• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN PENDEKATAN KONSELING KELUARGA DALAM MENGATASI PELAKU CYBERBULLYING SEORANG REMAJA DI WONOCOLO SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN PENDEKATAN KONSELING KELUARGA DALAM MENGATASI PELAKU CYBERBULLYING SEORANG REMAJA DI WONOCOLO SURABAYA."

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN PENDEKATAN KONSELING KELUARGA DALAM MENGATASI PELAKU CYBERBULLYING SEORANG REMAJA DI WONOCOLO SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Islam (S.Sos.I)

Oleh: KISMAN NIM: B53212082

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)

vii ABSTRAK

Kisman (B53212077), 2016 Bimbingan dan Konseling Islam dengan pendekatan Konseling Keluarga dalam Mengatasi Pelaku Cyebrbullying Seorang Remaja Di Wonocolo Surabaya

Dalam skripsi ini ada dua permasaalahan yang dikaji atau fokus penelitian yakni (1) Bagaimana proses Bimbingan dan Konseling islam dengan pendekatan konseling keluarga dalam mengatasi pelaku cyberbullying seorang remaja di Wonocolo Surabaya? (2) Bagaimana hasil Bimbingan dan Konseling islam dengan pendekatan konseling keluarga dalam mengatasi pelaku cyberbullying seorang remaja di Wonocolo Surabaya?

Untuk menjawab permasaalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis komparatif yakni membandingkan teori konseling keluarga dengan proses konseling, sedangkan dalam pengumpulan data melalui observatif partisipatif, wawancara tak terstruktur dan dokumentasi, setelah data terkumpul analisis proses dilakukan dengan membandingkan teori konseling keluarga dengan keadaan dan situasi di lapangan, dalam hal ini sebuah keluarga. Untuk tingkat keberhasilan yakni membandingkan kondisi keseharian klien sebelum dan sesudah proses konseling

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) Proses bimbingan dan konseling islam dengan pendekatan konseling keluarga dalam mengatasi perilaku cyberbullying terhadap anak pelaku cyberbullying di lakukan konselor dengan langkah langkah identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, treatment/Threapy dengan teknik konseling individual kepada pelaku dan kepada kedua orang tua pelaku dimana konselor menjadi facilitative comfortable (2) Hasil bimbingan dan konseling islam dengan pendekatan konseling keluarga dalam mengatasi pelaku cyberbullying seorang remaja di wonocolo surabaya ini terlihat pada perubahan keseharian pelaku yang lebih positif dan lebih produktif walaupun belum terlalu signifikan akan tetapi konseling keluarga memberi pengaruh kebahagiaan bagi kedua orang tua pelaku yang sebenarnya tanpa mememerlukan treatment khusus pelaku sudah dapat memperbaiki tingkah lakunya

(6)

x

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Konsep ... 8

F. Metode Penelitian ... 10

G. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian tentang Bimbingan dan Konseling islam, Konseling keluarga dan Perilaku cyberbullying 1. Bimbingan dan konseling islam ... 22

a) Pengertian bimbingan dan konseling islam ... 22

b) Tujuan bimbingan dan konseling islam ... 23

(7)

xi

d) Unsur-unsur bimbingan dan konseling islam ... 24

2. Konseling keluarga ... 28

a) Pengertian Konseling Keluarga ... 28

b) Tujuan Konseling Keluarga ... 31

c) Fungsi Konseling Keluarga ... 32

d) Teknik-teknik Konseling Keluarga ... 36

e) Tahapan dan proses konseling keluarga ... 37

f) Fungsi dan peran konselor ... 39

g) Hubungan orang tua dan emaja ... 40

3. Perilaku Cyberbullying ... 42

a) Pengertian Cyberbullying ... 42

b) Proses terjadinya Cyberbullying ... 44

c) Macam Macam Cyberbullying ... 45

d) Faktor Penyebab Munculnya Cyberbullying ... 47

e) Ancaman Pidana Pelaku Cyberbullying ... 47

f) Dampak dari Perilaku Cyberbullying ... 49

B. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 50

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian ... 52

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 52

2. Deskripsi Konselor... 56

3. Deskripsi Klien ... 57

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 59

1. Deskripsi masalah ... 59

2. Deskripsi Tentang Proses Pelaksanaan Konseling Keluarga dalam Mengatasi Perilaku Cyberbullying Seorang Remaja di Wonocolo Surabaya ... 59

(8)

xii

BAB IV : ANALISIS DATA

A. Analisis Tentang Proses Pelaksanaan Konseling Keluarga dalam Mengatasi Perilaku Cyberbullying Seorang Remaja Di Wonocolo Surabaya ... 81 B. Analisis Tentang Hasil Akhir Konseling Keluarga dalam

Mengatasi Perilaku Cyberbullying Seorang Remaja di Wonocolo Surabaya ... 86

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan... 87 B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi telah menjadi pendorong lahirnya era perkembangan teknologi

informasi, fenomena kecepatan perkembangan teknologi informasi ini telah merebak

di seluruh belahan dunia. Tidak hanya negara maju saja, namun negara berkembang

juga telah memacu perkembangan teknologi informasi pada masyarakatnya masing

masing, sehingga teknologi informasi mendapatkan kedudukan yang penting bagi

kemajuan sebuah bangsa. Seiring dengan perkembangan kebutuhan masyarakat di

dunia, teknologi informasi (information technology) memegang peran penting baik di

masa kini maupun di masa mendatang, sebagai akibat dari perkembangan yang

demikian, teknologi informasi telah menyebabkan dunia manjadi tanpa batas

(borderless) dan menyebabkan perubahan sosial secara signifikan berlangsung

demikian cepat. Sehingga dapat dikatakan teknologi informasi saat ini telah menjadi

pedang bermata dua, karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan

kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban manusia juga sekaligus menjadi sarana

efektif perbuatan melawan hukum1

Di era di gital ini dimana media komunikasi sudah semakin berkembang,

khusunya di bidang cybermedia sudah banyak sekali situs, aplikasi, dan media sosial

seperti facebook, twitter, instagram dan path yang di ciptakan dengan harapan

sosialisasi umat manusia yang semakin membaik karena adanya kemudahan dalam

melakukan komunikasi tanpa adanya batas ruang dan waktu. Jika dilihat dari sektor

(10)

teknologi informasi, penggunaan internet di Indonesia mencapai sekitar 82 juta

pengguna dan 95% dari angka tersebut menggunakan internet untuk mengakses

jejaring social, dari jumlah pengguna internet tersebut 80% di antaranya adalah

remaja berusia 15-19 tahun, dan dalam penggunaan media sosial facebook, Indonesia

menduduki peringkat ke-4 besar di dunia2

Menurut Triantoro safaria, Ph.D dosen psikologi universitas ahmad dahlan

(UAD) Yogyakarta, di kutip dari media online Panjinasional.com “pertumbuhan

penggunaan internet di indonesia terus meningkat dari tahun ketahun. Jika di tahun

2010 rata rata peningkatan pengguna internet di kota besar di indonseia masih

berkisar antara 30-35 persen, pada tahun 2012 di dapatkan adanya peningkatan

jumlah pengguna internet berkisar antara 40-45 persen” dan tidak menutup

kemungkinan pengguna internet akan terus bertambah dari tahun ketahun.

Tidak bisa dipungkiri bahwa di balik manfaat media sosial, juga menimbulkan

banyak mudarat dan dampak yang mengkhawatirkan, mulai dari pornografi, kasus

penipuan, dan kekerasan yang semua bermula dari dunia maya dan fenomena yang

marak sekarang terjadi di kalangan remaja akibat perkembangan social media ini

adalah fenomena cyberbullying.

