• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM :Studi Komparatif Pada Guru Sekolah Dasar Kelas V Di Beberapa Sekolah Dasar Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2010-201

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM :Studi Komparatif Pada Guru Sekolah Dasar Kelas V Di Beberapa Sekolah Dasar Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2010-201"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ……… i

KATA PENGANTAR………... ii

UCAPAN TERIMA KASIH………. iii

ABSTRAK………. vi

DAFTAR ISI ………. vii

DAFTAR TABEL ………. xiii

DAFTAR GAMBAR ……… xv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ………... 6

C. Tujuan Penelitian ………... 7

D. Manfaat Penelitian ………. 7

(2)

BAB II KONSEP BERPIKIR KREATIF DAN PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR

A. Konsep Kreativitas ………. 10

1. Pengertian………. 10

2. Ciri-ciri berpikir kreatif ………... 12

3. Cara mengembangkan dan melatih berpikir kreatif siswa 17

4. Kreativitas dan prestasi ……… 19

B. Kreativitas Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Di Sekolah Dasar ………... 20

1. Aktivitas pembelajaran untuk mengembangkan berpikir

kreatif ……….. 20

2. Peranan Keterampilan Proses Sains (KPS) dalam

pengembangan keterampilan berpikir kreatif ………….. 22

3. Gambaran materi pelajaran IPA di kelas V sekolah

dasar semester 2 beserta contoh aktivitas

pembelajarannya ……….. 23

4. Keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran Ilmu

(3)

5. Pengembangan keterampilan berpikir kreatif dalam

rencana pembelajaran ……….. 32

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa ……… 34 C Sertifikasi Sebagai Program Pengakuan Profesionalisme Guru ………... 40

D Hasil-hasil Penelitian Yang Relevan ………... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ……….. 46

B. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 47

C. Subyek Penelitian ……….. 47

D. Prosedur Penelitian ……… 50

E. Instrumen Penelitian ……….. 55

F. Pengolahan Data ……… 60

(4)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kreatif Dalam

Perencanaan Pembelajaran ……… 65

1. Analisis pengembangan setiap aspek keterampilan

berpikir kreatif dalam RPP ………..

a. Pengembangan aspek kelancaran (fluency) dalam

perencanaan pembelajaran ………...

b. Pengembangan aspek keluwesan (flexibility) dalam

perencanaan pembelajaran ………..

c. Pengembangan aspek originalitas (originality)

dalam perencanaan pembelajaran ……….

d. Pengembangan aspek elaborasi (elaboration) dalam

perencanaan pembelajaran ………..

75

77

79

80

82 2. Perbandingan RPP guru tersertifikasi dan guru tidak

tersertifikasi dalam mengembangkan keterampilan

berpikir kreatif ……….

a. Pembahasan rencana pembelajaran guru

tersertifikasi melalui portofolio (guru 1 – 5) ………

b. Pembahasan rencana pembelajaran guru

tersertifikasi melalui diklat (guru 6 – 10) ………….

c. Pembahasan rencana pembelajaran guru tidak

83

85

(5)

tersertifikasi (guru 11 – 15) ……….. 92

B. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kreatif Dalam

Pelaksanaan Pembelajaran ………. 95

1. Analisis pengembangan setiap aspek keterampilan

berpikir kreatif dalam pembelajaran ………..

a. Pengembangan aspek kelancaran (fluency) dalam

pelaksanaan pembelajaran IPA ………

b. Pengembangan aspek keluwesan (flexibility) dalam

pelaksanaan pembelajaran IPA ………

c. Pengembangan aspek originalitas (originality)

dalam pelaksanaan pembelajaran IPA ………..

d. Pengembangan aspek elaborasi (elaboration) dalam

pelaksanaan pembelajaran IPA ………

104

105

107

108

109

2. Perbandingan pelaksanaan pembelajaran guru

tersertifikasi dan guru tidak tersertifikasi dalam

mengembangkan keterampilan berpikir kreatif ………...

a. Pembahasan pelaksanaan pembelajaran guru

tersertifikasi melalui portofolio (guru 1 – 5) ………

b. Pembahasan pelaksanaan pembelajaran guru

tersertifikasi melalui diklat (guru 6 - 10) …………..

c. Pembahasan pelaksanaan pembelajaran guru tidak

tersertifikasi (guru 11 – 15) ………..

111

113

118

(6)

C Perbandingan Pengembangan Keterampilan Berpikir

Kreatif Yang Dilakukan Oleh Guru Tersertifikasi Dan

Tidak Tersertifikasi Dalam Rencana, Pelaksanaan Dan

Tugas Pembelajarannya ……….

125

1. Pengembangan keterampilan berpikir kreatif oleh setiap

kelompok guru ……….

a. Pembahasan guru tersertifikasi melalui portofolio

(guru 1 – 5) ………...

b. Pembahasan guru tersertifikasi melalui diklat (guru

6 – 10) ………...

c. Pembahasan guru tidak tersertifikasi (guru 1 – 5) … 132

132

132

133

2. Pengembangan setiap aspek keterampilan berpikir

kreatif ………..

a. Pengembangan aspek kelancaran (fluency) ………..

b. Pengembangan aspek keluwesan (flexibility) ……...

c. Pengembangan aspek keaslian atau originalitas

(originality) ………..

d. Pengembangan aspek merinci atau elaborasi

(elaboration) ………. 134 134

136

138

141

D Peranan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

(7)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan………. 153

B. Rekomendasi ………. 154

DAFTAR PUSTAKA ……….. 155

LAMPIRAN-LAMPIRAN……… 159

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakekatnya adalah produk,

proses, sikap dan teknologi. Dalam IPA selain mempelajari prinsip, konsep atau

teori, siswa juga bisa mempelajari bagaimana prinsip, konsep atau teori itu

diperoleh yang didukung dengan sikap ilmiah dan kemudian hasilnya diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sebagai bagian dari proses

pendidikan nasional, pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri

ilmiah (scientific inquiry) agar dapat menumbuhkan kemampuan berpikir (BSNP,

2006). Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan pada

penemuan sesuatu melalui proses mencari dengan menggunakan langkah-langkah

ilmiah. Dalam inkuiri, siswa diharapkan bisa kritis menemukan masalah dalam

kehidupan dan mencari penyelesaian secara kreatif.

