• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MMI TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MMI TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING

BERBANTUAN MMI TERHADAP PENINGKATAN HASIL

BELAJAR RANAH KOGNITIF PADA MATA PELAJARAN

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Komputer

Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI

diajukan oleh: Hasbi Al-Mauritsa Husein

0608750

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Penerapan Model Pembelajaran

Discovery Learning Berbantuan MMI

Terhadap Hasil Belajar Ranah Kognitif

Pada Mata Pelajaran Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK)

Oleh

Hasbi Al-Mauritsa Husein

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Hasbi Al-Mauritsa 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING

BERBANTUAN MMI TERHADAP PENINGKATAN HASIL

BELAJAR RANAH KOGNITIF PADA MATA PELAJARAN

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

Oleh:

Hasbi Al-Mauritsa Husein NIM. 0608750

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Dr. Dedi Rohendi, MT NIP. 196705241993021001

Pembimbing II

Jajang Kusnendar,MT NIP. 197506012008121001

Mengetahui:

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer Fakultas Pendidikan Matematika dan Komputer

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MMI TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF

PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

Hasbi Al-Mauritsa Husein NIM. 0608750

Pembimbing I : Dr. Dedi Rohendi, MT Pembimbing II : Jajang Kusnendar,MT Jurusan Pendidikan Ilmu Komputer, FPMIPA-UPI

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah diterapkannya model pembelajaran Discovery Learning berbantuan MMI. Metode penelitian yang digunakan adalah pre-experiment dengan desain penelitian one group pretest posttest design. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X-2 pada salah satu SMA Swasta di Kabupaten Bandung yang diambil dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui pemberian tes hasil belajar ranah kognitif berupa tes obyektif bentuk pilihan ganda dan lembar keterlaksanaan pembelajaran model pembelajaran Discovery Learning. Analisis data yang dilakukan adalah dengan cara menghitung skor gain yang dinormalisasi. Dari hasil analisis data diperoleh rata-rata gain yang dinormalisasi pada hasil belajar sebesar 0,53 dengan kriteria sedang. Untuk tiap tingkatan kognitif, yaitu tingkat pengetahuan (C1) diperoleh rata-rata gain yang dinormalisasi sebesar 0,62 dengan kriteria sedang, tingkat pemahaman (C2) sebesar 0,51 kriteria sedang, dan tingkat pengaplikasian (C3) sebesar 0,48 kriteria sedang. Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Discovery Learning berbantuan MMI pada pembelajaran perulangan dalam bahasa pemrograman pascal dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa dalam kategori sedang.

(5)

The Applying Of Discovery Learning Model With IMM Assisted

To Increase Students’ Study Result On Cognitive Domain In

Information Technology And Communication Subject (ICT)

Hasbi Al-Mauritsa Husein NIM. 0608750

Pembimbing I : Dr. Dedi Rohendi, MT Pembimbing II : Jajang Kusnendar,MT Jurusan Pendidikan Ilmu Komputer, FPMIPA-UPI

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the increase students’ study result on cognitive domain after the implementation of Discovery Learning model with IMM assisted. The research method used is a pre-experiment with the design of the research one group pretest posttest design. The samples in this research were the students of class X-2 at a private high school in Bandung regency taken by purposive sampling technique. The Data collection in this research by giving cognitive domains tests student’s study results with objective tests of multiple choice and sheets enforceability lerning of Discovery Learning model. Data analysis was performed by calculating the normalized gain scores. From the analysis of the data obtained by the average normalized gain for student’s study result at 0.53 with the medium criteria. For each cognitive level, which is the level of knowledge (C1) obtained an average normalized gain at 0.62 with the medium criteria, the level of understanding (C2) at 0.51 with the medium criteria, and the application level (C3) at 0.48 with the medium criteria. These results indicate that the application of Discovery Learning model with IMM assisted on the loop study pascal programming language can increase students' study results on cognitive domains in the medium category.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Batasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Dan Maksud Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian... 6

1.6 Definisi Operasional ... 7

1.7 Variabel Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ...8

2.1 Belajar Dan Hasil Belajar ... 8

2.2 Hasil belajar pada Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ... 10

2.3 Model Pembelajaran Discovery Learning (Belajar Penemuan) ... 11

2.4 Media Pembelajaran ... 20

2.5 Multimedia Interaktif ... 21

2.6 Pengertian Bahasa pemrograman dan Pascal ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ...30

3.1 Metode dan Desain Penelitian ... 30

(7)

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.4 Prosedur Penelitian ... 32

