TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENEGAKAN HUKUM DAN PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PENIPUAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI
MEDIA ELEKTRONIK DI INDONESIA DIKAITKAN DENGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA DAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
Riva Lovianita Lumbantoruan
1087046
ABSTRAK
Teknologi berkembang sedemikian pesatnya,perkembangan teknologi pun memberi manfaat dari segi teknologi informasi/ internet yang memudahkan pengguna internet berkomunikasi bahkan bertransaksi satu dengan yang lainnya. Perkembangan tersebut menciptakan peluang bisnis baru yang memungkinkan setiap orang untuk melakukan perbuatan hukum yang melakukan transaksi jual beli online/e-commerce. Namun perkembangan tersebut juga memiliki aspek negatif/permasalahan yang merugikan konsumen yaitu berkaitan dengan tindak pidana penipuan yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab terutama dalam hal ini penjual, serta mengenai penegakan hukum yang belum baik termasuk masalah pembuktian. Hal ini perlu dibahas dikarenakan permasalahan pembuktian yaitu data elektronik yang mudah dipalsukan, kemudian kesiapan penegakan hukum yang belum baik, dan supaya menekan tindak pidana penipuan jual beli online.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan mendasarkan pada sumber data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Penelitian yuridis normatif menekankan pada penelitian terhadap literatur hukum pidana, hukum acara pidana, hukum teknologi informasi dan perundang-undangan yang berlaku mengenai hukum acara pidana dan teori pembuktian.
Hasil penelitian berupa sistem pembuktian tindak pidana penipuan dalam transaksi jual beli online dilakukan sesuai dengan hukum acara pidana yaitu sistem pembuktian negatif, pembuktian dalam tindak pidana penipuan jual beli online konsisten dengan asas-asas atau prinsip pembuktian dalam hukum pidana, yaitu berdasarkan keyakinan hakim dan alat bukti yang sah Pasal 184 KUHAP ditambah dengan adanya perluasan alat bukti Informasi dan/atau Dokumen Elektronik yang mampu menjangkau alat bukti surat dalam KUHAP, penegakan hukum berjalan baik apabila terjadinya kesinambungan antara aturan hukum itu sendiri, peran penegak hukum, sarana, dan juga faktor kebudayaan dalam suatu masyarakat. Saran dari penulis yaitu diharapkan penegakan hukum dan pembuktian yang lebih tegas dari aparat penegak hukum, dan peran serta masyarakat yang turut mengurangi penggunaan internet yang merugikan masyarakat.
JURIDICAL ANALYSIS OF LAW ENFORCEMENT AND CRIMINAL ACTS PROOF OF FRAUD IN SALE TRANSACTIONS THROUGH ELECTRONIC MEDIA IN INDONESIA UNDER PENAL CODE AND LAW NUMBER 11 OF 2008
CONCERNING INFORMATION AND ELECTRONIC TRANSACTIONS RIVA LOVIANITA LUMBANTORUAN
1087046 ABSTRACT
Technology develops so fast, technological developments also provide benefits in terms of information technology / the internet that allows users to communicate with the internet, and even transact with each other. These developments create new business opportunities that allow each person to perform legal acts that make buying and selling online. However, these developments also have negative aspects / issues related to consumer harm, namely criminal fraud committed by irresponsible parties, in this case the seller, as well as to law enforcement, including the problem of proof has not been satisfactory. This needs to be addressed because of proof problems because electronic data is easily falsified, and furthermore because of law enforcement has been ill-prepared, and so have become a pressing problem/issue selling online.
The method used in this study is the normative research methods based on secondary data sources consisting of primary legal materials, secondary and tertiary. Research normative literature emphasizes the study of criminal law, criminal procedure law, information technology law and the laws and regulations concerning the law of criminal procedure and evidence theory.
Results of the research is that a proof system of criminal fraud in buying and selling online done in accordance with the criminal procedure law is a system of negative evidence, of proof in criminal fraud and selling online is consistent with the principles or principles of proof in criminal law, which is based on the belief of judges and tools valid evidence Criminal Procedure Article 184 coupled with the expansion of information evidence and/ or electronic documents that reaches documentary evidence in the Criminal Code, law enforcement runs properly if the continuity between the rule of law itself, the role of law enforcement, facilities, and cultural factors in a society. There is that it is hoped law enforcement and firmer evidence of law enforcement officers, and community participation will also reduce use of the internet that may harm the society at large community.
