

melakukan komunikasi baik dengan orang yang sudah dikenal maupun

belum dikenal sama sekali. Akan tetapi komunikasi sudah sangat akrab di

telinga tetapi membuat satu definisi tunggal mengenai komunikasi tidaklah

semudah yang difikirkan.

Salah satunya adalah definisi yang menempatkan komunikasi

sebagai kontrol sosial. Tokoh yang memulainya adalah Carl I.

24 Antonius Atosokhi Gea, dkk, Relasi Dengan Sesama: Character Building II (Jakarta:

(32)

24

Hoveland (1948) yang kemudian dikemukakan juga antara lain oleh

Shannon dan Weaver (1949) dan oleh Shachter (1961). Hoveland

merumuskan: “Komunikasi adalah proses dimana seseorang

(komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya

lambing-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah

laku seseorang”.25

Sedangkan Everett M. Rogers mengatakan: “komunikasi adalah

proses hal mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu

penerima atau lebih dimaksud dengan mengubah perilaku”.26 Dari

definisi ini dapat dilihat penekanan bahwa dalam komunikasi terjadi

proses penyampaian gagasan, ide, lambang, dan di dalam penyampaian

itu ada orang lain yang terlibat.

Dari dua definisi diatas ada kesamaan pendapat yang

dikemukakan oleh Hoveland dan Everett. Definisi mereka mengarah

pada penyampaian pesan (lambang, gagasan, ide) kepada orang lain

yang terlibat dalam komunikasi. Hal ini menggambarkan terjadinya

interaksi antara individu dengan individu lainnya ataupun individu

dengan kelompoknya.

Dari beberapa penjelasan diatas, terlihat bagaimana komunikasi

berperan dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi akan terus terjadi

baik antara individu dengan individu maupun dengan kelompoknya.

Selain sebagai kebutuhan, komunikasi juga memiliki berbagai fungsi

25 Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2010), hlm. 25-26

26 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010),

(33)

25

yang menjadikan hubungan antara komunikasi dan kehidupan sosial

manusia semakin erat. Salah satunya adalah fungsi sosial, menurut Alo

Liliweri fungsi sosial ini meliputi pengawasan, menjembatani,

sosialisasi nilai, dan menghibur.

Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Fungsi ini

lebih banyak diperankan oleh media massa. Media massa akan secara

rutin menyebarluaskan peristiwa yang terjadi disekitarnya. Walaupun

terkadang peristiwa itu terjadi dengan konteks dan budaya yang

berbeda, media massa akan tetap memberikan informasi tersebut

kepada masyarakat. Hal ini berakibat pada masyarakat yang turut

mengawasi peristiwa yang terjadi dan lebih berhati-hati seandainya hal

tersebut terjadi di sekitar mereka.

Fungsi sosial yang kedua yaitu menjembatani. Dalam proses

komunikasi, termasuk komunikasi antar pribadi, maka fungsi

komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu

merupakan jembatan antara perbedaan diantara mereka.27 Dengan kata

lain, mereka akan saling bertukar fikiran mengenai pesan yang

disampaikan untuk mendapatkan nilai yang sama pada pesan tersebut.

Hal ini tidak hanya terjadi pada konteks komunikasi antar pribadi,

tetapi juga terjadi dalam komunikasi massa.

Fungsi sosial yang ketiga adalah fungsi sosialisasi nilai. Fungsi

ini sangat terlihat dalam komunikasi antar budaya. Karena fungsi ini

mengajarkan bagaimana seseorang mampu menerima nilai kebudayaan

27 Alo Liliweri, Komunikasi: Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana Prenada Media

(34)

26

yang berbeda dengan kebudayaan dirinya sebagai proses komunikasi.

Sebaliknya dia juga diperbolehkan membawa ataupun

memperkenalkan nilai kebudayaan yang melekat pada dirinya kepada

masyarakat luas. Hal yang paling utama dari proses ini adalah

bagaimana masyarakat bisa melihat dan menangkap nilai yang

terkandung dalam berbagai model kebudayaan tersebut baik dari sisi

verbal maupun non verbal.

Fungsi sosial yang terakhir adalah penghibur. Hal ini banyak

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya penampilan dari

sebuah grup lawak, tarian, atau grup musik akan dapat menghibur.

Dalam fungsi yang terakhir ini segmentasi akan sangat diperhatikan.

Sebab bila seseorang dipaksa untuk melihat ataupun mendengar

sesuatu yang tidak disukainya maka pesan yang disampaikan oleh

komunikator tidak akan diterima dengan baik.