3.5 Instrumen Penelitian ... 36

3.6 Teknik Analisis Instrumen Penelitian ... 38

3.7 Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 43

3.8 Data dan Teknik Pengolahan Data ... 46

3.9 Pelaksanaan Penelitian ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...51

4.1 Peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 51

4.2 Peningkatan Ranah Kognitif Siswa ... 53

4.3 Keterlaksanaan Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan MMI ... 57

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...70

5.1 Kesimpulan... 70

5.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ...72

LAMPIRAN – LAMPIRAN ...74

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di masa sekarang ini perkembangan teknologi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan yang memiliki peranan sangat penting dalam menunjang proses pembangunan. Pendidikan juga merupakan hal yang paling utama bagi kita semua, karena pada dasarnya pendidikan bermaksud membantu dan menumbuhkan berbagai potensi yang ada dalam dirinya. Hal ini seperti yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 (2003 : 3) dijelaskan mengenai pengertian pendidikan sebagai berikut:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Slameto (2003:13), belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selain itu Pembelajaran harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, sehingga antara input dan output akan terjadi suatu proses yang dapat membangun karakter-karakter yang sesuai dengan potensi yang terdapat pada diri seorang siswa dengan cara memberikan pendidikan secara menyeluruh. Peran seorang guru semakin diharapkan untuk muncul sebagai figur yang bukan hanya mentransformasi ilmu, tetapi juga sebagai, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan konselor sebagaimana yang dikemukakan oleh Adams & Decey (dalam Usman, 2006 : 9).

(9)

mata pelajaran yang disajikan di lembaga pendidikan tersebut, termasuk pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Oleh karena itu, masalah rendahnya hasil belajar menjadi suatu hal yang perlu dikaji dan dibenahi oleh guru. Perlu suatu kajian dan perubahan pola belajar yang akan menjadi penunjang peningkatan hasil belajar tersebut. Ada banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut Wahab (dalam Agus, 2008 : 5) salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah “ metode pembelajaran”, sehingga iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar, demikian pula kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran.

Senada dengan itu Djahiri mengungkapkan (dalam Ichsan, 2008 : 5), bahwa „pemilihan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru.‟ Hal ini didasari oleh asumsi, bahwa ketepatan guru dalam memilih model dan metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan peningkatan hasil belajar, karena model dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru berpengaruh terhadap kualitas PBM yang dilakukannya.

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi dan memberi petunjuk kepada guru di kelas (Suprijono, 2010:45-46). Model pembelajaran terdiri atas tiga bagian, yaitu model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berdasarkan masalah.

(10)

siswa menjadi cepat bosan serta siswa yang aktif dalam pembelajaran hanya 30-40%, siswa hanya menerima informasi dari guru sehingga tidak menemukan konsep sendiri dalam pembelajaran. Selain itu, siswa banyak yang kurang siap ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, ditambah dengan hasil belajar kognitif belum memenuhi Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah, yaitu 70 pada sekala 100. Hal ini menjadi kendala bagi guru dalam mengajar terutama pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Penjelasan tersebut sejalan dengan pendapat Rusyan dan Daryani (1990: 4), yang menyatakan bahwa:

Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya kelemahan dalam pembelajaran adalah suasana dalam kegiatan pembelajaran yang tidak menyenangkan dan kurangnya minat dan usaha siswa pada mata pelajaran tersebut.

Artinya, jika suasana di kelas menyenangkan, tentu kegiatan pembelajaran pun akan menyenangkan, sehingga siswa tidak merasa dipaksa untuk menyerap pelajaran yang diberikan. Dengan adanya minat dan usaha akan mendorong siswa untuk belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat akan timbul apabila siswa tertarik akan sesuatu dan bila minat tersebut disertai dengan usaha tentu akan menentukan hasil belajar siswa.

Menurut Arsyad (2004: 8), “Agar proses pembelajaran dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya.” Guru berupaya untuk menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai indera. Dengan ini, siswa akan lebih baik dalam mengolah dan menerima informasi sehingga informasi tersebut akan dapat dipertahankan dalam ingatan. Dengan demikian, siswa diharapkan akan dapat menerima dan menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang disajikan. Hal ini sejalan dengan pendapat ahli lainnya yakni Levie dan Levie (Arsyad, 2004: 9), yang membaca kembali hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar. Ia menyimpulkan bahwa “Stimulus gambar (visual) membuahkan hasil belajar yang

(11)

Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya kelemahan dalam pembelajaran adalah kecenderungan guru untuk menggunakan metode penyajian yang selalu sama sehingga bahan pelajaran menjadi tidak menarik bagi siswa

Sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (2002:51) bahwa proses pembelajaran akan lebih efektif apabila siswa lebih aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Melalui partisipasi seorang siswa akan dapat memahami pelajaran dari pengalamannya sehingga akan mempertinggi hasil belajarnya. Tidak hanya itu, proses pembelajaran TIK adalah proses yang menyeluruh dan saling berhubungan antara materi TIK yang satu dengan lainnya. Konsep awal yang diterima siswa menjadi syarat untuk penguasaan konsep berikutnya. Pengetahuan awal siswa pada setiap pengalaman belajarnya akan berpengaruh terhadap bagaimana mereka belajar dan apa yang dipelajari selanjutnya (Triyanto 2007:21),

(12)

Dalam Peningkatan mutu pembelajaran ini harus disesuaikan dengan perkembangan zaman, begitu pula pada mata pelajaran TIK. Implementasi model dalam pembelajaran akan lebih efektif dan terarah apabila menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. Model ini biasanya digunakan untuk memecahkan persoalan yang berhubungan dengan logika matematika seperti pada materi pemrograman pascal.

