• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MADRASAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN SUMEDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MADRASAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN SUMEDANG."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

1. Kompetensi Manajerial Kepala NMadrasah ... 15

2. Maotivasi Kerja Guru ... 19 A. Kinerja Mengajar Guru dalam Konteks Administrasi Pendidikan 24 1. Pengertian Kinerja Mengajar Guru ... 25

2. Aspek-Aspek Kinerja Mengajar Guru ... 31

3. Kompetensi Guru Berdasarkan Permen Diknas ... 34

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Mengajar Guru... 35

5. Penilaian Kinerja Mengajar Guru ... 36

(2)

1. Pengertian Kepemimpinan ... 41

2. Kepemimpinan dan Fungsi Kepemimpinan ... 43

3. Gaya-Gaya Kepemimpinan ... 44

4. Kepemimpinan Transformasional ... 45

5. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Transformasional ... 48

C. Hakikat Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah ... 50

1. Teori Manajemen ... 50

2. Konsep Manajerial ... 53

3. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Madrasah ... 56

4. Pengertian Kepala Sekolah ... 59

5. Tugas Kepala Madrasah ... 60

6. Kompetensi Kepala Madrasah Menurut Permen ... 65

D. Motivasi dalam Konteks Administrasi Pendidikan ... 68

1. Pengertian ... 68

2. Teori Motivasi ... 69

3. Unsur-unsur Motivasi ... 75

4. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 76

E. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 85

BAB III METODE PENEGITIAN A. Desain Lokasi dan Subjek Penelitian ... 87

B. Variabel Penelitian ... 90

C. Instrumen Penelitian ... 91

D. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 98

E. Teknik Pengumpulan Data ... 101

F. Pendekatan Penelitian ... 103

G. Prosedur dan Tahapan Penelitian ... 103

1. Tahap Persiapan ... 104

2. Tahap Pelaksanaan ... 104

3. Tahap Pengolahan Data ... 105

4. Tahap Pengambilan Simpulan ... 106

(3)

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 128

1. Uji Normalitas Distribusi ... 128

2. Uji Homogenitas ... 129

C. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 130

1. Pengujian Hipotesis Penelitian Pertama ... 131

2. Pengujian Hipotesis Penelitian Kedua ... 134

3. Pengujian Hipotesis Penelitian Ketiga ... 137

D. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis ... 141

1. Koefisien Determinasi Antarvariabel Penelitian ... 141

2. Persamaan Regresi ... 141

E. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 142

1. Gambaran Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Sumedang ... 142

2. Gambaran Motivasi Kerja Guru Madrasah Aliyah di Kabupaten Sumedang ... 145

3. Gambaran Kinerja Mengajar Guru Madrasah Aliyah di Kabupaten Sumedang ... 147

4. Kontribusi Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah Terhadap Kinerja Mengajar Guru ... 148

5. Kontribusi Motivasi Kerja Guru Madrasah terhadap Kinerja Mengajar Guru ... 149

6. Kontribusi Antara Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah dan Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru.. 150

BAB V SIMPUGAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 152

B. Rekomendasi ... 153

1. Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah ... 153

2. Motivasi Kerja Guru ... 154

3. Kinerja Mengajar Guru ... 155

DAFTAR PUSTAKA ... 156

(4)

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 2.1 Kompetensi Guru Berdasarkan Permen Diknas ... 31

Tabel 2.2 Kompetensi Kepala Madrasah Berdasarkan Permen Diknas RI No 13 Tahun 2007 ... 66

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 88

Tabel 3.2 Sampel Penelitian ... 89

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 92

Tabel 3.4 Validitas Instrumen Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah ... 98

Tabel 3.5 Validitas Butir Instrumen Motivasi Kerja Guru Madrasah ... 99

Tabel 3.6 Validitas Butir Instrumen Kinerja Mengajar Guru ... 100

Tabel 4.1 Kriteria Interpretasi Skor ... 108

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ... 108

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Skor Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah (X1) ... 110

Tabel 4.4 Rangkuman Persepsi Responden tentang Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah ... 114

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Kerja Guru Madrasah (X2) ... 115

Tabel 4.6 Rangkuman Persepsi Responden tentang Kompetensi Motivasi kerja Guru Madrasah ... 119

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Skor Kinerja Mengajar Guru (Y) ... 121

Tabel 4.8 Rangkuman Persepsi Responden Kinerja Mengajar Guru ... 125

Tabel 4.9 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (X1), (X2), dan (Y) ... 126

Tabel 4.10 Test of Homogeneity of Variances ... 109

Tabel 4.11 Korelasi antara Variabel Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah (X1), Motivasi Kerja Guru Madarasah (X2), dan Kinerja Mengajar Guru (Y) ... 109

Tabel 4.12 Perhitungan Koefisien Determinasi Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah (X1) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y) ... . 132

Tabel 4.13 Anova Variabel Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah (X1) dengan Kinerja Mengajar Guru (Y) ... 133

Tabel 4.14 Perhitungan Regresi Variabel Kompetensi Manajerial Kepala adarsah (X1) dengan Kualitas Proses Pembelajaran (Y) ... 134

(5)

Tabel 4.16 Anova Variabel Motivasi Kerja Guru Madrasah (X2) dengan Kinerja Mengajar Guru (Y) ... 136 Tabel 4.17 Perhitungan Regresi Variabel Motivasi Kerja Guru Madrasah

(X2) dengan Kinerja mengajar guru (Y) ... 137 Tabel 4.18 Perhitungan Koefisien Determinasi Variabel Kompetensi

Manajerial Kepala Madrasah (X1) dan Motivasi Kerja Guru Madrasah (X2) Terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y) ... 138 Tabel 4.19 Anova Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah (X1) dan

Motivasi Kerja Guru Madrasah (X2) dengan Kinerja Mengajar Guru (Y) ... 139 Tabel 4.20 Perhitungan Regresi Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah

(6)

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian ... 17 Gambar 1.2 Alur Kerangka Berpikir ... 21 Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 35

Gambar 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Menurut

Utermeister ... 36 Gambar 2.3 Alur Pemikiran Dalam Mendalami Administrasi ... 40 Gambar 2.4 Tinjauan Hierarkis Administrasi, Manajemen, Kepemimpinan,

dan Hubungan Manusia ... 50 Gambar 4.1 Diagram Batang untuk Variabel Kompetensi Manajerial

Kepala Madrasah (X1) ... 110 Gambar 4.2 Diagram Batang untuk Variabel Motivasi Kerja Guru

Madarasah (X2) ... 116 Gambar 4.3 Diagram Batang untuk Variabel Kinerja Mengajar Guru ... 121 Gambar 4.4 Grafik Normalitas Variabel Kompetensi Manajerial Kepala

Madrasah (X1) ... 127 Gambar 4.5 Grafik Normalitas Variabel Motivasi kerja Guru Madrasah

(7)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia suatu bangsa sangat

ditentukan oleh tinggi rendahnya kualitas pendidikan yang dimilikinya. Tinggi

rendahnya kualitas pendidikan juga sangat bergantung pada sumber daya manusia

yang berkecimpung dalam dunia pendidikan bangsa itu. Oleh karena itu, untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa diperlukan tenaga

pendidik yang berkualitas.

Sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya manusia yang

memiliki kemampuan untuk bisa eksis dalam kehidupan. Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

menyatakan sebagai berikut.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Bahkan UNECO mencanangkan empat pilar pendidikan pada abad ke-21

yang perlu diterapkan konsepnya dalam pendidikan nasional, yaitu 1) learning to

know, atau belajar untuk mengetahui, 2) learning to do, yaitu belajar untuk

melakukan sesuatu/bekerja terampil, 3) learning to be, yakni belajar untuk

menjadi seseorang/pribadi, dan 4) learning to live together, yaitu belajar untuk

(8)

Keempat pilar pendidikan tersebut, Indra Djati Sidi, (2003: 26)

menegaskan sebagai berikut.

Dari keempat pilar tersebut diperoleh kata kunci berupa ‘learning how to learn’, sehingga pendidikan tidak hanya berorientasi pada nilai akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif saja, melainkan juga berorientasi pada bagaimana seorang anak didik bisa belajar dari lingkungan, dari pengalaman dan kehebatan orang lain, dari kekayaan dan luasnya hamparan alam, sehingga mereka bisa mengembangkan sikap-sikap kreatif dan daya berpikir imajinatif.

Upaya peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu keniscayaan,

sebab pendidikan harus mampu mengimbangi tuntutan perkembangan dinamika

kehidupan, serta mampu mencetak manusia sesuai dengan tuntutan zamannya.

Sebagai contoh dalam menjalani Asian Free Trade Area (AFTA), yang telah

digulirkan sejak 2003; menjalani Asia Pacific Economic Cooperation (APEC)

pada tahun 2010, dan lebih jauh menyongsong program dunia tanpa batas

(borderless world) pada tahun 2020.

Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia guna penyediaan

sumber daya manusia yang handal telah, sedang, dan harus terus dilakukan.

Berbagai inovasi dan pengembangan program pendidikan telah dilaksanakan, di

antaranya penyusunan kebijakan-kebijakan pemerintah dan implementasinya

tentang pendidikan dan unsur-unsur yang terkaitnya.

Namun secara kenyataan di lapangan kualitas pendidikan kita belum

meningkat secara signifikan. Terdapat berbagai indikator yang menunjukkan hal

tersebut, diantaranya, kita masih melihat antrian panjang warga negara Indonesia

melamar pekerjaan, masih ada keluhan dari beberapa perusahaan yang

(9)

perusahaan, lulusan sekolah belum mampu bersaing di dunia kerja, dan masih

terdapat lulusan sebuah sekolah belum bisa survive di masyarakat.

Terlebih lulusan sekolah menengah atas yang berada di bawah naungan

Departemen Agama, yakni Madrasah Aliyah. Secara akademik, hasil Ujian

Nasional Tahun Pelajaran 2009/2010, tingkat Kabupaten Sumedang, pada

program IPS, Madrasah Aliyah Negeri menempati ranking 11 dari 36 sekolah.

Sedangkan pada level Provinsi Jawa Barat, Madrasah Aliyah Negeri berada pada

posisi 33 antar sekolah dan Madrasah Aliyah. Indikator tersebut membuktikan

bahwa Madrasah Aliyah selalu berada di bawah bayang-bayang SMA dalam hal

prestasi akademik, walaupun hasil Ujian Nasional bukan satu-satunya tolok ukur

keberhasilan pendidikan di sekolah. Bukti lain yang otentik, di Perguruan Tinggi

Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta berkualitas, perbandingan mahasiswa yang

berlatar pendidikan Madrasah Aliyah dengan SMA sangat timpang, sangat sedikit

mahasiswa yang berasal dari Madrasah Aliyah.

Indikator yang tidak kalah penting adalah kepercayaan publik di

Kabupaten Sumedang terhadap Madrasah Aliyah dirasakan sangat kurang. Hal ini

terbukti dari jumlah siswa yang Madrasah Aliyah jauh lebih sedikit bila

dibandingkan dengan siswa SMA. Hal ini membuktikan bahwa kepercayaan

masyarakat kabupaten Sumedang untuk menyekolahkan anaknya ke madrasah

aliyah sangat kurang. Namun dari segi akhlak dan moral, Madrasah Aliyah bisa

membusungkan dada, dalam kenyataan di lapangan sangat jarang terjadi tawuran

(10)

Kondisi yang diuraikan di atas perlu disikapi dengan arif. Artinya, perlu

segera dilakukan pengkajian dan dianalisis, mengapa dan faktor apa yang menjadi

penyebab kondisi tersebut di atas sampai terjadi, sehingga pendidikan yang

berkualitas dan bermakna untuk semua mata pelajaran belum tercapai. Dengan

cara itu diharapkan pendidikan di Madarasah Aliyah lebih bersifat holistik

sehingga mampu mengembangkan seluruh potensi anak didik secara simultan.

Dengan lain perkataan, pendidikan harus mampu mengembangkan intelektualitas,

kecakapan dan keterampilan, serta akhlak peserta didik, sehingga mereka bisa

survive dalam kehidupan di lingkungannya.

Salah satu faktor yang menjadi tolak ukur keberhasilan madrasah adalah

kinerja guru. Kinerja guru dimaksud adalah hasil kerja guru yang terefleksi dalam

cara merencanakan, melaksanakan dan menilai proses pembelajaran yang

intensitasnya dilandasi oleh etos kerja, serta disiplin profesional guru dalam

proses pembelajaran tersebut. Kinerja merupakan hasil kerja yang secara kualitas

dan kuantitas yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja merupakan

perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang

dihasilkan oleh guru sesuai dengan perannya dalam tugas profesinya. Kinerja guru

merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya menciptakan pembelajaran

yang berkualitas untuk mencapai tujuan. Baik tidaknya kinerja guru dapat terlihat

dari kompeten tidaknya melaksanakan kompetensi-kompetensi yang harus

dimiliki seorang guru disamping kualifikasi akademik. Kompetensi merupakan

(11)

dihayati dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas sebagai seorang guru

secara profesional yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

Kompetensi guru ini terbagi pada empat hal yaitu kompetensi paedagogik,

kepribadian, sosial, dan profesional. Kinerja guru merupakan integrasi dari

keempat kompetensi tersebut. “Kinerja meliputi beberapa aspek yaitu, “Quality of

work (kualitas kerja), Promptness (ketepatan/kecepatan kerja), initiative (inisiatif),

capability (kemampuan /kompetensi), and communication (komunikasi)”.

Mulyasa (2006:138,150)

Hal ini senada dengan pendapat di atas adalah yang diungkapkan

UNESCO yang dikutip Tilaar (2004: 321) sebagai berikut.

Improving in quality of educational depends on first improving the recruitment, training, social status, and conditions of work of teacher; they need the appropriate knowledge and skills, personal characteristics, professional prospect and motivation if they are to meet the expectation placed upon them.

Adapun kualitas guru yang diharapkan dapat mencetak sumber daya

manusia Indonesia tersebut adalah memenuhi kriteria yang distandarkan dalam

Permen Diknas Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru, guru setidaknya harus memiliki kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Untuk mencapai standar tersebut di atas, kinerja mengajar guru

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru

antara lain lingkungan, prilaku manajemen, desain jabatan, penilaian kinerja,

(12)
(13)

Pendapat tersebut dikuatkan dengan pendapat Mangkunegara (2001 :

67-68) sebagai berikut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang ialah :

(1) Faktor kemampuan, secara umum kemampuan ini terbagi menjadi dua yaitu kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge dan skill).

(2) Faktor motivasi, motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi kerja.

Motivasi dalam bekerja dapat terjadi dalam dua cara, yakni motivasi

intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang

timbul akibat dari keinginan diri sendiri untuk mencari, menemukan, dan

menjalankan pekerjaan. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang

diberikan oleh orang lain, terutama atasan yang bersangkutan.

Motivasi ekstrinsik dapat memiliki pengaruh kuat dan cepat, akan tetapi tidak akan berlangsung lama. Sebaliknya, motivasi intrinsik, sangat memperdulikan mutu kerja akan memiliki pengaruh yang lama dan mendalam karena ia berasal dari dalam diri setiap individu dan tidak dipaksakan dari pihak luar (Soetisna, 2002: 124).

Guru merupakan tenaga edukatif yang berperan menjalankan tugasnya

dengan kompeten dan profesional, tidak hanya melakukan pengajaran atau

mentransfer ilmu pengetahuan tetapi juga dituntut untuk mampu memberi

bimbingan, keteladanan, pelatihan pada para peserta didik, dan pengabdian pada

masyarakat, serta melakukan tugas-tugas administratif lainnya.

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.

Mendidik artinya meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar

artinya meneruskan atau mentransfer, menegembangkan ilmu pengetahuan,

(14)

Kinerja mengajar guru akan sangat dipengaruhi oleh kualitas

kepemimpinan kepala madrasahnya. Hal ini berdasarkan pendapat Good

(Burhanuddin, 1994: 62), bahwa “Kepemimpinan adalah suatu kemampuan dan

kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing, dan mengarahkan atau

mengelola orang lain agar mereka mau berbuat sesuatu demi tercapainya tujuan

bersama”. Hal ini ditegaskan dengan pendapat, “Kepemimpinan pendidikan

adalah proses mempengaruhi semua personel yang mendukung pelaksanaan

aktivitas belajar-mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan di

madrasah”. Menurut Aan Komariah dan Cepi Triana, (2005: 81), “Kepemimpinan

memiliki kedudukan yang menentukan dalam organisasi”. Lebih lanjut beliau

mengatakan, “Pemimpin yang melaksanakan kepemimpinannya secara efektif

dapat menggerakkan personel ke arah tujuan yang dicita-citakan.” (Komariah dan

Triana, 2005: 81). Dari pendapat tersebut dinyatakan bahwa kepemimpinan

Kepala Madrasah dapat mempengaruhi kinerja guru sebagai bawahannya.

Oleh sebab itu Kepala Madrasah harus memenuhi kriteria Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala

Sekolah/Madrasah, baik standar kualifikasi ataupun standar kompetensi bagi

kepala Sekolah/Madrasah. Adapun standar kompetensi Kepala Madrasah yang

harus dimiliki seorang kepala sekolah/madrasah adalah kompetensi kepribadian,

kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan

kompetensi sosial.

Madrasah Aliyah merupakan suatu organisasi atau lembaga yang

memerlukan pengelolaan terpadu baik oleh guru sebagai pelaksana kegiatan

belajar mengajar di kelas maupun oleh Kepala Madrasah sebagai pengedali

(15)

pencapaian tujuan madrasah, serta tujuan individu yang ada pada lingkungan

madrasah. Di samping itu keterpaduan kerja guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran serta penciptaan situasi yang kondusif merupakan prasarat

keberhasilan tujuan madrasah.

Sebagai suatu organisasi pendidikan, madrasah yang mempunyai tugas

dan tanggung jawab besar terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Tugas

tersebut terlihat pada aktivitas pembelajaran dan administrasi madrasah yang

dikerjakan. Di samping kepimpinan Kepala Madrasah faktor lain yang

mempengaruhi kinerja guru adalah motivasi kerja. Di duga munculnya motivasi

kinerja guru yang baik akan melahirkan kinerja yang baik pula.

Kinerja mengajar guru yang baik dinggap mampu mendongkrak kualitas

pendidikan di madrasah. Guru sebagai pemegang kunci (key person) sangat

menentukan proses keberhasilan siswa. Sebagai key person, guru, harus

melaksanakan perilaku-perilaku mengenai: (1) kejelasan menyampaikan informasi

verbal maupun nonverbal, (2) kemampuan guru dalam membuat variasi tugas dan

tingkah lakunya, (3) sifat hangat dan antusias guru dalam berkomunikasi, (4)

perilaku guru yang berorientasi pada tugasnya tanpa merancukan dengan hal-hal

yang bukan tugas keguruannya, (5) kesalahan guru dalam menggunakan

gagasan-gagasan yang dikemukakan siswa dan pengarahan umum secara tidak langsung,

(6) perilaku guru yang berkaitan dengan pemberian kesempatan kepada siswanya

dalam mempelajari tugas yang ditentukan, (7) perilaku guru dalam memberikan

komentar-komentar yang terstruktur, (8) perilaku guru yang menghindari kritik

yang bersifat negatif terhadap siswa, (9) perilaku guru dalam membuat variasi

(16)

pengajarannya, dan (11) kemampuan guru mengalokasikan waktu mengajarnya

sesuai dengan alokasi waktu-waktu dalam perencanaan satuan pelajaran.

Berangkat dari latar belakang masalah tersebut di atas, untuk membuktikan

bahwa peningkatan kinerja mengajar guru madrasah dapat dipengaruhi

kompetensi manajerial Kepala Madrasah dan motivasi kerja guru tersebut, maka

penulis berinisiatif untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul

Kontribusi Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah dan Motivasi Kerja Guru

terhadap Kinerja Mengajar Guru Madrasah Aliyah di Kabupaten Sumedang.

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, penulis

dapat mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kinerja mengajar guru

Madrasah Aliyah di Kabupaten Sumedang. Banyak faktor yang mungkin

mempengaruhi kinerja mengajar guru Madrasah Aliyah dalam melaksanakan

tugas mulianya dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan anak bangsa.

Faktor-faktor tersebut teridentifikasi sebagai berikut.

1) Motivasi kerja guru yang kuat, baik motivasi internal ataupun eksternal

mampu meningkatkan kinerja mengajar guru.

2) Gaya kepemimpinan Kepala Madrasah yang sesuai dengan keinginan guru

mampu mendongkrak kinerja mengajar guru.

3) Kompetensi manajerial Kepala Madrasah yang kuat berpengaruh terhadap

kinerja mengajar guru Madrasah Aliyah, sehingga Kepala Madrasah harus

meningkatkan kinerja kepemimpinannya.

(17)

5) Sarana prasarana dapat mempengaruhi kinerja guru Madrasah Aliyah, oleh

sebab itu perlu adanya administrasi sarana prasarana yang baik.

6) Tingkat pendidikan guru Madrasah Aliyah berpengaruh terhadap kinerja

mengajarnya, oleh sebab itu perlu ada program peningkatan kualitas personil

dengan cara memberi kesempatan untuk melanjutksn studi atau megikuti

pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan pekerjaannya.

7) Disiplin kerja guru Madrasah Aliyah mempengaruhi kinerja mengajarnya,

sehingga perlu adaya motivator untuk meningkatkan kedisiplinan mereka.

8) Lingkungan madrasah berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru Madrasah

Aliyah, oleh sebab itu perlu diciptakan lingkungan madrasah yang kondusif.

Masalah-masalah di atas baik secara langsung maupun tidak langsung

dapat mempengaruhi kualitas kinerja guru Madrasah Aliyah yang pada gilirannya

akan mempengaruhi hasil dari kinerja guru tersebut.

C. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan

di atas, penulis merumuskan masalah penelitian ini adalah, “Apakah kompetensi

manajerial Kepala Madrasah dan motivasi guru berpengaruh terhadap kinerja

mengajar guru?” Rumusan tersebut diuraikan dalam pertanyaan penelitian

sebagai berikut.

1. Bagaimana gambaran kompetensi manajerial Kepala Madrasah Aliyah di

Kabupaten Sumedang?

2. Bagaimana gambaran motivasi kerja guru Madrasah Aliyah di Kabupaten

(18)

3. Bagaimana gambaran kinerja mengajar guru Madrasah Aliyah di Kabupaten

Sumedang?

4. Seberapa besar kontribusi kompetensi manajerial Kepala Madrasah Aliyah

terhadap kinerja mengajar guru?

5. Seberapa besar kontribusi dari motivasi kerja guru Madrasah Aliyah terhadap

kinerja mengajarnya?

6. Seberapa besar kontribusi kompetensi manajerial Kepala Madrasah Aliyah

dan motivasi kerja guru secara bersamaan terhadap kinerja mengajar guru?

D. Tujuan Penelitian

Setiap gerak langkah manusia dalam keadaan sadar sudah pasti memiliki

tujuan yang pasti dan direncanakan. Karena dengan niat atau tujuan yang jelas dan

terarah akan mendapatkan hasil yang tepat. Hal ini senada dengan pendapat

sebagai berikut, “Tujuan penelitian pada dasarnya merupakan titik anjak dan titik

tuju yang akan dicapai seseorang melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya.

Itu sebabnya setiap kegiatan penelitian harus mempunyai rumusan yang jelas,

terperinci, dan operasional” (Ali, M., 1982:8).

Oleh sebab itu, penulis dapat merumuskan dua macam tujuan penelitian

ini, yakni tujuan secara umum dan tujuan secara khusus. Adapun tujuan tersebut

adalah sebagai berikut.

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membuktikan

kontribusi dari kompetensi manajerial Kepala Madrasah dan motivasi guru

(19)

2. Tujuan Khusus

Adapun penelitian secara khusus adalah sebagai berikut.

a. Mengetahui gambaran kompetensi manajerial Kepala Madrasah Aliyah di

Kabupaten Sumedang.

b. Mengetahui gambaran motivasi kerja guru Madrasah Aliyah di Kabupaten

Sumedang.

c. Mengetahui gambaran kinerja mengajar guru Madrasah Aliyah di Kabupaten

Sumedang.

d. Menganalisis kontribusi dari kompetensi manajerial Kepala Madrasah Aliyah

terhadap kinerja mengajar guru.

e. Menganalis kontribusi motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru.

f. Menganalisis kontribusi kompetensi manajerial Kepala Madrasah dan

motivasi guru secara simultan terhadap kinerja mengajar guru.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara

teoretis ataupun secara praktis untuk mendongkrak kualitas pendidikan di tanah

air umumnya, dan khususnya peningkatan kualitas pendidikan di Madrasah

Aliyah yang ada di Kabupaten Sumedang. Secara teoretis, penelitian ini dapat

dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu manajemen pendidikan khususnya dalam

pengembangan pegawai. Temuan penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan

pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam pendidikan yang terkait

dengan peningkatan kinerja mengajar guru, kompetensi manajerial Kepala

(20)

Adapun manfaat yang diperkirakan diperoleh dari penelitian ini secara

praktis di antaranya adalah sebagai berikut.

1) Bagi penulis, menambah wawasan dalam bidang penelitian sehingga

mengetahui dengan pasti pengaruh kompetensi manajerial Kepala Madrasah

dan motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru madrasah sebagai

bekal peningkatan profesionalisme pada masa yang akan datang.

2) Bagi kepala madrasah, bisa mengambil manfaat dari hasil penelitian ini, dan

mereka berusaha meningkatkan kompetensi manajerialnya dalam rangka

memotivasi dan meningkatkan kinerja guru, yang pada gilirannya mampu

mendongkrak kualitas pendidikan.

3) Bagi para peneliti, sebagai masukan untuk dapat melakukan penelitian lebih

akurat dengan populasi dan sampel yang berbeda, sehingga bisa menguatkan

simpulan.

F. Asumsi

“Anggapan dasar, asumsi, atau postulat menjadi tumpuan segala

pandangan dan kegiatan terhadap masalah yang dihadapi. Postulat ini menjadi

titik pangkal, titik mana tidak lagi menjadi keraguan penyidik” (Surakhmad, 1989:

38). Pendapat yang mendukung hal tersebut adalah, “Fungsi asumsi adalah

sebagai titik awal dimulainya penelitian, dan merupakan landasan untuk

perumusan hipotesis” (UPI, 2010: 51). Berdasarkan kutipan di atas, penulis

merumuskan anggapan dasar untuk penelitian ini sebagai berikut.

Faktor kepemimpinan menempati posisi vital dalam kegiatan administrasi

(21)

manajemen. Untuk meyakinkan fungsinya seorang pemimpin dituntut

kemampuannya dalam menciptakan hubungan kerja kemanusiaan yang baik

(human relation). Human relation di sini diartikan sebagai keseluruhan rangkaian

hubungan, baik yang bersifat formal, antara atasan dan bawahan, atasan dengan

atasan, serta bawahan dengan bawahan yang lain harus dibina dan dipelihara

sedemikian rupa hingga tercipta suatu team work dan suasana kerja yang intim

dan harmonis dalam rangka pencapaian tujuan.

Kepemimpinan merupakan motor penggerak bagi sumber dan alat-alat

(human resources) sehingga tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Keberhasilan seorang pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya bukan

hanya ditentukan oleh tingkat keterampilan teknis saja akan tetapi lebih banyak

ditentukan oleh keahliannya dalam menggerakkan orang lain yang sering disebut

dengan managerial skill.

Dalam suatu organisasi pada kodratnya setiap orang akan terlibat. Dan

keterlibatannya itu dorongan untuk menyelesaikan kegiatan dengan baik (self

accomplishment), mencapai prestasi, dan memperoleh kepuasan dalam bekerja.

Dengan anggapan demikian, mereka sebaiknya diberi tanggung jawab tertentu

untuk mengambil keputusan dan menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan

kebijakan dan tujuan yang telah ditetapkan, di sinilah fungsi pemimpin sebagai

motivator yang tepat untuk saat ini adalah selain memberikan tanggung jawab

atau kepercayaan tertentu kepada bawahan, juga dapat dilakukan dengan

partisipasi kelompok, pengayaan kerja, persaingan yang sehat dan internalisasi

(22)

Syafri Mangkuprawira dan Aida berpendapat sebagai berikut.

Kepemimpinan adalah unsur yang fundamental dalam menghadapi gaya dan perilaku seseorang. Hal ini merupakan potensi untuk mampu membuat orang lain (yang dipimpin) mengikuti apa yang dikehendaki pemimpinan menjadi realita. Ia melibatkan unsur emosi yang pada kenyataannya dapat selalu mengalami ubahan (2007: 137).

Hal ini diperkuat Koontz, “Kepemimpinan adalah sebagai pengaruh, seni

atau proses mepengaruhi orang-orang sehingga mereka mau berjuang bekerja

secara sukarela dan penuh antusias ke arah ketercapaian tujuan kelompok”

(Burhanuddin, 1984: 62). Lebih lanjut, Siagian (2002: 62), mengemukakan

“Kepemimpinan memainkan peranan yang dominan, krusial, dan kritikal dalam

keseluruhan upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja, baik pada tingkat

individual, pada tingkat kelompok, dan pada tingkat organisasi”. Nanang Fattah

mengungkapkan, “Praktik manajerial adalah kegiatan yang dilakukan oleh

manajer. Kegiatan ini meliputi banyak aspek, namun aspek utama dan esensial

adalah perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengawasan” (Fattah,

2000: 13).

Kinerja mengajar guru merupakan faktor penentu kinerja madrasah.

Kinerja mengajar guru sebagai aktualisasi kompetensi profesionalnya dapat

dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal ataupun faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dirinya sendiri, sedangkan faktor

eksternal adalah faktor yang datang dari luar. Dalam hal ini faktor-faktor eksternal

antara lain budaya organisasi, gaya dan profesional kepemimpinan kepala

madrasah, imbalan (reward), hukuman (punishment), sistem penilaian kinerja,

(23)

R2X1Y

R2X2Y R2X1X2Y

Berdasarkan asumsi di atas, penulis mempunyai paradigma bahwa

kompetensi manajerial kepala madrasah sebagai pemimpin di madrasah, dan

motivasi guru mampu mempengaruhi kinerja mengajar guru untuk mencapai

tujuan madrasah sesuai dengan visi dan misi madrasah.

Kerangka berpikir penulis dalam penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut.

Gambar 1.1

Kerangka Berpikir Penelitian Keterangan:

X1 = Kompetensi Manajerial Kepalaq Madrasah

X2 = Motivasi Kerja Guru

Y = Kinerja Mengajar Guru

G. Kerangka Berpikir

1. Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah

Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi,

kompetensi manajerial adalah kemampuan Kepala Madrasah sebagai manajer.

Kemampuan tersebut adalah kemampuan Kepala Madrasah untuk melakukan

proses yang mencakup bagaimana cara mengkoordinasikan dan mengintegrasikan X1

Y

(24)

berbagai sumber untuk mencapai tujuan madrasah, dalam hal ini produktifitas dan

kepuasan, dengan melibatkan orang, teknik, dan struktur yang telah dirancang

dalam perencanaan.

Kegiatan manajerial meliputi berbagai aspek kegiatan. Menurut Nanang

Fattah, “Aspek utama yang esensial dalam manajerial adalah perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading), dan

pengawasan (controlling) (2000: 12).

Berkaitan dengan upaya Kepala Madrasah dalam mencapai tujuan

madrasah yang telah ditetapkan. Perilaku Kepala Madrasah harus dapat

mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan

penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun sebagai

kelompok. Perilaku instrumental merupakan tugas-tugas yang diorientasikan dan

secara langsung diklarifikasi dalam peranan dan tugas-tugas para guru, sebagai

individu dan sebagai kelompok. Perilaku pemimpin yang positif dapat mendorong

kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerja sama

dalam kelompok dalam rangka mewujudkan tujuan madrasah.

Dalam implementasinya, Kepala Madrasah merupakan motor penggerak,

penentu arah kebijakan madrasah, yang akan menentukan bagaimana

tujuan-tujuan madrasah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Sehubungan

dengan hal itu, Kepala Madrasah dituntut untuk meningkatkan efektivitas kinerja,

sehingga pendidikan dapat memberikan hasil yang memuaskan.

Kinerja kepemimpinan Kepala Madrasah adalah segala upaya yang

dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh Kepala Madrasah dalam

mengimplementasikan mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

(25)

mampu memainkan perannya sebagai kepala madrasah. Peran tersebut didukung

dengan kompetensi kepala madrasah. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala

Madrasah harus memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial,

kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial.

2. Motivasi Kerja Guru

Motivasi kerja mengandung arti dorongan kerja, yaitu kadar upaya yang

diarahkan seseorang untuk mencapai sasaran pekerjaan. Dalam konteks organisasi

motivasi kerja guru antara lain dipengaruhi oleh tampilan atau perilaku pimpinan.

Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja

sesorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja seseorang

tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi yang diberikan. Motivasi

kerja guru adalah suatu proses yang dilakukan untuk menggerakkan guru agar

perilaku mereka dapat diarahkan pada upaya-upaya yang nyata untuk mencapai

tujuan yang ditetapkan. Penelitian ini akan mengungkap motivasi kerja guru

dalam melaksanakan tugasnya dalam proses belajar mengajar diukur melalui

teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow yakni kebutuhan akan fsikologis,

kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan bersosial, kebutuhan akan penghargaan,

dan kebutuhan akan aktualisasi diri.

3. Kinerja Mengajar Guru

“Kinerja atau performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja,

pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja, atau unjuk kerja” (Mulyasa 2003:

136). Sedangkan pendapat Michel 1978 (dalam Mulyasa, 2003 : 138), ‘Kinerja

meliputi beberapa aspek, yaitu: quality of work, promptness, initiative, capability,

(26)

dan prestasi serta keterampilan yang ditunjukkan oleh seseorang di dalam

melakukan perbuatan atau pekerjaan” (Soeprihanto, 1998:7). Mulyasa (2003: 136)

mengatakan, “Kinerja atau performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja,

pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja, atau unjuk kerja”

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah pelaksanaan kerja,

unjuk kerja, dan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan sesuai dengan wewenang

dan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan organisasi, meliputi adanya

sasaran/target, kuantitas, kualitas, efektifitas dan efisiensi.

Sedangkan Rahman Abror (1993: 141) mengemukakan pendapatnya lebih

spesifik lagi menukik pada kinerja mengajar guru, yakni sebagai berikut.

Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi: (1) menguasai bahan yang diajarkan, (2) mengelola program pembelajaran, (3) mengelola kelas, (4) menggunakan sumber dan media, (5) menguasai landasan kependidikan, (6) mengelola interaksi pembelajaran, (7) menilai prestasi siswa.

Berdsarkan batasan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan kinerja mengajar guru adalah pelaksanaan atau unjuk kerja yang dilakukan

guru di madrasah, mulai dari penguasaan bahan ajar, perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran, refleksi

pembelajaran, dan kompetensi profesional guru.

Berdasarkan landasan berpikir seperti diuraikan di atas, secara pragmatis

(27)
(28)

H. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan yang diturunkan dari anggapan dasar sebagai

konsekuensi dari kebenaran yang dinyatakan pada anggapan dasar. Berdasar pada

batasan tersebut, penulis merumuskan hipotesis untuk penelitian ini sebagai

berikut.

1) Terdapat kontribusi yang signifikan dari kompetensi manajerial Kepala

Madrasah terhadap kinerja mengajar guru.

2) Terdapat kontribusi yang signifikan dari motivasi kerja guru terhadap kinerja

mengajar guru.

3) Terdapat kontribusi yang signifikan dari kompetensi manajerial Kepala

Madrasah dan motivasi guru secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar

guru.

H. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif

adalah metode penelitian yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan profil

variabel-variabel penelitian, mencari hubungan antarvariabel, menguji hipotesis,

mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas

yang tinggi.

Pengolahan data penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

kuantitatif. Hal ini dilakukan karena penelitian ini berusaha membuktikan teori

yang sudah ada, dengan cara membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan.

Sehingga data yang diperoleh dan diolah adalah data-data kuantitatif, yaitu data

(29)

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan sebagai bahan

kajian, penulis mengunakan teknik angket (kuisioner), kajian pustaka, dan studi

dokumentasi.

I. Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Madrasah Aliyah yang berada di Kabupaten

Sumedang, Provinsi Jawa Barat, yang terdiri dari Madrasah Aliyah Negeri dan

Madrasah Aliyah Swasta.

Data penelitian ini merupakan nilai persepsi guru, oleh sebab itu yang

dijadikan anggota populasi penelitian ini adalah seluruh guru Madrasah Aliyah

yang ada di Kabupaten Sumedang.

Sedangkan populasi yang ditarik menjadi sampel penelitian ini adalah

semua guru Madrasah Aliyah Negeri yang ada di Kabupaten Sumedang, yakni

MAN 1 dan MAN 2 Sumedang, dan semua guru dari beberapa Madrasah Aliyah

Swasta di Kabupaten Sumedang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan area sampling dan purposive sampling. Area sampling digunakan

untuk menentukan Madrasah Aliyah yang dijadikan lokasi penelitian, dalam hal

ini satu madrasah aliyah diambil sebagai wakil dari satu wilayah. Sedangkan

purposive sampling digunakan untuk mengambil sampel, yakni seluruh guru

(30)

152 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berangkat dari pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian, pada

bab ini penulis akan mengutarakan kesimpulan dan rekomendasi yang bersifat

sintetik. Hal-hal tersebut akan diuraikan secara terinci sebagai berikut.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian pada bab

empat, penulis dapat merumuskan kesimpulan sebagai berikut.

1. Kompetensi manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Sumedang

termasuk kategori sedang. Kompetensi manajerial Kepala Madrasah yang

paling baik berada pada dimensi pengawasan dan dimensi kepemimpinan.

2. Motivasi kerja guru Madrasah Aliyah di Kabupaten Sumedang termasuk

kategori baik.

3. Kinerja mengajar guru Madrasah Aliyah di Kabupaten Sumedang berada

pada kategori baik, dan akan semakin meningkat manakala guru mampu

mengidentifikasi potensi peserta didik dan memahami karakteristik peserta

didik, menggunakan media pembelajaran dan menggunakan teknologi

informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.

4. Terdapat kontribusi yang signifikan dari kompetensi manajerial Kepala

Madrasah terhadap kinerja mengajar guru sebesar 29,2%, ditunjukkan dengan

persamaan regresi Y = 32,661 + 0,681 X1. Hal ini berarti kinerja mengajar

guru dipengaruhi 29,2% oleh kompetensi manajerial kepala madrasah, dan

sisanya 70,8% dipengaruhi hal lain di luar kompetensi manajerial kepala

(31)

5. Terdapat kontribusi yang signifikan dari motivasi kerja guru Madrasah

terhadap kinerja mengajar guru sebesar 31,4%, serta memiliki persamaan

regresi liniernya Y = 71,424 + 0,473 X2. Hal ini berarti bahwa kinerja

mengajar guru dipengaruhi 31,4% oleh kompetensi manajerial kepala

madrasah, dan sisanya 68,6% dipengaruhi faktor lain di luar kompetensi

manajerial kepala madrasah.

6. Terdapat kontribusi yang signifikan dari kompetensi manajerial Kepala

Madrasah dan motivasi kerja guru secara bersama-sama terhadap kinerja

mengajar guru sebesar 32,6%. Kontribusi kompetensi manajerial Kepala

Madrasah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru memiliki

persamaan regresi Y = 52,754 + 0,277 X1 + 0,313 X2. Hal ini berarti kinerja

mengajar guru dipengaruhi oleh kompetensi manajerial Kepala Madrasah dan

motivasi kerja guru secara bersama-sama sebesar 32,6%, dan sisanya 67,4%

dipengaruhi faktor lain di luar gaya kepemimpinan Kepala Madrasah dan

kompetensi manajerial kepala madrasah.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan , penulis merumuskan

rekomendasi kepada pihak-pihak terkait demi peningkatan kinerja mengajar guru

sebagai berikut.

1. Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah

Pengembangan perencanaan atau rencana kegiatan, perlu memperhatikan

perencanaan (planning), pengorganisasin (organizing), kepemiminan (leadding),

dan pengawasan (controlling). Sebelum membuat perencanaan diawali dengan

(32)

Potensi guru senantiasa dipantau agar potensi tersebut bisa dikembangkan

bagi kepentingan madrasah, yang dilihat dari guru bukan dari sudut kekurangan,

tetapi dari segi kelebihannya. Untuk itu, sebagai manajer senantiasa dapat

mengenal kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh para tenaga kependidikan.

Kalaupun ada kekurangan harus menjadi tantangan untuk dapat diatasi.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan tenaga pendidik, antara lain

dengan memberi tugas-tugas yang cocok dan cukup menantang, memberi

kesempatan untuk melanjutkan pendidikan, serta memberi penghargaan pada

tenaga kependidikan yang berprestasi dalam pekerjaannya, serta memotivasi dan

memfasilitasi guru dalam menambah wawasan pengetahuannya dengan

melengkapi media informasi dan komunikasi yang modern seperti jaringan

internet di madrasah.

2. Motivasi Kerja Kepala Madrasah

Dalam rangka meningkatkan kinerja mengajar guru, Kepala Madrasah

perlu memiliki kemampuan untuk memotivasi guru, sehingga pada gilirannya

guru memiliki motivasi yang kuat untuk bersama-sama mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Hal ini disebabkan motivasi sebagai proses batin atau proses

psikologis yang terjadi pada diri seseorang, sangat dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Di samping faktor ekstern seperti lingkungan, pemimpin dan

kepemimpinannya dan lain-lain juga sangat ditentukan oleh faktor intern yang

melekat pada setiap orang bawahan seperti pembawaan, tingkat pendidikan,

(33)

3. Kinerja Mengajar Guru

Sesuai hasil temuan di lapangan, kinerja mengajar guru belum optimal.

Salah satu upaya optimalisasi kinerja guru adalah meningkatkan kompetensi

pedagogik dan kompetensi profesional pendidik, dengan menambah pengetahuan

dasar dengan cara membaca berbagai literatur, termasuk memanfaatkan kemajuan

teknologi komunikasi dan informasi untuk proses pembelajaran. Pelayanan yang

prima harus diberikan pada peserta didik bukan hanya pada peserta didik yang

normal, tetapi kepada yang bermasalah seperti peserta didik yang lambat belajar

(34)

156

DAFTAR PUSTAKA

Abror, R. (1993). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Akdon. (2007). Strategic Management for Educational Management. Bandung; Alfabeta.

Ali, Muhammad, Dkk. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press.

Aqib, Zaenal. (2002) Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendikia.

Bernadin, H.John & Joyce E.A. Russell.,1993, Human Resource Management, International Edition, Singapura: Mc.GrawHill, Inc

Black, James A., dan Dean J. Champion. 2001. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama

BSNP. (2007). Peraturan Mendiknas RI No. 16 Tahun 2007, tentang: Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: BSNP.

Burhanuddin. (1994). Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Castetter, W.B. (1996). The Human Resource Function in Educational Administration. New Jersey: Merrill, an Imprint of Prentice Hall

Danim, S. (2002). Inovasi Pendidikan: Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Fakry, Emy dan Rosmiati. (2003). Kepemimpinan Pendidikan, dalam Tim Dosen Administrasi Pendidikan. (2003). Pengantar Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Fattah, N. (2000). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Gaffar, F. (1989). Perencanaan Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Gibson, Ivancevich, dan Donnelly. (Terjemahan Nunuk Adriani). (1996). Organisasi. Jakarta: Binarupa Aksara

Hamalik, O. (2002), Pendidikan Guru: Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: SD. Bumi Aksara

Handoko, H. (1994). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.

Harsey dan Balncard. (Terjemahan Agus Darma. (1990). Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga.

(35)

Hasibuan, M.S.P. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Hoy, W.K. & Cecil G.M. (2001).Education Administration: Theory, Research, and Practice. New York: Mc GrawHill.

Komariah, Aan dan Cepi Triana. (2005). Visionary Leasership, Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Leonard. (2008) Pengaruh Motivasi Kerja dan Suasana terhadap Kinerja. Tersedia:

http://leoriset.blogspot.com/2008/09/pengaruh-motivasi-kerja-suasana.html. [3 September 2008]

Mangkunegara, S.Tb. dan Hubeis. (2001). Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia.

Mangkuprawira, S. dan Aida V. (2007). Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Maslow, Abraham H. (1993). Motivasi dan Kepribadian. Jakarta: Midas Surya Grafindo..

Mc.Millan, J. dan Sally Schumacher (2001). Research In Education. New York: Longman.

Mulyasa, E. (2003), Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, Bandung: SD. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2003). Menjadi Kepala sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Natsir, M. (2004). Akuntabilitas Kepemimpinan Manajerial Kepala Sekolah Dasar pada Era otonomi daerah Studi Kasus di Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau Tahun 2003 / 2004. Tesis, UPI Bandung: Tidak dipublikasikan

Nurkolis. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Nurmianto, Siswanto, “Perancangan Penilaian Kinerja Karyawan Berdasarkan Kompetensi Spencer Dengan Metode Analytical Hierarchy Process”. Jurnal Teknik Industri Vol. 8, No. 1, Juni 2006

Poster, C. (2000). Gerakan Menciptakan Sekolah Unggul. Jakarta: Lembaga Indonesia Aditama.

Prawirosntono, S. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia, Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPPE.

Purwanto, Ng. (2000). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Rahman et, al. Peran Strategis Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Sumedang: AKSI. 2005

(36)

SISDIKNAS. Bandung: Penerbit Citra Umbara.

Riduan dan Akdon. (2006). Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistik. Bandung: Alfabeta.

Riduan dan Akdon. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Robbins, S. (1994) Teori Organisasi: Struktur, Desain & Aplikasi. Jakarta: Arcan. Rusyan, A.T. dan Wasmin. (2008). Etos Kerja dalam Meningkatkan Produktivitas

Kinerja Guru. Jakarta: Intimedia.

Sahertian. (2000). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan: dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Sarwono, J. (2009). Statistik itu Mudah. Panduan Lengkap untuk Belajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Yogyakarta: Andi.

Sastrohadiwiryo, S. (2005). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Satori, D. (2000). Analisis Kebijakan Dalam Konteks Desentralisasi dan Otonomi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Schuller, S. (1987). Personnel and Human Resource Management. New York: West Publishing Company.

Siagian, S.P. (1996). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara Siagian, S.P. (2002). Organisasi Kepemimpinan dan Prilaku Administrasi. Jakarta:

Gunung Agung.

Sidi, I.D. (2001). Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta: Paramadina, Logos Wacana Ilmu.

Silahahi, U. (2002) Studi tentang Ilmu Administrasi: Konsep, Teori, dan Dimensi Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Silalahi, B. (1995). Manajemen Interaktif. Jakarta STIM-LPMI

Siswanto, H.B. (2005). Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Soetisna, D.A. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Soetisna Outline Series.

Sudrajat, A. (2008). Manajemen Kinerja Guru. Tersedia: http://id.wordpress.com/

tag/administrasi-pendidikan. [3 Februari 2008]

Sudrajat, A., Manajemen Kinerja Guru, http://id.wordpress.com/tag/

administrasi_pendidikan. diunduh 3 Februari 2008

Sugiaono. (1999) Metode Penelitian Administrasi.. Bandung: Alfabeta

(37)

Suprihanto, J. ( 1998 ). Penilaian Kinerja dan Pengembangan Tenaga Kerja. Yogyakarta: BPFE

Suryobroto, Sumadi. (1983). Metodologi Penelitian. Jakarta : CV. Rajawali.

Syafaruddin. (2002). Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Syafaruddin. (2008). Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Syamsudin, A.M. (1996), Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidikan: Pedoman dan Intisari Perkuliahan, Bandung: PPS-UPI

Tilaar, H.A.R. (1997). Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Tilaar, H.A.R. (2004). Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Rosda Karya Timpe, Dale A., (1989). Creativity. New York: Kend Publishing, Inc.

UPI. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

USAID, 2007. ”Studi Peran Kepala Sekolah Dan Komite Sekolah”.

www.mbeproject.net.).

Wahab, Azis. (2002). Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan (Materi Perkuliahan). Bandung: UPI

Wahjosumidjo, (2001). Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Westra, P. dkk. (1977). Enslikopedi Administrasi: Jakarta: Gunung Agung.

Winardi, (2007), Motivasi Dan Pemotivasian dalam Manajemen , Jakarta Raja

Yulk, Gary. (Terjemahan Jusuf Uday). (1994). Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Prenhallindo.

Zainun, B. (1994). Manajemen dan Motivasi. Jakarta: Balai Aksara.

Zamroni, 2005. “Manajemen Berbasis Sekolah : Piranti Reformasi Sistem Pendidikan”. www.diknas.go.id )

Gambar

Tabel 4.17 Perhitungan Regresi Variabel Motivasi Kerja Guru Madrasah (X) dengan Kinerja mengajar guru (Y) .......................................
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian
Gambar 1.2 Alur Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Kemajuan teknologi dewasa ini dan di masa-masa yang akan datang terutama di bidang informasi dan komunikasi telah menyebabkan dunia ini menjadi sempit

Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) bentuk-bentuk deiksis yang terdapat dalam karangan narasi siswa kelas XI SMK Batik 2 Surakarta, antara lain: (a)

Terdapat hubungan antara perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dengan kejadian ISPA pada BALITA di wilayah kerja

yang tepat agar return portofolio reksa dana menjadi lebih baik dibandingkan. dengan return pasar atau benchmark yang biasa dilihat dari

Efek Radioterapi Terhadap Jumlah Leukosit dan Kadar Hemoglobin pada Penderita Karsinoma Nasofarings.. Universitas

Bauran pemasaran merupakan perangkat/alat bagi pemasar yang terdiri atas berbagai unsur suatu program pemasaran yang perlu di pertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran

bimbingan Drs. Muthia Alinawati, M.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui hubungan motivasi kerja dengan kualitas kerja pegawai di Unit kerja Pusat

Ke-tiga, seorang remaja akan dianggap sebagai bagian dari kelompok jika ia berpenampilan atau bertingkah laku serupa dengan anggota kelompok lainnya, dan yang terakhir adalah