• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUANSOSIAL (IPS) MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF PADA SISWA KELAS V SDN 2 KEBAKALAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUANSOSIAL (IPS) MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF PADA SISWA KELAS V SDN 2 KEBAKALAN."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini Indonesia menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan sumber daya manusia yang mampu bersaing di era globalisasi. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mewujudkan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas, maka harus diupayakan pendidikan yang berkualitas pula. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003, Bab

II pasal 3 yang berbunyi bahwa “pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis

serta bertanggung jawab”.

(2)

Secara teoritis hal ini dapat disebut dengan pembelajaran berpusat siswa yang diadopsi ke dalam sistem pendidikan nasional.

Definisi pendidikan di atas merupakan perwujudan perubahan mendasar dari pengajaran menjadi pembelajaran. Pengajaran secara istilah mewakili peranan guru yang dominan sebagai pengajar, sedangkan pembelajaran menunjukkan peranan siswa aktif sekaligus mengoreksi peranan dominan guru (Utomo Dananjaya, 2012: 25). Jadi dengan kata lain, pembelajaran aktif sesuai untuk mewujudkan tujuan dari pendidkan. Berdasarkan bunyi undang-undang di atas, tergambar jelas bahwa untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia diperlukan upaya perencanaan agar terwujud suasana belajar yang kondusif dan proses pembelajaran yang melibatkan siswa aktif, baik secara spiritual, mental, intelektual maupun fisik. Melalui proses pembelajaran, akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Proses pembelajaran yang dimaksud adalah agar siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran sehingga dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu maka seorang pendidik harus mengupayakan suasana belajar yang memungkinkan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

(3)

diajak turut serta dalam proses pembelajaran, baik secara mental maupun fisik. Dengan cara ini diharapkan peserta didik akan merasakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan (Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu, 2002: xii-xiii).

Peran guru yang dominan dalam pembelajaran aktif adalah sebagai fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini guru berupaya mengoptimalkan penggunaan fasilitas sarana dan prasarana yang telah tersedia untuk menunjang proses pembelajaran di kelas. Sebagai motivator, maksudnya guru berperan memberikan motivasi pada siswa. Dalam hal ini guru hendaknya memperjelas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sehingga minat siswa terhadap pembelajaran akan tumbuh. Selain itu hendaknya guru dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan memberikan pujian serta komentar yang wajar terhadap hasil kerja siswa.

(4)

Cara mengajar guru dengan metode ceramah/konvensional tersebut, mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Namun tak dapat dipungkiri jika bukan hanya cara mengajar guru yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa, melainkan ada beberapa faktor yang memicunya. Salah satunya yaitu, banyaknya materi pelajaran dibandingkan dengan alokasi pertemuan pembelajaran. Misalnya pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang banyak mengandung konsep abstrak, lebih memakan waktu lama agar siswa memahami konsep-konsep tersebut. Siswa sekolah dasar (SD) yang rata-rata berumur 7 sampai 11 tahun tergolong ke dalam tahap operasional konkret, dimana siswa akan lebih mudah menyelesaikan masalah yang konkret/nyata. Untuk itu diperlukan suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk mendengar, melihat, melakukan, bahkan menerapkan hal-hal yang baru saja dipelajari dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan kurikulum 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mata pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari pendidikan dasar SD/MI sampai menengah SMP/MTs. Mata pelajaran tersebut mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, siswa disiapkan dan diarahkan agar mampu menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

(5)

memahami lingkungan sosialnya. Untuk mencapai tujuan pendidikan IPS tersebut, terdapat permasalahan dalam strategi dan sarana pembelajaran IPS itu sendiri. Hal ini terjadi karena adanya kecenderungan pemahaman yang salah bahwa IPS adalah pelajaran yang cenderung pada hafalan dan masih menekankan aktivitas guru daripada siswa.

Masalah-masalah tersebut juga terjadi pada pembelajaran IPS di kelas V SD N 2 Kebakalan, Kec. Mandiraja, Kab. Banjarnegara. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru kelas menunjukkan bahwa terdapat beberapa kendala yang ditemui dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa pada saat pembelajaran siswa cenderung pasif. Pada saat guru memberikan pertanyaan, hanya beberapa siswa yang berusaha menjawab. Siswa kurang memiliki rasa percaya diri, keberanian untuk menjawab pertanyaan karena takut jawabannya salah.

(6)

Dalam wawancara dengan kepala sekolah, diketahui bahwa SDN 2 Kebakalan memiliki perangkat media LCD proyektor, laptop, dan CD pembelajaran berbagai mata pelajaran. Namun, dalam kegiatan pembelajaran belum menerapkan berbagai media tersebut. Hal ini dikarenakan kurangnya keterampilan guru dalam mengoperasikan perangkat media tersebut. Guru hanya sesekali menggunakan media pembelajaran, itupun bagi yang mau dan mampu membuat ataupun mengoperasikan media pembelajaran. Melalui penggunaan media pembelajaran, diharapkan dalam diri siswa akan tumbuh ketertarikan dan minat untuk mengikuti pembelajaran.

Selain itu, hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS juga belum optimal. Hal tersebut didukung dengan data dari Ujian Tengah Semester (UTS) tertulis II, masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan untuk mata pelajaran IPS yaitu 70. Data hasil belajar menunjukkan bahwa nilai terendah 35 dan nilai tertinggi 81 dengan rata-rata kelas yaitu 59,50.

Tabel 1. Hasil Belajar IPS UTS II Kelas V SD N 2 Kebakalan Aspek Rata-rata (Sumber: Daftar nilai UTS II Kelas V SDN 2 Kebakalan Tahun 2013/2014)

(7)

pelajaran IPS tersebut, maka perlu diadakan peningkatan kualitas proses pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan berbagai permasalahan di atas, dapat disimpulkan bahwa diperlukan adanya upaya peningkatan kualitas pembelajaran IPS di kelas V SD N 2 Kebakalan. Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, guru harus berupaya menggunakan metode pembelajaran yang baru dan dibantu dengan penggunaan media pembelajaran agar siswa terdorong untuk aktif dalam pembelajaran. Peran guru sangat penting dalam upaya perbaikan kualitas pembelajaran, khususnya dari segi hasil belajar siswa sehingga diharapkan terciptanya suasana belajar yang kondusif serta tercapainya tujuan pembelajaran IPS itu sendiri. Berdasarkan diskusi bersama guru, bertolak dari akar penyebab masalah dan didasarkan pada kajian teori, maka didapatkan alternatif pemecahan masalah yaitu menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 2 Kebakalan.

