• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi ritual tradisi Bantengan masyarakat Desa Jatirejo Mojokerto.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi ritual tradisi Bantengan masyarakat Desa Jatirejo Mojokerto."

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI RITUAL TRADISI BANTENGAN MASYARAKAT DESA JATIREJO MOJOKERTO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom.) Dalam Bidang Ilmu Komunikasi

Oleh: Asma’ul Fauziyah

NIM : B06213012

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Asma’ul Fauziyah, B06213012, 2017. Komunikasi Ritual Tradisi Bantengan Masyarakat Desa Jatirejo Mojokerto. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

Kata Kunci: Komunikasi, Ritual, Tradisi Bantengan

Ritual tradisi bantengan merupakan salah satu kekayaan kesenian tradisional yang dimiliki oleh masyarakat Mojokerto. Bantengan merupakan aksi teatrikal menggambarkan kehidupan hewan banteng yang menggabungkan unsur sendra tari, olah kanuragan, musik dan syair/mantra yang kental dengan nuansa magis.

Penelitian ini, peneliti mengangkat rumusan masalah, yaitu (1) bagaimana proses komunikasi ritual tradisi Bantengan masyarakat di Desa Jatirejo Mojokerto, (2) apa makna tradisi Bantengan ini bagi masyarakat Desa Jatirejo Mojokerto. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan budaya untuk melihat bagaimana makna kebudayaan bagi masyarakat. Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif untu menjelaskan data. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksi simbolik.

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah (1)bahwa proses komunikasi ritual yang terjadi bersifat sakral dan keramat, pesan yang terkandung dalam bentuk simbol-simbol secara verbal dan non verbal; (2) makna tradisi Bantengan bagi masyarakat adalah tradisi yang mengandung sebuah nilai penting bagi kehidupan bermasyarakat yakni tentang persatuan dan kesatuan.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO ...v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI...x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN...1

A. Konteks Penelitian...1

B. Fokus Penelitian ...5

C. Tujuan Penelitian...5

D. Manfaat Penelitian...5

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu...6

F. Definisi Konsep ...7

G. Kerangka Pikir Penelitian...13

H. Metode Penelitian ...14

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...14

2. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian ...15

3. Jenis dan Sumber Data...16

4. Tahap-tahap Penelitian ...17

5. Teknik Pengumpulan Data...20

6. Teknik Analisis Data ...20

(8)

BAB II: KAJIAN TEORETIS ...23

A. Kajian Pustaka...23

1. Komunikasi Ritual...23

2. Komunikasi Sebagai Proses Simbolik...30

3. Peran Tradisi dalam Masyarakat ...37

B. Kajian Teori...44

1. Teori Interaksi Simbolik...44

BAB III: KOMUNIKASI RITUAL TRADISI BANTENGAN ...51

A. Deskripsi Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian...51

1. Subyek Penelitian...51

2. Obyek Penelitian ...53

3. Lokasi Penelitian...54

B. Profil Desa Jatirejo...55

C. Profil Kelompok Bantengan ...58

D. Komunikasi Ritual Tradisi Bantengan...64

1. Tradisi Bantengan ...64

2. Tahapan Penampilan Tradisi Bantengan...72

3. Komunikasi Ritual Bantengan ...79

4. Usaha untuk Melestarikan Tradisi Bantengan ...90

E. Makna Ritual Tradisi Bantengan ...95

BAB IV: INTERPRETASI HASIL PENELITIAN ...99

A. Temuan Penelitian ...99

1. Komunikasi Ritual sebagai Kegiatan Berbagi, Berpartisipasi dan berkumpul ...100

2. Bantengan pada Jaman Dahulu dan Sekarang ...101

3. Citra Kesurupan pada Tradisi Bantengan ...102

4. Proses Komunikasi Ritual Tradisi Bantengan ...103

5. Penggunaan Simbol-simbol Komunikasi dalam Tradisi Bantengan ...104

(9)

BAB V: PENUTUP ...111

A. Simpulan ...111

B. Rekomendasi...111

DAFTAR PUSTAKA ...113

Lampiran 1 ...116

Lampiran 2 ...118

Lampiran 3 ...120

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Komunikasi merupakan kebutuhan yang penting dalam kehidupan

manusia, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa

adanya orang lain. Dengan menggunakan interaksi komunikasi memudahkan kita

untuk masuk pada ranah kehidupan sosial. Proses komunikasi pada hakikatnya

adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator)

kepada orang lain (komunikan)1. Jadi, proses komunikasi berlangsung apabila

antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengetahui suatu hal

yang dikomunikasikan2. Jelasnya jika seseorang mengerti sesuatu yang dinyatakan

orang lain kepadanya, maka proses komunikasi berlangsung. Proses komunikasi

hampir terjadi di setiap aspek kehidupan masyarakat, baik itu hubungan dengan

antar individu satu dengan individu lain, individu dengan kelompok masyarakat,

individu dengan dirinya sendiri, bahkan individu dengan Tuhannya.

Hidup di masyarakat tentunya tidak lepas dari adanya budaya dan tradisi

yang berlaku di masyarakat tersebut. Budaya dan komunikasi beriteraksi secara

erat dan dinamis. Inti budaya adalah komunikasi, karena budaya muncul karena

komunikasi, dan budaya pun tercipta mempengaruhi cara berkomunikasi anggota

budaya

1

Onong Uchjana Effendi,Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 11.

2

(11)

2

masyarakat yang bersangkutan3. Kebudayaan sendiri terdiri atas gagasan-gagasan,

simbol-simbol, dan nilai-nilai sebagai hasil karya dari tindakan manusia. Manusia

sebagai makhluk dengan simbol dan memberikan makna pada simbol, sehingga

manusia berfikir, berperasaan, dan bersikap sesuai ungkapan yang simbolis.

Kebudayaan merupakan persoalan yang sangat luas, mencakup pada cara hidup

manusia, adat istiadat dan tata krama yang dipegang teguh oleh masyarakat. Di

masyarakat Jawa salah satunya masih kental budaya dan kehidupan tradisinya erat

kaitannya dengan kegiatan ritual. Komunikasi yang dilakukan erat kaitannya

dengan komunikasi ekspresif atau disebut komunikasi ritual. Tidak ada pengertian

khusus mengenai komunikasi ritual, secara umum kegiatan ritual merupakan suatu

kegiatan yang sering dilakukan oleh orang-orang sehingga menjadi bentuk

komunikasi mereka dengan Tuhan atau hanya sebagai bentuk adat suatu

komunikasi. Sering dilakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun, mereka

berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali

komitmen mereka kepada keluarga, komunitas, suku, bangsa, Negara, ideologi

atau agama mereka4. Komunikasi ritual bisa jadi akan tetap ada sepanjang zaman,

karena ia merupakan kebutuhan manusia walaupun bentuknya berubah-ubah demi

memenuhi kebutuhan manusia sebagai makhuk individu, anggota komunitas

tertentu dan salah satu again dari alam semesta. Kegiatan ritual memungkinkan

para pesertanya berbagi komitmen emosional dan menjadi perekat bagi kepaduan

para pesertanya, juga sebagai pengabdian terhadap kelompoknya5. Sampai

kapanpun ritual akan tetap menjadi kebutuhan manusia, bentuknya juga

berubah-3

Deddy Mulyana,Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintasbudaya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 14.

4

Deddy Mulyana,Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 27.

5

(12)

3

ubah demi memenuhi jati dirinya sebagai individu, sebagai anggota komunitas

sosial dan sebagai salah satu unsur alam semesta. Komunikasi ritual

kadang-kadang memang bersifat mistik, dan bisa saja sulit dipahami oleh orang-orang di

luar komunitas tersebut.

Bantengan merupakan salah satu kekayaan kesenian tradisional yang

dimiliki oleh masyarakat Mojokerto. Seni tradisional Bantengan adalah sebuah

seni pertunjukam budaya tradisi yang menggabungkan unsur sendra tari, olah

kanuragan, musik dan syair atau mantra yang kental dengan nuansa magis6.

Tradisi ini sudah ada sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda. Menurut

sejarahnya Bantengan merupakan kesenian yang menjadi bentuk kamuflase dari

kegiatan-kegiatan pencak silat. Karena pada zaman itu kegiatan pencak silat

dilarang untuk dilaksanakan karena ditakutkan kegiatan pencak silat ini

mendorong adnaya perlawanan terhadap Belanda. Oleh sebab itu pada tradisi

Bantengan ini banyak mengandung gerakan-gerakan pencak silat dan

menggunakan ilmu kanuragan. Tradisi Bantengan merupakan gabungan antara

seni pencak silat dan seni musik gamelan yang dipadukan dengan kisah simbolik

heroik yang dikombinasikan dengan kondisi trance atau kesurupan seperti

beberapa tradisi kesenian sejenis yang ada di tanah Jawa.

