• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Perilaku Seks Pra Nikah dengan Kecemasan Hamil Pra Nikah pada Remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Perilaku Seks Pra Nikah dengan Kecemasan Hamil Pra Nikah pada Remaja"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL PENELITIAN

Hubungan Antara Perilaku Seks Pranikah dengan

Kecemasan Hamil Pranikah pada Remaja di

Surabaya

Oleh :

Yeni Ayu Wulandari 14010664004

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN S1 PSIKOLOGI

Tahun 2016

(2)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku seks pranikah marak terjadi di masyarakat dan banyak dilakukan oleh para remaja. Karena pada masa ini muncul minat-minat dan dorongan seksual karena matangnya organ reproduksi. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang mengakibatkan perubahan fisik, kognitif dan sosioemosi. Individu dikatakan berada di masa remaja umumnya ketika berusia 11 hingga 20 tahun. Pada masa remaja terjadi perubahan fisik yang menonjol karena mengalami pubertas. Pubertas ialah proses yang mengarah pada kematangan seksual, kesuburan dan kemampuan bereproduksi yang ditandai dengan munculnya karakteristik seks primer dan karakteristik seks sekunder.

Masa remaja seringkali dianggap sebagai masa kritis karena pada masa ini muncul minat-minat seksual dan aktivitas seksual. Minat-minat seksual yang tidak terarahkan dengan baik akan mengakibatkan remaja melakukan seks bebas atau seks pranikah. Seks pranikah ialah hubungan seksual yang dilakukan oleh pasangan berlawanan jenis diluar ikatan hubungan pernikahan yang bisa memberikan banyak dampak bagi pelakunya seperti terjangkit infeksi menular seksual (IMS), depresi, putus sekolah, kesehatan reproduksi atau kehamilan yang tidak diinginkan, dll.

Remaja menganggap seks pranikah sebagai hal yang sudah biasa karena sebagai bentuk ungkapan kasih sayang pada pasangan. Padahal seks pranikah bertentangan dengan ajaran agama, budaya dan norma yang ada di masyarakat. Ada banyak faktor yang menjadi penyebab remaja melakukan seks pranikah, seperti mudahnya akses informasi yang didapat dari dunia maya, minimnya pemahaman mengenai pendidikan seks, minimnya pengawasan dari orang tua terhadap pergaulan anaknya, pergaulan lingkungan sosial, dll.

(3)

Survey yang dilakukan oleh KPAI tahun 2012 tercatat bahwa remaja Indonesia pertama kali berpacaran pada usia 12 tahun. Beberapa hal yang dilakukan para remaja ketika berpacaran ialah 92%, berpegangan tangan, 82% berciuman dan 63% rabaan petting. Berdasarkan hasil penelitian dari Australia National University (ANU) dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI) yang dilakukan penelitian terhadap 3006 responden dengan usia 17-24 tahun pada tahun 2010-2011 di daerah Jakarta, Tangerang dan Bekasi. Hasilnya, terdapat 20,9% remaja mengalami kehamilan pranikah dan kelahiran pranikah..

Survey yang dilakukan oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) yang bekerjasama dengan Lembaga Pelrindungan Anak di 12 kota besar di Indonesia pada tahun 2012 tercatat bahwa 62,7% remaja SMP tidak perawan. Selama tahun 2015, di Yogyakarta jumlah kelahiran bayi dengan Ibu yang masih berusia 10-18 tahun masih tinggi. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) mencatat ada 1.078 remaja di Yogyakarta yang melahirkan bayi dengan status sebagai pelajar. Dari 1.078 kelahiran tersebut, 976 diantaranya merupakan kehamilan yang tidak diinginkan sebagai dampak dari aktivitas seks bebas yang dilakukan pranikah

Hasil dari survey-survey tersebut menunjukkan bahwa perilaku seks yang dilakukan oleh remaja di kota-kota besar Indonesia atau di daerah manapun menunjukkan bahwa tingkat kenakalan remaja dalam hal perilaku seks bebas dari tahun ke tahun makin meningkat. Resiko paling besar dari seks pra menikah yang dilakukan oleh para remaja adalah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Ketika remaja positif hamil akibat melakukan seks pranikah maka akan timbul kecemasan yang dapat memunculkan konflik-konflik batin dan konflik sosial yang akan diterima. Kecemasan tersebut muncul karena remaja tidak siap menghadapi perubahan dalam dirinya secara fisik dan sosial.