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pernyataan Keasliaan... I
Lembar Pengesahan Pembimbing... ii
Lembar Persetujuan Panitia Sidang Ujian... iii
Lembar Pengesahan Penguji... iv
Abstrak... V Kata Pengantar... vii
Daftar Isi... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah... 8
C. Tujuan Penelitian... 9
D. Kegunaan Penelitian... 9
E. Kerangka Pemikiran... 10
F. Metode Penelitian... 15
G. Sistematika Penulisan... 17
BAB II SISTEM HUKUM PIDANA INDONESIA DAN SISTEM PEMBUKTIAN DALAM HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA 19 A. Hukum Sebagai Sebuah Sistem... 19
2. Sistem Hukum Pada Umumnya... 20
B. Sistem Hukum Pidana Indonesia... 23
1. Pengertian Hukum Pidana... 23
2. Hukum Pidana Sebagai Hukum Publik... 24
3. Sumber Hukum Pidana 26 C. Tinjauan Normatif Delik atau Tindak Pidana Penipuan... 28
1. Pengertian dan Unsur Delik atau Tindak Pidana Penipuan... 28 2. Delik Penipuan dan Unsur-unsurnya... 29
D. Hukum Acara Pidana Indonesia... 31
1. Pengertian dan Tujuan Hukum Acara Pidana... 31
2. Asas-asas Hukum Acara Pidana... 32
3. Pembuktian Sebagai Tahap Pencarian Kebenaran Materiil... 33 4. Perkembangan Sistem Pembuktian di Luar KUHAP Untuk Tindak Pidana Khusus... 43 BAB III PERDAGANGAN ELEKTRONIK ATAU E-COMMERCE DI INDONESIA 46 A. Pengertian E-Commerce dan Perkembangan E-Commerce di Indonesia... 46 1. Pengertian E-Commerce... 46
2. Ruang Lingkup E-Commerce... 51
B. Permasalahan Dalam Penggunaan E-Commerce... 57
C. Pokok-Pokok Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik...
58
1. Muatan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik...
59
2. Pengaturan Mengenai E-Commerce Dalam
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik...
60
3. Pengaturan Mengenai Tindak Pidana Penipuan dan
Pembuktian E-Commerce Dalam Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik...
65
4. Kedudukan Informasi dan Dokumen Elektronik
Sebagai Alat Bukti...
67
BAB IV ANALISIS TERHADAP PENEGAKAN HUKUM DAN
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PENIPUAN DALAM
TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA
ELEKTRONIK DI INDONESIA DIKAITKAN DENGAN
KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA
DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008
TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI
ELEKTRONIK ...
69
Jual Beli Secara Online... 69
B. Konsistensi Pembuktian Dalam Tindak Pidana Penipuan TransaksiJual Beli Online Dengan Asas-Asas atau Prinsip Pembuktian Dalam Hukum Pidana... 87 C. Penegakan Hukum Terkait Dengan Tindak Pidana Penipuan Dalam Transaksi Jual Beli Online... 94 BAB V PENUTUP 102 A. Kesimpulan... 102
B. Saran... 103
Daftar Pustaka... 105
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini, teknologi telah berkembang dengan sedemikian pesat,
proses komunikasi menjadi lebih mudah dan berkembang dengan sangat
cepat. Salah satu yang diuntungkan dengan perkembangan ini adalah
proses bisnis baru yang seluruhnya bergantung pada jaringan internet.
Hadirnya masyarakat informasi ditandai dengan pemanfaatan internet
yang semakin luas dalam berbagai aktivitas kehidupan manusia, bukan
saja di negara-negara maju tapi juga di negara-negara berkembang
termasuk Indonesia.
Perkembangan kecanggihan teknologi memudahkan setiap orang
untuk berkomunikasi bahkan bertransaksi satu dengan yang lainnya,
membantu masyarakat untuk mencari informasi dan melakukan berbagai
aktivitas transaksi bisnis atau transaksi jual beli melalui online
shop.Internet pun telah memberikan kontribusi yang demikian besar bagi
masyarakat, perusahaan atau industri maupun pemerintah.1
Internet mulai di Indonesia pada tahun 1990-an. Masyarakat
menggunakan internet pada saat itu masih sangat terbatas, biasanya
masyarakat yang berada dikota-kota besar yang menggunakannya.
Berbeda dengan sekarang, masyarakat dari segala kalangan dapat
1
menggunakan internet untuk berbagai macam hal. Kalangan tua, muda,
sampai anak-anak sekarang mampu menggunakan internet untuk
kebutuhannya. 2
Pengaruh perkembangan internet terhadap perkembangan bisnis
online di Indonesia adalah :
a. Media yang dapat menghemat biaya
b. Media komunikasi
c. Media untuk mencari informasi atau data
d. Media pendidikan atau belajar
e. Media untuk berdagang. 3
Dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, telah
menciptakan jenis-jenis dan peluang-peluang bisnis yang baru di mana
transaksi-transaksi bisnis makin banyak dilakukan secara elektronik.
