KOMUNIKASI SOSIAL ANGGOTA ARISAN
(Studi di perumahan Mutiara Citra Apsari, Prambon, Sidoarjo)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Oleh:
FEBRIAN NUR RAMADHANI NIM. B76212111
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Febrian Nur Ramadhani, B76212111, 2017. Komunikasi Sosial Anggota Arisan (Studi di Perumahan Mutiara Citra Apsari, Prambon, Sidoarjo). Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci: Komunikasi Sosial, Anggota, danArisan.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari kesibukan sebagai makhluk sosial. Karena manusia tidak bisa hidup sendiri, melainkan perlu adanya bantuan orang lain. Berbagai macam kegiatan dan interaksi yang dilakukan memiliki fungsi dan tujuan masing-masing. Interaksi ini menunjukkan bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri sebagai makhluk sosial dalam memenuhi kebutuhannya, tidak terkecuali pada kegiatan arisan khususnya di lingkungan perumahan. Anggota Arisan di PerumahanMutiara Citra Apsari, Prambon, Sidoarjo juga melakukan proses komunikasi dalam rangka memenuhi kebutuhan interaksi sosialnya tersebut. Penelitian ini dilakukan karena ingin mengetahui lebih jelas bagaimana proses komunikasi sosial yang terjadi di kalangan anggota arisan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial yang akan diteliti dengan data-data dari informan. Subyek penelitian ini adalah anggota arisan.Teori yang digunakan adalah teori penetrasi sosial yang membahas tentang proses kedekata nhubungan seseorang dengan individu yang lainnya. Teori penetrasi sosial menyatakan ada empat tahap yakni, tahap orientasi, tahap pertukaran efek eksploratif, tahap pertukaran efek, dan tahap pertukaran stabil dalam suatu hubungan.
F. Definisi Konsep Penelitian 4
1. Komunikasi Sosial 4
2. Anggota Arisan 6
G. Kerangka Pikir Penelitan 7
H. Metode Penelitian 9
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian 9
2. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian 10
3. Jenis dan Sumber Data 11
4. Tahap-tahap Penelitian 14
5. Teknik Analisis Data 18
6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data 20
I. Sistematika Penelitian 21
BAB II KOMUNIKASI SOSIAL DAN INTERAKSI MASYARAKAT
A. Komunikasi Sosial 23
B. Interaksi Anggota Arisan Sebagai Eksistensi Anggota 27 C. Peran Komunikasi Non Verbal dalam Proses Komunikasi
Sosial di Arisan 28
D. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial 31
BAB III KOMUNIKASI SOSIAL ANGGOTA ARISAN
A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian 40
1. Profil Informan 40
2. Obyek Penelitian 42
3. Profil Lokasi Penelitian 42
B. Deskripsi Data Penelitian 46
1. Proses Komunikasi Anggota Arisan 47
2. Penggunaan Media, Pesan Verbal dan Pesan Non Verbal
Dalam Proses Komunikasi Sosial Anggota Arisan 49 3. Status Sosial Anggota Menentukan Interaksi 53 4. Interaksi Anggota Di Luar Kegiatan Arisan 55 5. Cara Berpakaian dan Penggunaan Kosmetik
Sebagai Identitas Status Sosial Anggota Arisan 57 6. Pemilihan Anggota Arisan yang Status Sosialnya
Sama Sebagai Teman Akrab 61
BAB IV ANALISIS DATA
A. Temuan Penelitian 63
1. Bentuk Proses Asosiatif Anggota Arisan 63 2. Proses Disosiatif Dalam Kegiatan Arisan 66 3. Komunikasi Verbal dan Non Verbal
yang Dilakukan Anggota Arisan 68
4. Hambatan Dalam Proses Komunikasi Sosial
yang Dilakukan Anggota Arisan 70
B. Kajian Teori dengan Temuan Penelitian 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakekatnya, manusia merupakan mahluk sosial disamping
sifat-sifat lainnya yang secara pribadi dimiliki.1 Dalam kehidupan
sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari kesibukan sebagai mahluk sosial.
Berbagai macam kegiatan dan interaksi ini menunjukkan bahwa manusia
tidak bisa hidup sendiri sebagai mahluk sosial dalam memenuhi
kebutuhannya. Interaksi yang baik dalam kehidupan akan sangat
membantu manusia dalam menjalankan hidupnya. Antara manusia yang
satu dengan manusia yang lainnya.
Di dalam lingkungan masyarakat, yang sering dijumpai melakukan
interaksi sosial di lingkungan masyarakat setempat adalah ibu- ibu. Dalam
waktu tertentu para ibu sering melakukan interaksi sosial di depan rumah
setiap sore hari. Bahkan di beberapa acara atau kegiatan setempat, sering
dijumpai beberapa ibu-ibu melakukan interaksi sosial. Salah satu kegiatan
yang sering dilakukan ibu-ibu untuk melakukan interaksi sosial adalah
arisan.
Di beberapa tempat, arisan merupakan acara yang banyak diminati
oleh kaum ibu-ibu, Baik yang berusia muda samapai yang sudah berumur.
Mereka seringkali mengikuti kegiatan ini di berbagai tempat. Tidak hanya
di lingkungan rumah, arisan terkadang dilakukan di cafe atau restoran.
Selain menjadi tempat bersilaturahmi, arisan seringkali menjadi ajang
2
unjuk diri bagi beberapa ibu-ibu. Terlebih lagi bagi ibu-ibu yang
mendapatkan suami mapan atau terbilang kaya. Mereka akan terlihat
sedikit mencolok daripada ibu ibu yang identitas sosialnya tidak sama. Hal
ini nampak dari cara bicara, berpakaian hingga tingkah lakunya.
Dalam kegiatan arisan, penggunaan bahasa gaul oleh anggota
arisan dalam kegiatan arisan menjadikan kegiatan arisan ini menarik
sekaligus menjadi pembeda dengan kegiatan arisan lainnya walaupun yang
mengikuti kegiatan arisan adalah para ibu.
Pokok dari latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti proses
komunikasi sosial antar anggota arisan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana proses komunikasi sosial yang dilakukan para ibu anggota
arisan di Perumahan Mutiara Citra Apsari Prambon Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui proses komunikasi sosial para ibu anggota arisan di
Perumahan Mutiara Citra Apsari Prambon Sidoarjo.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan, memiliki manfaat baik secara teoritis
3
1. Manfaat secara teoritis
Penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan
atau sumbangan dalam kajian ilmu komunikasi, khususnya yang
berkaitan dengan komunikasi sosial ibu-ibu arisan. Semoga penelitian
ini berguna pada penelitian selanjutnya.
2. Manfaaat Secara Praktis
a. Bagi pembaca, hasil penlitian ini dapat digunakan sebagai salah
satu bahan bacaan dalam memperdalam wawasan tentang proses
komunikasi sosial.
b. Bagi Peneliti, selain bermanfaat untuk memperdalam wawasan
proses komunikasi sosial, penelitian ini juga bermanfaat untuk
menyelesaikan tugas akhir pendidikan jenjang strata satu di
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
c. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai
salah satu acuan perbandingan untuk penelitian komunikasi sosial
lainnya.
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Untuk melengkapi referensi dan pengembangan penelitian ini,
peneliti mempelajari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain
yang terkait dengan fokus penelitian ini. Terdapat 2 (dua) penelitian yang
dijadikan rujukan, yaitu:
Pertama, Skripsi dari Rosa Puguh Febriawan dengan judul
4
jika saudara Rosa Puguh fokus pada pelajar berprestasi sedangkan peneliti
fokus pada ibu-ibu arisan. Persamaan peneliti yakni sama-sama ingin
mengetahui dan meneliti proses komunikasi sosial.