Di bandingkan bullying istilah cyberbullying mungkin belum terlalu sering

terdengar ditelinga kita, bullying seringkali di identikan dengan perilaku siswa siswi

di sekolah yang melakukan tindakan kekerasan kepada siswa-siswi lain. Bullying

(11)

biasanya dilakukan oleh pihak yang memiliki status lebih tinggi kepada mereka yang

statusnya lebih rendah3

Perkembangan teknologi tanpa di berangi asuhan orang tua ternyata berbahaya

bagi anak, selain mudah mengakses situs terlarang anak juga cenderung melakukan

intimidasi atau bullying melalui media sosial, yayasan Anti Bullying Sejiwa mencatat

sebanyak 30 juta anak, usia 10-18 tahun rentan terhadap cyberbullying tersebut4

Dari hasil penelitian Flourensia Septy Rahaya tentang Cyberbullying sebagai

dampak negative penggunaan teknologi informasi (2012) menemukan bahwa

fenomena cyberbullying sudah terjadi di kalangan remaja kita di Indonesia. Namun

sayangnya sebagian besar remaja tidak menyadarinya dan menganggap bahwa

perlakuan cyberbullying adalah sesuatu yang wajar dilakukan oleh para remaja,

mereka belum mengetahui dampak yang dapat timbul dari aksi tersebut terutama

untuk para korban

Pelaku Cyberbullying yang sempat menghebohkan dunia cybermedia yang terjadi

pada oktober 2014 lalu adalah seorang remaja anak tukang sate, dia menghina

Presiden RI dengan mengunggah gambar Presiden berdampingan dengan Wakil

Presiden dengan tanda silang dan tulisan Indonesia melarat, selain itu dia juga

mengunggah gambar Presiden tanpa busana hasil editanya, hal itu dilakukanya

melalui media facebook

Kedudukan keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan pribadi

individu dari anak hingga remaja yang mana masa remaja merupakan masa transisi,

dimana pada masa ini individu akan sangat rentan dalam berperilaku menyimpang.

(12)

Keluarga dalam konteks sosial budaya tidak bisa dipisahkan dalam tradisi yang

tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, maka dari itu orang tua berperan penting

dalam mendidik anak agar menjadi orang yang pandai dalam hidup berbudaya dan

bermasyarakat.

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, dan

kegiatan yang berhubungan dengan peribadi dalam posisi atau situasi tertentu,

peranan pribadi dalam keluarga di dasari oleh harapan dan pola perilaku yang di

harapkan oleh keluarga, kelompok, dan masyarakat5

Dalam pandangan islam, Keluarga adalah lingkungan pendidikan, pendidikan di

lingkungan keluarga berlangsung sejak anak lahir. Bahkan setelah dewasa pun orang

tua masih berhak memberikan nasehatnya kepada anak. Oleh karena itu, peran orang

tua sangat strategis dalam memberikan pendidikan nilai kepada anak. Allah berfirman

dalam surah An-Nisa ayat 36

َﺳَﻣْﻟا َو ٰﻰَﻣﺎَﺗَﯾْﻟا َو ٰﻰَﺑ ْرُﻘْﻟا يِذِﺑ َو ﺎًﻧﺎَﺳْﺣِإ ِنْﯾَدِﻟا َوْﻟﺎِﺑ َو ۖ ﺎًﺋْﯾَﺷ ِﮫِﺑ اوُﻛِرْﺷُﺗ َﻻ َو َ ﱠﷲ اوُدُﺑْﻋا َو

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukaNya dengan sesuatu apapun dan berbuat baiklak kepada kedua orang tua ibu dan bapak, karib kerabaa, anak anak yatim orang orang miskin tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga banggakan diri (QS. An-Nisa (4): 36)6

Orang tua harusnya bertanggung jawab atas setiap kelakuan atau perbuatan

(13)

anak, tanggung jawab orang tua itu diantaranya bergembira menyambut kelahiran

anak, memberi nama yang baik, memperlakukan anak dengan lemah lembut, dan

kasih sayang, menanamkan rasa cinta sesama anak, memberikan pendidikan akhlak,

menanamkan akidah tauhid, membimbing dan melatih anak mengerjakan sholat,

mencegah dari perbuatan dan pergaulan bebas menjauhkan anak dari hal hal porno

(pornoaksi, pornografi dan pornowicara).

Pola asuh orang tua serta bimbingan keluarga sangat berperan penting dalam

pembentukan pribadi sehat dikalangan remaja, Pribadi yang sehat adalah pribadi yang

mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, orang lain, dan

lingkungan sosial. Di samping itu, kepribadian yang sehat adalah pribadi yang

memiliki kepribadian siddiq yaitu sifat kongruensi, yakni serasi antara apa yang ada

didalam hati dengan perbuatan, memegang teguh keprcayaan, serasi di antara sikap

dan prilaku7

Keluarga sangat berperan penting dalam pewarisan nilai-nilai kehidupan yang

mulia kepada generasi penerusnya. Keluarga yang sehat akan menyumbang

terbinanya masyarakat yang sehat. Keluarga akan berjalan sesuai dengan peran dan

fungsinya, jika anggota keluarga didalamnya berperan menurut fungsinya

masing-masing serta mampu menyikapi problema yang kerap kali menghampiri. Kebahagiaan

di dalam keluarga tentulah menjadi salah satu tujuan yang ingin diperoleh mereka

yang mendirikannya8.

Anak adalah anugerah yang diberikan Tuhan yang harus dijaga, dirawat, dan

diberi bekal sebaik-baiknya seperti firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 9:

(14)

َو َ ﱠﷲ اوُﻘﱠﺗَﯾْﻠَﻓ ْمِﮭْﯾَﻠَﻋ اوُﻓﺎَﺧ ﺎًﻓﺎَﻌ ِﺿ ًﺔﱠﯾﱢرُذ ْمِﮭِﻔْﻠَﺧ ْنِﻣ اوُﻛَرَﺗ ْوَﻟ َنﯾِذﱠﻟا َشْﺧَﯾْﻟ َو

اًدﯾِدَﺳ ﻻ ْوَﻗ اوُﻟوُﻘَﯾْﻟ

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan

dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap

(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan

hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar”9.

Dalam pandangan islam keluarga adalah miniatur masyarakat, keluarga adalah

institusi yang kaya nilai, orang tua bertanggung jawab untuk mewariskan nilai nilai

itu kepada anak anak. Pewarisan nilai nilai itu diwariskan melalui pindidikan dan

interaksi positif. Sebagai mahluk pedagogik, anak pasti bisa dididik sehingga pada

akhirnya anak mampu dengan baik mengemban amanat dari allah yang bertugas

sebagai khalifah dimuka bumi, hal ini tersurat dalam alquran berikut10

Bimbingan keluarga yakni interaksi antara orang tua dan anak sangat penting

untuk membangun pemahaman akan bahaya cyberbullying. Oleh karena itu saya

sangat tertarik untuk mengkaji fenomena cyberbullying dikalangan remaja serta

solusi yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk membimbing anaknya yang menjadi

pelaku cyberbullying

B. Rumusan masalah

Berdasarkan konteks penelitian yang telah dikemukakan diatas maka fokus

penelitian yang di kaji dalam skripsi ini adalah:

9Al-Alim, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahuan, Cet.6 (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2010) hal.79

(15)

1. Bagaimana proses bimbingan dan konseling islam dengan pendekatan konseling

keluarga dalam mengatasi pelaku cyberbullying seorang remaja di wonocolo

surabaya?

2. Bagaimana hasil bimbingan konseling islam dengan pendekatan konseling

keluarga dalam mengatasi pelaku cyberbullying seorang remaja di wonocolo

surabaya?