Sehubungan dengan perkembangan teknologi informasi tersebut
memungkinkan setiap orang dengan mudah melakukan perbuatan hukum
seperti misalnya melakukan jual beli. Perkembangan internet memang
cepat dan memberi pengaruh signifikan dalam segala aspek kehidupan
kita. Internet membantu kita sehingga dapat berinteraksi, berkomunikasi,
bahkan melakukan perdagangan dengan orang dari segala penjuru dunia
dengan murah, cepat dan mudah.
Penggunaan internet tidak hanya terbatas pada pemanfaatan
informasi yang dapat diakses melalui media ini, melainkan juga dapat
2
hendritovan.blogspot.com/2014/03/tindak-pidana-penipuan-jual-beli.html. 03 Oktober 2014.
3
digunakan sebagai sarana untuk melakukan transaksi perdagangan yang
sekarang di Indonesia telah mulai diperkenalkan melalui beberapa seminar
dan telah mulai penggunaannya oleh beberapa perusahaan yaitu Electronic
Commerce atau yang lebih dikenal dengan E-Commerce, yang merupakan
bentuk perdagangan secara elektronik melalui media internet.
Electronic commerce (e-commerce) merupakan bentuk
perdagangan yang dinilai lebih dari perdagangan pada umumnya.
Perdagangan jarak jauh dengan menggunakan media internet dimana suatu
perdagangan tidak lagi membutuhkan pertemuan antar para pelaku bisnis.4
Perkembangan e-commerce membawa banyak perubahan terhadap
sektor aktivitas bisnis yang selama ini dijalankan di dunia nyata.
Perubahan tersebut ditandai dengan adanya sejumlah upaya dari sektor
aktivitas bisnis yang semula berbasis di dunia nyata (real), kemudian
mengembangkannya ke dunia maya (virtual).5
Dalam melakukan kegiatan e-commerce, tentu saja memiliki
peraturan terutama di negara Indonesia, yaitu Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik. Walaupun belum secara keseluruhan mencakup atau
mengatur segala perbuatan atau kegiatan di dunia maya
Penggunaan internet dalam electronic commerce ini memberikan
dampak yang sangat positif yakni dalam kecepatan dan kemudahan serta
4
Freddy Haris, Aspek Hukum Transasksi Secara Elektronik, UI: Jakarta, 2000, hlm. 7.
5
kecanggihan dalam melakukan interaksi global tanpa batasan tempat dan
waktu, yang kini menjadi hal yang biasa dan juga keberadaan
E-Commerce merupakan alternatif bisnis yang cukup menjanjikan untuk
diterapkan pada saat ini. E-Commerce memberikan banyak kemudahan
bagi kedua belah pihak, baik dari pihak penjual (merchant) maupun dari
pihak pembeli (buyer) di dalam melakukan transaksi perdagangan.
Transaksi bisnis yang lebih praktis tanpa perlu kertas dan pena, perjanjian
face to face (bertemu secara langsung) pelaku bisnis kini tidak diperlukan
lagi, sehingga dapat dikatakan perdagangan elektronik atau e-commerce
ini menjadi penggerak baru dalam bidang teknologi khususnya di
Indonesia.
Implikasi dari pengembangan ini dirasa ada sisi positif dan negatif.
Aspek positifnya bahwa dengan perdagangan di internet melalui jaringan
online, telah meningkatkan peranan dan fungsi perdagangan sekaligus
memberikan kemudahan dan efisiensi. Aspek negatif dari pengembangan
ini adalah berkaitan dengan persoalan keamanan dalam bertransakasi
dengan menggunakan media e-commerce dan secara yuridis terkait pula
dengan jaminan kepastian hukum (legal certainty).
Masalah keamanan masih menjadi masalah dalam internet.
Aspek-aspek yang dipermasalahkan itu antara lain :
“a.Masalah kerahasiaan (confidentiality) pesan;
d.Masalah keaslian pesan agar bisa dijadikan barang bukti.”6
Perdagangan ini juga melahirkan risiko negatif yang seringkali
muncul dalam bentuk penyelewengan yang cenderung merugikan
konsumen dalam melakukan e-commerce atau perdagangan elektronik.
Diantaranya dalam hal terkait dengan produk yang ditawarkan, kesalahan
dalam pembayaran, ketidaktepatan waktu menyerahkan barang atau
pengiriman barang dan hal-hal lain yang tidak sesuai dengan kesepakatan
sebelumnya. Keberadaan konsumen yang melakukan bisnis e-commerce
tidak tervisual secara jelas mengingat transaksi dilakukan dalam dunia
maya, sehingga terdapat kemungkinan-kemungkinan seperti pihak yang
melakukan transaksi mungkin saja pihak yang tidak diperkenankan untuk
melakukan suatu tindakan hukum.