Kesenian Bantengan hanya dapat dinikmati pada acara-acara tertentu saja,

misalnya pada acara memperingati hari Kemerdekaan 17 Agustus, festival grebek

Suro, pawai budaya HUT Kabupaten/ Kota Mojokerto, acara ruwat desa, festival

tahunan dan beberapa acara besar lainnya. Menyadari pentingnya untuk

6

(13)

4

melestarikan tradisi budaya daerah yang harus dilestarikan karena nantinya akan

menjadi warisan untuk anak cucu, di Mojokerto oleh Dinas Pemuda Olahraga,

Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto dibentuk FKBM (Forum

Komunikasi Banteng Mojopahit) serta diadakannya festival Bantengan yang

diadakan setiap tahun untuk memperbutkan piala bergilir Bupati Mojokerto7.

Ciri khas dari aksi Bantengan ini adalah ketika para pemainnya berada

dalam kondisi trance atau kesurupan. Unsur yang menarik dalam kondisi trance

atau kesurupan ini adalah ketika para pemain menjadi sosok dari karakter yang

dimainkan. Proses kesurupan ini tidak berbeda jauh dengan tradisi kesenian

lainnya seperti Jaran Kepang, dan dalam keadaan kesurupan ini para pemain

dipandu oleh pawang yang sudah ahli dalam bidang ini. Tidak hanya sebuah

kesenian tradisional, dalam Bantengan juga terkandung simbol-simbol yng

mengandung makna dan juga pesan yang ingin disampaikan dalam proses

komunikais tersebut. Usaha yang dilakukan untuk menjaga dan melestarikan

tradisi dengan melaksanakan acara-acara khusus tentang budaya sangat diperlukan,

selain itu usaha pelestarian dengan tulisan juga dibutuhkan sebagai sumber bacaan,

refereni dan kajian keilmuan. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik

untuk meneliti kesenian tradisional Bantengan ini terutama dalam perspektif

komunikasi.

7

(14)

5

B. Fokus Penelitian

1. . Bagaimana proses komunikasi ritual tradisi Bantengan?

2. Apa makna tradisi Bantengan bagi masyarakat Desa Jatirejo Mojokerto?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menjelaskan proses komunikasi ritual pada tradisi Bantengan.

2. Untuk menjelaskan makna tradisi Bantengan bagi masyarakat Desa

Jatirejo Mojokerto.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

1) Memberikan gambaran tentang proses komunikasi ritual tradisi

Bantengan Masyarakat Desa Jatirejo Mojokerto.

2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengembangan ilmu

pengetahuan dan wacana akademik dalam bidang ilmu komunikasi

interaksi simbolik terutama yang berkaitan dengan komunikasi

ritual.

2. Manfaat Praktis

1) Sebagai masukan pemahaman kepada peneliti dan masyarakat untu

lebih mencintai dan turut melestarikan aset kebudayaan lokal.

(15)

6

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian ini tidak lepas dari adanya penelitian-penelitian terdahulu yang

relevan. Adanya penelitian terdahulu menjadi bahan referensi dalam penyusunan

penelitian ini. Terdapat beberapa penelitian yang membahas mengenai

komunikasi ritual yang tertuang dalam judul-judul sebagai berikut:

Pertama, Komunikasi Ritual Prosesi “Nyadran” Desa Widang Tuban yang

ditulis oleh Martina Ulfa, Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan

Ampel, Surabaya. Kedua, jurnal penelitian yang ditulis oleh Petrus Ana Andung,

Ilmu Komunikasi, Universitas Nusa Dua Kupang, yang berjudl Perspektif

Komunikasi Ritual Mengenai Pemanfaatan Natoni sebagai Media Tradisional

dalam Masyarakat Adat Boti Dalam Kabupaten Timr Tengah Selatan, Propinsi

Nusa Tenggara Timur. Ketiga, penelitian yang berkaitan dengan tradisi Bantengan,

peneliti menemukan jurnal penelitian yang ditulis oleh Ruri Darma Desprianto,

Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Surabaya yang berjudul Kesenian

Bantengan Mojokerto Kajian Makna dan Nilai Moral.

Pertama, penelitian berjudul Komunikasi Ritual Prosesi “Nyadran” Desa

Widang Tuban yang ditulis oleh Martina Ulfa. Dalam penelitian ini Martina Ulfa

menekankan pembahasannya pada bentuk simbol komunikasi ritual dan makna

pada tradisi Nyadran. Sedangkan peneliti dalam penelitian ini menginginkan

penekanan pada proses komunikasi ritual.

Pada penelitian kedua yang ditulis oleh Petrus Ana Andung fokus pada

pemanfaatan tradisi Natoni sebagai media komunikasi tradisional utamanya dalam

(16)

7

Dan pada penelitian ketiga yaitu jurnal yang ditulis oleh Ruri Darma

Desprianto ini adalah menekankan pada kajian simbol dan nilai moral yang

terdapat dalam tradisi Bantengan. Sedangkan peneliti mengkaji tradisi Bantengan

dari sudut pandang lain yaitu dalam perspektif komunikasi ritual.

F. Definisi Konsep

Tujuan dari definisi konsep ialah dimaksudkan untuk menghindari

ambiguitas pada pemahaman terhadap beberapa istilah yang dipergunakan dalam

penelitian ini. perincian konsep sangat penting dalam sebuah penelitian agar

pembahasan dalam penelitian tidak melebar dan menjadi kabur. Berikut adalahh

definisi konsep dari penelitian ini:

1. Komunikasi Ritual

Komunikasi ritual terdiri dari dua konsep yaitu komunikasi dan

ritual. Komunikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih

sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami8. Proses komunikasi pada

hakikatnya adalah proses penyampian pikiran atau perasaaan oleh seseorang

(komunikator) kepada orang (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan,

informasi, opini9. Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu

communication yang berarti sama, sama yang dimaksud adalah sama

makna. Jadi jika ada dua orang yang memiliki kesamaan makna dalam

percakapan mereka maka mereka sedang melakukan proses komunikasi.

8

Kbbi.web.id diakses pada tanggal 17 November 2016.

9

(17)

8

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ritual adalah hal ihwal ritus

atau tata cara dalam upacara keagamaan10. Upacara ritual adalah sistem atau

rangkaian tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam

masyarakat yang berhubungan dengan bebagai macam peristiwa yang

biasanya terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan. Ritual sering

dikaitkan dengan pola-pola pikiran yang dihubungkan dengan gejala

ataupun penjelasan-penjelasan yang mempunyai ciri-ciri mistis. Ritual disini

memperlihatkan tatanan atas simbol-simbol yang diobyekkan.

Simbol-simbol ini mengungkapkan perilaku dan perasaan. Ritual berkaitan dengan

pertunjukan secara sukarela yang dilakukan msyarakat turun temurun

(berdasarkan kebiasaan) menyangkut perilaku yang terpola, dan pertunjukan

tersebut mensimbolisasi suatu pengaruh dalam kehidupan kemasyarakatan11.

Proses komunikasi ritual, Rothenbuhler dan Coman dengan merujuk

pada pandangan James W. Carey seperti yang dikutip oleh Petrus Anang

Andung, menekankan sebagai salah satu bentuk dan model dari komunikasi

sosial, proses yang terjadi dalam komunikasi ritual bukanlah berpusat pada

transfer (pemindahan) informasi. Sebaliknya lebih mengutamakan sharing

(berbagi) mengenaicommon culture(budaya bersama)12. Jadi dalam praktek

komunikasi ritual, proses transmisi pesan bukanlah hal yang paling

ditonjolkan melainkan lebih banyak menonjolkan upaya berbagi budaya

10

Kbbi.web.id diakses pada tanggal 17 November 2016

11

https://petrusandung.wordpress.com/2009/12/15/komunikasi-dalam-perspektif-ritual diakses tanggal 16 November 2016.

12

(18)

9

bersama. Komuikasi ritual juga memiliki kaitan erat dengan komunikasi

ekspresif yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering

melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang

hidup13. Mereka yang melakukan komunikai ritual ini adalah mereka yang

memiliki komitmen terhadap tradisi yang dimiliki oleh keluarga, kelompok,

suku, Bangsa, Negara, ideologi atau agama mereka.