(4)

Ketika remaja melakukan hubungan seksual dengan pasangannya sebelum memiliki ikatan yang sah, peneliti ingin mengetahui apakah ada perasaan cemas jika mereka hamil dari perbuatan yang dilakukannya ataukah tidak adakah perasaan cemas mengenai dampak-dampak seks pranikah ketika remaja melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis. Berdasarkan keadaan dan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan pembahasan dalam bentuk penelitian dengan judul Hubungan Antara Perilaku Seks Pranikah dengan Kecemasan Hamil Pranikah pada Remaja. Dengan penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara perilaku seks pranikah yang marak dilakukan oleh remaja dengan kecemasan yang dimiliki oleh remaja mengenai dampak seks pranikah salah satunya adalah kehamilan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, rumusan masalah yang diteliti adalah apakah ada hubungan antara perilaku seks pranikah dengan kecemasan hamil pranikah?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku seks yang dilakukan oleh remaja dan mengetahui gambaran kecemasan jika remaja putri mengalami kehamilan pranikah. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya korelasi perilaku seks pranikah yang dilakukan remaja dengan kecemasan hamil pranikah

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Manfaat teoristis : dapat menambah informasi mengenai gambaran perilaku seks yang dilakukan remaja putri dan gambaran rasa cemas jika remaja putri hamil pranikah serta mengetahui ada tidaknya hubungan perilaku seks yang dilakukan dengan rasa cemas jika hamil pranikah.

2. Manfaat praktis : penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan orang tua, guru dan masyarakat agar memberikan pendidikan seks bagi anaknya sejak dini dan lebih memperhatikan kehidupan sosial anak serta memberikan pegawasan terhadap anaknya agar terhindar dari perilaku seks bebas

(5)

Asumsi dalam penelitian ini adalah bahwa ada kecemasan yang timbul dalam diri remaja ketika melakukan hubungan seksual pranikah karena takut jika hubungannya menjadikan ia hamil.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Definisi Perilaku

Perilaku adalah aktivitas atau tindakan yang dilakukan manusia yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). Menurut Skinner, yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Sehingga terjadinya periaku melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.

Kwick (Notoatmodjo, 2007) mendefinisikan perilaku sebagai tindakan atau perbuatan organisme yang dapat diamati bahkan dipelajari. Motif merupakan salah satu penyebab perilaku muncul. Jadi, perilaku adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan, pikiran dan predisposisi tindakanyang dilakukan oleh seseorang untuk merespon lingkungannya. Dengan demikian perilaku akan terwujud apabila ada rangsangan tertentu yang dapat menimbulkan tindakan.

Menurut Teori Belajar Sosial yang dikemukakan oleh Bandura, perilaku adalah hasil timbal balik (respirocal interaction) antara determinasi kognisis, perilaku lingkungan individu dan lingkungannya tidak saling independen. Aktivitas individu menimbulkan timbulnya keadaan lingkungan tertentu begitu juga sebaliknya. Model timbal balik berpusat pada self esteem yang terdiri atas selfobservation-judgementself responsive yang selanjutnya menciptakan self efficacy.

(6)

Dalam teori Bloom, perilaku dibedakan menjadi 3 domain, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psychomotor). Untuk kepentingan pendidikan praktis, teori ini kemudian dikembangkan menjadi 3 ranah perilaku yaitu :

1. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

2. Sikap (attitude) Masih menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

3. Tindakan (practice) Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu tindakan diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, seperti fasilitas atau sarana dan prasarana.

2.1.3 Proses Terjadinya Perilaku

(7)

2.2 Perilaku Seks Pranikah 2.2.1 Definisi Perilaku Seksual

2.2.2 Bentuk-Bentuk Perilaku Seksual 2.2.3

Berikut ini adalah pengertian tentang batasan perilaku seksual, aktivitas seksual, hubungan seksual dan perilaku seksual pra nikah (Martopo, 2000):

1.

Perilaku seksual adalah perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian lawan jenis. Perilaku seksual juga merupakan perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, biasanya dilakukan oleh pasangan suami isteri

2.

Aktivitas seksual adalah kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ kelamin melalui berbagai perilaku

3.

Hubungan seksual merupakan kontak seksual yang dilakukan berpasangan dengan lawan jenis atau sesama jenis.

4.

Perilaku seks pra nikah adalah perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum ataupun agama dan kepercayan masingmasing individu.

5.