Situs jejaring sosial di dunia maya tidak hanya dimanfaatkan
sebagai media pertemanan tetapi juga dijadikan sebagai salah satu media
untuk melakukan bisnis jual beli seperti online shop. Banyak terjadi tindak
pidana penipuan yang merugikan para pihak yang bertransaksi yang dalam
hal ini adalah penjual dan pembeli karena tidak saling bertemu secara fisik
untuk melakukan jual beli. Tidak selamanya pembeli bernasib baik dengan
menemukan penjual yang jujur dan dapat dipercaya. Pihak yang tidak
bertanggungjawab bisa melakukan berbagai kejahatan ataupun penipuan
demi untung keuntungan bagi dirinya sendiri atau sepihak.
6
Akhir-akhir ini banyak sekali kasus-kasus penipuan secara online
yang ditangkap oleh polisi. Bisnis secara online memang mempermudah
para pelaku penipuan dalam melakukan aksinya, karena mereka tidak
bertemu secara langsung dengan pembelinya. Modus penjualan dari
penipuan tersebut yaitu handphone dan elektronik via online, dengan
harga yang jauh lebih murah dari harga pasaran membuat banyak orang
tertarik untuk memesan barang yang ditawarkan, maka seharusnya media
harus segera mengemukakan kasus ini sehingga masyarakat lebih banyak
yang mengetahui bahwa ada penipuan berkedok penjualan handhone dan
elektronik di jejaring sosial dan untuk lebih berhati hati dalam bertransaksi
online apabila jika harga yang ditawarkan mencurigakan.
Seperti halnya kasus kriminalitas penipuan jual beli online sedang
marak terjadi di Bandung. Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Sumur
Bandung Komisaris Polisi (Kompol) Janter Nainggolan mengatakan,
korban penipuan sebagian besar adalah mahasiswa. Rata-rata mereka
bertransaksi barang-barang elektronik seperti ponsel atau laptop dengan
melihat akun di Berniaga.Com, Toko Bagus. Korban tergiur dengan harga
yang sangat murah, sehingga korban sangat tertarik membelinya.
Kemudian korban tidak memperhatikan kenyamanan dikarenakan korban
lebih memilih harga yang murah daripada keamanan dan kenyamanan
transaksi pembelian.7
7
Penipuan secara online pada prinisipnya sama dengan penipuan
konvensional, yang membedakan hanyalah pada sarana perbuatannya
yakni menggunakan Sistem Elektronik (komputer, internet, perangkat
telekomunikasi). Sehingga secara hukum, penipuan secara online dapat
diperlakukan sama sebagaimana delik konvensional yang diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ( KUHP ).
Penegakan hukum yang belum baik terkait dengan tindak pidana
penipuan atas transaksi jual beli secara online dan mengenai sulitnya
pembuktian dikarenakan data elektronik relatif mudah untuk dirubah,
disadap maupun dipalsukan, pembuktian yang dimaksud disini adalah
pembuktian secara umum/konvensional yaitu ketentuan yang berisi
pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang-undang membuktikan
kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa, serta ketentuan yang
mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan undang-undang dan boleh
digunakan hakim membuktikan kesalahan yang didakwakan, karena ada
prinsip pembuktian yang menyatakan bahwa hal yang secara umum sudah
diketahui tidak perlu dibuktikan, satu saksi bukan saksi dan pengakuan
terdakwa tidak cukup untuk menyatakan bahwa ia bersalah. Kemudian
permasalahan selanjutnya tentang kurangnya kesiapan aparat dalam
implementasi Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik dan KUHP.
Dikarenakan begitu pentingnya membahas topik permasalahan
pihak tidak bertanggung jawab, dan adanya kesenjangan antara apa yang
diharapkan dari permasalahan yang dipilih dengan kenyataan atau kondisi
nyata yang terjadi saat ini. Maka saya tertarik untuk meneliti permasalahan
tersebut dengan judul penelitian “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP
PENEGAKAN HUKUM DAN PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA
PENIPUAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA
ELEKTRONIK DI INDONESIA DIKAITKAN DENGAN KITAB
UNDANG HUKUM ACARA PIDANA DAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN
TRANSAKSI ELEKTRONIK.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan
identifikasi masalah antara lain :
1. Bagaimana Sistem Pembuktian Tindak Pidana Penipuan dalam
Transaksi Jual Beli secara online ?
2. Apakah Pembuktian dalam Tindak Pidana Penipuan Transaksi Jual
Beli Online telah memenuhi Asas-asas atau Prinsip-prinsip
Pembuktian dalam Hukum Pidana ?
