• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI DRAMA BERDASARKAN METODE BELAJAR SAVI (SOMATIS-AUDITORI-VISUAL-INTELEKTUAL) DALAM KONTEKS KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SETINGKAT SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI DRAMA BERDASARKAN METODE BELAJAR SAVI (SOMATIS-AUDITORI-VISUAL-INTELEKTUAL) DALAM KONTEKS KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SETINGKAT SMA."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ... i

LEMBAR PENGESAHAN KETUA PROGRAM STUDI ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.6 Asumsi Penelitian ... 8

1.7 Definisi Operasional ... 10

BAB II PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN, SERTA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI 2.1 Pembelajaran Sastra di SMA ... 11

2.1.1 Pembelajaran Drama ... 16

2.1.2 Model Pembelajaran Drama ... 22

2.1.3 Pendekatan SAVI dalam Pembelajaran Drama ... 31

2.2. Psikologi Perkembangan ... 38

(2)

2.2.2 Fungsi Belahan Otak Kiri dan Kanan ... 43

2.2.3 Kemampuan Penyesuaian Diri Siswa terhadap Lingkungan ... 44

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 56

3.2 Langkah-langkah Penelitian ... 56

3.2.1 Penetapan Subjek Penelitian ... 57

3.2.2 Penetapan Guru Pengajar ... 58

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 59

3.4 Instrumen Penelitian ... 59

3.5 Desain Penelitian dan Alat Ukur ... 61

3.5.1 Desain Penelitian ... 61

3.5.2 Desain Alat Ukur ... 62

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 66

3.7 Teknik Analisis Data ... 69

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1Pembahasan ... 70

4.1.1Penentuan Subjek Penelitian ... 70

4.1.2Penentuan Guru Pengajar ... 112

4.1.3Model Pembelajaran Ekspresi Drama ... 115

4.1.4Pelaksanaan Penerapan Model ... 120

4.1.4.1 Penyamaan Konsep dan Persepsi ... 120

4.1.4.2 Penentuan Sumber Materi Naskah ... 121

4.1.4.3 Pelaksanaan Belajar Mengajar ... 126

4.2Hasil Penelitian ... 131

4.2.1 Model Pembelajaran Ekspresi Drama ... 132

(3)

B. Saran ... 145

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sosiometri ... 60

2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 60

3. Evaluasi Penerapan Model Pembelajaran ... 65

4. Format Observasi Perilaku Siswa ... 66

5. Tingkat Penolakan terhadap Subjek Penelitian ... 70

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Objek Penelitian ... 152

2. Alasan Penolakan dan Pemilihan ... 153

3. Seting Subjek Penelitian ... 160

4. Jadwal Pelatihan Ekspresi Drama ... 163

5. Sumber Materi/Cerita Rakyat ... 165

6. Naskah Drama (Tragedi) ... 168

7. Naskah Drama (Komedi) ... 177

8. Naskah Wawancara ... 195

9. Riwayat Hidup Guru ... 197

10. Buku Pegangan Guru ... 199

11. Kurikulum Teater ... 208

12. Matriks Sosiometri ... 211

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Keberhasilan seseorang di dalam kehidupannya dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya kemampuan untuk membangun hubungan sosial dan kemampuan untuk mengolah lingkungan secara efektif. Kemampuan ini hanya ada pada mereka yang berkepribadian cukup matang. Kematangan kepribadian dapat dicapai antara lain dengan cara belajar memahami ragam kehidupan, yang sebagian di antaranya dikristalisasikan di dalam seni drama melalui pemahaman karakteristik tokoh. Namun pada kenyataannya, pengajaran drama yang dilakukan secara intensif untuk tujuan-tujuan pendidikan yang lebih mendalam masih sangat terbatas, misalnya untuk membantu mengembangkan kepribadian, kreativitas, dan apresiasi seni.

(7)

mengenal berbagai perilaku kehidupan dan watak manusia yang hidup di dalam masyarakat tempat remaja tersebut tumbuh dan berkembang, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Salah satu cara untuk memperoleh hal tersebut adalah dengan ikut serta secara aktif dalam kegiatan pengajaran drama di sekolah.

Dipandang dari sudut fungsi drama, pembelajaran drama mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan kepribadian siswa. Suatu kenyataan yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari bahwa banyak orang yang menyukai seni drama atau sering juga disebut seni teater. Ini menunjukkan bahwa penghargaan terhadap seni drama sudah semakin tinggi. Namun apabila melihat sisi formal, pembelajaran drama di sekolah-sekolah masih belum mendapatkan perhatian dan dukungan yang sungguh-sungguh, baik dari pimpinan sekolah, guru-guru, siswa sendiri, bahkan dari orang tua siswa. Padahal pengajaran drama dalam konstelasi yang lebih khusus dan fungsional, berpotensi memberikan kontribusi yang sangat besar dalam mengembangkan kepribadian sehat pada diri si pembelajar, termasuk di dalamnya kemampuan mereka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.

