JASMANI PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI DI KABUPATEN CIANJUR
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh Indra Wiguna
1007278
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCA SARJANA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr. H. Endang Herawan, M.Pd NIP. 19600810 198603 1 001
Pembimbing II
Dr. Cicih Sutarsih, M.Pd NIP.19700929 199802 2 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI DI KABUPATEN CIANJUR” ini dan seluruh isinya adalah benar – benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara – cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung risiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.
Bandung, Januari 2013 Yang membuat pernyataan,
JASMANI PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI DI KABUPATEN CIANJUR
Indra Wiguna NIM: 1007278 ABSTRAK
Supervisi Kepala Sekolah Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kabupaten Cianjur secara keseluruhan belum maksimal diberikan kepada guru Pendidikan Jasmani (PENJAS), sehingga menyebabkan motivasi berprestasi guru belum optimal dan kinerja guru PENJAS di sekolah relatif rendah. Permasalahan dalam penelitian adalah Bagaimana pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Cianjur. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh antara Supervisi Kepala Sekolah dan motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Guru PENJAS pada SMP Negeri di Kabupaten Cianjur.
Metode yang digunakan adalah survey deskriptif dengan penjelasan (explanatory survey method) dan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dari populasi guru PENJAS se – Kabupaten Cianjur sebanyak 107 orang diambil sampel berjumlah 59 orang. Menggunakan dua teknik pengumpulan data berupa studi dokumentasi dan teknik angket. Pengolahan data menggunakan statistik yang meliputi analisis korelasi, analisis regresi linier, analisis korelasi ganda, dan analisis regresi ganda.
Hasil penelitian ini adalah ditemukannya bahwa: 1) Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah di Kabupaten Cianjur secara keseluruhan mempunyai kategori tinggi; 2) Motivasi berprestasi guru PENJAS SMP Negeri di Kabupaten Cianjur secara keseluruhan tergolong tinggi; 3) Kinerja Guru PENJAS SMP Negeri di Kabupaten Cianjur yang telah terlaksana secara keseluruhan rata – rata berada pada kategori tinggi; 4) Supervisi kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru PENJAS dan pengaruhnya tergolong tinggi; 5) Motivasi berprestasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru PENJAS dan pengaruhnya tinggi; 6) Supervisi kepala sekolah dan motivasi berprestasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru PENJAS.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 13
1. Tujuan Umum ... 13
2. Tujuan Khusus ... 13
D. Manfaat Penelitian ... 14
E. Struktur Organisasi Tesis ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 16
A. Kajian Pustaka ... 16
1. Konsep Dasar Administrasi Pendidikan ... 16
2. Kinerja Guru... 18
3. Supervisi Kepala Sekolah ... 23
4. Motivasi Berprestasi... 45
B. Kerangka Pemikiran ... 55
C. Hipotesis Penelitian ... 59
BAB III METODE PENELITIAN ... 62
A. Pendekatan Penelitian ... 62
B. Populasi dan Sampel ... 63
1. Populasi ... 63
C. Teknik Pengumpulan Data ... 68
1. Studi Dokumentasi ... 68
2. Teknik Angket ... 68
3. Definisi Operasional... 70
4. Instrumen Penelitian... 70
5. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen ... 77
6. Hasil Uji Coba Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen ... 80
7. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 86
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 91
A. Hasil Penelitian ... 91
1. Hasil Analisis Data Deskriptif ... 91
2. Uji Persyaratan Analisis Korelasi dan Regresi ... 104
3. Pengujian Hipotesis ... 115
4. Interpretasi Hasil Analisis Korelasi dan Regresi ... 122
B. Pembahasan ... 122
1. Supervisi Kepala Sekolah ... 122
2. Motivasi Berprestasi... 123
3. Kinerja Guru PENJAS ... 126
4. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru PENJAS ... 127
5. Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru PENJAS ... 131
6. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru PENJAS ... 133
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 135
A. Kesimpulan ... 135
B. Rekomendasi ... 136
DAFTAR PUSTAKA ... 142
LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 145
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Guru PENJAS di Kabupaten Cianjur ... 63
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Guru PENJAS ... 65
Tabel 3.3 Jumlah Populasi dan Sampel ... 67
Tabel 3.4 Kisi – kisi Instrumen Variabel (X1) ... 71
Tabel 3.5 Kisi – kisi Instrumen Variabel (X2) ... 73
Tabel 3.6 Kisi – kisi Instrumen Variabel (Y) ... 74
Tabel 3.7 Uji Validitas Item Variabel (X1) ... 81
Tabel 3.8 Uji Validitas Item Variabel (X2) ... 82
Tabel 3.9 Uji Validitas Item Variabel (Y) ... 83
Tabel 3.10 Uji Reliabilitas Item (X1) ... 84
Tabel 3.11 Uji Reliabilitas Item (X2) ... 85
Tabel 3.12 Uji Reliabilitas Item (Y) ... 86
Tabel 3.13 Interpretasi Koefisien Korelasi nilai r ... 87
Tabel 4.1 Kriteria Skor Rata – rata Variabel ... 92
Tabel 4.2 Skor Rata – rata Supervisi Kepala Sekolah (X1) ... 94
Tabel 4.3 Skor Rata – rata Motivasi Berprestasi (X2) ... 98
Tabel 4.4 Skor Rata – rata Kinerja Guru PENJAS (Y) ... 101
Tabel 4.5 Rata – rata Kecenderungan Data Variabel Penelitian ... 104
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Supervisi Kepala Sekolah (X1) ... 106
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Motivasi Berprestasi Guru (X2) ... 108
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Kinerja Guru (Y) ... 110
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data ... 112
Tabel 4.10 Hasil Uji Linieritas Data Variabel (X1) dan Variabel (Y) ... 113
Tabel 4.11 Hasil Uji Linieritas Data Variabel (X2) dan Variabel (Y) ... 114
Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Uji Linieritas ... 114
Tabel 4.13 Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda ... 115
Tabel 4.14 Persamaaan Regresi (X1) dan (X2) – Y ... 116
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik Kinerja Guru ... 10
