Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalahan ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian ... 12
E. Pembatasan Penelitian ... 13
F. Paradigma Penelitian ... 14
G. Asumsi dan Hipotesis ... 15
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Media Pembelajaran dalam Model Pembelajaran Taktis ... 25
1. Pengertian Media ... 25
2. Media Sebagai Alat Belajar dalam Pembelajaran Penjas Di Sekolah ... 26
3. Model Pembelajaran ... 28
b.1.Alat Pembelajaran Taktis dalam Permainan Bolavoli ... 42
b.1.1. Bola Standard ... 42
b.1.2. Bola Soft-Volley ... 44
B. Kemampuan Motorik ... 46
1. Pengertian Kemampuan Motorik ... 46
2. Jenis dan Klasifikasi Kemampuan Motorik ... 48
a. Klasifikasi berdasarkan ukuran dari jenis otot yang terlibat ... 48
b. Klasifikasi berdasarkan perbedaan gerakan ... 49
3 Kemampuan MotorikTinggi ... 49
4 Kemampuan Motorik Rendah ... 50
C. Hasil Belajar Keterampilan Bermain Bolavoli ... 53
1. Belajar dan Mengajar ... 53
2. Keterampilan Belajar Bermain Bolavoli ... 57
3. Permainan Bolavoli ... 62
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 67
B. Desain Penelitian ... 68
C. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional... 72
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 74
1. Populasi ... 74
2. Tes Bermain Games Performance Assesment Instrument Compenent
(GPAI) ... 84
F. Langkah-langkah Penelitian ... 85
G. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 86
H. Teknik Pengolahan Data ... 86
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 89
1. Deskripsi data ... 89
a. Deskripsi Data Hasil Pre-Test Keterampilan Bermain Bolavoli ... 89
b. Deskripsi Data Hasil Post-Test Keterampilan Bermain Bolavoli .... 91
2. Hasil Uji Normalitas data Hasil Belajar Keterampilan Bermain Bolavoli ... 92
a. Hasil Uji Normalitas Pre-Test dan Post-Test ... 93
3. Uji Homogenitas Data Keterampilan Bermain Bolavoli ... 95
a. Hasil Uji Homogenitas Pre-Test Keterampilan Bermain Bolavoli Terhadap Hasil Belajar Antara Kelompok Standard dan Kelompok Soft-volley ... 95
b. Hasil Uji Homogenitas Post-Test Keterampilan Bermain Bolavoli Terhadap Hasil belajar Antara Kelompok Standard dan Kelompok Soft-volley ... 96
b. Hasil Uji Kesamaan Pre-Test dan Post-test Kelompok Media
Pembelajaran Bola Soft-volley Kemampuan Tinggi ... 99
5. Uji Analisis Varians (ANAVA) ... 101
6. Uji Hipotesis Pengaruh Media Pembelajara dalam pembelajaran taktis dengan Kemampuan motorik ... 105
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 108
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 113
B. Implikasi ... 114
C. Saran ... 116
DAFTAR PUSTAKA ... 118
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 121
Tabel Halaman
2.1 Tingkat Kompleksitas Taktik dalam Pembelajaran Bolavoli ... 41
3.1. Desain Faktorial ... 69
3.2. Jumlah Laki-laki yang dijakdikan Sampel ... 76
3.3. Komposisi Sampel Eksperimen ... 77
3.4. Jadwal Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 87
4.1. Deskripsi Data Pre-Test Keterampilan Bermain Bolavoli ... 90
4.2. Deskrisi Data Post-Test Keterampilan Bermain Bolavoli ... 91
4.3. Hasil Uji Normalitas Pre-test dan Post-Tes Keterampilan Bermain Bolavoli ... 93
4.4.Hasil Uji Homogenitas Pre-test Keterampilan Bermain Bolavoli Terhadap Hasil Belajar Antara Kelompok Standard dan Kelompok Soft-volley ... 95
4.5. Hasil Uji Homogenitas Post-test Keterampilan Bermain Bolavoli Terhadap Hasil Belajar Antara Kelompok Standard dan Kelompok Soft-volley ... 96
4.6. Hasil Uji Kesamaan Pre-test dan Post-test Kelompok Media Pembelajaran Bola Standard Kemampuan Tinggi ... 98
4.7 Hasil Uji Kesamaan Pre-test dan Post-test Kelompok Media Pembelajaran Bola Standard Kemampuan Rendah ... 98
4.10.Hasil Uji Analisis Varians (ANAVA) ... 101 4.11.Uji Tes Akhir ... 102 4.12.Uji Tukey ... 104 4.13. Uji Hipotesis Pengaruh interaksi model pembelajaran Kemampuan Motorik siswa... 105
Gambar Halaman
1.1. Paradigma Penelitian ... 15
2.1. Pengajaran Permainan untuk Model Pemahaman ... 36
2.2. Latihan Formasi Segi Tiga ... 39
2.3. Bola Standar ... 43
2.4. Bola Soft-Volley ... 45
3.1. Tes servis ... 79
3.2. Tes Pasing Bawah ... 81
3.3. Tes Pasing Atas ... 83
3.4. Langkah-langkah Penelitian... 85
4.1. Deskripsi Data Pre-test Keterampilan Bermain Bolavoli ... 90
4.2. Deskripsi Data Post-test Keterampilan Bermain Bolavoli... 92
Lampiran Halaman
1. Model Pembelajaran Taktis ... 121
2. Daftar Tes Kemampuan Motorik ... 161
3. Daftar Tes Kemampuan Motorik Berdasarkan kategori Kemampuan Motorik tinggi dan rendah ... 163
4. Data Pre-test dan Post-Tes tiap Kelompok ... 164
5. Tes Normalitas ... 166
6. Tes Homegenitas ... 167
7. Uji t Media Pembelajaran Taktis bola Standard tinggi ... 168
8. Uji t Media Pembelajaran Taktis Bola Soft-volley tinggi ... 170
9. Uji t Media Pembelajaran Taktis Bola Standard Motorik Rendah ... 172
10. Uji t Media Pembelajaran Taktis Bola Soft-volley ... 174
11. Uji Analisis Varian (ANAVA) ... 176
12. Uji Hipotesis Pengaruh Interaksi ... 182
13. Surat Keterangan Pembimbing Tesis ... 183
14. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 184
15. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ... 185
16. Daftar Pembilang ... 186
17. Daftar table III (distribusi t) ... 187
18. Foto-foto Penelitian ... 188
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui aktivitas fisik yang di
dalamnya terdapat olahraga. Pelajaran olahraga dan kesegaran jasmani dalam
sistem pendidikan dipandang penting sehingga masuk ke dalam kurikulum
bidang studi wajib yang dinamakan bidang studi pendidikan jasmani dan
olahraga, seseorang pendidik yang ahli dibidangnya bertanggungjawab untuk
menyampaikan bidang studi tersebut kepada anak didiknya sehingga seseorang
yang bertanggungjawab mengajar bidang studi tersebut adalah guru pendidikan
jasmani.
Tujuan pendidikan jasmani seringkali didefinisikan dalam redaksi yang
berbeda-beda dari setiap ahli pendidikan, namun semua tujuan tersebut pada
dasarnya dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori tujuan yaitu : 1)
Perkembangan fisik, 2) Perkembangan gerak, 3) Perkembangan mental, dan 4)
Perkembangan sosial.
Pada kenyataannya perkembangan Pendidikan jasmani dan olahraga di
sekolah umumnya disampaikan dalam bentuk permainan dan olahraga. Materi
pembelajaran dalam bentuk olahraga atau permainan diberikan secara bertahap
dan mencerminkan karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri yaitu
Developmentally Approach Practice (DAP). Artinya tugas ajar yang diberikan
perubahan kemampuan anak tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus
sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik yang sedang belajar (Bahagia dan
Suherman, 2000 : 3).
Penyesuaian tugas ajar harus mampu mengakomodasi setiap perubahan
dan perbedaan karakteristik setiap individu serta mendorong ke arah perubahan
yang lebih baik. Untuk itu para guru dituntut memiliki bekal pengetahuan dan
keterampilan tentang strategi dan struktur permainan yang sangat berguna untuk
meningkatkan optimalisasi belajar siswa.
Pedoman dasar dalam praktik pembelajaran pendidikan jasmani dan
olahraga di sekolah adalah kurikulum yang di berlakukan. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) khususnya pada jenjang Sekolah Menengah Umum
(SMU), memiliki ruang lingkup kepada meningkatkan potensi fisik serta
membudayakan sportivitas, disiplin, kerjasama dan hidup sehat (Mulyasa, 2007:
49).
Olahraga permainan bolavoli merupakan salah satu cabang olahraga
permainan yang dijadikan sebagai alat untuk menyampaikan tujuan pendidikan
yang pelaksanaannya dapat dilakukan di sekolah-sekolah, dari mulai Sekolah
Dasar sampai Perguruan Tinggi. Permainan bolavoli tidak lagi hanya sebagai
olahraga rekreasi, akan tetapi telah berkembang menjadi bagian dari olahraga
pendidikan dan olahraga prestasi atau olahraga pertandingan.
Untuk mencapai prestasi bermain bolavoli, siswa di sekolah diajarkan
keterampilan bermain bolavoli yang terdiri dari Servis, Passing, Spike dan Block.
berani dan konsentrasi yang tinggi dalam jangka waktu yang relatif lama. Oleh
karena itu peran guru dituntut untuk menerapkan model pengajaran yang efektif
yang didukung oleh alat pembelajaran yang dapat menunjang proses
pembelajaran keterampilan bermain bolavoli.
Bolavoli merupakan suatu permainan olahraga yang pada awal ide
dasarnya permainan memantul-mantulkan bola (to volley) oleh tangan atau lengan
dari dua regu yang bermain di atas lapangan yang mempunyai ukuran-ukuran
tertentu (Dunpy dan Wilde, 2000: 2-4). Seseorang bermain bolavoli berawal dari
tujuan yang bersifat rekreatif, kemudian berkembang ke tujuan-tujuan untuk
mencapai prestasi yang tinggi, meningkatkan prestise diri atau bangsa dan negara,
memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani, memanfaatkan
waktu luang, bersosialisasi, bahkan saat ini ada sebagian pemain yang bertujuan
untuk kepentingan ekonomi dan bisnis.
Pembelajaran permainan bolavoli di sekolah idealnya menggunakan
bolavoli yang sebenarnya dengan kualitas bolavoli standar prestasi olah raga
internasional atau nasional yang ditetapkan, biasanya berharga relatif mahal.
Permasalahannya tidak banyak sekolah memiliki kemampuan untuk memenuhi
kualitas bolavoli sesuai standar dan siswa pemula mengalami kesulitan dalam
menggunakan bola standar. Berkaitan dengan hal tersebut banyak sekolah maupun
guru mensiasatinya dengan bola yang lebih sederhana dengan harga yang dapat
dijangkau. Bolavoli yang diusahakan keberadaannya oleh guru tersebut
merupakan bola yang mudah digunakan dalam pembelajaran bermain bolavoli
Dalam konsep pembelajaran permainan bolavoli siswa diberikan
pemahaman taktik bermain bolavoli untuk setiap siswa yang salah satunya harus
memiliki keterampilan memantulkan dan mengoperkan bola, setiap siswa
memiliki perbedaan kemampuan dan keterampilannya. Pembelajaran permainan
bolavoli agar tetap dapat berlansung, diperlukan pendekatan dengan menggunakan
bola yang lunak untuk mempermudah permainan.
Penggunaan bola soft-volley dalam pembelajaran permainan bolavoli dapat
memudahkan siswa dalam mengikuti pembelajaran dibandingkan dengan
menggunakan bola yang sebenarnya. Hal tersebut menjadi dasar penulis untuk
menjadikan suatu masalah untuk diteliti agar pembelajaran permainan bolavoli
lebih mudah dikuasai.
Peralatan dan sarana prasarana yang harus ada dalam permainan bolavoli
terdiri dari net, bola, dan lapangan. Penggunaan bolavoli sesuai standar prestasi
olah raga menjadi kendala pengadaannya di sekolah, sehingga diberikan alternatif
penggunaan bola soft-volley. Berdasarkan hal tersebut peneliti mencoba
mengungkap pemanfaatan media pembelajaran bola yang berbeda dalam
pembelajaran permainan bolavoli.
Keterampilan dasar dalam permainan bolavoli di sekolah yang
dikembangkan melalui media pembelajaran dalam model pembelajaran taktis dan
kemampuan motorik, merupakan permasalahan menarik untuk dikaji guna
meningkatkan kualitas hasil belajar keterampilan bermain bolavoli dan bagaimana
motorik mampu meningkatkan hasil belajar keterampilan bermain bolavoli bagi
siswa di sekolah.
Penerapan media pembelajaran bola diharapkan akan memberikan
kemudahan dalam belajar siswa untuk mencapai hasil belajar yang baik melalui
pembelajaran taktis bermain bolavoli di sekolah. Guru dihadapkan pada berbagai
permasalahan yang komplek seperti heterogenitas karakteristik siswa, sarana
prasarana, dukungan kolega yang rendah, motivasi berprestasi dan
profesionalisme rendah, sehingga seringkali menjadikan guru pendidikan jasmani
dan olahraga cenderung malas untuk mengajar (Yudha, 2008:15). Fenomena ini
mengindikasikan bahwa efektivitas pendidikan jasmani dan olahraga sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang satu sama lain saling berkaitan.
Peranan sarana dan prasarana pembelajaran khsususnya dalam pendidikan
jasmani dan olahraga sangat penting. Fasilitas pembelajaran pendidikan jasmani
dan olahraga berpengaruh paling besar dalam rangka meningkatkan motivasi
siswa di sekolah (Saputra, 2008:16), hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan
fasilitas pembelajaran di sekolah sudah menjadi keharusan karena dapat
meningkatkan efektivitas pembelajaran di sekolah.
Sudjana (1997:99) menjelaskan fungsi sarana dan prasarana sebagai
berikut:
Berdasarkan pengamatan penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa
pembelajaran permainan bolavoli di sekolah, guru pendidikan jasmani dan
olahraga cenderung masih menggunakan metode dan sarana pembelajaran yang
standar, fenomena ini menunjukkan rendahnya guru yang menerapkan bentuk
pembelajaran permainan bolavoli dengan menggunakan media pembelajaran
berupa alat-alat yang dimodifikasi terlebih dahulu, rendahnya kreativitas guru
pendidikan jasmani dan olahraga dalam memodifikasi alat bantu pembelajaran
merupakan permasalahan yang perlu dikaji dan dicarikan solusinya, jika
permasalahan ini tidak segera dituntaskan maka akan mempersulit peningkatan
prestasi siswa dalam permainan bolavoli di sekolah.
Hasil wawancara pendahuluan pada guru pendidikan jasmani dan olahraga
di SMU Lab. UPI menyatakan bahwa, peralatan dan sarana untuk pembelajaran
bolavoli disekolahnya masih menggunakan peralatan standar, tidak adanya upaya
modifikasi alat, pembelajaran permainan bolavoli dilakukan dengan sebenarnya.
Berdasarkan pernyataan tersebut menunjukkan pembelajaran permainan bolavoli
di sekolah masih menggunakan model pembelajaran yang penerapanya dengan
media khususnya bola yang sebenarnya, sehingga peningkatan dan kesungguhan
siswa dalam belajar bermain bolavoli berkurang. Dengan demikian, kreativitas
guru pendidikan jasmani dan olahraga dalam mensiasati keadaan tersebut sangat
dibutuhkan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan guru dengan cara
memodifikasi peralatan bolavoli yang mudah, meriah, dan tahan lama.
Modifikasi perlatan pembelajaran bolavoli sangat diperlukan dalam rangka
olahraga tidak hanya bergantung pada peralatan standar. Padahal tidak ada
ketentuan bagi siswa harus menggunakan peralatan yang lazim di pakai dalam
kegiatan berolahraga yang sebenarnya, oleh karena itu untuk kepentingan
pembelajaran siswa terbuka kesempatan bagi guru pendidikan jasmani dan
olahraga untuk membuat sendiri alat-alat sesuai kebutuhan guru dalam
menyampaikan bahan pelajaran melalui kreativitas dengan memanfaatkan
sumber-sumber lokal untuk mengatasi masalah siswa yang baru pertama kali
mengenal permainan bolavoli, mengingat tidak mudahnya menemukan peralatan
dengan ukuran standar dan harganya relatif mahal. Kesulitan pengadaan peralatan
dengan ukuran standar dan kurang memadai jumlahnya dapat menghambat
keberhasilan pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah. Hal ini
dikatakan Mutohir (1995:5) dalam sebuah penelitiannya mengatakan:
Bahwa dengan menggunakan peralatan standar, waktu gerak efektif per murid sangat rendah. Dengan waktu efektif per murid rendah maka sulit
untuk meningkatkan kesegaran jasmani maupun merangsang
pertumbuhan. Begitu pula tujuan-tujuan pendidikan jasmani sulit dicapai pula.
Pendapat tersebut menunjukkan pembelajaran pendidikan jasmani dan
olahraga dengan mengandalakan peralatan standar akan mempengaruhi efektivitas
belajar yang di harapkan, sedangkan mata pelajaran pendidikan jasmani dan
olahraga di sekolah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut.
1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan
dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai
2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik;
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar;
4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi
nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan;
5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab,
kerjasama,percaya diri dan demokratis;
6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang
lain dan lingkungan;
7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih
sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola
hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
Berdasarkan tujuan pendidikan jasmani dan olahraga di atas, maka proses
pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga khususnya melalui permainan
bolavoli, aspek fisik merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk
dikembangkan dari diri siswa. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa aspek fisik
sangat sulit dicapai secara optimal dikarenakan beberapa faktor seperti kurangnya
intensitas pembelajaran, rendahnya kreativitas guru, rendahnya sarana prasarana
pembelajaran, serta karakteristik siswa yang heterogen.
Pengamatan sementara menunjukkan bahwa, banyak siswa SMU baik
perempuan dan laki-laki yang memiliki kemampuan motorik rendah, hal ini
terlihat pada siswa dalam mempraktekkan gerak motorik seperti rendahnya
melempar bola secara tepat, menangkap bola, dan berlari secara cepat. fenomena
menemukan solusi guna mencapai tujuan pendidikan jasmani dan olahraga sesuai
harapan.
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga banyak hal
yang harus diperhatikan, diantaranya berkaitan dengan kemampuan gerak siswa
untuk mendukung keterampilan yang akan dipelajari. Dalam pendidikan olahraga,
ketangkasan yang dimiliki anak merupakan salah satu syarat tercapainya tujuan
proses pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah. Salah satu cara
yang dapat digunakan oleh guru pendidikan jasmani dan olahraga untuk
mensiasati hal tersebut dengan penggunaan media sebagai alat pembelajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan, substansi dan karakteristik siswa.
Menurut (Sudjana, 1991:2).
Penggunaan media alat pembelajaran yang tepat dapat mempertinggi hasil belajar, sebaliknya bila penggunaan media yang tidak sesuai dengan tingkat kemampuan anak, akan menjadi salah satu penyebab timbulnya kesalahan-kesalahan pada gerak dasar yang diajarkan.
Beberapa fenomena di atas, mendorong penelitian ini mengkaji
bagaimana penerapan media pembelajaran dalam pembelajaran taktis dan
kemampuan motorik mampu meningkatkan keberhasilan pembelajaran
keterampilan bermain bolavoli. Media yang digunakan sebagai alat pembelajaran
melalui bola soft-volley akan mempermudah siswa kelas X SMU dalam belajar
permainan bolavoli dan menyesuaikan dengan tingkat perubahan kemampuan
anak sehingga anak tidak merasa takut lagi untuk melakukan belajar permainan
bolavoli tersebut, khususnya bagi pemula sehingga menjadi lebih berani untuk
untuk bergerak, bila anak sudah aktif maka tujuan dari pembelajaran pun akan
cepat tercapai.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka penelitian difokuskan
untuk mengkaji secara mendalam penerapan media pembelajaran dalam
pembelajaran taktis dan kemampuan motorik untuk meningkatkan keberhasilan
pembelajaran keterampilan bermain bolavoli yang disusun melalui kajian ilmiah
yang berjudul Pengaruh Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Taktis
Dan Kemampuan Motorik Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bermain
Bolavoli.
B. Rumusan Masalah
Hasil belajar permainan bolavoli dipengaruhi beberapa faktor internal
maupun aksternal. Faktor internal meliputi fisik, bakat, minat, motivasi,
intelegensi, latar belakang pengalaman, kemampuan motorik, dan kemampuan
awal. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari lingkungan belajar, peralatan, latar
belakang guru, gaya mengajar, dan model pembelajaran.
Permasalahannya bagaimana penerapan media pembelajaran model
pembelajaran taktis dan kemampuan motorik dalam proses belajar permainan
bolavoli mempunyai pengaruh aktivitas yang lebih baik terhadap penguasaan
konsep dasar keterampilan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka
penelitian ini mengkaji sejauh mana pengaruh Media pembelajaran ( bola
soft-volley dan Bola standar) dalam pembelajaran taktis dan kemampuan motorik
terhadap hasil belajar keterampilan bermain bolavoli pada siswa Sekolah
Variabel utama penelitian terdiri dari variabel bebas Media pembelajaran
(bola standar dan bola soft-volley) dalam Model pembelajaran taktis, dan variabel
terikat (hasil belajar keterampilan bermain bolavoli), serta variabel atribut
(kemampuan motorik tinggi dan rendah).
Berdasarkan isu sentral permasalahan dan varibel penelitian, maka
rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara media pembelajaran dalam model
pembelajaran taktis dengan kemampuan motorik terhadap hasil belajar
keterampilan bermain bolavoli secara keseluruhan;
2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara media pembelajaran dalam model
pembelajaran taktis terhadap hasil belajar keterampilan bermain bolavoli pada
tingkat kemampuan motorik tinggi;
3. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara media pembelajaran dalam model
pembelajaran taktis terhadap hasil belajar keterampilan bermain bolavoli pada
tingkat kemampuan motorik rendah;
4. Apakah terdapat interaksi antara media pembelajaran dalam model
pembelajaran taktis dengan kemampuan motorik terhadap hasil belajar
keterampilan bermain bolavoli.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh antara media
pembelajaran dalam model pembelajaran taktis dengan kemampuan motorik
terhadap hasil belajar keterampilan bermain bolavoli;
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh antara media
pembelajaran dalam model pembelajaran taktis terhadap hasil belajar
keterampilan bermain bolavoli pada tingkat kemampuan motorik tinggi;
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan
antara media pembelajaran dalam model pembelajaran taktis terhadap hasil
belajar keterampilan bermain bolavoli pada tingkat kemampuan motorik
rendah;
4. Apakah terdapat interaksi antara media pembelajaran dalam model
pembelajaran taktis dengan kemampuan motorik terhadap hasil belajar
keterampilan bermain bolavoli.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan konsep baru mengenai
hasil belajar keterampilan bermain bolavoli dengan menggunakan alat
pembelajaran yang berbeda.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, khususnya
mengenai proses dan hasil belajar permainan bolavoli di SMU.
2. Secara Praktis
a. Sebagai bahan masukan kepada pihak sekolah khususnya dalam hal
b. Sebagai bahan masukan kepada guru pendidikan jasmani dan olahraga
tentang pentingnya modifikasi alat dan sarana prasarana pembelajaran
terhadap peningkatan proses dan hasil belajar Pendidikan jasmani dan
olahraga khususnya pembelajaran permainan bolavoli.
E. Pembatasan penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka ruang lingkup
penelitian dibatasi pada media pembelajaran dengan alat pembelajaran yang
berbeda (bola soft-volley dan bola standar) dalam model pembelajaran taktis
bermain bolavoli dan perbedaan kemampuan siswa motorik tinggi dan rendah
terhadap hasil belajar keterampilan bermain bolavoli.
Pembelajaran yang menjadi fokus penelitian ini adalah Model
pembelajaran taktis dengan alat belajar yang berbeda, yaitu pembelajaran dengan
bola standar dan bola soft-volley. Pembelajaran bola standar dicirikan dengan
pembelajaran permainan bolavoli yang sebenarnya dan siswa melakukan
pembelajaran permainan bolavoli dengan bola sebenarnya. Sedangkan
pembelajaran bola soft-volley, siswa melakukan pembelajaran permainan bolvoli
dengan bola soft-volley yang mudah dimainkan.
Materi pembelajaran yang diberikan adalah keterampilan bermain
bolavoli dengan pendekatan taktis. Hasil belajar diukur setelah melalui proses
pembelajaran dengan mengacu pada tes keterampilan bermain bolavoli yang
dikonstruksikan oleh Strand dan Wilson (1993 :144). Secara oprasional penelitian
ini mencakup tiga variabel, yaitu; (1) Variabel bebas, yang terdiri dari Media
terikat, yaitu hasil belajar keterampilan bermain bolavoli, dan (3) Variabel atribut,
berupa tingkat kemampuan motorik tinggi dan rendah.
Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2.
Jumlah sampel dari populasi 130 siswa laki-laki kelas X dan di tentukan 50 % dari
jumlah populasi yaitu 64 siswa dengan cara random. Kegiatan penelitian
dilakukan selama 2 bulan di Lapangan bolavoli SMU Lab. UPI. Frekuensi
pembelajaran masing-masing kelompok tiga kali seminggu (16 pertemuan)
dengan alokasi waktu setiap pertemuan adalah 90 menit. Dua pertemuan awal,
(pertemuan ke 1 dan 2) melakukan tes kemampuan motorik, tes awal dan dua
pertemuan terakhir (pertemuan ke 19 dan 20) melakukan tes akhir, dengan
demikian jumlah total pertemuan sebanyak 20 kali.
F. Paradigma penelitian
Untuk melihat pengaruh dan keterkaitan antar variabel, maka paradigma
[image:23.595.112.513.232.715.2]penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
G. Asumsi dan Hipotesis
1. Asumsi
Agar penelitian ini mempunyai landasan yang kuat tentang kedudukan
permasalahan yang dihadapi, maka ditetapkan beberapa asumsi sebagai landasan
atau sebagai ungkapan dasar yang dijadikan teori dalam proses penelitian sebagai
berikut:
a. Penggunaan media alat pembelajaran yang berbeda dalam model
pembelajaran taktis, diduga akan menghasilkan perilaku yang berbeda
Model pembelajaran terbaik merupakan proses mata rantai teori ke proses
spesifik yang mana seorang guru perlu mempromosikan ruang olah raga.
Masing-masing model adalah sejenis, seorang guru perlu mengikuti dan membantu para
siswa belajar pendidikan jasmani dan olahraga.
Permainan bolavoli merupakan salah satu materi pembelajaran pendidikan
jasmani yang isinya aktivitas permainan dengan menampilkan beberapa
keterampilan gerak. Permainan bolavoli termasuk kelompok keterampilan
terbuka (open skill) yaitu suatu keterampilan yang dalam pelaksanaan geraknya
selalu dipengaruhi oleh lingkungan (stimulus yang berubah-ubah, sehingga pelaku
tidak dapat merencanakan suatu jawaban (respon) yang serasi. Perubahan
stimulus tersebut ada yang mudah diprediksi, bahkan ada juga yang tidak dapat
diprediksi, oleh sebab itu penggunaan model pembelajaran haruslah yang tepat.
Menurut Metzler (2000:130) bahwa, “Model is often used to describe a good
example of personal characteristics.” Abin Syamsudin (2000:7) memaparkan
bahwa, “Model dimaknai sebagai pedoman melakukan aksi, memiliki sifat sangat
keputusan pelaksanaan, dan sangat besar pengaruhnya terhadap keseluruhan
organisasi pembelajaran.
Model pembelajaran yang dianggap cocok untuk mempelajari
keterampilan bermain bolavoli haruslah dapat mengadaptasi
perubahan-perubahan pada diri sisiwa, sesuai perubahan-perubahan yang terjadi dalam permainan
bolavoli sesungguhnya. Semakin sesuai perubahan lingkungan belajar yang
diciptakan dalam model pembelajaran dengan permainan atau pelaksanaan
belajar bermain bolavoli, semakin cocok model tersebut untuk digunakan jika
faktor-faktor lain yang mempengaruhinya dapat dikendalikan. Metzler (2000)
dalam Saputra (2009:12) berpendapat, suatu model pembelajaran mengacu pada
suatu rencana yang terpadu dan menyeluruh untuk mengajar, meliputi suatu
landasan teoritis, statemen dari hasil belajar yang diharapkan, pengetahuan
keahlian guru, pengembangan diri dan aktivitas belajar, harapan untuk guru dan
perilaku siswa, struktur tugas unik, hasil penilaian terpelajar, dan cara untuk
memverifikasi implementasi model sendiri.
Dalam penelitian ini model merupakan sesuatu contoh yang dapat
dihasilkan atau dikembangkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan
olahraga, dengan harapan model tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa
di SMU. Menurut Griffin, Oslin, & Mitchell, (1997) dan Metzler, (2000: 354)
model pembelajaran pendekatan taktik merupakan model yang sering diterapkan
pada permainan olahraga dengan lebih menekankan kepada pemahaman taktik
bermain. Dengan demikian model yang digunakan adalah model pembelajaran
standar pada mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga khususnya dalam
materi permainan bolavoli di tingkat SMU.
Mengacu pada isu perbedaan karaktersitik antara model pembelajaran bola
soft-volley dan bola standar dihubungkan dengan karakteristik permainan bolavoli,
maka dalam penelitian ini diajukan asumsi “ bahwa penggunaan dua perlakuan
yang berbeda, diduga akan menghasilkan perilaku yang berbeda pula”. Dengan
demikian, model pengajaran mempunyai dasar teoritis yang kuat, dan telah
menjadi banyak objek riset dalam implementasi dan pengembanganya. Setiap
sekolah pada umumnya memastikan bahwa model dapat digunakan secara efektif
dan efesien dalam mencapai tujuan pembelajaran yang harapkan. Jelas bahwa
suatu model pembelajaran menjadi suatu aspek penting dalan proses pembelajaran
pendidikan jasmani di sekolah.
b. Perbedaan kemampuan motorik akan berpengaruh terhadap penguasaan
hasil belajar
Bagi siswa yang memilki tingkat kemampuan motorik tinggi, penggunaan
alat belajar bola soft-volley yang memberikan kemudahan dalam melakukan
pembelajaran dengan alasan penggunaan bola yang mudah dimainkan. Berbeda
dengan permainan bolavoli sesungguhnya dengan penggunaan bola yang
sebenarnya kesiapan siswa dalam belajar menjadi masalah, seperti rasa takut,
kepercayaan diri, dan efektivitas dalam pembelajaran.
Keterampilan gerak dalam suatu cabang olahraga merupakan dasar yang
harus dikuasai. Dengan keterampilan gerak yang dimiliki akan memudahkan
memperhatikan tingkat kemampuan, alat belajar yang cocok, dan model
penerapannya. Keterampilan gerak seseorang pada dasarnya dapat ditingkatkan
melalui proses latihan atau pembelajaran. Dalam proses pelatihan atau
pembelajaran keterampilan gerak mengalami beberapa fase sebagai tahapan yang
menyenangkan siswa, sehingga ada peningkatan keterampilan yang dilatih.
Berkaitan dengan hal ini Magil (1985) dalam Rusli Lutan (1988:115),
menyatakan terdapat tiga macam tahapan pembelajaran gerak yaitu :
1. Fase Kognitif, yaitu fase penyampaian informasi tentang konsep gerak dari suatu penampilan.
2. Fase Asosiatif, yaitu ditandai dengan pelaksanaan tugas gerak yang semakin efesien dalam latihan atau belajar gerak.
3. Fase Otomatisasi, yaitu pada fase ini keterampilan gerak yang dipelajari sudah dapat ditampilkan secara cepat, tepat dan cermat.
Dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, kemampuan
motorik seorang siswa menjadi hal yang sangat mendasar, jika seorang anak
memperlihatkan penampilan sedemikian cepat menguasai suatu gerakan dengan
kualitas atau kuantitas yang baik, maka anak tersebut dapat dikatakan memiliki
tingkat kemampuan motorik yang baik. Sehingga seorang anak memungkinkan
dapat mempelajari gerakan lain atau gerakan-gerakan baru dengan cepat dan
dengan cepat mampu mempelajari gerakan-gerakan baru yang relatif melekat
permanen pada setiap diri individu. Misalnya seorang anak dengan kemampuan
motorik yang baik, maka anak tersebut akan mudah mempelajari keterampilan
bermain bolavoli dengan cepat dan tepat. Sedangkan kemampuan motorik yang
rendah akan memberikan pengaruh dalam persiapan siswa dalam menerima
pembelajaran, apalagi dengan kondisi materi ajar atau alat belajar dalam
Menurut Mahendra dan Ma’mun (1988:129-130), tujuan pembelajaran
gerak adalah “Harus berakhir dengan adanya suatu produk tertentu, maka
produk itu pastilah penguasaan keterampilan”. Keterampilan dari seseorang
dalam tugas gerak tertentu akan menentukan seberapa besar kemampuan orang itu
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan dengan derajat keberhasilan yang
tinggi.
Sebagaimana telah diuraikan di atas tentang pengertian pembelajaran
gerak, bahwa pembelajaran gerak dapat dicapai dengan cara pembelajaran atau
melalui pengalaman gerak. Tujuan pembelajaran gerak pada anak untuk
mengajarkan keterampilan yang baru atau menyempurnakan keterampilan yang
sudah lajim dikuasai. Dalam penelitian ini, kemampuan motorik siswa merupakan
karakteristik individu yang melekat dan dimiliki oleh setiap siswa
Berdasarkan uraian di atas, diduga bahwa pada taraf kemampuan motorik
tinggi hasil belajar keterampilan bermain bolavoli siswa yang menggunakan alat
belajar bola standar (sebenarnya) akan lebih baik dari kelompok yang
menggunakan bola soft-volley. Bagi siswa yang kemampuan motoriknya rendah
penggunaan bola soft-volley akan lebih baik dari penggunaan bola standar
(sebenarnya) dan tidak berpengaruh terhadap hasil belajar keterampilan bermain
bolavoli.
Dengan demikian dapat diajukan proposisi “perbedaan kemampuan
motorik siswa saat memasuki/memulai pembelajaran diduga akan berpengaruh
c. Terdapat interaksi antara media pembelajaran dalam model pembelajaran
taktis dan kemampuan motorik yang berpengaruh terhadap hasil belajar
keterampilan bermain bolavoli
Proses belajar akan efektif jika yang dipelajari berhubungan dengan
pengalaman belajar sebelumnya, artinya semakin banyak kesesuaian pengalaman
belajar dan menunjang hal baru yang dipelajarinya maka semakin cepat pula hal
baru tersebut dikuasainya, dan sebaliknya akan menjadi lambat penguasaanya jika
pengalaman belajar sebelumnya tidak atau kurang sesuai dengan hal baru yang
dipelajarinya tersebut.
Permainan bolavoli termasuk dalam kelompok keterampilan terbuka, yang
dipengaruhi oleh lingkungan yang selalu berubah-ubah. Tanpa memiliki banyak
pengalaman belajar, akan sulit seseorang untuk mempelajari keterampilan
bermain bolavoli sampai tingkat yang baik, dan akan lebih sulit lagi jika
penggunaan media dalam model pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai
dengan karakteristik permainan pada tingkat pengalaman belajar siswa sebelum
memasuki proses pembelajaran.
Siswa perlu mengalami peningkatan dalam pembelajaran yang harus
dikembangkan sebagai suatu perubahan dalam berbagai hal yang memperlihatkan
interaksi dari keadaan sebelumnya. Dalam penelitian ini yang dimaksud
pengembangan adalah suatu perubahan dalam model pembelajaran pendidikan
jasmani dan olahraga dari yang sudah ada dan sedang dilaksanakan dengan
melibatkan berbagai aspek. Nilai-nilai yang didapat dari pengembangan pada
model yang dicobakan ke depan antara lain mendapatkan: sebuah model
yang lebih bermakna dan memberikan perubahan berarti terhadap upaya
meningkatkan hasil belajar siswa di SMU. Suherman (2000:1) menjelaskan
bahwa, modifikasi pembelajaran merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh
guru pendidikan jasmani dan olahraga agar pembelajaran pendidikan jasmani dan
olahraga mencerminkan “Developmentally Approach Practice” (DAP) esensinya
untuk menganlisa sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara
meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial.”
Adapun tujuan dan fungsi pengembangan merupakan perbaikan model
yang tergambar dalam kemampuan guru memodifkasi alat bantu pembelajaran
bolavoli. Kualitas kinerja guru pendidikan jasmani SMU terlihat dari seberapa
jauh guru mampu menampilkan tugas yang diberikan dengan tingkat keberhasilan
tertentu. Jika tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas tinggi, berarti
kemampuan yang dilakukannya efektif dan efisien. Media sebagai alat pengajaran
dapat mempertinggi proses belajar siswa yang pada gilirannya dapat
mempertinggi hasil belajar yang dicapai” (Sudjana, 1991:2).
Penggunaan media alat pembelajaran yang tepat dapat mempertinggi hasil
belajar, sebaliknya bila penggunaan media yang tidak sesuai dengan tingkat
kemampuan anak, akan menjadi salah satu penyebab timbulnya
kesalahan-kesalahan pada gerak dasar yang diajarkan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dan memperhatikan fenomena di
lapangan, dapat diajukan proposes bahwa “belajar keterampilan bermain bolavoli
belajarnya bila dibandingkan dengan belajar dengan tanpa dimodifikasi”. dengan
alasan :
1. Peralatan dan sarana prasarana untuk bermain bolavoli yang dimodifikasi dan
dipergunakan sebagai media pembelajaran dapat membantu meningkatkan
hasil belajar pada keterampilan dasar permainan bolavoli.
2. Dengan peralatan dan sarana prasarana yang dimodifikasi maka dapat
mengurangi hambatan dalam PBM keterampilan dasar bermain bolavoli bagi
siswa tingkat Sekolah Menengah Umum (SMU).
3. Belajar dengan peralatan dan sarana prasarana yang dimodifikasi akan
meningkatkan motivasi siswa untuk terus melakukan tanpa rasa takut, dan
dapat mengatasi kesalahan-kesalahan gerak yang mungkin terjadi.
4. Kesempatan siswa untuk melakukan gerakan yang diajarkan akan lebih
banyak.
Tingkat penguasaan keterampilan bermain bolavoli siswa SMU Lab UPI
dapat dikelompokan dalam dua kategori, yaitu kategori tinggi dan rendah. Hal ini
disebabkan antara lain adanya perbedaan belajar di kelas-kelas sebelumnya (TK
hingga SMP), perbedaan berlatih di luar sekolah, perbedaan bakat, atau perbedaan
struktur anatomis dari masing-masing siswa. Oleh sebab itu guru perlu
memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna, dengan melalui rekayasa
penggunaan model pembelajaran yang dapat mendukung perbedaan tingkat
penguasaan motorik yang dimiliki setiap siswa sebelum memasuki proses
Sehubungan dengan efektivitas hasil belajar keterampilan bermain bolavoli
yang memiliki karakteristik keterampilan terbuka, maka model pembelajaran bagi
kelompok siswa yang memiliki tingkat kemampuan motorik tinggi harus
dibedakan dengan penggunaan model pembelajaran bagi kelompok yang
mempunyai tingkat kemampuan motorik rendah. Dengan adanya perbedaan
perlakuan tersebut diharapkan hasil belajarnya dapat ditingkatkan sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka “diduga
terdapat interaksi antara penggunaan media dalam model pembelajaran taktis dan
tingkat kemampuan motorik terhadap hasil belajar”.
2. Hipotesis
Atas dasar uraian pada asumsi di atas, maka hipotesis yang saya ajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;
H1 : Secara keseluruhan terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara
media pembelajaran dalam model pembelajaran taktis terhadap hasil
belajar keterampilan bermain bolavoli.
H2 : Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara media pembelajaran
dalam model pembelajaran taktis terhadap hasil belajar keterampilan
bermain bolavoli pada tingkat kemampuan motorik tinggi.
H3 : Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara media pembelajaran
dalam model pembelajaran taktis terhadap hasil belajar keterampilan
H4 : Terdapat interaksi antara media pembelajaran dalam model pembelajaran
taktis dengan kemampuan motorik terhadap hasil belajar keterampilan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media
pembelajaran dalam model pembelajaran taktis di sekolah menengah atas SMU
LAB UPI. Dua media pembelajaran bola standard dan bola soft-volley standard
dalam model pembelajaran taktis terhadap hasil belajar keterampilan bermain
bolavoli. Maka diperlukan data berupa skor yang menunjukkan perbedaan
pengaruh hasil belajar keterampilan bermain bolavoli.
Dalam penelitian ini model pembelajaran taktis dengan menggunakan bola
standard dan soft-volley adalah faktor yang mempengaruhi terhadap hasil belajar
keterampilan bermain bolavoli siswa oleh karenanya perolehan skor penguasaan
keterampilan bermain dapat diobservasi dan dianalisis berdasarkan hasil tes
setelah mendapatkan perlakuan. Untuk itu prosedur yang ditempuh dalam
penelitian ini adalah menjabarkan tentang metode penelitian , variable penelitian,
populasi dan sampel, instrument penelitian, langkah-langkah penelitian, serta
pengolahan dan analisis data yang digunakan.
Penelitian ini menggunakan motode eksperimen. Penggunaan motode
eksperimen ini disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu ingin mengetahui hasil
yang diujicobakan, sehingga hubungan sebab akibat antara kelompok yang satu
dengan yang lainnya akan menjawab masalah penelitian yang diajukan. Seperti
Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua factor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminir atau mengurangi atau menyisihkan factor-faktor lain yang bisa mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan
Lebih jelas lagi Hyllegard (1996:43) adalah : “The goal of experimental
research is to explore and understand cause and effect relationship and based the
manipulation and measurement of variables”. Jadi eksperimen adalah suatu cara
untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat antara dua variable atau lebih yang
akan diselidiki.
McMillan & Schumacer (1989) dalam Creswell (1994: 117)
mengungkapkan:
‘An experiment tests cause-and-effect relationships in which the researcher randomly assigns subjects to groups. The researcher manipulates one or more independent variables and determines whether these manipulations cause an outcome.’
Maksudnya hubungan tes percobaan dengan metode sebab akibat dimana
peneliti secara acak memberikan tugas kepada kelompok-kelompok. Peneliti
memanipulasi satu variabel atau lebih dan menentukan apakah manipulasi ini
menyebabkan suatu hasil. Berdasarkan ke tiga pendapat di atas, penelitian
eksperimen adalah penelitian yang paling meyakinkan tentang variabel yang
diteliti, karena dalam penelitian eksperimen peneliti memberikan perhatian serta
kontrol penuh terhadap variabel yang dimanipulasi.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan sebagaimana peryataan di atas, maka
Digunakannya desain faktorial tersebut karena aksperimen dalam penelitian ini
melibatkan dua variabel independen (Model pembelajaran taktis dan kemampuan
motorik) yang masing-masing terdiri dari dua taraf. Model pembelajaran taktis
(bola standard dan bola soft-volley) dan kemampuan motorik (tinggi dan rendah).
Penentuan desain penelitian merujuk pada Sugiyono (2008 : 113) yaitu Desain
[image:36.595.114.514.251.710.2]Faktorial seperti pada tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 3.1 Desain Faktorial T1 T1 T1 T1 A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 T2 T2 T2 T2 Keterangan
T1 = Pre-test
T2 = Post-test
T2-T1 = Peningkatan Belajar
A1 = Model pembelajaran taktis bola Standard
A2 = Model pembelajaran taktis bola Soft-volley
B1 = Kemampuan motorik tinggi
B2 = Kemampuan motorik rendah
A1B1 = Model pembelajaran taktis bermain dengan bola standard pada siswa yang mempunayi keterampilan motorik tinggi.
A2B2 = Model pembelajaran taktis bermain dengan bola soft-volley pada siswa yang mempunyai keterampilan motorik rendah.
A2B2 = Model pembelajaran taktis bermain dengan bola soft-volley pada siswa yang mempunayi keterampilan motorik rendah.
Menurut Hyllegard, et.al., (1996) hasil dari eksperimen yang
menggunakan desain faktorial akan diperoleh informasi; ”(1) kontribusi
masing-masing variabel independen terhadap hasil perlakuan, dan (2) interaksi di antara
variabel-variabel yang dilibatkan”.
Keuntungan dari penggunaan desain faktorial pada penelitian eksperimen
adalah kemampuan untuk memperoleh imformasi mengenai interaksi di antara
variabel-variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen.
Agar rancangan penelitian yang dilaksanakan memadai untuk pengujian
hipotesis dan untuk meyakinkan skor keterampilan bolavoli merupakan hasil
perlakuan yang dapat digeneralisasikan terhadap populasi, maka dilakukan
pengontrolan terhadap berbagai kemungkinan yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian. Pengontrolan tersebut yaitu berupa:
1. Validitas Internal
Pengontrolan validitas internal merupakan upaya pengendalian terhadap
variabel-variabel yang doperkirakan dapat menimbulkan interpretasi lain.
Menurut Christen (1988 : 141) kontrol validitas internal yaitu ”usaha
mengendalikan proses eksperimen agar efek menimbulkan benar-benar terjadi
oleh karena perlakuan yang dikondisikan.”
Kemudian menurut Gay (1981 : 211) validitas internal merupakan
bebas, dan variabel bebas. Oleh karena itu diperlukan pengendalian terhadap
unsur-unsur yang diperkirakan dapat mempengaruhi hasil eksperimen.
Pengontrolan dilakukan agar hasil pembelajaran taktis keterampilan
bermain bolavoli yang diamati benar-benar akibat dari perlakuan, yaitu
penggunaan media pembelajaran bola standard dan bola soft-volley .
Variabel yang dikontrol adalah:
a. Berkaitan dengan ada atau tidaknya keterlibatan tambahan atau peristiwa lain
anggota sampel pada saat eksperimen. Upaya yang dilakukan adalah agar
proses belajar mengajar pada kedua kelompok yang ditelit dalam situasi dan
kondisi yang relatif sama, mengatur rencana eksperimen secara jelas, teratur,
dan terjadwal dengan baik serta menyarankan agar selama mengikuti aktivitas
belajar, anggota sampel tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan pembelajaran
keterampilan bermain bolavoli diluar jadwal eksperimen.
b. Berkaitan dengan komposisi kelompok sampel penelitian yang akan diberi
perlakuan, maka diperlukan suatu upaya agar hasil eksperimen terkontaminasi
oleh faktor perbedaan subyek penelitian.
c. Berkaitan dengan adanya perubahan pada hasil eksperimen sebagai akibat dari
perjalanan waktu dan perubahan secara alamiah berupa perkembangan (mental
dan pertumbuhan fisik) anggota sampel. Upaya pengendalian adalah dengan
cara rentang waktu pemberian perlakuan tidak terlalu lama.
d. Berkaitan dengan proses pengukuran yang dilakukan pada saat pengumpulan
data, maka pada saat tes awal maupu tes akhir menggunakan petunjuk
e. Berkurangnya peserta eksperimen, hal ini akan mengakibatkan terjadinya
perubahan komposisi dalam kelompok ekperimen. Upaya pengendalian yaitu
dikontrol dengan terus menerus memberi motivasi dan memonitor kehadiran
sampel melalu daftar hadir yang ketat sejak awal hingga akhir eksperimen.
2. Validitas eksternal
Pengontrolan validitas eksternal yaitu melakukan pengendalian terhadap
beberapa faktor agar hasil penelitian dapat digeneralisisikan. Menurut Ary,
et.al.,(1985 : 164) ”Kontrol validitas eksternal dimaksudkan untuk memperoleh
hasil eksperimen yang reperenstatif agar dapat digeneralisasikan”. Kemudian
Vockell dan Asher (1995 : 338) mengemukakan ” validitas eksternal berkaitan
dengan masalah generalisasi hasil penelitian kepada orang, keadaan dan waktu
lain di luar lingkup eksperimen”. Dapat disimpulkan bahwa validitas eksternal
berkaitan dengan reperesentatif atau tidaknya hasil eksperimen dan dapat
digeneralisasikan kepada populasi.
C. Variabel dan Definisi Oprasional
1. Variabel Penelitian
Penelitian ini secara oprasional terdiri dari variabel bebas (independen),
variabel atribut, dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas adalah variabel
yang diberi perlakuan, yaitu Model pembelajaran taktis yang terdiri dari (a) bola
standard, (b) dan bola soft-volley. Variabel atribut (variabel bebes skunder yang
kemampuan motorik tinggi, dan (b) kemampuan motorik rendah. Sedangkan
variable terikatnya adalah hasil belajar keterampilan bermain bolavoli.
2. Definisi Oprasional
Agar tidak terjadi penafsiran yang keliru, akan penulis paparkan secara
lebih oprasional menyangkut hal-hal penting sebagai berikut:
1. Media Pembelajaran merupakan alat dalam pembelajaran untuk mencapai
tujuan dan hasil belajar.
2. Model pembelajaran pendekatan taktik menurut Griffin, Oslin, & Mitchell,
(1997 ) dan Matzler, (2000 : 354) yaitu model pembelajaran yang sering
diterapkan pada permainan olahraga yang lebih menekankan kepada
pemahaman taktik bermain.
3. Bola Soft-volley adalah bola yang terbuat karet yang halus, ringan dan mudah
dimainkan.
4. Bola standard adalah bola yang resmi dipakai dalan permainan bolavoli yang
sebenarnya.
5. Kemampuan motorik adalah keadaan segera dari seseorang untuk
menampilkan berbagai variasi keterampilan gerak, khususnya dalam kegiatan
olahraga (Singer: 1980).
6. Keterampilan menurut Webster (1983: 105) mengatakan bahwa keterampilan
adalah salah satu kemapuan yang efektif dan selalu siap untuk melakukan
tindakan atau suatu penampilan. Jadi keterampilan merupakan suatu
7. Hasil belajar. Menurut Lutan (1998), yaitu “perubahan perilaku yang terjadi
sebagai akibat kegiatan belajar, dari kegiatan yang tidak terbiasa atau yang
sifatnya baru bagi seseorang atau sekelompok subyek”.
8. Permainan bolavoli adalah adalah permainan memantul-mantulkan bola (to
volley) oleh tangan atau lengan dari dua regu yang bermain di atas lapangan
yang mempunyai ukuran-ukran tertentu. Untuk masing-masing regu,
lapangan dibagi dua sama besar oleh net atau tali yang dibentangkan di atas
lapangan dengan ukuran ketinggian tertentu. Dunphy dan Wilde (2000: 2-4)
9. Siswa adalah Peserta didik di sekolah yang menjadi obyek dalam penelitian
ini.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dan sampel dalam suatu penelitian merupakan sumber data yang
memiliki sifat-sifat atau karakteristik tertentu dan memberikan daya tarik
tersendiri bagi peneliti.
1. Populasi
Mengenai masalah populasi ini, Entang (1996:1) mengemukakan bahwa:
“Populasi adalah seluruh subjek penyelidikan (yang dijadikan sumber data) baik
berupa orang, benda, hal-hal atau kejadian-kejadian.” Selanjutnya Sudjana
(1994:6) berpendapat bahwa “Populasi itu adalah totalitas semua nilai yang
mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan
jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya“.
Sedangkan Riduwan (2004: 55) mengungkapkan bahwa: ”Populasi
merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi
syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.” Berdasarkan tiga
pengertian di atas, maka populasi sasaran dalam penelitian ini adalah siswa kelas
X SMU LAB UPI, yang teridentifkasi memiliki tingkat kemampuan motorik
rendah dan tinggi sebanyak 48 siswa dari populasi.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara
mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar
dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.
Sejalan dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini yaitu untuk
mengetahui pengaruh media pembelajaran dengan bola yang berbeda (bola
standard dan bola soft-volley ) dalam model pembelajaran taktis terhadap hasil
belajar keterampilan bermain bolavoli siswa SMU LAB, maka untuk menghindari
adanya distorsi hasil penelitian, pengambilan sampel dilakukan secara acak. Hal
ini dilakukan karena perlakuan yang diberikan dimaksudkan untuk dapat
meningkatkan keterampilan bermain bolavoli siswa SMU LAB UPI dengan
sampel yang memiliki motorik tinggi dan rendah
Arikunto (1996: 107) mengemukakan bahwa untuk sekedar ancer-ancer
penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya bila subjeknya besar, dapat
diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam penelitian ini penulis
mengambil sampel sebanyak 50% dari jumlah populasi siswa laki-laki yang
berjumlah 130 orang yang tersebar dari 7 kelas, sehingga didapat sebuah sampel
penelitian yang berjumlah 64 orang. Untuk lebih jelasnya penyebaran sampel
[image:43.595.119.508.249.606.2]dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2
Jumlah siswa laki-laki yang dijadikan sampel
No Kelas Jumlah
Siswa Putra
Acak
1 X-A 23 orang 11 orang
2 X-B 18 orang 9 orang
3 X-C 16 orang 8 orang
4 X-D 19 orang 9 orang
5 X-E 18 orang 9 orang
6 X-F 18 orang 9 orang
7 X-G 18 orang 9 orang
Jumlah 130 orang 64 orang
Sumber: Sekolah Menengah Umum Lab UPI
Sebelum eksperimen dilaksanakan, sampel sebanyak 64 orang itu
melakukan tes kemampuan motorik. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui skor
awal yang menunjukkan tingkat kemampuan motorik siswa SMU LAB UPI.
Setelah data hasil tes kemampuan motorik terkumpul, maka selanjutnya penulis
melakukan manipulasi kepada sampel dengan membagi ke 64 orang berdasarkan
rangking teratas 24 orang dengan kategori motorik tinggi, dan rangking terendah
24 orang dengan kategori motorik rendah , sehingga sampel yang di ambil
menjadi 48 orang. Kemudian tiap kelompok tinggi dan kelompok rendah dibagi
menjadi masing-masing 2 kelompok Bola standard dan soft-volley dengan cara
undian. Sehingga akan menjadi 4 kelompok sesuai dengan kebutuhan dalam
penelitian.
Pembagian kelompok dengan cara ini akan lebih objektif bagi semua
subjek penelitian, hal ini didasarkan atas kesempatan yang sama bagi semua objek
untuk masuk ke dalam tiap kelompok. Setelah terbagi menjadi empat kelompok,
selanjutnya setiap kelompok motorik tinggi dan rendah, sebelum pelaksanaan
eksperimen, keempat kelompok melakukan pre-test keterampilan bolavoli dan
bermain bolavoli.
Berikut pembagian sampel kedalam dua kelompok penelitian dapat dilihat
[image:44.595.111.512.225.741.2]pada table 3.2 di bawah ini:
Tabel 3.3
Komposisi Pengelompokan Sampel Eksperimen
Kemampuan motorik
Media Model Pembelajaran Taktis
Jumlah Bola Standard Bola Soft-Volley
Tinggi 12 12 24
Rendah 12 12 24
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat atau tes yang digunakan untuk
mengumpulkan data yaitu sebagai berikut :
1. Tes Keterampilan Teknik Dasar Bolavoli
Tes keterampilan bolavoli mengacu kepada model NCSU Volleyball Skill
test Batterry (Strand dan Wilson, 1993). Adapun bentuk item tes keterampilan
bolavoli dari NSCU Volleyball Skills Test Batterry adalah:
a. Test Servis
Pelaksanaan tesnya sebagai berikut
1. Tester berdiri siap servis di daerah servis dengan menggunakan servis dari
bawah atau atas.
2. Melakukan servis sebanyak 10 kali
3. Servis diarahkan ke daerah lapangan yang telah diberi skor 2,3, dan 4.
4. Apabila servis tidak masuk diberi skor 0, dan apabila pada garis diantara
kedua skor maka diambil skor yang paling tinggi.