Sebagai dasar penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) untuk meningkatkan hasil belajar IPS adalah pendapat Silberman mengenai paham belajar aktif, yaitu:

Yang saya dengar, saya lupa.

Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat.

Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai paham.

Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan.

(8)

Salah satu faktor yang dapat yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah faktor kelemahan otak manusia sendiri. Belajar yang hanya mengandalkan alat indera pendengaran mempunyai bebrapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama. Agar otak dapat memproses informasi dengan baik, maka akan sangat membantu jika terjadi proses refleksi secara internal. Jika siswa diajak berdiskusi, menjawab pertanyaan atau membuat pertanyaan, maka otak mereka akan bekerja lebih baik sehingga proses belajar pun dapat terjadi dengan baik pula (Hisyam Zaini, Bermawy M., dan Sekar Ayu, 2007: xiv-xv).

Alasan penggunaan tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) itu sendiri adalah pernyataan Silberman (2010: 94) bahwa strategi

berbagi pengetahuan secara aktif adalah cara yang bagus untuk melibatkan peserta dengan segera ke dalam materi pelatihan. Cara ini juga dapat digunakan untuk menilai tingkatan peserta dan membantu pembentukan kelompok. Cara ini dapat digunakan untuk kelompok apapun dan dengan materi apapun. Jadi sesuai dengan kondisi siswa kelas V SD N 2 Kebakalan yang pasif dalam pembelajaran IPS.

(9)

siswa kelas V SD telah mampu berfikir formal dengan bantuan dan bimbingan dari guru untuk dapat membuat kelompok belajar dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Penggunaan strategi ini tergantung bagaimana guru mengolah dan menyajikannya dalam pembelajaran serta disesuaikan dengan karakteristik siswa dan media pembelajaran yang mendukung.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, dapat disimpulkan identifikasi masalah adalah sebagai berikut:

1. Adanya kecenderungan pemahaman yang salah bahwa IPS adalah pelajaran yang cenderung pada hafalan dan masih menekankan aktivitas guru.

2. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan belum digunakannya model atau metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa/berpusat pada aktivitas siswa.

3. Siswa lama-kelamaan terlihat bosan karena kurangnya aktivitas dalam pembelajaran.

4. Belum optimalnya penggunaan media pembelajaran (seperti laptop, CD pembelajaran dan LCD proyektor), padahal telah tersedia di sekolah.

(10)

C. Batasan Masalah

Setelah melihat beberapa masalah dalam identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 2 Kebakalan yang belum optimal.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagaimana upaya peningkatan hasil belajar IPS melalui strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) pada siswa kelas V SD N 2 Kebakalan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian adalah: Untuk meningkatkan hasil belajar IPS melalui strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) pada siswa kelas V SD N 2 Kebakalan.

F. Manfaat Penelitian

(11)

1. Manfaat Teoritis

Penelitian tentang peningkatan hasil belajar IPS melalui strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing), dapat memberikan referensi tentang pentingnya pendidikan bagi

anak. Penelitian ini juga dapat memberikan informasi tentang kelebihan yang dimiliki strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing jika digunakan dalam pembelajaran.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Dengan penerapan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing), siswa dapat menerima pengalaman belajar yang bervariasi dan terbiasa berpartisipasi secara aktif sehingga akan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran dan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

b. Bagi Guru

(12)

BAB II KAJIAN TEORI A.Hasil Belajar IPS

1. Belajar

Skinner (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 9) belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, jika ia tidak belajar maka responnya menurun. Sementara itu menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:7), belajar adalah tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh suatu yang ada di lingkungan sekitar.

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:13). Sementara itu Slameto (2003:2) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperolah suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

(13)

laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.

2. Hasil Belajar

Nana Sudjana (2005:22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Sementara itu, Suharsimi Arikunto (2002:133) mendefinisikan hasil belajar sebagai hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3-4), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar untuk sebagian adalah berkat dari tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain merupakan peningkatan kemampuan mental siswa.

(14)

Merujuk pada pemikiran Gagne (Agus Suprijono, 2011:5), hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifiks.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. dan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Hasil belajar secara lebih ringkasnya adalah mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti kemampuan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.

(15)

a. Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya, mengurangi masalah menjadi bagian lebih kecil. e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

Misalnya, kemampuan menyusun suatu program.

f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk suatu pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

(16)

3. Aktivitas Belajar Siswa

Syaful Bahri Djamarah (2002:38-45) menyatakan bahwa aktivitas belajar terdiri dari mendengarkan; memandang; meraba, membau, dan mencicipi; menulis; membaca; membuat ikhtisar dan menggarisbawahi; mengamati tabel, diagram dan bagan; menyusun kertas kerja; mengingat; berpikir; latihan atau praktek. Dierich (Oemar Hamalik, 2008:172) membagi aktivitas belajar dalam delapan kelompok, yaitu:

1) Aktivitas visual, komponen-komponennya: membaca, mengamati, mempelajari gambar.

2) Aktivitas lisan (oral), komponen-komponennya: mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, menghubungkan suatu kejadian dan diskusi

3) Aktivitas mendengarkan, komponen-komponennya: mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan penjelasan teman satu kelompok, mendengarkan penjelasan kelompok lain.

4) Aktivitas menulis, komponen komponennya: menulis laporan, mengerjakan tes, menulis rangkuman, mengisi angket

5) Aktivitas mental, komponen-komponennya: mengingatkan teman, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan kerjasama

6) Aktivitas emosional, komponen-komponennya: berani, fokus, minat. 7) Aktivitas menggambar, komponen-komponennya: menggambar,

(17)

8) Aktivitas matrik, komponen-komponennya: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model dan berkebun.

Sardiman A. M. (2006: 55) mengungkapkan bahwa aktivitas belajar siswa ada yang positif dan ada yang negatif. Aktivitas positif yang ditunjukkan siswa adalah aktivitas yang mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar seperti aktivitas bertanya, menjawab, diskusi, dan membantu teman yang mengalami kesulitan dalam proses belajar. Aktivitas negatif adalah aktivitas yang mengganggu pelaksanaan proses pembelajaran diantaranya, mengobrol sendiri, mengobrol dengan teman, keluar masuk ruang kelas tanpa alasan yang jelas, mengganggu teman yang sedang belajar, membuat kegaduhan di kelas, dan sebagainya. Aktivitas negatif yang ditunjukkan siswa, penyebabnya antara lain karena siswa kesulitan memahami materi pelajaran, suasana kelas yang kurang kondusif, serta guru yang kurang memperhatikan perbedaan individual siswa.

