DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ……… i
KATA PENGANTAR………... ii
UCAPAN TERIMA KASIH………. iii
ABSTRAK………. vi
DAFTAR ISI ………. vii
DAFTAR TABEL ………. xiii
DAFTAR GAMBAR ……… xv
DAFTAR LAMPIRAN ……… xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Rumusan Masalah ………... 6
C. Tujuan Penelitian ………... 7
D. Manfaat Penelitian ………. 7
BAB II KONSEP BERPIKIR KREATIF DAN PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR
A. Konsep Kreativitas ………. 10
1. Pengertian………. 10
2. Ciri-ciri berpikir kreatif ………... 12
3. Cara mengembangkan dan melatih berpikir kreatif siswa 17
4. Kreativitas dan prestasi ……… 19
B. Kreativitas Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Di Sekolah Dasar ………... 20
1. Aktivitas pembelajaran untuk mengembangkan berpikir
kreatif ……….. 20
2. Peranan Keterampilan Proses Sains (KPS) dalam
pengembangan keterampilan berpikir kreatif ………….. 22
3. Gambaran materi pelajaran IPA di kelas V sekolah
dasar semester 2 beserta contoh aktivitas
pembelajarannya ……….. 23
4. Keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran Ilmu
5. Pengembangan keterampilan berpikir kreatif dalam
rencana pembelajaran ……….. 32
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa ……… 34 C Sertifikasi Sebagai Program Pengakuan Profesionalisme Guru ………... 40
D Hasil-hasil Penelitian Yang Relevan ………... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ……….. 46
B. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 47
C. Subyek Penelitian ……….. 47
D. Prosedur Penelitian ……… 50
E. Instrumen Penelitian ……….. 55
F. Pengolahan Data ……… 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kreatif Dalam
Perencanaan Pembelajaran ……… 65
1. Analisis pengembangan setiap aspek keterampilan
berpikir kreatif dalam RPP ………..
a. Pengembangan aspek kelancaran (fluency) dalam
perencanaan pembelajaran ………...
b. Pengembangan aspek keluwesan (flexibility) dalam
perencanaan pembelajaran ………..
c. Pengembangan aspek originalitas (originality)
dalam perencanaan pembelajaran ……….
d. Pengembangan aspek elaborasi (elaboration) dalam
perencanaan pembelajaran ………..
75
77
79
80
82 2. Perbandingan RPP guru tersertifikasi dan guru tidak
tersertifikasi dalam mengembangkan keterampilan
berpikir kreatif ……….
a. Pembahasan rencana pembelajaran guru
tersertifikasi melalui portofolio (guru 1 – 5) ………
b. Pembahasan rencana pembelajaran guru
tersertifikasi melalui diklat (guru 6 – 10) ………….
c. Pembahasan rencana pembelajaran guru tidak
83
85
tersertifikasi (guru 11 – 15) ……….. 92
B. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kreatif Dalam
Pelaksanaan Pembelajaran ………. 95
1. Analisis pengembangan setiap aspek keterampilan
berpikir kreatif dalam pembelajaran ………..
a. Pengembangan aspek kelancaran (fluency) dalam
pelaksanaan pembelajaran IPA ………
b. Pengembangan aspek keluwesan (flexibility) dalam
pelaksanaan pembelajaran IPA ………
c. Pengembangan aspek originalitas (originality)
dalam pelaksanaan pembelajaran IPA ………..
d. Pengembangan aspek elaborasi (elaboration) dalam
pelaksanaan pembelajaran IPA ………
104
105
107
108
109
2. Perbandingan pelaksanaan pembelajaran guru
tersertifikasi dan guru tidak tersertifikasi dalam
mengembangkan keterampilan berpikir kreatif ………...
a. Pembahasan pelaksanaan pembelajaran guru
tersertifikasi melalui portofolio (guru 1 – 5) ………
b. Pembahasan pelaksanaan pembelajaran guru
tersertifikasi melalui diklat (guru 6 - 10) …………..
c. Pembahasan pelaksanaan pembelajaran guru tidak
tersertifikasi (guru 11 – 15) ………..
111
113
118
C Perbandingan Pengembangan Keterampilan Berpikir
Kreatif Yang Dilakukan Oleh Guru Tersertifikasi Dan
Tidak Tersertifikasi Dalam Rencana, Pelaksanaan Dan
Tugas Pembelajarannya ……….
125
1. Pengembangan keterampilan berpikir kreatif oleh setiap
kelompok guru ……….
a. Pembahasan guru tersertifikasi melalui portofolio
(guru 1 – 5) ………...
b. Pembahasan guru tersertifikasi melalui diklat (guru
6 – 10) ………...
c. Pembahasan guru tidak tersertifikasi (guru 1 – 5) … 132
132
132
133
2. Pengembangan setiap aspek keterampilan berpikir
kreatif ………..
a. Pengembangan aspek kelancaran (fluency) ………..
b. Pengembangan aspek keluwesan (flexibility) ……...
c. Pengembangan aspek keaslian atau originalitas
(originality) ………..
d. Pengembangan aspek merinci atau elaborasi
(elaboration) ………. 134 134
136
138
141
D Peranan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan………. 153
B. Rekomendasi ………. 154
DAFTAR PUSTAKA ……….. 155
LAMPIRAN-LAMPIRAN……… 159
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakekatnya adalah produk,
proses, sikap dan teknologi. Dalam IPA selain mempelajari prinsip, konsep atau
teori, siswa juga bisa mempelajari bagaimana prinsip, konsep atau teori itu
diperoleh yang didukung dengan sikap ilmiah dan kemudian hasilnya diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sebagai bagian dari proses
pendidikan nasional, pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri
ilmiah (scientific inquiry) agar dapat menumbuhkan kemampuan berpikir (BSNP,
2006). Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan pada
penemuan sesuatu melalui proses mencari dengan menggunakan langkah-langkah
ilmiah. Dalam inkuiri, siswa diharapkan bisa kritis menemukan masalah dalam
kehidupan dan mencari penyelesaian secara kreatif.