Orang Islam merayakan hari Raya Idul Fitri, orang Kristen

merayakan Natal, orang Hindu melaksanakan Nyepi adalah cotoh

komunikasi ritual umat beragama. Orang sebelum melakukan pernikahan

harus melakukan proses siraman, dilanjutkan malam midodareni, ijab qobul

lalu sungkem orang tua adalah cotoh komunikasi ritual dalam adat Jawa.

Kegiatan ritual ini memungkinkan para pelaksananya berbagi komitmen

emosional dan menjadi perekat bagi mereka, juga sebagai bentuk

pengabdian mereka kepada kelompok mereka. Komunikasi ritual juga

kadang-kadang bersifat mistik, kebanyakan dari kebudayaan Jawa terdapat

banyak ritual yang mengandung nilai mistik seperti kesenian Jaranan, Reog

dan lain sebagainya.

Dari pengertian diatas, dalam penelitian ini komunikasi ritual adalah

proses penyampaian pesan dari pelaku Bantengan sebagai komunikator

kepada masyarakat umum sebagai komunikannya. Pesan dari proses

komunikasi ini dalam bentuk simbol-simbol bik itu bersifat verbal maupun

non verbal. Proses komunikasi ritual dalam penelitian ini fokus kepada

13

(19)

10

bagaimana pelaku Bantengan ini dalam mengkomunikasikan tradisi

Bantengan kepada masyarakat umum.

2. Makna

Pengertian makna dalam KBBI adalah maksud pembicara atau

penulis, atau bisa diartikan pengertian yang diberikan kepada suatu benuk

kebahasaan. Makna merupakan arti atau maksud dari kandungan pesan

yang disampaikan oleh pembicara atau penulis kepada komunikannya.

Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna

dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak

bisa dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka

kita tidak bisa memperoleh makna dari kata itu14. Makna sebenarnya ada

dalam kepala kita bukan terletak pada lambang itu sendiri. Bila ada orang

yang mengatakan kata memiliki makna, maka sebenarnya bahwa

kata-kata itu mendorong orang untuk memberi makna yang telah disetujui

bersama terhadap kata-kata itu15.

Dalam proses komunikasi, makna adalah respon komunikan yang

didapat oleh komunikator, jika respon yang diterima positif makan proses

komunikasi berhasil namun apabila respon negatif yang didapat maka ada

kesalahan dalam penyampaian informasi. Makna didapat oleh komunikan

dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi dan hasil belajar yang dimilikinya.

Makna merupakan perpaduan dari empat aspek yaitu pengertian (sense),

14

Bambang Tjiptadi,Tata Bahasa Indonesia,(Jakarta :Yudistira,1984), hlm.19.

15

(20)

11

perasaan (feeling), nada (tone), dan amanat (intension). Makna pada

dasarnya merupakan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh dari interaksi, oleh

karena itu makna bisa berubah dari waktu ke waktu, dari konteks ke konteks

dan dari kelompok sosial ke kelompok lainnya. Dengan demikian sifat

objektivitas dari makna adalah relatif dan temporer16.

Dalam penelitian ini, makna disini merupakan bentuk intepretasi

masyarakat terhadap pesan-pesan yang terdapat pada tradisi Bantengan,

pesan disampaikan dalam bentuk simbol-simbol verbal maupun nonverbal.

Simbol-simbol yang muncul seperti pada kegiatan ritual yang dijalankan

masyarakat tidak lepas dari simbol-simbol yang mengandung nilai atau

makna tertentu yang sesuai dengan kesepakatan bersama masyarakat

tersebut.

3. Tradisi Bantengan

Seni tradisional Bantengan merupakan sebuah seni pertunjukkan

budaya tradisi yang menggabungkan unsure sendra tari, olah kanuragan,

music dan syair/mantra yang sangat kental dengan nuansa magis. Pelaku

Bantengan yakin bahwa permainannya akan semakin menarik apabila telah

masuk tahap “trans” yaitu tahapan pemain pemegang kepala Bantengan

menjadi kesurupan arwah leluhur Banteng (Dhanyangan)17.

Bantengan mengandung banyak gerak yang diadopsi dari pencak

silat karena menurut sejarah Bantengan merupakan seni hiburan bagi para

pemain pencak silat seteleh melakukan latihan rutin. Perkembangan

16

Sasa Djuarsa Sendjaja,Teori Komunikasi,(Jakarta : UT, 1993), hlm.1-24.

17

(21)

12

kesenian Bantengan mayoritas berada di masyarakat pedesaan atau wilayah

pinggiran kota di daerah lereng pegunungan se-Jawa Timur tepatnya

Bromo-Tengger-Semeru, Arjuno-Welirang, Anjasmoro, Kawi dan

Raung-Argupuro. Kesenian Bantengan dimainkan oleh dua orang, orang yang di

depan berperan menjadi pemegang kepala banteng dan yang belakang

berperan sebagai ekor Bantengan. Apabila pemain depan kesurupan maka

pemain belakang harus mengikuti setiap gerakan pemain depan. Dan ada

juga pawang yang membantu jalannya proses kesurupan, yang memakai

kaos merah disebut abangan dan kaos hitam disebut irengan. Selain itu ada

karakter lain juga dalam kesenian Bantengan yaitu karakter harimau yang

disebut macanan, dan juga ada karakter monyet.

Dalam penelitian ini tradisi Bantengan yang dimaksud tidak berbeda

jauh dari apa yang dijelaskan diatas. Tradisi Bantengan ini biasanya

dilaksanakan untuk memperingati hari-hari khusus, misalnya untuk

memperingati ruwat desa, kirab budaya daerah, memeriahkan hari besar

seerti hajatan dan sebagainya. Aksi teatrikal yang ditampilkan dalam tradisi

ini mengandung pesan bahwa dengan persatuan kita bisa melawan kebatilan.

(22)

13

G. Kerangka Pikir Penelitian

Dalam bagan diatas dijelaskan mengenai kerang pikir dalam penelitian ini,

bahwasannya sebuah makna itu terbentuk dengan dipengaruhi oleh beberapa hal,

diantaranya latar budaya masyarakat, tingkat religiusitas, ekonomi dan pendidikan

masyarakat. Dalam upaya memahami bentuk komunikasi ritual dan maknanya,

dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori interaksi simbolik. Dengan teori

interaksi simbolik kia bisa lebih mengkaji bagaimana sebuah interaksi bisa

menghasilkan makna dan bagaimana simbol dipahami melalui interaksi. Teori

interkasi simbolik (symbolic interaction) dicetuskan oleh George Herbert Mead,

teori ini memfokuskan perhatiannya pada cara-cara yang digunakan manusia Makna Tradisi

Bantengan

Tingkat religiusitas

Masarakat

Media Tradisi

Masyarakat Mojokerto Tingkat

ekonomi/pendi-dikan masyarakat

(23)

14

untuk membentuk makna dan struktur masyarakat melalui percakapan18. Makna

merupakan hasil komunikasi yang penting, makna yang kita tangkap merupakan

hasil interaksi kita dengan orang lain. Singkatnya makna yang kita berikan pada

simbol merupakan produk dari interaksi sosial dan menggambarkan kesepakatan

kita untuk menerapkan makna tertentu pada simbol tertentu pula19. Esensi

interaksi simbolik adalah suatu aktifitas yang merupakan ciri khas manusia yaitu

komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna.

H. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan konsep yang digunakan untuk memperoleh

data dan informasi yang terkait dalam penelitian sehingga memperoleh jawaban

atas pertanyaan dari penelitian ini, metode yang ditempuh yaitu:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

budaya. Pedekataan budaya dapat diartikan sebagai sebuah sudut pandang

atau cara melihat dan memperlakukan suatu gejala yang menjadi perhatian

dengan menggunakan kebudayaan dari gejala yang dikaji tersebut sebagai

acuan dalam melihat, memperlakukan dan menilitinya. Pendekatan budaya

digunakan untuk melihat bagaimana tradisi Bantengan ini berkembang di

dalam masyarakat dan menjadi sebuah tradisi yang dilakukan secara turun

temurun. Melalui pendekatan budaya, peneliti ingin melihat bagaimana

sebuah ritual dalam tradisi sebagai sebuah perilaku yang sudah diatur oleh

18

Morissan,Teori Komunikasi Individu Hingga Massa,(Jakarta : Kencana,2014), hlm. 224.

19

(24)

15

tradisi masyarakat setempat sebagai upaya komitmen terhadap tradisi

budaya masyarakat tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian

kualitatif yaitu dengan menghimpun data dari observasi yang terlibat.