C. Tujuan penelitian

Bertitik tolak dari pada rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian

skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan proses pelaksanaan bimbingan dan

konseling islam dengan pendekatan konseling keluarga dalam mengatasi pelaku

cyberbullying seorang remaja di surabaya

2. Untuk mengetahui hasil bimbingan dan konseling islam dengan pendekatan

konseling keluarga dalam mengatasi pelaku cyberbullying seorang remaja di

surabaya

D. Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan sebagai berikut:

(16)

a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain dalam bidang

konseling keluarga dalam menangani perilaku cyberbullying

b. Sebagai sumber informasi dan referensi tentang penanganan perilaku

cyberbullying dengan konseling keluarga

2. Secara praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu keluarga dalam mengatasi

masalah anak remaja yang berkaitan dengan perilaku cyberbullying

c. Bagi konselor, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

salah satu teknik pendekatan yang efektif dalam menangani perilaku

cyberbullying

E. Definisi konsep

Sebelum lebih lanjut dalam pelaksanaan penelitian yang berjudul “Bimbingan

Dan Konseling Islam Dengan PendekatanKonseling Keluarga Dalam Mengatasi

Pelaku Cyberbullying Seorang Remaja Di Wonocolo Surabaya” agar terhindar

dari kesalah pahaman dalam memahami makna serta dapat memudahkan dalam

mempelajari isi, maksud dan tujuan penelitian ini, maka peneliti perlu menjelaskan

definisi konsep terlebih dahulu, adapun definisi konsep pada penelitian ini adalah:

1. Bimbingan dan konseling islam

Bimbingan dan konseling islam adalah proses pemberian bantuan terhadap

(17)

mahluk allah yang seharusnya hidup selaras dengan mahluk allah dengan

ketentuan dan petunjuk allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia

akhirat11

2. Konseling Keluarga

Konseling keluarga adalah usaha membantu individu anggota keluarga untuk

mengaktualisasikan potensinya atau mengantisipasi masalah yang dialaminya

melalui sistem kehidupan keluarga, dan mengusahakan agar terjadi perubahan

prilaku yang positif pada diri individu yang akan memberi dampak positif pula

terhadap anggota keluarga lainnya12

Konseling keluarga memandang keluarga secara keseluruhan bahwa anggota

keluarga adalah bagian yang tidak mungkin dipisahkan dari anak baik dalam

melihat permasaalahanya maupun penyelesaianya sebagai suatu system,

permasaalahan yang dialami oleh anggota keluarga akan efektif di atasi jika

melibatkan anggota keluarga yang lain13

3. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa perubahan, masa ketika anak muda menghadapi

berbagai pengalaman baru, berbagai lingkungan tempat mereka bergerak di

dalamnya menghadirkan situasi dan peristiwa baru dan tidak terduga yang

memerlukan respon yang sebelumnya belum pernah mereka terapkan14

Elizabeth Hurlock (1990) membagi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17

tahun) dan masa remaja akhir (16 hingga 17 atau 18 tahun) perkembangan masa

11Thohari Musnamar, Dasar-Dasar konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UUI Press, 1992) hal.5

12Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga, (bandung: Alfabeta, 2009) hal. 87-88

(18)

remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir

individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati dewasa.

Istilah adolescence atau remaja juga mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, social dan fisik.15

4. Cyberbullying

Cyberbullying adalah intimidasi yang terjadi di dunia maya terutama pada

media sosial. Bentuk dari cyberbullying adalah ejekan, ancaman, hinaan, ataupun

hacking. Fenomena cyberbullying banyak bermunculan dan akibat fatal dari

tindakan ini adalah bunuh diri16

Cyberbullying adalah segala bentuk kekerasan yang di alami oleh anak atau

remaja dan dilakukan teman seusia mereka melaluai dunia cyber atau internet,

cyberbullying merupakan kejadian manakala seorang anak atau remaja diejek,

dihina, diintimidasi atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media

internet teknologi digital atau telepon seluler. Tindakan cyberbullying amat

beragam, bisa berupa pesan ancaman melalui email, mengunggah foto yang

mempermalukan korban, membuat situs web untuk menyebar fitnah dan

mengolok olok korban hingga mengakses akun jejaring sosial orang lain untuk

mengancam korban dan membuat masalah

Cyber bullying dianggap valid bila pelaku dan korban berusia di bawah 18

tahun dan secara hukum belum dianggap dewasa. Bila salah satu pihak yang

terlibat (atau keduanya) sudah berusia di atas 18 tahun, maka kasus yang terjadi

15Muhammad Al-Mighwar, Psikologi remaja, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011) hal.56

16Yana choria utama, Studi tentang korban cyberbullying di kalangan remaja surabaya,fakultas ilmu sosial dan ilmu politik 2013-2014 (jurnal online) (

(19)

akan dikategorikan sebagai cyber crime atau cyber stalking (sering juga disebut

cyber harassment)17

Singkatnya cyberbullying merupakan suatu bentuk kejahatan yang dilakukan

seseorang melalui media sosial atau media online dengan menggunakan sarana

teknologi komunikasi dan media elektronik terhadap orang lain dengan tujuan

tertentu. Cyberbullying pada umumnya dilakukan melalui media situs jejaring

sosial seperti Facebook, Twiter, Yahoo Massenger, dan Email. Pelaku

dari cyberbullying itu sendiri kebanyakan adalah para remaja18

F. Metode penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

data data dengan tujuan tertentu19

1) Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kulatitatif, penelitian kualitatif menekankan

pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu)

lebih banyak meneliti hal hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari hari,

pendekatan kualitatif lebih lanjut mementingkan pada proses dibandingkan pada

hasil akhir; oleh karena itu urutan urutan kegiatan dapat berubah ubah tergantung

pada kondisi dan gejala gejala yang di temukan20

17https://id.wikipedia.org/wiki/Cyberbullying

18Abil, adel, ayu dkk, Cyberbullying, jurnal psikologi (online) (http://abduljalil.web.ugm.ac.id/2015/02/12/cyberbullying/) di akses 4 agustus 2015

19Sugiono, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D (Bandung; alfabeta 2010) hal 2

(20)

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus,

penelitian studi kasus (case study) adalah jenis penelitian tentang suatu subjek

penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan

atau personalitas21

2) Sasaran dan Lokasi penelitian

Dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti mengambil

data dari subjek penelitian yakni seorang remaja sebagai sumber informan yang

menjadi pelaku cyberbullying berdomisili di surabaya dan aktif menggunakan

social media facebook, twitter, instagram, dan path yang selanjutnya di sebut

sebagai klien sedangkan konselor dalam penelitian adalah Kisman sekaligus

peneliti, lokasi penelitian bertempat di Kel Jemurwonosari Kec Wonocolo kota

Surabaya

3) Jenis dan sumber data

a. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data non statistik

dimana data yang di perolah nantinya adalah dalam bentuk verbal, tulisan dan

gambar, bukan dalam bentuk angka. Adapun jenis data pada penelitian ini

adalah :

1) Data primer yakni data yang langsung di ambil dari lapangan yang mana

di peroleh dari deskripsi tentang latar belakang informan.

2) Data sekunder yakni data yang di ambil dari sumber kedua atau berbagai

sumber guna melengkapi data primer22

21Moh Nasir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia 1988) Hal 66

(21)

b. Sumber data

Ada pun sumber data dalam penelitian ini adalah:

1) Sumber data primer yakni sumber data yang langsung di peroleh peneliti

melalui informasi langsung dari kilen yakni seorang remaja yang menjadi

pelaku cyberbullying

2) Sumber data sekunder yakni sumber data yang di peroleh dari berbagai

sumber guna melengkapi data primer seperti ayah dan ibu pelaku

4) Tahap Tahap Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua tahap, yaitu:

a. Tahap Persiapan Penelitian

Pertama peneliti akan membuat pedoman wawancara yang disusun

berdasarkan dimensi kebermaknaan hidup sesuai dengan permasalahan yang

dihadapi subjek. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan pertanyaan

mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara, pedoman

wawancara yang telah disusun, ditunjukan kepada yang lebih ahli dalam hal

ini adalah pembimbing penelitian untuk mendapat masukan mengenai isi

pedoman wawancarara.