Agar siswa bisa mempelajari IPA secara inkuiri ilmiah maka siswa harus

memiliki keterampilan berpikir. Pembelajaran IPA harus bersifat hands on dan

minds on (Firman dan Widodo, 2008). Keterampilan berpikir sangat diperlukan

untuk melaksanakan pembelajaran yang minds on. Dalam prosesnya untuk

menemukan, siswa tidak akan lepas dari proses berpikir. Misalnya, untuk

melakukan keterampilan proses sains sebagai bagian dari kegiatan inkuiri ilmiah,

(9)

Beberapa keterampilan proses sains seperti mengamati, menginterpretasi

atau membuat hipotesis bisa dikuasai jika disertai dengan penguasaan

keterampilan berpikir. Keterampilan berpikir kreatif adalah salah satu

keterampilan berpikir yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran IPA.

Walaupun tidak seluruh siswa akan menjadi ilmuwan, berpikir kreatif diperlukan

siswa agar bisa menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang.

Berpikir kreatif perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA agar siswa

bisa berlatih untuk mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah selama belajar

IPA. Sebab dalam berpikir kreatif, seseorang dituntut untuk berpikir divergen

yaitu berpikir dengan arah yang berbeda atau mencari jawaban-jawaban untuk

sebuah pertanyaan yang mungkin memiliki jawaban-jawaban benar (Filsaime,

2008). Kebalikan dari berpikir divergen adalah berpikir konvergen yaitu berpikir

untuk menghasilkan jawaban benar atau salah atas pertanyaan yang memiliki

jawaban yang benar (Filsaime, 2008). Menurut Cheng (2010), berpikir divergen

(menemukan banyak ide) harus diikuti dengan berpikir konvergen (menganalisis

ide dan membuat pilihan).

Berpikir kreatif adalah salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi yang

harus diajarkan kepada peserta didik. Tujuan diajarkannya keterampilan berpikir

tingkat tinggi adalah agar siswa tertantang untuk belajar terutama dalam belajar

memecahkan masalah. Dengan berpikir tingkat tinggi, siswa akan mampu

mengolah informasi dengan melakukan analisis, sintesis dan evaluasi terhadap

(10)

Pembelajaran IPA yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan

berpikir harus dirancang sedemikian rupa sehingga tercipta suasana pembelajaran

yang menuntut peserta didik untuk berpikir. Konsekuensinya adalah selain harus

meningkatkan pemahaman peserta didik akan produk IPA, guru juga harus

mengajarkan proses IPA agar peserta didik lebih memahami bagaimana produk

IPA dihasilkan. Dengan demikian diharapkan akan muncul hasil pemikiran siswa

yang inovatif dalam pembelajaran IPA yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari.

Saat ini pendidikan berpikir di tingkat pendidikan dasar belum tertangani

secara sistematis dan dilaksanakan secara parsial. Akibatnya kemampuan berpikir

lulusan SD masih sangat rendah (Rofi’uddin, 2009). Contoh kejadian akibat

kurangnya kemampuan siswa berpikir kreatif adalah ketidak mampuan siswa

mengerjakan soal dengan cara penyelesaian yang lain selain yang diajarkan oleh

gurunya. Siswa menolak penyelesaian dengan metode yang lain karena takut

disalahkan oleh gurunya walaupun hasil akhirnya benar. Selain itu siswa sulit

menemukan atau mencari solusi permasalahan. Gambaran pendidikan saat ini

lebih menekankan pada hapalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap

soal-soal yang diberikan (Munandar, 2009). Karena dasar-dasar berpikir tidak

dikuasai dengan baik, dampaknya dirasakan sampai pendidikan menengah dan

pendidikan tinggi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan rendahnya kemampuan

berpikir yang dimiliki oleh siswa sekolah sekolah menengah, mahasiswa S1,

(11)

Oleh karena itu diperlukan transformasi sistem pendidikan dari menghafal

menjadi belajar berpikir atau dari belajar yang dangkal menjadi mendalam atau

kompleks (Suastra, 2008). Peserta didik harus diperkenalkan dengan IPA sebagai

mata pelajaran yang menarik karena bisa membantu untuk memahami tentang

dunia dan diri sendiri (Jarvis, 1991). Pembelajaran IPA harus bisa meningkatkan

daya imaginasi, kreatif dan logis dalam berpikir.

Penelitian ini difokuskan kepada upaya-upaya yang dilakukan guru IPA

kelas V di sekolah dasar dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif.

Dalam proses pembelajaran, guru merupakan ujung tombak yang berhubungan

langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar (Sanjaya, 2009).

Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari peningkatan mutu guru (Gede

Raka, 2009). Dalam Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

ditegaskan bahwa guru yang berkualitas secara nasional harus memiliki 4 (empat)

kunci kompetensi yaitu pedagogik, professional, kepribadian dan sosial

(Jalal,et.al.,2009). Sampai saat ini pengakuan tertinggi terhadap kompetensi guru

baik secara akademik maupun kompetensi guru sebagai agen pembelajaran adalah

sertifikat pendidik. Oleh karena itu subjek penelitian ini dikelompokkan menjadi

guru tersertifikasi dan tidak tersertifikasi karena akan membandingkan

kemampuan guru tersertifikasi dan yang tidak dalam mengembangkan

keterampilan berpikir kreatif pada pembelajaran IPA.

Siswa kelas V SD yang berusia antara 11 dan 12 tahun, memiliki

perkembangan berpikir pada tahap operasional konkrit. Pada tahap operasional

(12)

melainkan siswa harus terlibat dalam kegiatan yang langsung berinteraksi dengan

objek yang dipelajari (Rustaman, 2005). Selain daripada itu, menurut Piaget

(dalam Siegler dan Alibali, 2005), karakteristik berpikir anak pada periode

operasional konkrit (berusia antara 6 atau 7 sampai 11 atau 12) adalah bisa

mengambil poin lain dari suatu masalah, bisa secara simultan menemukan

perspektif lain dan bisa secara akurat menampilkan transformasi sebagaimana

halnya situasi yang statis. Luasnya perspektif ini potensial untuk menyelesaikan

macam-macam masalah. Kemampuan berpikir siswa SD kelas V di atas bisa

menjadi modal untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif yaitu

keterampilan berpikir yang memiliki ciri bisa mengajukan macam-macam solusi

suatu permasalahan serta lancar mengajukan banyak ide yang sifatnya original

secara individu. Karena alasan di atas, maka penelitian ini dilakukan di kelas V

sekolah dasar.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dirasakan perlu untuk dilakukan