3. Bagaimana Penegakan Hukum Terkait Penipuan Dalam Transaksi
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka tujuan penelitian antara
lain :
1. Untuk mengkaji dan membahas Sistem Pembuktian Tindak Pidana
Penipuan dalam Transaksi Jual Beli secara online.
2. Untuk mengetahui pembuktian dalam Tindak Pidana Penipuan dalam
Transaksi Jual Beli online telah memenuhi Asas-asas atau
Prinsip-prinsip Pembuktian dalam Hukum Pidana.
3. Untuk mengetahui Penegakan Hukum terkait dengan Penipuan dalam
Transaksi Jual Beli online.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis
a. Memberikan informasi dan pemahaman dalam setiap
perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum pidana
pada khususnya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas
dalam penelitian ini.
b. Memberikan wawasan dan pengetahuan khususnya kepada penulis
dan umumnya bagi para mahasiswa hukum mengenai penerapan
hukum pidana bagi pelaku tindak pidana penipuan online.
c. Dapat digunakan sebagai literatur tambahan bagi yang berminat
untuk meneliti lebih lanjut tentang masalah yang dibahas dalam
2. Secara Praktis
a. untuk dapat memberikan masukan pada masyarakat terutama
penikmat situs belanja online untuk lebih waspada dalam membeli
barang yang ditawarkan dalam situs media sosial.
b. untuk masukan bagi pemerintah agar masalah penipuan online
dapat di tindak lanjuti supaya meminimalisir penipuan yang
dilakukan oleh oknum yang kurang bertanggungjawab.
E. Kerangka Pemikiran
Perkembangan masyarakat dan hukum terus melaju seakan terus
mengikuti perkembangan zaman. Dari perkembangan tersebut muncul
pula perkembangan teknologi informasi yang memudahkan setiap orang
untuk berkomunikasi, berinteraksi, bahkan bertransaksi satu dengan yang
lainnya.
Law as a tool of sosial engineering merupakan teori yang
dikemukakan oleh Roscoe Pound, yang berarti hukum sebagai alat
pembaharuan dalam masyarakat, dalam istilah ini hukum diharapkan dapat
berperan merubah nilai-nilai sosial dalam masyarakat.
Dalam hal ini dengan adanya fungsi hukum sebagai sarana
pembaharuan masyarakat, dapat pula diartikan bahwa hukum digunakan
sebagai alat oleh agent of change yang merupakan pelopor perubahan
yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapatkan kepercayaan
kemasyarakatan. Pelopor ini melakukan penekanan untuk mengubah
sistem sosial, mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang
direncanakan terlebih dahulu disebut social engineering ataupun planning
atau sebagai alat rekayasa sosial.
Terkait dengan modus penipuan online maka akan melihat suatu
perkembangan hukum yang sangat terasa di masyarakat seiring dengan
tingkat pertumbuhan dan perkembangan sosial masyarakat yang cukup
tinggi mengharuskan hukum untuk maju sesuai dengan kenyataan yang
ada di masyarakat.
Perkembangan itu terlihat dari lahirnya komponen hukum seperti
perangkat Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yang merupakan hukum
dalam kategori hukum publik, dan dibentuk pula suatu Undang-undang
yang lebih khusus yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik
Transaksi bisnis jual beli masuk ke dalam ranah hukum perdata,
akan tetapi ketika transaksi bisnis jual beli itu menimbulkan kerugian bagi
kebanyakan orang maka transaksi jual beli tersebut akan masuk ke dalam
ranah hukum pidana.
Hukum pidana adalah peraturan hukum mengenai tindak pidana.
dilimpahkan kepada seorang oknum sebagai hal yang tidak enak
dirasakannya dan juga hal yang tidak sehari-hari dilimpahkan.8
Definisi hukum pidana menurut Mertokusumo yaitu:
“Hukum pidana adalah hukum yang menentukan perbuatan-perbuatan apa sajakah yang dapat dipidana serta sanksi-sanksi apa sajakah yang tersedia. Hukum pidana dibagi menjadi hukum pidana materil dan hukum pidana formil. Hukum pidana materil ini memuat perbuatan-perbuatan melanggar hukum yang disebut delik dan diancam dengan sanksi. Hukum pidana formil atau hukum acara pidana mengatur tentang bagaimana cara Negara menerapkan sanksi pidana pada peristiwa konkrit”.9
Hukum acara pidana (formal) mengatur tentang bagaimana negara
menjatuhkan pidana. Tujuan hukum acara pidana antara lain dapat dibaca
pada Pedoman Pelaksanaan KUHAP yang dikeluarkan oleh Menteri
Kehakiman adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya
mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya
dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara
pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku
yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan
selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna
menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan
dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.