Dari keempat fungsi sosial yang dijabarkan diatas, manusia

diharapkan bisa memahami seseorang dengan berbagai karakter dan

budaya. Semakin individu dapat mengurangi tingkat ketidakpastian

seseorang, maka peluang individu untuk memahami orang tersebut

semakin besar. Dari peluang tersebut maka akan diperoleh peluang

kesamaan pesan yang lebih besar juga.

Selain tingkat ketidakpastian, saat manusia berkomunikasi

dengan orang lain maka manusia akan menghadapi tingkat kecemasan.

Yang dimaksudkan kecemasan adalah suatu perasaan yang kurang

(35)

27

tentang orang yang sedang dihadapi, kecemasan mengandung suasana

emosional yang tidak bersifat kognitif atau perilaku.28 Kecemasan

inilah yang perlu diantisipasi agar komunikasi yang dilakukan bisa

berjalan lancar.

B. Interaksi Anggota Arisan Sebagai Eksistensi Anggota

Arisan erat kaitannya dengan anggota ibu-ibu baik yana rumah

tangga atau karier. Dimana para ibu-ibu rumah tangga banyak yang

mengikuti kegiatan tersebut. Baik arisan dalam bentuk uang, barang

elektronik, alat rumah tangga, atau kue lebaran. Kegiatan arisan yang

dilakukan para anggota di perumahan Mutiara Citra Apsari adalah

kegiatan arisan dalam bentuk uang. Dalam melakukan kegiatan ini,

para anggota akan saling berkomunikasi antara anggota satu dengan

anggota yang lainnya. Baik dalam bentuk verbal maupun non verbal.

Tetapi, banyak kode nonverbal yang ditampilkan oleh para anggota

dalam melakukan proses komunikasi sosial di dalam kegiaan arisan.

Kode non verbal adalah sejumlah perilaku yang digunakan

untuk menyampaikan makna.29 Makna yang ingin disampaikan oleh

anggota merupakan status sosial dari anggota tersebut. Dimana status

sosial yang dimaksudkan oleh anggota adalah orang yang kaya dengan

identitas yang ditunjukkan oleh anggota yaitu berupa perhiasan atau

barang berharga mahal lainnya. Mereka ingin diakui lebih tinggi status

sosialnya dibandingkan status sosial anggota yang lain. Dengan status

28 Alo Liliweri, Komunikasi: Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2011) hlm. 142

29 Morissan, Teori Komunikasi: Individu HIngga Massa (Jakarta: Kencana Prenada

(36)

28

soial yang lebih tinggi, mereka berusaha menyampaikan makna

tentang keberadaan mereka. Hal ini mereka anggap sebagai jalan yang

tepat untuk dapat dihormati dan diakui keberadaannya.

Bila mengacu pada teori motivasi hirarki kebutuhan yang

dikembangkan oleh Abraham Maslow, apa yang dilakukan para

anggota arisan ini merupakan tingkat motivasi yang paling tinggi.

Menurut teori ini, motivasi diri dari apa yang dilakukan memiliki lima

fase yang memiliki puncak yaitu sebagai bentuk eksistensi diri.

Abraham menyebutkan bahwa teori ini juga mengandaikan manusia

sebagai makhluk yang berkeinginan tanpa hati, alat motivasinya adalah

kepuasan yang belum terpenuhi serta kebutuhannya yang berjenjang.30

Anggota yang status sosialnya lebih tinggi akan memiliki

pandangan yang berbeda dengan anggota yang lain. Anggota yang

status sosialnya lebih tinggi akan merasa puas jika dirinya diakui dan

dihormati oleh anggota yang lain. Sehingga dapat digambarkan bahwa

eksistensi dari para anggota memiliki ruang tersendiri bagi para

pelakunya.

C. Peran Komunikasi Non Verbal dalam Proses Komunikasi Sosial di

Arisan

Berbicara tentang arisan di dalam kehidupan masyarakat, arisan

masih menjadi pilihan utama bagi sebagian besar kaum ibu-ibu.

Khususnya ibu-ibu rumah tangga yang memiliki banyak waktu luang.

Arisan juga sebagai ajang silaturahmi antar ibu-ibu rumah tangga.

30 Husein Umar, Business An Introduction (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003)

(37)

29

Pelaksanaan arisan dalam kegiatannya yang dipengaruhi oleh

ikatan-ikatan obyektif diantaranya, berupa perhatian, dana, fasilitas dan

obyektif lainnya.