(18)

sebagainya. Guru memegang peranan penting untuk mendorong keterlibatan siswa. Keaktifan siswa pada dasarnya merupakan keterlibatan siswa secara langsung baik fisik, mental emosional dan intelektual dalam kegiatan pembelajaran.

Aktivitas belajar siswa yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain:

1) Aktivitas visual, komponen-komponennya: membaca, mengamati, mempelajari gambar.

2) Aktivitas lisan (oral), komponen-komponennya: mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, menghubungkan suatu kejadian dan diskusi.

3) Aktivitas mendengarkan, komponen-komponennya: mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan penjelasan teman satu kelompok, mendengarkan penjelasan kelompok lain.

4) Aktivitas menulis, komponen komponennya: menulis laporan, mengerjakan tes, menulis rangkuman, mengisi angket.

5) Aktivitas mental, komponen-komponennya: mengingatkan teman, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan kerjasama

6) Aktivitas emosional, komponen-komponennya: berani, fokus, minat.

(19)

sharing) untuk kemudian disusun menjadi kisi-kisi lembar observasi

aktivitas siswa.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar adalah salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas. Hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Sugihartono, dkk. (2007:76-77), menyebutkan bahwa terdapat faktor-faktor yang memepengaruhi hasil belajar sebagai berikut:

a. faktor internal, merupakan faktor yang terdapat dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis.

b. faktor eksternal, merupakan faktor yang terdapat di luar diri individu yang sedang belajar. Faktor ini meliputi, faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Menurut Slameto (2003:54) ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, secara umum pada garis besarnya meliputi faktor intern dan faktor ekstern yaitu:

1) Faktor intern

Dalam faktor ini dibahas 3 faktor yaitu: a) Faktor jasmaniah mencakup:

(1) Faktor kesehatan (2) Cacat tubuh

b) Faktor psikologis mencakup: (1) Intelegensi

(20)

(7) Kesiapan c) Faktor kelelahan 2) Faktor ekstern

Faktor ini dibagi menjadi 3 faktor, yaitu: a) Faktor keluarga mencakup:

(1) cara orang tua mendidik (2) relasi antar anggota keluarga (3) suasana rumah

(4) keadaan ekonomi keluarga (5) pengertian orang tua (6) latar belakang kebudayaan

b) Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah

c) Faktor masyarakat meliputi kegiatan dalam masyarakat, mass media, teman bermain, bentuk kehidupan bermasyarakat.

Menurut pendapat di atas, maka faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari faktor internal, yaitu faktor yang timbul dari dalam diri individu dan faktor eksternal, yaitu faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang sifatnya dari luar diri siswa. Sedangkan penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) merupakan faktor eksternal dari segi sekolah dan guru yang menggunakan strategi dan metode belajar. Penggunaan pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) diharapkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi lebih baik atau meningkat.

5. Mata Pelajaran IPS

a. Pengertian Mata Pelajaran IPS

(21)

SMP/MTs/SMPLB. IPS mengakaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Sapriya (2009:19-20) menyebutkan bahwa istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial”, disingkat IPS

merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah. IPS sebagai mata pelajaran di persekolahan pertama kali digunakan dalam kurikulum 1975. Sedangkan istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains, bahkan berbagai isu dan masalah sosial. Materi IPS untuk sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmunya, karena lebih mementingkan dimensi pedagogik dan psikologis, serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat menyeluruh.

IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (Hidayati, 2002: 8), bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, politik, dan sebagainya. Mata pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama, oleh karena itu dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial.

(22)

politik,hukum, dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek cabang ilmu-ilmu sosial.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi yang bahannya diambilkan melalui seleksi dari humaniora, matematika, dan ilmu alam untuk mengembangkan warga negara yang baik.

b. Tujuan Mata Pelajaran IPS

Rasionalisasi mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah:

1) Agar siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna.

2) Agar siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab.

3) Agar siswa dapat mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia (Hidayati, 2002: 16).

(23)

menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan untuk setiap persoalan yang dihadapinya. Sedangkan Etin Solihatin & Raharjo (2007:15) sendiri berpendapat bahwa pada dasarnya tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Sapriya (2009: 194), menyebutkan tujuan mata pelajaran IPS di SD sebagai berikut:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

(24)

agar siswa mampu memecahkan masalah-masalah sosial lainnya sebagai bentuk pengembangan atas pengetahuan yang telah dipelajari, sehingga siswa mampu menghadapi tantangan kehidupan, baik di masa sekarang ataupun di masa yang akan datang.

c. Ruang Lingkup IPS di Sekolah Dasar

Dalam KTSP 2006, ruang lingkup IPS meliputi aspek-aspek yaitu: 1) Manusia, tempat, dan lingkungan,

2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan, 3) Sistem sosial dan budaya, dan

4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Penelitian ini mengambil materi pelajaran IPS kelas V Semester II yaitu mengenai “mempertahankan kemerdekaan Indonesia”, yang berada pada ruang lingkup waktu, keberlanjutan dan perubahan. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), serta indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Standar Kompetensi: menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

2. Kompetensi Dasar: menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.

3. Indikator:

(25)

b. Menceritakan agresi militer Belanda terhadap Indonesia. c. Menceritakan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda.

d. Menceritakan peranan beberapa tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.

e. Memberikan contoh cara menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. (Sumber: Silabus Mata Pelajaran

IPS Kelas V Semester Genap SD N 2 Kebakalan).

6. Hasil Belajar IPS

Dari berbagai pendapat mengenai hasil belajar, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan sikap, mental, dan perilaku seseorang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang dapat diukur melalui proses penilaian setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti kemampuan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.

(26)

diambilkan melalui seleksi dari humaniora, matematika, dan ilmu alam untuk mengembangkan warga negara yang baik.

Kemudian mengenai tujuan pembelajaran IPS, dari berbagai uraian dapat disimpulkan bahwa tujuan diberikannya mata pelajaran IPS di SD adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa terhadap masalah-masalah sosial yang berkaitan dengan masyarakat. Tujuan tersebut diharapkan agar siswa mampu memecahkan masalah-masalah sosial lainnya sebagai bentuk pengembangan atas pengetahuan yang telah dipelajari, sehingga siswa mampu menghadapi tantangan kehidupan, baik di masa sekarang ataupun di masa yang akan datang.