(8)

Pada tataran praktis, sering kali dijumpai masalah-masalah siswa yang bermasalah berkaitan dengan rendahnya prestasi belajar mereka, yang disebabkan oleh ketidakmampuannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Keadaan seperti itu memerlukan pemecahan yang sungguh-sungguh dengan mencari alternatif-alternatif tertentu, sehingga diharapkan prestasi mereka dapat mencapai titik optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Sebagai peneliti sekaligus pendidik, muncul keinginan untuk terus mencari dan menemukan model pembelajaran ekspresi drama yang lebih tepat dan efektif, yang kemudian diterapkan dengan cara-cara pendekatan edukatif. Sehingga diharapkan proses pendidikan terhadap siswa, khususnya mereka yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri atau berinteraksi dengan lingkungannya, dapat semakin efektif. Kenyataan yang ada, pembelajaran ekspresi drama selama ini lebih banyak bertumpu pada pola atau model pembelajaran lama, yang sangat mungkin tidak relevan lagi dengan tuntutan zaman.

(9)

Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar dan melatih para guru sekolah menengah atas (SMA) mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia mengenai apresiasi sastra, ditemukan fakta bahwa sebagian besar guru cenderung lebih memilih mengajarkan puisi dan prosa daripada mengajarkan apresiasi drama. Kalaupun ada beberapa guru yang berminat mengajarkan drama, maka tidak lebih hanya sebagai aktivitas mentransformasikan pengetahuan drama kepada para siswa. Artinya, pembelajaran tersebut hanya menitikberatkan pada ranah kognitif saja, sementara ranah afektif, psikomotorik, dan kepribadian siswa masih kurang mendapat perhatian.

Patut diduga keadaan ini terjadi karena pada umumnya kompetensi guru dalam mengajarkan ekspresi drama masih kurang, sehingga dampak pengajaran terhadap aspek dan nilai edukatif juga kurang efektif. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk menemukan model-model pembelajaran drama yang lebih relevan, adaptif, efisien, dan produktif untuk dapat membantu guru dalam melaksanakan pemelajaran. Dalam artian model-model pembelajaran itu fungsional untuk mengembangkan kognitif, afektif, psikimotorik, dan kepribadian siswa.

(10)

banyak teman, lebih suka menarik diri, menolak melakukan kerja sama, kurang percaya diri, dan mengalami hambatan emosional.

Berdasarkan fakta tersebut, pembelajaran ekspresi drama akan digunakan untuk membantu siswa yang bermasalah dalam mengembangkan kepribadiannya, khususnya dalam hal kemampuan penyesuaian diri. Secara umum, akan disoroti aspek kepribadian karena faktor penyesuaian diri merupakan bagian dari kepribadian, terutama jika merujuk pada definisi menurut Allport dikutip Kartini Kartono (1998:24), yaitu: personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical system, that determines his unique adjustment

to his environment. Berdasarkan kutipan tersebut, tampak bahwa kematangan

kepribadian seseorang ditandai oleh rasa percaya diri, sehingga mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Penyesuaian diri yang baik akan dapat mengurangi ketegangan-ketegangan yang mungkin merugikan seseorang. Dalam hal ini, Kartono (1998:8) menguraikan mekanisme penyesuaian diri sebagai kebiasaan-kebiasaan atau respons-respons yang dipelajari, individu dapat memuaskan kebutuhannya, mengurangi ketegangan, dan memuaskan motifnya. Dengan demikian, penyesuaian diri yang baik adalah penyesuaian diri yang bersifat aktif membangun relasi-relasi dengan lingkungannya.

(11)

perihal adanya sejumlah siswa yang bermasalah dalam pergaulan dengan teman sebaya, khususnya tentang penyesuaian diri dengan teman sekelasnya. Data ini diperoleh dari guru, wali kelas, dan guru BP/BK melalui pendekatan informal sebelum penelitian. Atas dasar kedua pertimbangan tersebut diyakini bahwa pelaksanaan penelitian dapat efektif dan fungsional serta berhasil maksimal.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi beberapa masalah penelitian sebagai berikut:

a. Mengapa guru Bahasa dan Sastra Indonesia cenderung kurang menyukai mengajarkan apresiasi drama?

b. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran drama pada saat ini di SMA?

c. Bagaimanakah model pembelajaran ekspresi drama yang sesuai untuk diterapkan bagi siswa yang berkesulitan dalam menyesuaikan diri?

d. Bagaimanakah dampak penerapan model pembelajaran ekspresi drama yang dihasilkan, terhadap kemampuan penyesuaian diri pada siswa SMA?

e. Bagaimanakah menerapkan metode belajar SAVI pada pembelajaran ekspresi drama agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif?