Berdasarkan penelitian Susanti (2011:58) disimpulkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning (Belajar Penemuan) dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang signifikan dan Terdapat peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif siswa, serta Efektifitas model pembelajaran Discovery Learning (Belajar Penemuan) dalam meningkatkan hasil belajar siswa termasuk dalam kategori sedang pada setiap seri pembelajaran, artinya model pembelajaran

Discovery Learning (Belajar Penemuan) berbantuan MMI cukup efektif untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.

Dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning (Belajar Penemuan) berbantuan MMI pada pembelajaran TIK diharapkan siswa dapat lebih aktif dan termotivasi untuk belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Berdasarkan permasalahan di atas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Discovery Learning Berbantuan MMI Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK)”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah diterapkan model pembelajaran Discovery Learning berbantuan MMI? 2. Bagaimanakah peningkatan pada masing-masing ranah kognitif siswa

(13)

1.3 Batasan Masalah

Adapun yang menjadi batasan untuk masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar yang ditinjau dalam penelitian ini digunakan pada aspek kognitif dari taksonomi Bloom yang dibatasi pada pengetahuan atau ingatan (C1), Pemahaman (C2), pengaplikasian (C3). Besarnya peningkatan hasil belajar ditentukan melalui perhitungan nilai gain yang dinormalisasi (N-gain) dari data tes awal (pre test) sebelum diberikan

treatment (perlakuan) dan tes akhir (post test) sesudah diberikan treatment

(perlakuan).

2. Model pembelajaran Discovery Learning berbantuan MMI ini diterapkan pada mata pelajaran TIK yaitu materi pokok Perulangan atau repetition bahasa pemrograman pascal untuk siswa SMA Kelas X tahun angkatan 2012-2013.

1.4 Tujuan Penelitian

Terdapat beberapa tujuan yang diharapkan dapat dicapai setelah penelitian ini dilakukan. Tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah diterapkan model pembelajaran Discovery Learning berbantuan MMI. 2. Untuk mengetahui peningkatan pada masing-masing ranah kognitif siswa

setelah diterapkan model pembelajaran Discovery Learning berbantuan MMI.

1.5 Manfaat Penelitian

(14)

1.6 Definisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran ganda terhadap beberapa istilah yang akan digunakan dalam penelitian, maka perlu didefinisikan istilah sebagai berikut:

1. Hasil Belajar TIK

Hasil belajar siswa adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2006 : 22). Ranah kognitif meliputi aspek hafalan (C 1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4) yang diukur dengan tes hasil belajar. Hasil belajar pada ranah afektif dan psikomotor diukur dengan menggunakan format observasi yang dilakukan oleh observer. Pada hakekatnya hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa akibat dari pengolahan informasi yang terjadi melalui proses pembelajaran.

2. Model Discovery Learning berbantuan MMI

Model pembelajaran Discovery Learning (Belajar Penemuan) merupakan suatu model instuksional kognitif yang dikemukakan Bruner (1966) dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan.

1.7 Variabel Penelitian

Arikunto (2006 : 118) mengungkapkan bahwa “Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian penelitian”.

Variabel dalam penelitian ini termasuk dalam kategori hubungan sebab akibat antara variabel X dan variabel Y. Variabel pada penelitian ini yaitu:

a. Variabel bebas adalah model pembelajaran Discovery Learning (Belajar Penemuan)

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre-

experiment. Pre-Experiment yaitu metode penelitian yang hanya menggunakan

satu kelas saja tanpa adanya kelas kontrol atau pembanding, hal ini dilakukan dengan alasan bahwa tidak mungkin ada dua kelas yang memiliki siswa dengan kondisi yang sama persis. Hal ini merujuk pada pendapat Arikunto (2006: 84) sebagai berikut:

Pre Eksperimental Design seringkali dianggap sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya. Oleh karena itu, sering disebut juga dengan istilah “quasi

experiment” atau eksperimen pura-pura. Disebut demikian karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu.

Selain itu, metode penelitian Pre-Experiment ini, sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran Discovery Learning, yakni dengan melihat perbedaan antara pretest dan posttest setelah diberikan suatu treatment (perlakuan). Metode ini digunakan karena peneliti tidak mampu mengontrol semua variabel yang berpengaruh. Salah satu contoh variabel yang berpengaruh dan tidak dapat peneliti kontrol yaitu proporsi belajar siswa yang dijadikan sampel penelitian tidak sama.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-posttest design, Dalam desain ini, pengukuran dilakukan dua kali yaitu

sebelum dan sesudah eksperimen dengan instrumen yang sama. Pengukuran yang dilakukan sebelum dilakukan eksperimen disebut pretest dan pengukuran yang dilakukan setelah eksperimen disebut posttest.