penelitian tentang bagaimana sebenarnya kemampuan guru dalam

mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran IPA

mengingat dari hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa keterampilan

berpikir belum sepenuhnya ditangani secara sistematis. Penelitian dilakukan di

Kota Bandung untuk melihat bagaimana pengembangan berpikir kreatif di

sekolah-sekolah dasar di Kota Bandung. Pengembangan kemampuan berpikir

kreatif yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pengembangan

keterampilan berpikir kreatif yang dilakukan guru dilihat dari perencanaan dan

(13)

merupakan pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga jika

perencanaan baik maka pembelajaran akan berlangsung dengan baik pula. Dalam

pembelajaran terdapat tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa. Tugas

pembelajaran memiliki peran untuk membuat siswa belajar. Melalui tugas

pembelajaran dari guru diharapkan proses pembelajaran yang berlangsung

menjadi lebih bermakna dan bisa mencapai tujuan pembelajaran. Dengan melihat

perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran diharapkan bisa menggambarkan

bagaimana proses pengembangan keterampilan berpikir siswa dalam

pembelajaran IPA dilakukan guru.

B. Rumusan Masalah

Sebagai dasar acuan penelitian, maka permasalahan penelitian

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir

kreatif siswa pada perencanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

di kelas V sekolah dasar?

2. Bagaimana kemampuan guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir

kreatif siswa pada pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

di kelas V sekolah dasar?

3. Apakah terdapat perbedaan dalam kemampuan mengembangkan

keterampilan berpikir kreatif siswa antara guru sudah tersertifikasi dan yang

(14)

4. Bagaimana peranan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas V

sekolah dasar dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap informasi tentang

bagaimana kemampuan guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif

siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar. Secara

terperinci, penelitian ini dilakukan dengan tujuan yaitu :

1. Mengungkap informasi tentang bagaimana kemampuan guru dalam

mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa sekolah dasar kelas V

pada pembelajaran IPA ditinjau dari perencanaan pembelajaran guru.

2. Mengungkap informasi tentang bagaimana kemampuan guru dalam

mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa sekolah dasar kelas V

pada pembelajaran IPA ditinjau dari pelaksanaan pembelajaran.

3. Mengungkap informasi tentang kemampuan guru yang sudah tersertifikasi dan

yang tidak tersertifikasi dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif

siswa pada rencana dan pelaksanaan pembelajarannya.

4. Mengungkap informasi tentang bagaimana peranan pembelajaran IPA dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas V sekolah dasar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat :

(15)

a. Bagaimana melaksanakan pembelajaran IPA di sekolah dasar yang

mengembangkan keterampilan berpikir kreatif.

b. Bagaimana mempersiapkan guru IPA sekolah dasar yang mampu

melaksanakan pembelajaran IPA yang bisa melatih siswa untuk berpikir

kreatif.

2. Bagi guru, bisa mendapatkan gambaran tentang :

a. Bagaimana sebenarnya pembelajaran IPA yang bisa mengembangkan

keterampilan berpikir.

b. Bagaimana proses pembelajaran yang seharusnya dilaksanakan agar

keterampilan berpikir kreatif siswa bisa berkembang.

3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan :

a. Bisa menjadi suatu titik awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut

tentang pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir

kreatif.

b. Menjadi acuan untuk melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan

pengembangan keterampilan berpikir lain seperti berpikir kritis atau

berpikir logis yang dilakukan guru dalam pembelajaran IPA di sekolah

dasar.

E. Definisi Operasional

1. Pengembangan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas V SD dalam

pembelajaran IPA dalam penelitian ini adalah upaya-upaya yang dilakukan

(16)

yang dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Upaya-upaya

yang dilakukan guru yaitu berupa kegiatan pembelajaran yang dirancang dan

dilaksanakan dalam pembelajaran sesuai dengan materi.

2. Berpikir kreatif adalah proses berpikir yang memiliki ciri-ciri kelancaran

(fluency), keluwesan (flexibility), keaslian atau originalitas (originality) dan

merinci atau elaborasi (elaboration). Kelancaran adalah kemampuan

mengeluarkan ide atau gagasan yang benar sebanyak mungkin secara jelas.

Keluwesan adalah kemampuan untuk mengeluarkan banyak ide atau gagasan

yang beragam dan tidak monoton dengan melihat dari berbagai sudut pandang.

Originalitas adalah kemampuan untuk mengeluarkan ide atau gagasan yang

unik dan tidak biasanya, misalnya yang berbeda dari yang ada di buku atau

berbeda dari pendapat orang lain. Elaborasi adalah kemampuan untuk

menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi dan menambah detail dari ide

atau gagasannya sehingga lebih bernilai. Pengembangan keterampilan berpikir

kreatif yang dilakukan guru diukur dari kegiatan pembelajaran yang

direncanakan dan dilaksanakan guru untuk mengembangkan setiap aspek

keterampilan berpikir kreatif.

3. Pembelajaran IPA adalah pembelajaran IPA di kelas V sekolah dasar semester

2 yang berlangsung di sekolah-sekolah yang menjadi lokasi penelitian selama

penelitian berlangsung dengan materi “Gaya dan Pesawat Sederhana”,

(17)
(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif kuantitatif. Tujuan

penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana pengembangan

keterampilan berpikir kreatif pada siswa kelas V yang dilakukan guru sekolah

dasar dalam pembelajaran IPA. Data yang terkumpul selama penelitian kemudian

diolah untuk melihat jumlah, frekuensi dan rata-rata. Selanjutnya data yang sudah

diolah dianalisis dalam pembahasan berdasarkan kajian teori yang mendukung.

Metode deskriptif adalah metode penelitian yang ditujukan untuk

menggambarkan fenomena yang ada saat ini atau di masa lampau (Sa’ud, 2007).

Dalam metode deskriptif tidak ada manipulasi variabel (McMillan dan

Schumacher, 2001). Penelitian deskriptif sangat penting untuk dijadikan studi

pendahuluan untuk penelitian selanjutnya (Sa’ud, 2007)

Selain mendeskripsikan, penelitian ini juga membandingkan kemampuan

guru antara guru yang tersertifikasi dan tidak tersertifikasi dalam mengembangkan

keterampilan berpikir kreatif siswa sekolah dasar kelas V pada pembelajaran IPA.