Setelah mendapat masukan dan koreksi dari pembimbing, peneliti

membuat perbaikan terhadap pedoman wawancara dan mempersiapkan diri

untuk melakukan wawancara. Tahap persiapan selanjutnya adalah peneliti

membuat pedoman observasi yang disusun berdasarkan hasil observasi

terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap

(22)

subjek dan pencatatan langsung yang dilakukan pada saat peneliti melakukan

observasi. Namun apabila tidak memungkinkan maka peneliti sesegera

mungkin mencatatnya setelah wawancara selesai

Peneliti selanjutnya mencari subjek yang sesuai dengan karakteristik

subjek penelitian. Untuk itu sebelum wawancara dilaksanakan peneliti akan

bertanya kepada subjek tentang kesiapanya untuk diwawancarai. Setelah

subjek bersedia untuk diwawancarai, peneliti membuat kesepakatan dengan

subjek tersebut mengenai waktu dan temapat untuk melakukan wawancara.

b. Tahap pelaksanaan penelitiaan

Peneliti membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu dan tempat

untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Setelah

wawancara dilakukan, peneliti memindahakan hasil rekaman berdasarkan

wawancara dalam bentuk verbal tim tertulis. Selanjutnya peneliti melakukan

analisis data dan interprestasi

5) Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan juga jenis sumber data yang

dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah:

a. Observasi Partisipatif

Yakni observasi di mana peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari

orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data

(23)

yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya23

Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti pada saat proses konseling dengan ikut

serta dalam kegiatan sehari hari klien serta melalui pertemanan di social

media facebook, twitter, path, dan instagram.

b. Wawancara tak terstruktur (Unstructured Interview)

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara

yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan

ditanyakan Pertanyaan disesuaikan dengan keadaan dan ciri unik dari

responden dan pelaksanaan tanya-jawab mengalir seperti percakapan

sehari-hari24. Wawancara tidak terstruktur memberi lebih banyak kelonggaran

daripada wawancara terstruktur biasanya dikerjakan secara bersama atau

bergantian dengan observasi terlibat25

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi

mendalam pada diri klien yang meliputi: Identitas diri klien, kondisi keluarga

klien, lingkungan dan Ekonomi klien serta permasaalahan yang dialami klien

c. Dokumentasi

(24)

Dokumentasi atau metode dokumenter adalah metode yang digunakan

untuk meneliti data historis26. Studi dokumen merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian27. Dalam

penelitian ini data dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran dan

informasi tentang lokasi penelitian meliputi luas wilayah penelitian, jumlah

penduduk, batas wilayah, kondisi topografi penelitian

6) Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data di

lapangan model Miles dan Huberman. Analisis ini dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu28. Langkah-langkah analisis dalam model ini adalah sebagai

berikut;

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan

b. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasanya dilakukan dalam

26Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Surabaya: Prenada Media Group, 2012) hal.124

(25)

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan

sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan tes yang bersifat naratif.

c. Concluion Drawing/Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal

yang dikemukan masih bersifat sementara (tentatif), dan akan berubah bila

tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan

pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat

peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel

7) Teknik pemeriksaan keabsahan data

Teknik keabsahan data merupakan faktor yang menentukan dalam penelitian

kualitatif untuk mendapatkan data yang valid, maka dalam penelitian ini peneliti

memakai keabsahan data sebagai berikut:

a. Ketekunan pengamatan

Ketekunan pengamatan bermaksut mencari atau menemukan ciri-ciri

atau unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang

sedang dicari dan kemudian memusatkan pada hal-hal tersebut secara rinci

sampai pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor

yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Untuk kepentingan itu

(26)

penemuan secara tentatif dan penelaahan secara rinci tersebut dapat

dilakukan

b. Triangulasi

Triangulasi yakni teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain, triangulsai dibedakan menjadi empat

macam yakni; menurut Patton (dalam Sulistiany 1999) triangulasi Sebagai

teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan antara lain sebagai berikut:

1) Triangulasi data

Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil

wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari

satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda

2) Triangulasi Pengamat

Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil

pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing bertindak

Sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan

terhadap hasil pengumpulan data.

3) Triangulasi Teori

Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk memastikan bahwa

data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat

4) Triangulasi Metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti

(27)

melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi

pada saat wawancara dilakukan

G. Sistematika pembahasan

Untuk mempermudah dalam memahami keseluruhan isi dari skripsi ini, maka

perlu di susun secara sistematika sehingga menunjukan totalitas yang utuh dalam

penulisan skripsi ini, adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari V

BAB pokok pembahasan yakni:

BAB I : Yakni Pendahuluan adalah bab pertama yang akan mengantarkan

pembaca untuk dapat mengetahui tentang apa yang di teliti, untuk

apa dan mengapa penelitian itu dilakukan, bab ini membahas

tentang Latar Belakang Masalah. Rumusan Masalah. Tujuan Dan

Manfaat Penelitian. Definisi Konsep. Metode Penelitian. dan

Sistematika Pembahasan.

BAB II : Adalah Tinjuan Pustaka. bab ini membahas tentang tinjauan

pustaka yang akan dijelaskan dari beberapa referensi untuk

menelaah objek kajian yang dikaji serta penelitian terdahulu yang

relevan, dalam tinjauan pustaka ini pembahasanya meliputi 1.

Pengertian Bimbingan dan konseling islam, Tujuan bimbingan dan

konseling islam, Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Unsur-unsur

bimbingan dan konseling islam 2. Konseling keluarga. yang terdiri

(28)

Fungsi Konseling Keluarga. Azas Azas Konseling Keluarga.

Langkah-Langkah Konseling Keluarga. Fungsi Dan Peran

Konselor. Proses Konseling. serta Hubungan Antara Remaja Dan

Orang Tua. 2. Cyberbullying, yang meliputi; definisi

Cyberbullying, Proses Terjadinya Cyberbullying, Macam-Macam

Cyberbullying, Factor Yang Mempengaruhi Terjadinya

Cyberbullying, Ancaman Pidana Pelaku Cyberbullying dan

Dampak Dari Perilaku Cyberbullying. 3. Hasil Penelitian Yang

Relevan

BAB III : Adalah Penyajian Data, bab ini membahas tentang Deskripsi

Umum Objek Penelitian dan Deskripsi Hasil Penelitian. Deskripsi

umum objek penelitian membahas tentang setting Penelitian,

Deskripsi Klien, serta Masalah yang di hadapi Klien. Deskripsi

Hasil Penelitian yakni Deskripsi Hasil Pengamatan yang dilakukan

oleh peneliti mulai dari awal penggalian data hingga akhir

penelitian yang meliputi; Proses Pelaksanaan Konseling Keluarga

dalam Mengatasi Pelaku cyberbullying Serta Deskripsi Langkah

Langkah Yang Akan dilakukan oleh orang tua kepada anak remaja

dalam mengatasi perilaku cyberbullying

BAB IV : Adalah Anailis Data. bab ini membahas tentang Analisis Proses

Konseling Keluarga Dalam Mengatasi Perilaku Cyberbullying dan

(29)

Cyberbullying sehingga di peroleh hasil konseling keluarga dapat

memecahkan masalah remaja yakni perilaku cyberbullying.