(16)

test dan post test dalam penelitian ini merupakan instrumen untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif (C1,C2,C3) yang telah dijudgement dan diuji cobakan terlebih dahulu. Untuk mengetahui peningkatan aspek kognitif setelah diterapkan model pembelajaran Discovery Learning (Belajar Penemuan), maka hasil pretest dan posttest siswa pada tiap seri diolah dan dianalisis dengan menggunakan uji signifikansi.

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Sampel Kelas Pretes Perlakuan Postes

E T X T

Keterangan :

T : Tes awal (prettest) dan tes akhir (posttes).

X : Perlakuan (treatment) yang diberikan yaitu pembelajaran dengan model Discovery Learning

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Panggaben (1996: 48) populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau universe. Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap populasi dan diambil dengan menggunakan teknik sampling. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X-2 di salah satu SMA Swasta di Kabupaten Bandung semester 2 tahun ajaran 2012/2013 yang tersebar dalam tiga kelas. Sedangkan sampelnya adalah kelas XI IPA dengan jumlah siswa 30 orang. Teknik penentuan sampel dengan menggunakan purposive sample, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu supaya dapat menunjang keterlaksanaan penelitian. Mengenai hal ini, Lutan, Berliana, dan Sunaryadi (2007: 99) menjelaskan bahwa:

(17)

menentukan sampel yang dipercaya berdasarkan atas informasi terdahulu, dan

akan memberikan data yang diperlukan.”

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Dalam melaksanakan penelitian ada beberapa teknik yang penulis gunakan antara lain :

a. Observasi

Studi ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang teori atau pendekatan yang erat hubungannya dengan permasalahan yang sedang diteliti.

b. Tes

Arikunto (2007: 53) menyatakan bahwa “tes merupakan alat atau prosedur

yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.”

Alat pengumpul data adalah tes hasil belajar berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban. Item-item tes yang yang dipergunakan untuk pengumpulan data hasil belajar ini merupakan materi pokok Perulangan atau repetition bahasa pemrograman pascal. Tes atau ujian dilaksanakan pada saat pretest dan posttest. Pretest atau tes awal diberikan dengan tujuan mengetahui kemampuan awal kedua kelompok penelitian.

Sementara posttest atau test akhir diberikan dengan tujuan untuk melihat kemajuan dan perbandingan peningkatan hasil belajar pada kelompok penelitian. 3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur (tahapan) penelitian di lapangan adalah meliputi dua tahapan yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan penelitian.

1. Tahap Persiapan Penelitian

(18)

a. Mengkaji dan melakukan penelaahan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian.

b. Melakukan kajian kurikulum dan silabus yang berkaitan dengan pokok bahasan yang dijadikan materi dalam penelitian untuk menentukan tujuan pembelajaran, serta indikator dan hasil belajar yang harus dicapai oleh setelah pembelajaran, serta alokasi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pembelajaran.

c. Menentukan tempat atau sekolah yang akan dijadikan subjek penelitian, menghubungi guru Pelajaran TIK yang berkaitan dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum.

d. Membuat surat izin penelitian ke lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan surat izin penelitian.

e. Diskusi dan konsultasi dengan guru mata pelajaran TIK yang terkait untuk menentukan populasi dan sampel.

f. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan scenario pembelajaran yang sesuai denga model pembelajaran Discovery

Learning (Pembelajaran Penemuan).

g. Mengkonsultasikan dan mendiskusikan model dan rencana pembelajaran yang telah disusun baik dengan dosen pembimbing maupun guru mata pelajaran TIK yang terkait. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan melibatkan guru dan dosen bertujuan untuk menyesuaikan kondisi siswa dengan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan sehingga pembelajaran dapat berjalan lebih baik. h. Mengembangkan instrumen penelitian.

i. Mempertimbangkan (judgement) instrumen penelitian oleh dua orang dosen ahli.

j. Menguji coba instrumen penelitian.

(19)

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Pelaksanaan pembelajaran perkenalan dan adaptasi antara peneliti dengan sekolah, kelas, lingkungan dan sampel penelitian.

b. Pelaksanaan tes awal (pretest), untuk kelas yang dijadikan sampel penelitian.

c. Pelaksanaan pembelajaran dengan Discovery Learning untuk sampel penelitian pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga.

d. Observasi terhadap keterlasanaan pembelajaran dengan Discovery

Learning dilakukan bersamaan ketika pembelajaran berlangsung.

Observer mengamati proses pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa dan aktivitas guru dan mengisi lembar keterlaksanaan tahapan dalam pembelajaran. Hasil observasi pelaksanaan model tersebut kemudian dibahas bersama setelah pembelajaran berakhir untuk dijadikan bahan perbaikan bagi pembelajaran berikutnya, sehingga model yang akan diterapkan pada pembelajaran selanjutnya diharapkan dapat lebih baik.

e. Setelah pertemuan ketiga berakhir maka dilakukan tes akhir (posttest), untuk kelas yang dijadikan sampel penelitian.