Selanjutnya dideskripsikan pula bagaimana peranan pengembangan keterampilan

berpikir kreatif dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan kemampuan siswa

(19)

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 11 buah sekolah dasar di wilayah Kota

Bandung, yaitu di SDN Gumuruh 1, SDN Gumuruh 2, SDN Gumuruh 6, SDN

Sayuran 3, SDN Sayuran 5, SDN Arcamanik Endah, SDN Pertiwi, SDN Ciujung

4, SDN Cimuncang, SDN Griya Bumi Antapani 27 dan SDN Arcamanik.

Penelitian dimulai dari bulan Januari 2011 sampai bulan April 2011.

Adapun yang menjadi alasan pemilihan 11 sekolah dasar ini adalah :

1. Sekolah-sekolah tersebut sama-sama berada dalam kategori sedang sehingga

secara umum memiliki fasilitas sekolah dengan kemampuan siswa yang relatif

sama.

2. Sekolah-sekolah tersebut memiliki guru-guru yang tersertifikasi melalui

portofolio maupun diklat serta memiliki guru-guru yang belum tersertifikasi.

3. Lokasi sekolah cukup jauh dari UPI dan belum pernah bekerja sama dengan

UPI. Oleh karena itu pihak sekolah dan guru-guru di sekolah-sekolah tersebut

bersedia untuk bekerja sama sebagai subjek penelitian.

C. Subjek Penelitian.

Subjek penelitian ini adalah guru sekolah dasar kelas V di SDN Gumuruh

1, SDN Gumuruh 2, SDN Gumuruh 6, SDN Sayuran 3, SDN Sayuran 5, SDN

Arcamanik Endah, SDN Pertiwi, SDN Ciujung 4, SDN Cimuncang, SDN Griya

Bumi Antapani dan SDN Arcamanik. Jumlah guru yang menjadi subjek penelitian

adalah lima orang yang tersertifikasi melalui portofolio (guru 1-5), lima orang

(20)

tersertifikasi (guru 11-15). Penentuan jumlah ini dianggap cukup memberi

gambaran tentang kondisi pembelajaran IPA yang dilakukan guru pada saat ini.

Karakteristik masing-masing guru yang menjadi subjek penelitian ada

pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Karakteristik Subjek Penelitian

Guru Sertifikasi Belum sertifikasi

(21)

Guru Sertifikasi Belum sertifikasi

Pendidikan Kegiatan guru Pengalaman mengajar

Subjek penelitian dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Adapun tujuan

pengelompokkan guru yang menjadi subjek penelitian ini adalah :

1. Untuk mempermudah dalam analisis hasil penelitian beserta pembahasannya.

2. Sertifikasi sebagai program pemerintah menunjukkan bahwa guru yang

tersertifikasi adalah guru profesional dengan tingkatan yang lebih tinggi

dibanding yang belum tersertifikasi. Oleh karena itu dengan membandingkan

(22)

benar kemampuan guru tersertifikasi berada di atas guru yang tidak

tersertifikasi dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap

pelaksanaan serta tahap pengolahan dan analisis data. Secara garis besar

kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi pembuatan proposal

penelitian, pembuatan perizinan untuk observasi ke sekolah serta pengembangan

instrumen. Secara lebih rinci, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Pengajuan rancangan penelitian dalam bentuk proposal penelitian.

b. Mengurus perizinan untuk melakukan penelitian dari Sekolah Pascasarjana

UPI yang disampaikan kepada kepala sekolah masing-masing sekolah dasar

yang sudah ditentukan. Surat izin melakukan penelitian dari SPS UPI ada pada

Lampiran A (hal. 159).

c. Menghubungi kepala sekolah dan guru yang menjadi subjek penelitian untuk

menentukan teknis pelaksanaan penelitian termasuk penentuan jadwal

pelaksanaan penelitian.

Sedangkan yang termasuk ke dalam kegiatan pengembangan instrumen adalah :

a. Melakukan studi pendahuluan dengan menganalisis materi yang berhubungan

(23)

ilmiah dan memecahkan masalah bagi siswa sekolah dasar kelas V,

aspek-aspek keterampilan berpikir kreatif serta kegiatan pembelajaran yang bisa

mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Kemudian menentukan

indikator-indikator setiap aspek keterampilan berpikir kreatif yang bisa

dikembangkan dalam pembelajaran IPA kelas V di sekolah dasar.

b. Menyusun kisi-kisi lembar observasi perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran guru yang mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa

dalam pembelajaran IPA berdasarkan indikator.

c. Menyusun kisi-kisi angket untuk guru dan siswa serta tes berpikir kreatif

untuk siswa.

d. Validasi instrumen berupa validasi isi yang dilakukan oleh ahli pembelajaran

IPA dan ahli materi IPA sekolah dasar kelas V.

e. Perbaikan instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap pengumpulan data. Adapun kegiatan

yang dilakukan pada tahap ini antara lain :

a. Merekam proses pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru sekolah dasar

kelas V. Proses pembelajaran IPA yang diobservasi untuk masing-masing

guru dilakukan sebanyak tiga kali, kecuali guru 1, 5, 8 dan 12 hanya dua kali.

Surat bukti bahwa telah dilakukan penelitian di sekolah yang menjadi lokasi

(24)

b. Setelah pembelajaran selesai, dokumen rencana pembelajaran guru yang telah

berlangsung diminta untuk dianalisis selanjutnya.

c. Melaksanakan tes kemampuan berpikir kreatif siswa yang berkaitan dengan

materi pelajaran IPA yang telah berlangsung.

d. Siswa dan guru diminta untuk mengisi angket guna menambah informasi

mengenai pengembangan keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran

IPA.

e. Mengoreksi hasil tes siswa.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Hasil rekaman video diolah menggunakan software “Videograph”.

b. Untuk keperluan analisis, video mula-mula ditransfer dari handycam ke

komputer. Langkah selanjutnya adalah mentranskrip video. Semua kegiatan

pembelajaran guru dan tugas pembelajaran yang mengembangkan

keterampilan berpikir kreatif siswa ditranskrip apa adanya sebagaimana yang

terjadi.

c. Sambil melakukan transkrip pelaksanaan dan tugas pembelajaran, dilakukan

koding menggunakan instrumen penelitian yang telah disiapkan pada lembar

observasi pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan koding bertujuan untuk

menentukan ada tidaknya kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran guru dan

(25)

siswa. Koding ditentukan dengan value 0 untuk value label “tidak “ dan value

1 untuk value label “ya”.

d. Rencana pembelajaran guru diobservasi untuk melihat ada tidaknya aspek

keterampilan berpikir kreatif di dalamnya. Prosesnya dengan memberi skor 1

pada kolom setiap aspek keterampilan berpikir kreatif pada lembar observasi

jika guru merencanakan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif

dalam rencana pembelajarannya. Dan memberi skor 0 jika sebaliknya.

e. Dari hasil tes dan angket siswa akan diperoleh informasi tentang penguasaan

siswa terhadap keterampilan berpikir kreatif IPA beserta latar belakang siswa.