Menurut Soetjiningsih (2004), perilaku seks pranikah pada remaja adalah segala tingkah laku remaja yang didorong oleh hasrat baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan sebelum adanya hubungan resmi sebagai suami istri. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendir

(8)

pemikirannya tentang perilaku seksualnya atau sikap terhadap perilaku seksualnya.

Jadi, Perilaku seks pranikah adalah segala bentuk perilaku yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang belum memiliki ikatan yang sah. Perilaku seks pranikah seringkali dilakukan ketika individu menjalin hubungan berpacaran atau pertemanan lawan jenis. Hubungan tersebut mengarah pada pemenuhan dorongan-dorongan seksual yang seharusnya tidak boleh dilakukan sebelum menikah.

2.3 Kecemasan

Kecemasan adalah kondisi jiwa yang penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran akan apa yang mungkin terjadi berkaitan dengan permasalahan yang tidak mampu untuk dihadapi maupun hal-hal yang aneh yang dialami. Deskripsi umum akan kecemasan yaitu “perasaan tertekan dan tidak tenang, serta berpikiran kacau dengan disertai banyak penyesalan”. Hal ini sangat berpengaruh pada tubuh, hingga tubuh dirasa menggigil, menimbulkan banyak keringat, jantung berdegup cepat, lambung terasa mual, tubuh terasa lemas, kemampuan berproduktivitas berkurang, hingga banyak manusia yang melarikan diri kealam imajinasi sebagai bentuk terapi sementara.

Freud membagi kecemasan kedalam tiga tipe yaitu kecemasan realistik, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral. Kecemasan realistik yaitu rasa takut terhadap ancaman atau bahaya-bahaya nyata yang ada dilingkungan maupun di dunia luar. Kecemasan neurotik yaitu rasa takut, jangan-jangan insting-insting (dorong Id) akan lepas dari kendali dan menyebabkan dia berbuat sesuatu yang dapat membuatnya dihukum. Kecemasan moral yaitu rasa takut terhadap suara hati (super ego). orang-orang yang memiliki super ego baik cenderung merasa bersalah atau malu jika mereka berbuat atau berpikir sesuatu yang bertentangan dengan moral.

Semua orang pasti mengalami kecemasan pada derajat tertentu, Peplau mengidentifikasi 4 tingkatan kecemasan yaitu:

1. Kecemasan Ringan

(9)

mengatasi masalah secara efektif serta terjadi kemampuan belajar. Perubahan fisiologi ditandai dengan gelisah, sulit tidur, hipersensitif terhadap suara, tanda vital dan pupil normal.

2. Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga individu mengalami perhatian yang selektif, namun dapatmelakukan sesuatu yang lebih terarah. Perubahan fisiologis ditandai dengan sering bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, gelisah, konstipasi. sedangkan respon kognitif yaitu lahan persepsi menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiaannya.

3. Kecemasan Berat

Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu, individu cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Tanda dan gejala dari kecemasan berat yaitu: persepsinya sangat kurang, berfokus pada hal yang detail, rentang perhatian sangat terbatas, tidak dapat berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta tidak dapat belajar secara efektif. Pada tingkatan ini individu mengalami sakit hiperventilasi, sering buang air kecil maupun besar, dan diare. Secara emosi individu mengalami ketakutan serta seluruh perhatian terfokus pada dirinya.

4. Panik

Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak dapat melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, kehilangan pemikiran yang rasional. Kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian. Tanda dan gejala dari tingkat panik yaitu tidak dapat fokus pada suatu kejadian.

2.4 Kecemasan Hamil Pranikah

(10)

perilaku seks pranikah. Kondisi tersebut membuat individu mengalami ketakutan dan kekhawatiran akan kondisi yang dihadapi. Pada remaja yang hamil di luar nikah akan mengalami kecemasan terhadap nasib masa depan janin yang ada dikandungannya atau cemas terhadap respon lingkungan yang akan diterima akibat kehamilan pranikah. Kecemasan itu muncul disebabkan karena kehamilannya saat ini dilakukan dengan pasangan yang bukan suaminya. Selain itu juga karena takut kalau nantinya kondisi kehamilan tersebut akan diketahui oleh orang tua dan lingkungan sosialnya. Kondisi kecemasan tersebut diperburuk dengan adanya kemungkinan bahwa lelaki yang telah menghamili perempuan itu tidak bersedia untuk bertanggungjawab dengan cara menikahi secara resmi.