Agar siswa bisa mempelajari IPA secara inkuiri ilmiah maka siswa harus
memiliki keterampilan berpikir. Pembelajaran IPA harus bersifat hands on dan
minds on (Firman dan Widodo, 2008). Keterampilan berpikir sangat diperlukan
untuk melaksanakan pembelajaran yang minds on. Dalam prosesnya untuk
menemukan, siswa tidak akan lepas dari proses berpikir. Misalnya, untuk
melakukan keterampilan proses sains sebagai bagian dari kegiatan inkuiri ilmiah,
Beberapa keterampilan proses sains seperti mengamati, menginterpretasi
atau membuat hipotesis bisa dikuasai jika disertai dengan penguasaan
keterampilan berpikir. Keterampilan berpikir kreatif adalah salah satu
keterampilan berpikir yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran IPA.
Walaupun tidak seluruh siswa akan menjadi ilmuwan, berpikir kreatif diperlukan
siswa agar bisa menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang.
Berpikir kreatif perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA agar siswa
bisa berlatih untuk mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah selama belajar
IPA. Sebab dalam berpikir kreatif, seseorang dituntut untuk berpikir divergen
yaitu berpikir dengan arah yang berbeda atau mencari jawaban-jawaban untuk
sebuah pertanyaan yang mungkin memiliki jawaban-jawaban benar (Filsaime,
2008). Kebalikan dari berpikir divergen adalah berpikir konvergen yaitu berpikir
untuk menghasilkan jawaban benar atau salah atas pertanyaan yang memiliki
jawaban yang benar (Filsaime, 2008). Menurut Cheng (2010), berpikir divergen
(menemukan banyak ide) harus diikuti dengan berpikir konvergen (menganalisis
ide dan membuat pilihan).
Berpikir kreatif adalah salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi yang
harus diajarkan kepada peserta didik. Tujuan diajarkannya keterampilan berpikir
tingkat tinggi adalah agar siswa tertantang untuk belajar terutama dalam belajar
memecahkan masalah. Dengan berpikir tingkat tinggi, siswa akan mampu
mengolah informasi dengan melakukan analisis, sintesis dan evaluasi terhadap
Pembelajaran IPA yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan
berpikir harus dirancang sedemikian rupa sehingga tercipta suasana pembelajaran
yang menuntut peserta didik untuk berpikir. Konsekuensinya adalah selain harus
meningkatkan pemahaman peserta didik akan produk IPA, guru juga harus
mengajarkan proses IPA agar peserta didik lebih memahami bagaimana produk
IPA dihasilkan. Dengan demikian diharapkan akan muncul hasil pemikiran siswa
yang inovatif dalam pembelajaran IPA yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
Saat ini pendidikan berpikir di tingkat pendidikan dasar belum tertangani
secara sistematis dan dilaksanakan secara parsial. Akibatnya kemampuan berpikir
lulusan SD masih sangat rendah (Rofi’uddin, 2009). Contoh kejadian akibat
kurangnya kemampuan siswa berpikir kreatif adalah ketidak mampuan siswa
mengerjakan soal dengan cara penyelesaian yang lain selain yang diajarkan oleh
gurunya. Siswa menolak penyelesaian dengan metode yang lain karena takut
disalahkan oleh gurunya walaupun hasil akhirnya benar. Selain itu siswa sulit
menemukan atau mencari solusi permasalahan. Gambaran pendidikan saat ini
lebih menekankan pada hapalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap
soal-soal yang diberikan (Munandar, 2009). Karena dasar-dasar berpikir tidak
dikuasai dengan baik, dampaknya dirasakan sampai pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan rendahnya kemampuan
berpikir yang dimiliki oleh siswa sekolah sekolah menengah, mahasiswa S1,
Oleh karena itu diperlukan transformasi sistem pendidikan dari menghafal
menjadi belajar berpikir atau dari belajar yang dangkal menjadi mendalam atau
kompleks (Suastra, 2008). Peserta didik harus diperkenalkan dengan IPA sebagai
mata pelajaran yang menarik karena bisa membantu untuk memahami tentang
dunia dan diri sendiri (Jarvis, 1991). Pembelajaran IPA harus bisa meningkatkan
daya imaginasi, kreatif dan logis dalam berpikir.
Penelitian ini difokuskan kepada upaya-upaya yang dilakukan guru IPA
kelas V di sekolah dasar dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif.
Dalam proses pembelajaran, guru merupakan ujung tombak yang berhubungan
langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar (Sanjaya, 2009).
Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari peningkatan mutu guru (Gede
Raka, 2009). Dalam Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
ditegaskan bahwa guru yang berkualitas secara nasional harus memiliki 4 (empat)
kunci kompetensi yaitu pedagogik, professional, kepribadian dan sosial
(Jalal,et.al.,2009). Sampai saat ini pengakuan tertinggi terhadap kompetensi guru
baik secara akademik maupun kompetensi guru sebagai agen pembelajaran adalah
sertifikat pendidik. Oleh karena itu subjek penelitian ini dikelompokkan menjadi
guru tersertifikasi dan tidak tersertifikasi karena akan membandingkan
kemampuan guru tersertifikasi dan yang tidak dalam mengembangkan
keterampilan berpikir kreatif pada pembelajaran IPA.
