• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis terhadap Pengegakan Hukum dan Pembuktian Tindak Pidana Penipuan dalam Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik di Indonesia Dikaitkan dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis terhadap Pengegakan Hukum dan Pembuktian Tindak Pidana Penipuan dalam Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik di Indonesia Dikaitkan dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informas"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENEGAKAN HUKUM DAN PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PENIPUAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI

MEDIA ELEKTRONIK DI INDONESIA DIKAITKAN DENGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA DAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Riva Lovianita Lumbantoruan

1087046

ABSTRAK

Teknologi berkembang sedemikian pesatnya,perkembangan teknologi pun memberi manfaat dari segi teknologi informasi/ internet yang memudahkan pengguna internet berkomunikasi bahkan bertransaksi satu dengan yang lainnya. Perkembangan tersebut menciptakan peluang bisnis baru yang memungkinkan setiap orang untuk melakukan perbuatan hukum yang melakukan transaksi jual beli online/e-commerce. Namun perkembangan tersebut juga memiliki aspek negatif/permasalahan yang merugikan konsumen yaitu berkaitan dengan tindak pidana penipuan yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab terutama dalam hal ini penjual, serta mengenai penegakan hukum yang belum baik termasuk masalah pembuktian. Hal ini perlu dibahas dikarenakan permasalahan pembuktian yaitu data elektronik yang mudah dipalsukan, kemudian kesiapan penegakan hukum yang belum baik, dan supaya menekan tindak pidana penipuan jual beli online.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan mendasarkan pada sumber data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Penelitian yuridis normatif menekankan pada penelitian terhadap literatur hukum pidana, hukum acara pidana, hukum teknologi informasi dan perundang-undangan yang berlaku mengenai hukum acara pidana dan teori pembuktian.

Hasil penelitian berupa sistem pembuktian tindak pidana penipuan dalam transaksi jual beli online dilakukan sesuai dengan hukum acara pidana yaitu sistem pembuktian negatif, pembuktian dalam tindak pidana penipuan jual beli online konsisten dengan asas-asas atau prinsip pembuktian dalam hukum pidana, yaitu berdasarkan keyakinan hakim dan alat bukti yang sah Pasal 184 KUHAP ditambah dengan adanya perluasan alat bukti Informasi dan/atau Dokumen Elektronik yang mampu menjangkau alat bukti surat dalam KUHAP, penegakan hukum berjalan baik apabila terjadinya kesinambungan antara aturan hukum itu sendiri, peran penegak hukum, sarana, dan juga faktor kebudayaan dalam suatu masyarakat. Saran dari penulis yaitu diharapkan penegakan hukum dan pembuktian yang lebih tegas dari aparat penegak hukum, dan peran serta masyarakat yang turut mengurangi penggunaan internet yang merugikan masyarakat.

(2)

JURIDICAL ANALYSIS OF LAW ENFORCEMENT AND CRIMINAL ACTS PROOF OF FRAUD IN SALE TRANSACTIONS THROUGH ELECTRONIC MEDIA IN INDONESIA UNDER PENAL CODE AND LAW NUMBER 11 OF 2008

CONCERNING INFORMATION AND ELECTRONIC TRANSACTIONS RIVA LOVIANITA LUMBANTORUAN

1087046 ABSTRACT

Technology develops so fast, technological developments also provide benefits in terms of information technology / the internet that allows users to communicate with the internet, and even transact with each other. These developments create new business opportunities that allow each person to perform legal acts that make buying and selling online. However, these developments also have negative aspects / issues related to consumer harm, namely criminal fraud committed by irresponsible parties, in this case the seller, as well as to law enforcement, including the problem of proof has not been satisfactory. This needs to be addressed because of proof problems because electronic data is easily falsified, and furthermore because of law enforcement has been ill-prepared, and so have become a pressing problem/issue selling online.

The method used in this study is the normative research methods based on secondary data sources consisting of primary legal materials, secondary and tertiary. Research normative literature emphasizes the study of criminal law, criminal procedure law, information technology law and the laws and regulations concerning the law of criminal procedure and evidence theory.