Gambar 2.1 Fungsi Guru dalam Proses Pembelajaran ... 21
Gambar 2.2 Efek Bantuan Profesional terhadap Kinerja Guru ... 31
Gambar 2.3 Fungsi Supervisor ... 43
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran ... 56
Gambar 2.5 Hubungan antar Variabel ... 58
Gambar 4.1 Diagram Batang Alternatif Jawaban Responden (X1) ... 95
Gambar 4.2 Diagram Batang Kriteria Skor (X1) ... 96
Gambar 4.3 Diagram Batang Alternatif Jawaban Responden (X2) ... 99
Gambar 4.4 Diagram Batang Kriteria Skor (X2) ... 99
Gambar 4.5 Diagram Batang Alternatif Jawaban Responden (Y) ... 102
Gambar 4.6 Diagram Batang Kriteria Skor (Y) ... 103
Gambar 4.7 Grafik Uji Normalitas Variabel (X1) ... 107
Gambar 4.8 Diagram Normal Q – Q Plot dari (X2) ... 109
Gambar 4.9 Diagram Normal Q – Q Plot dari (Y) ... 111
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi – kisi Instrumen dan Angket Penelitian ... 146
Lampiran 2 Tabel Jumlah Populasi ... 152
Lampiran 3 Tabulasi Data Responden Uji Coba... 158
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
pendidikan jasmani dan olahraga diajarkan mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan jasmani dan olahraga telah menjadi bagian integral dari keseluruhan pendidikan. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, dan (3) mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya. Ketiga hal tersebut menjadi landasan utama dalam menentukan kualifikasi guru dalam konteks pendidikan di sekolah. Jadi, kedudukan guru dalam proses belajar mengajar khususnya di SMP sangatlah sentral. Setiap guru pendidikan jasmani di SMP perlu mengetahui, memahami, dan menghayati prinsip – prinsip pengelolaan pembelajaran. Karakteristik guru yang berkinerja baik dalam PBM hendaknya mampu melakukan kegiatan belajar pendidikan jasmani dengan tingkat kesulitan yang sedikit.
Guru merupakan bidang pekerjaan yang menuntut pengabdian tertentu dan memerlukan persyaratan dasar, keterampilan teknis dan sikap kepribadian tertentu serta ditandai oleh adanya tingkah laku yang mencirikan tugas seorang guru sebagai tugas „profesional‟. Keberhasilan pendidikan bukan hanya terletak pada kurikulum yang berlaku namun juga bertolak dari profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas pendidikan. Guru yang profesional memerlukan teknik dan prosedur ilmiah, memiliki dedikasi serta menyikapi pekerjaannya pada pelayanan yang bertumpu pada landasan intelektual yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian secara langsung dapat diabadikan bagi kemaslahatan orang lain terutama siswanya.
Guru yang profesional dan produktif dibangun melalui penguasaan sejumlah kompetensi yang secara nyata diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas pekerjaannya. Kompetensi guru perlu dikembangkan terus menerus sehingga penyelenggaraan pendidikan didukung oleh tenaga pendidik yang profesional dalam melaksanakan tugas, mampu menempatkan diri sesuai dengan jabatan, dan memiliki kepribadian yang mendukung pelaksanaan tugasnya sehingga menghasilkan guru yang mempunyai produktivitas yang tinggi.
Kinerja guru dalam PBM menjadi salah satu bagian terpenting dalam mendukung terciptanya proses pendidikan secara efektif terutama
dalam membangun sikap disiplin dan mutu hasil belajar siswa. Namun demikian, manakala guru gagal meminimalkan hal menyimpang yang
guru yang memiliki kinerja yang tinggi harus mampu menyusun tahapan belajar siswa untuk dapat belajar dengan menciptakan atmosfir belajar yang lebih kondusif dan positif. Hal tersebut menjadi isu yang sangat kritis dalam konteks pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang dipandang sebagai cerminan kualitas pendidikan masa depan. Kedudukan guru dalam proses belajar mengajar khususnya di SMP sangatlah sentral. Setiap guru pendidikan jasmani di SMP perlu mengetahui, memahami, dan menghayati prinsip – prinsip pengelolaan pembelajaran. Lebih dari itu, keterampilan dan kiat penerapan prinsip – prinsip PBM itu sangat menentukan pencapaian efektivitas pengajaran pendidikan jasmani. Karakteristik guru PENJAS yang berkinerja baik dalam PBM hendaknya mampu melakukan kegiatan belajar pendidikan jasmani dengan tingkat kesulitan yang sedikit. Selain itu juga, efektivitas pembelajaran pendidikan jasmani sangat ditentukan oleh kemahiran guru dalam merumuskan tujuan.
Kondisi rendahnya kinerja guru pendidikan jasmani saat ini menjadi satu keprihatinan yang perlu disikapi dalam konteks pembelajaran, karena dapat berdampak terhadap rendahnya disiplin dan hasil belajar siswa itu sendiri. Masalah rendahnya kinerja guru pendidikan jasmani di SMP telah menjadi pembahasan utama dalam Kongres dunia pendidikan jasmani di Berlin, Jerman pada tahun 1999. Sebagaimana yang dipaparkan Rusli Lutan (1999:1) bahwa, “Pendidikan jasmani mengalami ancaman dan tekanan yang serius dengan
terhadap prestasi di bidang PENJAS serta bentuk penghargaan dari sekolah yang terkesan biasa – biasa saja terhadap siswa berprestasi di bidang PENJAS jika dibandingkan dengan prestasi siswa di bidang mata pelajaran lainnya.
Berdasarkan pengertian tersebut perbaikan mutu pendidikan erat hubungannya dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru, karena core business – nya kegiatan sekolah adalah penyelenggaraan pembelajaran yang ditangani guru. Dengan kata lain fungsi guru sangat strategis dalam setiap upaya peningkatan mutu pendidikan, guru merupakan faktor penentu paling besar terhadap prestasi siswa. Demikian halnya dilihat dari perannya, peranan guru sangat penting ditengah keterbatasan sarana prasarana pembelajaran, sebaik apapun kurikulum, seberapa besar biaya yang tersedia dan secanggih apapun sarana prasarana yang tersedia menurut pakar tanpa guru dan atau tanpa guru yang berkualitas tidak mungkin mutu pendidikan akan berkualitas/bermutu tinggi. Oleh karenanya produktifitas kinerja guru merupakan sentral dari segala macam usaha peningkatan mutu dan perubahan kualitas mutu pendidikan.
guru harus mampu membuat diagnosis sumber masalah dan menentukan penanggulangannya yang tepat, mampu beradaptasi dengan lingkungan, mampu berkomunikasi kedalam dan keluar lingkungan sekolah serta memahami dan mau melaksanakan manajemen yang berlaku.