3. Tahap Akhir

Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan antara lain :

a. Mengolah data hasil pre-test dan post-test serta menganalisis lembar observasi keterlaksanaan guru dan siswa.

b. Membandingkan hasil analisis data tes antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan untuk melihat dan menentukan apakah terdapat peningkatan setelah diterapkan pembelajaran dengan Discovery

Learning.

c. Memberi kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data.

(20)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini, digambarkan dalam bentuk bagan seperti pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1

Tes awal (prettest) Perumusan Masalah

Studi literatur dan telaah kurikulum

Pembuatan instrumen penelitian Studi pendahuluan

Pengolahan data Uji coba dan analisis instrumen

Pembelajaran dengan menerapkan

Model Pembelajaran Discovery Learning

Tes akhir (posttest)

Analisis data dan pembahasan

Kesimpulan

Observasi

Judgement instrumen penelitian

(21)

3.5 Instrumen Penelitian

Data-data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan instrumen-instrumen penelitian yang terdiri dari instrumen-instrumen tes dan instrumen-instrumen non-tes.

1. Pengembangan Multimedia Interaktif

Tahap-tahap yang dilakukan dalam pengembangan multimedia interaktif dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Tahap Perancangan

Pada tahap ini, dilakukan persiapan materi yang akan disajikan ke dalam multimedia interaktif. Sebelum membuat multimedia interaktif, dilakukan perancangan alur cerita atau storyboard dan flowchart terlebih dahulu yang memberikan gambaran seperti apa materi ajar yang akan disampaikan. Storyboard merupakan gambaran umum seperti mengenai multimedia pembelajaran yang akan dibuat. Sedangkan flowchart merupakan bagan-bagan yang digunakan sebagai alat bantu untuk menggambarkan proses di dalam program. Lebih jelasnya flowchart dan storyboard dapat dilihat pada lampiran.

b. Tahap Produksi

Pada tahapan ini, dilakukan pembuatan multimedia pembelajaran. Perangkat lunak yang diperlukan untuk membuat multimedia pembelajaran ini adalah program Microsoft Word 2007, dan Adobe

Flash CS3. Proses produksi tersebut menggunakan berbagai tools yang

telah disediakan dan juga beberapa script untuk menghubungkan

screen satu dengan yang lainnya. c. Tahap Judgement

Pada tahapan ini dilakukan proses judgement atau pengujian multimedia pembelajaran yang telah dibuat. Judgement multimedia pembelajaran dilakukan oleh dosen ahli.

d. Tahap Revisi

(22)

2. Instrumen Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes formatif. Tes formatif merupakan tes tertulis yang dilaksanakan di setiap akhir siklus pembelajaran yang mencakup satu sub pokok bahasan. Tes formatif dilaksanakan bertujuan untuk mengukur prestasi belajar fisika dan mereflesikan kegiatan belajar-mengajar yang dilaksanakan dalam rangka perbaikan siklus berikutnya. Bentuk dari tes formatif berupa tes objektif.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen penelitian adalah sebagai berikut :

a. Membuat kisi-kisi soal sesuai dengan indikator yang telah dibuat dan disesuaikan pula dengan kurikulum yang berlaku di sekolah yang bersangkutan.

b. Menulis soal tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat dan membuat kunci jawaban.

c. Mengkonsultasikan soal-soal instrumen dan melakukan revisi kepada dosen pembimbing sebagai perbaikan awal.

d. Meminta pertimbangan (judgement) kepada dua orang dosen dan satu orang guru bidang studi fisika terhadap soal-soal.

e. Melakukan perbaikan soal berdasarkan bahan pertimbangan tersebut.

f. Mengujicobakan soal-soal di salah satu kelas di sekolah yang mempunyai kemampuan yang sama dengan sekolah tempat diadakannya penelitian atau di sekolah tempat penelitian berlangsung namun pada kelas yang lebih tinggi dibanding dengan kelas penelitian.

(23)

h. Menentukan butir-butir soal yang digunakan sebagai soal-soal dalam tes awal dan tes akhir berdasarkan hasil uji coba.

3. Instrumen Non-Tes

Lembar observasi merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk memperoleh gambaran langsung mengenai aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran TIK. Melalui kegiatan ini diharapkan diperoleh informasi mengenai gambaran pembelajaran yang sedang berlangsung, seperti suasana kelas, pola interaksi, aktivitas siswa, aktivitas guru, serta kejadian-kejadian lain yang dianggap penting.

3.6 Teknik Analisis Instrumen Penelitian

Instrumen tes yang dibuat dalam penelitian ini harus memiliki kualitas dan kelayakan di tinjau dari segi validitas instrumen, reliabilitas instrumen, daya pembeda instrumen dan taraf kesukaran instrumen.