Results of the research is that a proof system of criminal fraud in buying and selling online done in accordance with the criminal procedure law is a system of negative evidence, of proof in criminal fraud and selling online is consistent with the principles or principles of proof in criminal law, which is based on the belief of judges and tools valid evidence Criminal Procedure Article 184 coupled with the expansion of information evidence and/ or electronic documents that reaches documentary evidence in the Criminal Code, law enforcement runs properly if the continuity between the rule of law itself, the role of law enforcement, facilities, and cultural factors in a society. There is that it is hoped law enforcement and firmer evidence of law enforcement officers, and community participation will also reduce use of the internet that may harm the society at large community.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pernyataan Keasliaan... I

Lembar Pengesahan Pembimbing... ii

Lembar Persetujuan Panitia Sidang Ujian... iii

Lembar Pengesahan Penguji... iv

Abstrak... V Kata Pengantar... vii

Daftar Isi... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Kegunaan Penelitian... 9

E. Kerangka Pemikiran... 10

F. Metode Penelitian... 15

G. Sistematika Penulisan... 17

BAB II SISTEM HUKUM PIDANA INDONESIA DAN SISTEM PEMBUKTIAN DALAM HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA 19 A. Hukum Sebagai Sebuah Sistem... 19

(4)

2. Sistem Hukum Pada Umumnya... 20

B. Sistem Hukum Pidana Indonesia... 23

1. Pengertian Hukum Pidana... 23

2. Hukum Pidana Sebagai Hukum Publik... 24

3. Sumber Hukum Pidana 26 C. Tinjauan Normatif Delik atau Tindak Pidana Penipuan... 28

1. Pengertian dan Unsur Delik atau Tindak Pidana Penipuan... 28 2. Delik Penipuan dan Unsur-unsurnya... 29

D. Hukum Acara Pidana Indonesia... 31

1. Pengertian dan Tujuan Hukum Acara Pidana... 31

2. Asas-asas Hukum Acara Pidana... 32

3. Pembuktian Sebagai Tahap Pencarian Kebenaran Materiil... 33 4. Perkembangan Sistem Pembuktian di Luar KUHAP Untuk Tindak Pidana Khusus... 43 BAB III PERDAGANGAN ELEKTRONIK ATAU E-COMMERCE DI INDONESIA 46 A. Pengertian E-Commerce dan Perkembangan E-Commerce di Indonesia... 46 1. Pengertian E-Commerce... 46

2. Ruang Lingkup E-Commerce... 51

(5)

B. Permasalahan Dalam Penggunaan E-Commerce... 57

C. Pokok-Pokok Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik...

58

1. Muatan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik...

59

2. Pengaturan Mengenai E-Commerce Dalam

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik...

60

3. Pengaturan Mengenai Tindak Pidana Penipuan dan

Pembuktian E-Commerce Dalam Undang-Undang Nomor

11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik...

65

4. Kedudukan Informasi dan Dokumen Elektronik

Sebagai Alat Bukti...

67

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENEGAKAN HUKUM DAN

PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PENIPUAN DALAM

TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA

ELEKTRONIK DI INDONESIA DIKAITKAN DENGAN

KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI

ELEKTRONIK ...

69

(6)

Jual Beli Secara Online... 69

B. Konsistensi Pembuktian Dalam Tindak Pidana Penipuan TransaksiJual Beli Online Dengan Asas-Asas atau Prinsip Pembuktian Dalam Hukum Pidana... 87 C. Penegakan Hukum Terkait Dengan Tindak Pidana Penipuan Dalam Transaksi Jual Beli Online... 94 BAB V PENUTUP 102 A. Kesimpulan... 102

B. Saran... 103

Daftar Pustaka... 105

(7)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini, teknologi telah berkembang dengan sedemikian pesat,

proses komunikasi menjadi lebih mudah dan berkembang dengan sangat

cepat. Salah satu yang diuntungkan dengan perkembangan ini adalah

proses bisnis baru yang seluruhnya bergantung pada jaringan internet.

Hadirnya masyarakat informasi ditandai dengan pemanfaatan internet

yang semakin luas dalam berbagai aktivitas kehidupan manusia, bukan

saja di negara-negara maju tapi juga di negara-negara berkembang

termasuk Indonesia.