Belum ada kesepakatan diantara para ahli komunikasi non

verbal tentang pesan non verbal. Ducan menyebutkan enam jenis pesan

non verbal: (1) kinesik atau gerak tubuh, (2) paralinguistic atau suara,

(3) proksemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial, (4)

olfaksi atau penciuman, (5) sensitivitas kulit, dan (6) faktor artifaktual

seperti pakaian dan kosmetik.31 Dari beberapa jenis pesan non verbal

yang telah dijabarkan, pesan faktor artifaktual pada anggota arisan

akan menjadi pembahasan selanjutnya.

Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan – tubuh

pakaian, dan kosmetik. Umumnya pakaian dipergunakan untuk

menyampaikan identitas si pemakai. Menyampaikan identitas brarti

menunjukkan kepada orang lain bagaimana perilaku seseorang dan

bagaiamana orang lain sepatutnya memperlakukan seseorang tersebut.

Selain itu, pakaian dipakai untuk menyampaikan perasaan (seperti blus

hitam ketika wanita berduka cita, atau pakaian semarak ketika

seseorang ceria), status dan peranan (seperti seragam pegawai kantor),

dan formalitas (seperti memakai sandal untuk menunjukkan situasi

informal dan memakai batik untuk situasi formal).32

Pada penerapannya, anggota arisan memiliki beberapa poin

yang ada dalam pesan nonverbal artifaktual ini yaitu :

31 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008)

hlm. 289

(38)

30

1. Pakaian Sebagai Nilai Sosial atau status

Pakaian dan fashion sering digunakan untuk menunjukkan

nilai sosial atau status, dan orang kerap membuat penilaian

terhadap nilai sosial atau status orang lain berdasarkan apa yang

dipakai orang tersebut. 33

Pakaian dan fashion pun digunakan untuk menunjukkan

atau mendefinisikan peran sosial yang dimiliki seseorang. Pakaian

dan fashion itu diambil sebagai tanda bagi orang tertentu yang

menjalankan peran tertentu pula sehingga diharapkan berperilaku

dalam cara tertentu. Bahwa pakaian yang berbeda, dan jenis

pakaian yang berbeda, yang dikenakan oleh orang yang berbeda

memungkinkan adanya interaksi sosial yang berlangsung mulus

dibandingkan kebalikannya.

Pakaian yang dikenakan anggota arisan bukanlah pakaian

seragam melainkan pakaian milik setiap anggota sendiri. Karena

dalam kegiatan arisan, anggota diberi kebebasan untuk memakai

pakaian apa saja yang mereka inginkan. Karena tidak ada aturan

memakai pakaian dalam melakukan kegiatan arisan. Dengan model

pakaian yang dikenakan anggota dapat mempengaruhi proses

komunikasi dengan anggota yang lainnya.

2. Kosmetik

(39)

31

Seperti dinyatakan oleh M.S. Wetmore Cosmetic Studio di

Encino, California, dapat mengungkapkan kesehatan (dengan

menggunakan base make up untuk meratakan noda kulit), sikap

yang ekspresif dan komunikatif (dengan “memoles” mata), dan

kehangatan (dengan mengatur warna bibir).34

Kosmetik yang dipakai anggota arisan dapat menentukan

seberapa tinggi atau rendahnya identitas sosial mereka. Dengan

melihat semakin banyak model kosmetik yang dimiliki setiap

anggota semakin menunjukkan bahwa identitas sosial mereka ada

di atas atau di bawah. Dengan pemakaian kosmetik oleh anggota

dapat mempengaruhi proses komunikasi yang dilakukan antar

anggota.

D. Bentuk – Bentuk Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hasil dari proses komunikasi dan

kontak sosial. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara

individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok

dengan kelompok.35 Pengertian ini menandakan ada hubungan yang

penting antara komunikasi, kontak, dan interaksi sosial. Secara garis

besar interaksi sosial memiliki dua bentuk yaitu:

a. Proses Asosiatif

Proses ini mengandung makna bersatu, menyatu atau

persatuan, atau integrasi. Karena ada suatu hal yang diakui bersama

34 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008)

hlm. 292

35 Sri Saptina H, dkk, Cara Mudah Menghadapi Ujian Nasional 2008 Sosiologi SMA/MA,

(40)

32

oleh sekumpulan orang, kemudian lahirnya asosiatif di

masyarakat.36 Dalam prakteknya, proses asosiatif memiliki

beberapa bentuk antara lain:

1. Proses Kooperasi

Kerjasama merupakan hal yang akan terlihat dalam

setiap proses sosial manusia. Kerjasama terkadang dapat

membentuk kelompok-kelompok kecil maupun besar. Hal ini

dipengaruhi tingkat kepentingan manusia dalam kelompoknya

ataupun kelompok lain. Solidaritas sebuah kelompok tersebut

terkadang muncul setelah ada ancaman dari kelompok ataupun

pihak lain.