Dengan demikian, hasil belajar IPS merupakan perubahan sikap, mental, dan perilaku siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang dapat diukur melalui proses penilaian setelah melakukan kegiatan belajar IPS dengan cara mencari berbagai informasi sehingga siswa mampu mencapai hasil optimal dalam belajarnya serta diharapkan agar siswa mampu memecahkan masalah-masalah sosial sebagai bentuk pengembangan atas pengetahuan yang telah dipelajari, sehingga siswa mampu menghadapi tantangan kehidupan, baik di masa sekarang ataupun di masa yang akan datang.

(27)

B.Strategi Pembelajaran Aktif di SD 4. Strategi Pembelajaran

Menurut Wina Sanjaya (2007: 123), istilah strategi pada mulanya digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Sebelum seseorang yang berperan dalam mengatur strategi melakukan suatu tindakan, ia akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari segi kuantitas maupun kualitas; misalnya kemampuan tiap personal, jumlah dan kekuatan persenjataan, motivasi pasukan, dan sebagainya. Kemudian ia akan mencari tahu tentang kekuatan lawan, mengenai jumlah prajurit dan persenjataanya. Selanjutnya barulah menyusun tindakan, baik mengenai siasat perang, taktik dan teknik perang, maupun waktu yang pas untuk melakukan penyerangan, dan lain sebagainya. Dengan demikian, dalam menyusun strategi hendaknya mempertimbangkan berbagai faktor, baik faktor dari dalam maupun dari luar.

J. R. David (Wina Sanjaya, 2007: 124) mengemukakan bahwa strategi adalah a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular eduacational goal. Dengan kata lain strategi pembelajaran dapat

(28)

a. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Berarti penyusunan strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan.

b. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfataan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan untuk pencapaian tujuan. Oleh karena itu, sebelum menentukan strategi perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya sebab tujuan adalah roh dalam implementasi suatu strategi.

Strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran dan peserta didik, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Strategi pembelajaran dapat pula disebut sebagai cara yang sistematis dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada peserta didik untuk mencapai kompetensi dasar tertentu. Jadi, strategi pembelajaran berkenaan dengan bagaimana (the how) menyampaikan isi pelajaran atau memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik (Trianto, 2010: 180).

(29)

serangkaian cara yang sistematis untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

5. Strategi Pembelajaran Aktif

Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Salah satu faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah faktor kelemahan otak manusia. Sebagian besar manusia belajar dengan mengandalkan indera pendengaran yang mempunyai beberapa kelemahan, padahal seharusnya hasil belajar disimpan sampai waktu yang lama.

Pembelajaran aktif sebenarnya telah ada sejak masa sebelum masehi, yaitu lebih dari 2400 tahun yang lalu. Hal ini sesuai dengan kata mutiara yang disampaikan oleh seorang filosof asal Cina, Konfusius yaitu:

Apa yang saya dengar, saya lupa Apa yang saya lihat, saya ingat Apa yang saya lakukan, saya paham.

Pernyataan tersebut kemudian dimodifikasi oleh Silberman yang disebutnya sebagai paham belajar aktif, yaitu:

What I hear, I forget.

What I hear and see, I remember a little.

What I hear, see, and ask question about or discus with someone else, I began to understand.

What I hear, see, discus, and do, I acquire knowledge and skill. What I teach to another, I master.

Yang saya dengar, saya lupa.

Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat.

Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai paham.

(30)

Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai. (Silberman, 2009: 1)

Undang-undang Sisdiknas No. 20/2003 Bab I pasal 1 (1) berbunyi, “yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya sendiri”. Inilah secara teoritis

disebut pembelajaran berpusat siswa yang diadopsi ke dalam sistem pendidikan nasional. Definisi tersebut merupakan perwujudan perubahan mendasar dari pengajaran menjadi pembelajaran. Pengajaran secara istilah mewakili peranan guru yang dominan sebagai pengajar, sedangkan pembelajaran menunjukkan peranan siswa aktif sekaligus mengoreksi peranan dominan guru (Utomo Dananjaya, 2012: 25). Jadi dengan kata lain, pembelajaran aktif sesuai untuk mewujudkan tujuan dari pendidkan.

Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif (Hisyam Zaini, Bermawy, dan Sekar Ayu, 2008: xiv). Hal ini senada dengan pendapat Rusman (2011: 324) yang menyatakan bahwa pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas sehingga siswa mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya.

(31)

pembelajaran. Sebagai motivator, maksudnya guru berperan memberikan motivasi pada siswa, dalam hal ini guru hendaknya memperjelas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sehingga minat siswa terhadap pembelajaran akan tumbuh. Selain itu hendaknya guru dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan memberikan pujian serta komentar yang wajar terhadap hasil kerja siswa.

Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu (2008: xiv) menyatakan bahwa ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Melalui pembelajaran aktif, peserta didik ikut serta dalam semua proses pembelajaran, baik itu melibatkan fisik, mental maupun sosial peserta didik. Dengan demikian maka peserta didik akan merasakan suasana yang menyenangkan dan bermakna sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan.

(32)

dan melibatkan indera belajar yang banyak (Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu, 2008: xvii).

Wina Sanjaya (2006: 135) mengemukakan bahwa dalam standar proses pendidikan, pembelajaran dirancang untuk membelajarkan siswa. Artinya, sistem pembelajaran menempatkan siswa pada subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa. Pembelajaran beorientasi aktivitas siswa menurut Wina Sanjaya, dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa, baik terlibat secara intelektual maupun emosional mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas sehingga siswa mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya serta tujuan pembelajaran dapat dicapai lebih baik.

6. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Saling Tukar Pengetahuan (Active Knowledge Sharing) dalam Pembelajaran IPS

Strategi pembelajaran aktif memiliki banyak tipe, diantaranya (Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu A., 2007: 2 - 61) adalah: critical incident (pengalaman penting), prediction guide (tebak pelajaran), teks

(33)

prediksi kawan, assessment search (menilai kelas), question student have (pertanyaan dari siswa), instant assessment (penilaian instan), active knowledge sharing (saling tukar pengetahuan), true or false (benar atau

salah), learning starts with a question (pelajaran dimulai dengan pertanyaan), listening teams (tim pendengar), guided note taking (catatan terbimbing), guided teaching (mengajar terbimbing), active debate (debat aktif), reading aloud (membaca keras), plantet question (pertanyaan rekayasa), card sort (sortir kartu), jigsaw learning (pembelajaran model jigsaw), snow balling (bola salju), everyone is a teacher here (semua bisa jadi guru), dan sebagainya.

a. Pengertian Saling Tukar Pengetahuan (Active Knowledge Sharing) Penelitian ini menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing). Hisyam Zaini, Bermawy M., dan Sekar Ayu. A (2008:22), menyatakan bahwa tipe ini adalah salah satu strategi yang dapat membawa peserta didik untuk siap belajar materi pelajaran dengan cepat. Strategi ini dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan peserta didik disamping untuk membentuk kerjasama kelompok. Strategi ini dapat dilakukan pada hampir semua materi mata pelajaran.

(34)

juga dapat digunakan untuk menilai tingkatan peserta dan membantu pembentukan kelompok. Cara ini dapat digunakan untuk kelompok apapun dan dengan materi apapun.

b. Langkah–Langkah Pembelajaran Saling Tukar Pengetahuan (Active Knowledge Sharing)

Langkah-langkah pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) menurut Hizyam Zaini, Bermawy, dan Sekar Ayu (2008: 22) adalah sebagai berikut.

1) Menyiapkan sebuah daftar pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Pertanyaan-pertanyaan itu dapat berupa:

a) definisi atau istilah.

b) pertanyaan pilihan guru mengenai fakta atau konsep. c) mengidentifikasi seseorang.

d) melengkapi kalimat. e) dan lain–lain.

2) Meminta siswa menjawab berbagai pertanyaan dengan sebaik-baiknya.

(35)

4) Meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk mereka, kemudian periksalah jawaban mereka. Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh siswa. Gunakan jawaban-jawaban yang muncul sebagai jembatan untuk mengenalkan topik penting di kelas.

Sedangkan prosedur saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) menurut Silberman (2010:94) adalah sebagai berikut.

1) Sediakan daftar pertanyaan mengenai materi pelatihan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik. Beberapa kategori pertanyaan yang dapat digunakan:

2) Meminta para peserta didik menjawab pertanyaan semampu mereka. 3) Meminta para peserta didik mengitari ruangan, kemudian temukan

peserta yang memiliki jawaban yang tidak mereka miliki. Doronglah peserta didik untuk saling membantu atau mintalah para peserta untuk berbagi jawaban dalam sebuah kelompok.

4) Kumpulkan kembali seluruh kelompok dan buatlah ringkasan jawaban-jawaban mereka. Berikan jawaban pada pertanyaan yang tidak seorang peserta pun dapat menjawab.

Berdasarkan langkah-langkah strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) di atas, penelitian ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menyiapkan daftar pertanyaan berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan materi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

(36)

3) Mengajak siswa keliling ruangan mencari siswa lain yang dapat diajak bekerjasama/saling membantu menjawab LKS.

4) Memnita siswa kembali ke tempat masing-masing dan mengulas jawaban-jawaban siswa.

5) Menjawab pertanyaan yang tidak bisa atau belum terjawab dengan baik oleh siswa.

6) Menggunakan informasi dari jawaban-jawaban tersebut sebagai jalan untuk memperkenalkan topik-topik penting dalam materi IPS tersebut. 7. Kekurangan dan Kelebihan Strategi Pembelajaran Aktif

Silberman (2009: 31-34) mengemukakan beberapa hal mengenai kekhawatiran dalam penerapan pembelajaran aktif yang dapat menjadi kendala atau kekurangan pembelajaran aktif, antaran lain:

a. Menyita banyak waktu

b. Ada kemungkinan siswa akan menyampaikan informasi yang salah dalam metode belajar aktif berbasis kelmpok.

c. Membutuhkan banyak persiapan dan kreativitas.

d. Semakin siswa tidak terbiasa dengan belajar aktif maka akan semakin sulit pada awalnya untuk menerapkan pembelajaran aktif tersebut. Ada beberapa hal dalam pembelajaran aktif yang dapat menjadi kendala dalam penerapannya di dalam kelas, namun pembelajaran aktif juga memiliki beberapa kebihan sebagai berikut:

(37)

b. Menumbuhkan rasa semangat dan kerjasama dalam metode belajar aktif berbasis kelompok.

c. Siswa terlibat secara aktif saat kegiatan pembelajaran. d. Menciptakan minat dan motivasi awal terhadap pelajaran.

C.Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Menurut Nasution (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 89), masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira sebelas atau dua belas tahun. Saat anak masuk sekolah dasar, maka dimulailah sejarah baru kehidupannya yang akan mengubah sikap dan tingkah lakunya.

Suryobroto menyebutkan bahwa masa usia sekolah dianggap sebagai masa intelektual atau masa keserasian sekolah. Sangat sukar menentukan pada usia berapa tepatnya anak matang untuk masuk sekolah dasar, karena kematangan itu tidak ditentukan oleh umur semata (Syaiful Bahri, 2002: 90).

Menurut Suryobroto, masa keserasian bersekolah diperinci menjadi dua fase, sebagai berikut:

1. Masa Kelas-Kelas Rendah Sekolah Dasar

Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah seperti yang disebutkan di bawah ini:

a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.

b. Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan yang tradisional.

c. Ada kecenderungan memuji sendiri.

d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain kalau hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain. e. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu

(38)

f. Pada masa ini (terutama pada umur 6 – 8) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

2. Masa Kelas-Kelas Tinggi Sekolah Dasar

Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini adalah sebagai berikut:

a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

b. Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.

c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor.

d. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya.

e. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok-kelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama. Di dalam permaianan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada aturan permaianan taradisional, mereka membuat peraturan sendiri.

(Syaiful Bachri, 2002: 90-91)

Piaget (John W. Santrock, 2007: 50-57) mengajukan empat tahap perkembangan kognitif yaitu:

a. Tahap sensorimotor (sensorimotor stage), dari lahir sampai usia 2 tahun. Dalam tahap ini, bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan mengoordinasikan pengalaman sensori (seperti melihat, menyentuh) - oleh karena itu, disebut sensorimotor.

b. Tahap praoperasional (preoperational stage), usia 2 sampai 7 tahun. Tahap ini lebih simbolik daripada tahap sensorimotor, tetapi tidak melibatkan pemikiran operasional. Namun, tahap ini lebih bersifat egosentris dan intuitif daripada logis.