Perkembangan kecanggihan teknologi memudahkan setiap orang

untuk berkomunikasi bahkan bertransaksi satu dengan yang lainnya,

membantu masyarakat untuk mencari informasi dan melakukan berbagai

aktivitas transaksi bisnis atau transaksi jual beli melalui online

shop.Internet pun telah memberikan kontribusi yang demikian besar bagi

masyarakat, perusahaan atau industri maupun pemerintah.1

Internet mulai di Indonesia pada tahun 1990-an. Masyarakat

menggunakan internet pada saat itu masih sangat terbatas, biasanya

masyarakat yang berada dikota-kota besar yang menggunakannya.

Berbeda dengan sekarang, masyarakat dari segala kalangan dapat

1

(8)

menggunakan internet untuk berbagai macam hal. Kalangan tua, muda,

sampai anak-anak sekarang mampu menggunakan internet untuk

kebutuhannya. 2

Pengaruh perkembangan internet terhadap perkembangan bisnis

online di Indonesia adalah :

a. Media yang dapat menghemat biaya

b. Media komunikasi

c. Media untuk mencari informasi atau data

d. Media pendidikan atau belajar

e. Media untuk berdagang. 3

Dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, telah

menciptakan jenis-jenis dan peluang-peluang bisnis yang baru di mana

transaksi-transaksi bisnis makin banyak dilakukan secara elektronik.

Sehubungan dengan perkembangan teknologi informasi tersebut

memungkinkan setiap orang dengan mudah melakukan perbuatan hukum

seperti misalnya melakukan jual beli. Perkembangan internet memang

cepat dan memberi pengaruh signifikan dalam segala aspek kehidupan

kita. Internet membantu kita sehingga dapat berinteraksi, berkomunikasi,

bahkan melakukan perdagangan dengan orang dari segala penjuru dunia

dengan murah, cepat dan mudah.

Penggunaan internet tidak hanya terbatas pada pemanfaatan

informasi yang dapat diakses melalui media ini, melainkan juga dapat

2

hendritovan.blogspot.com/2014/03/tindak-pidana-penipuan-jual-beli.html. 03 Oktober 2014.

3

(9)

digunakan sebagai sarana untuk melakukan transaksi perdagangan yang

sekarang di Indonesia telah mulai diperkenalkan melalui beberapa seminar

dan telah mulai penggunaannya oleh beberapa perusahaan yaitu Electronic

Commerce atau yang lebih dikenal dengan E-Commerce, yang merupakan

bentuk perdagangan secara elektronik melalui media internet.

Electronic commerce (e-commerce) merupakan bentuk

perdagangan yang dinilai lebih dari perdagangan pada umumnya.

Perdagangan jarak jauh dengan menggunakan media internet dimana suatu

perdagangan tidak lagi membutuhkan pertemuan antar para pelaku bisnis.4

Perkembangan e-commerce membawa banyak perubahan terhadap

sektor aktivitas bisnis yang selama ini dijalankan di dunia nyata.

Perubahan tersebut ditandai dengan adanya sejumlah upaya dari sektor

aktivitas bisnis yang semula berbasis di dunia nyata (real), kemudian

mengembangkannya ke dunia maya (virtual).5

Dalam melakukan kegiatan e-commerce, tentu saja memiliki

peraturan terutama di negara Indonesia, yaitu Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan Peraturan

Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan

Transaksi Elektronik. Walaupun belum secara keseluruhan mencakup atau

mengatur segala perbuatan atau kegiatan di dunia maya

Penggunaan internet dalam electronic commerce ini memberikan

dampak yang sangat positif yakni dalam kecepatan dan kemudahan serta

4

Freddy Haris, Aspek Hukum Transasksi Secara Elektronik, UI: Jakarta, 2000, hlm. 7.

5

(10)

kecanggihan dalam melakukan interaksi global tanpa batasan tempat dan

waktu, yang kini menjadi hal yang biasa dan juga keberadaan

E-Commerce merupakan alternatif bisnis yang cukup menjanjikan untuk

diterapkan pada saat ini. E-Commerce memberikan banyak kemudahan

bagi kedua belah pihak, baik dari pihak penjual (merchant) maupun dari

pihak pembeli (buyer) di dalam melakukan transaksi perdagangan.

Transaksi bisnis yang lebih praktis tanpa perlu kertas dan pena, perjanjian

face to face (bertemu secara langsung) pelaku bisnis kini tidak diperlukan

lagi, sehingga dapat dikatakan perdagangan elektronik atau e-commerce

ini menjadi penggerak baru dalam bidang teknologi khususnya di

Indonesia.