Sistem atau teori pembuktian dalam pidana, pembuktian tentang
benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan,
merupakan bagian terpenting acara pidana. Dalam hal ini pun hak asasi
8
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung: PT Refika Aditama, 2003, hlm. 1.
9
manusia dipertaruhkan. Bagaimana akibatnya jika seorang terdakwa
dinyatakan terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan berdasarkan
alat bukti yang ada disertai keyakinan hakim, padahal tidak benar. Untuk
inilah maka hukum acara pidana bertujuan untuk mencari kebenaran
materiil, berbeda dengan hukum acara perdata yang cukup puas dengan
kebenaran formal.10
Dalam menilai kekuatan pembuktian alat-alat bukti yang ada,
KUHAP sudah menganut sistem atau teori pembuktian berdasarkan
undang-undang negatif (negatief wettelijk). Hal tersebut dapat disimpulkan
dari Pasal 183 KUHAP berbunyi sebagai berikut :
“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang, kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.”
Dari kalimat tersebut nyata bahwa pembuktian harus didasarkan
kepada undang-undang (KUHAP), yaitu alat bukti yang sah tersebut dalam
Pasal 184 KUHAP , disertai dengan keyakinan hakim yang diperoleh dari
alat-alat bukti tersebut.
Menurut Wirjono Prodjodikoro, Untuk Indonesia Sistem atau teori
pembuktian berdasar undang-undang secara negatif sebaiknya
dipertahankan berdasarkan dua alasan, pertama memang selayaknya harus
berdasar keyakinan hakim tentang kesalahan terdakwa untuk dapat
menjatuhkan suatu hukuman pidana, janganlah hakim terpaksa memidana
orang sedangkan hakim tidak yakin atas kesalahan terdakwa. Kedua ialah
10
berfaedah jika ada aturan yang mengikat hakim dalam menyusun
keyakinannya, agar ada patokan-patokan tertentu yang harus diturut oleh
hakim dalam melakukan peradilan.
Dikarenakan hukum pidana mencari kebenaran materiil, maka erat
kaitannya dengan pembuktian. Alat bukti dalam pidana yaitu menurut
pasal 184 KUHAP, antara lain :
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa
Menurut Lawrence Meir Friedman berhasil atau tidaknya
Penegakan hukum bergantung padaSubstansi Hukum, Struktur Hukum dan
Budaya Hukum. Teori Friedman tersebut dapat dijadikan patokan dalam
mengukur proses penegakan hukum.
Pertama, Substansi Hukum Dalam teori Lawrence Meir Friedman
hal ini disebut sebagai sistem Substansial yang menentukan bisa atau
tidaknya hukum itu dilaksanakan. Teori Lawrence Meir Friedman yang
Kedua, Struktur Hukum disebut sebagai sistem Struktural yang
menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan dengan baik.
Ketiga, Budaya Hukum adalah sikap manusia terhadap hukum dan sistem
adalah suasana pemikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan
bagaimana hukum digunakan, dihindari, atau disalahgunakan.
Baik substansi hukum, struktur hukum maupun budaya hukum
saling keterkaitan antara satu dengan yang lain dan tidak dapat dipisahkan.
Dalam pelaksanaannya diantara ketiganya harus tercipta hubungan yang
saling mendukung agar tercipta pola hidup aman, tertib, tentram dan
damai.
Semakin berkembangnya kejahatan dalam masyarakat, sehingga
hukum juga harus berkembang agar fungsinya sebagai pemberi rasa aman
dapat terpenuhi, maka dibentuklah suatu Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dengan adanya
Undang-undang ini maka diharapkan masyarakat takut untuk melakukan
kesalahan, karena dijelaskan pada pada ayat (1), bertanggung jawab atas
segala kerugian dan konsekwensi yang timbul, tetapi dalam
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik pihak yang bertanggung
jawab atas segala akibat hukum dalam pelaksanaan Transaksi Elektronik.
F. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis
normatif dengan mendasarkan pada sumber data sekunder yang terdiri dari
bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Bahan hukum primer
merupakan bahan hukum yang mengikat atau yang membuat orang taat
pada hukum seperti peraturan perundang-undangan, dan putusan hakim,
mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer yang
merupakan hasil olahan pendapat atau pikiran ahli yang mempelajari suatu
bidang tertentu secara khusus yang akan memberikan petunjuk ke mana
peneliti akan mengarah. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang
mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan
memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya.
Penelitian yuridis normatif menekankan pada penelitian terhadap
literatur hukum pidana, hukum teknologi informasi dan
perundang-undangan yang berlaku mengenai hukum acara pidana dan teori
pembuktian.