Sejalan dengan hal tersebut perlu adanya kebijakan pemerintah demi terwujudnya kinerja guru yang diharapkan. Dalam pengelolaan sumber daya manusia sekolah dasar, Dinas Pendidikan Kabupaten atau Kota sangat bertanggung jawab dalam pembinaannya. Kepala sekolah dapat melaksanakan wewenang dan tanggung jawab secara penuh dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dalam implementasinya kesemuanya itu akan dipengaruhi oleh strategi supervisi guru baik yang dilakukan kepala sekolah maupun dinas pendidikan kabupaten/kota. Khususnya supervisi yang dilakukan dinas berupa pemberian pengawasan kepada guru di sekolah belum optimal. Hal ini disebabkan pengawas yang melakukan pengawasan tidak memiliki latar belakang pendidikan jasmani. Akibatnya guru belum dapat mengubah dirinya karena pengawasanya bukan dari orang olahraga.
dan memilih untuk melanjutkan keterlibatannya dalam aktivitas tersebut di luar jam pelajaran. Jadi, untuk mewujudkan efektivitas pendidikan, guru pendidikan jasmani harus memiliki kreativitas, karena kreativitas dari langkah yang dikembangkan guru untuk mencapai tujuan pendidikan merupakan salah satu wujud keberhasilan guru. Sedangkan kinerja guru sangat dipengaruhi oleh faktor – faktor seperti layanan supervisi dan motivasi berprestasi. Dengan dukungan inilah, kinerja guru pendidikan jasmani di tingkat sekolah dasar secara perlahan tetapi pasti dapat meningkat. Kondisi inilah yang diperlukan dalam mewujudkan efektivitas dan raihan tujuan pendidikan yang tertuang dalam kurikulum. Berkaitan dengan isu sentral tersebut, penulis mencoba untuk mengidentifikasi secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru pendidikan jasmani sekolah dasar yang kemudian dijadikan variabel dalam penelitian ini.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis memilih judul: “Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Cianjur”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
menyatakan bahwa kinerja adalah “.. output drive from process, human or
otherwise” (Mulyasa, 2005:136).
Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian, menunjukkan bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran antara lain faktor supervisi kepala sekolah. Supervisi Kepala Sekolah meliputi: Hubungan manusiawi dengan guru (memahami potensi guru, mempartisipasikan guru, membimbing guru, memberikan kebebasan dalam mengemukakan pendapat, mengakui prestasi dan hasil kerja guru, mendorong untuk bekerja lebih baik, dan memberi kesempatan promosi). Pengelolaan atau manajemen (merencanakan, mengorganisasikan, mengatur prosedur kerja, memberikan arahan, melaksanakan kegiatan, mengontrol dan mengevaluasi), dan Kegiatan teknis (merumuskan program tahunan dan semester, menyusun program pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, memilih buku sumber, menentukan metoda dan media, membuat program evaluasi, menentukan program remedial, membuat program tindak lanjut).
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja mengajar guru. Menurut Mangkunegara dan Hubies (2007:160) ada dua faktor utama yang mempengaruhi kinerja mengajar guru adalah faktor internal dan faktor eksternal individu.
Gambar 1.1
Faktor Intrinsik dan Ektrinsik Kinerja Guru Diadopsi dari teori Mangkunegara dan Hubies (2007:160)
Kajian realitas di lapangan telah memunculkan berbagai variabel yang mempengaruhi kinerja guru. Dari banyaknya variabel, maka Penulis mengidentifikasi dua variabel yang diduga mempengaruhi kinerja guru PENJAS yaitu: (1) supervisi kepala sekolah dan (2) motivasi berprestasi.
Supervisi merupakan bentuk pembinaan dari kepala sekolah kepada para gurunya. Menurut Soetjipto dan Kosasih (1999:28) menjelaskan bahwa, “Supervisi merupakan sebuah upaya pembimbingan yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada para guru untuk meningkatkan kinerjanya.” Pembinaan mutu guru perlu secara sungguh-sungguh memberikan perhatian kepada melatih kepekaan guru terhadap latar belakang peserta didik yang semakin beragam,
terutama pada pendidikan dasar, sebagai konsekuensi dari semakin terbukanya akses peserta didik terhadap sekolah. Oleh karena itu, peranan kepala sekolah dalam memberikan pembinaan kepada guru pendidikan jasmani sangat diperlukan, terutama untuk meningkatkan kinerjanya. Pelaksanaan pengawasan harus dilakukan secara sinergis antara pengawas, kepala sekolah, dan guru, sehingga tujuan yang dirumuskannya pun sebagai hasil bersama. Dengan demikian antara pengawas dan guru tidak akan ada yang merasa saling menekan tetapi sebaliknya akan lahir sikap terbuka satu sama lain demi kemaslahatan bersama.
tugasnya dalam proses belajar mengajarnya. Kesuksesan yang diraih dalam interaksinya dengan lingkungan belajar dapat menimbulkan rasa puas. Kondisi ini merupakan sumber motivasi. Apabila terus menerus muncul pada diri guru, maka ia akan sanggup untuk melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan akan berlangsung sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja guru pendidikan jasmani variabel kedua variabel, yaitu: (1) supervisi kepala sekolah dan (2) motivasi berprestasi mutlak diperhatikan. Karena dalam operasional pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah memperlihatkan adanya sumbangan dalam meningkatkan kinerja guru.
Masalah yang menjadi rumusan utama yaitu "Bagaimana pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SMP Negeri di Kabupaten Cianjur? Adapun rincian rumusan masalah diuraikan sebagai berikut.
1. Bagaimana Supervisi Kepala Sekolah di SMP Negeri di Kabupaten Cianjur? 2. Bagaimana Motivasi Berprestasi Guru SMP Negeri di Kabupaten Cianjur? 3. Bagaimana Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SMP Negeri di
Kabupaten Cianjur?