Tes keterampilan berpikir kreatif siswa diberi skor berdasarkan jawaban yang

diperoleh siswa. Hasil tes siswa dianalisis dihubungkan dengan kegiatan

pembelajaran yang dialami siswa serta ditunjang dengan jawaban angket

siswa.

f. Data untuk keperluan analisis diperoleh dari data observasi rencana

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan tugas pembelajaran guru.

Analisis data didukung oleh berbagai sumber sebagai dasar teori. Berdasarkan

dasar teori ini, hasil penelitian dianalisis untuk menemukan sebab akibat dari

permasalahan yang ada.

(26)

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Studi Pendahuluan

Kajian materi tentang aspek-aspek keterampilan berpikir kreatif untuk menentukan indikator keterampilan berpikir kreatif.

Kajian materi tentang hakekat IPA dan kemampuan bersikap ilmiah dan memecahkan masalah pada siswa SD kelas V.

Menentukan subjek penelitian, pembuatan pedoman observasi dan pembuatan, angket dan soal tes siswa.

(27)

D. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data, penelitian ini menggunakan instrumen penelitian

yang terdiri dari lembar observasi rencana pembelajaran guru, lembar observasi

pelaksanaan pembelajaran guru, lembar observasi tugas pembelajaran dari guru,

angket untuk guru, angket untuk siswa serta tes keterampilan berpikir kreatif

siswa.

1. Lembar observasi rencana pembelajaran guru

Lembar observasi ini berisi rencana kegiatan pembelajaran guru yang

disesuaikan dengan aspek keterampilan berpikir kreatif yang meliputi kelancaran,

keluwesan, originalitas dan elaborasi. Untuk setiap aspek terdapat contoh rencana

kegiatan pembelajaran yang termasuk ke dalam aspek berpikir kreatif tersebut.

Lembar observasi rencana pembelajaran guru ada pada Lampiran C (hal. 161).

2. Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran guru

Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran merupakan acuan saat

melakukan koding dan transkrip rekaman video proses pembelajaran guru. Seperti

halnya lembar observasi rencana pembelajaran guru, lembar observasi ini juga

berisi kegiatan pembelajaran guru yang disesuaikan dengan aspek keterampilan

berpikir kreatif yang meliputi kelancaran, keluwesan, originalitas dan elaborasi.

Untuk setiap aspek terdapat contoh kegiatan pembelajaran yang termasuk ke

dalam aspek berpikir kreatif tersebut. Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran

(28)

Kegiatan pembelajaran yang ada pada lembar observasi baik pada rencana

ataupun dalam pelaksanaan pembelajaran mengacu kepada observasi kegiatan

yang bisa mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Kisi-kisi seluruh lembar

observasi rencana pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran seperti yang ada

pada Tabel 3.2.

Aspek Berpikir Kreatif Yang Dikembangkan Kelancaran Keluwesan Originalitas Elaborasi

(29)

No Komponen Pembelajaran

Yang Diobservasi

Aspek Berpikir Kreatif Yang Dikembangkan Kelancaran Keluwesan Originalitas Elaborasi

gagasan

3. Angket untuk guru.

Instrumen angket untuk guru bertujuan untuk lebih mendapat informasi

tentang pengembangan keterampilan berpikir kreatif pada pembelajaran IPA oleh

guru. Kadang-kadang ada faktor yang tidak bisa diobservasi sehingga dirasakan

perlu untuk memberikan angket kepada guru. Angket untuk guru berisi sejumlah

pertanyaan yang berhubungan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

IPA yang bisa mengembangkan keterampilan berpikir kreatif, termasuk

didalamnya faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan guru dalam

mengembangkan keterampilan berpkir kreatif. Angket terdiri dari 12 buah soal

pilihan ganda dan isian. Pada pertanyaan pilihan ganda, terdapat tiga item jawaban

pilihan a, b atau c. Item jawaban a, b atau c berupa perkiraan jawaban guru yang

didasarkan pada kajian literatur dan pengalaman guru-guru dalam mengajar di

sekolah. Pada pertanyaan isian, guru diminta untuk mengisi jawaban sesuai

(30)

lebih bebas dan terbuka. Angket untuk guru ada pada Lampiran E (hal. 165).

Kisi-kisi angket untuk guru ada pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Angket Untuk Guru

No. Jenis pertanyaan Nomor soal

1. Pertanyaan tentang pendidikan, pelatihan dan

kegiatan guru.

1,2,11

2. Pertanyaan tentang pembelajaran IPA. 3,12

3. Pertanyaan tentang keterampilan berpikir kreatif. 4,5,6,7,8

4. Dukungan untuk guru. 9,10

Jumlah soal angket = 12 buah

4. Angket untuk siswa.

Angket untuk siswa dimaksudkan untuk memperoleh informasi tambahan

mengenai keterampilan berpikir kreatif siswa yang dimilikinya serta latar

belakang siswa. Angket untuk siswa terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan isian.