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian, dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran drama di SMA?

(12)

c. Bagaimanakah pola pembelajaran drama yang efektif bagi penumbuhkembangan kepribadian siswa setingkat SMA?

d. Bagaimanakah efektivitas pembelajaran drama menggunakan pendekatan SAVI dikaitkan dengan kemampuan penyesuaian diri siswa setingkat SMA?

1.4Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menghasilkan model pembelajaran ekspresi drama yang efisien, valid, dan teruji keberhasilannya dalam meningkatkan mutu pembelajaran drama, (2) menawarkan pedoman praktis yang akan mempermudah guru dalam mengajarkan ekspresi drama, dan (3) menemukan model pembelajaran ekspresi drama yang fungsional untuk mengembangkan kognitif, afektif, psikomotorik, dan meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri siswa.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dibagi atas manfaat teoretis serta manfaat praktis. a. Secara teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat menambah referensi dalam khazanah ilmu pengetahuan ilmiah dalam bidang pembelajaran drama, khususnya berupa model pembelajaran ekspresi drama berdasarkan metode belajar SAVI.

b. Secara praktis

(13)

1) Para guru sekolah menengah atas khususnya pengampu mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang di dalamnya terdapat mata pelajaran drama. Pada tataran ini para guru dapat menggunakan model pembelajaran ekspresi drama berdasarkan metode belajar SAVI, sehingga efektivitas pembelajaran drama dan pendidikan dapat tercapai.

2) Para peneliti bidang pendidikan, dalam mengembangkan model pembelajaran yang lebih relevan, adaptif, dan produktif.

3) Para peminat pendidikan, dapat menggunakan dan atau menjadikan hasil penelitian ini sebagai tambahan ilmu pengetahuan khususnya di bidang model pembelajaran drama.

4) Para siswa SMA, sebagai alternatif model pembelajaran drama, baik untuk menarik minat siswa terhadap sastra drama, mempermudah siswa mempelajari seni drama, maupun membantu siswa dalam menyelesaikan masalah pribadi khususnya kemampuan menyesuaikan diri.

1.6 Asumsi Penelitian

(14)

sekolah yang menganggap kegiatan pengajaran drama tidak begitu penting dan hanya bermuara pada apresiasi. Kalau pun beberapa sekolah mengadakan kegiatan pembelajaran drama, sebagian besar masih bersifat instrumental. Sesungguhnya pembelajaran drama dimaksudkan untuk mengembangkan potensi siswa dalam bidang apresiasi dan ekspresi drama, yaitu ekspresi tulis berupa penulisan kreatif naskah drama dan ekspresi lisan dalam bentuk pementasan drama. Nilai edukatifnya bermuara pada sosiabilitas siswa semakin fungsional.

Berbicara tentang pentingnya pengajaran drama bagi siswa SMA, maka perlu diketengahkan bahwa pada diri siswa SMA yang sedang berada pada masa remaja (puber) adalah masa yang sangat baik untuk menanamkan secara intensif perasaan indah, susila, dan perasaan sosial lainnya. Terkait dengan maksud penelitian yang menggunakan drama sebagai alat pendidikan, maka alasan yang mendasarinya adalah adanya pendapat para ahli pendidikan dan kesenian tentang pentingnya menjadikan drama sebagai sarana pengembangan pribadi dan hubungan sosial.

Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut. a. Pendidikan dan pengajaran terus berkembang sesuai dengan perkembangan

zaman.

b. Model-model pembelajaran semakin bervariasi disesuaikan dengan kompleksitas pembelajaran.

c. Setiap model pembelajaran berkembang ke arah yang lebih sempurna.

(15)

1.7 Definisi Operasional

a. Pengembangan model pembelajaran ekspresi drama berdasarkan metode belajar SAVI didefinisikan sebagai suatu proses yang sistematis dan terorganisasi tentang pengembangan model pembelajaran drama. Proses tersebut berisi penyampaian informasi, pelatihan keterampilan bermain drama, pembimbingan serta penumbuhkembangan penghayatan terhadap seni drama, yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia menggunakan KTSP SMA dengan pendekatan SAVI, yang bertujuan mempermudah siswa agar dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri secara efektif dengan lingkungannya.

Metode belajar SAVI diartikan sebagai suatu cara menyajikan ekspresi drama melalui pendekatan yang menggabungkan antara gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra untuk memaksimalkan hasil pembelajaran ekspresi drama dan mencapai tujuan meningkatkan kemampuan penyesuaian diri siswa terhadap teman sebayanya.

(16)

BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif studi kasus tunggal, karena objek penelitiannya berupa kelompok yang sangat terbatas yang harus dianalisis dan dideskripsikan secara komprehensif. Studi kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang maupun kelompok siswa secara mendalam dengan tujuan membantu siswa tersebut untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik (Winkel, 1991). Yin mendefinisikan penelitian studi kasus sebagai inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, yang batas-batas antara fenomena dan konteks tersebut tidak tampak secara tegas (2006:18).