1. Validitas

“Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur” Arikunto (2007: 65). Validitas instrumen yang dimaksud adalah validitas isi dari instrumen tersebut (Content Validity) dan validitas instrumen yang dihubungkan dengan kriteria (criteria related validity). Pengujian Validitas isi tes dilakukan dengan cara judgement terhadap butir-butir soal yang dilakukan oleh dua orang dosen.

(24)

  

r : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N : Jumlah siswa uji coba (testee) X : Skor tiap item

Y : Skor total tiap butir soal

Untuk menginterpretasikan nilai koefisien korelasi yang diperoleh adalah dengan melihat Tabel 3.1.

Tabel 3.2 Interpretasi Validitas

Koefisien Korelasi Kriteria validitas

0,80 < rxy  1,00 sangat tinggi

(25)

Persamaan yang digunakan untuk mencari nilai reliabilitas soal adalah

r11 : Reliabilitas soal secara keseluruhan n : Jumlah butir soal

p : Proporsi siswa yang menjawab benar q : Proporsi siswa yang menjawab salah S : Standar Deviasi tes

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen yang diperoleh adalah dengan melihat Tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 3.3

Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas 0,81  r  1,00 sangat tinggi

Arikunto (2007: 211) menyatakan bahwa daya pembeda suatu butir soal adalah bagaimana kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan siswa yang termasuk kelompok atas (upper group) dengan siswa yang termasuk kelompok bawah (lower group).

(26)

kelompok atas (JA) dan 50% skor terbawah sebagai kelompok bawah

(JB).Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan rumus:

B

BA : Jumlah kelompok atas yang menjawab benar

JA : Jumlah siswa kelompok atas

BB : Jumlah kelompok bawah yang menjawab benar

JB : Jumlah siswa kelompok bawah

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Tiga titik pada daya pembeda, yaitu:

Gambar 3.2

Bagan Daya Pembeda Butir Soal

Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika suatu soal

“terbalik” menunjukkan kualitas peserta didik. Yaitu, peserta didik yang

(27)

Tabel 3.4

Interpretasi Daya Pembeda Daya pembeda Klasifikasi

0,70  DP < 1,00 Baik sekali (excellent)

0,40  DP < 0,70 Baik (good)

0,20  DP < 0,40 Cukup (satisfactory)

0,00  DP < 0,20 Jelek (poor)

Arikunto (2007 :218)

4. Indeks Kesukaran (Index Difficulty)

“Taraf kesukaran suatu butir soal ialah perbandingan jumlah jawaban

yang benar dari seluruh siswa untuk suatu item dengan jumlah seluruh siswa

yang mengerjakan soal” Arikunto (2001:207). Taraf kesukaran dihitung

dengan rumus :

JS B

P

Keterangan :

P : Taraf Kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab benar

JS : Jumlah Siswa

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha untuk memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.

(28)

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00.

Tabel 3.5

Interpretasi Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran Tingkat Kesukaran

0,00  IK < 0,29 sukar

0,30  IK < 0,69 sedang

0,70  IK < 1,00 mudah

Arikunto (2007: 210)

3.7 Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Hasil Belajar Ranah Kognitif

Uji coba instrumen dalam penelitian ini dilakukan di salah satu kelas di sekolah yang mempunyai kemampuan yang sama dengan sekolah tempat diadakannya penelitian atau di sekolah tempat penelitian berlangsung namun pada kelas yang lebih tinggi dibanding dengan kelas yang dijadikan sampel penelitian. Kelas yang digunakan untuk mengujicobakan instrument adalah kelas XI IPA pada pokok bahasan Perulangan dalam Pascal. Instrumen yang diuji coba berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda berjumlah 20 soal.

(29)

Tabel 3.6

Hasil Perhitungan Uji Coba Soal Hasil Belajar Ranah Kognitif

No Soal

Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Validitas

Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria Keterangan

1 0.80 Mudah 0.50 Baik 0.59 Sedang Valid sukar adalah sejumlah dua butir soal, soal berkategori sedang adalah sejumlah 16 butir soal, sedangkan sisanya sejumlah dua butir soal memiliki tingkat kesukaran dalam kategori mudah.

(30)

Selanjutnya untuk validitas butir soal di atas, bahwa tidak ada butir soal memiliki validitas berkategori tinggi, sebanyak 10 soal memiliki validitas berkategori Sedang, dan sebanyak 10 butir soal memiliki validitas berkategori rendah. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh informasi ternyata semua soal yang diujicobakan semua dapat digunakan untuk penelitian.

Hasil pengujian terhadap reliabilitas instrumen penelitian terhadap butir soal yang sudah valid, yakni berjumlah 20 butir soal menunjukan besar reliabilitas instrumen adalah 0,87. Nilai reliabilitas tersebut berada dalam kategori reliabilitas yang tinggi.

Tabel 3.7

Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Tes

No. Nilai r11 Interpretasi

1 0,87 Tinggi

Dengan demikian, apabila perangkat diujikan pada sampel lain dan dalam waktu yang berbeda maka akan memberikan hasil yang hampir sama. Setelah menganalisis hasil uji coba nelalui pengujian validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran butir soal, maka soal yang digunakan peneliti berjumlah 20 soal.