2. Proses akomodasi

Istilah akomodasi kerap dimaknai dalam dua konteks,

yaitu (1) proses, (2) keadaan. Akomodasi dianggap sebagai

suatu proses menuju keseimbangan.37 Karena masih sebuah

proses, maka akomodasi belum menciptakan keadaan yang

diinginkan. Sehingga akomodasi merupakan usaha untuk

meraih sebuah keseimbangan. Misalkan ada dua kelompok

yang sedang bertikai dan mereka sedang melakukan negoisasi

untuk berdamai. Dalam komunikasi mereka untuk mewujudkan

keseimbangan inilah yang disebut dengan proses akomodasi.

Cara-cara yang biasa dilakukan untuk membangun

proses akomodasi yaitu (1) bentuk paksaan, (2) bentuk

(41)

33

kompromi, (3) bentuk abritase adalah kompromi yang

mengandung pihak ketiga, (4) mediasi adalah dimana pihak

ketiga yang dianggap netral mengundang pihak yang

berkompromi, (5) konsiliasi adalah mempertemukan kesamaan

antar kelompok yang sedang berkompromi, (6) toleransi, (7)

stalemate adalah menghentikan perselisihan karena kedua

pihak dianggap memiliki kekuatan yang sama besar, (8)

ajudikasi adalah penyelesaian perselisihan dengan membawa

perkara ke pengadilan.

3. Asimilasi

Asimilasi merupakan proses sosial yang lebih lanjut.

Dalam proses asimilasi individu maupun kelompok akan

berusaha mencari kemiripan baik tindakan maupun pola pikir.

Dalam proses ini mereka akan berusaha mengurangi perbedaan

dengan memepertimbangkan tujuan bersama. Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi proses asimilasi. Salah satunya

ialah merasa memiliki musuh yang sama dari luar sehingga

antar individu ataupun kelompok akan bersatu dan mengurangi

rasa perbedaan.

4. Akulturasi

Interaksi sosial yang terakhir ini, mirip dengan

asimilasi. Hanya saja, pada masyarakat yang mengalami

(42)

34

adanya perilaku baru, atau unsur kebudayaan baru.38 Sehingga

saat suatu kelompok masyarakat dihadapkan dengan

kebudayaan asing, dengan sedemikian rupa mereka akan

berusaha menerima budaya tersebut tanpa menghilangkan

unsur budaya lokal yang telah ada.

b. Proses disosiatif

Proses sosial disosiatif, yaitu proses yang cenderung kearah

timbulnya perpecahan dan meregangkan solidaritas kelompok,

meliputi persaingan (kompetisi), pertentangan (konflik), dan

kontravensi.39 Walaupun proses ini mengacu ke arah negatif tetapi

proses ini tidak bisa dihindari, layaknya proses asosiatif proses ini

merupakan salah satu cara manusia untuk tetap bertahan hidup

dilingkungannya. Untuk pembahasan lebih lanjut mengenai tiga

bentuk proses disosiatif, dilakukan penjabaran sebagai berikut:

1. Persaingan

Persaingan merupakan keadaan dimana antar individu

maupun kelompok saling berlomba-lomba untuk mendapatkan

sesuatu. Biasanya persaingan akan muncul ketika sesuatu yang

jumlahnya sedikit dan yang menginginkannya banyak.

Misalkan bersaing dalam lomba, karena yang ikut lomba sangat

banyak dan juara yang diambil sedikit maka tingkat kompetisi

yang hadir di dalamnya akan semakin meningkat. Kompetisi ini

38Ibid. hlm. 84

39 Sri Saptina H, dkk, Cara Mudah Menghadapi Ujian Nasional 2008 Sosiologi SMA/MA,

(43)

35

biasanya memiliki nilai dan norma yang telah diakui bersama,

sehingga kecil kemungkinan kompetisi melahirkan kekerasan.

2. Pertentangan

Pertentangan biasa terjadi akibat perbedaan yang ada di

dalam masyarakat. Perbedaan disini bisa sangat beragam,

misalnya perbedaan secara jasmani (warna kulit, postur tubuh,

model rambut, dll) atau dari segi berfikir (pola pikir, sifat,

konsep diri, dll). Selain dua poin diatas masih banyak lagi

perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat sebagai

pemicu dari pertentangan. Pertentangan inilah yang kemudian

disebut dengan konflik sosial.

3. Kontravensi

Tanda adanya kontravensi yaitu adanya gejala

ketidakpastian mengenai diri seseorang, atau suatu rencana, dan

perasaan.40 Berada diantara kompetisi dan pertentangan

membuat proses sosial kontravensi tidak terlalu diperhatikan.