Karena metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang diamati dan diarahkan pada latar dan perilaku yang diamati

diarahkan pada altar dan individu secara holistic. Penelitian kualitatif

mempunyai tujuan agar peneliti lebih mengenal lingkungan dan dapat terjun

langsung ke lapangan20.

2. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai subyek, obyek dan lokasi

penelitian ini. yaitu sebagai berikut:

a. Subyek

Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah masyarakat

Mojokerto khususnya di Desa Jatirejo. Masyarakat yang dijadikan sebagai

informan dipilih karena memenuhi persyaratan, yaitu masyarakat yang

mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang tradisi Bantengan.

Seperti pemain Bantengan, sesepuh kelompok Bantengan, budayawan,

tokoh agama,dan tokoh masyarakat.

20

(25)

16

b. Obyek

Obyek dalam penelitian ini adalah tentang komunikasi budaya.

Jadi peneliti akan melakukan penelitian berkaitan dengan kegiatan warga

setempat yang mengandung nilai komunikasi budaya terutama yang

berkaitan dengan tradisi Bantengan tersebut. Dalam penelitian ini obyek

yang dimaksud adalah proses komunikasi riual yang terjadi dalam

pertunjukan kesenian tradisional Bantengan.

c. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini yaitu Desa Jatirejo

Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto. Lokasi ini dipilih karena di

desa ini masyarakat masih cukup sering mengadakan pertunjukan

Bantengan. Ada beberapa kelompok Bantengan yang masih aktif sampai

sekarang. Selain itu lokasi ini merupakan salah satu wilayah lereng

pegunungan dari beberapah wilayah seperti Kecamatan Pacet dan Trawas

dimana tradisi Bantengan berkembang dan tumbuh subur.

3. Jenis dan Sumber Data

Dalam penenelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau

tangan pertama di lapangan21. Data sekunder adalah data yang diperoleh

secara tidak langsung oleh peneliti, tapi telah berjenjang melalui sumber

21

(26)

17

tangan kedua atau ketiga22atau bisa dibilang sumber data pelengkap dan

pelengkap data utama.

Menurut Lofland sumber data dalam penelitian kualitatif ialah

kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan

lain-lain23. Dalam penelitian ini jenis data utama berupa data kata-kata dan

tindakan dari orang-orang yang diamati dan diwawancarai. Data didapat

dengan melakukan wawancara dengan subyek penelitian yakni masyarakat

desa Jatirejo dan beberapa tokoh penting, dan pengamatan langsung ke

lokasi penelitian. Sumber data utama nantinya akan dicatat melalui perekam

audio/visual, pengambilan foto atau film. Pencatatan sumber data utama ini

merupakan gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya.

Sumber data kedua ialah sumber data selain kata-kata dan tindakan,

sumber data ini merupakan sumber data tambahan yang diperoleh dari

sumber tertulis, seperti sumber dari buku, arsip, dokumen pribadi, ataupun

jurnal penelitian ilmiah. Dalam penelitian ini sumber data kedua didapat

dari sumber-sumber buku, dokumen pribadi atau jurnal penelitian ilmiah

yang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu:

22

Mukhtar,Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif(Jakarta Selatan, Referensi, 2013), hlm.35.

23

(27)

18

a. Tahap Pra-Lapangan

Yaitu tahap sebelum peneliti terjuan ke lapangan untuk melakukan

penelitian atau bisa dijuga sebagai tahap persiapan. Dalam tahap persiapan

ini, kegiatan yang perlu dilakukan sebagai berikut:

1. Menyusun Rancangan Penelitian

Pada tahap ini peneliti membuat pengajuan usulan

penelitian berbentuk proposal penelitian sebagai rancangan

penelitian yang akan dilakukan. Isi dari rancangan penelitian ini

meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, hingga metode

penelitian yang akan dilakukan. Nantinya proposal penelitian ini

akan diajukan kepada Prodi Ilmu Komunikasi untuk selanjutnya

disetujui dan diujikan.

2. Memilih Lapangan

Tempat yang dipilih adalah sebuah desa yang

masyarakatnya menikmati tradisi Bantengan dan perkumpulan

Bantengan yang masih melestarikan kesenian tradisional

Bantengan.

3. Mengurus Perizinan

Peneliti mengumpulkan draft proposal penelitian untuk

mendapatkan surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh Fakultas

(28)

19

dipergunakan untuk memperoleh izin melakukan penelitian di

lokasi yang sudah disebutkan.

4. Menentukan Informan

Peneliti menentukan kriteria-kriteria tertentu untuk

menentukan informan yang akan dipilih. Informan yang

dibutuhkan tentunya informan yang dapat memberikan informasi

yang dibutuhkan peneliti.

5. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan saat

melakukan pengamatan maupun wawancara seperti buku catatan,

ball point, recorder, kamera dan sebagainya.

b. Tahap Lapangan

Pada tahap ini peneliti langsung terjun ke lapangan dan fokus pada

pencarian dan pengumpulan data dengan mengamati semua kegiatan yang

terjadi di lokasi penelitan. Sambil menulis catatan lapangan dan

mempersiapkan untuk tahap selanjutnya.

c. Penulisan Laporan

pada tahap ini peneliti menuangkan hasil catatan selama penelitian

kedalam suatu laporan. Tahap ini adalah tahap terakhir dari seluruh

prosedur penelitan, dan tentunya penulisan laporan harus sesuai dengan

(29)

20

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain:

a. Observasi partisipan yaitu peneliti langsung terjun ke lapangan

untuk melakukan pengamatan kepada obyek penelitian. Peneliti

melekukan pengamatan dengan melihat langsung kegiatan

masyarakat.

b. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan

melakukan tanya jawah dengan informan. Wawancara mendalam

dilakukan dengan langsung tatap muka dengan para narasumber.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses pencarian dan perencanaan secara

sistematik dari semua data dan bahan yang telah terkumpul, sehingga

peneliti mengertibenar makna yang telah dikemukakan, dan dapat

menyajikan kepada orang lain secara jelas 24 . Karena penelitian ini

menggunakan metode kualitatif sehingga analisis data juga bersifat kualitatif.

Tahap analisa data dalam penelitian kualitatif secara umum sebagai berikut:

a. Pengumpulan data, pada tahap ini peneliti mengumpulkan semua

data yang telah diperoleh selama penelitian dan memastikan apakah

24

(30)

21

data yang diperoleh sudah cukup atau masih memerlukan tambahan

data lagi.

b. Reduksi data, sebagai proses seleksi data pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan tertulis lapangan.

c. Penyajian data, pada proses ini data yang telah melalu proses

reduksi selanjutnya ditampilan dan disajikan sebagai sekumpulan

informasi yang memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan datadalam penelitian ini menggunakan

teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain 25 . Terdapat empat macam teknik

triangulasi untuk teknik pemeriksaan yaitu dengan memanfaatkan sumber,

metode, penyidik dan teori. Namun teknik triangulasi yang paling banyak

digunakan adalah pemeriksaan memalui sumber lainnya.

Membandingkan dan mengecek balik sumber dapat dicapai dengan

jalan : (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara ; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dikatakan secara pribadi; (3) membandingkan apa yang

dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan

sepanjang waktu ; (4)membandingkan keadaan dan perspektif seseorang

25

(31)

22

dengan berbagai pendapat dan pandangan orang; (5) membandingkan hasil

wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan pembahasan studi ini, sehingga permasalahan yang

dipelajari lebih terarah dan sistematis. Maka disusunlah sistematika pembahasan

penelitian, sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, definisi konsep, metode

penelitian, sistematikan pembahasan dan jadwal penelitian.

BAB II : KERANGKA TEORITIK

Pada bab ini akan membahas dan menguraikan beberapa hal yang

berkaitan dengan penelitian ini. Di dalamnya terdiri dari Kajian Pustaka dan

Kajian Teori.

BAB III : PENYAJIAN DATA

Pada bab ini akan berisi deskripsi subyek dan lokasi penelitian dan

deskripsi data penelitian.

BAB IV : ANALISIS DATA

Bab ini berisi temuan penelitian dan konfirmasi temuan dengan teori.

BAB V : PENUTUP

Bab penutup berupa Kesimpulan dan Saran.Menyajikan kesimpulan dari

(32)

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Kajian Pustaka 1. Komunikasi Ritual

Pada dasarnya komunikasi ritual terdiri dari dua konsep dasar yaitu

mengenai komunikasi dan ritual. Komunikasi berasal dari bahasa latin

yaitu communis yang memiliki arti sama. Dalam hal hal ini yang

dimaksud sama adalah kesamaan dalam makna.