Siswa kelas V SD yang berusia antara 11 dan 12 tahun, memiliki
perkembangan berpikir pada tahap operasional konkrit. Pada tahap operasional
melainkan siswa harus terlibat dalam kegiatan yang langsung berinteraksi dengan
objek yang dipelajari (Rustaman, 2005). Selain daripada itu, menurut Piaget
(dalam Siegler dan Alibali, 2005), karakteristik berpikir anak pada periode
operasional konkrit (berusia antara 6 atau 7 sampai 11 atau 12) adalah bisa
mengambil poin lain dari suatu masalah, bisa secara simultan menemukan
perspektif lain dan bisa secara akurat menampilkan transformasi sebagaimana
halnya situasi yang statis. Luasnya perspektif ini potensial untuk menyelesaikan
macam-macam masalah. Kemampuan berpikir siswa SD kelas V di atas bisa
menjadi modal untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif yaitu
keterampilan berpikir yang memiliki ciri bisa mengajukan macam-macam solusi
suatu permasalahan serta lancar mengajukan banyak ide yang sifatnya original
secara individu. Karena alasan di atas, maka penelitian ini dilakukan di kelas V
sekolah dasar.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirasakan perlu untuk dilakukan
penelitian tentang bagaimana sebenarnya kemampuan guru dalam
mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran IPA
mengingat dari hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa keterampilan
berpikir belum sepenuhnya ditangani secara sistematis. Penelitian dilakukan di
Kota Bandung untuk melihat bagaimana pengembangan berpikir kreatif di
sekolah-sekolah dasar di Kota Bandung. Pengembangan kemampuan berpikir
kreatif yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pengembangan
keterampilan berpikir kreatif yang dilakukan guru dilihat dari perencanaan dan
merupakan pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga jika
perencanaan baik maka pembelajaran akan berlangsung dengan baik pula. Dalam
pembelajaran terdapat tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa. Tugas
pembelajaran memiliki peran untuk membuat siswa belajar. Melalui tugas
pembelajaran dari guru diharapkan proses pembelajaran yang berlangsung
menjadi lebih bermakna dan bisa mencapai tujuan pembelajaran. Dengan melihat
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran diharapkan bisa menggambarkan
bagaimana proses pengembangan keterampilan berpikir siswa dalam
pembelajaran IPA dilakukan guru.
B. Rumusan Masalah
Sebagai dasar acuan penelitian, maka permasalahan penelitian
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana kemampuan guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir
kreatif siswa pada perencanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
di kelas V sekolah dasar?
2. Bagaimana kemampuan guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir
kreatif siswa pada pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
di kelas V sekolah dasar?
3. Apakah terdapat perbedaan dalam kemampuan mengembangkan
keterampilan berpikir kreatif siswa antara guru sudah tersertifikasi dan yang
4. Bagaimana peranan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas V
sekolah dasar dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap informasi tentang
bagaimana kemampuan guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif
siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar. Secara
terperinci, penelitian ini dilakukan dengan tujuan yaitu :
1. Mengungkap informasi tentang bagaimana kemampuan guru dalam
mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa sekolah dasar kelas V
pada pembelajaran IPA ditinjau dari perencanaan pembelajaran guru.
2. Mengungkap informasi tentang bagaimana kemampuan guru dalam
mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa sekolah dasar kelas V
pada pembelajaran IPA ditinjau dari pelaksanaan pembelajaran.
3. Mengungkap informasi tentang kemampuan guru yang sudah tersertifikasi dan
yang tidak tersertifikasi dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif
siswa pada rencana dan pelaksanaan pembelajarannya.
4. Mengungkap informasi tentang bagaimana peranan pembelajaran IPA dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas V sekolah dasar.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat :
a. Bagaimana melaksanakan pembelajaran IPA di sekolah dasar yang
mengembangkan keterampilan berpikir kreatif.
b. Bagaimana mempersiapkan guru IPA sekolah dasar yang mampu
melaksanakan pembelajaran IPA yang bisa melatih siswa untuk berpikir
kreatif.
2. Bagi guru, bisa mendapatkan gambaran tentang :
a. Bagaimana sebenarnya pembelajaran IPA yang bisa mengembangkan
keterampilan berpikir.
b. Bagaimana proses pembelajaran yang seharusnya dilaksanakan agar
keterampilan berpikir kreatif siswa bisa berkembang.
3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan :
a. Bisa menjadi suatu titik awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut
tentang pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir
kreatif.
b. Menjadi acuan untuk melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan
pengembangan keterampilan berpikir lain seperti berpikir kritis atau
berpikir logis yang dilakukan guru dalam pembelajaran IPA di sekolah
dasar.
E. Definisi Operasional
1. Pengembangan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas V SD dalam
pembelajaran IPA dalam penelitian ini adalah upaya-upaya yang dilakukan
yang dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Upaya-upaya
yang dilakukan guru yaitu berupa kegiatan pembelajaran yang dirancang dan
dilaksanakan dalam pembelajaran sesuai dengan materi.
2. Berpikir kreatif adalah proses berpikir yang memiliki ciri-ciri kelancaran
(fluency), keluwesan (flexibility), keaslian atau originalitas (originality) dan
merinci atau elaborasi (elaboration). Kelancaran adalah kemampuan
mengeluarkan ide atau gagasan yang benar sebanyak mungkin secara jelas.
Keluwesan adalah kemampuan untuk mengeluarkan banyak ide atau gagasan
yang beragam dan tidak monoton dengan melihat dari berbagai sudut pandang.
Originalitas adalah kemampuan untuk mengeluarkan ide atau gagasan yang
unik dan tidak biasanya, misalnya yang berbeda dari yang ada di buku atau
berbeda dari pendapat orang lain. Elaborasi adalah kemampuan untuk
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi dan menambah detail dari ide
atau gagasannya sehingga lebih bernilai. Pengembangan keterampilan berpikir
kreatif yang dilakukan guru diukur dari kegiatan pembelajaran yang
direncanakan dan dilaksanakan guru untuk mengembangkan setiap aspek
keterampilan berpikir kreatif.
3. Pembelajaran IPA adalah pembelajaran IPA di kelas V sekolah dasar semester
2 yang berlangsung di sekolah-sekolah yang menjadi lokasi penelitian selama
penelitian berlangsung dengan materi “Gaya dan Pesawat Sederhana”,
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif kuantitatif. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana pengembangan
keterampilan berpikir kreatif pada siswa kelas V yang dilakukan guru sekolah
dasar dalam pembelajaran IPA. Data yang terkumpul selama penelitian kemudian
diolah untuk melihat jumlah, frekuensi dan rata-rata. Selanjutnya data yang sudah
diolah dianalisis dalam pembahasan berdasarkan kajian teori yang mendukung.
Metode deskriptif adalah metode penelitian yang ditujukan untuk
menggambarkan fenomena yang ada saat ini atau di masa lampau (Sa’ud, 2007).