Metode penelitian yang digunakan berupa pendekatan yuridis
normatif dengan spesifikasi penelitian bersifat deskriptif analitis yaitu
mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah
sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan, hasil penelitian yang
kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya.
a. Tahap penelitian dan bahan penelitian
Tahap penelitian terdiri atas penelitian kepustakaan dalam upaya
mencari data sekunder dengan menggunakan bahan hukum primer,
bahkan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Tahap penelitian
lapangan dilakukan guna memperoleh data primer untuk mendukung
data sekunder. Maka penelitian ini akan mengumpulkan data yang
paling lengkap mengenai pidana dan teknologi informasi dan
b. Analisis data dilakukan dengan menggunakan cara analisis kualitatif
Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan oleh penulis
dalam penelitian ini ialah teknik analisis data kualitatif, yakni suatu
uraian tentang cara-cara analisis berupa kegiatan mengumpulkan data
kemudian diedit dahulu untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan
analisis yang sifatnya kualitatif.
G. Sistematika Penulisan
Hasil penulisan ini disusun untuk membahas dan menguraikan
masalah dan terdiri dari 5 (lima) Bab, dimana diantara bab yang satu
dengan bab yang lainnya saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan, secara ringkas disusun dengan sistematika sebagai
berikut :
BAB 1 : Pendahuluan
Berisi uraian Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Tujuan
Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian
dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Sistem Hukum Pidana Indonesia dan Sistem Pembuktian
Dalam Hukum Acara Pidana Indonesia
Bagian ini berisikan Sistem Hukum Pidana, Delik Penipuan, Hukum
Acara dan Pembuktian.
BAB III : Perdagangan Elektronik atau E-Commerce di Indonesia
Bagian ini berisikan uraian mengenai pengertian E-Commerce, Ruang
Lingkup E-Commerce, dan Karakteristik E-Commerce, beserta pengaturan
dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan
BAB IV: Analisis Terhadap Penegakan Hukum dan Pembuktian
Tindak Pidana Penipuam Dalam Transaksi Jual Beli Melalui Media
Elektronik Di Indonesia Dikaitkan Dengan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Bagian ini berisikan Analisa terhadap masalah yang diidentifikasikan,
yakni berkenaan dengan Sistem Pembuktian Tindak Pidana Dalam
Transaksi Jual Beli Online, Konsistensi Pembuktian dalam Tindak Pidana
Penipuan Transaksi Jual Beli Online telah memenuhi Asas atau Prinsip
Pembuktian Hukum Pidana, dan Penegakan Hukum Terkait Penipuan
Dalam Transaksi Jual Beli Online.
BAB V : PENUTUP
Bagian ini berisikan kesimpulan dan saran, kesimpulan merupakan
jawaban atas identifikasi masalah, sedangkan saran merupakan usulan
yang operasional, konkret, dan praktis serta merupakan kesinambungan
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di seluruh materi mengenai permasalahan
yang dikemukakan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Sistem pembuktian tindak pidana penipuan dalam transaksi jual beli
secara online dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum acara pidana,
yaitu dengan sistem pembuktian negatif yaitu pembuktian harus
didasarkan pada undang-undang, yakni alat bukti yang sah dalam Pasal
184 KUHAP disertai dengan keyakinan hakim yang diperoleh dari alat
bukti tersebut ditambah perluasan alat bukti Informasi/Dokumen
Elektronik dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Proses pembuktian
diawali dengan dilakukan tahap penyelidikan sebagai tahap pertama,
kemudian penyidikan, selanjutnya tahap penuntutan yang dilakukan
oleh Jaksa Penuntut Umum, maka setelah tahap tersebut dilakukanlah
tahap pembuktian dalam persidangan
2. Pembuktian dalam tindak pidana penipuan dalam transaksi jual beli
online konsisten dengan Asas-asas atau Prinsip pembuktian dalam
hukum pidana, yaitu berdasarkan keyakinan hakim dan alat bukti yang
sah Pasal 184 KUHAP ditambah dengan adanya perluasan alat bukti
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik yang mampu menjangkau alat bukti surat dalam KUHAP.
3. Penegakan Hukum berjalan baik apabila terjadinya kesinambungan
antara aturan hukum itu sendiri, peran penegak hukum, sarana, dan
juga faktor kebudayaan dalam suatu masyarakat. Dalam hal ini peran
penegak hukum mengenai sumber daya manusia berupa pemahaman
dan pendalaman mengenai penegakan hukum dan pembuktian tindak
pidana penipuan transaksi jual beli online diikuti dengan aturan hukum
yang tegas serta sarana yang menunjang terciptanya penegakan
hukum.