Sasaran studi kasus ialah individu yang menunjukkan gejala atau masalah sehingga memerlukan bantuan untuk dapat mengatasi masalah tersebut. Dalam penelitian ini individu yang bermasalah yaitu siswa SMA yang mengalami kesulitan untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kelasnya. Bantuan edukasi yang diberikan berupa pembelajaran ekspresi drama secara komprehensif dan intensif.

3.2 Langkah-langkah Penelitian

Penelitian ini dilakukan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

(17)

2) Merancang model pembelajaran ekspresi drama berdasarkan metode belajar SAVI.

3) Melakukan tes sosiometri berupa pertanyaan positif dan pertanyaan negatif kepada siswa SMA Negeri 55 Jakarta, yang terletak di Jalan Minyak-Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan untuk menemukan sejumlah siswa yang bermasalah dalam menyesuaikan diri.

4) Melakukan wawancara kepada guru dan guru BP, untuk mengetahui persepsi mereka tentang anak bermasalah.

5) Memberikan kuesioner kepada wali kelas, siapa saja siswa yang bermasalah di kelas perwaliannya.

6) Kuesioner tentang persepsi siswa terhadap drama.

7) Mengondisikan siswa agar memahami drama secara relatif merata.

8) Menerapkan model pembelajaran ekspresi drama dengan melakukan pelatihan berdasarkan metode belajar SAVI.

9) Mengadakan pementasan drama. 10) Melakukan revisi model.

3.2.1 Penetapan Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini ialah siswa kelas X dan XI SMA Negeri 55 Jakarta, yang terletak di Jalan Minyak-Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan, pada semester genap tahun ajaran 2008/2009. Subjek penelitian diambil secara purposive dari siswa yang berkesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan

(18)

a. Analisis sosiometri; untuk menemukan siswa yang sulit menyesuaikan diri dengan bukti penolakan lebih dari 35 % dari teman sekelasnya.

b. Wawancara dengan guru BP.

c. Kuesioner kepada guru bahasa Indonesia dan wali kelas; untuk mengetahui persepsi mereka terhadap murid yang terindikasi bermasalah dalam hal menyesuaikan diri.

Penetapan subjek penelitian yang terdiri atas siswa kelas X dan XI, dengan asumsi bahwa penelitian ini:

a. Tidak mengganggu proses pembelajaran siswa, terutama kelas XII yang akan menempuh ujian.

b. Siswa kelas X belum mendapat materi ajar drama, sehingga drama yang akan mereka pelajari akan lebih terfokus pada tujuan untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri. Sebagai ’anak baru’ di sekolah tersebut, siswa kelas X sedang dalam masa penyesuaian diri dengan lingkungan kelas dan sekolahnya.

c. Siswa kelas XI pada semester 1 telah menerima materi ajar drama berupa memahami pementasan drama dan mengekspresikan drama dalam bentuk pementasan. Sebagai siswa yang telah mempelajari drama, tanpa disadari mereka sudah menggunakan drama sebagai media untuk memperbaiki kesulitan menyesuaikan diri.

3.2.2 Penetapan Guru Pengajar

(19)

a. penguasaan materi pembelajaran sastra 1) penguasaan materi keterampilan bersastra 2) penguasaan materi kesastraan

b. pemahaman karakteristik siswa c. kemampuan berkomunikasi d. wawasan pengembangan profesi

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penerapan model pembelajaran dilakukan di SMA Negeri 55 Jakarta, yang terletak di Jalan Minyak-Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan pada semester genap tahun akademik 2008/2009.

3.4 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data, digunakan instrumen penelitian berupa sosiometri, wawancara, dan kuesioner.

a. Sosiometri

Sosiometri adalah suatu teknik pengumpulan data tentang hubungan sosial seorang individu dengan individu lain, struktur hubungan individu, dan arah hubungan sosialnya dalam suatu kelompok. Ada dua macam sosiometri, yaitu: 1) Tes yang mengharuskan memilih beberapa teman yang disukai peserta tes,

untuk melakukan kegiatan tertentu bersama-sama mereka.

(20)
[image:20.595.114.518.183.616.2]

Penelitian ini melakukan bentuk tes sosiometri jenis kedua, dengan alasan untuk mengetahui jaringan sosial siswa yang lebih mendalam.

Tabel 1. Sosiometri Tanggal

Nama Sekolah Kelas

Jika saya merencanakan belajar bersama, tiga (3) teman sekelas yang saya pilih atau paling sukai yaitu:

Urutan Nama Alasan

1 2 3

Jika saya merencanakan belajar bersama, tiga (3) teman sekelas yang tidak saya pilih/sukai yaitu:

Urutan Nama Alasan

1 2 3

a. Wawancara

Pembuatan pedoman umum wawancara ini menggunakan teori penyesuaian diri efektif dari Haber & Runyon (1984).