Pada pertanyaan pilihan ganda, terdapat tiga item jawaban pilihan a, b atau c. Item

jawaban a, b atau c berupa perkiraan jawaban siswa yang didasarkan pada kajian

literatur dan pengalaman. Pada pertanyaan isian, siswa diminta untuk mengisi

jawaban sesuai dengan pengalaman dan kemampuannya. Angket untuk siswa ada

pada Lampiran F (hal. 170). Kisi-kisi angket untuk siswa seperti pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Angket Untuk Siswa

No. Jenis pertanyaan Nomor soal

1. Pertanyaan tentang pembelajaran dan belajar IPA. 1,2,3,4

(31)

3. Pertanyaan tentang kegemaran siswa. 6,7

4. Pertanyaan tentang mainan siswa. 8,9,10

Jumlah soal angket = 10 buah

5. Tes keterampilan berpikir kreatif siswa.

Tes ini dilakukan kepada siswa dengan tujuan untuk melihat hasil

pembelajaran IPA yang selama ini dialami siswa, apakah bisa mengembangkan

keterampilan berpikir kreatif siswa atau tidak. Tes ini tidak ditujukan untuk

membedakan kemampuan siswa apakah siswa termasuk pandai atau tidak dilihat

dari skor yang diperoleh. Skor tes tidak harus tinggi tetapi skor siswa dapat

memberikan gambaran tentang kemampuan siswa dalam berpikir kreatif. Tes

terdiri dari 8 (delapan) buah pertanyaan dengan skor maksimal 7 (tujuh) untuk

setiap soal. Sehingga jika keterampilan berpikir kreatif siswa sempurna

berdasarkan hasil tes maka skor yang diperoleh adalah 56. Soal tes keterampilan

berpikir kreatif ada pada Lampiran G (hal. 172).

Soal-soal dalam tes siswa tersebut mewakili keterampilan siswa dalam

beberapa aktivitas pembelajaran yang bisa mengembangkan keterampilan berpikir

kreatif seperti yang dikemukakan oleh Juremi dan Ayob (2003) yaitu bertanya,

menerka sebab, menerka akibat, mengajukan alternatif pemecahan masalah atau

memperbaiki hasil, menjelaskan kegunaan suatu objek dan menjelaskan

kemungkinan yang akan terjadi. Semua soal disesuaikan dengan materi pelajaran

yang telah dipelajari siswa sebelum tes dilakukan yaitu tentang Gaya dan Pesawat

Sederhada serta tentang Cahaya dan Alat Optik. Kisi-kisi tes keterampilan

(32)

Tabel 3.5

Kisi-kisi Tes Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa

No. Isi soal Nomor soal

1. Menjelaskan kemungkinan yang akan terjadi pada suatu

peristiwa.

1,3,7

2. Menjelaskan fungsi suatu objek. 2

3. Mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya. 4

4. Menjelaskan sebab akibat 5,8

5. Memperbaiki hasil 6

Jumlah soal tes = 8 buah

E. Pengolahan Data

Pengolahan data hasil penelitian dibagi menjadi pengolahan data hasil

observasi rencana pembelajaran, pengolahan data hasil observasi pelaksanaan

pembelajaran dan pengolahan data hasil tes siswa.

1. Pengolahan Data Hasil Observasi Rencana Pembelajaran

Data hasil observasi rencana pembelajaran guru diolah berdasarkan jumlah

kemunculan setiap aspek keterampilan berpikir kreatif yang direncanakan guru

dalam rencana pembelajarannya. Melalui observasi ini akan diperoleh jumlah

setiap aspek keterampilan berpikir kreatif yang dikembangkan guru dalam rencana

pembelajarannya. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dinamika setiap aspek

keterampilan berpikir kreatif yang dikembangkan guru. Dalam tabel akan terlihat

rata-rata dinamika setiap aspek keterampilan berpikir kreatif dalam setiap rencana

(33)

Selanjutnya jumlah kemunculan aspek berpikir kreatif dipersentasekan

berdasarkan perbandingan antara jumlah seluruh aspek berpikir kreatif yang

muncul dengan jumlah seluruh rencana pembelajaran guru yang diobservasi.

Rumus untuk menghitung persentase adalah :

Persentase (%) = ∑

∑ x 100

Persentase dibuat untuk setiap kelompok guru. Data berupa persentase

untuk setiap kelompok guru disajikan dalam grafik.

2. Pengolahan Data Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

Proses koding dan transkrip dalam analisis video pelaksanaan

pembelajaran dilakukan dengan menggunakan software “Videograph” yang

khusus dirancang untuk menganalisis video (Rimmele dalam Widodo, 2006).

Data hasil koding video dieksport ke dalam Software Statistical Package for

Social Science (SPSS) for Windows versi 12. Tujuan eksport data ke dalam

program SPSS yaitu untuk melihat frekuensi yang muncul untuk setiap indikator

dalam aspek keterampilan berpikir kreatif dalam waktu pembelajaran tertentu.

Karena koding dilakukan setiap 10 detik, maka untuk memperoleh durasi waktu

yang digunakan guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dalam

pembelajarannya, frekuensi kemunculan setiap aspek keterampilan berpikir kreatif

dikonversikan ke dalam menit. Rumus untuk mengkonversikan kemunculan aspek

keterampilan berpikir kreatif ke dalam menit adalah:

(34)

Data hasil transkrip dieksport ke dalam textfile dengan tujuan untuk

memperoleh catatan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru untuk

memunculkan aspek keterampilan berpikir kreatif. Setiap kemunculan suatu

aspek keterampilan berpikir kreatif dalam kegiatan pembelajaran guru

menunjukkan adanya upaya guru untuk mengembangkan keterampilan berpikir

kreatif dalam pelaksanaan pembelajarannya.

Data yang diperoleh dari observasi pelaksanaan pembelajaran adalah

dalam bentuk durasi waktu pengembangan setiap aspek keterampilan berpikir

kreatif. Durasi waktu yang dihasilkan dalam penelitian ini untuk selanjutnya

dibuat persentase berdasarkan perbandingan antara durasi waktu yang digunakan

guru untuk mengembangkan seluruh aspek keterampilan berpikir kreatif dengan

durasi waktu pembelajaran selama observasi. Rumus untuk membuat persentase

durasi pengembangan aspek keterampilan berpikir kreatif selama pembelajaran

adalah :

Persentase (%) = x 100

Kemudian hasil observasi disajikan dalam grafik durasi pengembangan

aspek keterampilan berpikir kreatif dalam kegiatan pembelajaran IPA oleh guru

baik secara keseluruhan dan oleh setiap kelompok guru.