Adapun distribusi soal tiap tingkatan Ranah Kognitif tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.8

Distribusi Soal Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif No. Tingakatan Ranah Kognitif No soal 1. Pengetahuan / Ingatan (C1) 1,2,3,12,18

2. Pemahaman (C2) 4,5,8,9,10,11,16,17

(31)

3.8 Data dan Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari penelitian merupakan data mentah yang belum memiliki makna. Data-data pada penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari instrumen tes hasil belajar ranah kognitif, yaitu format keterlaksanaan Proses Belajar Mengajar dan pembelajaran.

1. Pengolahan Data Instrumen Tes a. Penskoran

Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode Rights Only, yaitu jawaban benar di beri skor satu dan jawaban salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan rumus :

S = R

dengan :

S = Skor siswa

R = Jawaban siswa yang benar

Proses penskoran ini dilakukan baik terhadap pretes maupun terhadap postes, sehingga kita memperoleh dua buah data yaitu skor pretes siswa dan skor postes siswa. Setelah diperoleh data skor pretes dan postes kemudian dihitung besar peningkatannya dengan menghitung selisih skor postes-pretes.

b. Analisis Peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif

(32)

Jika instrumen tes Hasil Belajar ranah Kognitif yang telah dibuat telah valid dan reliabel, maka instrumen tersebut diberikan kepada siswa dalam kelas eksperimen. Dan setelah instrumen diberikan kepada kelas eksperimen kemudian dilakukan pengolahan data. Untuk melihat peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa dilakukan analisis terhadap skor gain yang dinormalisasi pada gabungan dari tiap pertemuan pembelajaran. Skor gain yang dinormalisasi yaitu perbandingan rata-rata gain aktual dengan rata-rata gain maksimum. Gain rata-rata aktual yaitu selisih rata-rata post test terhadap skor rata-rata pre test. Rumus rata-rata gain yang dinormalisasi tersebut disebut juga faktor g atau faktor Hake sebagai berikut :

<g> =

Simbol  S pre  dan  S post masing-masing menyatakan skor rata-rata pre

test dan post test setiap individu. Besarnya faktor g dapat dilihat pada Tabel 3.8 (Richard R Hake, 1999)

Tabel 3.9

Rata-rata Gain yang Dinormalisasi

Nilai Kriteria

0,70  (< g >) Tinggi

0,31  (< g >)  0,70 Sedang

0,00  (< g >)  0,30 Rendah

2. Pengolahan Data Instrumen Non-tes

(33)

centang () pada kolom “Tidak” jika indikator tidak terlaksana. Setiap tanda

centang yang dibubuhkan pada kolom “Ya” diberi nilai satu dan setiap tanda

centang yang dibubuhkan pada kolom “tidak” diberi nilai nol. Kemudian presentasi keterlaksanaannya dihitung dengan persamaan :

% 100 N

Y KM

% 

Dengan :

%KM : Persentase keterlaksanaan model Discovery Learning. Y : Jumlah skor (jumlah jawaban Ya)

N : Total indikator pembelajaran

Hasil perhitungan persentase kemudian dikonsultasikan ke dalam kategori keterlaksanaan model pembelajaran yang dapat dilihat pada Tabel 3.9 Budiarti dalam Cahyani (2010 : 55).

Tabel 3.10

Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran

KM (%) Kriteria

KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana 0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

(34)

3.9 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan kegiatan penelitian dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Pada setiap pertemuan, kegiatan dimulai dengan melakukan tes awal (pre test) pada siswa, kemudian siswa diberikan perlakuan dengan menerapakan pembelajaran

Discovery Learning, selanjutnya diakhiri dengan tes akhir (post test) untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah diberi perlakuan. Pada setiap kegiatan pembelajaran, peneliti dibantu oleh beberapa observer yang terdiri dari dua orang guru mata pelajaran TIK, dan satu orang mahasiswa jurusan pendidikan TIK. Tugas observer yaitu mengamati dan menilai keterlaksanaan pembelajaran Discovery Learning oleh guru dan siswa.

Adapun jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat dalam Tabel 3.10. Tabel 3.11

Jadwal Pelaksanaan Penelitian Pertemuan

Ke- Tanggal Tempat Kegiatan

1 22 Mei 2013 X – 2 Pertemuan 1 : perulangan For to do 2 23 Mei 2013 X – 2 Pertemuan 2 : perulangan While do 3 24 Mei 2013 X – 2 Pertemuan 3 : perulangan Repeat Until

Pada saat penelitian dilaksanakan, pada pertemuan pertama, pertemuan kedua dan pertemuan ketiga, semua siswa sebanyak 29 orang mengikuti prosedur penelitian yang meliputi tes awal (pre test), perlakuan (treatment), dan tes akhir (post test). Perangkat pembelajaran dalam penelitian yang meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), skenario pembelajaran, dan lembar kerja siswa (LKS) selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran A.