(39)

operasi. Pemikiran yang logis menggantikan pemikiran intuitif, tetapi hanya dalam situasi yang konkrit.

d. Tahap operasional formal (formal operational stage), usia 11 sampai 15 tahun. Pada tahap ini, individu-individu mulai mengambil keputusan berdasarkan pengalaman nyata dan berpikir lebih abstrak, idealis, dan logis.

Atas dasar karakteristik di atas, maka siswa SD kelas V yang berusia rata-rata 11 tahun tergolong pada masa kelas tinggi dan berada pada tahap peralihan operasional konkret ke tahap operasional formal. Selain itu, siswa kelas V SD juga senang membentuk kelompok bermain dan memiliki rasa ingin belajar meskipun telah menetapkan minat pada pelajaran tertentu. Dengan kata lain, siswa kelas V SD telah mampu berfikir formal dengan bantuan dan bimbingan dari guru untuk dapat membuat kelompok belajar dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

D.Kerangka Pikir

(40)

Untuk memecahkan masalah tersebut, digunakanlah strategi pembelajaran akif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing). penggunaan strategi ini dalam pembelajaran IPS disesuaikan dengan langkah-langkah atau prosedur saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing), yaitu:

1) Menyiapkan daftar pertanyaan berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan materi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

2) Meminta siswa menjawab LKS dengan sebaik-baiknya.

3) Mengajak siswa keliling ruangan mencari siswa lain yang dapat diajak bekerjasama/saling membantu menjawab LKS.

4) Memnita siswa kembali ke tempat masing-masing dan mengulas jawaban-jawaban siswa.

5) Menjawab pertanyaan yang tidak bisa atau belum terjawab dengan baik oleh siswa.

6) Menggunakan informasi dari jawaban-jawaban tersebut sebagai jalan untuk memperkenalkan topik-topik penting dalam materi IPS tersebut.

(41)

Gambar 1. Kerangka Pikir E.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hasil kajian kepustakaan dan kerangka berpikir di atas, diajukan hipotesis berikut: ”jika strategi pembelajarn aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) diterapkan dalam pembelajaran IPS, maka dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V di SD N 2 Kebakalan”.

F. Definisi Operasional

1. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Yang dimaksud dengan hasil belajar IPS dalam penelitian ini adalah hasil belajar aspek kognitif (pengetahuan dan pemahaman) dalam pembelajaran IPS di kelas V SD N 2 Kebakalan., yaitu berupa skor/nilai yang diperoleh siswa dalam setiap akhir pembelajaran IPS.

Keadaan Awal: Hasil Belajar IPS rendah

Melakukan langkah-langkah strategi pembelajaran aktif tipe

active knowledge sharing

Keadaan Setelah Tindakan: Hasil Belajar IPS

(42)

2. Strategi Pembelajaran Aktif

Strategi pembelajaran aktif dalam penelitian ini menggunakan tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing), yaitu penerapan langkah-langkah pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing) pada pembelajaran IPS, seperti berikut ini.

a. Menyiapkan daftar pertanyaan berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan materi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

b. Meminta siswa menjawab LKS dengan sebaik-baiknya.

c. Mengajak siswa keliling ruangan mencari siswa lain yang dapat diajak bekerjasama/saling membantu menjawab LKS.

d. Meminta siswa kembali ke tempat masing-masing dan mengulas jawaban-jawaban siswa.

e. Menjawab pertanyaan yang tidak bisa atau belum terjawab dengan baik oleh siswa.

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas berkembang dari penelitian tindakan (Action Research). Kemmis (Wina Sanjaya, 2011: 24) mengemukakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial peneliti. Pendapat lain dikemukakan oleh Burns (Wina Sanjaya, 2011: 25) yang menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan dengan melibatkan kolaborasi dan kerja sama para peneliti dan praktisi.

Arikunto & Suhardjono (2006: 3) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penelitian tindakan yang memiliki ciri tersendiri yaitu dilakukan oleh guru secara individu ataupun berkolaborasi dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dikarenakan adanya suatu masalah pembelajaran yang harus diselesaikan.

(44)

peneliti. Guru kelas bertindak sebagai pelaksana tindakan dalam proses pembelajaran, sedangkan peneliti bertindak sebagai pengamat/observer dalam proses pembelajaran. Selain itu, kerjasama guru dan peneliti juga terjadi saat proses penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan soal hasil belajar IPS. Proses tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini diupayakan agar masalah yang terjadi dapat teratasi, sekaligus untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

B. Setting Penelitian

Saat penelitian, kelas dikondisikan oleh peneliti dan guru menjadi kelas yang senyaman mungkin untuk kegiatan pembelajaran, guru meminta siswa menata tempat duduk dengan rapi dan membalikkan gambar-gambar pahlawan yang tertempel pada dinding karena materi yang akan dibahas berkaitan dengan gambar para pahlawan. Siswa juga dikondisikan agar siap menerima materi pembelajaran dengan cara sehari sebelum pelaksanaan tindakan, siswa diminta mempelajari materi terkait. Sedangkan waktu dan tempat penelitian untuk lebih jelasnya akan dijabarkan seperti berikut ini. 1. Waktu Penelitian

(45)

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Kebakalan, yaitu di kelas V. Alamat lengkap dari SD Negeri 2 Kebakalan adalah di Desa Kebakalan, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. SD N 2 Kebakalan masih mudah dijangkau kendaraan karena termasuk di Desa Kebakalan yang tak jauh dari pusat Kecamatan Mandiraja. Bangunan SD N 2 Kebakalan mengahadap ke arah utara yang yang merupakan jalan kecamatan yang relatif ramai setiap hari. Di sebelah baratnya, terdapat bangunan SDLB N Kebakalan dan sebelah timur terdapat bangunan kantor kepala Desa Kebakalan.

(46)

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 2 Kebakalan semester 2, Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 28 siswa, terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah pembelajaran IPS melalui strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing). Rata-rata hasil belajar IPS kelas V SD N 2 Kebakalan termasuk rendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain dan belum optimal (sesuai dengan rata-rata UAS semester genap). Rendahnya hasil belajar IPS ini akan diperbaiki/ditingkatkan melalui strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing.