Pengertian komunikasi menurut Onong Uchjana1bahwa, komunikasi

sebagai proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian

pikiran, atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

komunikan. Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain

yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan , kepastian,

keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan

sebaganiya yang timbul dari lubuk hati. Theonordoson and Theonordoson

(1969) 2 memberi batasan lingkup komunikasi berupa penyebaran

informasi, ide-ide, sikap-sikap, atau emosi dari seseorang atau kelompok

kepada yang lain teurtama melalui simbol. Definisi lain komunikasi

menurut beberapa tokoh lain, yaitu:

a) Harold Lasswell (1960)

1

Onong Uchjana Effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung; Citra Adiya Bakti, 2000), hlm.11.

2

(33)

24

Komunikasi pada dasarnya merupakan proses ang menjelaskan siap,

mengatakan apa, dengan saluran ap, kepada siapa, dan untuk efek

apa.Who?says what/in wich channel? To whom? With hat effect?

b) Hovland dan Kelley 91953)

Komunikasi adalah suatu proses melalui seseorang (komunikator)

meyampaikan stimulus dengan tujuan mengubah atau membentuk

perilaku orang lain.

c) Warren Weaver (1949)

Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui sejauh mana pikiran

seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya.

d) Evret M Rogers

Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber

kepada suatu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah

tingkah laku mereka.

Fungsi komunikasi secara umum sebagai berikut:

1) To inform (menginformasikan). Yakni memberikan informasi

kepada orang lain tentang sutau peristiwa, masalah, pendapat,

pikiran dan segala itngkah laku orang lain dan apa yang

disampaikan orang lain.

2) To educate (mendidik). Komunikasi sebagai sarana pendidikan.

Melalui komunikasi, manusia dalam suatu lingkungan masyarakat

dapat menyampaikan ide, gagasannya kepada orang lain sehingga

(34)

25

3) To entertain (menghibur). Komunikasi juga berfungsi untuk

menyenangkan hati orang lain.

4) To influence(mempengaruhi). Komunikasi juga berfungsi memberi

pengaruh kepada komunikannya. Mempengaruhi dalam bentu

perilaku dan bentuk sikap untuk mengikuti apa yang diharapkan

oleh komunikator.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ritual adalah suatu tata cara

dalam keagamaan3. Namun dalam prakteknya bisa kia ketahui bahwa ritual

tidak hanya dilakukan untuk acara keagamaan saja, tapi juga banyak

dilakuan untuk acara-acara kebudayaan terutama pada kebudayaan

tradisional. Ritual adalah tindakan yang memperoleh hubungan pelaku

dengan objek yang suci, dan mempererat solidaritas kelompok yang

menimbulkan rasa aman dan kuat mental. Dalam tinjauan sosiologis ritual

merupakan perilaku yang diatur secara ketat, dilakukan sesuai dengan

ketentuan yang berbeda dengan perilaku sehari-hari, baik cara

melakukannya ataupun maknanya. Apabila dilakukan sesuai dengan

ketentuan, ritual diyakini akan mendatangkan keberkahan, karena percaya

akan hadirnya sesuai sakral4.

Ritual menurut Winnick yang dikutip oleh Nur Syam5yaitu A set or

series of acts, usually involving religion or magic, with the sequence

established by tradition they often stem from the daily life… “ Ritual

adalah seperangkat tindakan yang biasanya melibatkan agama atau magi,

3

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamu Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm.751.

4

Atang Abd Hakim, Jaih Mubarok,Metodologi Studi Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.126.

5

(35)

26

yang dimantapkan melalui tradisi. Ritual tidak sama persis dengan sebuah

pemujaan, karena ritual merupakan tindakan yang bersifat keseharian.

Adapun ritual secara klasikal adalah bentuk atau metode tertentu dalam

melakukan upacara keagamaan atau upacara penting, atau tata cara dan

bentuk upacara. Dirks menyebutkan bahwa di dalam melihat ritual, dia

lebih menekankan pada bentuk ritual sebagai penguatan ikatan tradisi

sosial dan indvidu dengan struktur sosial dari kelompok. Integrasi itu

dikuatkan dan diabadikan melalui simbolisai ritual atau mistik. Jadi ritual

sebagai perwujudan esensial dari kebudayaan6.

Menurut Leach ritual adalah setiap perilaku untuk mengungkapkan

status pelakunya sebagai makhluk sosial dalam sistem struktural dimana ia

berada pada saat itu. Sementara itu ada pendapat lain, bahwa ritual

mencakup semua tindakan simbolik, baik yang berisifat duniawi atau

sakral, teknik ataupun estetik, sederhana ataupun rumit. Mulai dari etika

penyapaan, pengucapan mantra, hingga penyelenggaraan berbagai bentuk

upacara yang khidmat7. Salah satu tujuan pelaksanaan ritual adalah

pemeliharaan dan pelestarian kesakralan. Beberapa ciri-ciri tentang

kesakralan yaitu adanya keyakinan, ritus, misteri dan supernatural. Selain

itu ritual juga merupakan tindakan untuk memperkokoh hubungan pelaku

dengan objek yang suci dan memperkuat solidaritas kelompok yang

menimbulkan rasa aman dan kuat mental. Masyarakat yang melakukan

ritual dilatarbelakangi oleh kepercayaan , adanya kepercayaan pada yang

6

Ibid, hlm.19.

7

(36)

27

sakral ini menimbulkan ritual. Ritual yang dilakukan diyakini akan

memberikan berkah bagi yang melakukannya.

Komunikasi dalam perspektif ritual diibaratkan sebagai sebuah

upacara suci dan mengharuskan komunikan untuk ikut mengambil bagian

secara bersama. Keterlibatan komunikan dalam proses ini diibaratkan

seperti bermain dalam suatu drama yang suci. Karena hal-hal yang

dianggap suci ini mengandung hal-hal yang dianggap sakral. Ritual-ritual

yang dilakukan banyak menggunakan simbol-simbol, baik yang berbentuk

verbal maupun non verbal. Dalam ritual simbol adalah gambaran penting

yang membantu jiwa yang sedang melakukan pemujaan untuk memahami

realitas spiritual8.

Dalam analisis Djamari, ritual ditinjau dari dua segi yaitu dari segi

tujuan (makna) dan cara. Dari segi tujuan ritual dilakukan untuk

mendekatkan diri kepada Tuhan agar mendapatkan keselamatan dan

rahmat. Ada juga yang tujuannya meminta ampun atas kesalahan yang

dilakukan . Dari segi cara ritual dapat dilakukan secara individual dan

kolektif. Beberapa ritual bisa dilakukan secara individu, bahkan ada yang

dilakukan dengan cara mengasingkan diri dari kermaian seperti meditasi,

bertapa dan yoga. Ritual yang dilakukan secara kolektif , seperti khotbah,

shalat berjamaah dan haji.9

C. Anthony Wallace meninjau ritual dari segi jangkaunnya, sebagai

berikut:10

8

Joachim Wach, Ilmu Perbandingan Agama,(Jakarta : Rajawali, 1992), hlm.130.

9

Djamari,Agama dalam Perspektif Sosiologi,(Bandung ; Alphabeta, 1993), hlm. 36.

10

(37)

28

a) Ritual sebagai teknologi, seperti upacara yang berhubungan dengan

kegiatan pertanian dan perburuan.

b) Ritual sebagai terapi, seperti upacara untuk mengobati dan

mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

c) Ritual sebagai ideologi, mitos dan ritual tergabung mengendalikan

suasana perasaan hati, nilai, sentimen, dan perilaku untuk

kelompok yang baik.misalnya, upacara inisiasi (upacara yang

berhubungan dengan kelahiran, perawinan dan kematian) yang

merupakan konfirmasi kelompok terhadap status, hak, dan

tanggung jawab yang baru.

d) Ritual sebagai penyelamatan (salvation), misalnya seseorang yang

mempunyai pengalaman mistikal, seolah-olah menjadi yang baru;

ia berhubungan dengan kosmos yang juga mempengaruhi

hubungan dengan dunia profan.

e) Ritual sebagai revitalisasi (penguatan atau penghidupan kembali).

Ritual ini sama dengan ritual salvation yang bertujuan untuk

penyelamatan tetapi fokusnya masyarakat.

Menurut Dhavamony ritual dibedakan menjadi empat macam yaitu11:

1) tindakan magi, yang dikaitkan denga penggunaan

bahan-bahan yang bekerja karena daya-daya mistis.

2) tindakan religius, kultus para leluhur juga bekerja dengan

cara ini.