(35)

mengetahui persentase keterlaksanaan model pembelajaran, sedangkan untuk peningkatan hasil belajar ranah kognitif untuk setiap pertemuan digabung menjadi data kelompok tes awal (pre test) dan data kelompok tes akhir (post

(36)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Secara umum peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif siswa pada pembelajaran TIK setelah dilaksanakannya model pembelajaran Discovery

Learning Berbantuan MMI dari ketiga pertemuan adalah sebesar 0,53 dengan kriteria sedang.

2. Setelah diterapkannya model pembelajaran Discovery Learning

Berbantuan MMI, tingkat ranah kognitif siswa meningkat yaitu sebagai berikut : tingkat kemampuan pengetahuan (C1) meningkat sebesar 0,62 dengan kriteria sedang, tingkat kemampuan pemahaman (C2) meningkat sebesar 0,51 dengan kriteria sedang, tingkat kemampuan pengaplikasian (C3) meningkat sebesar 0,48 dengan kriteria sedang.

5.2 Saran

Berdasarkan temuan dalam penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan hal-hal berikut ini :

1. Agar keterlaksanaan model pembelajaran Discovery Learning Berbantuan MMI dapat diterapkan dengan baik dalam pembelajaran TIK, guru seyogianya memiliki dan meningkatkan keterampilan dasar mengajar, seperti kemampuan bertanya pada siswa, mendorong siswa untuk bertanya dan berpikir atas konsep-konsep dasar.

(37)

mengaktifkan siswa didalam kegiatan eksperimen dan mengendalikan kegiatan diskusi, agar keterlaksanaan pembelajaran dapat terjadi dengan baik.

4. Sebelum melaksanakan model pembelajaran Discovery Learning Berbantuan MMI di dalam kelas langsung, guru sebaiknya mencoba terlebih dahulu skenario pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan eksperimen agar ketika pelaksanaannya bisa mengestimasi waktu dengan tepat.

(38)

Arikunto, Suharsimi. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Bandung: Bumi Aksara.

Cahyani, N.(2010). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif NHT (Numbered

Head Together) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA pada Ranah Kognitif. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI. Bandung : Tidak

diterbitkan

Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dimyati dan Moedjiono (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta

Hake, R. R. (1999). Analyzing Change / Gain Skores. Departement of Physics, Indiana University, Bloomingtoon. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. [03 Juni 2013]

Hamdani, Dadan. 2011. Penerapan Model Latihan Inkuiri (MLI) Untuk

Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pembelajaran Fisika SMA. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI. Bandung : Tidak

Diterbitkan.

Hamalik, Oemar. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Joyce B, M Weil, E Calhoun. (2009). Models of Teaching : Model-model

Pengajaran Edisi Kedelapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Panggabean, Luhut P. (1996). Penelitian Pendidikan (Diktat). Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Panggabean, Luhut P. (2001). Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan

(39)

Hasbi Al-Mauritsa Husein, 2013

Pengembangan Pembelajaran Sains Berbasis Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah. Bandung : FPMIPA UPI

Sagala, syaiful .(2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sardiman. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: PT. Tarsito Bandung.

Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Susanti, Pitria. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning

(Belajar Penemuan) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa.

Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana

Undang-undang SISDIKNAS .2003. (UU RI No.20 TH.2003). Jakarta: Sinar Grafika.

Yuniarti, Husmy. (2004). Hand Out Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

_____________________.2012. Tersedia [Online]

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2250595-pengertian-media-menurut-para-ahli/#ixzz1uxxYfRUW (4 Juni 2013)

_____________________.2012. Tersedia [Online]

http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-media-pembelajaran-menurut_23.html (4 Juni 2013)

_____________________.2012. Tersedia [Online]

Gambar

Tabel  3.1 Tabel 3.1
Gambar 3.1   Bagan Alur Penelitian
Tabel 3.2 Interpretasi Validitas
Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sharp (1964), Litner (1965), Mossin (1966) memperkenalkan Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang merupakan salah satu model penilaian aset yang menggambarkan hubungan

Selanjutnya, kondisi interface Pantai Siung adalah sebagai berikut: (a) mempunyai hamparan pasir putih yang luas; (b) mempunyai kondisi ombak sedang; (c) mempunyai bukit karang

Di sisi lain melalui model ini tercipta pula situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian dalam diri anak didik serta adanya peluang untuk mengembangkan kedwibahasaan yang

Hasi Penelitian Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penggunaan Susu Formula Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Balita Usia 2-4 Tahun Di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten

a. Akar dikotil berbeda dengan akar monokotil dalam hal... Bagian akar yang mempunyai sifat meristematis adalah.... Jaringan berikut termasuk silinder pusat akar tumbuhan dikotil,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk kandang yang berasal dari perlakuan feces kambing mempunyai kandungan hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan kompos yang

[r]