Dalam metode deskriptif tidak ada manipulasi variabel (McMillan dan
Schumacher, 2001). Penelitian deskriptif sangat penting untuk dijadikan studi
pendahuluan untuk penelitian selanjutnya (Sa’ud, 2007)
Selain mendeskripsikan, penelitian ini juga membandingkan kemampuan
guru antara guru yang tersertifikasi dan tidak tersertifikasi dalam mengembangkan
keterampilan berpikir kreatif siswa sekolah dasar kelas V pada pembelajaran IPA.
Selanjutnya dideskripsikan pula bagaimana peranan pengembangan keterampilan
berpikir kreatif dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan kemampuan siswa
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 11 buah sekolah dasar di wilayah Kota
Bandung, yaitu di SDN Gumuruh 1, SDN Gumuruh 2, SDN Gumuruh 6, SDN
Sayuran 3, SDN Sayuran 5, SDN Arcamanik Endah, SDN Pertiwi, SDN Ciujung
4, SDN Cimuncang, SDN Griya Bumi Antapani 27 dan SDN Arcamanik.
Penelitian dimulai dari bulan Januari 2011 sampai bulan April 2011.
Adapun yang menjadi alasan pemilihan 11 sekolah dasar ini adalah :
1. Sekolah-sekolah tersebut sama-sama berada dalam kategori sedang sehingga
secara umum memiliki fasilitas sekolah dengan kemampuan siswa yang relatif
sama.
2. Sekolah-sekolah tersebut memiliki guru-guru yang tersertifikasi melalui
portofolio maupun diklat serta memiliki guru-guru yang belum tersertifikasi.
3. Lokasi sekolah cukup jauh dari UPI dan belum pernah bekerja sama dengan
UPI. Oleh karena itu pihak sekolah dan guru-guru di sekolah-sekolah tersebut
bersedia untuk bekerja sama sebagai subjek penelitian.
C. Subjek Penelitian.
Subjek penelitian ini adalah guru sekolah dasar kelas V di SDN Gumuruh
1, SDN Gumuruh 2, SDN Gumuruh 6, SDN Sayuran 3, SDN Sayuran 5, SDN
Arcamanik Endah, SDN Pertiwi, SDN Ciujung 4, SDN Cimuncang, SDN Griya
Bumi Antapani dan SDN Arcamanik. Jumlah guru yang menjadi subjek penelitian
adalah lima orang yang tersertifikasi melalui portofolio (guru 1-5), lima orang
tersertifikasi (guru 11-15). Penentuan jumlah ini dianggap cukup memberi
gambaran tentang kondisi pembelajaran IPA yang dilakukan guru pada saat ini.
Karakteristik masing-masing guru yang menjadi subjek penelitian ada
pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Karakteristik Subjek Penelitian
Guru Sertifikasi Belum sertifikasi
Guru Sertifikasi Belum sertifikasi
Pendidikan Kegiatan guru Pengalaman mengajar
Subjek penelitian dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Adapun tujuan
pengelompokkan guru yang menjadi subjek penelitian ini adalah :
1. Untuk mempermudah dalam analisis hasil penelitian beserta pembahasannya.
2. Sertifikasi sebagai program pemerintah menunjukkan bahwa guru yang
tersertifikasi adalah guru profesional dengan tingkatan yang lebih tinggi
dibanding yang belum tersertifikasi. Oleh karena itu dengan membandingkan
benar kemampuan guru tersertifikasi berada di atas guru yang tidak
tersertifikasi dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap
pelaksanaan serta tahap pengolahan dan analisis data. Secara garis besar
kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi pembuatan proposal
penelitian, pembuatan perizinan untuk observasi ke sekolah serta pengembangan
instrumen. Secara lebih rinci, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Pengajuan rancangan penelitian dalam bentuk proposal penelitian.
b. Mengurus perizinan untuk melakukan penelitian dari Sekolah Pascasarjana
UPI yang disampaikan kepada kepala sekolah masing-masing sekolah dasar
yang sudah ditentukan. Surat izin melakukan penelitian dari SPS UPI ada pada
Lampiran A (hal. 159).
c. Menghubungi kepala sekolah dan guru yang menjadi subjek penelitian untuk
menentukan teknis pelaksanaan penelitian termasuk penentuan jadwal
pelaksanaan penelitian.
Sedangkan yang termasuk ke dalam kegiatan pengembangan instrumen adalah :
a. Melakukan studi pendahuluan dengan menganalisis materi yang berhubungan
ilmiah dan memecahkan masalah bagi siswa sekolah dasar kelas V,
aspek-aspek keterampilan berpikir kreatif serta kegiatan pembelajaran yang bisa
mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Kemudian menentukan
indikator-indikator setiap aspek keterampilan berpikir kreatif yang bisa
dikembangkan dalam pembelajaran IPA kelas V di sekolah dasar.
b. Menyusun kisi-kisi lembar observasi perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran guru yang mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa
dalam pembelajaran IPA berdasarkan indikator.
c. Menyusun kisi-kisi angket untuk guru dan siswa serta tes berpikir kreatif
untuk siswa.
d. Validasi instrumen berupa validasi isi yang dilakukan oleh ahli pembelajaran
IPA dan ahli materi IPA sekolah dasar kelas V.
e. Perbaikan instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap pengumpulan data. Adapun kegiatan
yang dilakukan pada tahap ini antara lain :
a. Merekam proses pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru sekolah dasar
kelas V. Proses pembelajaran IPA yang diobservasi untuk masing-masing
guru dilakukan sebanyak tiga kali, kecuali guru 1, 5, 8 dan 12 hanya dua kali.
Surat bukti bahwa telah dilakukan penelitian di sekolah yang menjadi lokasi
b. Setelah pembelajaran selesai, dokumen rencana pembelajaran guru yang telah
berlangsung diminta untuk dianalisis selanjutnya.
c. Melaksanakan tes kemampuan berpikir kreatif siswa yang berkaitan dengan
materi pelajaran IPA yang telah berlangsung.
d. Siswa dan guru diminta untuk mengisi angket guna menambah informasi
mengenai pengembangan keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran
IPA.
e. Mengoreksi hasil tes siswa.