5. Skor keseluruhan diambil dari banyaknya jumlah arah servis yang masuk
b. Tes Pass Bawah
Pelaksanaan tesnya
a. Tester melakukan pasing bawah di sebelah kiri lapangan 5 kali dan sebelah
kanan lapangan 5 kali (dalam tanda silang)
b. Tester melakukan pasing bawah apabila bola telah diumpankan atau
dilemparkan oleh pengumpan atau pelempar dari seberang lapangan (tanda
silang pengumpan bola)
c. Kemudian lambungkan bola melewati rentangan tambang setinggi 3.20 yang
berada di atas garis daerah serang, masuk ke daerah serang yang telah di beri
skor 1 sampai 5
d. Apabila telah melewati rentangan tambang dan masuk ke dalam serang
diantara garis kedua skor, maka skornya diambil yang paling besar, dan
apabila tidak melewati tambang atau keluar lapangan skornya 0
e. Skor keseluruhan diambil dari banyaknya jumlah pasing bawah yang masuk
c. Tes pass atas
Pelaksanaan tesnya
a. Tester melakukan pasing atas sebanyak 10 kali dan berdiri siap di daerah
serang pada posisi sebelah kanan lapangan atau posisi 2 dalam permainan
bolavoli.
b. Tester melakukan pasing atas dari bola yang datang diumpankan dan
dipasing bawah oleh pengumpan yang berada ditengah lapangan yang telah
ditentukan atau pada posisi 5 pada permainan bolavoli.
c. Tester mengumpan atas dengan keterampilan set-ups yang harus melewati
rentangan tambang setinggi 4 meter dan berusaha memeasukan ke daerah
yang telah diberi skor 1 sampai 5.
d. Apabila bola yang masuk jatuh diantara garis kedua skor, maka diambil skor
dari kedua.
e. Skor keseluruhan diambil dari banyaknya jumlah set-ups yang masuk secara
2. Tes Membuat keputusan taktik dan pelaksanaan Keterampilan.
Games Performance Assesment Instrument Components (GPAI), (Metzler,
2000; 362)
Bentuk tes membuat keputusan taktik dan Pelaksanaan keterampilan
melalui metode GPAI adalah:
Aspek Kriteria
Pengambilan keputusan
(Decision Making)
Pelaksanaan Keterampilan
(Skill Executuin)
Dukungan (Support)
Format catatan observasi guru selama permainan bolavoli untuk mengetahui
penampilan taktik siswa adalah sebagai berikut:
Nama Siswa
Membuat keputusan
Pelaksanaan keterampilan
Dukungan
Tepat Tidak
Tepat
Efesien Tidak
Efesien
Tepat Tidak
F. Langkah-langkah Penelitian
Agar lebih jelas, bagaimana langkah-langkah penelitian dilakukan dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
[image:52.595.119.512.194.681.2]
Gambar 3.1. Langkah-Langkah Penelitian POPULASI
SAMPEL
TES KEMAMPUAN
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
HASIL
KESIMPULAN
TES AWAL KEMAMPUAN KETERAMPILAN DASAR
MODEL PEMBALAJARAN TAKTIS
Treatment Bola Standard
• Kemampuan motorik tinggi
• Kemampuan motorik rendah
Treatment Bola Soft-Volley
•••• Kemampuan motorik tinggi •••• Kemampuan motorik rendah
G. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Pelaksanaan kegiatan penelitian dilakukan di lapangan bolavoli SMU Lab
UPI Jalan Dr. Setia Budhi No. 229 Bandung.
2. Waktu Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan sejak minggu awal bulan Maret 2010 sampai awal
bulan Mei 2010. Dilakukan sebanyak 20 pertemuan, dua pertemuan awal (tes
kemampuan motorik dan pre-test), dan dua pertemuan terakhir (post-test)
dilaksanakan tiga kali dalam seminggu. Jadwal eksperimen disesuaikan dengan
jam pelajaranpenjas mulai pukul 07.00-10.00. wib satu pertemuan pada
hari (senin) dan di luar jam pelajaran dua pertemuan (rabu dan jum’at). Berikut
[image:53.595.115.520.250.628.2]lebih jelasnya pembagian jadwal terdapat pada tabel di bawah:
Tabel. 3.5 Jadwal Pembelajaran Eksperimen
No Waktu Hari Kelompok Eksperimen Keterangan
1 07.00-08.30. wib
08.30.- 10.00.wib Senin Kel. Bola Soft-volley Kel. Bola Standard
Jam Pelajaran Penjas
2 07.00-08.30. wib
08.30.- 10.00.wib Rabu Kel. Bola Standard
Kel. Bola Soft-volley Diluar jam
pelajaran 3 07.00-08.30. wib
08.30.- 10.00.wib Jumat
Kel. Bola Soft-volley Kel. Bola Standard
H. Teknik Pengolahan Data
Untuk mendapatkan data mengenai keterampilan siswa SMU LAB UPI,
teknik tes dan pengukuran instrument tes. Instrumen tes yang dipakai harus yang
baik dan tingkat validitas serta reliabilitasnya juga terjamin.
Suatu alat ukur dikatakan valid, apabila alat ukur tersebut betul-betul
mengukur apa yang hendak diukur. Nurhasan (2000: 26) mengatakan bahwa:
“Tes yang valid adalah tes yang mengukur apa yang hendak diukur. Suatu
pengukuran dapat dikatakan valid, bila alat pengukuran atau tes benar-benar tepat
untuk mengukur apa yang hendak diukur dan sesuai dengan gejala yang
diukurnya.” Jadi validitas alat ukur akan mungkin terjadi apabila alat ukur itu
tetap mengukur variable-variabel yang diteliti.
Suatu alat ukur dikatakan reliabel (terandal), apabila alat ukur tersebut
mempunyai derajat keajegan. Nurhasan (2000: 30) mengatakan bahwa:
”Keterandalan ini menggambarkan derajat keajegan, atau konsistensi hasil
pengukuran.” Jadi reliability alat ukur akan mungkin terjadi apabila meskipun
dilakukan pengukuran yang berulang-ulang dengan memakai alat ukur yang sama,
objek dan subjek yang sama hasilnya akan tetap atau relatif sama. Adapun
instrumen tes keterampilan bolavoli yang digunakan sudah baku dari NSCU
Volleyball Skills (Strand dan Wilson, (1993 : 143,144) Tes Membuat keputusan
taktik dan pelaksanaan Keterampilan/Games Performance Assesment Instrument
Components (GPAI), (Metzler, 2000; 362)
Setelah data keterampilan bermain bolavoli terkumpul, langkah
selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data tersebut menggunakan
program Software Computer Statistical Product and Service Solution (SPSS)
a. Tabulasi data setiap variabel
b. Menghitung nilai rata-rata dari masing-masing butir tes
c. Mencari nilai standar deviasi (s) dari masing-masing butir tes
d. Menguji normalitas dilakukan terhadap setiap kelompok teknik yang
digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov
e. Menguji homogenitas data dari setiap kelompok tes dengan menggunakan
Levene test.
f. Hasil uji Beda Skor Pretest dan Postest keterampilan bermain bolavoli dengan
menggunakan uji t data berpasangan.
g. Hasil Analisis Varians (ANAVA) Faktorial
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang bersandarkan pada fakta
empirik yang telah dibahas pada bab IV, dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Secara keseluruhan terdapat perbedaan pengaruh yang bermakna antara media
pembelajaran dengan Kemampuan motorik terhadap hasil belajar keterampilan
bermain bolavoli, hasil belajar keterampilan bermain bolavoli dengan
menggunakan bola soft-volley lebih baik daripada bola standard.
2. Pada tingkat Kemampuan motorik tinggi terdapat perbedaan pengaruh yang
bermakna antara media pembelajaran dengan kemampuan motorik terhadap
hasil belajar keterampilan bermain bolavoli, hasil belajar keterampilan
bermain bolavoli dengan menggunakan bola softvolley lebih baik daripada
bola standard.
3. Pada tingkat kemampuan motorik rendah tidak terdapat perbedaan pengaruh
yang bermakna antara media pembelajaran dengan kemampuan motorik
terhadap hasil belajar keterampilan bermain bolavoli.
4. Terdapat interaksi antara media pembelajaran dalam model pembelajaran
taktis dengan kemampuan motorik siswa terhadap hasil belajar keterampilan