Implikasi dari pengembangan ini dirasa ada sisi positif dan negatif.

Aspek positifnya bahwa dengan perdagangan di internet melalui jaringan

online, telah meningkatkan peranan dan fungsi perdagangan sekaligus

memberikan kemudahan dan efisiensi. Aspek negatif dari pengembangan

ini adalah berkaitan dengan persoalan keamanan dalam bertransakasi

dengan menggunakan media e-commerce dan secara yuridis terkait pula

dengan jaminan kepastian hukum (legal certainty).

Masalah keamanan masih menjadi masalah dalam internet.

Aspek-aspek yang dipermasalahkan itu antara lain :

“a.Masalah kerahasiaan (confidentiality) pesan;

(11)

d.Masalah keaslian pesan agar bisa dijadikan barang bukti.”6

Perdagangan ini juga melahirkan risiko negatif yang seringkali

muncul dalam bentuk penyelewengan yang cenderung merugikan

konsumen dalam melakukan e-commerce atau perdagangan elektronik.

Diantaranya dalam hal terkait dengan produk yang ditawarkan, kesalahan

dalam pembayaran, ketidaktepatan waktu menyerahkan barang atau

pengiriman barang dan hal-hal lain yang tidak sesuai dengan kesepakatan

sebelumnya. Keberadaan konsumen yang melakukan bisnis e-commerce

tidak tervisual secara jelas mengingat transaksi dilakukan dalam dunia

maya, sehingga terdapat kemungkinan-kemungkinan seperti pihak yang

melakukan transaksi mungkin saja pihak yang tidak diperkenankan untuk

melakukan suatu tindakan hukum.

Situs jejaring sosial di dunia maya tidak hanya dimanfaatkan

sebagai media pertemanan tetapi juga dijadikan sebagai salah satu media

untuk melakukan bisnis jual beli seperti online shop. Banyak terjadi tindak

pidana penipuan yang merugikan para pihak yang bertransaksi yang dalam

hal ini adalah penjual dan pembeli karena tidak saling bertemu secara fisik

untuk melakukan jual beli. Tidak selamanya pembeli bernasib baik dengan

menemukan penjual yang jujur dan dapat dipercaya. Pihak yang tidak

bertanggungjawab bisa melakukan berbagai kejahatan ataupun penipuan

demi untung keuntungan bagi dirinya sendiri atau sepihak.

6

(12)

Akhir-akhir ini banyak sekali kasus-kasus penipuan secara online

yang ditangkap oleh polisi. Bisnis secara online memang mempermudah

para pelaku penipuan dalam melakukan aksinya, karena mereka tidak

bertemu secara langsung dengan pembelinya. Modus penjualan dari

penipuan tersebut yaitu handphone dan elektronik via online, dengan

harga yang jauh lebih murah dari harga pasaran membuat banyak orang

tertarik untuk memesan barang yang ditawarkan, maka seharusnya media

harus segera mengemukakan kasus ini sehingga masyarakat lebih banyak

yang mengetahui bahwa ada penipuan berkedok penjualan handhone dan

elektronik di jejaring sosial dan untuk lebih berhati hati dalam bertransaksi

online apabila jika harga yang ditawarkan mencurigakan.

Seperti halnya kasus kriminalitas penipuan jual beli online sedang

marak terjadi di Bandung. Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Sumur

Bandung Komisaris Polisi (Kompol) Janter Nainggolan mengatakan,

korban penipuan sebagian besar adalah mahasiswa. Rata-rata mereka

bertransaksi barang-barang elektronik seperti ponsel atau laptop dengan

melihat akun di Berniaga.Com, Toko Bagus. Korban tergiur dengan harga

yang sangat murah, sehingga korban sangat tertarik membelinya.

Kemudian korban tidak memperhatikan kenyamanan dikarenakan korban

lebih memilih harga yang murah daripada keamanan dan kenyamanan

transaksi pembelian.7

7

(13)

Penipuan secara online pada prinisipnya sama dengan penipuan

konvensional, yang membedakan hanyalah pada sarana perbuatannya

yakni menggunakan Sistem Elektronik (komputer, internet, perangkat

telekomunikasi). Sehingga secara hukum, penipuan secara online dapat

diperlakukan sama sebagaimana delik konvensional yang diatur dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ( KUHP ).