4. Bagaimana pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SMP Negeri di Kabupaten Cianjur?
6. Bagaimana pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SMP Negeri di Kabupaten Cianjur?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh supervisi kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja guru pendidikan jasmani SMP di Kabupaten Cianjur.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
a. Pelaksanaan supervisi kepala sekolah pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Cianjur.
b. Pengaruh motivasi berprestasi guru Sekolah Menengah Pertama Negeri di Cianjur.
c. Kinerja guru pendidikan jasmani Sekolah Menengah Pertama Negeri di Cianjur.
d. Seberapa besar pengaruh supervisi terhadap kinerja guru pendidikan jasmani.
e. Seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru pendidikan jasmani.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut: 1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menggungkap tentang pelaksanaan supervisi yang ada di sekolah dan motivasi berprestasi guru yang diharapkan sehingga berdampak baik dalam perubahan kinerja guru serta hubungan antara ketiga variabel tersebut. Selain itu penelitian ini juga dapat di jadikan sebagai sarana untuk memperkaya dan melengkapi bahan bacaan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan yang sampai saat ini jauh dari harapan berbagai pihak.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi para guru Pendidikan Jasmani pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Cianjur agar semakin termotivasi untuk terus meningkatkan kinerjanya, sekaligus bahan masukan pula bagi Kepala Sekolah SMP Negeri untuk meningkatkan kemampuan supervisinya
E. Struktur Organisasi Tesis
Bab dua tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Isi dari Bab ini adalah konsep atau teori, hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti serta kerangka pemikiran dan hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian.
Bab tiga berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, yang meliputi lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain dan metode penelitian, definisi operasional dari tiap variabel disertai indikatornya, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.
Bab empat tentang hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis dan tujuan penelitian, serta berisi pembahasan atau analisis temuan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey deskriptif dengan penjelasan (explanatory survey method). Pendekatan kuantitatif melalui korelasi sederhana dan korelasi ganda. Analisis ini akan digunakan dalam menguji besarnya pengaruh yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi antar variabel layanan supervisi kepala sekolah (X1), motivasi berprestasi (X2) terhadap kinerja guru pendidikan jasmani (Y). Adapun objek dan lokasi penelitiannya adalah guru PENJAS SMP Negeri di Kabupaten Cianjur. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket.
sebagainya. Berdasarkan asumsi ini maka penelitian dapat memilih variabel tertentu sebagai objek penelitian dan (2) determinisme (hubungan sebab akibat), asumsi ini menyatakan bahwa setiap gejala ada penyebabnya. Berdasarkan asumsi pertama dan kedua tersebut, maka penelitian dapat memilih variabel yang diteliti dan menghubungkan variabel satu dengan yang lainnya. Suatu gejala tidak akan mengalami perubahan dalam waktu tertentu. Kalau gejala yang diteliti itu berubah terus maka akan sulit untuk dipelajari
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari , sifat sifatnya (Sudjana, 2004:6). Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pada umumnya pengertian survey dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Penelitian ini dilaksanakan pada guru SMP Negeri di Kabupaten Cianjur dengan jumlah populasi 107 guru PENJAS sebagai berikut :
Tabel 3.1
Jumlah Guru PENJAS di Kabupaten Cianjur
Guru PENJAS PNS Guru PENJAS Non PNS Jumlah Guru
90 orang 17 orang 107 orang
2. Sampel Penelitian
Pengertian sampel menurut Riduwan (2010a:56) mengatakan bahwa: “Sampel adalah bagian dari populasi.” Sampel penelitian adalah sebagian dari
populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Untuk sekedar ancer – ancer maka apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Memperhatikan pernyataan tersebut, karena jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel secara acak (Random sampling). Sedangkan Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin dalam Riduwan (2010a:65) sebagai berikut:
Keterangan : n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi = 107 reponden
d2 = Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%)
Karena jumlah populasi sebesar N = 107 orang dan tingkat presisi yang ditetapkan = 10% atau 0,1, maka jumlah total sampel yang diperoleh adalah : =
=
= 52 orang
Tabel 3.2
Jumlah Sampel Guru PENJAS
Jumlah tersebut harus disebar secara proporsional, sehingga tiap sekolah akan memiliki jumlah sampel yang berbeda. Pengambilan sampel secara proporsional memakai rumusan sebagai berikut:
Keterangan :
ni = jumlah sampel di suatu tempat Ni = jumlah populasi di suatu tempat N = jumlah populasi seluruhnya n = jumlah sampel seluruhnya
Tabel 3.3
Jumlah Populasi dan Sampel
C. Teknik Pengumpulan Data
Nasir (2003:328) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti. Sehubungan dengan pengertian teknik pengumpulan data dan wujud data yang akan dikumpulkan, maka penelitian ini menggunakan dua teknik utama pengumpulan data, yaitu studi dokumentasi dan teknik angket.
1. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini dimaksudkan sebagai cara untuk mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian – bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun instansi lain yang ada hubungannya dengan lokasi penelitian. Studi dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung yaitu jumlah guru Pendidikan Jasmani di Kabupaten Cianjur.
2. Teknik angket
model angket ini akan dikumpulkan data yang berupa jawaban tertulis dari responden atas sejumlah pertanyaan yang diajukan dalam angket tersebut. Indikator – indikator yang merupakan penjabaran dari variabel Supervisi Kepala Sekolah (X1), Motivasi Berprestasi (X2) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y) merupakan variabel pokok yang akan dijadikan sejumlah pertanyaan di dalam angket.
Akdon (2005:131) menyatakan bahwa:
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dan mereka bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Angket digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data secara langsung dari responden yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadanya. Data yang diperoleh dari responden bisa berupa apa yang diketahui, apa yang disukai, apa yang dirasakan, atau dipikirkan, apa yang diinginkan dan apa yang dibutuhkan.