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara dengan Guru BP/Wali Kelas

Masalah Tujuan Indikator Aspek yang Diukur No.

Perta- nyaan Bagaimanakah pendapat guru Untuk mengetahui Teori penyesuaian

1. kecepatan siswa dalam mengenali

[image:20.595.111.521.661.753.2]
(21)

Masalah Tujuan Indikator Aspek yang Diukur No. Perta- nyaan yang namanya terindikasi sulit menyesuaikan diri dengan teman sekelas atau lingkungan kelas?

siswa dalam penyesuaian diri. (Haber & Runyon, Psychology of Adjustment. Illinois: The Dorsey Press. 1984)

2. ketepatan siswa dalam memilih teman 3. kelogisan/alasan

memilih teman 4. kadar emosionalitas

siswa

5. data fisik (postur, berat badan, bentuk tubuh, dll.)

6. capaian prestasi belajar

7. latar belakang sosial ekonomi 2 3 4 5 6 7

Jumlah pertanyaan 7

3.5 Desain Penelitian dan Alat Ukur 3.5.1 Desain Penelitian

Pelaksanaan studi kasus mengikuti tahapan yang direkomendasikan oleh Yin (2006) sebagai berikut:

a. Merancang Studi Kasus

Studi kasus dalam penelitian ini dirancang dengan langkah-langkah yang meliputi: (1) pembekalan pengetahuan serta (2) pengembangan dan pengkajian ulang penelitian.

1) Pembekalan pengetahuan

(22)

literatur yang berkaitan dengan variabel penelitian baik melalui buku sumber, internet, maupun diskusi dengan dosen pembimbing.

2) Pengembangan dan pengkajian ulang penelitian

3.5.2 Desain Alat Ukur 1. Sosiometri

Untuk mendapatkan data sosiometri dilakukan tahapan sebagai berikut: a. pengukuran sosiometri

b. matriks sosiometri c. sosiogram

d. analisis indeks sosiometri e. data sosiometri

a. Pengukuran Sosiometri

Teknik dasar sosiometri ialah dengan melakukan test-sosiometri. Pengukuran atau tes sosiometri ini dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menjelaskan kepada siswa bahwa akan dilakukan kegiatan belajar berkelompok.

(23)

3) Penulisan nama dilakukan berdasarkan prioritas pilihan, misalnya: no. urut 1 pada kolom pilihan ditulis nama teman yang sangat diinginkan, atau pada kolom penolakan menulis nama teman yang sangat ditolak untuk dijadikan teman kelompok belajar. No. urut 2 merupakan nama yang menduduki prioritas di bawah itu, dan seterusnya.

4) Pilihan-pilihan tersebut disertai alasan mengapa individu tersebut dipilih atau ditolak.

5) Siswa diperbolehkan tidak memilih 3 teman, jika ternyata ia hanya memperoleh 1 atau 2 nama teman yang dapat dipilih/ditolaknya.

6) Pilihan-pilihan dinyatakan secara rahasia, dan hasil tes sosiometri juga dirahasiakan kepada siswa.

7) Tes sosiometri dilakukan dengan bantuan guru bahasa Indonesia, guru wali kelas, atau guru BP, bergantung pada kegiatan yang akan dilakukan.

b. Matriks Sosiometri

Matriks sosiometri terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: nomor urut, nama subjek pemilih, dan nama subjek terpilih. Dari matriks ini dapat dilihat peta keterpilihan subjek, baik berupa kecenderungan pilihan maupun jumlah pilihan yang diperoleh masing-masing subjek terpilih, sehingga peneliti dapat menetapkan 15 orang subjek yang akan diteliti. Selanjutnya data subjek tersebut diorganisasikan sesuai dengan kebutuhan penelitian.

(24)

Dalam sosiogram berdasarkan cara memilih atau menolak dan jumlah pemilih atau penolak dapat dilihat adanya:

1) Siswa yang paling banyak dipilih (bintang/star)

2) Siswa yang paling sedikit dipilih atau sama sekali tidak dipilih (terpencil/ isolated)

3) Siswa yang saling memilih (timbal balik/mutual) 4) Tiga orang yang saling memilih (segitiga/triangle) 5) Kelompok tertutup (klik)

d. Analisis Indeks Sosiometri

Hasil sosiometri dianalisis menggunakan analisis indeks dengan menetapkan status pemilihan (choice status: cs), status penolakan (rejection status: rs) dan gabungan kedua status tersebut (cs dan rs).

a. Rumus status pemilihan (choice status: cs): csA = jumlah pemilih A

N – 1 Range: 0 sampai 1

Keterangan: A: kode anak yang diteliti N: jumlah anak dalam kelompok

Jika indeks populeritasnya 0, berarti populeritas individu tersebut jelek, karena tidak ada yang memilih. Jika indeks populeritasnya 1, berarti populeritas individu tersebut baik, karena semua teman memilihnya.