3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Hasil rekaman video diolah menggunakan software “Videograph”.
b. Untuk keperluan analisis, video mula-mula ditransfer dari handycam ke
komputer. Langkah selanjutnya adalah mentranskrip video. Semua kegiatan
pembelajaran guru dan tugas pembelajaran yang mengembangkan
keterampilan berpikir kreatif siswa ditranskrip apa adanya sebagaimana yang
terjadi.
c. Sambil melakukan transkrip pelaksanaan dan tugas pembelajaran, dilakukan
koding menggunakan instrumen penelitian yang telah disiapkan pada lembar
observasi pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan koding bertujuan untuk
menentukan ada tidaknya kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran guru dan
siswa. Koding ditentukan dengan value 0 untuk value label “tidak “ dan value
1 untuk value label “ya”.
d. Rencana pembelajaran guru diobservasi untuk melihat ada tidaknya aspek
keterampilan berpikir kreatif di dalamnya. Prosesnya dengan memberi skor 1
pada kolom setiap aspek keterampilan berpikir kreatif pada lembar observasi
jika guru merencanakan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif
dalam rencana pembelajarannya. Dan memberi skor 0 jika sebaliknya.
e. Dari hasil tes dan angket siswa akan diperoleh informasi tentang penguasaan
siswa terhadap keterampilan berpikir kreatif IPA beserta latar belakang siswa.
Tes keterampilan berpikir kreatif siswa diberi skor berdasarkan jawaban yang
diperoleh siswa. Hasil tes siswa dianalisis dihubungkan dengan kegiatan
pembelajaran yang dialami siswa serta ditunjang dengan jawaban angket
siswa.
f. Data untuk keperluan analisis diperoleh dari data observasi rencana
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan tugas pembelajaran guru.
Analisis data didukung oleh berbagai sumber sebagai dasar teori. Berdasarkan
dasar teori ini, hasil penelitian dianalisis untuk menemukan sebab akibat dari
permasalahan yang ada.
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Studi Pendahuluan
Kajian materi tentang aspek-aspek keterampilan berpikir kreatif untuk menentukan indikator keterampilan berpikir kreatif.
Kajian materi tentang hakekat IPA dan kemampuan bersikap ilmiah dan memecahkan masalah pada siswa SD kelas V.
Menentukan subjek penelitian, pembuatan pedoman observasi dan pembuatan, angket dan soal tes siswa.
D. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data, penelitian ini menggunakan instrumen penelitian
yang terdiri dari lembar observasi rencana pembelajaran guru, lembar observasi
pelaksanaan pembelajaran guru, lembar observasi tugas pembelajaran dari guru,
angket untuk guru, angket untuk siswa serta tes keterampilan berpikir kreatif
siswa.
1. Lembar observasi rencana pembelajaran guru
Lembar observasi ini berisi rencana kegiatan pembelajaran guru yang
disesuaikan dengan aspek keterampilan berpikir kreatif yang meliputi kelancaran,
keluwesan, originalitas dan elaborasi. Untuk setiap aspek terdapat contoh rencana
kegiatan pembelajaran yang termasuk ke dalam aspek berpikir kreatif tersebut.
Lembar observasi rencana pembelajaran guru ada pada Lampiran C (hal. 161).
2. Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran guru
Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran merupakan acuan saat
melakukan koding dan transkrip rekaman video proses pembelajaran guru. Seperti
halnya lembar observasi rencana pembelajaran guru, lembar observasi ini juga
berisi kegiatan pembelajaran guru yang disesuaikan dengan aspek keterampilan
berpikir kreatif yang meliputi kelancaran, keluwesan, originalitas dan elaborasi.
Untuk setiap aspek terdapat contoh kegiatan pembelajaran yang termasuk ke
dalam aspek berpikir kreatif tersebut. Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran yang ada pada lembar observasi baik pada rencana
ataupun dalam pelaksanaan pembelajaran mengacu kepada observasi kegiatan
yang bisa mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Kisi-kisi seluruh lembar
observasi rencana pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran seperti yang ada
pada Tabel 3.2.
Aspek Berpikir Kreatif Yang Dikembangkan Kelancaran Keluwesan Originalitas Elaborasi
No Komponen Pembelajaran
Yang Diobservasi
Aspek Berpikir Kreatif Yang Dikembangkan Kelancaran Keluwesan Originalitas Elaborasi
gagasan
3. Angket untuk guru.
Instrumen angket untuk guru bertujuan untuk lebih mendapat informasi
tentang pengembangan keterampilan berpikir kreatif pada pembelajaran IPA oleh
guru. Kadang-kadang ada faktor yang tidak bisa diobservasi sehingga dirasakan
perlu untuk memberikan angket kepada guru. Angket untuk guru berisi sejumlah
pertanyaan yang berhubungan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
IPA yang bisa mengembangkan keterampilan berpikir kreatif, termasuk
didalamnya faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan guru dalam
mengembangkan keterampilan berpkir kreatif. Angket terdiri dari 12 buah soal
pilihan ganda dan isian. Pada pertanyaan pilihan ganda, terdapat tiga item jawaban
pilihan a, b atau c. Item jawaban a, b atau c berupa perkiraan jawaban guru yang
didasarkan pada kajian literatur dan pengalaman guru-guru dalam mengajar di
sekolah. Pada pertanyaan isian, guru diminta untuk mengisi jawaban sesuai
lebih bebas dan terbuka. Angket untuk guru ada pada Lampiran E (hal. 165).
Kisi-kisi angket untuk guru ada pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Angket Untuk Guru
No. Jenis pertanyaan Nomor soal
1. Pertanyaan tentang pendidikan, pelatihan dan
kegiatan guru.
1,2,11
2. Pertanyaan tentang pembelajaran IPA. 3,12
3. Pertanyaan tentang keterampilan berpikir kreatif. 4,5,6,7,8
4. Dukungan untuk guru. 9,10
Jumlah soal angket = 12 buah
4. Angket untuk siswa.
Angket untuk siswa dimaksudkan untuk memperoleh informasi tambahan
mengenai keterampilan berpikir kreatif siswa yang dimilikinya serta latar
belakang siswa. Angket untuk siswa terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan isian.