D. Prosedur Penelitian

(47)

Gambar 2. Alur PTK Model Kemmis & Mc.Taggart

Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc.Taggart pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu; plan (perencanaan), act and observe (tindakan dan observasi), serta reflect (refleksi). Keempat

(48)

bergantung kepada permasalahan yang perlu diselesaikan. Apabila permasalahan telah selesai, maka tidak dilanjutkan untuk siklus berikutnya.

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan ini sesuai dengan model Kemmis dan Mc.Taggart yaitu terdiri plan (perencanaan), act and observe (tindakan dan observasi), dan reflect (refleksi) yang saling berkaitan

dalam satu siklus. Jumlah siklus yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini tergantung pada hasil analisis tahapan refleksi, sehingga peneliti maupun guru dapat menentukan untuk melakukan siklus lanjutan atau berhenti pada siklus tertentu karena permasalah sudah terpecahkan sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

Penelitian tindakan kelas di kelas V SD Negeri 2 Kebakalan ini menggunakan dua siklus atau lebih, tergantung apakah hasil tindakan pada siklus pertama sudah terlihat atau belum. Pada siklus pertama, terdiri dari rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Sedangkan siklus kedua merupakan perbaikan siklus pertama (perbaikan rencana) dan disusun berdasarkan hasil refleksi siklus pertama, sehingga diketahui adanya peningkatan atau perbaikan.

1. Plan (Perencanaan)

Rencana tindakan dalam pelaksanaan pembelajaran IPS melalui strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing), dalam beberapa rencana yang dalam garis besarnya

(49)

a. Penyusunan materi pelajaran. Mendiskusikan dengan guru kelas mengenai materi pelajaran IPS, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan indikator yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan. Materi pelajaran yang akan diajarkan dalam pelaksanaan pembelajaran IPS, besumber dari buku pelajaran IPS kelas V dari penerbit Buku Sekolah Elektronik.

b. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan materi dan indikator yang telah ditetapkan.

c. Mempersiapkan media pembelajaran yang akan diguanakan berupa gambar, dsb.

d. Peneliti menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini:

1) Lembar observasi guru (mengamati aktivitas guru) dan lembar observasi siswa (mengamati aktivitas siswa) dalam proses pembelajaran IPS menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing).

2) Menyiapkan alat evaluasi berupa soal-soal evaluasi. Pada setiap akhir siklus akan dilakukan tes hasil belajar.

2. Act and Observe (Pelaksanaan Tindakan dan Observasi)

(50)

a. Pelaksanaan Tindakan

1) Beberapa hari sebelum proses belajar mengajar/tindakan, siswa diminta belajar mengenai materi yang bersangkutan.

2) Melaksanakan tindakan pemberian materi. Tahap ini disesuaikan dengan langkah-langkah strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing), sebagai berikut.

a) Menyiapkan daftar pertanyaan berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan materi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

b) Meminta siswa menjawab LKS dengan sebaik-baiknya. c) Mengajak siswa keliling ruangan mencari siswa lain yang

dapat diajak bekerjasama/saling membantu menjawab LKS. d) Memnita siswa kembali ke tempat masing-masing dan

mengulas jawaban-jawaban siswa.

e) Menjawab pertanyaan yang tidak bisa atau belum terjawab dengan baik oleh siswa.

f) Menggunakan informasi dari jawaban-jawaban tersebut sebagai jalan untuk memperkenalkan topik-topik penting dalam materi IPS tersebut.

b. Observasi

(51)

sharing). Pada tahap ini peneliti mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa kelas V SD N 2 Kebakalan menggunakan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aktivitas guru dan siswa melalui tindakan penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing).

3. Reflect (Refleksi)

Hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Demikian pula dengan hasil belajar siklus pertama yang diperoleh melalui post test. Hasil belajar pada siklus I sudah sesuai ataukah belum dengan kriteria keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan. Setelah mengkaji proses pembelajaran pada siklus I yaitu aktivitas guru dan aktivitas siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, apakah pembelajaran tersebut sudah efektif dengan melihat ketercapaian dalam kriteria keberhasilan pada siklus I, serta mengkaji kekurangan dan membuat daftar permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan siklus I. Kemudian membuat perencanaan tindak lanjut untuk siklus berikutnya.

E. Metode Pengumpulan Data

(52)

1. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2006: 150). Tes merupakan alat ukur yang memiliki peranan sangat penting untuk mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Penelitian ini menggunakan tes untuk mengukur hasil belajar kognitif IPS siswa kelas V SD N 2 Kebakalan. Tes dilakukan setelah pelaksanaan tindakan pada akhir setiap siklus. Hasil tes pada setiap siklus dianalisis untuk mengetahui nilai/skor hasil belajar setelah proses pembelajaran/pemberian tindakan dan tetap mengacu pada kriteria keberhasilan penelitian.

2. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik non tes. Menurut pengertian psikologik, observasi atau yang biasa disebut pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian pada sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera (Suharsimi Arikunto, 2006:156-157). Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.

(53)

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pedoman observasi untuk kemudian akan disusun menjadi lembar observasi. Adapun hal-hal yang diobservasi/diamati meliputi, aktivitas guru selama proses pembelajaran dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

3. Dokumentasi

Dalam melaksanakan metode dokumentasi, penelliti dapat menggunakan dokumen, foto maupun data statistik. Untuk dokumentasi, peneliti menggunakan hasil pra tindakan (UTS II) dan post tes (tes akhir) pada setiap siklus serta dokumentasi foto. Peneliti akan meggunakan kamera untuk mengabadikan proses kegiatan belajar mengajar selama tinadakan siklus I dan II berlangsung.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode tertentu (Arikunto, 2006: 149). Instrumen yang akan digunakan oleh peneliti adalah instrumen untuk metode tes yaitu tes atau soal tes, instrumen untuk metode observasi adalah lembar observasi (check-list).

1. Tes

(54)

siklus II, maka akan diketahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa. Bentuk tes pada penelitian ini adalah pilihan ganda dan uraian. Berikut ini merupakan kisi-kisi soal tes hasil belajar siklus I dan II.

Tabel 2. Kisi-Kisi Soal Tes Evaluasi Hasil Belajar Kognitif Siklus I Standar Kompetensi: 2.Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat

dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Kompetensi

Dasar Indikator Kognitif Jml

butir penting dalam rangka memperta-hankan agresi militer Belanda terhadap Indonesia.