Sehingga kecemasan hamil pranikah seringkali menjadikan perempuan kalut dan memilih jalan untuk aborsi atau tetap menjaga kandungannya hingga melahirkan. Kecemasan yang dialami oleh perempuan yang hamil pranikah dialami secara psikis dan fisik. Secara psikis, perempua yang hamil pranikah akan merasa resah, malu, khawatir, takut, sedih bahkan marah apabila tidak siap dengan kehamilannya. Secara psikis kecemasan tersebut ditunjukkan dengan adanya beberapa perubahan perilaku. Namun hal tersebut tergantung pada kondisi perempuan pada derajat mana ia mengalami kecemasan.

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Kusumaningsih (2010) dengan judul penelitian Hubungan Praktek Intercouse dengan Tingkat Kecemasan Terjadinya Kehamilan Diluar Nikah pada Remaja di SMA (Xx). Hasil penelitiannya menunjukkan sebanyak 57,4% remaja yang menjadi subjek penelitian mengaku tidak mengalami kecemasan ketika melakukan seks pranikah khususnya praktek intercouse. Sedangkan ada 36,4% yang mengalami kecemasan sedang dan 6,2% yang mengalami kecemasan ringan.

(11)

Karmila (2011) dalam ksripsinya yang berjudul Kecemasan dan Dampak dari Perilaku Seksual Pranikah pada Mahasiswa. Hasilnya, berdasarkan hasil tes TMAS terhadap responden, menunjukkan semua responden mengalami kecemasan secara umum. Empat subjek perempuan menunjukkan mengalami kecemasan tinggi (>25), sedangkan subjek laki-laki mengalami kecemasan rendah (<20).

Wijayanto (2011) dalam skripsinya yang berjudul Kecemasan pada Remaja Hamil di Luar Nikah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perasaan remaja yang hamil di luar nikah saat mengetahui hamil adalah muncul perasaan bingung apabila pacarnya tidak bertanggung jawab, takut dan merasa bersalah terhadap orang tua serta merasa malu dengan lingkungan sekitar. Selain itu remaja yang hamil di luar nikah mengalami kecemasan dalam bentuk kesulitan untuk tidur, tidak nafsu makan, gelisah, khawatir dengan keadaannya, mual, malas beraktivitas, kepala terasa pusing, sering merasa bingung atas kondisi yang tengah dialami, kondisi emosi yang labil, mudah marah dan mudah lepas kontrol.

2.6 Kerangka Pikiran

2.7 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberika baru didasarkan pada teori yang relavan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2015).

Hipotesis yang penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah : Hi : ada hubungan antara perilaku seks pranikah dengan kecemasan hamil

mpranikah pada remaja di Bojonegoro

Ho : ada hubungan antara perilaku seks pranikah dengan kecemasan hamil

pranikah pada remaja di Bojonegoro Perilaku Seks

Pranikah

(12)

BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Jenis Penelitian 1.2 Lokasi Penelitian 1.3 Sasaran Penelitian

1.3.1 Populasi 1.3.2 Sampel

1.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1.4.1 Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut : Variabel Terikat : Perilaku seks pranikah

Variabel Bebas : Kecemasan hamil pranikah 1.4.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah melekatkan arti pada suatu konstrak atau variabel yang digunakan dalam penelitian dengan cara tertentu untuk mengukur. Definisi operasional variabel digunakan untuk mengubah konsep-konsep pada variabel penelitian yang bersifat teoritik dan abstrak menjadi konsep yang dapat diukur secara empirik. Definisi oeprasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(13)

Segala bentuk perilaku yang bertujuan untuk memuaskan hasrat seksual, dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang belum memiliki ikatan perkawinan.

2. Kecemasan Hamil Pranikah

Kecemasan hamil pranikah ialah kecemasan yang dialami oleh remaja perempuan ketika ia mengalami kehamilan pranikah akibat perbuatannya melakukan seks pranikah sehingga akan menimbulkan perasaan khawatir dan ketakutan akan masa depan dirinya dan janinnya serta ketidaksiapan menerima respon dari lingkungan jika keluarga dan masyarakat mendapati dirinya hamil pranikah.

1.5 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif jenis penelitian korelasional. Metode kuantitatif sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015). Penelitian korelasional atau associational research merupakan suatu tipe penelitian yang melihat hubungan antara satu atau beberapa ubahan dengan satu atau beberapa ubahan yang lain. Artinya, relasi hubungan diantara dua atau lebih bahan yang dipelajari tanpa mencoba mempengaruhi ubahan-ubahan (Yusuf, 2014).