(25)

N – 1 Range: -1 sampai 0

Jika indeks populeritasnya -1, berarti individu tersebut jelek, karena tidak disukai oleh teman-temannya. Jika indeks populeritasnya 0, berarti populeritas individu tersebut baik, karena disukai teman-temannya.

c. Rumus status pemilihan dan penolakan (cs dan rs): cs.rsA = jumlah pemilih A - jumlah penolak A

N – 1 Range: -1 sampai 1

Jika indeks populeritasnya -1, berarti individu tersebut paling ditolak. Jika indeks populeritasnya 1, berarti paling populer.

2. Evaluasi kerja guru dan penerapan model pembelajaran Tabel 3. Evaluasi Penerapan Model Pembelajaran

No Aspek Evaluasi Keterangan

1 Penyampaian rencana pembelajaran

2 Penyampaian kompetensi yang hendak dicapai 3 Penyampaian materi pembelajaran

4 Penggunaan metode pembelajaran 5 Penggunaan sumber belajar 6 Penguasaan materi ajar

7 Penciptaan suasana belajar yang kondusif 8 Pemotivasian kreativitas siswa dalam

pembelajaran

(26)

No Aspek Evaluasi Keterangan 11 Kesesuaian praktikum dengan urutan penyajian

model

12 Kesesuaian rencana pembelajaran dengan pelaksanaan

13 Pelaksanaan pembimbingan pelatihan 14 Kesesuaian alat dengan tujuan

15 Efektivitas model pembelajaran

3. Evaluasi Perilaku Subjek

Tabel 4. Format Observasi Perilaku Siswa pada Saat KBM Berlangsung

No. Perilaku Siswa Ya Tidak

1. Memperhatikan penjelasan guru 2. Menunjukkan minat yang tinggi 3. Menunjukkan semangat yang tinggi

4. Aktif bertanya atau menanggapi penjelasan guru 5. Mau mencoba hal positif yang dianggap baru 6. Berani mengungkapkan pendapat

7. Mau bekerja sama dengan teman sekelompok 8. Menunjukkan jiwa kesetiakawanan

9 Mampu menunjukkan kreativitas

10 Melakukan semua kegiatan yang ditugaskan guru 11 Belajar dengan penuh kesungguhan

12 Menunjukkan kedisiplinan waktu berlatih

13 Menunjukkan perubahan sikap ke arah yang lebih baik

14 Dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan

(27)

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Salah satu karakteristik dan kekuatan utama penelitian studi kasus yaitu memanfaatkan berbagai sumber dalam teknik pengumpulan data. Yin (2006:103) berpendapat ada 6 sumber bukti yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data studi kasus, yaitu: dokumen, rekaman/catatan arsip, wawancara, observasi langsung, observasi berperan serta, dan bukti fisik. Dalam penelitian ini dipergunakan teknik pengumpulan data yang relevan dengan masalah penelitian sebagai berikut:

a. Dokumen; mengumpulkan bahan-bahan dan informasi mengenai teori dan konsep untuk menjelaskan fenomena yang berhubungan dengan dimensi penelitian melalui dokumen tertulis. Dalam studi kasus, tinjauan pustaka atau analisis dokumen merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan (Yin, 2006:14). b. Rekaman arsip; berupa rekaman kegiatan pelatihan dan pementasan drama

yang dilakukan subjek penelitian.

c. Wawancara, dilakukan kepada subjek penelitian, untuk mengetahui minat mereka bermain drama dan keikutsertaannya dalam kegiatan ekstrakurikuler. Wawancara juga dilakukan kepada wali kelas dan guru BP, untuk melengkapi hal yang belum terungkap melalui instrumen kuesioner.

d. Observasi langsung, yaitu melalui pengamatan secara langsung terhadap aktivitas siswa sebelum dan selama berlatih drama, untuk mencermati hal-hal yang diperlukan bagi pembuatan model pembelajaran ekspresi drama di SMA. Data observasi yang diamati meliputi:

(28)

a) kedisiplinan mengikuti pelatihan b) perhatian dalam mengikuti pelatihan c) keaktifan mengikuti pelatihan d) kreativitas

e) partisipasi dalam diskusi

f) kerja sama melaksanakan tugas dan latihan 2) Kegiatan di luar pelatihan

a) aktivitas menghafal drama

b) bersosialisasi dengan teman sekelas c) bersosialisasi dengan teman sepelatihan d) bertanya kepada guru drama

e. Observasi berperan serta

Observasi atau pengamatan berperan serta dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin sampai pada hal-hal yang sekecil-kecilnya. Pada saat pelatihan drama, peneliti bertindak sebagai observer berperan serta yang mengamati penerapan model pembelajaran

drama, mendengar dan mencatat segala penjelasan guru serta yang terjadi pada saat pelatihan.

f. Sosiometri, dilakukan untuk mengumpulkan data tentang dinamika kelompok sosial kelas. Melalui tes sosiometri akan ditemukan siswa yang mempunyai masalah penyesuaian diri dalam kelompok kelas.

(29)

1) siswa yang paling banyak ditolak oleh lebih dari 35% rekan sekelasnya untuk dijadikan teman belajar,

2) alasan penolakan rekan sebaya atau sekelas, dan 3) seting subjek penelitian.

g. Kuesioner, dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada guru BP untuk memperoleh data tanggapan/persepsi guru tentang siswa yang teridentifikasi bermasalah dalam hal penyesuaian diri. Kuesioner dilakukan setelah dibuat sosiogram yang menunjukkan hubungan atau interaksi antarindividu dan diperoleh data sosiometri.

3.7 Teknik Analisis Data

(30)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

a. Pengajaran ekspresi drama menggunakan pendekatan SAVI bukan sekadar berupa aktivitas rutin mentransformasikan fakta dan data atau pengetahuan drama kepada siswa, tetapi juga berfungsi sebagai sebuah sistem aktivitas edukasi yang mengoptimalkan gerak fisik dan intelektual untuk membantu siswa mengembangkan kepribadiannya. Dalam pemahaman seperti ini aktivitas pengajaran drama yang sistemik menuntut kehadiran unsur pembentuk sistem pembelajaran berupa perencanaan yang komprehensif dan matang, materi yang penting dan relevan, guru yang profesional, situasi dan kondisi yang tepat, metode dan model pembelajaran yang valid, dan infrastrukstur yang memadai. Namun, jumlah guru yang memenuhi syarat sebagai pengajar drama yang profesional di sekolah penelitian masih sangat kurang.

(31)

c. Pengajaran dan atau pendidikan pada remaja setingkat SMA selama periode penelitian, dilakukan tidak didasarkan atas tekanan atau paksaan. Pola pengajaran dibangun atas dasar komunikasi yang dialogis dan kemitraan, ternyata lebih efektif daripada pola pengajaran yang dibangun atas dasar posisi superior dan inferior, yang menempatkan siswa dalam tataran objek yang lemah.

d. Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran drama dengan menggunakan metode belajar SAVI relevan dan fungsional untuk membantu siswa memahami konsep dan materi drama, serta membantu siswa meningkatkan kemampuan dan kecakapan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Artinya pembelajaran drama seperti ini terbukti efektif untuk membantu siswa menumbuhkembangkan kepribadiannya. Keadaan seperti ini terlihat pada adanya perubahan perilaku siswa yang signifikan, setelah siswa dilibatkan dalam sistem pembelajaran drama yang dikonstruksi dengan menggunakan metode belajar SAVI.

5.2Saran

(32)

atau menghadirkan tenaga ahli sebagai pelatih profesional maupun sebagai konsultan pengajaran drama.

b. Kehadiran unsur-unsur pembentuk sistem pembelajaran mutlak dan sangat penting, terutama unsur guru sebagai subjek pembentuk kepribadian siswa. Pengajaran drama harus dipandang dan diletakkan dalam tatanan sistem, agar hasil pembelajaran dapat maksimal. Dalam konteks seperti ini maka pengetahuan guru bahasa Indonesia terutama penguasaan keilmuan tentang ekspresi drama, menghayati perannya sebagai guru, keterampilan mengajarkan drama, dan kecintaan terhadap pengajaran drama harus terus dikembangkan. Secara kelembagaan peranan musyawarah guru mata pelajaran bahasa Indonesia, harus ditingkatkan dalam mengembangkan profesionalitas guru. Secara pribadi setiap guru pengajar bahasa dan sastra Indonesia harus mengubah pandangan dari pandangan bahwa drama sebagai pelajaran opsional menjadi pelajaran yang fungsional.

(33)

lebih komunikatif, dilogis, dan kondusif dalam menumbuhkembangkan bakat-bakat terbaik yang dimiliki siswa.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. 2006. Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: Refika Aditama.

Anirun, S. 1998. Menjadi Aktor: Pengantar kepada Seni Peran untuk Pentas dan Sinema. Bandung: Rekamedia Multiprakarsa.

Arifin, M. 1980. Teater Sebuah Pengenalan Dasar. Ende-Flores: Nusa Indah.

Asmara, A. 1983. Apresiasi Drama untuk SLA. Yogyakarta: Nur Cahaya.

Borg, W.R. dan Meredith Damien Gall. 1989. Educational Research: An Introduction. New York: Longman.

Brahim. 1968. Drama dalam Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. Cetakan Ke-1. Coyle, M. dkk. (Ed.). 1991. Encyclopedia of Literature and Criticism. London:

Routledge.