Penegakan hukum yang belum baik terkait dengan tindak pidana

penipuan atas transaksi jual beli secara online dan mengenai sulitnya

pembuktian dikarenakan data elektronik relatif mudah untuk dirubah,

disadap maupun dipalsukan, pembuktian yang dimaksud disini adalah

pembuktian secara umum/konvensional yaitu ketentuan yang berisi

pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang-undang membuktikan

kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa, serta ketentuan yang

mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan undang-undang dan boleh

digunakan hakim membuktikan kesalahan yang didakwakan, karena ada

prinsip pembuktian yang menyatakan bahwa hal yang secara umum sudah

diketahui tidak perlu dibuktikan, satu saksi bukan saksi dan pengakuan

terdakwa tidak cukup untuk menyatakan bahwa ia bersalah. Kemudian

permasalahan selanjutnya tentang kurangnya kesiapan aparat dalam

implementasi Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik dan KUHP.

Dikarenakan begitu pentingnya membahas topik permasalahan

(14)

pihak tidak bertanggung jawab, dan adanya kesenjangan antara apa yang

diharapkan dari permasalahan yang dipilih dengan kenyataan atau kondisi

nyata yang terjadi saat ini. Maka saya tertarik untuk meneliti permasalahan

tersebut dengan judul penelitian “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP

PENEGAKAN HUKUM DAN PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA

PENIPUAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA

ELEKTRONIK DI INDONESIA DIKAITKAN DENGAN KITAB

UNDANG HUKUM ACARA PIDANA DAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN

TRANSAKSI ELEKTRONIK.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan

identifikasi masalah antara lain :

1. Bagaimana Sistem Pembuktian Tindak Pidana Penipuan dalam

Transaksi Jual Beli secara online ?

2. Apakah Pembuktian dalam Tindak Pidana Penipuan Transaksi Jual

Beli Online telah memenuhi Asas-asas atau Prinsip-prinsip

Pembuktian dalam Hukum Pidana ?

3. Bagaimana Penegakan Hukum Terkait Penipuan Dalam Transaksi

(15)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka tujuan penelitian antara

lain :

1. Untuk mengkaji dan membahas Sistem Pembuktian Tindak Pidana

Penipuan dalam Transaksi Jual Beli secara online.

2. Untuk mengetahui pembuktian dalam Tindak Pidana Penipuan dalam

Transaksi Jual Beli online telah memenuhi Asas-asas atau

Prinsip-prinsip Pembuktian dalam Hukum Pidana.

3. Untuk mengetahui Penegakan Hukum terkait dengan Penipuan dalam

Transaksi Jual Beli online.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis

a. Memberikan informasi dan pemahaman dalam setiap

perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum pidana

pada khususnya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas

dalam penelitian ini.

b. Memberikan wawasan dan pengetahuan khususnya kepada penulis

dan umumnya bagi para mahasiswa hukum mengenai penerapan

hukum pidana bagi pelaku tindak pidana penipuan online.

c. Dapat digunakan sebagai literatur tambahan bagi yang berminat

untuk meneliti lebih lanjut tentang masalah yang dibahas dalam

(16)

2. Secara Praktis

a. untuk dapat memberikan masukan pada masyarakat terutama

penikmat situs belanja online untuk lebih waspada dalam membeli

barang yang ditawarkan dalam situs media sosial.

b. untuk masukan bagi pemerintah agar masalah penipuan online

dapat di tindak lanjuti supaya meminimalisir penipuan yang

dilakukan oleh oknum yang kurang bertanggungjawab.

E. Kerangka Pemikiran

Perkembangan masyarakat dan hukum terus melaju seakan terus

mengikuti perkembangan zaman. Dari perkembangan tersebut muncul

pula perkembangan teknologi informasi yang memudahkan setiap orang

untuk berkomunikasi, berinteraksi, bahkan bertransaksi satu dengan yang

lainnya.

Law as a tool of sosial engineering merupakan teori yang

dikemukakan oleh Roscoe Pound, yang berarti hukum sebagai alat

pembaharuan dalam masyarakat, dalam istilah ini hukum diharapkan dapat

berperan merubah nilai-nilai sosial dalam masyarakat.