1.6 Instrumen Pengumpulan Data

Azwar (2011) menjelaskan bahwa instrumen pengumpulan data bertujuan untuk mengungkap sebuah fakta dari variabel-variabel yang diteliti dan tujuan untuk goal of knowing (mengetahui) tercapai ketika menggunakan metode atau cara-cara yang efisien dan akurat. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa daftar pernyataan yang disusun oleh peneliti dengan menggunakan model angket skala likert dan responden diminta untuk memilih salah satu dari alternatif jawaban yang tersedia yang disesuaikan. dengan keadaan dirinya dengan memberikan tanda checklist (). Instrumen pada penelitian ini ada dua kuesioner yaitu untuk kecerdasan emosional dan penyesuaian diri.

(14)

Peniadaan pada jawaban netral atau ragu-ragu dihilangkan agar subyek penelitian dapat memberikan jawaban yang pasti terhadap pernyataan yang tersedia.

Tabel 3.1 Pola Skor Penilaian Kuesioner Favourable dan Unfavourable

Penyusunan skala psikologi dimulai dengan menentukan aspek-aspek atau indikator yang digunakan untuk membuat skala berdasarkan konsep yang dikemukakan sebelumnya. Skala pengukuran ini disusun berdasarkan variabel yang digunakan dalam penelitian seperti yang diuraikan berikut ini.

1.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan metode yang digunakan peneliti untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan baik berupa data kualitatif maupun data kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa angket atau kuesioner. Kuesioner merupakan daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia unutk memberikan responnya terhadap pernyataan-pernyataan yang ada (Riduwan, 2008). Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut :

1. Peneliti mengajukan usulan penelitian yang berisi permasalahan yang akan diteliti dalam bentuk proposal. 2. Menetapkan bentuk instrument penelitian untuk variable

kecerdasan emosi dan penyesuaian diri berupa kuesioner atau angket. Langkah-langkah dalam menyusun alat ukur adalah membuat blue print yang memuat aspek-aspek dari variabel yang ada, menentukan dan membedakan item menjadi faourable dan unfavourable.

3. Pengambilan data dilakukan dengan cara menyebarkan skala yang sudah dibuat lalu mengumpulkan kembali skala yang sudah dijawab oleh subyek penelitian.

(15)

1.8 Validitas dan Reliabilitas 1.8.1 Validitas

Azwar (2015) menjelaskan kevalidan suatu alat ukur dapat ditentukan sejauh mana alat ukur tersebut mampu mengukur atribut yang dikehendaki dalam penelitian. Azwar (2015) mengasumsikan validitas dibagi berdasarkan estimasi yang disesuaikan berdasarkan sifat dan fungsi alat ukur, yaitu validitas isi, validitas konstrak, dan validitas berdasarkan kriteria.

Pada penelitian ini menggunakan validitas isi dengan diestimasi berdasarkan pengujian isi alat ukur dengan pengujian analisis rasional.Validitas isi dapat terpenuhi dengan memperhatikan item-item pada alat ukur yang disusun berdasarkan blue print yang telah dibuat. Perhitungan yang dilakukan untuk uji validitas konstruk ini dengan menggunakan bantuan program SPSS for Windows Release 20.0.

Nilai validitas yang dihasilkan dilihat dari nilai validitas butir soal. Azwar (2011) mengungkapkan bahwa semakin tinggi koefisien validitas yang dihasilkan, maka semakin tinggi pula daya beda yang dimiliki butir-butir tersebut. Sebaliknya, semakin rendah atau mendekati nol (0) koefisien validitas yang dihasilkan, maka harus dihilangkan atau dibuang. Jika rhitung pada tabel nilai koefisien validitas lebih dari atau sama dengan (≥) 0,30 dengan taraf signifikansi sebesar 5% maka dapat dikatakan sahih. Jika rhitung pada tabel nilai koefisien validitas kurang dari (<) 0,30 maka dapat dikatakan tidak sahih.

4.2.2 Reliabilitas

Neuman (Herdiansyah 2010) menjelaskan bahwa reliabilitas merupakan konsistensi, keajegan atau ketetapan suatu alat ukur. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan pendekatan internal consistency (cronbach’s alpha coefficient) dengan bantuan program SPSS for Windows Release 20.0. Guilford mengatakan bahwa kuesioner dapat dikatakan reliabel apabila nilai alpha cronbach’s lebih besar dari 0,2 (Sugiyono, 2011).