Pada pertanyaan pilihan ganda, terdapat tiga item jawaban pilihan a, b atau c. Item
jawaban a, b atau c berupa perkiraan jawaban siswa yang didasarkan pada kajian
literatur dan pengalaman. Pada pertanyaan isian, siswa diminta untuk mengisi
jawaban sesuai dengan pengalaman dan kemampuannya. Angket untuk siswa ada
pada Lampiran F (hal. 170). Kisi-kisi angket untuk siswa seperti pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Kisi-kisi Angket Untuk Siswa
No. Jenis pertanyaan Nomor soal
1. Pertanyaan tentang pembelajaran dan belajar IPA. 1,2,3,4
3. Pertanyaan tentang kegemaran siswa. 6,7
4. Pertanyaan tentang mainan siswa. 8,9,10
Jumlah soal angket = 10 buah
5. Tes keterampilan berpikir kreatif siswa.
Tes ini dilakukan kepada siswa dengan tujuan untuk melihat hasil
pembelajaran IPA yang selama ini dialami siswa, apakah bisa mengembangkan
keterampilan berpikir kreatif siswa atau tidak. Tes ini tidak ditujukan untuk
membedakan kemampuan siswa apakah siswa termasuk pandai atau tidak dilihat
dari skor yang diperoleh. Skor tes tidak harus tinggi tetapi skor siswa dapat
memberikan gambaran tentang kemampuan siswa dalam berpikir kreatif. Tes
terdiri dari 8 (delapan) buah pertanyaan dengan skor maksimal 7 (tujuh) untuk
setiap soal. Sehingga jika keterampilan berpikir kreatif siswa sempurna
berdasarkan hasil tes maka skor yang diperoleh adalah 56. Soal tes keterampilan
berpikir kreatif ada pada Lampiran G (hal. 172).
Soal-soal dalam tes siswa tersebut mewakili keterampilan siswa dalam
beberapa aktivitas pembelajaran yang bisa mengembangkan keterampilan berpikir
kreatif seperti yang dikemukakan oleh Juremi dan Ayob (2003) yaitu bertanya,
menerka sebab, menerka akibat, mengajukan alternatif pemecahan masalah atau
memperbaiki hasil, menjelaskan kegunaan suatu objek dan menjelaskan
kemungkinan yang akan terjadi. Semua soal disesuaikan dengan materi pelajaran
yang telah dipelajari siswa sebelum tes dilakukan yaitu tentang Gaya dan Pesawat
Sederhada serta tentang Cahaya dan Alat Optik. Kisi-kisi tes keterampilan
Tabel 3.5
Kisi-kisi Tes Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa
No. Isi soal Nomor soal
1. Menjelaskan kemungkinan yang akan terjadi pada suatu
peristiwa.
1,3,7
2. Menjelaskan fungsi suatu objek. 2
3. Mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya. 4
4. Menjelaskan sebab akibat 5,8
5. Memperbaiki hasil 6
Jumlah soal tes = 8 buah
E. Pengolahan Data
Pengolahan data hasil penelitian dibagi menjadi pengolahan data hasil
observasi rencana pembelajaran, pengolahan data hasil observasi pelaksanaan
pembelajaran dan pengolahan data hasil tes siswa.
1. Pengolahan Data Hasil Observasi Rencana Pembelajaran
Data hasil observasi rencana pembelajaran guru diolah berdasarkan jumlah
kemunculan setiap aspek keterampilan berpikir kreatif yang direncanakan guru
dalam rencana pembelajarannya. Melalui observasi ini akan diperoleh jumlah
setiap aspek keterampilan berpikir kreatif yang dikembangkan guru dalam rencana
pembelajarannya. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dinamika setiap aspek
keterampilan berpikir kreatif yang dikembangkan guru. Dalam tabel akan terlihat
rata-rata dinamika setiap aspek keterampilan berpikir kreatif dalam setiap rencana
Selanjutnya jumlah kemunculan aspek berpikir kreatif dipersentasekan
berdasarkan perbandingan antara jumlah seluruh aspek berpikir kreatif yang
muncul dengan jumlah seluruh rencana pembelajaran guru yang diobservasi.
Rumus untuk menghitung persentase adalah :
Persentase (%) = ∑
∑ x 100
Persentase dibuat untuk setiap kelompok guru. Data berupa persentase
untuk setiap kelompok guru disajikan dalam grafik.
2. Pengolahan Data Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
Proses koding dan transkrip dalam analisis video pelaksanaan
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan software “Videograph” yang
khusus dirancang untuk menganalisis video (Rimmele dalam Widodo, 2006).
Data hasil koding video dieksport ke dalam Software Statistical Package for
Social Science (SPSS) for Windows versi 12. Tujuan eksport data ke dalam
program SPSS yaitu untuk melihat frekuensi yang muncul untuk setiap indikator
dalam aspek keterampilan berpikir kreatif dalam waktu pembelajaran tertentu.
Karena koding dilakukan setiap 10 detik, maka untuk memperoleh durasi waktu
yang digunakan guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dalam
pembelajarannya, frekuensi kemunculan setiap aspek keterampilan berpikir kreatif
dikonversikan ke dalam menit. Rumus untuk mengkonversikan kemunculan aspek
keterampilan berpikir kreatif ke dalam menit adalah:
Data hasil transkrip dieksport ke dalam textfile dengan tujuan untuk
memperoleh catatan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru untuk
memunculkan aspek keterampilan berpikir kreatif. Setiap kemunculan suatu
aspek keterampilan berpikir kreatif dalam kegiatan pembelajaran guru
menunjukkan adanya upaya guru untuk mengembangkan keterampilan berpikir
kreatif dalam pelaksanaan pembelajarannya.