Kedua, Jurnal ilmiah komunikasi yang terbit pada tahun 2012 dan
ditulis oleh Nawiroh Vera dan Doddy Wihardy dengan judul “”Jagongan”
Sebagai Bentuk Komunikasi Sosial Pada Masyarakat Solo Dan
Manfaatnya Bagi Pembangunan Daerah.”Dalam penelitiannya, bahwa
media tradisional terdapat dalam bentuk kesenian rakyat maupun dalam
bentuk komunikasi lisan yang biasa dilakukan pada kelompok-kelompok
masyarakat di daerah tertentu. Dalam penelitian yang diangkat oleh Vera
dan Doddy, berbeda dalam segi subyeknya, dalam penelitian Vera dan
Doddy menggunakan masyarakat kota Solo sebagai subyeknya sedangkan
pada penelitian kalini peneliti menggunakan ibu-ibu arisan sebagai
subyeknya.
Untuk metode penelitiannya peneliti dan saudara Rosa Puguh sama-sama
menggunakan Deskriptif Kualitatif.
F. Definisi Konsep
Untuk memberikan penjelasan dalam penelitian ini, perlu adanya
suatu konsep agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam mengartikannya.
a. Komunikasi Sosial
Kata komunikasi adalah salah satu kata yang paling sering
5
bahasa Indonesia.2 Walaupun demikian sebenarnya masyarakat masih
belum bisa mendefinisikan secara singkat apa itu komunikasi.
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris
berasal dari kata Latin communicare yang berarti “sama”, communico,
communicato, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to
make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut
sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata
Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu
pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.3
Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid menyatakan bahwa
komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih
membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama
lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.4
Komunikasi sosial dapat diartikan secara umum sebagai suatu
bentuk interaksi antar individu atau kelompok yang dilakukan dengan
cara verbal maupun non verbal, dengan maksud untuk menyampaikan
suatu pesan, dengan cara yang dapat dipahami oleh kedua belah pihak,
dan mampu menghasilkan tanggapan yang dapat dimengerti oleh
kedua belah pihak.5
Di dalam bukunya “Komunikasi Serba Ada Serba Makna”, Alo
Liliweri menyebutkan ada beberapa fungsi sosial yang terjadi di dalam
2Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa (Jakarta: Kencana Prenada Media,
2013) hlm. 8
3Deddy mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012) hlm. 46
4Wiriyanto, Pengantar Ilmu komunikasi, (Jakarta: PT Grasindo, 2004) hlm. 6 5Tommy Suprapto, Pengantar Teori Dan Managemen Komunikasi (Yogyakarta:
6
komunikasi.Fungsi ini meliputi pengawasan, menjembatani, sosialisasi
nilai, dan menghibur.6
Dapat disimpilkan bahwa komunikasi sosial merupakan bentuk
komunikasi verbal maupun non verbal yang dilakukan oleh antar
individu maupun kelompok yang bertujuan untuk memberikan
pengawasan, menjembatani, sosilisasi nilai, serta memberikan hiburan
kepada setiap pelakunya. Komunikasi sosial yang dimaksud dalam
penelitian kali ini adalah proses komunikasi sosial yang dilakukan oleh
anggota arisan didalam kegiatan arisan. Komunikasi ini bertujuan
menyampaikan pesan agar dapat dimengerti dan dipahami oleh kedua
belah pihak.
b. Anggota Arisan
Anggota adalah 1 bagian tubuh (terutama tangan dan kaki): --
badannya lemah;2 bagian dari sesuatu yang berangkai: kata majemuk
“bumi putra” dua -- nya; 3 orang (badan) yang menjadi bagian atau
masuk dalam suatu golongan (perserikatan, dewan, panitia, dan
sebagainya): dia adalah seorang -- partai terlarang.7
Arisan adalah kegiatan mengumpulkan uang atau barang yang
bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi di antara mereka
untuk menentukan siapa yang memperolehnya, undian dilaksanakan di
sebuah pertemuan secara berkala sampai
semua anggota memperolehnya.8
6Prof. Dr. Alo Liliweri, M.s., Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana,
2011) hlm. 140-141
7http://kbbi.web.id/anggota
7
Anggota arisan adalah orang-orang yang termasuk dalam
kegiatan arisan. Yang termasuk anggota arisan dalam penelitian ini
adalah ibu-ibu.
Ibu adalah 1 wanita yang telah melahirkan seseorang; maka:
anak harus menyayangi --;2 sebutan untuk wanita yang sudah
bersuami; 3 panggilan yang takzim kepada wanita baik yang sudah
bersuami maupun yang belum;9
Ibu adalah orang tua perempuan seorang anak, baik melalui
hubungan biologis maupun sosial. Umumnya, ibu memiliki peranan
yang sangat penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu
dapat diberikan untuk perempuan yang bukan orang tua kandung
(biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini. Contohnya adalah
pada orang tua angkat(karena adopsi) atau ibu tiri (istri ayah biologis
anak).10
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa proses
komunikasi sosial anggota arisan adalah komunikasi verbal maupun
non verbal yang dilakukan oleh antar ibu maupun kelompok
ibu-ibu yang menjadi anggota dalam kegiatan arisan.
G. Kerangka Pikir Penelitian
Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan metode kualitatif
untuk mengetahui proses komunikasi sosial yang dilakukan ibu-ibu di
dalam Arisan. Metode ini mengutamakan pada pemahaman secara
9http://kamusbahasaindonesia.org/ibu
8
mendalam terhadap sebuah masalah yang diteliti. Sehingga di dalam
penelitian kali ini peneliti akan melakukan analisis dan mengkonstruksi
proses komunikasi sosial yang terjadi di kalangan ibu-ibu di dalam
kegiatan Arisan.
Teori penetrasi sosial merupakan teori yang dipilih dalam
penelitian ini. Teori penetrasi sosial (social penetration theory) berupaya
mengidentifikasi proses peningkatan keterbukaan dan keintiman seseorang
dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Teori yang disusun oleh
Irwin Altman dan Dalmas Taylor ini, merupakan salah satu karya penting
dalam perjalanan panjang penelitian di bidang perkembangan hubungan
(relationship development).11
Teori ini memandang dalam setiap hubungan sosial yang terjadi
maka akan ada tahapan-tahapan yang dilalui. Hal ini sesuai dengan obyek
penelitian yaitu proses komunikasi sosial yang dilakukan anggota arisan.
Karena dalam interaksi sosial yang terjadi di kalangan anggota arisan,
akan mengalami tahapan-tahapan seperti tahapan orientasi, tahap
pertukaran efek eksploratif, tahap pertukaran efek, hingga tahap
pertukaran stabil.
11Morissan. Teori Komunikasi Individu hingga Massa. (Jakarta: Kencana, 2013) hlm.
9
Bagan 1.1
Kerangka Pikir Penelitian
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Kualitatif memiliki tujuan
untuk memahami apa yang di pelajari dari perspektif kejadian itu
sendiri, dari sudut pandang itu sendiri,”kata Gorman dan Clayton”.12
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Dalam
penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana proses komunikasi
sosial yang dilakukan oleh ibu-ibu di dalam kegiatan arisan.
Sedangkan pendekatannya, peneliti menggunakan pendekatan
deskriptif. Pendekatan ini dipilih untuk mendapatkan data kualitatif
yang obyektif dan mendalam yang nantinya data hasil penelitian
12Santana K., M. Si. Menulis Ilmiah: Metode penelitian Kualitatif (Jakarta: Yayasan Obor
10
tersebut dapat disajikan secara deskriptif sehingga temuan hasil
peneliti tersaji secara urut, detail dan mendalam. Penelitian deskriptif
bertujuan memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan yang
ada pada saat ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan
hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya
sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.13
Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor
seperti yang dikutip Lexy J. Moleong yaitu sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati.14 Dalam penelitian ini
peneliti akan mendeskripsikan secara mendalam hasil data yang
diperoleh melalui observasi dan wawancara.