Memang proses ini tidak terlalu jelas saat terjadi di dalam

masyarakat. Tetapi hal inilah yang perlu dilihat dan dipahami

sebagai proses.

Kontravensi memiliki beberapa jenis.Yang pertama

adalah kontravensi antargenerasi. Dalam perkembngannya,

kaum anak muda akan mulai meragukan nilai yang ada pada

kaum tua. Sebaliknya kaum tua juga meragukan nilai dari kaum

(44)

36

muda yang dianggap berbeda.Keraguan inilah yang menjadikan

keraguan dari sikap dan perlakuan antara kedua pihak.

Yang kedua adalah kontravensi seks. Peran seks yang

ada dalam Negara berkembang mulai mengalami pergeseran.

Dimana pria mulai dikritik mengenai posisi dan perannya oleh

wanita. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan ketidakpastian

posisi sosial seks yang ada di tengah masyarakat.

Yang ketiga adalah kontravensi parlementer.

Merupakan ketidakpastian yang terjadi di dalam pemerintahan.

Contohnya adalah demokrasi yang ada di Negara berkembang.

Sifat dari demokrasi yang masih mengambang dan belum

terbukti dari tindakan. Mengatakan demokrasi tetapi sikap yang

ditunjukkan masih anarkis atau liberal. Hal inilah yang

membuat demokrasi masih sesuatu yang kontravensi dalam

masyarakat.

Seperti sebuah kutub, kehidupan sosial juga memiliki

sisi positif dan sisi negatif. Manusia tidak bisa menghilangkan

sisi negatif ataupun hanya menjalankan sisi positif saja.

Melainkan manusia akan tetap mengalami keduanya dalam

kehidupan sehari-hari. Kedua proses ini juga memiliki peran

masing-masing untuk membantu membentuk sebuah tatanan

sosial tertentu di dalam masyarakat.

(45)

37

E. Kajian Teori

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori penetrasi sosial.

Teori penetrasi sosial dipopulerkan oleh Irwin Altman & Dalmas Taylor.

Teori penetrai sosial dipilih karena membahas bagaimana proses

komunikasi interpersonal. Dijelaskan bagaimana dalam proses

berhubungan dengan orang lain, dimana terjadi semacam adaptasi diantara

keduanya.

Altman dan Taylor mengembangkan teori ini sejak tahun 1973.

Mereka mengibaratkan manusia seperti bawang merah. Maksudnya adalah

pada hakikatnya manusia memeiliki beberapa layer atau lapisan

kepribadian. Jika individu mengupas kulit terluar bawang, maka individu

tersebut akan menemukan lapisan kulit yang lainnya. Begitu pula

kepribadian manusia. Lapisan kulit terluar adalah dirinya yang bersifat

umum yang bisa dijangkau oleh semua orang yang peduli untuk

melihatnya.41 Lapisan terluar termasuk sekian banyak detail yang

menggambarkan siapa seseorang tersebut. Dari luar orang akan melihat

tinggi badan, usia, warna kulit, jenis kelamin, pekerjaan, rumah, dan

aksesoris yang melekat pada badan.

Lapisan terdalam dari manusia memiliki tingkat kerahasiaan tinggi

yang di dalamnya terdapat nilai-nilai, konsep diri, konflik-konflik, emosi

yang terpendam, dan semacamnya. Lapisan ini tidak terlihat oleh dunia

luar, oleh siapapun, bahkan kekasih, orang tua, atau orang terdekat

manapun. Tetapi lapisan ini adalah yang paling berdampak atau paling

41 Ristiana Kadarsih,”Teori Penetrasi Sosial Dan Hubungan Interpersonal”, Jurnal

(46)

38

berperan dalam kehidupan seseorang. Tidak menutup kemungkinan ada

seseorang yang dia percaya hingga dia mau menunjukkan lapisan terdalam

dari dirinya kepada seseorang tersebut.

Kedekatan individu terhadap individu lain, menurut Altman dan

Taylor, dapat dilihat dari sejauh mana penetrasi individu tersebut terhadap

lapisan kepribadian tadi. Dengan membiarkan orang lain melakukan

penetrasi terhadap lapisan kepribadian yang dimiliki dan membiarkan

hubungan yang terjadi semakin berkembang.

Altman dan Taylor menyatakan empat tahap pengembangan

hubungan antara lain:

1. Tahap Orientasi, Tahap dimana komunikasi yang terjadi bersifat

tidak pribadi (interpersonal). Para individu yang terlibat bersifat

umum saja.42 Hal ini terjadi saat manusia baru pertama kali

bertemu dengan seseorang. Setelah mereka memutuskan untuk

berkomunikasi dengannya, manusia akan membuka pembicaraan

dengan hal-hal yang bersifat umum seperti informasi nama,

pendidikan, asal dan sebagainya.