Berdasarkan penjelasan di atas, alat pengumpul data yang digunakan untuk mengungkap data tentang variabel Supervisi Kepala Sekolah, dan Kinerja Guru PENJAS adalah melalui teknik “Skala Linkert”; yaitu 5 = Selalu/Sangat Tinggi, 4 = Sering/Tinggi, 3 = Kadang-kadang/Cukup, 2 = Jarang/rendah, 1 = Tidak Pernah/Sangat Rendah. Untuk Motivasi Berprestasi menggunakan ukuran. 5 = Selalu/Sangat Tinggi, 4 = Sering/Tinggi, 3 = Kadang-kadang/Cukup, 2 = Jarang/rendah, 1 = Tidak Pernah/ Sangat Rendah
3. Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti. Nasir. (2003:46-47) memberikan pengertian tentang definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel, dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel, yaitu :
1) Supervisi kepala sekolah adalah usaha memberi pelayanan agar guru menjadi lebih profesional dalam menjalankan tugas melayani siswa dengan prosedur yang benar
2) Motivasi berprestasi adalah penggerak bagi guru baik didalam dirinya sendiri maupun dari orang lain untuk meningkatkan semangat kerja yang mengarah pada tujuan sekolah.
3) Kinerja guru pendidikan jasmani adalah hasil kerja guru dalam melaksanakan proses belajar.
4. Instrumen Penelitian
a. Supervisi Kepala Sekolah (X1)
Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 - 5 dengan alternatif jawaban, yaitu:
1 = Sangat Tidak Baik/sangat tidak pernah/sangat tidak setuju/Sangat rendah 2 = Kurang Baik/tidak pernah/ kurang setuju/ rendah
3 = Tidak Tahu/kadang-kadang/ cukup setuju/cukup tinggi 4 = Baik/Sering/ setuju/ tinggi
Tabel 3.4
Kisi – kisi Instrumen Variabel Supervisi Kepala Sekolah (X1)
VARIABEL SUB
VARIABEL INDIKATOR
Supervisi Kepala Sekolah (X1)
Kimbal Wiles (1961:10) “supervision is assistance in the development of better
b. Motivasi Berprestasi (X2)
Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 - 5 dengan alternatif jawaban, yaitu:
1 = Sangat Tidak Baik/sangat tidak pernah/sangat tidak setuju/Sangat rendah 2 = Kurang Baik/tidak pernah/ kurang setuju/ rendah
3 = Tidak Tahu/kadang-kadang/ cukup setuju/cukup tinggi 4 = Baik/Sering/ setuju/ tinggi
Tabel 3.5
Kisi – kisi Instrumen Variabel Motivasi Berprestasi (X2)
VARIABEL SUB
c. Kinerja Guru (Y)
Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 - 5 dengan alternatif jawaban, yaitu:
1 = Sangat Tidak Baik/sangat tidak pernah/sangat tidak setuju/Sangat rendah 2 = Kurang Baik/tidak pernah/ kurang setuju/ rendah
3 = Tidak Tahu/kadang-kadang/ cukup setuju/cukup tinggi 4 = Baik/Sering/ setuju/ tinggi
5. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen
Pengujian validitas dan reliabilitas ini bertujuan untuk mendapatkan petunjuk mengenai mutu penelitian. Keandalan menunjukkan ketepatan, kemantapan, dan homogenitas alat ukur (instrument) yang dipakai.
a. Menguji Validitas
Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen menurut Riduwan (2010b:97- 118) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment adalah.
Distribusi (Tabel r) untuk = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 1) Kaidah keputusan :
Jika r hitung> r tabel berarti valid sebaliknya
r hitung< r tabel berarti tidak valid. Sumber: Riduwan (2010b:118)
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut:
Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 – 0,799 : tinggi Antara 0,400 – 0,599 : cukup Antara 0,200 – 0,399 : rendah
Antara 0,000 – 0,199 : sangat rendah (tidak valid). b. Menguji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keterandalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan. Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus alpha. Metode mencari reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut: Langkah – langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha sebagai berikut.
a) Menghitung Varians Skor tiap – tiap item dengan rumus:
N N X X S
i i i
2 2( )
Keterangan : Si = Varians skor tiap-tiap item Xi2 = Jumlah kuadrat item Xi
(Xi)2 = Jumlah item Xi dikuadratkan
N = Jumlah responden b) Menjumlahkan Varians semua item dengan rumus:
Keterangan : Si = Jumlah Varians semua item
S1, S2, S3…..n = Varians item ke-1,2,3…...n c) Menghitung Varians total dengan rumus:
St = Varians total
k = Jumlah item (Sumber:Riduwan, 2010:120)
Kemudian diuji dengan Uji reliabilitas instrumen yang dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Pearson Product Moment dengan teknik belah dua karenya disebut rawal-akhir. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan rumus
Spearman Brown yakni:
6. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Hasil Uji Coba Validitas
a) Supervisi Kepala Sekolah (X1)
valid. Item yang tidak valid adalah no 5, 19, 23, 25 dan 26. Keputusannya dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7
Uji Validitas Item Variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1)
ITEM r hitung R table
maka di hilangkan atau di hapus, sedangkan item no 5, 19, 23 dan 26 diperbaiki dari segi bahasa atau penyampaian.
b) Motivasi Berprestasi (X2)
Berdasarkan hasil uji coba instrumen untuk variabel Motivasi Berprestasi (X2) diperoleh kesimpulan bahwa ke-30 item tersebut tidak semuanya valid. Item yang tidak valid adalah no 1, 2, 28 dan 30.Keputusannya dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8
Uji Validitas Item Variabel Motivasi Berprestasi (X2)
Untuk instrumen yang tidak valid yaitu no 1, 2, 28 dan 30 dilakukan perlakuan yang berbeda. Karena item No. 2 dan 30 telah mewakili dimensi variabel maka di hilangkan atau di hapus, sedangkan item no 1 dan 28 diperbaiki dari segi bahasa atau penyampaian.
c) Kinerja Guru PENJAS (Y)
Berdasarkan hasil uji coba instrumen untuk variabel Kinerja Guru PENJAS (Y) diperoleh kesimpulan bahwa ke-30 item tersebut tidak semuanya valid. Item yang tidak valid adalah no 1, 10, 19, 22, dan 27. Keputusannya dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9
Uji Validitas Item Kinerja Guru PENJAS (Y)
Untuk instrumen yang tidak valid yaitu no 1, 10, 22 dan 27 dilakukan perbaikan dari segi bahasa atau penyampaian.
b. Hasil Uji Coba Reliabilitas a) Supervisi Kepala Sekolah
Pengujian reliabilitas dapat dilihat nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient = 0,689. Nilai korelasi tersebut, berada pada kategori kuat. Bila dibandingkan dengan r Tabel (0,632) maka r hitung lebih besar dari r Tabel. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa item layanan supervisi kepala sekolah (X1) tersebut adalah reliabel. seperti Tabel 3.10 sebagai berikut.