2. Subyek,Obyek, dan Lokasi Penelitian
a. Subyek Penelitian
Subyek penelitian merupakan bagian yang penting dalam
sebuah penelitian. Subyek dipilih oleh peneliti dan dianggap
memiliki kualitas untuk menjawab dan memberikan informasi dan
data kepada peneliti yang sesuai dengan permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini. Adapun subyek penelitian ini adalah
para ibu anggota arisan baik identitas sosialnya tinggi dan yang
sering mengikuti kegiatan arisan di Perumahan Mutiara Citra
Apsari Prambon Sidoarjo.
13Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)
hlm. 26
14Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. Ke. X. (Bandung: Remaja
11
b. Obyek Penelitian
Sesuai dengan judul peneliti, maka obyek penelitian adalah
proses komunikasi sosial yang dilakukan para ibu anggota arisan
dalam kegiatan arisan di Perumahan Mutiara Citra Apsari Prambon
Sidoarjo.
c. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini diambil di Perumahan Mutiara Citra
Apsari, dusun Klotok, Desa Simogirang, Kecamatan Prambon,
Kabupaten Sidoarjo. Kelebihan dari Lokasi penelitian yakni tempat
yang cukup strategis serta keunikannya adalah letak desa yang
dikelilingi oleh perkebunan tebu dimana lokasi penelitian berada
ditengahnya.
3. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
a. Jenis data
Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) (dalam Lexy J.
Moleong) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain.15
Dengan demikian data yang dimaksud adalah tentang
proses komunikasi sosial anggota arisan. Didalam bukunya, Lexy
J. Moleong menguraikan tentang berbagai jenis data sebagai
berikut16:
12
1. Kata-kata dan tindakan
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber utama. Sumber data utama
dicatat melalui catatan tertulis atau melalui alat perekam.
2. Sumber tertulis
Walaupun posisi sumber ini ada dibagian kedua tentu
hal ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Dilihat dari segi data,
bahan tambahan yang berasal dari sumber-sumber tertulis
seperti arsip, dokumen, surat-surat pribadi, dan lain-lain.
3. Foto
Dalam hal ini foto yang dimaksud adalah foto-foto yang
berhasil peneliti kumpulkan. Foto-foto ini berkaitan dengan
judul penelitian yaitu komunikasi sosial anggota arisan.
b. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dimana
data dapat diperoleh. Adapun sumber data utama dari penelitian ini
adalah, informan. Selain dari informan peneliti juga menggunakan
internet sebagai sumber data jika memang diperlukan.
Adapun sumber data pada penelitian ini adalah informan
atau orang dalam pada latar penelitian, yaitu orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan
kondisi latar penelitian.
Dalam hal ini informan yang dimaksud adalah para ibu
13
untuk mengumpulkan data baik wawancara yang terjadi ataupun
dari jenis data yang lain seperti foto, dokumen lain-lain.
c. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian yang dilakukan, teknik yang dilakukan
dalam pengumpulan data yakni sebagai berikut :
1) Wawancara mendalam (in-dept interview)
Wawancara mendalam secara umum adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan. Metode wawancara mendalam sama seperti metode
wawancara lainnya, hanya peran pewawancara dan tujuan
wawancara, peran informan dan cara melakukan wawancara
yang berbeda dengan wawancara pada umumnya. Sesuatu yang
amat berbeda dengan metode wawancara lainnya adalah
wawancara secara mendalam dilakukan berkali-kali dan
membutuhkan waktu yang lama bersama informan di lokasi
penelitian, dimana kondisi ini tidak pernah terjadi pada
wawancara pada umumnya.17
2) Observasi (pengamatan)
Metode observasi (pengamatan) merupakan sebuah
teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke
lapangan untuk mengamati hal-hal yang berkaitan dengan
ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda, waktu, peristiwa, tujuan
14
dan perasaan. Metode observasi merupakan cara yang sangat
baik untuk mengawasi perilaku subyek penelitian seperti
perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu dan keadaan
tertentu. 18
3) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumen dapat
dibedakan menjadi dua, dokumen primer yang merupakan
tulisan langsung oleh seseorang yang mengalami peristiwa
yang bersangkutan. Kedua, dokumen sekunder yang
merupakan tulisan dari cerita orang lain. 19
4. Tahap-tahap Penelitian
Untuk melakukan sebuah penelitian kualitatif, perlu
mengetahui tahap-tahap yang akan dilalui dalam proses penelitian.
Tahap ini terdiri atas tahap pra lapangan dan tahap pekerjaan lapangan.
a. Tahap Pra-lapangan
Pada tahap pra lapangan ini ada tujuh tahap kegiatan yang
harus dilakukan oleh peneliti dalam tahap ini ditambah dengan satu
pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan.
Kegiatan dan pertimbangan tersebut diuraikan berikut ini:
18 M. Djunaidi G & Fauzan A, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media 2012), h. 165
19Irwan Soehatono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999),
15
1) Menyusun Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini akan dijabarkan tersendiri
secara detail, agar mudah dimengerti dan selanjutnya dapat
dijadikan patokan oleh peneliti kualitatif.
2) Memilih lapangan penelitian
Setiap situasi merupakan laboratorium di dalam
lapangan penelitian kualitatif. Beberapa aspek kehidupan sosial
dapat diteliti karena hal itu menjadi lebih jelas. Dengan
demikian, pemilihan lapangan penelitian diarahkan oleh teori
subtantif yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis kerja
walaupun masih tentatif sifatnya. Cara terbaik yang perlu di
tempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan
jalan mempertimbangkan teori substantif dan dengan
mempelajari serta mendalami fokus rumusan masalah
penelitian, untuk itu pergilah dan jajakilah lapangan untuk
melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada
di lapangan.
3) Mengurus perizinan
Dalam hal ini peneliti mengurus perizinan penelitian
dibagian Program studi Ilmu Komunikasi dari Kepala Program
Studi dan diajukan kepada Pimpinan Perusahaan yang akan
diteliti. Pertama-tama yang perlu diketahui oleh peneliti ialah
siapa saja yang berwewenang memberikan izin pelaksanaan
16
meninggalkan tugas yang pertama-tama perlu dimintakan dari
atasan peneliti sendiri, dan seterusnya yang terkatit dengan
penelitian.
4) Menjajaki dan menilai lapangan
Tahap ini baru pada tahap orientasi lapangan, belum
sampai pada titik pengumpulan data yang sebenarnya.
Penjajakan dan penilaian lokasi penelitian ini akan baik
sempurna, bila peneliti banyak mengenal dan mengetahui dari
konsultan penelitian, terkait dengan situasi, kondisi tempat
lokasi penelitian.
5) Memilih dan memanfaatkan informan
Dalam hal ini tentu informan perlu direkrut seperlunya
dan diberi tahu tentang maksud dan tujuan penelitian jika hal
itu mungkin dilakukan. Agar peneliti memperoleh informan
yang benar-benar memenuhi persyaratan.
6) Menyiapkan perlengkapan penelitian
peneliti hendaknya menyiapkan tidak hanya
perlengkapan fisik tetapi segala macam perlengkapan
penelitian yang diperlukan, terutama pada saat interview
dengan informan mulai dari tape recorder, peralatan tulis,
camera foto dan lainnya yang dibutuhkan oleh peneliti.