1.9 Teknik Analisa Data

(16)

interval atau rasio. Analisa data dilakukan dengan menggunakan program Statistical Packages for Sosial Science (SPSS) 17.0 for windows.

Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti akan menggunakan uji asumsi terlebih dahlu. Uji asumsi merupakan persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda. Adapun uji asumsi yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data dari setiap variabel penelitian. Pengujian normalitas data pada penelitian ini menggunakan Test of Normality kolmogorov-smirnov dengan bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows Release 17.0, karena dapat memberikan angka hasil pengujian normalitas sehingga diketahui batas suatu sebaran dikatakan normal atau tidak. Suatu sebaran dapat dikatakan normal jika probabilitas lebih dari 0,05 (p > 0,05), jika probabilitas kurang dari 0,05 (p < 0,05), maka sebaran tersebut dikatakan tidak normal (Uyanto, 2009).

b. Uji Linearitas

Pada pengujian linearitas varian memiliki tujuan untuk mengetahui apakah variabel yang homogen atau tidak (Sugiyono, 2011). Pengujian uji linearitas menggunakan uji levene statistic dengan bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows Release 17.0.

c. Uji Analisis Data

(17)

sesuai dengan subjek yang sama. Kalau salah satu tidak terpenuhi persyaratan tersebut analisis korelasi tidak dapat dilakukan. Analisa data dilakukan dengan menggunakan program Statistical Packages for Sosial Science (SPSS) 17.0 for windows.

DAFTAR RUJUKAN

1. Alwisol. 2015. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press

2. Azwar, Saifuddin. 2015. Penyusunan Skala Psikologi edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

3. Fieldman, D.Ruth & Papalia E. Diane.2014. Menyelami Perkembanagn Manusia Edisi 12 Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika

4. Kusmaningsih, Puspa Tri.2015. “Hubungan Praktek Intercouse dengan Tingkat Kecemasan Terjadinya Kehamilan Diluar Nikah pada Remaja di SMA (Xx)”. Jurnal diterbitkan. (online), ( http://www.e-journal.akbid-purworejo.ac.id diakses pada 30 Maret 2016)

5. Hurlock, Elizabeth. B. 1990. Perkembangan Anak. Terjemahan Meitasari Tjandra dan Muslichan Zarkasi. Jakarta: Gramedia

6. Karmila, Mayalisya. 2011. Kecemasan dan Dampak dari Perilaku Seksual Pranikah pada Mahasiswa. Skripsi Diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta

7. Notoatmodjo, Soekidjo.2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

8. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

9. Uyun, Zahrotil & Saputra, Wijaya N. 2012. “Kecemasan pada Remaja Hamil Di Luar Nikah (Studi Kasus Remaja di Surakarta Tahun 2011).

Vol. 10, No. 1, Juni 2012”.

10. Yusuf, Syamsyu. 2012. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda 11. Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif & Penelititian Gabungan.

Gambar

Tabel 3.1 Pola Skor Penilaian Kuesioner Favourable dan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kegagalan dalam pembuatan silase dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: proses pembuatan yang salah, terjadi kebocoran silo, sehingga tidak tercapai suasana

Reica pada tanggal 1 Januari 2011, bergerak dalam bidang jual beli gula pasir merek “My Sugar”.. Reica mengambil uang untuk keperluan pribadi

Dengan adanya penerapan anggaran berbasis kinerja diharapkan dapat berpengaruh terhadap akuntabilitas pada instansi pemerintah daerah, karena semakin baik perencanaan

Seluruh hutang Mestikasawit Intijaya akan lunas apabila seluruh Aset telah terjual kepada Pihak Ketiga dan hasil penjualan tersebut diserahkan kepada CIMB

Jika Anda ingin menulis surat pengantar untuk pekerjaan atau magang, kuliah, atau kesempatan lain, terkadang ada deskripsi atau petunjuk tentang apa yang harus ditulis dalam

Komposisi posisi kerja dari setiap bagian tubuh pada stasiun kerja penjemuran dapat diketahui bahwa untuk bagian tubuh tulang belakang, gerakan yang sering

Kegiatan pembukaan adalah salah satu upaya yang dilakukan guru untuk mengkondisikan atau menciptakan suasana siap belajar baik secara fisik, mental, emosional,