Dalam hal ini dengan adanya fungsi hukum sebagai sarana

pembaharuan masyarakat, dapat pula diartikan bahwa hukum digunakan

sebagai alat oleh agent of change yang merupakan pelopor perubahan

yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapatkan kepercayaan

(17)

kemasyarakatan. Pelopor ini melakukan penekanan untuk mengubah

sistem sosial, mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang

direncanakan terlebih dahulu disebut social engineering ataupun planning

atau sebagai alat rekayasa sosial.

Terkait dengan modus penipuan online maka akan melihat suatu

perkembangan hukum yang sangat terasa di masyarakat seiring dengan

tingkat pertumbuhan dan perkembangan sosial masyarakat yang cukup

tinggi mengharuskan hukum untuk maju sesuai dengan kenyataan yang

ada di masyarakat.

Perkembangan itu terlihat dari lahirnya komponen hukum seperti

perangkat Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yang merupakan hukum

dalam kategori hukum publik, dan dibentuk pula suatu Undang-undang

yang lebih khusus yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik

Transaksi bisnis jual beli masuk ke dalam ranah hukum perdata,

akan tetapi ketika transaksi bisnis jual beli itu menimbulkan kerugian bagi

kebanyakan orang maka transaksi jual beli tersebut akan masuk ke dalam

ranah hukum pidana.

Hukum pidana adalah peraturan hukum mengenai tindak pidana.

(18)

dilimpahkan kepada seorang oknum sebagai hal yang tidak enak

dirasakannya dan juga hal yang tidak sehari-hari dilimpahkan.8

Definisi hukum pidana menurut Mertokusumo yaitu:

“Hukum pidana adalah hukum yang menentukan perbuatan-perbuatan apa sajakah yang dapat dipidana serta sanksi-sanksi apa sajakah yang tersedia. Hukum pidana dibagi menjadi hukum pidana materil dan hukum pidana formil. Hukum pidana materil ini memuat perbuatan-perbuatan melanggar hukum yang disebut delik dan diancam dengan sanksi. Hukum pidana formil atau hukum acara pidana mengatur tentang bagaimana cara Negara menerapkan sanksi pidana pada peristiwa konkrit”.9

Hukum acara pidana (formal) mengatur tentang bagaimana negara

menjatuhkan pidana. Tujuan hukum acara pidana antara lain dapat dibaca

pada Pedoman Pelaksanaan KUHAP yang dikeluarkan oleh Menteri

Kehakiman adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya

mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya

dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara

pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku

yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan

selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna

menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan

dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.

Sistem atau teori pembuktian dalam pidana, pembuktian tentang

benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan,

merupakan bagian terpenting acara pidana. Dalam hal ini pun hak asasi

8

Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung: PT Refika Aditama, 2003, hlm. 1.

9

(19)

manusia dipertaruhkan. Bagaimana akibatnya jika seorang terdakwa

dinyatakan terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan berdasarkan

alat bukti yang ada disertai keyakinan hakim, padahal tidak benar. Untuk

inilah maka hukum acara pidana bertujuan untuk mencari kebenaran

materiil, berbeda dengan hukum acara perdata yang cukup puas dengan

kebenaran formal.10

Dalam menilai kekuatan pembuktian alat-alat bukti yang ada,

KUHAP sudah menganut sistem atau teori pembuktian berdasarkan

undang-undang negatif (negatief wettelijk). Hal tersebut dapat disimpulkan

dari Pasal 183 KUHAP berbunyi sebagai berikut :

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang, kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.”

Dari kalimat tersebut nyata bahwa pembuktian harus didasarkan

kepada undang-undang (KUHAP), yaitu alat bukti yang sah tersebut dalam

Pasal 184 KUHAP , disertai dengan keyakinan hakim yang diperoleh dari

alat-alat bukti tersebut.

Menurut Wirjono Prodjodikoro, Untuk Indonesia Sistem atau teori

pembuktian berdasar undang-undang secara negatif sebaiknya

dipertahankan berdasarkan dua alasan, pertama memang selayaknya harus

berdasar keyakinan hakim tentang kesalahan terdakwa untuk dapat

menjatuhkan suatu hukuman pidana, janganlah hakim terpaksa memidana

orang sedangkan hakim tidak yakin atas kesalahan terdakwa. Kedua ialah

10

(20)

berfaedah jika ada aturan yang mengikat hakim dalam menyusun

keyakinannya, agar ada patokan-patokan tertentu yang harus diturut oleh

hakim dalam melakukan peradilan.