2. Tahap pertukaran efek eksploratif, tahap ini merupakan tahap

lanjutan dari tahap orientasi. Tahap ini menunggu kesempatan

untuk bertemu minimal dua kali setelah tahap orientasi

berlangsung. Karena tahap ini memiliki tingkatan informasi yang

lebih dalam untuk disampaiakn kepada pihak lain.

42 Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa (Jakarta: Kencana Prenada Media,

(47)

39

3. Tahap pertukaran efek, tahap munculnya perasaan kritis dan

evaluatif pada level yang lebih dalam.43 Tahap ini tidak akan

dimasuki kecuali mereka menerima manfaat yang besar sesuai

dengan biaya dalam tahap sebelumnya.44

Dengan kata lain pada tahap ini mulai ada pertimbangan

keuntungan dan kerugian dari proses sebelumnya. Akan ada

pemikiran serius mengenai apa yang didapat dan apa yang

diberikan. Jika merasa hubungan yang terjadi menguntungkan

maka fase ini akan berlanjut menuju tahap selanjutnya.

4. Tahap pertukaran stabil, tahap terakhir ini merupakan tahap

tertinggi. Tahap ini memungkinkan dalam sebuah hubungan akan

terjadi prediksi atas tindakan dan respon yang akan terjadi. Hal ini

terjadi karena tiga tahap sebelumnya telah dilalui dengan baik.

Dari pembahasan diatas didapat pengertian bahwa perkembangan

hubungan yang terjadi adalah siklus linear yang disebutkan Altman dan

Taylor.Tetapi pada perkembangannya, hubungan yang terjadi tidak

selamanya linear.Teori penetrasi sosial memandang bahwa hubungan saat

ini dipandang sebagai siklus stabilitas dan siklus perubahan.Pasangan

individu harus mampu menguasai kedua siklus ini agar dapat membuat

perkiraan dan fleksibilitas dalam suatu hubungan.

Dengan menggunakan tahap-tahap dari teori penetrasi sosial dari Altman

dan Taylor, peneliti berusaha menganalisis bagaimana anggota arisan di

43Ibid, hlm. 299

44 Stephen W. Littlejohn, Karen A.Foss All, Theories of Human Communication, 9th ed,

(48)

40

Perumahan Mutiara Citra Apsari, Prambon, Sidoarjo dalam memenuhi tahapan

(49)

41

BAB III

KOMUNIKASI SOSIAL ANGGOTA ARISAN

A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

Subyek penelitian adalah individu yang dijadikan sumber

informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian.45 Dalam

penelitian kualitatif biasanya subyek dari penelitian tersebut dinamakan

informan. Sebab dalam penelitian kualitatif subyek merupakan individu

yang dipilih untuk memberikan informasi data yang diperlukan terkait

dengan penelitian yang dilakukan. Adapun informan yang dipilih dalam

penelitian komunikasi sosial anggota arisan di perumahan Mutiara Citra

Apsari, Prambon, Sidoarjo ini adalah sebagai berikut:

1. Profil Informan

Dalam penelitian ini ada beberapa informan yang dipilih

peneliti untuk melengkapi data peneliti. Beberapa informan ini

memiliki identitas sosial yang dianggap sejalan dengan subyek

penelitian yang diinginkan. Berikut ini adalah profil dri informan

peneliti:

a. Nama : Kuswariyati

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Blok I No. 13

Jabatan : Anggota Arisan

(50)

42

Kuswariyati dipilih karena menurut peneliti kuswariyati

memperlihatkan pesan non verbal sebagai orang yang menyatakan

status sosialnya lebih tinggi dari anggota lainnya. Serta

pengalaman yang banyak didapat dari kegiatan arisan.

b. Nama : Fitri Megawati

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Blok D No 17

Jabatan : Anggota Arisan

Fitri Megawati dipilih karena Fitri Megawati anggota arisan

yang aktif mengikuti arisan mulai dari awal terbentuknya arisan

hingga sekarang di Perumahan Mutiara Citra Apsari.

c. Nama : Sumarsih

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Blok F No. 8

Jabata : Ketua Arisan

Sumarsih dipilih karena beliau ketua arisan, dan informasi

yang didapat dari beliau sangatlah penting dalam penelitian ini.