7) Persoalan etika penelitian
Etika penelitian sangat dibutuhkan saat pra-lapangan
17
mampu menahan diri, menahan emosi dan perasaan terhadap
hal-hal yang pertama kali dilihatnya aneh. Peneliti tidak
seharusnya memberikan reaksi yang sangat mencolok dan yang
tidak mengenakkan bagi orang-orang yang diperhatikan.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Pada tahap pekerjaan lapangan ini, fokus peneliti berada
pada bagaimana mengumpulkan data sebanyak dan seakurat
mungkin, karena hal ini akan sangat mempengaruhi hasil dari
penelitian. Disini dibagi atas 3 bagian, yaitu memahami latar
penelitian, dan persiapan diri, memasuki lapangan dan terakhir
berperan serta sambil mengumpulkan data. Ketiganya diuraikan
berurutan.
1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri
Untuk memasuki bagian ini kita sebagai peneliti
perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu. Di
samping itu, peneliti juga perlu mempersiapkan dirinya,
baik secara fisik maupun secara mental di samping
mengingat persoalan etika sebagai yang telah teruraikan.
Selain itu, mempersiapkan pedoman wawancara kepada
beberapa informan agar peneliti mempunyai gambaran
tentang pertanyaan apa saja yang ingin diajukan kepada
18
2) Memasuki lapangan
Pada tahap ini keakraban pergaulan dengan subyek
perlu dipelihara selama bahkan sampai sesudah tahap
pengumpulan data. Jangan sampai terjadi seorang subyek
merasa dirugikan. Begitu juga halnya dengan peranan
peneliti, sewaktu berada pada lapangan penelitian, mau
tidak mau peneliti terjun ke dalamnya dan akan ikut
berperan-serta di dalamnya.
3) Berperan-serta sambil mengumpulkan data
Pada waktu menyusun usulan penelitian, batas studi
telah ditetapkan bersama masalah dan tujuan penelitian.
Peneliti hendaknya juga memperhitungkan keterbatasan
waktu, tenaga dan mungkin biaya sehingga peneliti tidak
sampai terpancing untuk mengikuti arus kegiatan
masyarakat.
Alat penelitian penting yang biasanya digunakan
peneliti ialah catatan lapangan. Catatan lapangan yakni
catatan yang dibuat oleh peneliti waktu mengadakan
pengamatan, wawancara atau dalam menyaksikan suatu
kejadian tertentu.20
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
20 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: Remaja
19
dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam
kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain.
Teknik analisis data dalam penelitian ini terdiri dari tiga
komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan serta
pengujian kesimpulan. Reduksi data melibatkan langkah editing,
pengelompokan, dan meringkas data. Kemudian, peneliti menyusun
kode-kode dan catatan-catatan mengenai berbagai hal termasuk yang
berkaitan dengan aktivitas serta proses-proses sehingga peneliti dapat
menemukan tema-tema, kelompok-kelompok dan pola-pola data.
Catatan yang dimaksud disini tidak lain adalah gagasan-gagasan atau
ungkapan yang mengarah pada teorisasi berkenaan dengan data yang
ditemui. 21
Penyajian data melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan
data, yakni menjalin data yang satu dengan data yang lain sehingga
seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu
kesatuan karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka
ragam perspektif dan terasa bertumpuk maka penyajian data pada
umumnya diyakini membantu proses analisis. Penarikan dan pengujian
kesimpulan, peneliti mengimplementasikan prinsip induktif dengan
20
mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan
dari display data yang telah dibuat.
6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data sangat penting dilakukan
agar data yang diperoleh memiliki nilai kevalidan dan keshohihan data.
Adapun teknik yang digunakan antara lain:22
a. Perpanjangan keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam
pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan
dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan
keikutsertaan pada latar penelitian.
b. Ketekunan/Keajegan Pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri
dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan
persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan
diri pada hal-hal secara rinci.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah salah satu teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
21
d. Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi
Teknik pemeriksaan sejawat berarti pemeriksaan yang
dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan yang sebaya,
yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang
sedang di teliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review
persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan. 23
I. Sistematika Pembahasan BAB I : Pendahuluan
Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, hipotesis penelitian, definisi operasional,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan yang dipakai dalam skripsi
ini.
BAB II : Kajian Teoritis
Bab ini berisikan Tentang Kajian Pustaka yang akan membahas
tentang beberapa konsep atau teori yang terkait dengan penelitian yang
dianalisis dari referensi atau bahan pustaka. Adapun ulasannya tersebut
adalah, Bahasa, Media Sosial.
BAB III
Pada bab ini membahas tentang metodologi penelitian yang
berisikan pendekatan dan jenis penelitian yang dipakai, obyek penelitian,
populasi dan sampel, indikator penelitian, pengumpulan data dan teknik
analisis data.
22
BAB IV
Pada bab ini berisikan penyajian data dan analisis data yang
membahas dan menjelaskan tentang setting penelitian yaitu gambaran
umum obyek penelitian, penyajian data, analisis data, klarifikasi data,
pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. Pada bab IV inilah
yang nantinya akan menjawab rumusan masalah yang terkait dengan judul
dalam penelitian ini.
BAB V : Penutup
Dalam bab ini berisikan penutup yang merupakan bab terakhir
dalam penulisan skripsi yang nantinya akan memuat kesimpulan dan
BAB II
KOMUNIKASI SOSIAL DAN INTERAKSI ANGGOTA
ARISAN
A. Komunikasi Sosial
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini dimaksudkan untuk
memahami proses komunikasi sosial anggota arisan yang terjadi di
kegiatan arisan. Penelitian ini difokuskan pada anggota arisan.
Definisi komunikasi sosial dari Antonius Atosokhi mengatakan
bahwa komunikasi sosial dapat diartikan secara umum sebagai suatu
bentuk interaksi antar individu atau kelompok yang dilakukan dengan cara
verbal maupun non verbal, dengan maksud untuk menyampaikan suatu
pesan, dengan cara yang dapat dipahami oleh kedua belah pihak.24
Oleh karena itu, untuk lebih memahami tentang proses komunikasi
sosial anggota arisan, maka disajikan kajian tentang bahasan yang
bersangkutan proses komunikasi sosial anggota arisan.
Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting namun juga
kompleks dalam kehidupan manusia. Manusia tidak bisa hidup tanpa
melakukan komunikasi baik dengan orang yang sudah dikenal maupun
belum dikenal sama sekali. Akan tetapi komunikasi sudah sangat akrab di
telinga tetapi membuat satu definisi tunggal mengenai komunikasi tidaklah
semudah yang difikirkan.
Salah satunya adalah definisi yang menempatkan komunikasi
sebagai kontrol sosial. Tokoh yang memulainya adalah Carl I.
24 Antonius Atosokhi Gea, dkk, Relasi Dengan Sesama: Character Building II (Jakarta:
24
Hoveland (1948) yang kemudian dikemukakan juga antara lain oleh
Shannon dan Weaver (1949) dan oleh Shachter (1961). Hoveland
merumuskan: “Komunikasi adalah proses dimana seseorang
(komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya
lambing-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah
laku seseorang”.25
Sedangkan Everett M. Rogers mengatakan: “komunikasi adalah
proses hal mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu
penerima atau lebih dimaksud dengan mengubah perilaku”.26 Dari
definisi ini dapat dilihat penekanan bahwa dalam komunikasi terjadi
proses penyampaian gagasan, ide, lambang, dan di dalam penyampaian
itu ada orang lain yang terlibat.
Dari dua definisi diatas ada kesamaan pendapat yang
dikemukakan oleh Hoveland dan Everett. Definisi mereka mengarah
pada penyampaian pesan (lambang, gagasan, ide) kepada orang lain
yang terlibat dalam komunikasi. Hal ini menggambarkan terjadinya
interaksi antara individu dengan individu lainnya ataupun individu
dengan kelompoknya.