BAB V : Adalah penutup, bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi yang

meliputi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bimbingan Konseling Islam, Konseling Keluarga dan Perilaku Cyberbullying

1. Bimbingan konseling islam

a. Pengertian Bimbingan dan konseling islam

Bimbingan dan konseling islam adalah proses pemberian bantuan kepada

individu melalui pendekatan nilai nilai keislaman, Bimbingan Konseling

Agama adalah usaha memberikan bantuan kepada seseorang atau

sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir batin dalam

menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama

hendaknya dengan membangkitkan getaran batin (iman) di dalam dirinya

untuk mendorongnya mengatasi masalah yang dihadapi. Bimbingan

Konseling Agama merupakan bantuan yang bersifat mental spiritual dimana

diharapkan melalui kekuatan iman dan taqwa kepada Tuhan seseorang mampu

mengatasi sendiri problema yang sedang dihadapinya1

Sedangkan menurut Tohari, Bimbingan dan Konseling Islam adalah

pemberian bantuan terhadap individu agar hidup selaras dengan ketentuan dan

petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di

akhirat. Dengan demikian Bimbingan dan Konseling Islami merupakan proses

bimbingan sebagaimanaproses bimbingan lainnya, tetapi dalam seluruh seginya

berlandaskan ajaran Islam, artinya berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul

(31)

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian

Bimbingan dan Konseling Islam yaitu suatu proses pemberian bantuan yang

dilakukan oleh konselor kepada Konseli yang mempunyai masalah dalam

hidupnya baik lahir dan batin, sehingga dengan bantuan tersebut Konseli

mampu menyelesaikan masalahnya dengan potensi yang dimilikinya sehingga

tercapai kehidupan di dunia dan akhirat

b. Tujuan bimbingan dan konseling islam

Tujuan umum dari Konseling Agama ialah membantu Konseli agar ia

memiliki pengetahuan tentang posisi dirinya dan memiliki keberanian

mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu perbuatan yang dipandang baik,

benar dan bermanfaat untuk kehidupannya di dunia dan untuk kepentingannya

di akhirat2

Adapun Tujuan Konseling islam secara khusus menurut Tohari Musnamar

dalam bukunya “Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam”.

Menurutnya, tujuan Bimbingan Konseling Agama secara khusus adalah sebagai

berikut:

1) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah

2) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya

c. Prinsip prinsip bimbingan dan konseling islam

Yang dimaksud prinsip disini adalah hal-hal yang menjadi pegangan di dalam

proses Bimbingan dan Konseling Islam. Prinsip-prinsip itu adalah

(32)

1) Setiap individu adalah makhluk yang dinamis dengan kelainan-kelainan

kepribadian yang bersifat individual serta masing-masing mempunyai

kemungkinan-kemungkinan berkembang dan menyesuaikan diri dengan

situasi sekitar

2) Suatu kepribadian yang bersifat individual tersebut terbentuk dari dua

factor yaitu pengaruh dari dalam dan pengaruh dari luar

3) Setiap individu adalah organisasi yang berkembnag atau tumbuh, ia

adalah dalam keadaan selalu berubah, perkembanganya dapat di bimbing

kearah pola hidup yang menguntungkan bagi dirinya sendiri dan

masyarakat sekitar

4) Setiap individu dapat memperolah keuntungan pilihan pemberian bantuan

dalam hal melakukan kehidupan yang sukses

5) Setiap individu harus diberi hak sama serta kesempatan yang sama dalam

mengembangkan pribadinya masing-masing tanpa memandang

perbedaan suku bangsa dan agama

6) Setiap individu memiliki fitrah (kemampuan dasar) beragama yang dapat

berkembang dengan baik bilamana diberi kesempatan untuk melalui

bimbingan yang baik

7) Konseling agama harus dilakukan sebagai pekerjaan ibadah yang

dikerjakan semata-mata mengharap ridha Allah SWT

8) Proses pemberian konseling harus sejalan dengan tuntunan Syari’at

Islam3

b. Unsur-unsur bimbingan dan konseling islam

(33)

1) Konselor

Konselor adalah orang yang bermakana bagi Konseli,

konselor menerima Konseli apa adanya dan bersedia dengan sepenuh hati membantu Konseli mengatasi masalahnya saat yang

kritis sekalipun, dapat menyelamatkan Konseli dari keadaan yang tidak menguntungkan baik untuk jangka panjang maupun jangka

pendek dalam kehidupan yang terus berubah4

HM Arifin mengatakan untuk menjadi konselor islam

haruslah memiliki sifat sifat sebagai berikut:

a. Memiliki kematangan dalam bertindak menghadapi

permasalahan yang memerlukan pemecahan.

b. Sikap dan perasaan terikat terhadap nilai-nilai

kemanusiaan yang harus ditegakkan, terutama

dikalangan anak bimbingannya.

c. Berkeyakinan bahwa yang dibimbing mempunyai

kemampuan dasar yang baik.

d. Memiliki rasa cinta yang mendalam terhadap ank

bimbingannya.

e. Memiliki kesungguhan, kesabaran, dan keuletan dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya.

f. Pribadi yang bulat dan utuh tidak berjiwa pecah-pecah.

(34)

Mempunyai pengetahuan teknisi termasuk metode

tentang bimbingan dan penyuluhan serta mampu

menerapkannya dalam tugas.5

2) Konseli

Konseli adalah orang yang perlu memperoleh perhatian sehubungan dengan masaalah yang dihadapinya dan

membutuhkan bantuan dari pihak lain untuk memecahkannya.

Namun demikian keberhasilan dalam mengatasi masalahnya itu

sebenarnya sangat ditentukan oleh pribadi Konseli itu sendiri6 Menurut Kartini Kartono, Konseli hendaknya memiliki sikap dan sifat sebagai berikut:

a) Terbuka

Keterbukaan Konseli akan sangat membantu

jalannya proses konseling. Artinya Konseli bersedia mengungkap segala sesuatu yang diperlukan demi

suksesnya proses konseling

b) Sikap Percaya

Agar konseling berlangsung secara efektif, maka

Konseli harus percaya bahwa konselor benar-benar

5HM. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: PT. Golden Trayon, 1992)

hal. 28-30

(35)

bersedia menolongnya, percaya bahwa konselor tidak

akan membocorkan rahasianya kepada siapapun

c) Bersikap jujur

Seorang Konseli yang bermasalah, agar masalahnya

dapat teratasi, harus bersikap jujur. Artinya Konseli harus jujur mengemukakan data-data yang benar, jujur

mengakui bahwa masalah itu yang sebenarnya ia alami

d) Bertanggung jawab

Tanggung jawab Konseli untuk mengatasi masalahnya sendiri sangat penting bagi kesuksesan proses konseling Seseorang yang menjadi Konseli berarti mempunyai masalah dan perlu mendapatkan Bimbingan dan Konseling Islam karena pada dasarnya orang yang bermasalah adalah orang yang jauh dari nilai-nilai agama, maka keimanan harus dirumbuhkan dalam mengatasi masalah yang dihadapi sehingga tercapailah kebahagiaan dan kesejahteraan lahir batin7 3) Masalah

WS. Winkel menyatakan masalah adalah sesuatu yang

menghambat, merintangi, mempersulit dalam usaha mencapai

sesuatu. Bentuk kongkret dari hambatan atau rintangan itu

bermacam-macam, misalnya: godaan, gangguan dari luar,

tantangan yang ditimbulkan oleh situasi hidup8

7 Imam Sayuti Farid, Pokok-pokok Bahasan Tentang Bimbingan Penyuluhan AgamaSebagai Teknik Dakwah, 8hal.14

(36)

Masalah adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan.

Karena seseorang akan merasa tidak nyaman ketika berhadapan

dengan kenyataan yang berbeda dengan harapan.