(38)

29

3) ritual konstitutif yang mengungkapkan atau mengubah

hubungan sosial dengan merujuk pada

pengertian-pengertian mistis, dengan cara ini upacara-upacara

kehidupan menjadi khas.

4) ritual faktitif yang meningkatkan produktivitas atau

kekuatan atau pemurnian dan perlindungan, atau dengan

cara lain meningkatkan kejahteraan materi suatu kelompok.

James W. Carey menjelaskan ciri-ciri komunikas ritual sebagai

berikut:

1) Komunikasi dikaitkan dengan terminologi-terminologi seperti berbagi

(sharing), partisipasi (participation), asosiasi (association),

persahabatan (fellowship), memiliki keyakinan yang sama (the

possession of common faith).

2) Komunikasi dalam pandangan ini tidak diarahkan untuk

menyebarluaskan pesan melainkan untuk memelihara komunitas

dalam suatu waktu.

3) Komunikai dalam pandangan ini tidak diarahkan untu memberikan

informasi, tetapi untuk melahirkan kembalik kepercayaan bersama

4) Proses komunikasi dalam pandangan ini diibarakan dengan upacara

suci (sacred ceremony) dimana setiap orang berada dalam suasana

persahabatan dan kebersamaan.

5) Penggunaan bahasa dalam komunikasi ritual tidak disediakan untuk

kepentingan informasi tetapi untuk kofirmasi (peneguhan nilai

(39)

30

menggambarkan sesuatu yang dianggap penting oleh sebuah

komunitas. Tidak untuk membentuk fungsi-fungsi tetapi untuk

menunjukkan sesuatu yang sedang berlangsung dan mudah pecah

dalam sebuah proses sosial.

6) Dalam model komunikasi ritual seperti dalam upacara ritual,

komunikan diusahakan terlibat dalam drama suci tersebut tidak hanya

menjadi pengamat atau penonton saja.

7) Oleh karena itu agar komunikan terlarut dalam ritual maka

pemmilihan simbol komunikasi berakar dari tradisi komunitas itu

sendiri, seperti hal-hal unik dan asli.

Komunikasi ritual bertujuan untuk menjaga komitmen mereka kepada

tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa, negara, ideologi, atau agama

mereka. Maka dengan komitmen inilah mereka berusaha untuk tetap

menjaga apa yang mereka miliki dari suku, agama ataupun negara mereka.

Selain itu komunikasi yang dilakukan untuk penyebaran pesan tidak

sebatas hanya untuk memberikan informasi saja melainkan untuk

menghadirkan kembali kepercayaan bersama.

2. Komunikasi Sebagai Proses Simbolik

Kebutuhan komunikasi memang merupakan salah satu kebutuhan

yang mendasar bagi manusia. Dan proses simbolik merupakan salah satu

dari bagian komunikasi itu sendiri. Seperti yang disebutkan Susanne K

(40)

31

kebutuhan akan simbolisasi atau penggunaan lambang 12 . Fungsi

pembentukan simbol ini adalah satu diantara kegiatan-kegiatan dasar

manusia, seperti makan, melihat, dan bergerak. Ini adalah proes

fundamental dari pikiran dan berlangsung setiap waktu. Prestasi-prestasi

manusia bergantung pada penggunaan simbol-simbol 13 . Hal ini

menjelasakan bahwa dalam kehidupan sosial manusia di tengah-tengah

masyarakat yang dibutuhkan adalah simbol-simbol yang bersifat universal,

sehingga mudah untuk dipahami oleh masyarakat. Diantaranya

simbol-simbol yang berkembang di masyarakat adalah bahasa secara lisan, gerak

tubuh, pakaian, perhiasan, kendaraan, makanan, dan sebagainya. Bahasa

sendiri diantara simbol lainnya merupakan simbol yang paling rumit

karena bahasa merupakan simbol yang halus dan terus berkembang.

Karena dalam masyarakat bagaimanapun bentuknya selalu terdapat bahasa

yang berlaku diantara mereka, bahasa bersifat simbolik artinya suatu

perkataan melambangkan arti apapun. Simbol atau lambang yang

digunakan dalam komunikasi dibedakanmenjadi dua jenis, yaitu

simbol-simbol yang menggunakan bahasa baik dalam bentuk lisan maupun tulisan

yang disebut simbol verbal. Sedangkan simbol-simbol lainya yang

bukanmenggunakan bahasa disebut dengan simbol nonverbal.

Manusia sendiri memiliki kemampuan unik untuk bebas menghasilkan,

mengubah, dan menentukan simbol-simbol yang mereka pergunakan.

Bahkan manusia bisa menentukan simbol-simbol bagi simbol-simbol

12

Deddy Mulyana,Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar,(Bandung: Remaja rosdakarya,2008), hlm.92.

13

(41)

32

lainnya, dan proses inilah yang disebut proes simbolik. Seperti ketika

memilih sebuah jenis pakaian dengan mempertimbangan beberapa hal

seperti bahan, potongan, model, dengan segala hiasannya, hal ini bertujuan

untuk menjelaskan kepada orang lain siapa kita dibalik pakaian itu tentang

status pendidikan ataupun pekerjaan.

Menurut Hayakawa seperti yang dikutip oleh Ahmad Sihabuddin

dalam bukunya berjudul Komunikasi antarbudaya bahwa14 kemampuan

kita berpaling, kita melihat proses simbolik yang sedang berlangung.

Proses simbolik menembus kehidupan manusia dalam tingkat paling

primitif dan tingkat paling beradab. Aplikasi proses simbolik yang kita

temui dalam kehidupan bermasyarakat, seperti ketika seseorang memakai

perhiasan emas cincin, kalung, gelang dan membawa tas bermerk

internasional dengan pakaian yang terlihat mewah dan juga tata rambut

yang mewah melambangkan tingkat kekakayan yang dimiliki seseorang.

Seseorang yang berangkat bekerja menggunakan seragam tertentu seperti

pakaian dengan motif loreng menggambarkan bahwa profesi orang

tersebut adalah anggota tentara, atau seorang perawat dengan seragam

khasnya yaitu setelah putih. Bahkan makanan pun juga bersifat simbolik,

seperti di daerah Jawa ada Nasi Tumpeng yang hanya ada pada acara

untuk memperingati hari-hari besar tertentu. Nasi tumpeng yang terdiri

dari lauk pauk dari tempe hingga daging, sayur-mayur yang

melambangkan baha hidup itu harus merasakan kepahitan, kegetiran dan

kemanisan, dan simbol nasi berbentuk kerucut melambangkan ketabahan.

✁✂

(42)

33

Dengan demikian, seperti yang dijelaskan oleh Blumer bahwa

interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol, oleh

penafsiran dan kepasatian makna dari tindakan-tindakan orang lain. Dalam

kasus perilaku manusia, mediasi ini sama dengan penyisipan suatu proses

penafsiran diantara stimulus dan respons15.

Kebudayaan merupakan kumpulan dari gagasan-gagasan,

simbol-simbol dan nilai-nilai dari hasil karya tindakan manusia, sehingga manusia

bisa disebut makhluk dengan simbol-simbol. Simbol-simbol tersebut

diungkapkan melalui perilaku, pikiran, sikap hingga perasaannya.

Kebudayaan merupakan sebuah sistem dari konsep-konsep yang

diwariskan dan diungkapkan dalam bentuk simbolik melalui aktivitas

manusia berkomunikasi. Clifford Geertz menyebut makna hanya dapat

disimpan dalam bentuk simbol. Pengetahuan kebudayaan lebih dari sutu

kumpulan simbol, baik istilah-istilah rakyat maupun jenis simbol lain.

Semua simbol baik kata-kata ang terucapkan, objek atau artefak

kebudayaan, upacara atau ritual adat merupakan bagian dari sistem simbol,

dimana simbol merupakan objek atau peristiwa yang merujuk pada

seuatu16. Simbol-simbol budaya itu sendiri menjadi media sekaligus pesan

dalam proses komunikasi. Casssier mengatakan bahwa manusia hidup

dalam suatu dunia simbolis, dimana bahasa mite, seni, agama, adalah

bagian dari dunia simbolis sehingga pemikiran simbolis merupakan ciri

15

Ibid, hlm.71.

16

(43)

34

yang menunjukkan kekhususan bagi kemajuan kebudayaan manusia17.