Dennison, P.E. dan Gail E. Dennison. 2004. Brain Gym (Senam Otak). A. Ariobimo Nusantara (Ed.). Jakarta: Gramedia. Cetakan ke-7

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Dryden, G. dan Jeannette Vos. 2001. Revolusi Cara Belajar I (The Learning Revolution). Cetakan Ke-2. Ahmad Baiquni (Ed.). Bandung: Kaifa.

Dryden, G. dan Jeannette Vos. 2001. Revolusi Cara Belajar II (The Learning Revolution). Cetakan Ke-2. Ahmad Baiquni (Ed.). Bandung: Kaifa.

(35)

Gazali. Tanpa Tahun. Seni Drama, Sebuah Konsep Dasar. Jakarta: Pustaka Dian. Haber dan Runyon. 1984. Psychology of Adjustment. USA: The Dorsey Press. Hasanuddin, W.S. 1996. Drama, Karya dalam Dua Dimensi. Bandung: Angkasa. http://kliping.rosyidi.com/senam otak(sumber Kompas, 14/2-2001)

http://x-mam.blog2.plasa.com/2008/05/31/humanisasi-pendidikan

Hurlock, E.B. 1990. Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Istiwidayanti dan Soedjarwo (Terj.) Jakarta: Erlangga.

Jabrohim (Ed.) 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.

Joyce, B. dan Marsha Weil. 1996. Models of Teaching. USA: Allyn and Bacon. Kartono, K. 1998. Teori-teori Kepribadian dan Mental Hygiene. Bandung:

Alumni.

McLeod, J. 1988. Drama is Real Pretending; An Approach Drama Curriculum Development. Melbourne: Ministry of Education Victoria.

Meier, D. 2002. The Accelerated Learning. Rahmani Astuti (Terj.). Bandung: Kaifa.

Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moody, H.L.B. 1979. The Teaching of Literature. London: Longman Ltd. Ed. Ke-4.

Musthafa, B. 2008. Teori dan Praktik Sastra: dalam Penelitian dan Pengajaran. Bandung: SPS-UPI.

Poerwandari, K. 2001. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: FP-UI.

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Rendra. 1993. Seni Drama untuk Remaja. Jakarta: Pustaka Jaya.

(36)

Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Kanisius.

Semi, M.A. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Shank, Th. 1969. The Art of Dramatic Art. Belmont-California: Dickenson Publishing Company.

Silberman, M.L. Active Learning. 2006. Bandung: Nuansa-Nusamedia. Sitorus, E.D. 2002. The Art of Acting. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyati, S.A dkk. (Ed). 1993. Teater untuk Dilakoni. Bandung: Studiklub Teater Bandung.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1994. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syamsuddin A.R. dan Vismaia S. Damaianti. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tambayong, Y. 2000. Seni Akting. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tarigan, H.G. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Traxler, A.G. 1957. Techniques of Guidance. New York: Harper.

Uno, H.B. 2007. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Wellek, R. dan Austin Warren. 1993. Toeri Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Wibowo, Ina. 1987. Psikologi Perkembangan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Yulia dan Singgih D. Gunarsa. 1988. Psikologi untuk Muda-mudi. Jakarta: BPK

Gunung Mulia.

Gambar

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara dengan Guru BP/Wali Kelas
Tabel 3. Evaluasi Penerapan Model Pembelajaran
Tabel 4. Format Observasi Perilaku Siswa pada Saat KBM Berlangsung

Referensi

Dokumen terkait

(5) Apabila fasilitas kesehatan tingkat pertama terdekat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah fasilitas Kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan,

YURIDIS TERHADAP PUTUSAN PERKARA TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN TERHADAP ANAK (STUDI PUTUSAN NOMOR.797/Pid.B/2014/PN.Rap)”, yang selanjutnya akan dibahas pada

Berdasarkan hasil pengujian tarik dan pengamatan struktur mikro diperoleh hasil yang sebanding dengan hasil pengujian ulang komposisi kimia, sehingga dapat disimpulkan telah

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan melalui penelitian tindakan kelas sebagai Peningkatan Motivasi Belajar Seni Musik Melalui Rancangan Pembelajaran TANDUR

Alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian dapat mengakibatkan berkurangnya kawasan- kawasan penyangga sehingga dapat meningkat- kan potensi kerusakan lahan (bencana alam

Kesimpulan yang diperoleh atas penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada bulan januari, februari dan maret adalah diketahui persediaan akhir dengan menggunakan metode

Simpulan : Adanya peningkatan skor disabilitas pada kelompok yang mendapatkan latihan fisik dengan alat Thera trainer maupun yang tidak mendapatkan namun

This is the outgoing mail port used by email programs such as Outlook Express, Outlook, FoxMail, and hundreds more, and it is also the SMTP Outgoing port used by mail