B. SARAN
Adapun saran yang penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini
adalah:
1. Diharapkan dalam upaya penegakan hukum, aparat penegak hukum
lebih serius dalam mencegah dan menangani kasus tindak pidana
penipuan dalam transaksi jual beli online dengan lebih tegasnya
penerapan aturan dan sanksi pidana.
2. Diharapkan bagi aparat penegak hukum baik Penyidik, Jaksa Penuntut
Umum maupun Hakim dibutuhkan suatu pemahaman dan training
supaya lebih mendalami alat bukti elektronik agar tidak ada kesalahan
dalam penerapan di samping pengetahuan mengenai alat bukti menurut
3. Diharapkan juga peran serta masyarakat sebagai pengguna
perkembangan teknologi informasi yaitu dengan diadakan sosialisasi/
penyuluhan penggunaan teknologi informasi dalam transaksi
elektronik yang baik, tidak merugikan kepentingan orang lain sehingga
masyarakat turut membantu penyidik memberikan informasi apabila
ada tindak pidana penipuan di lingkungan masyarakat dengan begitu
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Abdul Halim Barkatullah, Bisnis E-Commerce, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2005
Abdul Halim dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-Commerce Studi Sistem Keamanan
Dan Hukum Di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005
Abdul Kholiq, Buku Pedoman Kuliah Pertama, FH Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta, 2002
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2001
Andi Zainal Abidin Farid, Hukum PidanaI, Sinar Grafika, Jakarta, 1995
Antonius Sudirman, Eksistensi Hukum dan Hukum Pidana Dalam Dinamika
Soisal Suatu Kajian Teori dan Praktek di Indonesia, BP Undip
Semarang, Semarang, 2009
Azis Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus, Sinar Grafika, Jakarta, 2011
Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Yogyakarta,
1992
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008
Chazawi Adami, Kejahatan Terhadap Harta Benda, Bayu Media, Jakarta, 2006
Dikdik Arief dan Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi,
Refika Aditama, Bandung, 2005
Dudu Duswara, Pengantar Ilmu Hukum, Redika Aditama, Bandung, 2000
Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika, Gravindo Persada, Jakarta, 2003
Kansil, C.S.T, Christin S.T, Kamus Istilah Aneka Hukum, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 2000
Karhi Nisjhar, Teori Sistem Dan Pendekatan Sistem, Mandar Maju, Bandung,
1997
Lamintang, P.A.F, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1997
Lawrence Meir Friedman, American Law An Introduction, Tata Nusa, Jakarta,
M. Arsyad Sanusi, E-Commerce Hukum dan Solusinya, Mizan Grafika Sarana,
Bandung, 2001
M.Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Jilid II,
Pustaka Kartini, Jakarta,1995
M.Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, Cet.
Ketiga, Sinar Grafika, Jakarta, 2002
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2011
Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan Kedelapan, Renika Cipta, Jakarta,
2008
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1985
Moeljatno, Hukum Acara Pidana, UGM, Yogyakarta, 1981
Niniek Suparni, Eksistensi Pidana denda Dalam Sistem Pidana Dalam Sistem
Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2007
Onno W.Purbo dan Aang Arif, Mengenal E-Commerce, Elax Media Komputindo,
Jakarta, 2001
P.A.F Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan,
Sinar Grafika, Jakarta, 2009
Panggih D. Atmojo, Internet Untuk Bisnis I, Dirkomnet Training, Jogjakarta,
2002
Rusli Effendi, Asas-asas Hukum Pidana, Lembaga Percetakan dan Penerbitan
Universitas Muslim Indonesia, Ujung Pandang, 1986
Rusli Muhammad, Hukum Acara Pidana Kontemporer, Citra Aditya Bakti,
Yogyakarta, 2007
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Grafindo Persada, Jakarta, 2010
Tongat, Hukum Pidana Materiil, UMM Press, Malang, 2006
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Pidana Di Indonesia, Eresco, Bandung,
B. PERUNDANG-UNDANGAN
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan
Sistem dan Transaksi Elektronik
C. SUMBER LAIN
http://www.goechi.com/newsletter.html. 05 Oktober 2013.
http://vjkeybot.wordpres.com Vjkeybot, “ Sistem Hukum Indonesia”,
2011.
http://www.anneahira.com Anne Ahira, “ Sistem Hukum Indonesia”, 2011.
www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5073b4c6c99ba/bukti-permulaan-yang-cukup-sebagai-dasar-penangkapan.
http://anitaapriliani.blogspot.com/2011/01/Pengaruh dan Peranan Internet.
http://www.google.com/regional.kompas,com/read/2013/01/04/marak.peni
puan.lewat .online.di.bandung.
www.google.com/regional.kompas,com/read/2013/01/04/marak.penipuan.l