Tabel 3.10
Uji Reliabilitas Item Supervisi Kepala Sekolah (X1) Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Part 1 Value ,942
N of Items 16a
Part 2 Value ,391
N of Items 15b
Total N of Items 31
Correlation Between Forms ,545
Spearman-Brown Coefficient
Equal Length ,706
Unequal Length ,706
Guttman Split-Half Coefficient ,689
a. The items are: Item1, Item2, Item3, Item4, Item5, Item6, Item7, Item8, Item9, Item10, Item11, Item12, Item13, Item14, Item15, Item16.
b) Motivasi Berprestasi (X2)
Pengujian reliabilitas dapat dilihat nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient = 0,795. Nilai korelasi tersebut, berada pada kategori kuat. Bila dibandingkan dengan r Tabel (0,632) maka r hitung lebih besar dari r Tabel. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa item motivasi berprestasi (X2) tersebut adalah reliabel, seperti Tabel 3.11 sebagai berikut.
Tabel 3.11
Uji Reliabilitas Item Motivasi Berprestasi (X2)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Part 1 Value ,902
N of Items 16a
Part 2 Value ,517
N of Items 15b
Total N of Items 31
Correlation Between Forms ,906
Spearman-Brown Coefficient
Equal Length ,951
Unequal Length ,951
Guttman Split-Half Coefficient ,795
a. The items are: Item1, Item2, Item3, Item4, Item5, Item6, Item7, Item8, Item9, Item10, Item11, Item12, Item13, Item14, Item15, Item16.
b. The items are: Item16, Item17, Item18, Item19, Item20, Item21, Item22, Item23, Item24, Item25, IItem26, Item27, Item28, Item29, Item30, Total.
c) Kinerja Guru Pendidikan Jasmani (Y)
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa item kinerja guru pendidikan jasmani (Y) tersebut adalah reliabel. seperti Tabel 3.12 sebagai berikut:
Tabel 3.12
Uji Reliabilitas Item Kinerja Guru PENJAS (Y) Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Part 1 Value ,526
N of Items 16a
Part 2 Value ,440
N of Items 15b
Total N of Items 31
Correlation Between Forms ,892
Spearman-Brown Coefficient
Equal Length ,943
Unequal Length ,943
Guttman Split-Half Coefficient ,799
a. The items are: Item1, Item2, Item3, Item4, Item5, Item6, Item7, Item8, Item9, Item10, Item11, Item12, Item13, Item14, Item15, Item16.
b. The items are: Item16, Item17, Item18, Item19, Item20, Item21, Item22, Item23, Item24, Item25, IItem26, Item27, Item28, Item29, Item30, Total.
7. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis
Kegiatan yang cukup penting dalam keseluruhan proses penelitian adalah pengolahan data. Dengan pengolahan data dapat diketahui tentang makna dari data yang berhasil dikumpulkan. Dengan demikian hasil penelitianpun akan segera diketahui. Analisis yang digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment dan korelasi ganda, namun dalam pelaksanaannya, pengolahan data dilakukan melalui bantuan komputer dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 18.
menguji besarnya pengaruh variabel X1, dan X2 terhadap Y. Analisis ini untuk
mengetahui pengaruh supervisi kepala sekolah (X1) dan motivasi berprestasi (X2) terhadap kinerja guru pendidikan jasmani (Y), baik
secara bersama – sama maupun secara individu. Rumus analisis korelasi Pearson Product Moment (PPM) adalah sebagai berikut.
Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel interpretasi Nilai r sebagai berikut.Tabel 3.13
Interpretasi Koefisien Korelasi nilai r Interval Koefisien Tingkat Pengaruh
0,80 – 1,000 Sumber: Riduwan dan Suwarno (2010c:138)
Pengujian lanjutan yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna pengaruh variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi PPM tersebut diuji dengan Uji Signifikansi dengan rumus :
Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien diterminan. Koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi PPM yang dikalikan dengan 100%. Dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel X mempunyai sumbangan atau ikut menentukan variabel Y. Sumbangan dicari dengan menggunakan rumus:
Keterangan : KD = Nilai Koefisien Diterminan (Pengaruh antar variabel) r = Nilai Koefisien Korelasi.
Mengetahui pengaruh antara variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y digunakan rumus korelasi ganda sebagai berikut.
Analisis lanjut digunakan teknik korelasi baik sederhana maupun ganda. Kemudahan dalam perhitungan digunakan jasa komputer berupa software dengan
program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) Windows Version 18. a. Pengujian Secara Individual
Hipotesis bentuk kalimat
Ha : Supervisi Kepala Sekolah berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Guru PENJAS.
Ho: Supervisi Kepala Sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Guru PENJAS.
b) Motivasi Berprestasi berpengaruh terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani. Uji secara individual. Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan.
Ha : rx2y ≠ 0 Ho : rx2y = 0
Hipotesis bentuk kalimat
Ha : Motivasi Berprestasi berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Guru PENJAS
Ho: Motivasi Berprestasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Guru PENJAS
b. Pengujian secara simultan (bersama-sama)
Uji secara keseluruhan ditunjukkan pada hipotesis statistik dirumuskan: Ha : ryx1 = ryx2 ≠ 0
Ho : ryx1 = ryx2 = 0
Hipotesis bentuk kalimat.
Ho: Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani
Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi analisis korelasi, maka dibandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig
dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut.
a) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig
atau [0,05 Sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan. b) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang merujuk kepada hipotesis penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah di Kabupaten Cianjur secara keseluruhan mempunyai kategori tinggi, aspek tertinggi untuk kategori ini terdapat pada Inspeksi dan aspek terendah dalam variabel ini adalah pada Pelatihan
2. Motivasi berprestasi guru PENJAS SMP di Kabupaten Cianjur secara keseluruhan tergolong tinggi, aspek tertinggi adalah berhubungan dengan diri sendiri dan aspek terendah adalah berhubungan dengan orang lain.