Terdapat sebuah pendapat mengenai simbol, bahwa simbol dipakai untuk

dimensi horisontal saja. Namun ada pemikiran lain yang menyatakan

bahwa simbol juga digunakan untuk dimensi vertikal yaitu hubungan

transenden. Proses mewujudkan simbol-simbol sangat diperlukan, hal

tersebut bertujuan untuk memudahkan manusia untuk berupaya memahami

hubungannya dengan Sang pencipta, alam, sesama manusia , dan maupun

dengan alam ghaib.

Berikut adalah beberapa simbol yang digunakan dalam proses

komunikasi, yaitu:

1. Simbol Gerak

Simbol ini menggunakan gerakan anggota tubuh, misalnya

menggelengkan kepala berarti memberi penolakan atau tidak

setuju ada sesuatu, sebaliknya jika menganggukkan kepala berarti

setuju.

2. Simbol Suara

Simbol ini berasal dari suara atau bunyi yang menggunakan indra

pendengaran untuk menangkapnya.

3. Simbol Gambar

Simbol ini menggunakan media gambar-gambar, misalnya pada

iklan-iklan di surat kabar ataupun televisi.

4. Simbol Bahasa

17

(44)

35

Simbol ini menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan ataupun

lisan, simbol bahasa ini sangat sering digunakan dalam kehidupan

berkomunikasi sehari-hari.

5. Simbol Warna

Simbol ini menggunakan warna-warna sebagai pesannya,

misalnnya warna-warna yang terdapat pada lampu lalu lintas.

6. Simbol Angka

Simbol ini menggunakan angka-angka misalnya yang terdapat

pada alat pengukur, alat penghitung dan sebagainya.

Simbol-simbol yang digunakan dalam proses komunikai memiliki

fungsi sebagai berikut:

1. Simbol adalah alat untuk mempengaruhi komunikan

2. Simbol adalah alat untuk menjadikan pengertian terhadap

pesan-pesan yang disampaikan

3. Simbol adalah alat untuk penghubung komunikator dengan

komunikan

4. Simbol adalah alat untuk menjadikan seseorang atau komunika

menjadi paham akan pean yang disampaikan oleh komunikator

5. Simbol adalah alat untuk mencapai suatu tujuan komunikasi

Victor Turner menegaskan perbedaan antara simbol dengan tanda

seperti yang dikutip oleh Wartaya Winangun18, Turner mendefinisikan

simbol sebagai sesuatu yang dianggap dengan persetujuan yang bersama

sebagai sesuatu yang memberikan sifat alamiah atau mewakili atau

✄8

(45)

36

mengingatkan kembali dengan memiliki kualitas yang sama atau dengan

membayangkan dalam kenyataan atau pikiran. Perbeadaan antara simbol

dengan tanda adalah simbol itu merangsang perasaan seseorng, sedangkan

tanda tidak mempunyai sifat merangsang. Simbol berpartisipasi dalam arti

da kekuatan yang disimbolkan sedangakan tanda tidak berpartiispasi dalam

realitas yang ditandakan. Perbedaan lainnya yaitu bahwa ciri simbol adalah

cenderung multivokal yaitu menunjuk pada banyak arti, sedangkan tanda

hanya cenderung univokal. Beberapa ciri simbol diantaranya : (a) simbol

ritual bersifat multivokal yaitu bahwa simbol itu mempunyai banyak arti,

menunjuk pada banyak hal, pribadi, dan fenomena. (b) polarisasi simbol,

karena simbol memiliki banyak arti sehinga ada arti-arti yang bertentangan,

dalam hal ini Turner memfokuskan pada dua kutub yaitu fisik atau

inderawi dan kutub ideologi dan atau normatif. (c) simbol memiliki ciri

unifikasi atau penyatuan, ciri khas simbol-simbol ritual adalah unifikasi

dari arti-arti yang terpisah. Penyatuann ini menjadi mungkin karena

adanya sifat yang sangat umum dan kemiripan.

Fungsi simbol-simbol yang ada dalam banyak upacara adalah sebagai

alat komunikai dan menyuarakan pesan-pesan ajaran agama dan

kebudayaan yang dimilikinya, khususnya yang berkaitan dengan etos dan

pandangan hidup, seusai dengan maksud yang ingin dicapai oleh adanya

upacara tersebut19. tak lebih dari itu, simbo juga merupakan deskripsian

yang sacral sekaligus digunakan manusia sebagai lat untuk

menghubungkannya denga yang sacral. Hal itu dikarenaan bahwa manusia

19

(46)

37

sbagai makhluk yang lemah dan selalu terikat dengan keduniawian, maka

dari itu manusia perlu perantara untuk mendekati yang sacral serta

transenden tersebut. selain itu simbol juga bisa dipandang sebagai cara

yang palig efektif guna mempererat persatuan diantara penduduk agama di

dunia ini. namun simbol bukanlah sekedar cerminan realitas obyektif

pemerasatu agama, akan tetapi ia mengungkapkan sesuatu yang lebih

pokok dan mendasar.

3. Peran Tradisi dalam Masyarakat a) Pengertian Tradisi

Tradisi merupakan suatu kebiasaan yang berlaku di masyarakat

yang dilakukan secara turun temurun. Dalam Kamus Besar bahasa

Indonesia tradisi adalah segala sesuatu (seperti adat, kepercayaan,

kebiasaan, ajaran dan sebagainya) yang turun temurun dari nenek

moyang20. Tradisi berasal dari bahasa Latin “tradition” yang berarti

diterukan atau kebiasaan. Menurut C.Avan Peursen , tradisi

diterjemahkan sebagai proes pewarisan atau penerusan norma-norma,

adatistiadat, kaidah-kaidah, harta-harta. Tradisi dapat dirubah, diangkat,

ditolak dan dipadukan dengan aneka ragam perbuaan manusia21.

Dengan demikian tradisi merupakan sesuatu yang telah dilakukan sejak

lama dan sudah menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok

masyarakat. Dalam masyarakat tradisi berlaku secara turun temurun,

baik itu berupa lisan seperti cerita, dongeng, maupun dalam bentuk

20

Poerwadarminto ,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm.1088.

21

(47)

38

tulisan yang terdapat dalam kitab-kitab kuno dan catatan pada

prasasti-prasasti.

Pada umumnya istilah tradisi memang dipakai untuk menunjukkan

hal-hal yang keberadaanya diyakini telah diturunkan oleh

generasi-generasi sebelumnya, biasanya minimal tiga generasi-generasi. Oleh karena itu

tradisi sering dihubungkan dengan pengertian ketuaan usia, warisan,

atau kebiasaan22. Orang juga sering mengaitkan istilah tradisi ini

dengan keberlangsungan sesuatu dalam jangka waktu yang panjang,

sesuatu yang konsta dan tidak berubah. Namun jika dipikir kembali

apakah mungkin ada suatu hal yang sama sekali tidak berubah dalam

jangka waktu yang panjang. Hal itu juga berlaku pada tradisi, tradisi

yang masih dilakukan dalam suatu kelompok masyarakat sampai saat

ini tentu saja sudah mengalami perubahan. Bahkan batu yang keras pun

akan lapuk dengan seiring waktu karena ditumbuhi lumut, bisa

dikatakan bahwa tidak ada tradisi yang tidak mengalami perubahan.

Agar tradisi tetap bertahan hingga masa kini dan seterusnya, maka

dibutuhkan orang-orang yang mengetahui tradisi dan menginginkannya

untuk terus menghidupkan tradisi dengan cara menyesuaikan pada

kondisi kelompok masyarakat saat ini. karena hanya dengan

dipraktikkan tradisi itu bisa bertahan. . Karena tradisi bisa menjadi

langka, rusak hingga musnah apabila pewarisnya tidak melakukan atau

menggelarnya, karena hanya dengan dipraktikkan maka tradisi itu

diberi kehidupan.