3. Pengolahan Data Hasil Tes Siswa

Dari tes siswa akan diperoleh skor (nilai) yang diperoleh siswa dalam tes

keterampilan berpikir kreatif. Dalam tes diharapkan siswa menjawab sesuai

(35)

soal dengan cara setiap soal diberi skor berdasarkan kemunculan setiap aspek

keterampilan berpikir kreatif yang menjadi jawaban siswa. Setiap soal diberi skor

maksimal 2 (dua) untuk kelancaran, maksimal 2 (dua) untuk keluwesan, 1 (satu)

untuk originalitas dan maksimal 2 (dua) untuk elaborasi. Jadi skor maksimal

masing-masing soal adalah 7 (tujuh). Karena soal tes berjumlah 8 (delapan) buah

maka skor maksimal siswa dalam tes adalah 56.

Skor maksimal akan diperoleh siswa jika siswa menjawab lebih dari satu

jawaban benar. Karena siswa sekolah dasar masih dalam taraf latihan untuk

berpikir kreatif, maka jika ada siswa yang menjawab dua jawaban benar maka

skor siswa tersebut sudah maksimal.

F. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara berurutan sesuai dengan rumusan masalah

penelitian. Langkah pertama dalam analisis data adalah melakukan interpretasi

terhadap data-data yang diperoleh pada saat pengolahan data. Menjelaskan data

dalam tabel dan grafik termasuk kedalam interpretasi. Melihat perbandingan dan

hubungan antar data juga termasuk langkah dalam analisis penelitian ini. Selama

analisis data pada rencana dan pelaksanaan pembelajaran, dilakukan analisis

setiap aspek keterampilan berpikir kreatif yang dilakukan oleh guru secara umum

atau oleh setiap kelompok guru.

Langkah selanjutnya adalah membahas mengapa data-data tersebut

diperoleh. Pembahasan ditunjang oleh dasar teori. Jika ada data yang

(36)

yang diperoleh rendah maka dibahas mengapa angkanya rendah dan bagaimana

cara untuk meningkatkannya. Dasar teori bisa berupa buku sumber atau berupa

hasil penelitian sebelumnya.

Data diperoleh berupa dinamika dan durasi pengembangan setiap aspek

keterampilan berpikir kreatif. Oleh karena itu analisis dan pembahasan difokuskan

kepada masalah-masalah yang terjadi dari setiap aspek keterampilan berpikir

kreatif yang bisa dikembangkan.

Dalam analisis data, mula-mula data yang dianalisis adalah data dari

guru-guru secara keseluruhan. Kemudian dilakukan analisis terhadap data dari

masing-masing kelompok guru. Selanjutnya adalah membandingkan seluruh data baik

dari rencana ataupun pelaksanaan yang berkaitan dengan pengembangan

keterampilan berpikir kreatif yang dilakukan guru tersertifikasi dan oleh guru

tidak tersertifikasi. Terakhir dilakukan analisis tentang peranan pengembangan

keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran IPA oleh guru dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Langkah terakhir adalah menarik kesimpulan dari hasil analisis data.

Kesimpulan berupa hasil akhir penelitian tentang pengembangan keterampilan

berpikir kreatif siswa SD kelas V dalam pembelajaran IPA. Kesimpulan dibuat

berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian,

(37)
(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis data yang diperoleh selama penelitian, maka

diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Dalam rencana pembelajaran, guru sudah mengembangkan keterampilan

berpikir kreatif. Aspek berpikir kreatif yang paling banyak dikembangkan guru

adalah kelancaran yang sebagian besar dikembangkan melalui metode tanya

jawab. Kemudian elaborasi, keluwesan dan terakhir originalitas.

Dalam pelaksanakan pembelajaran, waktu yang digunakan guru untuk

mengembangkan keterampilan berpikir kreatif sangat sedikit. Sehingga bisa

dikatakan bahwa guru sangat kurang mengembangkan keterampilan berpikir

kreatif dalam pelaksanaan pembelajaran. Aspek keterampilan berpikir kreatif yang

paling banyak dikembangkan guru adalah aspek kelancaran dan yang paling

sedikit adalah originalitas.

Dalam rencana dan pelaksanaan, guru tersertifikasi lebih banyak

mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Dengan demikian guru

tersertifikasi memiliki kemampuan mengembangkan keterampilan berpikir kreatif

siswa yang lebih baik dibandingkan guru tidak tersertifikasi.

Pembelajaran IPA di sekolah dasar tidak memiliki peranan yang berarti

dalam meningkatkan kemampuan siswa berpikir kreatif. Sebab tidak ada pola

hubungan yang jelas antara pembelajaran IPA dengan kemampuan siswa berpikir

(39)

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian maka ada beberapa rekomendasi yang

disampaikan berkaitan dengan pengembangan keterampilan berpikir kreatif siswa.

1. Dalam melaksanakan pembelajaran IPA di sekolah dasar hendaknya guru

lebih mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa karena banyak

peluang dalam belajar IPA untuk mengembangkan keterampilan berpikir.

Guru sebaiknya lebih memanfaatkan waktu belajar yang dialokasikan agar

kegiatan pembelajaran berjalan maksimal. Pengembangan keterampilan

berpikir kreatif juga sebaiknya dilakukan melalui evaluasi belajar agar siswa

terbiasa untuk memecahkan masalah melalui soal-soal yang diberikan.

2. Kepala sekolah harus lebih memacu guru untuk mengembangkan

keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar. Salah

satu cara yang bisa dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuan

guru adalah dengan memotivasi atau memberikan kesempatan kepada guru

untuk mengikuti pelatihan-pelatihan cara mengajar yang bisa mengembangkan

keterampilan berpikir.

3. Penelitian ini merupakan studi pendahuluan mengenai pengembangan

keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar. Oleh

karena itu dianjurkan bagi peneliti lain untuk melanjutkan penelitian ini

dengan melakukan pengujian keefektifan pola pembelajaran yang dirancang

peneliti untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa.Selain itu

peneliti lain hendaknya melanjutkan penelitian dengan menganalisis evaluasi

(40)
(41)

DAFTAR PUSTAKA

BSNP. (2006). Jakarta: Depdiknas

Budiman, et. al. (2008). Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Penguasaaan Konsep Energi Rumah Tangga Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. Prodi IPA SPS UPI Bandung

Cheng, V.M.Y. (2010). “Teaching Creative Thinking in Regular Science Lesson : Potential and Obstacles of Three Different Approaches in an Asian Context”. Asia Pasipic Forum on Science Learning and Teaching

[Online], Vol.1(17), 1 Tersedia:

http://www.ied.edu.hk/apfslt/download/v11_issue1_files/chengmy.pdf

Evans, J.R. (1991). Creative Thinking. Cincinnati, Ohio: South-Western Publishing Co.