Dari beberapa penjelasan diatas, terlihat bagaimana komunikasi
berperan dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi akan terus terjadi
baik antara individu dengan individu maupun dengan kelompoknya.
Selain sebagai kebutuhan, komunikasi juga memiliki berbagai fungsi
25 Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2010), hlm. 25-26
26 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010),
25
yang menjadikan hubungan antara komunikasi dan kehidupan sosial
manusia semakin erat. Salah satunya adalah fungsi sosial, menurut Alo
Liliweri fungsi sosial ini meliputi pengawasan, menjembatani,
sosialisasi nilai, dan menghibur.
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Fungsi ini
lebih banyak diperankan oleh media massa. Media massa akan secara
rutin menyebarluaskan peristiwa yang terjadi disekitarnya. Walaupun
terkadang peristiwa itu terjadi dengan konteks dan budaya yang
berbeda, media massa akan tetap memberikan informasi tersebut
kepada masyarakat. Hal ini berakibat pada masyarakat yang turut
mengawasi peristiwa yang terjadi dan lebih berhati-hati seandainya hal
tersebut terjadi di sekitar mereka.
Fungsi sosial yang kedua yaitu menjembatani. Dalam proses
komunikasi, termasuk komunikasi antar pribadi, maka fungsi
komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu
merupakan jembatan antara perbedaan diantara mereka.27 Dengan kata
lain, mereka akan saling bertukar fikiran mengenai pesan yang
disampaikan untuk mendapatkan nilai yang sama pada pesan tersebut.
Hal ini tidak hanya terjadi pada konteks komunikasi antar pribadi,
tetapi juga terjadi dalam komunikasi massa.
Fungsi sosial yang ketiga adalah fungsi sosialisasi nilai. Fungsi
ini sangat terlihat dalam komunikasi antar budaya. Karena fungsi ini
mengajarkan bagaimana seseorang mampu menerima nilai kebudayaan
27 Alo Liliweri, Komunikasi: Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana Prenada Media
26
yang berbeda dengan kebudayaan dirinya sebagai proses komunikasi.
Sebaliknya dia juga diperbolehkan membawa ataupun
memperkenalkan nilai kebudayaan yang melekat pada dirinya kepada
masyarakat luas. Hal yang paling utama dari proses ini adalah
bagaimana masyarakat bisa melihat dan menangkap nilai yang
terkandung dalam berbagai model kebudayaan tersebut baik dari sisi
verbal maupun non verbal.
Fungsi sosial yang terakhir adalah penghibur. Hal ini banyak
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya penampilan dari
sebuah grup lawak, tarian, atau grup musik akan dapat menghibur.
Dalam fungsi yang terakhir ini segmentasi akan sangat diperhatikan.
Sebab bila seseorang dipaksa untuk melihat ataupun mendengar
sesuatu yang tidak disukainya maka pesan yang disampaikan oleh
komunikator tidak akan diterima dengan baik.
Dari keempat fungsi sosial yang dijabarkan diatas, manusia
diharapkan bisa memahami seseorang dengan berbagai karakter dan
budaya. Semakin individu dapat mengurangi tingkat ketidakpastian
seseorang, maka peluang individu untuk memahami orang tersebut
semakin besar. Dari peluang tersebut maka akan diperoleh peluang
kesamaan pesan yang lebih besar juga.
Selain tingkat ketidakpastian, saat manusia berkomunikasi
dengan orang lain maka manusia akan menghadapi tingkat kecemasan.
Yang dimaksudkan kecemasan adalah suatu perasaan yang kurang
27
tentang orang yang sedang dihadapi, kecemasan mengandung suasana
emosional yang tidak bersifat kognitif atau perilaku.28 Kecemasan
inilah yang perlu diantisipasi agar komunikasi yang dilakukan bisa
berjalan lancar.
B. Interaksi Anggota Arisan Sebagai Eksistensi Anggota
Arisan erat kaitannya dengan anggota ibu-ibu baik yana rumah
tangga atau karier. Dimana para ibu-ibu rumah tangga banyak yang
mengikuti kegiatan tersebut. Baik arisan dalam bentuk uang, barang
elektronik, alat rumah tangga, atau kue lebaran. Kegiatan arisan yang
dilakukan para anggota di perumahan Mutiara Citra Apsari adalah
kegiatan arisan dalam bentuk uang. Dalam melakukan kegiatan ini,
para anggota akan saling berkomunikasi antara anggota satu dengan
anggota yang lainnya. Baik dalam bentuk verbal maupun non verbal.
Tetapi, banyak kode nonverbal yang ditampilkan oleh para anggota
dalam melakukan proses komunikasi sosial di dalam kegiaan arisan.
Kode non verbal adalah sejumlah perilaku yang digunakan
untuk menyampaikan makna.29 Makna yang ingin disampaikan oleh
anggota merupakan status sosial dari anggota tersebut. Dimana status
sosial yang dimaksudkan oleh anggota adalah orang yang kaya dengan
identitas yang ditunjukkan oleh anggota yaitu berupa perhiasan atau
barang berharga mahal lainnya. Mereka ingin diakui lebih tinggi status
sosialnya dibandingkan status sosial anggota yang lain. Dengan status
28 Alo Liliweri, Komunikasi: Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011) hlm. 142
29 Morissan, Teori Komunikasi: Individu HIngga Massa (Jakarta: Kencana Prenada
28
soial yang lebih tinggi, mereka berusaha menyampaikan makna
tentang keberadaan mereka. Hal ini mereka anggap sebagai jalan yang
tepat untuk dapat dihormati dan diakui keberadaannya.
Bila mengacu pada teori motivasi hirarki kebutuhan yang
dikembangkan oleh Abraham Maslow, apa yang dilakukan para
anggota arisan ini merupakan tingkat motivasi yang paling tinggi.
Menurut teori ini, motivasi diri dari apa yang dilakukan memiliki lima
fase yang memiliki puncak yaitu sebagai bentuk eksistensi diri.
Abraham menyebutkan bahwa teori ini juga mengandaikan manusia
sebagai makhluk yang berkeinginan tanpa hati, alat motivasinya adalah
kepuasan yang belum terpenuhi serta kebutuhannya yang berjenjang.30
Anggota yang status sosialnya lebih tinggi akan memiliki
pandangan yang berbeda dengan anggota yang lain. Anggota yang
status sosialnya lebih tinggi akan merasa puas jika dirinya diakui dan
dihormati oleh anggota yang lain. Sehingga dapat digambarkan bahwa
eksistensi dari para anggota memiliki ruang tersendiri bagi para
pelakunya.
C. Peran Komunikasi Non Verbal dalam Proses Komunikasi Sosial di
Arisan
Berbicara tentang arisan di dalam kehidupan masyarakat, arisan
masih menjadi pilihan utama bagi sebagian besar kaum ibu-ibu.
Khususnya ibu-ibu rumah tangga yang memiliki banyak waktu luang.
Arisan juga sebagai ajang silaturahmi antar ibu-ibu rumah tangga.
30 Husein Umar, Business An Introduction (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003)
29
Pelaksanaan arisan dalam kegiatannya yang dipengaruhi oleh
ikatan-ikatan obyektif diantaranya, berupa perhatian, dana, fasilitas dan
obyektif lainnya.
Belum ada kesepakatan diantara para ahli komunikasi non
verbal tentang pesan non verbal. Ducan menyebutkan enam jenis pesan
non verbal: (1) kinesik atau gerak tubuh, (2) paralinguistic atau suara,
(3) proksemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial, (4)
olfaksi atau penciuman, (5) sensitivitas kulit, dan (6) faktor artifaktual
seperti pakaian dan kosmetik.31 Dari beberapa jenis pesan non verbal
yang telah dijabarkan, pesan faktor artifaktual pada anggota arisan
akan menjadi pembahasan selanjutnya.
Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan – tubuh
pakaian, dan kosmetik. Umumnya pakaian dipergunakan untuk
menyampaikan identitas si pemakai. Menyampaikan identitas brarti
menunjukkan kepada orang lain bagaimana perilaku seseorang dan
bagaiamana orang lain sepatutnya memperlakukan seseorang tersebut.
Selain itu, pakaian dipakai untuk menyampaikan perasaan (seperti blus
hitam ketika wanita berduka cita, atau pakaian semarak ketika
seseorang ceria), status dan peranan (seperti seragam pegawai kantor),
dan formalitas (seperti memakai sandal untuk menunjukkan situasi
informal dan memakai batik untuk situasi formal).32
Pada penerapannya, anggota arisan memiliki beberapa poin
yang ada dalam pesan nonverbal artifaktual ini yaitu :
31 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008)
hlm. 289
30
1. Pakaian Sebagai Nilai Sosial atau status
Pakaian dan fashion sering digunakan untuk menunjukkan
nilai sosial atau status, dan orang kerap membuat penilaian
terhadap nilai sosial atau status orang lain berdasarkan apa yang
dipakai orang tersebut. 33
Pakaian dan fashion pun digunakan untuk menunjukkan
atau mendefinisikan peran sosial yang dimiliki seseorang. Pakaian
dan fashion itu diambil sebagai tanda bagi orang tertentu yang
menjalankan peran tertentu pula sehingga diharapkan berperilaku
dalam cara tertentu. Bahwa pakaian yang berbeda, dan jenis
pakaian yang berbeda, yang dikenakan oleh orang yang berbeda
memungkinkan adanya interaksi sosial yang berlangsung mulus
dibandingkan kebalikannya.
Pakaian yang dikenakan anggota arisan bukanlah pakaian
seragam melainkan pakaian milik setiap anggota sendiri. Karena
dalam kegiatan arisan, anggota diberi kebebasan untuk memakai
pakaian apa saja yang mereka inginkan. Karena tidak ada aturan
memakai pakaian dalam melakukan kegiatan arisan. Dengan model
pakaian yang dikenakan anggota dapat mempengaruhi proses
komunikasi dengan anggota yang lainnya.
2. Kosmetik
31
Seperti dinyatakan oleh M.S. Wetmore Cosmetic Studio di
Encino, California, dapat mengungkapkan kesehatan (dengan
menggunakan base make up untuk meratakan noda kulit), sikap
yang ekspresif dan komunikatif (dengan “memoles” mata), dan
kehangatan (dengan mengatur warna bibir).34
Kosmetik yang dipakai anggota arisan dapat menentukan
seberapa tinggi atau rendahnya identitas sosial mereka. Dengan
melihat semakin banyak model kosmetik yang dimiliki setiap
anggota semakin menunjukkan bahwa identitas sosial mereka ada
di atas atau di bawah. Dengan pemakaian kosmetik oleh anggota
dapat mempengaruhi proses komunikasi yang dilakukan antar
anggota.
D. Bentuk – Bentuk Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hasil dari proses komunikasi dan
kontak sosial. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok
dengan kelompok.35 Pengertian ini menandakan ada hubungan yang
penting antara komunikasi, kontak, dan interaksi sosial. Secara garis
besar interaksi sosial memiliki dua bentuk yaitu:
a. Proses Asosiatif
Proses ini mengandung makna bersatu, menyatu atau
persatuan, atau integrasi. Karena ada suatu hal yang diakui bersama
34 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008)
hlm. 292
35 Sri Saptina H, dkk, Cara Mudah Menghadapi Ujian Nasional 2008 Sosiologi SMA/MA,
32
oleh sekumpulan orang, kemudian lahirnya asosiatif di
masyarakat.36 Dalam prakteknya, proses asosiatif memiliki
beberapa bentuk antara lain:
1. Proses Kooperasi
Kerjasama merupakan hal yang akan terlihat dalam
setiap proses sosial manusia. Kerjasama terkadang dapat
membentuk kelompok-kelompok kecil maupun besar. Hal ini
dipengaruhi tingkat kepentingan manusia dalam kelompoknya
ataupun kelompok lain. Solidaritas sebuah kelompok tersebut
terkadang muncul setelah ada ancaman dari kelompok ataupun
pihak lain.
2. Proses akomodasi
Istilah akomodasi kerap dimaknai dalam dua konteks,
yaitu (1) proses, (2) keadaan. Akomodasi dianggap sebagai
suatu proses menuju keseimbangan.37 Karena masih sebuah
proses, maka akomodasi belum menciptakan keadaan yang
diinginkan. Sehingga akomodasi merupakan usaha untuk
meraih sebuah keseimbangan. Misalkan ada dua kelompok
yang sedang bertikai dan mereka sedang melakukan negoisasi
untuk berdamai. Dalam komunikasi mereka untuk mewujudkan
keseimbangan inilah yang disebut dengan proses akomodasi.
Cara-cara yang biasa dilakukan untuk membangun
proses akomodasi yaitu (1) bentuk paksaan, (2) bentuk
33
kompromi, (3) bentuk abritase adalah kompromi yang
mengandung pihak ketiga, (4) mediasi adalah dimana pihak
ketiga yang dianggap netral mengundang pihak yang
berkompromi, (5) konsiliasi adalah mempertemukan kesamaan
antar kelompok yang sedang berkompromi, (6) toleransi, (7)
stalemate adalah menghentikan perselisihan karena kedua
pihak dianggap memiliki kekuatan yang sama besar, (8)
ajudikasi adalah penyelesaian perselisihan dengan membawa
perkara ke pengadilan.
3. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses sosial yang lebih lanjut.
Dalam proses asimilasi individu maupun kelompok akan
berusaha mencari kemiripan baik tindakan maupun pola pikir.
Dalam proses ini mereka akan berusaha mengurangi perbedaan
dengan memepertimbangkan tujuan bersama. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi proses asimilasi. Salah satunya
ialah merasa memiliki musuh yang sama dari luar sehingga
antar individu ataupun kelompok akan bersatu dan mengurangi
rasa perbedaan.
4. Akulturasi
Interaksi sosial yang terakhir ini, mirip dengan
asimilasi. Hanya saja, pada masyarakat yang mengalami
34
adanya perilaku baru, atau unsur kebudayaan baru.38 Sehingga
saat suatu kelompok masyarakat dihadapkan dengan
kebudayaan asing, dengan sedemikian rupa mereka akan
berusaha menerima budaya tersebut tanpa menghilangkan
unsur budaya lokal yang telah ada.
b. Proses disosiatif
Proses sosial disosiatif, yaitu proses yang cenderung kearah
timbulnya perpecahan dan meregangkan solidaritas kelompok,
meliputi persaingan (kompetisi), pertentangan (konflik), dan
kontravensi.39 Walaupun proses ini mengacu ke arah negatif tetapi
proses ini tidak bisa dihindari, layaknya proses asosiatif proses ini
merupakan salah satu cara manusia untuk tetap bertahan hidup
dilingkungannya. Untuk pembahasan lebih lanjut mengenai tiga
bentuk proses disosiatif, dilakukan penjabaran sebagai berikut:
1. Persaingan
Persaingan merupakan keadaan dimana antar individu
maupun kelompok saling berlomba-lomba untuk mendapatkan
sesuatu. Biasanya persaingan akan muncul ketika sesuatu yang
jumlahnya sedikit dan yang menginginkannya banyak.