Tabel 3. Kisi-Kisi Soal Tes Evaluasi Hasil Belajar Kognitif Siklus II Standar Kompetensi: 2.Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat

dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. contoh cara menghargai per-juangan para tokoh dalam mempertahankan kemer-dekaan.

10,11 2

(55)

2. Lembar Observasi

Suharsimi Arikunto (2006: 157) menyebutkan bahwa observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi, yaitu:

a. Observasi non-sistematis,yang dilakukan dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.

b. Observasi sistematis, yang dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Observasi pada dasarnya dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dengan mengadakan pengamatan proses pembelajaran di kelas. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis observasi sistematis karena menggunakan sebuah pedoman yaitu dengan menggunakan lembar observasi.

Observasi dalam penelitian ini dilaksanakan selama proses pembelajaran IPS dengan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing). Penelitian ini menggunakan dua macam lembar observasi sebagai berikut:

a. Lembar observasi untuk mengetahui kegiatan guru dalam proses pembelajaran IPS menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing).

(56)

Sebelum menyusun lembar observasi, peneliti harus menyusun kisi-kisi lembar observasi terlebih dahulu. Untuk lembar observasi guru, aspek yang diamati adalah hal-hal yang seharusnya dilakukan guru pada saat proses pembelajaran IPS yang berlangsung di kelas yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang dikaitkan dengan langkah-langkah/prosedur penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing). Langkah-langkah Pembelajaran saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing).

1) Menyiapkan sebuah daftar pertanyaan/LKS yang berkaitan dengan materi pelajaran IPS tentang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

2) Meminta siswa menjawab berbagai pertanyaan dengan sebaik-baiknya.

3) Mengajak siswa berkeliling ruangan untuk mencari siswa lain yang dapat menjawab berbagai pertanyaan yang tidak siswa ketahui bagaimana menjawabnya (mendorong para siswa untuk saling membantu satu sama lain).

4) Meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk masing-masing dan mengulas jawaban-jawabannya.

5) Guru menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh siswa.

(57)

Tabel 4. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru

Aspek yang Diamati Indikator No butir

Kegiatan yang dilaku-yang sesuai dengan materi dilaku-yang diajarkan.

3.Mengajak siswa untuk berkeliling ruang kelas untuk mencari teman diskusi.

3

4.Meminta dan mendorong siswa untuk saling membantu dalam menjawab pertanyaan.

4

5.Membahas pertanyaan-pertanyaan

yang tak bisa dijawab siswa 5 6.Menggunakan informasi dari

Sedangkan pada lembar observasi aktivitas siswa, aspek-aspek mengenai aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran IPS dikaitkan dengan langkah-langkah pembelajaran aktif tipe saling tukar pengetahuan (active knowledge sharing).

Aktivitas belajar siswa yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain:

1) Aktivitas visual, komponen-komponennya: membaca, mengamati. 2) Aktivitas lisan (oral), komponen-komponennya: mengemukakan

pendapat, diskusi.

(58)

4) Aktivitas menulis, komponen komponennya: menulis jawaban, mengerjakan tes, menulis rangkuman,

5) Aktivitas mental, komponen-komponennya: kerjasama. 6) Aktivitas emosional, komponen-komponennya: berani, fokus. Tabel 5. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Aspek yang 1. Aktivitas Visual Membaca lembar pertanyaan yang

diberikan oleh guru dengan seksama

1, 2 2

Mengamati media pembelajaran 2. Aktivitas Lisan Mengemukakan pendapat tentang

jawaban dari guru

3, 4 2

Melakukan diskusi dengan teman untuk menjawab lembar pertanyaan 3. Aktivitas

mendengarkan

Mendengarkan penjelasan dari guru 5, 6 2

Mendengarkarkan penjelasan teman.

4. Aktivitas menulis Menulis jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru

7,8,9 3

Menulis rangkuman pembelajaran Mengerjakan soal tes/evaluasi 5. Aktivitas mental Melakukan kerjasama dengan

teman untuk menjawab lembar pertanyaan

10 1

6. Aktivitas emosional

Berani menjawab pertanyaan dari guru

11, 12 2

Fokus terhadap kegiatan pembelajaran

Jumlah 12 12

G. Validitas Instrumen

Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang diukur (Sugiyono, 2007: 348). Senada dengan pendapat tersebut,

(59)

mengemukakan bahwa validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan hasil pengalaman. Hal yang pertama akan diperileh validitas logis (logical validity) dan hal yang kedua dapat diperoleh validitas empiris (empirical validity). Validitas logis dalam sebuah instrumen menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai sebuah instrumen, yaitu validitas isi dan validitas konstruk.

Validitas isi menurut Suharsimi Arikunto (2008: 67) yaitu sebuah tes dapat dikatakan memiliki validitas isi pelajaran yang diberikan. Sugiyono (2007: 182) juga berpendapat bahwa untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah dijarkan sebelumnya. Secara teknis, pengujian validitas isi atau validitas konstruk dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi-kisi-kisi terdapat variabel yang diteliti, indikator tolak ukur, dan nomor butir soal (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir
Gambar 2 . Alur PTK Model Kemmis & Mc.Taggart
Tabel 2. Kisi-Kisi Soal Tes Evaluasi Hasil Belajar Kognitif Siklus I Standar Kompetensi: 2.Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat
Tabel 4. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru Aspek yang Diamati Indikator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Penatalaksanaan Fisioterapi Kondisi Frozen Shoulder e.c Tendinitis M.Rotator Cuff dengan Modalitas

Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau Sectio Caesarea adalah suatu

Kegunaan dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberi informasi kepada peternak tentang hubungan antara ukuran tubuh dan lingkar skrotum terhadap kualitas

merupakan titik terpenting karena akan menentukan rasa. Adonan yang telah digiling dan dihaluskan kemudian ditambahkan dengan bahan pengisi, bahan pengemulsi dan

Dengan dibentuknya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Ciamis berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 8 Tahun 2016 tentang

Laporan akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma tiga pada jurusan teknik Elektro Politeknik Negeri Sriwijya

Dengan memahami esensi dan makna dari pengaruh faktor sosial budaya bagi kehidupan klien kanker payudara, maka hasil review ini akan memberikan pemahaman kepada

Jenis Instrumen Keuangan PSAK 55 Instrumen Keuangan Aset Keuangan Liabilitas Keuangan Instrumen Ekuitas Instrumen Derivatif Instrumen Lindung Nilai Aset Keuangan yang diukur