Karena kehadirannya di setiap kegiatan arisan.

d. Nama : Nining

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Blok B No. 7

Jabata : Sekertaris

Nining dipilih sebagai informan, karena beliau aktif

(51)

43

kegiatan arisan. Karena jabatan beliau sebagai sekertaris, maka

Nining akan berusaha hadir dalam setiap kegiatan arisan.

e. Nama : Yuni

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Blok H No. 6

Jabatan : Bendahara arisan

Yuni dipilih sebagai informan selain karena jabatannya

sebagai bendahara, Yuni juga selalu aktif berkomunikasi dengan

anggota dan selalu ada dalam kegiatan arisan mengingat perannya

yang penting dalam kegiatan arisan.

2. Obyek Penelitian

Obyek pada penelitian ini adalah komunikasi sosial yang

dilakukan oleh anggota arisan di Perumahan Mutiara Citra Apsari,

Prambon, Sidoarjo. Komunikasi sosial yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah bentuk komunikasi non verbal yang dilakukan

oleh antar individu maupun kelompok yang dilakukan oleh anggota

arisan di perumahan Mutiara Citra Apsari, Prambon, Sidoarjo di dalam

kegiatan arisan.

3. Profil Lokasi Penelitian

a. Sejarah Arisan di Perumahan Mutiara Citra Apsari

Pada awal berdirinya kegiatan Arisan di Perumahan

Mutiara Citra Apsari yaitu tahun 2015. Pada saat itu anggota yang

ikut hanya sedikit sekitar 35 anggota. Karena masih sedikit yang

(52)

44

dilakukan bergilir di rumah para anggotanya setiap dua minggu

sekali.

Dalam perjalanannya, kegiatan arisan mengalami beberapa

perubahan yakni, pergantian tempat yang awal mulanya dilakukan

bergiliran kerumah-rumah anggotanya, kini hanya bertempat di

kediaman ibu Rt saja. Dan tetap dilakukan dalam dua minggu

sekali. Serta panambahan jumlah anggota arisan yang pada

mulanya hanya 35 anggota kini sudah menjadi 65 anggota. Sengaja

tidak di tempatkan di balai Rw karena akses jalan yang memutar

membuat anggota merasa kejauhan untuk melakukan kegiatan

arisan disana.

Kegiatan arisan di Perumahan Mutiara Citra Apsari sudah

berlangsung selama dua periode mulai dari tahun 2015 – 2016.

Dengan adanya kegiatan ini, dapat diharapkan warga Perumahan

Mutiara Citra Apsari dapat terjalin kerukunannya antar warga dan

anggota.46

b. Letak Geografis Perumahan Mutiara Citra Apsari

Lokasi penelitian kali ini adalah Perumahan Mutiara Citra

Apsari Prambon Sidoarjo atau yang lebih dikenal oleh masyarakat

dengan nama Perum MCA. Perumahan ini terletak di Dusun

Klotok, Desa Simogirang, Kecamatan Prambon, Kabupaten

Sidoarjo. Letak Perumahan berada di jalur Desa penghubung

Dusun Kelotok dengan Desa Simogirang.

(53)

45

Untuk lebih jelasnya lagi batas-batas dari Perumahan

Mutiara Citra Apsari adalah sebagai berikut:

1. Sebelah selatan dari Perumahan Mutiara Citra Apsari terdapat

pemukiman warga Desa Simogirang.

2. Sebelah utara dari Perumahan Mutiara Citra Apsari terdapat

Sekolah Dasar Negeri Simogirang 2 dan pemukiman warga

Desa Klotok.

3. Sebelah barat dari Perumahan Mutiara Citra Apsari terdapat

pemukiman warga Desa Clumprit.

4. Sebelah timur dari Perumahan Mutiara Citra Apsari terdapat

persawahan dan perkebunan tebu.

c. Sarana dan Prasarana Kegiatan Arisan

Dalam rangka meraih hasil yang maksimal dalam kegiatan

arisan, tentu sarana dan prasarana yang dimiliki sebuah kegiatan

arisan haruslah mendukung. Sarana dan prasarana sangat

diperhatikan mengingat dapat meningkatkan produktifitas anggota

arisan. Adapun beberapa sarana dan prasarana yang terdapat di

kegiatan arisan adalah sebagai berikut:

1. Rumah ibu Rt dengan dilengkapi sound system.

2. Kursi dan meja untuk kegiatan arisan.

3. Makanan ringan dan minuman dingin.

d. Keadaan Anggota

Kegiatan arisan ini memiliki anggota berasal dari beberapa

(54)

46

dari yang mengkontrak tempat tinggal sampai yang tinggal

menetap atau memiliki rumah sendiri. Mereka merupakan wanita

yang sudah menikah baik yang sudah mempunyai anak sampai

yang belum mempunyai anak.Rata-rata yang mengikuti arisan

adalah ibu-ibu rumah tangga.Walaupun ada ibu-ibu yang memiliki

pekerjaan atau disebut wanita karir.Berikut adalah daftar jumlah

anggota arisan:

Tabel 3.1

Komunikasi Sosial Anggota Arisan

No. Blok Jumlah Anggota

1. B 6

2. C 4

3. D 4

4. E 3

5. F 14

6. G 2

7. H 7

8. I 16

(55)

47

e. Struktur Organisasi

Bagan 3.1

Komunikasi Sosial Anggota Arisan

f. Daftar Nama Anggota Arisan

Gambar

Tabel 3.1 Komunikasi Sosial Anggota Arisan
  Gambar 3.1 Contoh bahasa alay yang digunakan para ibu

Referensi

Dokumen terkait

Pada alaf baru ini, wanita semakin sibuk dengan kerjaya dan tanggungjawab mereka menguruskan rumah tangga, Masa bagi mereka untuk mencuba resepi-resepi Melayu clan

Objectives of this research are: (1) To know how Numbered Heads Together type of cooperative learning model can improve students’ mathematical learning achievement, (2)

Informan III Dari penyataan Informan III, Jual beli nomor urut arisan seharusnya dilakukan dengan cara si anggota arisan yang ingin menjual slot arisan yang dimiliki

Diduga ada peningkatan pengetahuan peternak tentang penyakit kudis pada ternak kelinci dengan penyuluhan melalui media folder berbahasa Indonesia dan bahasa

Dilihat dari isinya peta dapat dikelompokkan menjadi peta umum, peta khusus dan chart (Basuki Sudiharjo, 1977). Kecamatan Mojolaban merupakan daerah yang masuk dalam wilayah

Hasil dari penelitian adalah manfaat arisan online untuk memenuhi pengembangan usaha masyarakat di Desa Empat Balai Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar sudah

Salah satu produk dari kemajuan era digital adalah adanya perangkat canggih berupa telepon pintar (smartphone) yang saat ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan

mengikuti ekosistem kelautan. Gabungan antara nelayan pantai dengan petani tambak lazim dikenal dengan rumah tangga perikanan. Dalam konteks nelayan, nelayan tradisional

Modul Konsep Teknologi Informasi – Laboratorium Teknik Informatika 2011 Gambar 2.5 Convert Table to Text 2.1.8.. Mengubah Text

Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberi pemikiran baru kepada guru agar bisa digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah berlangsung selama

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu tes. Metode ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar. Tes yang digunakan adalah 6 soal essay dan dikerjakan selama

Komunitas Murtitomo Waskito Tunggal yang berada di desa jabon kabupaten. Kediri hal yang dilakukan oleh komunitas murtitomo waskito tunggal,

Sedangkan pada Level III belum ada kompetensi yang diajarkan ; (2) Materi ajar yang diajarkan di jurusan Pendidikan Teknik Mesin untuk mencapai kompetensi yang

Kemudian permasalahan dalam penelitian yang akan diteliti yaitu apa arisan pesta dan sejauh mana interaksi sosial antara anggota arisan pesta pada masyarakat Desa

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besar penurunan dan efektifitas penurunan kandungan logam berat Fe dan Cr pada air lindi TPA Tlekung,

Ingin mengetahui gambaran perilaku santriwati yang berkaitan dengan sanitasi toilet di Asrama Putri Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah Kabupaten Sumedang.. 1.4

Pada penulisan ilmiah ini penulis membuat aplikasi profile, album, history boyband 5566 dengan menggunakan Swish v2.0 sebagai alat penggabungan elemen-elemen yang digunakan

merujuk pada pola-pola interaksi sosial yang terjadi dalam sebuah kelompok sosial, yaitu kelompok atau kumpulan orang yang terbentuk atas dasar kesamaan kumpulan orang yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas tambak di Kabupaten Berau pada tahun 2011 mencapai 8.313,58 ha dan teridentifikasi sebanyak delapan permasalahan yang dihadapai

merupakan salah satu sistem yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui (1) tipe penutupan lahan, distribusi spasial suhu permukaan, kecukupan RTH, dan perubahan luasannya,

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kombinasi bahan penstabil CMC dan karagenan terhadap karakteristik sensori velva dan mengetahui karakteristik

Berdasarkan uraian pemikiran Horton, et.al tersebut peneliti melihat adanya gejala-gejala peneliti yang diuraikan pada latar belakang yang dapat dianalisis melalui

Perlawanan publick transcript dilakukan dengan cara membuat video balasan: parodi, puisi balasan, lagu, tanggapan dan komentar dalam bentuk hyperlink.. Kata kunci: