• Tidak ada hasil yang ditemukan

TARI TOPENG RAHWANA GAYA KURDI SURYADI DI SANGGAR MEKAR BUDAYASARI KABUPATEN CIAMIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TARI TOPENG RAHWANA GAYA KURDI SURYADI DI SANGGAR MEKAR BUDAYASARI KABUPATEN CIAMIS."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

TARI TOPENG RAHWANA GAYA KURDI SURYADI DI SANGGAR MEKAR BUDAYA SARI KABUPATEN CIAMIS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Seni Tari

Oleh

ASTI PURNAMASARI 0900018

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

TARI TOPENG RAHWANA GAYA KURDI

SURYADI DI SANGGAR MEKAR BUDAYA

SARI KABUPATEN CIAMIS

Oleh

Asti Purnamasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Asti Purnamasari 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ASTI PURNAMASARI

TARI TOPENG RAHWANA GAYA KURDI SURYADI DI SANGGAR MEKAR BUDAYA SARI KABUPATEN CIAMIS

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Pembimbing I,

E. Dedi. Dj. Rosala, S. Sen., M. Hum NIP. 195703041983031001

Pembimbing II,

Ace Iwan Suryawan, S. Pd, M. Hum NIP. 197203042001121002

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari,

(4)

i

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRAK

(5)

ii

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRACT

(6)

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ii

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi tepat

waktu. Solawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad

SAW beserta para sahabat dan keluarganya.

Skripsi ini berjudul “Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi di Sanggar

Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis”. Penulis menyusunnya guna

melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan di jurusan

Pendidikan Seni Tari.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

baik dalam penulisan struktur, kosakata maupun isi. Penulisan skripsi ini tidah

akan berjalan lancar tanpa adanya peran serta dari orang-orang terkasih dalam

hidup penulis. Penulis banyak mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang

telah berperan serta dengan keikhlasan hati membantu penulis dalam menyusun

penulisan skripsi ini.

“Tiada gading yang tak retak”, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Penulis berharap penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bandung, 17 Mei 2013

(7)

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Rasa terimakasih tiada henti-hentinya penulis ucapkan kepada banyak

pihak. Bantuan, dukungan, bimbingan, dorongan serta nasehat dari berbagai

pihak yang diberikan kepada penulis, untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya dan memberikan penghormatan yang

setinggi-tingginya kepada:

1. Orang Tua tercinta, papap Syarif Hidayat, mamah Iis Aisyah, S.Pd serta

kakaku Andri Purnama Rifansyah,A.Md.Kep, kakak iparku Isni Widya

Sugiharti,A.Md.Kep dan adikku tersayang Alfhi Novia Nurhidayah,S.Pd

yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil, serta doa yang

tidak pernah berhenti untukku.

2. Ibu Dr. Frahma Sekarningsih,S.Sen.,M.Si selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Seni Tari.

3. Bapak E. Dedi.Dj.Rosala,S.Sen.,M.Hum sebagai dosen pembimbing I.

4. Bapak Ace Iwan Suryawan,S.Pd.,M.Hum sebagai dosen pembimbing II.

5. Dra. Desfina,M.Hum sebagai dosen penguji I.

6. Dra. Sri Dinar Musnan sebagai dosen penguji II.

7. Bapak/Ibu/Dosen/Asisten Jurusan Pendidikan Seni Tari.

8. Bapak dan Ibu Staf Tata Usaha, pengelola perpustakaan maupun karyawan

Jurusan Pendidikan Seni Tari.

9. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Tari, terima kasih atas

perhatian, saran, ide, dan dorongan, serta semangatnya dalam penyusunan

skripsi ini.

10.Yoghi Sujatmo,S.Pd yang selalu membimbing, memberikan motivasi dan

semangat selama penyusunan skripsi ini.

11.Sahabat-sahabatku LC, Risna, Dinar, Euis, Atrin, Irma, Riska, Nursyarifah

(8)

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

iv

12.Serta semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam

penyelesaian skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Bantuan ikhlas yang diberikan semoga mendapat balasan dan kebaikan

dari Allah SWT. Amin.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi penulis khususnya

dan pembaca pada umumnya. Mudah-mudahan segala dorongan, bantuan,

kerjasama dan semua amal baik berbagai pihak yang telah diberikan kepada

penulis, senantiasa mendapat balasan dari Allah SWT Yang Maha Pengasih dan

semoga Allah selalu memberikan ridho-Nya disetiap langkah kita. Amin.

Bandung, 17 Mei 2013

(9)

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA TOPENG RAHWANA GAYA KURDI DI SANGGAR MEKAR BUDAYA SARI KABUPATEN CIAMIS ... 7

A. Tari Topeng ... 7

B. Teori-teori yang Diambil... 15

BAB III METODE PENELITIAN... 32

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 32

B. Desain penelitian ... 32

C. Metode Penelitian ... 34

D. Definisi Operasional ... 36

E. Instrumen Penelitian ... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ... 38

G. Analisis Data ... 44

(10)

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

vi

A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 46

B. Hasil Penelitian dan Analisis Penciptaan Tari Topeng Rahwana ... 47

C. Susunan dan Struktur Gerak Topeng Rahwana Gaya Kurdi ... 53

D. Busana ... 100

E. Tata Rias ... 110

F. Iringan Musik ... 111

BAB V KESIMPULAN ... 118

A. Kesimpulan ... 118

B. Saran ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 122

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

vii

DAFTAR TABEL

(12)

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Gerak Kebut Sampur ... 83

Gambar 4.2 Gerak Laras Konda ... 83

Gambar 4.3 Gerak Cindek I ... 84

Gambar 4.4 Gerak Mincid Keliling I ... 84

Gambar 4.5 Gerak Kebut Sampur ... 85

Gambar 4.6 Gerak Buang Sampur ... 86

Gambar 4.7 Gerak Nyawang Manggut Kanan ... 86

Gambar 4.8 Gerak Nyembah... 87

Gambar 4.9 Gerak Ayun Satria Kanan ... 88

Gambar 4.10 Gerak Mincid Keliling I ... 88

Gambar 4.11 Gerak Jalak Pengkor... 89

Gambar 4.12 Gerak Lontang I kiri ... 90

Gambar 4.13 Gerak Tumpang Tali ... 90

Gambar 4.14 Gerak Lontang Geser kanan ... 91

Gambar 4.15 Gerak Kebut Sampur ... 92

Gambar 4.16 Gerak Laras Konda Kanan ... 92

Gambar 4.17 Gerak Mincid Keliling II ... 93

Gambar 4.18 Gerak Jangkung Milo ... 93

Gambar 4.19 Gerak Gedig ... 94

Gambar 4.20 Gerak Gerdig Rahwana ... 94

Gambar 4.21 Gerak Sejak ... 95

(13)

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ix

Gambar 4.23 Gerak Tendang Sampur ... 96

Gambar 4.24 Gerak Barongan ... 96

Gambar 4.25 Gerak Pincid ... 97

Gambar 4.26 Gerak Mincid Ageung ... 98

Gambar 4.27 Gerak Baksa dan Baksa Rai ... 98

Gambar 4.28 Mahkota Sekar Kelewih ... 99

Gambar 4.29 Susumping Kembang Ratna Parijata ... 100

Gambar 4.30 Tempal Dada ... 101

Gambar 4.31 Beubeur ... 101

Gambar 4.32 Gelang Tangan ... 102

Gambar 4.33 Kilat Bahu ... 102

Gambar 4.34 Keris Ladrang ... 103

Gambar 4.35 Dodot Lereng... 103

Gambar 4.36 Sampur ... 104

Gambar 4.37 Gelang Kaki ... 105

Gambar 4.38 Pelayang ... 105

Gambar 4.39 Kedok Rahwan ... 107

Gambar 4.40 Celana Kutung ... 107

Gambar 4.41 Baju Kutung ... 108

Gambar 4.42 Rompi ... 108

Gambar 4.43 Tata Rias Topeng Rahwana ... 110

Gambar 4.44 Satu Set Saron ... 114

Gambar 4.45 Satu Set Kendang ... 114

Gambar 4.46 Gambang ... 115

Gambar 4.47 Bonang ... 115

(14)

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

x

DAFTAR LAMPIRAN

Pedoman Observasi

Pedoman Wawancara

Daftar Narasumber

Dokumentasi

Surat Keputusan

Surat Ijin Penelitian

Surat Kesbangpolinmas

(15)

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(16)

1

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesenian diciptakan oleh masyarakat sebagai wujud dari jati dirinya.

Pencapaiannya dilakukan dengan cara yang beragam, sehingga melahirkan

identitas yang berbeda-beda. Identitas ini yang membedakan antara satu kelompok

masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya. Oleh karena itu, sebuah

kesenian harus terjaga dan tetap terpelihara kelestariannya agar tetap hidup utuh di

tengah kerasnya arus globalisasi.

Hal ini seperti yang diungkapkan Adiwijaya (1998: 24), bahwa:

Saat ini banyak sekali bentuk kesenian yang hidup dan berkembangan di masyarakat, merupakan pencerminan kondisi suatu daerah dan menjadi ciri identitas yang khas suatu suku/etnis di daerah tersebut. Ciri identitas yang khas akan menjadikan berbeda dengan yang lain. Pada akhirnya, perbedaan tersebut akan melahirkan corak budaya serta adat istiadat yang berbeda pula dengan suku/etnis yang hidup di daerah lainnya.

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang kaya akan seni budaya.

Dari khasannah kesenian di Jawa Barat terdapat beberapa kesenian yang berada di

kabupaten Ciamis, di antaranya Ronggeng Gunung, Tanjidor, Upacara Adat

Nyangku, Tari Sintang, Hajat Laut, Wayang Landung, serta Tari Topeng

Rahwana. Tari Topeng Rahwana ini mempergunakan kedok atau topeng sebagai

penutup wajah seorang penari.

Topeng merupakan salah satu kesenian yang memiliki beragam arti dan

makna di antanya adalah sebagai kedok atau penutup muka yang terbuat dari

kayu, kertas, kulit, dan lain sebagainya. Akan tetapi pengertian topeng tersebut

mengalami perubahan, ada yang mengartikan sebagai sebutan pertunjukan. Selain

itu, topeng dipergunakan untuk menyebut profesi bagi penarinya, contohnya

adalah: Topeng Jana, Topeng Sawitri, Topeng Baedah dan yang lainnya. Bisa juga

untuk menunjukan sebuah tempat: Topeng gaya Slangit, Topeng gaya Losari,

Topeng gaya Gegesik dan gaya topeng daerah lainnya. Tiap-tiap daerah

(17)

2

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

banyak persamaan, terutama pada pakaian dan musiknya. Akan tetapi, perbedaan

tersebut terletak pada gerak dan iringan musik tertentu dengan gaya

masing-masing.

Tari Topeng itu pada awalnya berkembang di daerah Cirebon. Menurut

Rosala, dkk mengatakan bahwa:

Secara historis, pertunjukan tari topeng diawali di Cirebon tepatnya pada abad ke-19, yang dikenal dengan sebutan topeng babakan. R. Tjetje Somantri berpendapat, daerah Jawa Barat antara lain Sumedang, Bandung, Garut, dan Tasikmalaya, pada 1930 didatangi oleh rombongan wayang wong dengan dalangnya yang bernama Koncer dan Wentar. Berdasarkan histori inilah, teori awal masuknya tari topeng ke daerah Jawa Barat (Priangan) ditetapkan sebagai awal perkembangan tari topeng priangan (1999: 21).

Kutipan di atas menyatakan bahwa perkembangan tari topeng terus

menyebar ke daerah selatan. Dari fenomena penyebaran Topeng Cirebon ke

berbagai daerah tersebut, kemungkinan hingga sampai pula ke daerah Ciamis.

Topeng Rahwana yang berada di daerah Ciamis ini belum terklasifikasikan, bisa

jadi berasal dari Cirebon, ataupun berasal dari Priangan, karena belum pernah ada

yang melakukan penelitian tentang asal usul keberadaan tari Topeng Rahwana

yang ada di Ciamis.

Demikian pula, pengaruh budaya asing sangat pesat kemajuannya terhadap

perkembangan budaya sendiri sehingga dapat menggeser keberadaan budaya

pribumi, seperti yang termuat dalam artikel majalah Bhineka Karya Winaya

(2011: 80-84):

Dulu, sekitar tahun 1970-an, jenis kesenian ini mencapai keemasannya. Warga yang hajatan, khususnya khitanan dan pernikahan, mengundang grup kesenian ini sebagai salah satu pengisi acara hiburan di siang hari untuk menjamu para undangan/tamunya. Namun, seiring pergeseran zaman dan derasnya budaya asing, tari topeng kini nasibnya termarginalkan (terpinggirkan). Bila tidak dilakukan upaya pelestariannya secara serius, tidak mustahil tari topeng tinggal cerita”.

Perkembangan zaman membawa dampak perubahan sosial dengan

fenomenanya, kemajuan teknologi yang pesat saat ini mampu menggeser kesenian

tradisional, termasuk Topeng Rahwana. Perubahan sosial ini menurut Soekanto

(18)

3

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Perubahan sosial yang tidak dikehendaki (unintended-change) atau perubahan yang tidak direncanakan (unplanned-change), merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat. (Riswanti, 2009: 7).

Tari Topeng Rahwana pada saat ini sulit ditemukan pergelarannya di

daerah Ciamis, karena tidak adanya generasi penerus. Peminatnya mulai

berkurang bahkan hampir terkikis, tergeser oleh budaya asing. Kondisi Topeng

Rahwana pada masa sekarang sangat memprihatinkan. Proses modernisasi ini

membuat semua hal berubah, begitupun dengan Topeng Rahwana yang harus

bersaing dengan seni pertunjukan lainnya yang datang dari luar daerah Ciamis.

Pada hajatan pernikahan maupun khitanan, mereka selalu menampilkan beberapa

hiburan, yaitu kesenian tradisional selalu disertai dengan kesenian-kesenian

nontradisional. Masyarakat cenderung lebih suka pada kesenian elektone

(dangdut) dibandingkan dengan kesenian Topeng Rahwana. Bahkan jika

dibandingkan, waktu yang diberikan untuk pertunjukan kesenian tradisional lebih

sedikit daripada kesenian non tradisional.

Terkadang seni tradisional sudah tidak ditampilkan lagi dengan alasan

faktor tempat atau halaman rumah yang semakin sempit dan padat penduduk

sehingga sulit untuk membuat panggung pertunjukan topeng. Selain itu, kenapa

mereka lebih menyukai kesenian non tradisional disebabkan lebih murah atau

lebih ekonomis dari segi biaya dan lebih sedikit dalam melibatkan personalnya.

Sehingga pertunjukan-pertunjukannya pun mengalami kemunduran, yang berarti

ancaman kepunahan sudah berlangsung, dan hal ini seyogyanya dapat diupayakan

suatu solusi untuk pelestariannya, antara lain dengan adanya dukungan baik moril

maupun materil dari pemerintahan setempat dan masyarakat pendukungnya.

Berkaitan dengan itu, Tari Topeng Rahwana diciptakan oleh Bapak

Dalang Kurdi Suryadi pada tahun 1971, yang diambil dari cerita Ramayana.

Beliau memiliki sanggar yang bernama Eka Paksi Wungu yang berdiri pada tahun

70-an kemudian berganti nama menjadi Mekar Budaya Sari pada tahun 80-an.

Sanggar ini beralamat di RT 04 RW 09 Dusun Pasir Limus Desa Ciliang

(19)

4

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kurdi ini struktur gerak dan unsur-unsur pendukungnya seperti dalam kostum dan

bentuk topeng, berbeda dengan Tari Topeng pada umumnya yang terdapat di

daerah lain.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, sangat disayangkan

Topeng Rahwana Dalang Kurdi yang begitu dinamis, pada saat ini jarang muncul

kepermukaan, hal inilah yang mendorong penulis ingin mengungkapkan lebih

dalam tentang Tari Topeng Rahwana gaya Kurdi suryadi, dan penelitian ini difokuskan dalam bentuk judul “Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi di

Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis”. Melalui penelitian ini

merupakan salah satu upaya peneliti untuk melestarikan kembali kesenian tari

Topeng Rahwana dan menambah salah satu khasanah kesenian tari tradisional

bagi generasi muda.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, peneliti

membatasi masalah-masalah yang akan diteliti agar lebih terarah dan terfokus

dengan merumuskannya dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana latar belakang Tari Topeng Rahwana gaya Kurdi Suryadi di

Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis?

b. Bagaimana struktur gerak dan unsur pendukung Tari Topeng Rahwana gaya

Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis?

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang tari Topeng Rahwana Gaya

Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari merupakan salah satu kesenian

tradisional yang berada di Kabupaten Ciamis yang memiliki ciri khas baik ditinjau

dari segi struktur gerak, busana serta dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi

(20)

5

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Tujuan Khusus

1) Mendeskripsikan latar belakang Tari Topeng Rahwana gaya Kurdi Suryadi

di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis.

2) Mendeskripsikan struktur gerak dan unsur pendukung Tari Topeng

Rahwana gaya Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten

Ciamis.

D. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian, penulis berharap penelitian ini dapat

memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik secara teoretis maupun secara

praktis. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran

dan sebagai sumber atau referensi dalam pengembangan ilmu. Memberikan

kontribusi bagi perkembangan dan kelestarian tari Topeng Rahwana di sanggar

Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis. Sebagai salah satu warisan budaya yang

kini keberadaannya hampir punah dengan cara mengabadikan dalam bentuk karya

tulis, sehingga kesenian tersebut dapat terdokumentasikan.

b. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini :

1) Sanggar Mekar Budaya Sari

Dengan adanya penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan

masukan untuk pembinaan dan pemberdayaan kesenian tari Topeng Rahwana

khususnya. Memberikan motivasi kepada para pelaku seniman atau generasi

penerus untuk tetap berkreasi dan mengembangkan kualitas sehingga Topeng

Rahwana di Kabupaten Ciamis ini mampu hadir sebagai seni yang digemari

masyarakat.

2) Masyarakat Setempat

Diharapkan dapat menjadi bahan informasi tertulis mengenai tari Topeng

(21)

6

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

baru dan semangat baru untuk eksis dalam menggeluti seni tradisional dan

berusaha melestarikan serta mempertahankan seni budaya lokal.

c. Manfaat Akademis

Dapat menambah wawasan pengetahuan bagi insan akademik di

lingkungan Perguruan Tinggi. Memberi dan menambah sumber kepustakaan yang

dapat dijadikan bahan kajian dan bacaan bagi para mahasiswa khususnya bagi

Jurusan Pendidikan Seni Tari. Umumnya seluruh civitas akademik dengan

harapan menambah wawasan keilmuan mengenai kebudayaan lokal khususnya

Topeng Rahwana ini.

d. Manfaat Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang keberadaan Tari

Topeng Rahwana, serta srtuktur gerak dan unsur-unsur pendukung lainnya yang

(22)

32

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Sanggar Mekar Budaya Sari yang beralamat

di Dusun Pasir Limus RT 04 RW 09 Desa Ciliang Kecamatan Parigi Kabupaten

Ciamis Selatan Jawa Barat.

2. Subjek Penelitian

Sampel yang diambil dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

Purposive Sampling, dengan disertai pertimbangan alasan-alasan tertentu di dalam

pengambilan atau penentuan sampelnya untuk tujuan tertentu, yang dipilih untuk

dijadikan sampel oleh peneliti sebagai bahan penelitian adalah “Tari Topeng

Rahwana Gaya Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis”.

B. Desain penelitian

Menurut Arikunto (1998:16) bahwa :

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan guna mencapai hasil atau tujuan yang memuaskan, maka secara garis besarnya terdiri dari tiga tahap yang menitik beratkan pada kegiatan administrative yaitu pembuatan rancangan penelitian, pelaksanaan penelitian dan pembuatan laporan penelitian.

Menurut pendapat di atas peneliti melakukan tahapan-tahapan penelitian

diantaranya sebagai berikut:

Tahap-tahap Penelitian

1. Persiapan

Dalam tahap persiapan ini, peneliti memfokuskan terhadap

masalah-masalah yang akan diteliti, langkah ini dikerjakan sebelum terjun ke lapangan.

Persiapan dilakukan pada bulan Agustus 2012.

(23)

33

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dalam tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah pemilihan materi,

lokasi, masalah penelitian selanjutnya mengidentifikasi masalah yang akan

diteliti. Menentukan topik dan judul penelitian, diusahakan judul tersebut tidak

berubah sampai pada proses penulisan laporan penelitian yang akan dilakukan.

Sebelum melaksanakan kegiatan survey terlebih dahulu peneliti mengamati lokasi

yang akan diteliti, hal ini untuk memudahkan langkah kegiatan selanjutnya.

3. Orientasi

Kegiatan orientasi ini untuk mencari dan menggali sumber yang jelas baik

sumber tertulis (studi kepustakaan) dan sumber lisan (narasumber) yang berkaitan

dengan permasalahan penelitian dan objek penelitian, guna mendapatkan

gambaran yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Survey dilaksanakan pada

bulan September 2012 dilakukan untuk menentukan objek yang akan diteliti.

4. Menyusun Proposal Penelitian

Hasil survey di lapangan kemudian disusun menjadi proposal penelitian

untuk diajukan kepada dewan skripsi dan dikonsultasikan kepada dosen

pembimbing untuk mendapat pengarahan dan koreksi sehingga proposal dapat

disetujui. Penyusunan proposal dilaksanakan pada bulan Oktober-November

2012. Setelah disetujui kemudian dilaksanakan seminar proposal yang

dilaksanakan pada bulan Desember 2012.

5. Menyelesaikan Administrasi Penelitian

Dalam hal ini peneliti melengkapi surat-surat atau administrasi yang

diperlukan berupa: Surat Keputusan Judul dan penetapan Pembimbing, Surat

Keterangan dari intansi terkait dalam hal ini perguruan tinggi seni Universitas

Pendidik Indonesia (UPI) yang menjelaskan bahwa judul objek yang diteliti

belum ada yang meneliti sebelumnya. Surat perijinan dari Rektor UPI Bandung

melalui kepala BAAK UPI Bandung. Konsultasi dengan dosen pembimbing

dimulai dari pembuatan proposal sampai dengan pengajuan skripsi, dari BAB I

sampai BAB akhir secara kontinyu.

6. Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitin kualitatif, langkah penelitian tidak ditentukan secara pasti

(24)

34

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penelitian dapat terjadi berubah sewaktu-waktu. Peneliti melaksanakan penelitian

pada bulan Januari-Februari 2013, peneliti melakukan pengumpulan dan

pengolahan data. Selain itu konsultasi dengan pembimbing agar pembuatan

skripsi ini sesuai dengan harapan. Kemudian menyusun laporan penelitian, yang

disusun secara lengkap dan benar dari mulai halaman judul sampai bab terakhir,

yang terakhir melakukan penggandaan berdasarkan hasil perbaikan-perbaikan atau

revisi.

C. Metode Penelitian

Ketepatan dalam memilih metode dapat memecahkan berbagai masalah

penelitian yang ada. Dalam melakukan suatu kegiatan penelitian, metode

merupakan faktor penting untuk menentukan tingkat keberhasilan yang akan

dicapai. Penggunaan metode yang tepat, penelitian yang dilakukan dapat berhasil

dengan baik menghasilkan penelitian yang berkualitas, baik dilihat dari isi

maupun pemaparannya.

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti di dalam

mengumpulkan data penelitian untuk memperoleh jawaban atas masalah-masalah

yang menjadi masalah peneliti. Untuk memecahkan berbagai masalah yang

terdapat dalam judul penelitian tentang “Tari Topeng Rahawana Gaya Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis”, peneliti menggunakan metode deskriptif.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dan metode deskriptif.

Desain kualitatif ini dipilih karena penelitian ini melihat objek kajian sebagai satu

sistem. Dengan kata lain, objek kajian dilihat sebagai satuan yang terdiri dari

unsur yang saling terkait. Metode deskriptif menurut Hatimah, dkk. (2007: 93)

sebagai berikut:

(25)

35

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Metode deskriptif yang akan menggambarkan kondisi atau keadaan objek

penelitian secara alamiah yang dianalisis perbagian dari objek yang kita teliti,

Arikunto (1996: 45) menjelaskan : “Metode deskriptif yaitu penelitian yang lebih

menekankan pada unsur-unsur yang diteliti atau dianalisis untuk memahami masalah yang diteliti”. Seperti yang diungkapkan Sugiyono (2010: 15) bahwa metode deskriptif adalah:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang aktual pada masa

sekarang.

2. Data yang dikumpulkan mulai disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis

(karena itu metode ini sering disebut metode analitik).

Dipertegas oleh Surakhmad (1994-135) sebagai berikut:

Metode desktiptif merupakan istilah umum yang menganalisa, mengklasifikasikan dengan teknik survey, interview, angket, observasi dan juga pelaksanaan deskriptif tidak hanya terbatas sampai pengumpulan dan penyusunan data tetapi meliputi analis dan interpretasi tentang arti data itu.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif, sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiyono (2011: 15) yang

menyatakan sebagai berikut:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Melalui metode dan pendekatan di atas, peneliti berharap dapat membantu

menjawab semua permasalahan yang berhubungan dengan penelitian dengan cara

menelaah objek yang diteliti dan ditujukan untuk memaparkan gejala-gejala yang

terjadi di masyarakat sekarang, juga untuk mencapai tujuan penelitian deskriptif

tersebut, dituangkan pula pada penelitian ini yakni data yang diperoleh

(26)

36

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menjawab persoalan atau rumusan masalah dalam penelitian tari topeng Rahwana

Gaya Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis.

D. Definisi Operasional

Untuk memperjelas istilah dan menghindari terjadinya salah penafsiran

terhadap judul penelitian yang diangkat yaitu „Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis”, maka peneliti memberikan batasan istilah yang terdapat dalam judul penelitian diantaranya:

Topeng Rahwana yaitu sebuah tarian menggunakan properti topeng

(kedok) yang menutupi wajah seseorang. Sedangkan Rahwana adalah salah satu

karakter dalam cerita Ramayana yang melambangkan sifat kesombongan,

kelaliman dan keserakahan. Kurdi adalah seorang seniman yang berada di

Kabupaten Ciamis, memiliki nama lengkap Kurdi Suryadi. Beliau mempunyai

Sanggar Mekar Budaya Sari yang beralamat di Kecamatan Parigi Kabupaten

Ciamis. Adapun pembahasannya, yaitu latar belakang tari Topeng Rahwana gaya

Kurdi Suryadi serta menguraikan struktur gerak dan unsur-unsur pendukung

diantaranya kostum dan rias.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data yang relevan

dengan tujuan penelitian tentang objek yang diteliti. Sebelum terjun langsung

kepada objek penelitian, peneliti harus menyiapkan beberapa pedoman penelitian

yang akan digunakan, diantaranya adalah:

a. Pedoman Observasi

Menurut Spradley (1980) mengatakan bahwa, “tahap observasi ada tiga yaitu 1) observasi deskriptif, 2) observasi terfokus, 3) observasi terseleksi” (Sugiyono, 2011: 315). Pertama, pedoman observasi deskriptif yaitu dilakukan

pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai objek penelitian. Pada tahap ini

peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti, maka peneliti melakukan

(27)

37

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dan di rasakan, observasi ini sering disebut grand tour observation. Langkah

kedua melakukan obserpasi terfokus, peneliti sudah melakukan mini tour

observation, yaitu sebuah observasi yang telah disempitkan untuk di fokuskan

pada aspek tertentu. Kemudian yang ketiga adalah observasi terseleksi adalah

peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga data lebih rinci.

Pedoman ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam menganalisis

objek penelitian.

b. Pedoman Wawancara

Esterberg (2002) mengemukakan “beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur dan wawancara tidak

terstruktur” (Sugiyono, 2011: 319). Pedoman wawancara berisi beberapa

pertanyaan terkait yang akan diajukan kepada narasumber yang menjadi objek

penelitian. Namun, peneliti memilih menggunakan wawancara tidak terstruktur

atau terbuka. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara terbuka ini sering digunakan

dalam penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih

mendalam tentang subyek penelitian. Sugiyono dalam bukunya yang berjudul

“Metode Penelitian Pendidikan” (2011: 322-324), menurut Lincoln dan Guba

dalam Sanafiah Faisal, ada tujuh langkah penggunaan wawancara untuk

mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.

2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.

3. Mengawali atau membuka alur wawancara.

4. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya.

5. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.

6. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

Adapun jenis pertanyaan dalam wawancara, Patton dalam Molleong

(2002) menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan yaitu:

1. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman.

2. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat.

(28)

38

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Pertanyaan tentang pengetahuan.

5. Pertanyaan yang berkenaan dengan indera.

6. Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi.

Alat-alat yang bisa digunakan dalam melakukan sebuah wawancara

diantaranya buku catatan, tape recorder dan camera. Setelah itu baru peneliti

melakukan pencatatan hasil wawancara.

c. Pedoman Dokumentasi

Pedoman dokumentasi ini berupa foto, video, perekam suara yang

digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan pengamatan tari Topeng Rahwana

gaya Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling penting karena

tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat

dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat

dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting).

Dilihat dari sumber terbagi menjadi dua, yang pertama sumber primer yaitu

memberikan data kepada pengumpul data dan sumber sekunder merupakan

sumber yang tidak langsung. Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan

untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, atau informasi yang benar dan dapat

dipercaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara:

a. Observasi

Nasution (1988) menyatakan bahwa, “observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan” (Sugiyono, 2011: 310). Melakukan observasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Harus diketahui dimana observasi itu akan dilakukan.

2. Harus ditentukan siapa saja yang akan diobservasi.

3. Harus diketahui dengan jelas data apa yang harus dikumpulkan yang relevan

dengan tujuan penelitian.

(29)

39

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5. Harus diketahui tentang cara-cara hasil observasi.

Seperti yang dikemukakan oleh Alwasilah (2002:155) sebagai berikut :

Lewat observasi ini, penelitian akan melihat sendiri pemahaman yang tidak terucapkan (tacit understanding), bagaimana teori itu digunakan langsung (theory-in-us) dan sudut pandang responden yang mungkin tidak tercungkil lewat wawancara atau survey.

Pengamatan bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Pengamatan langsung yaitu dilakukan pada saat penelitian berlangsung,

sedangkan pengamatan tidak langsung bisa berupa dokumentasi vedio, gambar,

rekaman yang bisa digunakan sebagai alat bantu dalam melakukan penelitian.

Sebagaimana diungkapkan oleh (Arikunto, 1996:146) sebagai berikut :

Observasi atau yang disebut pula pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sebuah objek dengan menggunakan seluruh indera. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba dan penciuman.

Observasi dilakukan untuk mengetahui tentang bagaimana keberadaan

atau eksistensi tari topeng rahwana di kecamatan Parigi kabupaten Ciamis serta

dampaknya baik terhadap penari, pimpinan grup, pemusik, dan pendukung

lainnya, perlu dilakukan pengamatan secara detail. Adapun langkah-langkah

peneliti sebagai berikut:

1. Peneliti melakukan observasi awal pada tanggal 14-16 Sepetember 2012

untuk mencari sumber yang jelas baik tertulis maupun sumber lisan.

Namun peneliti hanya mendapatkan sumber lisan dan dokumentasi berupa

foto. Pada tahun 80-an sangat sulit jika ingin mendokumentasikan baik

secara tertulisan ataupun dokumentasi berupa video. Peneliti memastikan

keberadaan tari Topeng Rahwana pada saat ini, dan berusaha mencari tahu

sejarah tari topeng Rahwana pada tahun 80-an dengan mewawancarai

narasumber yaitu bapak Kurdi Suryadi. Tujuan peneliti melakukan

(30)

40

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Observasi kedua dilaksanakan pada tanggal 27 Desember 2012 sampai 4

Januari 2013. Penelitian dilakukan sekitar satu minggu, untuk mengetahui

informasi lebih lanjut tentang topeng Rahwana.

3. Hari pertama pada tanggal 27 Desember 2012 peneliti menuju Kantor

Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat

(Dinkesbangpolinmas) Kabupaten Ciamis untuk memberikan surat ijin

penelitian dari Universitas Pendidikan Indonesia yang ditujukan kepada

Ketua Dinkesbangpolinmas). Kemudian Dinkesbangpolinmas memberikan

surat ijin penelitian untuk diserahkan kepada Ketua Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Ciamis, Bapak Camat Kecamatan Parigi, dan Ketua

Sanggar Mekar Budaya Sari.

4. Hari berikutnya peneliti menuju lokasi tempat penelitian yaitu yang

beralamat di Dusun Pasir Limus RT 04 RW 09 Desa Ciliang Kecamatan

Parigi Kabupaten Ciamis.

Hal itu dimaksudkan agar mendapatkan semua informasi dan data dari

lokasi penelitian secara langsung, yaitu dengan cara melihat struktur gerak dan

unsur-unsur pendukung lainnya seperti busana, tata rias dan iringan tari serta

mengenai latar belakang penciptaan tari topeng Rahwana gaya Kurdi suryadi di

Sanggar Mekar Budaya Sari. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setelah

kegiatan observasi ini dilakukan, dapat diperoleh sejumlah data yang diperlukan

untuk merumuskan segala sesuatu yang ingin diketahui dalam kegiatan penelitian

ini. Kegiatan observasi terhadap tari topeng Rahwana dan agar pengamatannya

lebih terfokus terhadap masalah-masalah yang sedang dikaji, maka di dalam

melakukannya peneliti berpedoman kepada pedoman observasi yang peneliti buat

(terlampir).

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk

(31)

41

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih

mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena

yang terjadi. Dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi yaitu dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait kepada narasumber yang dijadikan

objek penelitian. Orang-orang yang akan di wawancarai diantaranya para seniman

dan pelaku/penari Topeng Rahwana, para nayaga di sanggar Mekar Budaya Sari

Kabupaten Ciamis, selain itu mengajukan pertanyaan tentang kesenian tari topeng

rahwana kepada kepala seksi bidang kebudayaan di dinas pariwisata kabupaten

Ciamis, adapun jadwal wawancara yang dilakukan:

1. Pada hari Kamis tanggal 27 Desember 2012, peneliti menyelesaikan

administrasi, yaitu mengurus surat perijinan penelitian ke pemerintahan

Kabupaten Ciamis diantaranya ke Kantor Dinas Kesatuan Bangsa, Politik

dan Perlindungan Masyarakat, Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Kantor

Kecamatan Parigi.

2. Pada hari kedua Jum‟at tanggal 28 Desember 2012, peneliti

mewawancarai Bapak Eman sebagai seksi bidang kebudayaan di Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata, yaitu menanyakan keberadaan tari topeng

Rahwana di Kabupaten Ciamis. Kemudian peneliti meminta data-data

kebudayaan yang ada di Kabupaten Ciamis dan yang tercatat di Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata.

3. Pada tanggal 29-30 Desember 2012 peneliti mewawancarai Kurdi Suryadi

sebagai ketua sanggar Mekar Budaya Sari, yaitu untuk mengetahui latar

belakang penciptaan, srtuktur gerak, tata busana dan tata rias tari topeng

Rahwana.

4. Tangga 31 Desember 2012 dan tanggal 1 Januari 2013 peneliti

mewawancari penari topeng Rahwana, yang bernama Enah yaitu anak

didik di sanggar Mekar Budaya Sari sekaligus beliau adalah anak pertama

dari Kurdi Suryadi. Peneliti ingin mengetahui proses berlatih atau cara

mempelajari tari Topeng Rahwana tersebut, selain itu peneliti ingin

mengetahui lebih lengkap keberadaan atau minat masyarakat topeng

(32)

42

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5. Pada 2-3 Januari 2013, peneliti mewawancarai nayaga sanggar Mekar

Budaya Sari yaitu Bapak Lukman. Peneliti menanyakan tentang iringan

tari Topeng Rahwana.

6. Hari terakhir Jum‟at 4 Januari 2013, peneliti mengecek kembali apa yang

sudah di teliti, dihawatirkan ada data-data yang kurang lengkap.

Hal ini untuk memfokuskan proses pengumpulan data yang disesuaikan

dengan permasalahan yang sedang diteliti, maka di dalam wawancara dengan

semua informan akan difokuskan kepada semua hal yang berkaitan dengan

masalah yang ada. Dari pimpinan sanggar peneliti ingin menggali tentang sejarah

berdirinya sanggar, perkembangannya, proses regenerasi, pembinaan keterampilan

para penari, dan masalah-masalah keorganisasian sanggar yang di pimpinnya.

Hal-hal yang ditanyakan kepada penari berkaitan dengan proses latihan dan

pertunjukkan. Kepada tokoh masyarakat dan pemerintahan setempat peneliti ingin

memperoleh data tentang perkembangan Topeng Rahwana. Pada saat proses

wawancara peneliti terfokus pada permasalahan yang sedang diteliti sehingga

peneliti berpedoman kepada pedoman wawancara yang telah peneliti siapkan.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mencari beberapa sumber lain, yakni

berupa buku, makalah, artikel, maupun hasil penelitian terdahulu yang berkaitan

dengan objek penelitian. Informasi yang didapat dari sumber-sumber tersebut

akan digunakan sebagai rujukan untuk memperkuat argumentasi. Beberapa

litelatur yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Menurut Suanda dalam bukunya yang berjudul Tari Topeng Cirebon

(2009), buku ini memaparkan tentang pertunjukan Topeng Cirebon serta

koreografi dan aspek-aspeknya. Membantu peneliti dalam membedakan topeng

rahwana Cirebon dengan topeng Rahwana yang ada di Ciamis.

Buku yang berjudul Topeng Cirebon (Buku 1) ditulis oleh Masunah dan

Karwati (2003), buku ini memaparkan tentang Topeng Cirebon dan masyarakat

pendukungnya, struktur, gaya, estetika, cerita, unsur-unsur pendukung serta

(33)

43

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Skripsi yang berjudul Tari Topeng Rahwana Abah Entis dalam

Pertunjukan Bejang di Ujungberung Kota Bandung yang ditulis oleh Vaola

Tresna Yulia (Bandung: UPI, 2008). Skripsi ini membantu penulis dalam

memaparkan tentang pengertian topeng dan karakteristik Rahwana dalam cerita

Ramayana.

Artikel “Terkenal Topeng Cirebon” yang ditulis oleh Karnita dalam

majalah Bhineka Karya Winaya membantu menambah referensi tentang eksistensi

Tari Topeng Rahwana saat ini.

Buku yang berjudul Bunga Rampai tarian Khas Jawa Barat yang ditulis

oleh Rosala, dkk. (1999), buku ini memaparkan tentang jangre tari di Jawa Barat

yang didalamnya terdapat pembahasan tentang tata rias serta tata busana lima

rumpun tari priangan, Tari Topeng Cirebon, berikut sejarah masuknya tari Topeng

ke daerah selatan Jawa Barat.

Buku yang berjudul Tari Sunda Dulu, Kini dan Esok yang ditulis oleh

Narawati dan Soedarsono (2005), buku ini memaparkan tentang tari-tarian Sunda

yang didalamnya terdapat pembahasan tentang sejarah masuknya tari Topeng

Rahwana ke Jawab Barat.

Buku yang berjudul Dramatari di Indonesia, Kontinuitas dan Perubahan,

ditulis oleh Soedarsono R.M dan Tati Narawati (2011). Buku ini memaparkan

tentang pertunjukan drama tari yang di dalamnya mengulas tentang sejarah

masuknya Tari Topeng yang berawal dari Jawa Tengah masuk ke daerah Jawa

Barat.

Buku-buku di atas sangat membantu peneliti untuk menambah referensi

penelitian tentang Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar

Budaya Sari Kabupaten Ciamis.

d. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah suatu cara melihat data-data atau

dokumen-dokumen yang ada serta untuk mendokumen-dokumentasi peristiwa-peristiwa yang terjadi

berkaitan dengan dokumentasi. Bogdan dalam Sugiyono (2007: 82,83)

(34)

44

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pribadi digunakan untuk mengacu ke beberapa hasil narasi pribadi sendiri, yang menggambarkan perilakunya sendiri dan kepercayaan atas pengalamannya itu”.

Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh

foto-foto atau karya tulis akademik yang telah ada. Dokumentasi dilakukan dengan

cara mengabadikan kegiatan penelitian pada objek yang diteliti baik menggunakan

foto maupun video, yakni dengan mengamati struktur gerak, busana serta tata rias

Tari Topeng Rahwana gaya Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari

Kabupaten Ciamis. Studi ini juga dilakukan dengan melihat dokumen-dokumen

yang telah ada sebelumnya baik yang terdapat dalam majalah, koran, cerita

maupun penelitian-penelitian terdahulu. Dokumentasi yang sudah di dapat sangat

diperlukan untuk memberikan data atau gambaran nyata, baik berupa foto sedang

latihan, keberadaan sanggar, ataupun berupa tulisan yang ada hubungannya

dengan materi bahan skripsi yang didapatkan dilapangan, hal ini akan

berpengaruh besar untuk laporan penelitian, sebagai bahan atau fakta dalam

pembuatan laporan ini. Gambar terlampir.

G. Analisis Data

Bogdan menyatakan bahwa “analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain” (Sugiyono, 2011: 334). “Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang

diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi

hipotesis” (Sugiyono, 2011: 335). Data yang telah terkumpul selanjutnya akan

diolah ke dalam laporan penelitian. Analisis data seperti yang diungkapkan oleh

Miles dan Huberman (Sugiyono, 2008: 337) terdiri dari reduksi data, penyajian

data, dan kesimpulan.

a. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema, polanya dan membuang

(35)

45

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya. Dalam mereduksi data setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan

penelitian yang ingin dicapai.

b. Penyajian Data

Setelah melakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah

melakukan penyajian data. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang

bersifat naratif.

c. Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah menarik kesimpulan.

Dalam proses penarikan kesimpulan dilakukan dengan triangulasi, yakni dengan

menggabungkan berbagai instrumen penelitian dan data yang telah dihasilkan.

Kesimpulan ini diharapkan menjadi suatu temuan baru yang sebelumnya belum

pernah ada. Temuan ini dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek

penelitian yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah

diteliti menjadi jelas. Dengan demikian, kesimpulan yang dibuat oleh peneliti

(36)

117

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Tari Topeng Rahwana ini diciptakan oleh Kurdi Suryadi pada tahun 1971,

dan berkembang di sekitar Kabupaten Ciamis. Riwayat penciptaan tari topeng

Rahwana berawal ketika beliau manggung di daerah Cijulang, mementaskan

wayang golek, Kurdi hanya dipanggil menjadi juru kendang. Sebelum pementasan

wayang golek, yang memiliki hajat meminta waktu sebentar kepada dalang untuk

mengijinkan pementasan tari Topeng Rahwana, dari Tasikmalaya. Sebelumnya

tidak ada kordinasi antara penyumbang dengan Kurdi, tarian apa yang akan di

tampilkan dan siapa yang akan mengiringinya, sehingga dia merasa kebingungan

ketika penari tersebut sudah siap di atas panggung. Pada saat itu penonton sangat

banyak, tumpah ruah di sekeliling panggung. Kurdi merasa malu, ternyata yang

akan dipentaskan adalah tari Topeng Rahwana. Kurdi tidak mampu memainkan

tepak kendang bendrong ibing Topeng tersebut, karena dia sama sekali belum

pernah mempelajari tarian Topeng Rahwana. Pada saat itu juga Toto menyapa

dari belakang dan menyuruh Kurdi untuk bergeser pindah ke bagian gong, dia

menjadi juru kendang, ternyata penari itu adalah muridnya. Dari cerita inilah

Kurdi memutuskan untuk belajar Tari Topeng Rahwana kepada Toto di daerah

Tasikmalaya, di SGBS (Sanggar Budaya Sunda).

Selama dua minggu Kurdi belajar tari Topeng Rahwana, kemudian pulang

kembali ke daerah Cibenda. Tari Topeng Rahwana yang sudah Kurdi dapatkan itu

di kreasikan lagi, gerakannya ditambah, musiknyapun berbeda dengan apa yang

sudah diajarkan oleh Toto. Pada pementasan tari Topeng Rahwana ini diselipkan

dialog di awal, tengah dan akhir yang menceritakan gandrungnya Rahwana oleh

Dewi Sinta. Bahasanya menggunakan bahasa Jawa campur Sunda dan ceritanya

diambil dari pertunjukan wayang Golek yang berjudul “Rahwana Gandrung”.

Pada intinya tarian ini lebih dikreasikan karena disesuaikan dengan daerah yang

Kurdi tempati (Ciamis Selatan). Topeng Rahwana gaya Kurdi Suryadi ini tidak

(37)

118

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Priangan. Hanya saja lebih cenderung ke topeng Priangan, karena ceritanya

diambil dari Ramayana.

Tari topeng Rahwana gaya Kurdi Suryadi ini tidak jauh berbeda dengan

topeng Rahwana/Klana yang ada di Priangan. Memiliki 34 gerak pokok, terbagi

menjadi empat babak yang pertama bata rubuh, lalamba, keringan, dan yang

terakhir badayaan. Struktur geraknya dibagi menjadi empat bagian yaitu gerak

peralihan/perpindahaan (kebut sampur, cindek), gerak murni (capang, tumpang

tali), gerak maknawi (nyawang manggut) dan yang terakhir adalah gerak penguat

ekspresi (mincid ageung).

Busana yang digunakan tari Topeng Rahwana gaya Kurdi Suryadi ini

hampir secara keselurukan berwarna merah. Menurut Kurdi merah mewakili

watak Rahwana yang sangat gagah tapi bertabeat buruk, angkuh, serakah, dan

tidak bisa mengendalikan hawa napsu. Makutanya bernama Sekar Kelewih, bagian

belakangnya disebut Garuda Mungkur motif Gajah Menga. Bentuk atau

bagian-bagian pada kedok Rahwana gaya Kurdi Suryadi ini berbeda dengan topeng

Rahwana Priangan pada umumnya. Bagian dahi memiliki ukiran makota yang

dinamakan sekar kuluwih, kemudian memiliki lis yang berwarna emas melintang

di dahinya. Matanya berbentuk cindul teureup, dahinya berbentuk cunong,

hidungnya disebut jungir, dan giginya anggaresol. Kemudian pada telinganya

menggunakan susumping, tanggannya memakai kilat bahu di tangan bagian atas

dan gelang tangan di pergelangan tangan. Baju kutung, rompi, tempal dada,

pelayang, dodot motif rereng, beubeur, celana kutung dan gelang kaki.

Tata rias yang digunakna dalam topeng Rahwana gaya Kurdi ini cukup

dengan riasan cantik (character makeup) yang menggambarkan seorang Putri

Dewi Sinta. Alis berbentuk jeler paeh nangal sapisan, di tengah-tengah antara alis

disebut dengan titik pupusti. Eye shadow berwarna biru menggambarkan

keagungan, dibalut dengan warna emas melambangkan kemewahan. Bibir

berwarna merah melambangkan keberanian, pintar berbicara, dan jambang

bebenntuk puput gedang. Pipi menggunakan blushon agar terlihat lebih berbuah.