3. Kinerja Guru PENJAS SMP di Kabupaten Cianjur yang telah terlaksana secara keseluruhan rata-rata berada pada kategori tinggi. Dimensi tertinggi pada variabel ini yaitu pada aspek perencanaan pembelajaran sedangkan dimensi terendah yaitu penilaian pembelajaran.
4. Supervisi kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru PENJAS dan pengaruhnya tergolong tinggi sebesar 11,62%. Dengan demikian supervisi kepala sekolah merupakan faktor penting dalam meningkatkan kinerja guru PENJAS
berprestasi merupakan faktor strategis dalam meningkatkan kinerja guru PENJAS
6. Supervisi kepala sekolah dan motivasi berprestasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru PENJAS dan pengaruhnya sebesar 27,24%.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka peneliti memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut.
Menurut Alfonso, Firth, dan Neville, ada tiga konsep pokok (kunci) dalam pengertian supervisi.
1. Supervisi harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran. Inilah karakteristik esensial supervisi. Sehubungan dengan ini, janganlah diasumsikan secara sempit, bahwa hanya ada satu cara terbaik yang bisa diaplikasikan dalam semua kegiatan pengembangan perilaku guru. Tidak ada satupun perilaku supervisi akademik yang baik dan cocok bagi semua guru (Glickman, 1981). Tegasnya, tingkat kemampuan, kebutuhan, minat, dan kematangan profesional serta karakteristik personal guru lainnya harus dijadikan dasar pertimbangan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program supervisi (Sergiovanni, 1987 dan Daresh, 1989).
program pengembangan tersebut. Desain tersebut terwujud dalam bentuk program supervisi yang mengarah pada tujuan tertentu. Oleh karena supervisi merupakan tanggung jawab bersama antara supervisor dan guru, maka alangkah baik jika programnya didesain bersama oleh supervisor dan guru. 3. Tujuan akhir supervisi adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi
belajar bagi murid-muridnya.
Untuk menjadikan guru sebagai tenaga profesional maka perlu diadakan pembinaan secara terus – menerus dan berkesinambungan, dan menjadikan guru sebagai tenaga kerja perlu diperhatikan, dihargai, dan diakui keprofesionalannya. Memandang guru sebagai tenaga kerja profesional maka usaha-usaha untuk membuat mereka menjadi profesional tidak semata-mata hanya meningkatkan kompetensinya baik melalui penataran, pelatihan maupun memperoleh kesempatan untuk belajar lagi, namun perlu juga memperhatikan guru dari segi yang lain seperti peningkatan disiplin, pemberian motivasi, pemberian bimbingan melalui supervisi, pemberian intensif, dan gaji yang layak, sehingga memungkinkan guru untu meningkatkan kinerja mengajarnya sebagai pendidik. Dengan demikian, supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dan motivasi berprestasi guru dapat dipandang sebagai salah satu kunci yang dapat meningkatkan kinerja mengajar guru.
Hasil deskriptif variabel supervisi kepala sekolah diinformasikan bahwa skor yang paling kecil adalah pelatihan, karena disebabkan antara lain :
b) Kepala sekolah kurang memberikan kesempatan kepada Guru PENJAS untuk dapat mengukir prestasi diluar kegiatan belajar mengajar dan kepala sekolah masih melihat perkembangan prestasi guru PENJAS di sekolahnya dengan sebelah mata.
Sebaiknya kepala sekolah memberikan supervisi kepada guru yang mana frekuensinya ditingkatkan melalui Penataran, seminar, lokakarya, dan Diklat agar kinerja guru lebih meningkat lagi dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik di tingkat SMP.
Menurut Frederich Herberg dalam Winardi menyatakan : pada manusia berlaku faktor motivasi (motivator) dan faktor pemeliharaan di lingkungan pekerjaanya (hygiene). Dari hasil penelitiannya menyimpulkan adanya enam faktor motivasi yaitu (1) prestasi; (2) pengakuan; (3) kemajuan kenaikan pangkat; (4) pekerjaan itu sendiri; (5) kemungkinan untuk tumbuh; (6) tanggung jawab.
Secara empiris, hasil penelitian pada guru PENJAS SMP Negeri di Kabupaten Cianjur menginformasikan bahwa motivasi berprestasi yang dicerminkan oleh dua indikator yaitu faktor motivator dan faktor hygiene, masing – masing memiliki skor WMS 3,83 dan 3,82. Hal ini berarti bahwa faktor
motivator dari dalam diri guru lebih besar dibandingkan faktor hygiene. Faktor penyebab rendahnya faktor hygiene mungkin disebabkan oleh :
Kepala Sekolah menempatkan diri sebagai atasan. Bertentangan dengan prinsip supervisi yang menekankan hubungan konsultatif, kolegial, dan bukan hirarkis.
2. Sistem remunerasi yang kurang baik.
Kurangnya penghargaan dari Kepala Sekolah baik yang bersifat pujian atau berupa sistem penghargaan. Fenomena tidak adanya sistem penghargaan atas kinerja mengajar guru PENJAS SMP Negeri dapat menyebabkan stagnasi bagi para guru. Kecenderungan yang terjadi adalah guru semakin tidak termotivasi untuk mengembangkan strategi dan kreativitas dalam mengajar.
Hasil deskriptif variabel motivasi berprestasi diinformasikan bahwa skor yang paling kecil adalah berhubungan dengan orang lain, hal ini dikarenakan hal – hal sebagai berikut :
a) Kebanyakan guru PENJAS sibuk dengan pekerjaannya sendiri dan kurang berinteraksi dengan rekan-rekan guru PENJAS di sekolah yang lain
b) Intensitas pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang tidak teratur dan terencana
c) Kurang bersilaturahmi dengan rekan kerja yang lain sehingga tidak ada tukar fikiran satu sama lain
d) Kurang berpikir positif, optimis, dan percaya diri e) Lekas puas terhadap hasil yang diperoleh
h) Kurang berorientasi ke masa depan dengan mengadakan antisipasi yang berencana dan melaksanakan serta memecahkan permasalahan secara bersama-sama.