Misalkan bersaing dalam lomba, karena yang ikut lomba sangat
banyak dan juara yang diambil sedikit maka tingkat kompetisi
yang hadir di dalamnya akan semakin meningkat. Kompetisi ini
38Ibid. hlm. 84
39 Sri Saptina H, dkk, Cara Mudah Menghadapi Ujian Nasional 2008 Sosiologi SMA/MA,
35
biasanya memiliki nilai dan norma yang telah diakui bersama,
sehingga kecil kemungkinan kompetisi melahirkan kekerasan.
2. Pertentangan
Pertentangan biasa terjadi akibat perbedaan yang ada di
dalam masyarakat. Perbedaan disini bisa sangat beragam,
misalnya perbedaan secara jasmani (warna kulit, postur tubuh,
model rambut, dll) atau dari segi berfikir (pola pikir, sifat,
konsep diri, dll). Selain dua poin diatas masih banyak lagi
perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat sebagai
pemicu dari pertentangan. Pertentangan inilah yang kemudian
disebut dengan konflik sosial.
3. Kontravensi
Tanda adanya kontravensi yaitu adanya gejala
ketidakpastian mengenai diri seseorang, atau suatu rencana, dan
perasaan.40 Berada diantara kompetisi dan pertentangan
membuat proses sosial kontravensi tidak terlalu diperhatikan.
Memang proses ini tidak terlalu jelas saat terjadi di dalam
masyarakat. Tetapi hal inilah yang perlu dilihat dan dipahami
sebagai proses.
Kontravensi memiliki beberapa jenis.Yang pertama
adalah kontravensi antargenerasi. Dalam perkembngannya,
kaum anak muda akan mulai meragukan nilai yang ada pada
kaum tua. Sebaliknya kaum tua juga meragukan nilai dari kaum
36
muda yang dianggap berbeda.Keraguan inilah yang menjadikan
keraguan dari sikap dan perlakuan antara kedua pihak.
Yang kedua adalah kontravensi seks. Peran seks yang
ada dalam Negara berkembang mulai mengalami pergeseran.
Dimana pria mulai dikritik mengenai posisi dan perannya oleh
wanita. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan ketidakpastian
posisi sosial seks yang ada di tengah masyarakat.
Yang ketiga adalah kontravensi parlementer.
Merupakan ketidakpastian yang terjadi di dalam pemerintahan.
Contohnya adalah demokrasi yang ada di Negara berkembang.
Sifat dari demokrasi yang masih mengambang dan belum
terbukti dari tindakan. Mengatakan demokrasi tetapi sikap yang
ditunjukkan masih anarkis atau liberal. Hal inilah yang
membuat demokrasi masih sesuatu yang kontravensi dalam
masyarakat.
Seperti sebuah kutub, kehidupan sosial juga memiliki
sisi positif dan sisi negatif. Manusia tidak bisa menghilangkan
sisi negatif ataupun hanya menjalankan sisi positif saja.
Melainkan manusia akan tetap mengalami keduanya dalam
kehidupan sehari-hari. Kedua proses ini juga memiliki peran
masing-masing untuk membantu membentuk sebuah tatanan
sosial tertentu di dalam masyarakat.
37
E. Kajian Teori
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori penetrasi sosial.
Teori penetrasi sosial dipopulerkan oleh Irwin Altman & Dalmas Taylor.
Teori penetrai sosial dipilih karena membahas bagaimana proses
komunikasi interpersonal. Dijelaskan bagaimana dalam proses
berhubungan dengan orang lain, dimana terjadi semacam adaptasi diantara
keduanya.
Altman dan Taylor mengembangkan teori ini sejak tahun 1973.
Mereka mengibaratkan manusia seperti bawang merah. Maksudnya adalah
pada hakikatnya manusia memeiliki beberapa layer atau lapisan
kepribadian. Jika individu mengupas kulit terluar bawang, maka individu
tersebut akan menemukan lapisan kulit yang lainnya. Begitu pula
kepribadian manusia. Lapisan kulit terluar adalah dirinya yang bersifat
umum yang bisa dijangkau oleh semua orang yang peduli untuk
melihatnya.41 Lapisan terluar termasuk sekian banyak detail yang
menggambarkan siapa seseorang tersebut. Dari luar orang akan melihat
tinggi badan, usia, warna kulit, jenis kelamin, pekerjaan, rumah, dan
aksesoris yang melekat pada badan.
Lapisan terdalam dari manusia memiliki tingkat kerahasiaan tinggi
yang di dalamnya terdapat nilai-nilai, konsep diri, konflik-konflik, emosi
yang terpendam, dan semacamnya. Lapisan ini tidak terlihat oleh dunia
luar, oleh siapapun, bahkan kekasih, orang tua, atau orang terdekat
manapun. Tetapi lapisan ini adalah yang paling berdampak atau paling
41 Ristiana Kadarsih,”Teori Penetrasi Sosial Dan Hubungan Interpersonal”, Jurnal
38
berperan dalam kehidupan seseorang. Tidak menutup kemungkinan ada
seseorang yang dia percaya hingga dia mau menunjukkan lapisan terdalam
dari dirinya kepada seseorang tersebut.
Kedekatan individu terhadap individu lain, menurut Altman dan
Taylor, dapat dilihat dari sejauh mana penetrasi individu tersebut terhadap
lapisan kepribadian tadi. Dengan membiarkan orang lain melakukan
penetrasi terhadap lapisan kepribadian yang dimiliki dan membiarkan
hubungan yang terjadi semakin berkembang.
Altman dan Taylor menyatakan empat tahap pengembangan
hubungan antara lain:
1. Tahap Orientasi, Tahap dimana komunikasi yang terjadi bersifat
tidak pribadi (interpersonal). Para individu yang terlibat bersifat
umum saja.42 Hal ini terjadi saat manusia baru pertama kali
bertemu dengan seseorang. Setelah mereka memutuskan untuk
berkomunikasi dengannya, manusia akan membuka pembicaraan
dengan hal-hal yang bersifat umum seperti informasi nama,
pendidikan, asal dan sebagainya.
2. Tahap pertukaran efek eksploratif, tahap ini merupakan tahap
lanjutan dari tahap orientasi. Tahap ini menunggu kesempatan
untuk bertemu minimal dua kali setelah tahap orientasi
berlangsung. Karena tahap ini memiliki tingkatan informasi yang
lebih dalam untuk disampaiakn kepada pihak lain.
42 Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa (Jakarta: Kencana Prenada Media,
39
3. Tahap pertukaran efek, tahap munculnya perasaan kritis dan
evaluatif pada level yang lebih dalam.43 Tahap ini tidak akan
dimasuki kecuali mereka menerima manfaat yang besar sesuai
dengan biaya dalam tahap sebelumnya.44
Dengan kata lain pada tahap ini mulai ada pertimbangan
keuntungan dan kerugian dari proses sebelumnya. Akan ada
pemikiran serius mengenai apa yang didapat dan apa yang
diberikan. Jika merasa hubungan yang terjadi menguntungkan
maka fase ini akan berlanjut menuju tahap selanjutnya.
4. Tahap pertukaran stabil, tahap terakhir ini merupakan tahap
tertinggi. Tahap ini memungkinkan dalam sebuah hubungan akan
terjadi prediksi atas tindakan dan respon yang akan terjadi. Hal ini
terjadi karena tiga tahap sebelumnya telah dilalui dengan baik.
Dari pembahasan diatas didapat pengertian bahwa perkembangan
hubungan yang terjadi adalah siklus linear yang disebutkan Altman dan
Taylor.Tetapi pada perkembangannya, hubungan yang terjadi tidak
selamanya linear.Teori penetrasi sosial memandang bahwa hubungan saat
ini dipandang sebagai siklus stabilitas dan siklus perubahan.Pasangan
individu harus mampu menguasai kedua siklus ini agar dapat membuat
perkiraan dan fleksibilitas dalam suatu hubungan.