Alat musik yang digunakan adalah saron I, saron II, bonang, rincik, satu

(38)

119

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

demung, peking, dan rebab. Babak pertama bata rubuh di iringi musik instrument

topeng wadon, bagian lalamba di iringi rumyang untuk liriknya bebas biasanya

menggunakan sisindiran, keringan iringan musiknya bendrong kulon dan lirik

masih menggunakan sisindiran dan yang terakhir badayaan menggunakan iringan

musik badayaan ½ wilet.

Namun seiring perjalanan karirnya Kurdi sering berpindah tempat dengan

dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Pada akhirnya pakum dan kini mulai

terlupakan.

B. Saran

Kesenian tradisional yang berada di sekitar kita adalah milik dan

kebanggaan kita sebagai masyarakatnya, maka sudah sepantasnya dan menjadi

tanggung jawab kita bersama untuk berusaha melestarikan kesenian tradisional

yang kita punya, begitu pula halnya dengan topeng Rahwana. Dalam kesempatan

ini, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran kepada:

1. Para peneliti selanjutnya, masih banyak hal yang bisa digali dan diteliti.

Seyogyanya bahwa tarian ini perlu adanya regenerisasi yaitu untuk

merevitalisasi tari Topeng Rahwana gaya Kurdi di sanggar Mekar Budaya

Sari kabupaten Ciamis dengan menggunakan teknik-teknik penelitian yang

lebih sempurna. Perlu pengkajian lebih mendalam mengenai asfek-asfek yang

ada di dalamnya untuk perkembangan seni dan perkembangan keilmuan

terutama ilmu pendidikan seni tari, sehingga ada kontribusi yang signifikan,

dan bisa menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat untuk kelangsungan

dan perkembangan kesenian tersebut kelak di kemudian hari.

2. Jurusan Pendidikan Seni Tari, dilihat dari sudut pandang keilmuan tari

Topeng Rahwana memiliki unsur gerak yang bisa dipelajari, bisa diambil dari

perwatakannya, sehingga mengenai kesenian topeng bisa bertambah.

3. Masyarakat merupakan dukungan terbesar dari keberadaan suatu kesenian

tradisional. Oleh sebab itu, dimulai dari sekarang lebih di pupuk dan lebih

(39)

120

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bukan kita sebagai masyarakatnya siapa lagi yang akan menjaga kelestarian

tradisional.

4. Sebagai salah satu potensi seni tradisi di Kabupaten Ciamis, peneliti

menyarankan kepada instansi terkait agar lebih memperhatikan

perkembangan dan kelestarian Topeng Rahwana khususnya dan kesenian

tradisional yang lain yang berada di kabupaten Ciamis pada umumnya.

Misalnya dengan cara mengadakan pameran dan gelar kesenian tradisional

Ciamis, ataupun kegiatan lain yang bertujuan untuk tetap menjaga dan

memperkenalkan kesenian tradisional kepada masyarakat luas khususnya

yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, termasuk memberikan donasi

(40)

121 Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adiwijaya. (1988). Motivasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Amsar Suanda, Toto. (2009). Tari Topeng Cirebon Bahan Ajar. Bandung: Jurusan Tari STSI.

Arikunto, Suharsimi (1996). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Atmadibrata, Enoch. (1976). Kreativitas Dalam Seni Tari Sunda. Bandung: ASTI.

Caturwati, Endang dan Sudjatmi, Sri. (1984). Tata Rias Tari Sunda. Bandung: ASTI.

Caturwati, Endang, dkk. (1997). Rias dan Busana Tari Sunda. Bandung: STSI Press.

Hatimah, Ihat, Susilana, Rudi dan Aedi, Nur. (2007). Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI PRESS.

Humphrey, Doris. (1983). Seni Menata Tari. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.

Karnita. (2011). “Terkenang Topeng Cirebon”. Bhineka Karya Winaya. Khayam, U. (1981), Seni Tradisional Masyarakat. Jakarta: PT. Djaya Pirusa.

Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Kussudiardja, Bagong. (2000). Bagong Kussudiardja dari Klasik Hingga Kontemporer. Yogyakarta: Padepokan Press Yayasan Bagong Kussudiardja.

Murgiyanto, Sal. (1983). Koreografi. Jakarta: Proyek Pengadaan Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Pendidikan Menegah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

(41)

122

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

---. (1986). Komposisi Tari, Artikel dalam Buku Pengetahuan Elementari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Narawati, Tati. dan Soedarsono. (2005). Tari Sunda Dulu, Kini dan Esok. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional Universitas Pendidikan Indonesia (P4ST UPI).

---. (2003). Seni dan Pendidikan Seni Sebuah Bunga Rampai. Bandung: P4ST UPI.

Rosala, Dedi. dkk. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung: Humaniora Utama Press.

Rusliana, Iyus. (2008). Penciptaan Tari Sunda Gagasan Global Bersumber Nilai-nilai Lokal. Bandung: The Eksyezet.

Sediawati, E. (1993). Seni Pertunjukan. Jakarta : Sinar HARAPAN

Soedarsono,R.M. dan Tati Narawati. (2011). Dramatari di Indonesia, Kontinuitas dan Perubahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suanda, Toto Asmar. (2001). Topeng Cirebon dan Perubahan. Bandung : Departemen Pendidikan Nasional STSI.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharto, Ben. (1985). Komposis Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yogyakarta: Ikalasti.

Sumardjo, Y. (2002). Tafsir Kosmologi Topeng Cirebon. Bandung: STSI Bandung.

Surahmad, Winaryo. (1984) Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito.

Surjaatmadja. (2009). Tari Topeng Cirebon dan Pernannya di

Masyarakat.Bandung: STSI PRESS

(42)

123

Asti Purnamasari, 2013

Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tresna Yulia, Faola. (2008). Tari Topeng Rahwana Abah Entis dalam Pertunjukan Bejang di Ujungberung Kota Bandung. Skripsi. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Gambar

Table 4.1

Referensi

Dokumen terkait

Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan sebelumnya menjelaskan bahwa secara simultan kedua variabel bebas, budaya organisasi dan kepuasan kerja berpengaruh

Untuk itu, perlu strategi pembelajaran yang efektif dan efisien dengan mem - batasi waktu bagi guru untuk melakukan presentasi tidak lebih dari 30% dari waktu yang tersedia,

Sehubungan dengan kegiatan Prakualifikasi e-Lelang Terbatas Pengadaan Jasa Pemborongan Pekerjaan Jasa Konsultansi Pengawasan Teknik Pemeliharaan Periodik Pada Jalan Tol

signifikansi variabel independen (pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum) yang kurang dari α = 5%. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli

Bila benih yang berasal dari pohon induk Parigi ditanam pada media dengan penambahan pupuk kandang maka daya berkecambah benih aren menurun (78.62%), dan daya berkecambah

Selain itu, dengan melakukan regulasi emosi, para pelaku self injury akan jauh lebih positif dalam menghayati suatu permasalahan, sehingga hal ini akan membuat mereka menjauhi

Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki jiwa multicultural maka diperlukan strategi-strategi pembelajaran yang dapat menunjang dan mengembangkan aspek-aspek dalam