Motivasi berprestasi harus terus dipelihara oleh setiap guru PENJAS agar pengajaran lebih efektif dan efisien, melalui pemberian reward atau hadiah dari kepala sekolah kepada guru yang berprestasi dan memberikan sanksi kepada guru yang tidak disiplin.
Hoy & Miskel (2008:166),” Kinerja itu pada dasarnya adalah hasil perkalian antara kemampuan dan motivasi”. Terdapat kaitan yang erat dan saling
mempengaruhi antara motivasi atau dorongan untuk berbuat sesuatu dengan kinerja yang dihasilkan. Menurut Majid (2011:91) dalam konteks ini guru berfungsi sebagai pembuat keputusan yang berhubungan dengan perencanaan, implementasi dan penilaian.
a) Kurang memiliki komitmen dan kemauan tinggi dalam melakukan tugasnya sebagai guru profesional yaitu melakukan penilaian terhadap siswa
b) Kelemahan dalam mengadakan test
c) Guru kurang mampu menilai kemajuan belajar siswa
d) Bekerja tidak sepenuhnya dan menilai siswa dengan setengah hati.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi. (2009). Psikologi Sosial. Edisi ke-6. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi & Manajemen. Bandung : Dewa Ruchi.
Ali, M.A. (2008) “Supervisors and supervision” Journal Supervision for Teacher Development. 9 (2), 7 – 9
Arikunto, S. (2004). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
ASCD (1987) Reading In Educational Supervision . Vol 2. Library Congres.
Cox, P.M. (2009) “Criteria for Evaluating Process Improvement Options” Jounal Perspectives On Quality Management Within a U.K. University. 135 – 137
Daresh. (1989). Supervision as Aproactive Process. New Jersey : Longman.
Depdiknas (2004). Peningkatan Kinerja Kepala Sekolah. London: Depdiknas Dirjen Dikdasman
Djam’an Satori, (1999). Pengawas Sekolah dan Pengelolaan Sekolah. Makalah. Bandung: dalam acara Diklat Calon Pengawas Sekolah.
Glickman, C.D. (1981). Developmental Supervision. Alternative Practice for.
Helping Teachers Improve Instruction. Virginia, Alexandria: ASCD.
Engkoswara, (2011), Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, Bandung, Alfabeta. Fakry Gaffar, (1987), Perencanaan Pendidikan, Jakarta: Depdikbud.
Fergusson, V (2008).”Rationale and overall design of the new supervisory
system” Journal Supervision for the self-managing school. 7 (3), 15 – 19. Gregorio. (1966). School Administration And Supervision. Quezon. Garcia. Hasibuan Malayu S.P. Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta : Bumi
Aksara, 2009.
Husdarta, JS. (2007). Hubungan Kepemimpinan dan motivasi Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru Penjas. Penelitian Dana Rutin UPI. Lemlit UPI. Bandung.
Husdarta, JS. (2009) Manajemen Pendidikan Jasman., Bandung: Alfabeta.
Hoy, W.K. and Miskel, C.G. (2008). Educational Administration: Theory , Research, and Practice (Sixth Edition). New York : McGraw Hill.
Lakip. Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur Tahun 2012.
Lipham, James M and Hoeh. (1974). The Principal Ship; Foundation and Functions. New York: Harper and Row Publishers
Majid. A. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mangkunegara, A.A.A.P.(2007). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Marshall, K. (2009). “Running Fast and Getting Nowhere” Journal Rethinking Teacher Supervision and Evaluation. 34 – 36
Mitchel, T. R. dan Larson (1982). People and Organization; An Introduction to Organizational Behavior, Singapore: Mc Graw Hill Inc.
Mulyasa. E. (2005). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mondy,W., and Noe, R,M. (1993). Human Resource Management. Texas: Prentice Hall, Inc.
Nasir. (2003). Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nawawi, Hadari. (2008). Administrasi Pendidikan, Jakarta: CV Haji Masagung Riduwan (2010a). Metode & Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Riduwan dan Sunarto (2010). Pengantar Statistika (untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis). Bandung: Alfabeta.
Rifai, M. (2002) Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Jilid 1. Bagian Administrasi. Bandung : Yenmars.
Rusli Lutan (2000). Manajemen Penjaskes. Jakarta: Buku Materi Pokok, Depdikbud – Dikdasmen.
Rusli Lutan, & Cholik, T. (1999). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Buku Materi Pokok, Depdikbud-Dikdasmen, BP2MG Penjaskes Setara D-II, Universitas Terbuka, Jakarta.
Sagala. S. (2009) Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sallis & Edward (1994). Total Quality Management in Education. London: Kogan Page Limited.
Satori, D. (2010). Pengembangan Supervisi. Bandung.
Schuler, Randall S. dan Jackson, Susan E. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia; Menghadapi Abad Ke- 21 . Edisi Ke-Enam, Jakarta: Erlangga.
Schumacker, Randal E & Richard G. Lomax.(1999) A Beginner’s Guide to SEM.
Mahwah. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates. Inc.Pub. Siagian, Sondang P. (2004). Filsafat Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.
Smith J.L. & Rusell J.P., (1982) “The Quality Audit Handbook”. Wisconsin: ASQC.
Soetisna Oteng. (1993). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis dan Praktis Profesional. Bandung: Alfabeta.
Soetisna Oteng. (1999). Pendidikan dan Pembangunan, Bandung: Ganaco. Sudjana. (2004). Metode Statistika. Bandung : Tarsito
Sugiyono, (2009). Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta. Suhardan, D. (2010). Supervisi Profesional (Layanan dalam Meningkatkan
Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah). Bandung: CV Alfabeta. Terry George R. (2001). Asas-asas Manajemen. Bandung: Alumni
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. BP. Restindo Mediatama.
Vaillant, D. (2005). “Fundamentals of Educational Planning” Journal Education Reforms and Teachers’ Unions: Avenues for Action. 5 – 7
Wiles Kimbal (1961) Supervision For Better School. New York. Prentice Hall Inc.