Data yang diperoleh dari observasi pelaksanaan pembelajaran adalah
dalam bentuk durasi waktu pengembangan setiap aspek keterampilan berpikir
kreatif. Durasi waktu yang dihasilkan dalam penelitian ini untuk selanjutnya
dibuat persentase berdasarkan perbandingan antara durasi waktu yang digunakan
guru untuk mengembangkan seluruh aspek keterampilan berpikir kreatif dengan
durasi waktu pembelajaran selama observasi. Rumus untuk membuat persentase
durasi pengembangan aspek keterampilan berpikir kreatif selama pembelajaran
adalah :
Persentase (%) = x 100
Kemudian hasil observasi disajikan dalam grafik durasi pengembangan
aspek keterampilan berpikir kreatif dalam kegiatan pembelajaran IPA oleh guru
baik secara keseluruhan dan oleh setiap kelompok guru.
3. Pengolahan Data Hasil Tes Siswa
Dari tes siswa akan diperoleh skor (nilai) yang diperoleh siswa dalam tes
keterampilan berpikir kreatif. Dalam tes diharapkan siswa menjawab sesuai
soal dengan cara setiap soal diberi skor berdasarkan kemunculan setiap aspek
keterampilan berpikir kreatif yang menjadi jawaban siswa. Setiap soal diberi skor
maksimal 2 (dua) untuk kelancaran, maksimal 2 (dua) untuk keluwesan, 1 (satu)
untuk originalitas dan maksimal 2 (dua) untuk elaborasi. Jadi skor maksimal
masing-masing soal adalah 7 (tujuh). Karena soal tes berjumlah 8 (delapan) buah
maka skor maksimal siswa dalam tes adalah 56.
Skor maksimal akan diperoleh siswa jika siswa menjawab lebih dari satu
jawaban benar. Karena siswa sekolah dasar masih dalam taraf latihan untuk
berpikir kreatif, maka jika ada siswa yang menjawab dua jawaban benar maka
skor siswa tersebut sudah maksimal.
F. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara berurutan sesuai dengan rumusan masalah
penelitian. Langkah pertama dalam analisis data adalah melakukan interpretasi
terhadap data-data yang diperoleh pada saat pengolahan data. Menjelaskan data
dalam tabel dan grafik termasuk kedalam interpretasi. Melihat perbandingan dan
hubungan antar data juga termasuk langkah dalam analisis penelitian ini. Selama
analisis data pada rencana dan pelaksanaan pembelajaran, dilakukan analisis
setiap aspek keterampilan berpikir kreatif yang dilakukan oleh guru secara umum
atau oleh setiap kelompok guru.
Langkah selanjutnya adalah membahas mengapa data-data tersebut
diperoleh. Pembahasan ditunjang oleh dasar teori. Jika ada data yang
yang diperoleh rendah maka dibahas mengapa angkanya rendah dan bagaimana
cara untuk meningkatkannya. Dasar teori bisa berupa buku sumber atau berupa
hasil penelitian sebelumnya.
Data diperoleh berupa dinamika dan durasi pengembangan setiap aspek
keterampilan berpikir kreatif. Oleh karena itu analisis dan pembahasan difokuskan
kepada masalah-masalah yang terjadi dari setiap aspek keterampilan berpikir
kreatif yang bisa dikembangkan.
Dalam analisis data, mula-mula data yang dianalisis adalah data dari
guru-guru secara keseluruhan. Kemudian dilakukan analisis terhadap data dari
masing-masing kelompok guru. Selanjutnya adalah membandingkan seluruh data baik
dari rencana ataupun pelaksanaan yang berkaitan dengan pengembangan
keterampilan berpikir kreatif yang dilakukan guru tersertifikasi dan oleh guru
tidak tersertifikasi. Terakhir dilakukan analisis tentang peranan pengembangan
keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran IPA oleh guru dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Langkah terakhir adalah menarik kesimpulan dari hasil analisis data.
Kesimpulan berupa hasil akhir penelitian tentang pengembangan keterampilan
berpikir kreatif siswa SD kelas V dalam pembelajaran IPA. Kesimpulan dibuat
berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian,
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis data yang diperoleh selama penelitian, maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Dalam rencana pembelajaran, guru sudah mengembangkan keterampilan
berpikir kreatif. Aspek berpikir kreatif yang paling banyak dikembangkan guru
adalah kelancaran yang sebagian besar dikembangkan melalui metode tanya
jawab. Kemudian elaborasi, keluwesan dan terakhir originalitas.
Dalam pelaksanakan pembelajaran, waktu yang digunakan guru untuk
mengembangkan keterampilan berpikir kreatif sangat sedikit. Sehingga bisa
dikatakan bahwa guru sangat kurang mengembangkan keterampilan berpikir
kreatif dalam pelaksanaan pembelajaran. Aspek keterampilan berpikir kreatif yang
paling banyak dikembangkan guru adalah aspek kelancaran dan yang paling
sedikit adalah originalitas.
Dalam rencana dan pelaksanaan, guru tersertifikasi lebih banyak
mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Dengan demikian guru
tersertifikasi memiliki kemampuan mengembangkan keterampilan berpikir kreatif
siswa yang lebih baik dibandingkan guru tidak tersertifikasi.
Pembelajaran IPA di sekolah dasar tidak memiliki peranan yang berarti
dalam meningkatkan kemampuan siswa berpikir kreatif. Sebab tidak ada pola
hubungan yang jelas antara pembelajaran IPA dengan kemampuan siswa berpikir
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian maka ada beberapa rekomendasi yang
disampaikan berkaitan dengan pengembangan keterampilan berpikir kreatif siswa.
1. Dalam melaksanakan pembelajaran IPA di sekolah dasar hendaknya guru
lebih mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa karena banyak
peluang dalam belajar IPA untuk mengembangkan keterampilan berpikir.
Guru sebaiknya lebih memanfaatkan waktu belajar yang dialokasikan agar
kegiatan pembelajaran berjalan maksimal. Pengembangan keterampilan
berpikir kreatif juga sebaiknya dilakukan melalui evaluasi belajar agar siswa
terbiasa untuk memecahkan masalah melalui soal-soal yang diberikan.