Filsaime, D. K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Firman, H. dan Widodo, A. (2008). Panduan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas

Gede Raka. (2009). Peningkatan Mutu Guru: Hati-hati Jangan Memanjat Pohon yang Salah. Makalah pada Seminar Nasional “Paradigma Baru Mutu Pendidikan di Indonesia” di UNY tanggal 25 April 2009.

Gunawan, S. (2009) Analisis Kesesuaian Rencana Pembelajaran yang Dibuat Guru SD dengan Pelaksanaan Pembelajaran Sains. Tesis SPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Hairida dan Erlina. (2008). SCL (Student Centered Learning) Based Learning A Problem Solving Model To Increase Elementary Student Ability To Solve Natural Science Problem. Proceedings The 2nd International Seminar on Science Education. Bandung, 18 Oktober 2008

Indrawati dan Setiawan. (2009). Pembelajaran Aktif, Kreatif dan Menyenangkan Untuk Guru SD. Jakarta : PPPPTK IPA

(42)

Jarvis, T. (1991). Children and Primary Science. New York: Nichols Publishing

Juremi, S. dan Ayob, A. (2003). Menentukan Kesahan Alat Ukur – Alat Ukur Kemahiran Berfikir Kritis, Kemahiran Berfikir Kreatif, Kemahiran Proses Sains dan Pencapaian Biologi. [Online]. Tersedia: www.geocities.com/drwanrani/SabariaJuremi.doc[17 February 2008]

Mariati. (2006). Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui Pertanyaan Divergen pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jurnal Pendidikan dan

Kebudayaan, 063.[Online]. Tersedia:

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/126306759773.pdf

McMillan, J. H. dan Schumacher, S. (2001). Research in Education A Conceptual Introduction. New York: Addison Wesley Longman

Meador, K. S. (2003). Thinking Creatively About Science: Suggestions For

Primary Teachers. [Online]. Tersedia:

http://www.prufrock.com/client/client_pages/GCT_articles/Science/Teachi ng_Science_to_Gifted_Children.cfm

Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta)

Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Jakarta: Depdiknas

Pullaila, A. et. al (2007). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. Prodi IPA SPS UPI Bandung

Rochintaniawati, D. (2010). Analisis Kebutuhan Guru dalam Mengembangkan Kurikulum dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Desertasi SPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Rofi’uddin. (2009). Model Pendidikan Berpikir Kritis-Kreatif untuk Siswa Sekolah Dasar. [Online]. Tersedia: http://www.infodiknas.com/model-pendidikan-berpikir-kritis-kreatif-untuk-siswa-sekolah-dasar-2/

Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press

(43)

Sanjaya, W. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sa’ud, U. S. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. Modul untuk SPS UPI. Tidak diterbitkan

Siegler, R.S. dan Alibali, M. W. (2005). Children’s Thinking. New Jersey: Pearson Prentice Hall

Slamet, St. Y. (2010). Alternatif Pengembangan Kemampuan Berpikir Secara Nalar Dan Kreatif Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia: http://slamethadisubroto.blogspot.com/2010/03/alternatif-pengembangan-kemampuan.html

Suastra, I. W. (2008). Teaching Science Model For Developing Students’ Creative Thinking Ability. Proceedings The 2nd International Seminar on Science Education. Bandung, 18 Oktober 2008

Subali, B. (2011). “Pengukuran Kreativitas Keterampilan Proses Sains dalam Konteks Assessment for Learning”. Cakrawala Pendidikan. Jurnal Untuk Pendidikan (1), 130-144

Sumarmo, U. (2010). Diskursus Dalam Pembelajaran Matematika: Apa, Mengapa dan Bagaimana Mengembangkannya. Sekolah Pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan

Supriadi, D. (1994). Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta

Suryadi, D. (2010). “Metapedadidaktik dan Didactical Design Research (DDR): Sintesis Hasil Pemikiran Berdasarkan Lesson Study”. Guide Book : Seminar in Math and Science Education. Jica-FPMIPA, 54-75

Suryadi, E. (2011). Meningkatkan Kualitas Komunikasi Dapat Meningkatkan

Kreativitas Anak. [Online].Tersedia :

http://berita.upi.edu/2011/02/09/meningkatkan-kualitas-komunikasi-dapat-meningkatkan-kreativitas-anak/

Sutrisno, J. (2008). Menggunakan Keterampilan Berpikir untuk Meningkatkan

Mutu Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

http://www.erlangga.co.id/index.php?option=com_content&view=article&

(44)

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Ward, et al. (2006). Teaching Science in The Primary Classroom, A Practical Guide. London: Paul Chapman Publishing

Widodo, A. (2006). The Feature of Biology Lesson: Result of A Video Study? Paper Presented at The 2nd UPI-UPSI Joint International Conference August 8-9, 2006 in Bandung. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi. Tidak diterbitkan.

Gambar

Tabel 3.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Gambar 3.1  Alur Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Observasi
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Untuk Siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Paket ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan yaitu Memiliki Sertifikat Badan Usaha ( SBU ) dengan kualifikasi Kecil ( Gred 2, 3, 4

Dari petikan wawancara diatas salah satu bentuk strategi personal selling adalah dengan pembukaan gerai atau toko merupakan salah satu media untuk mendekatkan

Sedangkan konsep sanksi muzakki dalam kompilasi hukum ekonomi syariah (khes) tentang zakat menurut Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Kompilasi

Setelah analisis data penelitian, selanjutnya adalah mendeskripsikan hasil penelitian tersebut dalam bentuk tabel yang menggambarkan perbedaan hasil belajar

Kegiatan yang telah dilakukan, seperti dalam tahapan berikut: Penjelasan tujuan kegiatan kepada Kepala kelurahan Sambiroto, Penentuan jadwal kegiatan yang

Building the Project Design Goal Purpose Inputs Outputs Sponsor accountability to host: “ reasonable manrule ” for contractor. National Objective: host

Pengukuran fluks neutron pada RSG-GAS di daerah intermediate menggunakan kanal dc logaritmis ( logaritmic dc channel ), karena dalam sistem pengukuran ini instrumen yang

Meskipun penelitian ini termasuk penelitian yang mempelopori kajian mengenai pola musiman (terutama month of the year effect) pada pasar obligasi di Indonesia,