Dengan menggunakan tahap-tahap dari teori penetrasi sosial dari Altman
dan Taylor, peneliti berusaha menganalisis bagaimana anggota arisan di
43Ibid, hlm. 299
44 Stephen W. Littlejohn, Karen A.Foss All, Theories of Human Communication, 9th ed,
40
Perumahan Mutiara Citra Apsari, Prambon, Sidoarjo dalam memenuhi tahapan
41
BAB III
KOMUNIKASI SOSIAL ANGGOTA ARISAN
A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian
Subyek penelitian adalah individu yang dijadikan sumber
informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian.45 Dalam
penelitian kualitatif biasanya subyek dari penelitian tersebut dinamakan
informan. Sebab dalam penelitian kualitatif subyek merupakan individu
yang dipilih untuk memberikan informasi data yang diperlukan terkait
dengan penelitian yang dilakukan. Adapun informan yang dipilih dalam
penelitian komunikasi sosial anggota arisan di perumahan Mutiara Citra
Apsari, Prambon, Sidoarjo ini adalah sebagai berikut:
1. Profil Informan
Dalam penelitian ini ada beberapa informan yang dipilih
peneliti untuk melengkapi data peneliti. Beberapa informan ini
memiliki identitas sosial yang dianggap sejalan dengan subyek
penelitian yang diinginkan. Berikut ini adalah profil dri informan
peneliti:
a. Nama : Kuswariyati
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Blok I No. 13
Jabatan : Anggota Arisan
42
Kuswariyati dipilih karena menurut peneliti kuswariyati
memperlihatkan pesan non verbal sebagai orang yang menyatakan
status sosialnya lebih tinggi dari anggota lainnya. Serta
pengalaman yang banyak didapat dari kegiatan arisan.
b. Nama : Fitri Megawati
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Blok D No 17
Jabatan : Anggota Arisan
Fitri Megawati dipilih karena Fitri Megawati anggota arisan
yang aktif mengikuti arisan mulai dari awal terbentuknya arisan
hingga sekarang di Perumahan Mutiara Citra Apsari.
c. Nama : Sumarsih
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Blok F No. 8
Jabata : Ketua Arisan
Sumarsih dipilih karena beliau ketua arisan, dan informasi
yang didapat dari beliau sangatlah penting dalam penelitian ini.
Karena kehadirannya di setiap kegiatan arisan.
d. Nama : Nining
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Blok B No. 7
Jabata : Sekertaris
Nining dipilih sebagai informan, karena beliau aktif
43
kegiatan arisan. Karena jabatan beliau sebagai sekertaris, maka
Nining akan berusaha hadir dalam setiap kegiatan arisan.
e. Nama : Yuni
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Blok H No. 6
Jabatan : Bendahara arisan
Yuni dipilih sebagai informan selain karena jabatannya
sebagai bendahara, Yuni juga selalu aktif berkomunikasi dengan
anggota dan selalu ada dalam kegiatan arisan mengingat perannya
yang penting dalam kegiatan arisan.
2. Obyek Penelitian
Obyek pada penelitian ini adalah komunikasi sosial yang
dilakukan oleh anggota arisan di Perumahan Mutiara Citra Apsari,
Prambon, Sidoarjo. Komunikasi sosial yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah bentuk komunikasi non verbal yang dilakukan
oleh antar individu maupun kelompok yang dilakukan oleh anggota
arisan di perumahan Mutiara Citra Apsari, Prambon, Sidoarjo di dalam
kegiatan arisan.
3. Profil Lokasi Penelitian
a. Sejarah Arisan di Perumahan Mutiara Citra Apsari
Pada awal berdirinya kegiatan Arisan di Perumahan
Mutiara Citra Apsari yaitu tahun 2015. Pada saat itu anggota yang
ikut hanya sedikit sekitar 35 anggota. Karena masih sedikit yang
44
dilakukan bergilir di rumah para anggotanya setiap dua minggu
sekali.
Dalam perjalanannya, kegiatan arisan mengalami beberapa
perubahan yakni, pergantian tempat yang awal mulanya dilakukan
bergiliran kerumah-rumah anggotanya, kini hanya bertempat di
kediaman ibu Rt saja. Dan tetap dilakukan dalam dua minggu
sekali. Serta panambahan jumlah anggota arisan yang pada
mulanya hanya 35 anggota kini sudah menjadi 65 anggota. Sengaja
tidak di tempatkan di balai Rw karena akses jalan yang memutar
membuat anggota merasa kejauhan untuk melakukan kegiatan
arisan disana.
Kegiatan arisan di Perumahan Mutiara Citra Apsari sudah
berlangsung selama dua periode mulai dari tahun 2015 – 2016.
Dengan adanya kegiatan ini, dapat diharapkan warga Perumahan
Mutiara Citra Apsari dapat terjalin kerukunannya antar warga dan
anggota.46
b. Letak Geografis Perumahan Mutiara Citra Apsari
Lokasi penelitian kali ini adalah Perumahan Mutiara Citra
Apsari Prambon Sidoarjo atau yang lebih dikenal oleh masyarakat
dengan nama Perum MCA. Perumahan ini terletak di Dusun
Klotok, Desa Simogirang, Kecamatan Prambon, Kabupaten
Sidoarjo. Letak Perumahan berada di jalur Desa penghubung
Dusun Kelotok dengan Desa Simogirang.
45
Untuk lebih jelasnya lagi batas-batas dari Perumahan
Mutiara Citra Apsari adalah sebagai berikut:
1. Sebelah selatan dari Perumahan Mutiara Citra Apsari terdapat
pemukiman warga Desa Simogirang.
2. Sebelah utara dari Perumahan Mutiara Citra Apsari terdapat
Sekolah Dasar Negeri Simogirang 2 dan pemukiman warga
Desa Klotok.
3. Sebelah barat dari Perumahan Mutiara Citra Apsari terdapat
pemukiman warga Desa Clumprit.
4. Sebelah timur dari Perumahan Mutiara Citra Apsari terdapat
persawahan dan perkebunan tebu.
c. Sarana dan Prasarana Kegiatan Arisan
Dalam rangka meraih hasil yang maksimal dalam kegiatan
arisan, tentu sarana dan prasarana yang dimiliki sebuah kegiatan
arisan haruslah mendukung. Sarana dan prasarana sangat
diperhatikan mengingat dapat meningkatkan produktifitas anggota
arisan. Adapun beberapa sarana dan prasarana yang terdapat di
kegiatan arisan adalah sebagai berikut:
1. Rumah ibu Rt dengan dilengkapi sound system.
2. Kursi dan meja untuk kegiatan arisan.
3. Makanan ringan dan minuman dingin.
d. Keadaan Anggota
Kegiatan arisan ini memiliki anggota berasal dari beberapa
46
dari yang mengkontrak tempat tinggal sampai yang tinggal
menetap atau memiliki rumah sendiri. Mereka merupakan wanita
yang sudah menikah baik yang sudah mempunyai anak sampai
yang belum mempunyai anak.Rata-rata yang mengikuti arisan
adalah ibu-ibu rumah tangga.Walaupun ada ibu-ibu yang memiliki
pekerjaan atau disebut wanita karir.Berikut adalah daftar jumlah
anggota arisan:
Tabel 3.1
Komunikasi Sosial Anggota Arisan
No. Blok Jumlah Anggota
1. B 6
2. C 4
3. D 4
4. E 3
5. F 14
6. G 2
7. H 7
8. I 16
47
e. Struktur Organisasi
Bagan 3.1
Komunikasi Sosial Anggota Arisan
f. Daftar Nama Anggota Arisan