2. Kepala sekolah harus lebih memacu guru untuk mengembangkan
keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar. Salah
satu cara yang bisa dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuan
guru adalah dengan memotivasi atau memberikan kesempatan kepada guru
untuk mengikuti pelatihan-pelatihan cara mengajar yang bisa mengembangkan
keterampilan berpikir.
3. Penelitian ini merupakan studi pendahuluan mengenai pengembangan
keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar. Oleh
karena itu dianjurkan bagi peneliti lain untuk melanjutkan penelitian ini
dengan melakukan pengujian keefektifan pola pembelajaran yang dirancang
peneliti untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa.Selain itu
peneliti lain hendaknya melanjutkan penelitian dengan menganalisis evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. (2006). Jakarta: Depdiknas
Budiman, et. al. (2008). Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Penguasaaan Konsep Energi Rumah Tangga Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. Prodi IPA SPS UPI Bandung
Cheng, V.M.Y. (2010). “Teaching Creative Thinking in Regular Science Lesson : Potential and Obstacles of Three Different Approaches in an Asian Context”. Asia Pasipic Forum on Science Learning and Teaching
[Online], Vol.1(17), 1 Tersedia:
http://www.ied.edu.hk/apfslt/download/v11_issue1_files/chengmy.pdf
Evans, J.R. (1991). Creative Thinking. Cincinnati, Ohio: South-Western Publishing Co.
Filsaime, D. K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Firman, H. dan Widodo, A. (2008). Panduan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas
Gede Raka. (2009). Peningkatan Mutu Guru: Hati-hati Jangan Memanjat Pohon yang Salah. Makalah pada Seminar Nasional “Paradigma Baru Mutu Pendidikan di Indonesia” di UNY tanggal 25 April 2009.
Gunawan, S. (2009) Analisis Kesesuaian Rencana Pembelajaran yang Dibuat Guru SD dengan Pelaksanaan Pembelajaran Sains. Tesis SPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Hairida dan Erlina. (2008). SCL (Student Centered Learning) Based Learning A Problem Solving Model To Increase Elementary Student Ability To Solve Natural Science Problem. Proceedings The 2nd International Seminar on Science Education. Bandung, 18 Oktober 2008
Indrawati dan Setiawan. (2009). Pembelajaran Aktif, Kreatif dan Menyenangkan Untuk Guru SD. Jakarta : PPPPTK IPA
Jarvis, T. (1991). Children and Primary Science. New York: Nichols Publishing
Juremi, S. dan Ayob, A. (2003). Menentukan Kesahan Alat Ukur – Alat Ukur Kemahiran Berfikir Kritis, Kemahiran Berfikir Kreatif, Kemahiran Proses Sains dan Pencapaian Biologi. [Online]. Tersedia: www.geocities.com/drwanrani/SabariaJuremi.doc[17 February 2008]
Mariati. (2006). Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui Pertanyaan Divergen pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, 063.[Online]. Tersedia:
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/126306759773.pdf
McMillan, J. H. dan Schumacher, S. (2001). Research in Education A Conceptual Introduction. New York: Addison Wesley Longman
Meador, K. S. (2003). Thinking Creatively About Science: Suggestions For
Primary Teachers. [Online]. Tersedia:
http://www.prufrock.com/client/client_pages/GCT_articles/Science/Teachi ng_Science_to_Gifted_Children.cfm
Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta)
Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Jakarta: Depdiknas
Pullaila, A. et. al (2007). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. Prodi IPA SPS UPI Bandung
Rochintaniawati, D. (2010). Analisis Kebutuhan Guru dalam Mengembangkan Kurikulum dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Desertasi SPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Rofi’uddin. (2009). Model Pendidikan Berpikir Kritis-Kreatif untuk Siswa Sekolah Dasar. [Online]. Tersedia: http://www.infodiknas.com/model-pendidikan-berpikir-kritis-kreatif-untuk-siswa-sekolah-dasar-2/
Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press
Sanjaya, W. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sa’ud, U. S. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. Modul untuk SPS UPI. Tidak diterbitkan
Siegler, R.S. dan Alibali, M. W. (2005). Children’s Thinking. New Jersey: Pearson Prentice Hall
Slamet, St. Y. (2010). Alternatif Pengembangan Kemampuan Berpikir Secara Nalar Dan Kreatif Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia: http://slamethadisubroto.blogspot.com/2010/03/alternatif-pengembangan-kemampuan.html
Suastra, I. W. (2008). Teaching Science Model For Developing Students’ Creative Thinking Ability. Proceedings The 2nd International Seminar on Science Education. Bandung, 18 Oktober 2008
Subali, B. (2011). “Pengukuran Kreativitas Keterampilan Proses Sains dalam Konteks Assessment for Learning”. Cakrawala Pendidikan. Jurnal Untuk Pendidikan (1), 130-144
Sumarmo, U. (2010). Diskursus Dalam Pembelajaran Matematika: Apa, Mengapa dan Bagaimana Mengembangkannya. Sekolah Pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan
Supriadi, D. (1994). Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta
Suryadi, D. (2010). “Metapedadidaktik dan Didactical Design Research (DDR): Sintesis Hasil Pemikiran Berdasarkan Lesson Study”. Guide Book : Seminar in Math and Science Education. Jica-FPMIPA, 54-75
Suryadi, E. (2011). Meningkatkan Kualitas Komunikasi Dapat Meningkatkan
Kreativitas Anak. [Online].Tersedia :
http://berita.upi.edu/2011/02/09/meningkatkan-kualitas-komunikasi-dapat-meningkatkan-kreativitas-anak/
Sutrisno, J. (2008). Menggunakan Keterampilan Berpikir untuk Meningkatkan
Mutu Pembelajaran. [Online]. Tersedia:
http://www.erlangga.co.id/index.php?option=com_content&view=article&
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Ward, et al. (2006). Teaching Science in The Primary Classroom, A Practical Guide. London: Paul Chapman Publishing
Widodo, A. (2006). The Feature of Biology Lesson: Result of A Video Study? Paper Presented at The 2nd UPI-UPSI Joint International Conference August 8-9, 2006 in Bandung. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi. Tidak diterbitkan.