22

(48)

39

Tradisi memiliki dua muatan pokok yaitu kebiasaan dan masa

silam. Kebiasaan merujuk pada tindakan-tindakan yang serta-merta

dilakukan bila terpicu oleh oleh situasi kondisi tertentu23. Namun tidak

semua kebiasaan-kebiasaan yang telah dilakukan dalam jangka waktu

lama merupakan tradisi. Pada umumnya kebiasaan yang dilabeli

sebagai “tradisi” adalah kebiasaan-kebiasaan tertentu yang bernilai

positif bagi masyarakat yang melakukannya. Maka tradisi merupakan

hasil seleksi dan konstruksi atas kebiasaan sosial. Masyarakat

melakukan dan menjaga kebiasaan tersebut untuk mempertahankan

keberadaan tradisi dalam kehidupan masyarakat tersebut. Tradisi

menunjukkan bagaimana suatu kelompok masyarakat bertingkah laku,

dalam kehidupan yang bersifat duniawi ataupun yag bersifat ghaib atau

keagamaan.

b) Kemunculan dan Perubahan Tradisi

Ada dua cara munculnya sebuah tradisi menurut Piotr24, yaitu :

1. Muncul dari bawah melalui mekanisme kemunculan secara spontan

dan tak diharapkan serta melibatkan rakyat banyak. Tradisi

dilakukan melalui berbagai cara dengan mempengaruhi orang

banyak. Karena sesuatu alassan, indvidu tertentu menemukan

historis yang menarik. Karena hal-hal yang menarik tersebut

menimbulkan perhatian, ketakziman, kecintaan dan kekaguman

kemudian disebarkan melalui berbagai cara. Sikap-sikap ini

kemudian berubah menjadi perilaku yang direalisasikan dalam

23

Ibid, hlm.220. 24

(49)

40

bentuk upacara, penelitian, pemugaran peninggalan pubakala dan

penafsiran ulang keyakinan lama. Perbuatan-perbuatan tersebut

bertujuan untuk memperkokoh sikap.

2. Muncul dari atas melalui mekanisme paksaan. Sesuatu yang

dianggap sebagai tradisi lalu dipilih dan dijadikan perhatian umum,

atau dilakukan dengan dipaksakan oleh orang yang berpengaruh dan

berkuasa. Contohnya seperti seorang Raja memaksakan tradisi

dinastinya kepada rakyat yang dipimpinnya.

Tradisi yang berkembang di masyarakat tentunya tidak lepas dari

adanya perubahan, karena bisa diketahui bahwa kehidupan masyarakat

berbentuk dinamis maka akan selalu ada perubahan. Beberapa alasan

yang melatarbelakangi adanya perubahan pada tradisi, diantaranya

karena kualitas psikologis manusia yang terus berjuang mendapakan

kesenangan baru dan keaslian, mewujudkan kreativitas, semangat

pembaruan dan imajinasi. Ditambah dengan adanya persoalan khusus

yang timbul apabila tradisi dilandasi fakta baru, tadisi tersebut

berbenturan dengan realitas dan ditunjukan sebagai sesuatu yang tidak

benar atau tidak berguna. Sehingga hal-hal tersebut mendukung adanya

perubahan pada tradisi dalam suatu masyarakat.

Perubahan tradisi juga diebabkan karena terdapat banyaknya tradisi

sehingga menyebabkan bentrokan suatu tradisi denga tradisi lainnya.

Benturan itu dapat terjadi antara tradisi masyarakat atau antara kultur

yang berbeda dalam masyarakat tertentu. Benturan yang sering terjadi di

(50)

41

masyarakat multi etnik. Biasanya konflik antara tradisi yag dihormati

dengan kelas atau strata yang berlainan. Sehingga timbul kebencian dan

kecurigaan yang ditujukan oleh kelas yang kurang mendapat hak

istimewa terhadap tradisielite.

Tradisi yang bentrok atau saling mendukung dapat mempengaruhi

satu sama lain, namu tergantung pada kekuatan relative tradisi yang

bersaing tersebut. Dampaknya ditandai dengan adanya

ketidakseimbangan kekuatan (artikulasi, daya pikat, cakupan, dan

sebagainya) atau melemahnya dukungan dari pihak yang berkuasa

(pemerintah, militer, gerakan sosial). Hal ini sering terjadi kasus

penaklukan kolonial dan pencaplokan ilayah asing. Apabila tradisi

pribumi cukup kuat atau bila tradisi asing tidak terlalu dipaksakan maka

sebagian unsur tradisi dari luar akan diserap oleh tradisi pribumi. Bila

kedua tradisi sama-sama kuat maka yang akan terjadi adalah

pencampuran tradisi. Meskipun unsur-unsur pokok masing-masing

dipertahankan akan tetap terjadi perubahan di kedua pihak.

c) Fungsi Tradisi

Shils menegaskan, seperti yang dikutip oleh Piotr dalam bukunya

bahwa manusia tak mampu hidup tanpa tradisi meski mereka sering

merasa tak puas terhadap tradisi mereka. Karena itulah tradisi memiliki

peran yang penting dalam kehidupan manusia. Berikut adalah fungsi dari

tradisi bagi kehidupan masyarakat:25

25

(51)

42

1. Dalam bahasa klise dinyatakan, tradisi adalah kebijakan

turun-temurun. Tempatnya di dalam kesadaran, keyakinan norma dan

nilai yang kita anut kini serta di dalambenda yang diciptakan di

masa lalu. Tradisi pun seperti onggokan gagasan dan material yang

dapat digunakan orang dalam tindakan kini dan untuk membangun

masa depan.

2. Memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup, keyakinan,

pranata dan aturan yang sudah ada. Smuanya ini memerlukan

pembenaran agar dapat mengikat anggotanya. Salah satu umber

legitimasi terdapat dalam tradisi.

3. Menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan,

memperkuat loyalitas primordial terhadap bangsa, komunitas dan

kelompok. Tradisi daerah, kota dan komunitas lokal sama perannya

yakni mengikat warga atau anggotanya dalam bidang tertentu.

4. Membantu menyediakan tempat pelarian dari keluhan, kekeceaan

dan ketidakpuasan kehidupan modern. Tradisi yang mengesankan

masa lalu yang lebih bahagia menyediakn sumber pengganti

kebanggaan bila masyarakat berada dalam krisis.

Karena tradisi yang berkembang di masyarakat telah dilakukan

secara turun-temurn dan dalam tempo waktu yang cukup lama, maka

tidak heran banyak tradisi yang dilakukan menjadi bagian dari

kebudayaan masyarakat tersebut. Atau bisa dikatakan juga bahwa tradisi

(52)

43

tradisi iu sendiri. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan memiliki tiga

wujud26, yaitu:

a) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide,

gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

b) Wujud kebudayaan sebagai kompleks aktivitas kelakuan berpola

dari manusia dalam masyarakat.

c) Wujud kebudayaan sebagai bendabenda hasil karya manusia.

Di dalam tradisi diatur bagaimana manuia berhubungan dengan

manusia lain atau suatu kelompok dengan kelompok lain, bagaimana

manusia bertindak terhadap lingkungannya, dan bagaimana mausia

berperilaku dengan alam lain. Karena tradisi mempengaruhi sebagian

besar kehidupan manusia maka ia berkembang menjadi suatu sistem yang

memilik pola dan norma, dan juga terdapat sanksi bagi yang melakukan

pelanggaran atau penyimpangan.

Jadi hal penting dibutuhkan untuk memahami tradisi adalah sikap

dan orientasi pikiran pada benda material atau gagasan tertentu yang

berasal dari masa lalu dan masih dilakukan hingga masa kini. Sikap dan

orientasi ini menempati bagian khusus dari warisan historis lalu

mengangkatnya menjadi tradisi. Sesuatu yang secara sosial ditetapkan

menjadi tradisi menjelakan betapa menariknya fenomena tersebut untuk

dipertahankan sampai masa kini dan seterusnya.

26

Gambar

Gambar 3.1 Lambang ”Panji Siliwangi”

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosesi ritual “melenggang”, makna yang terkandung dalam pelaksanaan prosesi ritual “melengggang”, perubahan yang terjadi

Judul Skripsi : Pesan Komunikasi dalam Ritual Balian (Studi pada Warga Desa Jingah, Kab. Barito Utara, Kalimantan Tengah).. Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi

Skripsi ini berjudul KOMUNIKASI RITUAL ADAT SEBA MASYARAKAT BADUY LUAR (STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT SEBA MASYARAKT BADUY LUAR DESA KANEKES KECAMATAN

(Studi Deskriptif mengenai Komunikasi Ritual dalam Tradisi Haolan di kampung Sukamanah Desa Cibitung Kecamatan Rongga Kabupaten.. Bandung Barat )

Kerbau : Hewan Kerbau dijadikan sebagai simbol dewa siwa untuk penganut Hindu serta sakral bagi penganut Islam Sasak dalam melaksanakan upacara ritual dan

Bentuk simbol komunikasi pada tradisi Rokat 7DVHn adalah segala sesuatu yang menyimpan makna di baliknya sesuai dengan pemahaman pada sekelompok orang (masyarakat desa

yang mengandung makna dari tingkah laku ritual yang bersifat khusus.. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa simbol merupakan bagian terkecil dari ritual yang

Dari pergeseran Makna pesan yang terkandung dalam ritual tradisi Padungku sebelum konflik, terlihat bagaimana tradisi ini membentuk keteraturan yang dibangun dalam