2. Konseling keluarga

a. Pengertian Konseling Keluarga

1) Pengertian Konseling

Istilah konseling berasal dari kata Councel yang artinya bersama atau

berbicara bersama. Pengertian berbicara bersama dalam hal ini adalah

pembicaraan konselor dengan klien atau beberapa klien, pendapat lain

mengatakan konseling berasal dari bahasa latin yaitu consilium yang

mempunyai makna: dengan, bersama, menerima, atau memahami. Sedangkan

dalam bahasa latin Anglosaxon berasal dari kata sellan yang mempunyai

makna menyerahkan atau menyampaikan sehingga dapat di katakan konseling

adalah interaksi yang terjadi antara dua orang individu masing masing disebut

konselor dan klien yang mana terjadi dalam suasana yang professional

dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk memudahkan dalam perubahan

perubahan dalam tingkah laku klien (Pepinsky dalam Shertzer & Stone 1974)9

Selain itu banyak para ahli yang mendefinisikan tentang pengertian

Konseling. Menurut Hartono dan Boy soedarmadji dalam buku Psikologi

Konseling mendefinisikan konseling ini menjadi dua bagian yaitu

Gramedia,1989), hal. 56

(37)

konvensional dan modern. Definisi konvensional lebih bercirikan bahwa

pelayanan konseling tidak menggunakan teknologi informatika sedangkan

definis konseling modern bercirikan suatu pelayanan konseling menggunakan

teknologi informatika. Secara konvensional konseling didefinisikan sebagai

pelayanan professional (professional service) yang diberikan oleh konselor

kepada konseli secara tatap muka (face to face) agar konseli dapat

mengembangkan perilakunya ke arah yang lebih maju (progressive)

pelayanan konseling berfungsi kuratif dalam arti penyembuhan dalam hal ini

konseli adalah individu yang mengalami masalah dan setelah memperoleh

pelayanan konseling ia diharapkan secara bertahap dapat memahami

masalahnya (problem understanding) dan memecahkan masalahnya (problem

solving). Definisi konseling modern merupakan hasil perkembangan konseling

dalam abad teknologi, sehingga proses konseling depengaruhi oleh kemajuan

teknologi khususnya teknologi informatika, dimana konselor dapat

menggunakan media10

2) Pengertian Keluarga

Keluarga adalah satuan terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah,

ibu, dan anak. Ada tiga bentuk kelurga yaitu Nuclear Family (terdiri dari

ayah, ibu, dan anak), Extended Family (terdiri dari ayah, ibu, anak, nenek,

kakek, paman, atau bibi), dan Blended Family (keluarga inti ditambah dengan

anak dari pernikahan suami/istri sebelumnya). Klien adalah bagian dari salah

10 Hartono dan Boy soedarmadji, Psikologi konseling (Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2012) hal

(38)

satu bentuk keluarga tersebut11 Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan

terkecil sebagai inti dari suatu sistem sosial yang ada dalam masyarakat.

Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan miniatur dan embrio berbagai

unsur sistem sosial manusia. Suasana yang kondusif akan menghasilkan warga

masyarakat yang baik karena didalam keluargalah seluruh anggota keluarga

belajar berbagai dasar kehidupan bermasyarakat12

3) Pengertian Konseling Keluarga

Banyak para ahli yang memberikan definisi tentang konseling keluarga,

Menurut Sofyan willis (Konseling Keluarga, 2008) Konseling keluarga

sebagai upaya bantuan yang di berikan kepada individu anggota keluarga

(pembenahan komunikasi keluarga) agar potensinya berkembang seoptimal

mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan membantu dari

semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap

keluarga 13

Menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam kamus Psikologi, Family

Therapy (terapi keluarga) adalah uatu bentuk terapi kelompok dimana

masalah pokoknya adalah hubungan antara pasien dengan anggota-anggota

keluarganya. Oleh sebab itu seluruh anggota keluarga dilibatkan dalam usaha

penyembuhannya14

11 Namora lumongga lubis, memahami dasar-dasar konseling (Jakarta: Prenada Media Group 2011) hal

220

12 Novi hendri, Psikologi dan konseling keluarga (Medan: Cita pustaka media perintis 2012) hal 11 13 Sofyan willis, Konseling keluarga, (Bandung : Alfabeta 2008) hal. 83

(39)

Sedangkan Konseling keluarga menurut Hasnida adalah sebagai suatu

proses interaktif yang berupaya membantu keluarga memperoleh

keseimbangan homeostatis (kemampuan mempertahankan keluarga dalam

keadaan seimbang) sehingga anggota keluarga dapat merasa nyaman

Konseling keluarga merupakan proses bantuan kepada individu dengan

melibatkan para anggota keluarga lainnya dalam upaya memecahkan masalah

yang dialam15

Perez mengemukakan pengertian konseling keluarga (Family Therapy)

sebagai berikut: “Family therapy is aninteractive process which seeks to aid

the family inregaining a homeostatic balance with which all the member are

comfortable. In pursuing this objective the family therapist operates under

certain basic assumtions”. Definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

konseling keluarga adalah suatu proses interaktif untuk membantu keluarga

dalam mencapai keseimbangan dimana setiap anggota keluarga merasakan

kebahagiaan

b. Tujuan Konseling Keluarga

Menurut Sofyan willis (Family Counseling, 2008) tujuan konseling

keluarga terbagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus;

1). Tujuan umum konseling keluarga;

a). membantu anggota keluarga belajar dan menghargai secara emosional

bahwa dinamika keluarga adalah kait mengait diantara anggota keluarga

(40)

b). untuk membantu anggota keluarga agar menyadari tentang fakta jika

satu anggota keluarga bermasalah maka akan mempengaruhi anggota lain

terhadap persepsi, ekspektasi, dan interaksi diantara anggota dalam keluarga

c). agar tercapai keseimbangan yang akan membuat pertumbuhan dan

peningkatan setiap anggota

d). untuk mengembangkan penghargaan penuh sebagai pengaruh dari

hubungan parental

2). Tujuan khusus konseling keluarga

a). untuk meningkatkan toleransi dan dorongan anggota anggota keluarga

terhadap cara cara yang istimewa (idiocyncratic ways) atau keunggulan keunggulan anggota lainya

b). mengembangnkan toleransi terhadap anggota keluarga yang

mengalami frustasi atau kecewa, konflik dan rasa sedih yang terjadi karena factor

sistem keluarga atau diluar sistem keluarga

c). mengembangan motif dan potensi potensi setiap anggota keluarga

dengan cara mendorong (men-support) memberi semangat dan mengingatkan

anggota tersebut

d). mengembangkan keberhasilan dari persepsi diri orang tua secara

realistis dan sesuai dengan anggota anggota lain16

c. Fungsi Konseling Keluarga

1) Fungsi Keluarga

Keluarga merupakan tempat yang penting bagi perkembangan anak secara

fisik, emosi, spiritual, dan social. Karena keluarga merupakan sumber kasih

(41)

sayang, perlindungan dan identitas bagi anggotanya. Keluarga menjalankan fungsi

yang sangat penting bagi keberlangsungan masyarakat dari generasi kegenerasi17

Kathryn Geldard dan David Geldard dalam bukunya yang berjudul

Konseling Keluarga mengutip pendapat dari Reis dan Lee mengemukakan

empat fungsi sentral kehidupan keluarga yaitu (a) Memberikan keintiman social

(b) Reproduksi (c) Kerja sama ekonomi (d) Sosialisasi pada anak18

Sementara itu Kathryn Geldard dan David Geldard mengatakan bahwa

fungsi diatas hanyalah sebagian dari fungsi yang harus dipenuhi keluarga,

akan lebih efektif bila keluarga di definisikan berdasarkan fungsi primer sebagai

berikut19

a) Sebuah sistem sosial untuk memenuhi kebutuhan para anggotanya

b) Suatu lingkungan yang cocok untuk reproduksi dan pengasuhan anak

c) Suatu media interaksi dengan komunitas yang lebih luas menuju

perwujudan kesejahteraan social secara umum

Sedangkan menurut Bambang Ismaya dalam buku (Bimbingan dan

konseling, 2014) bahwa fungsi Keluarga ialah suatu pekerjaan atau tugas

yang harus di laksanakan didalam atau oleh keluarga itu, macam macam

fungsi keluarga yaitu:

1. Fungsi Biologis yakni persiapan perkawinan yang harus di

persiapkan oleh orang tua bagi anak anaknya dapat berbentuk antara

lain pengetahuan tentang kehidupan seks bagi suami istri

17 Sri lestari, Psikologi Konseling (Jakarta : Kencana prenada media group 2012) hal 22

(42)

2. Fungsi Pemeliharaan, keluarga di wajibkan untuk berusaha agar setiap

anggotanya dapat terlindung dari gangguan gangguan

3. Fungsi Ekonomi, keluarga berusaha menyelenggarakan kebutuhan

pokok manusia yaitu kebutuhan makan dan minum, pakaian untuk

menutup tubuhnya, dan kebutuhan akan tempat tinggal

4. Fungsi Keagamaan, Keluarga di Wajibkan untuk menjalani dan

mendalami serta mengamalkan ajaran ajaran agama dalam perilakunya

sebagai manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa

5. Fungsi Sosial. Dengan fungsi ini kebudayaan yang telah dimiliki oleh

generasi tua dapat diwariskan kepada anak anaknya dalam bentuk

antara lain sopan santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran tentang

baik buruknya perbuatan, dan lain lain20

2) Fungsi Konseling Keluarga

Jika ditinjau dari manfaatnya, fungsi Konseling keluarga adalah sebagai

berikut:21

a) Fungsi Pemahaman

Yaitu fungsi bimbingan yang membatu klien agar memiliki

pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkunganya (pendidikan,

pekerjaan dan norma agama) berdasarkan pemahaman ini diharapkan

mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan

menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif

b) Fungsi Prefentif

(43)

Yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa

mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya

untuk menceganya, suapaya tidak dialami oleh klien. Melalui fungsi ini,

konselor memberikan bimbingan kepada klien dengan cara

menghindarkan diri dari perbuatan yang membahayakan dirinya. Adapun

teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi, informasi, dan

bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan

kepada klien dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak

diharapkan.

c) Fungsi Pengembangan

Yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi fungsi

lainya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan

belajar yang konsdusif yang memfasilitasi perkembangan klien. Konselor

secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerja sama

merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis

dan berkesinambungan dalam upaya membantu klien menacapai tugas

tugas pekembanganya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini

adalah layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat

(brain storming) home room dan karya wisata

d) Fungsi Perbaikan

Yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat

(44)

masalah, baik menyangkut masalah pribadi, social, belajar, maupun karir.

Teknik yang dapat digunakan adalah konseling dan remedial teaching

e) Fungsi Penyaluran

Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu klien memilih kegiatan

atau program apa dalam memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang

sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri ciri kepribadian lainya.

Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan

pendidik lainya didalam maupun diluar lembaga

f) Fungsi Adaptasi

Yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala

Sekolah/Madrasah dan staff, Konselor, dan guru untuk menyesuakan

program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat,

kemampuan dan kebutuhan siswa/siswi dengan menggunkan informasi

yang memadai mengenai siswa, pembimbing/konselor dapat membantu

para guru dalam memperlakukan siswa secara tepat baik dalam memilih

maupun dalam menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode atau

dan proses pembelajaran maupun menyusun bahan pelajaran sesuai

dengan kemampuan dan kecepatan siswa

g) Fungsi Penyesuaian

Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu klien agar dapat

menyesuaikan diri dengan diri dan lingkunganya secara dinamis dan

konstruktif

(45)

Banyak teknik yang digunakan yang dipelopori oleh aliran Adlerian, dan

sebagai garis besarnya dikemukakan oleh Lowe sebagai berikut:

1) Interview awal

Tujuan interview adalah membantu konselor mendiagnosis tujuan

anak-anak mengevaluasi metode orang tua dalam mendidik anak-anak, memahami iklim

di keluarga, dan dapat membuat rekomendasi khusus bagi perubahan dalam

situasi keluarga tersebut.

2) Role Playing (bermain peran)

Bermain peran dan metode-metode lain yang berorientasi kepada

perbuatan yang tampak, sering merupakan bagian dari sesi-sesi konseling

keluarga. Perbuatan yang tampak adalah hasil interaktif anggota di dalam

keluarga

3) Interpretasi (penafsiran)

Interpretasi merupakan bagian penting dalam konseling Adlerian yang

dilanjutkan pada sesi-sesi setelahnya. Tujuannya adalah untuk menimbulkan

insight (pemahaman bagi anggota keluarga, memberi pemahaman tentang apa yang dilakukannya), dan mendorong mereka untuk menterjemahkan apa

yang mereka pelajari dan diterapkan bagi perilakunya sehari-hari. Seorang

anggota keluarga memberikan tafsiran terhadap perilakunya terhadap anggota

lain, atas usul konselor22

e. Tahapan dan Proses Konseling

Tahapan konseling keluarga secara garis besar adalah sebagai berikut:

(46)

1) Pengembangan Rapport, merupakan suasana hubungan konseling yang akrab,

jujur, saling percaya, sehingga menimbulkan keterbukaan dari konseli (klien).

Upaya pengembangan rapport ini ditentukan oleh aspek-aspek diri konselor

yakni kontak mata; perilaku non verbal (perilaku attending, bersahabat/akrab,

hangat, luwes, ramah, jujur/asli, penuh perhatian); dan bahas lisan/verbal yang

baik.

2) Pengembangan apresiasi emosional, dimana munculnya kemampuan untuk

menghargai perasaan masing-masing anggota keluarga, dan keinginan mereka

agar masalah yang mereka hadapi dapat terselesaikan semakin besar. Muncul

dinamika interaksi dari semua individu yang terlibat dalam konseling.

3) Pengembangan alternatif modus perilaku. Dalam tahap ini, baik konseli

maupun anggota keluarga mengembangkan dan melatihkan perilaku-perilaku

baru yang disepakati berdasarkan hasil diskusi dalam konseling. Pada tahap

ini muncul home assignment, yaitu mencobakan/mempraktikan perilaku baru

selama masa 1 minggu (misalnya) di rumah, kemudian akan dilaporkan pada

sesi berikutnya untuk dibahas, dievaluasi, dan dilakukan tindakan selanjutnya

4) Fase membina hubungan konseling. Adanya acceptance, unconditional

positive regard, understanding, genuine, empathy.

5) Memperlancar tidakan positif. Terdiri dari eksplorasi, perencanaan atau

mengembangkan perencanaan bagi Konseli sesuai dengan tujuan untuk

(47)

sampai menutup hubungan konseling23

Sedangkan Menurut Conjoint Family Therapy, langkah/proses konseling

yang dapat ditempuh adalah:

1) Intake interview, building working alliance. bertujuan untukmengeksplorasi

dinamika perkembangan konseli dan anggota keluarga lainnya (untuk

mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya,

pola hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area

masalahnya).

2) Case conceptualization and Treatment Planning, mengenal

masalah/memperjelas masalah, kemudian fokus pada rencana intervensi apa

yang akan dilakukan untuk penanganan masalah.

3) Implementation, menerapkan intervensi yang disertai dengan tugas-tugas

yang dilakukan bersama antara konseli dan keluarga, contohnya: free

drawing art task (menggambar bebas yang mewakili keberadaan mereka baik

secara kognitif, emosi, dan peran yang mereka mainkan), homework,

4) Evaluation termination, melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan

konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai

dengan tujuan konseling.

5) Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk

memperbaiki dan meingkatkan proses konseling24

f. Fungsi dan Peran Konselor

(48)

Peran konselor dalam membantu Konseli dalam konseling keluarga dan

perkawinan dikemukakan oleh Satir (Cottone, 1992). Diantaranya sebagai berikut:

1) Konselor berperan sebagai facilitative a comfortable, membantu Konseli

melihat secara jelas dan obyektif dirinya dan tindakan-tindakannya sendiri.

2) Konselor menggunakan perlakuan atau treatment melalui setting peran

interaksi

3) Berusaha menghilangkan pembelaan diri dan keluarga

4) Mengajarkan Konseli untuk berbuat secara dewasa dan untuk bertanggung

jawab dan melakukan self-control

5) Konselor menjadi penengah dari pertentangan atau kesenjangan komunikasi

dan menginterpretasi pesan-pesan yang disampaikan Konseli atau anggota

keluarga

6) Konselor menolak pembuatan penilaian dan membantu menjadi congruence

dalam respon-respon anggota keluarga25

7) Konselor tidak boleh menjadi pribadi yang stereotip terhadap urutan

kelahiran. Pada saat yang sama, menjelajahi urutan kelahiran dan

pengaruhnya pada perkembangan kepribadian seseorang akan sangat

memungkinkan untuk dapat memahami orang tersebut.

8) Konselor memiliki banyak peran dalam pendekatan ini antara lain

pembimbing, Coach, model, dan konsultan.

Konselor pada konseling keluarga diharapkan mempunyai kemampuan

professional untuk mengantisipasi perilaku keseluruhan anggota keluarga

(49)

yang terdiri dari berbagai kualitas emosional dan kepribadian. Konselor

diharapkan mampu: mengembangkan komunikasi antara anggota keluarga

yang tadinya terhambat oleh emosi-emosi tertentu; membantu

mengembangkan penghargaan anggota keluarga terhadap potensi anggota lain

sesuai dengan realitas yang ada pada diri dan lingkungannya; membantu

konseli agar berhasil menemukan dan memahami potensi, keunggulan,

kelebihan yang ada pada dirinya dan mempunyai wawasan serta alternatif

rencana untuk pengembangannya atas bantuan semua anggota keluarga; dan

mampu membantu konseli agar dia dapat menurunkan tingkat hambatan

emosional dan kecemasan serta menemukan, memahami, dan memecahkan

masalah kelemahan yang dialaminya dengan bantuan anggota keluarga

lainnya.

g. Hubungan Orang Tua dan Remaja

Menjadi orang tua merupakan salah satu tahapan yang dijalani oleh

pasangan yang memiliki anak. Masa transisi menjadi orang tua pada saat

kelahiran anak pertama terkadang menimbulkan masalah bagi relasi pasangan

dan dipersepsi menurunkan kualitas perkawinan, selain itu kajian psikologi juga memperlihatkan bahwa perempuan menjalani masa transisi yang lebih sulit dari

pada laki laki (john & belsky 2009). Apalagi bila masalah ini berkaitan antara

pilihan mengururs anak dan kesempatan ekonomis, dukungan dari sanak

keluarga sangat di perlukan agar perempuan tidak berjuang dengan susah payah

(50)

keluarga sangat kurang maka keterlibatan dan dukungan suami menjadi andalan

utama26

Anak-anak menjalani proses tumbuh dan berkembang dalam suatu

lingkungan dan hubungan (Thompson, 2006). Pengalaman meraka sepanjang

waktu bersama orang orang yang mereka mengenal mereka dengan baik serta

berbagai karakteristik dan kecenderungan yang mulai mereka pahami merupakan

hal hal pokok yang memengaruhi perkembangan konsep dan kepribadian social

mereka. menurut Thompson, hubungan menjadi katalis bagi perkembangan dan

merupakan jalur bagi peningkatan pengetahuan dan informasi, penguasaan

keterampilan dan kompetensi, dukungan emosi dan berbagai pengaruh lain

semenjak dini, suatu hubungan dengan kualitas yang baik akan berpengaruh

positif bagi perkembangan27

Psikologi Modern berpandangan bahwa remaja adalah fase perkembangan

alami, sepanjang perkembangan itu berjalan secara wajar dan alami, sejalan

dengan kecenderungan emosi dan social remaja tidak akan mengalami krisis

apapun, hubungan remaja dengan orang yang lebih dewasa khususnya orang tua

dan perjuanganya secara bertahap untuk membebaskan diri dari dominasi

mereka agar sampai pada tingkatan orang dewasa, menjadi masalah yang paling

serius sepanjang kehidupanya dan membuatnya sulit beradaptasi. Keinginan

untuk bebas pada diri remaja ini tidak dibarengi oleh kemampuanya untuk

beradaptasi yang baik, sehingga orang tua seringkali mengintervensi dunianya.

(51)

Lalu bangaimana jalan keluarnya? Rumah yang baik adalah alternatifenya yang

paling efektif28

3. Perilaku Cyberbullying

a. Pengertian Cyberbullying

Cyberbullying adalah intimidasi yang terjadi di dunia maya terutama pada

media sosial. Bentuk dari cyberbullying adalah ejekan, ancaman, hinaan, ataupun

hacking. Fenomena cyberbullying banyak bermunculan dan akibat fatal dari

tindakan ini adalah bunuh diri29

Menurut Smith P.K Smith, P. K., Mahdavi, J., Carvalho, M., Fisher, S.,

Russell, S., & Tippett, dalam Journal of Child Psychology and Psychiatry

mengatakan Cyberbullying adalah:

"an aggressive, intentional act carried out by a group or individual, using

electronic forms of contact, repeatedly and over time against a victim who cannot

easily defend him or herself"30

Dari pengertian di atas kita dapat memahami bahwa cyberbullying ini adalah

tindakan agressif yang sengaja di lakukan oleh seseorang atau kelompok orang

secara berulang ulang dengan menggunkan media elektronik, segala bentuk

kekerasan verbal yang di alami oleh anak atau remaja yang dilakukan teman

seusia mereka melalaui dunia cyber atau internet, cyberbullying merupakan

28 Muhammad al-Migwar, Psikologi remaja (Bandung: Pustaka Setia 2011) hal 197

29 Yana Choria Utama, Studi tentang korban cyberbullying di kalangan remaja surabaya, fakultas ilmu

sosial dan ilmu politik 2013-2014 (jurnal online) ( http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts73d7a00d3dfull.pdf.html) terakhir di akses, 2 agustus 2015

30 Smith, P. K., Mahdavi, J., Carvalho, M., Fisher, S., Russell, S., & Tippett, “Cyberbullying: Its Nature

Gambar

Gambar 2.2  5)  Masquerade

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar debu, umur, masa kerja, kebiasaan merokok, dan penggunaan APD (masker) dengan kapasitas fungsi paru

Bahwa dalam rangka melaksanakan salah satu tahapan kegiatan sertifikasi guru yang diamanahkan kepada LPTK Rayon 11 IAIN Antasari, maka dipandang perlu menetapkan

Kurikulum yang bersifat “discipline oriented” berbeda dengan pengembang kurikulum model humanistik yang lebih bersifat “childish centered” , yaitu

Sengketa Konsumen, mengatakan penerapan asas pembalikan beban pembuktian dalam penyelesaian sengketa konsumen dapat menggunakan prinsip bertanggung jawab. Prinsip

Yusuf Bachtiar, NIM 09220061, mahasiswa jurusan Hukum Bisnis Syari’ah, Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan judul:.. “BEA

Adapun penyebab miskonsepsi yang dialami oleh siswa dapat berasal dari siswa itu sendiri yaitu berkaitan dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa (prakonsepsi), tahap

disertai media bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 1 Sukadana. Menurut Polya terdapat empat prinsip dalam problem solving