Dikarenakan hukum pidana mencari kebenaran materiil, maka erat

kaitannya dengan pembuktian. Alat bukti dalam pidana yaitu menurut

pasal 184 KUHAP, antara lain :

a. Keterangan saksi

b. Keterangan ahli

c. Surat

d. Petunjuk

e. Keterangan terdakwa

Menurut Lawrence Meir Friedman berhasil atau tidaknya

Penegakan hukum bergantung padaSubstansi Hukum, Struktur Hukum dan

Budaya Hukum. Teori Friedman tersebut dapat dijadikan patokan dalam

mengukur proses penegakan hukum.

Pertama, Substansi Hukum Dalam teori Lawrence Meir Friedman

hal ini disebut sebagai sistem Substansial yang menentukan bisa atau

tidaknya hukum itu dilaksanakan. Teori Lawrence Meir Friedman yang

Kedua, Struktur Hukum disebut sebagai sistem Struktural yang

menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan dengan baik.

Ketiga, Budaya Hukum adalah sikap manusia terhadap hukum dan sistem

(21)

adalah suasana pemikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan

bagaimana hukum digunakan, dihindari, atau disalahgunakan.

Baik substansi hukum, struktur hukum maupun budaya hukum

saling keterkaitan antara satu dengan yang lain dan tidak dapat dipisahkan.

Dalam pelaksanaannya diantara ketiganya harus tercipta hubungan yang

saling mendukung agar tercipta pola hidup aman, tertib, tentram dan

damai.

Semakin berkembangnya kejahatan dalam masyarakat, sehingga

hukum juga harus berkembang agar fungsinya sebagai pemberi rasa aman

dapat terpenuhi, maka dibentuklah suatu Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dengan adanya

Undang-undang ini maka diharapkan masyarakat takut untuk melakukan

kesalahan, karena dijelaskan pada pada ayat (1), bertanggung jawab atas

segala kerugian dan konsekwensi yang timbul, tetapi dalam

Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik pihak yang bertanggung

jawab atas segala akibat hukum dalam pelaksanaan Transaksi Elektronik.

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis

normatif dengan mendasarkan pada sumber data sekunder yang terdiri dari

bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Bahan hukum primer

merupakan bahan hukum yang mengikat atau yang membuat orang taat

pada hukum seperti peraturan perundang-undangan, dan putusan hakim,

(22)

mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer yang

merupakan hasil olahan pendapat atau pikiran ahli yang mempelajari suatu

bidang tertentu secara khusus yang akan memberikan petunjuk ke mana

peneliti akan mengarah. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang

mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan

memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya.

Penelitian yuridis normatif menekankan pada penelitian terhadap

literatur hukum pidana, hukum teknologi informasi dan

perundang-undangan yang berlaku mengenai hukum acara pidana dan teori

pembuktian.

Metode penelitian yang digunakan berupa pendekatan yuridis

normatif dengan spesifikasi penelitian bersifat deskriptif analitis yaitu

mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah

sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan, hasil penelitian yang

kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya.

a. Tahap penelitian dan bahan penelitian

Tahap penelitian terdiri atas penelitian kepustakaan dalam upaya

mencari data sekunder dengan menggunakan bahan hukum primer,

bahkan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Tahap penelitian

lapangan dilakukan guna memperoleh data primer untuk mendukung

data sekunder. Maka penelitian ini akan mengumpulkan data yang

paling lengkap mengenai pidana dan teknologi informasi dan

(23)

b. Analisis data dilakukan dengan menggunakan cara analisis kualitatif

Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan oleh penulis

dalam penelitian ini ialah teknik analisis data kualitatif, yakni suatu

uraian tentang cara-cara analisis berupa kegiatan mengumpulkan data

kemudian diedit dahulu untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan

analisis yang sifatnya kualitatif.

G. Sistematika Penulisan

Hasil penulisan ini disusun untuk membahas dan menguraikan

masalah dan terdiri dari 5 (lima) Bab, dimana diantara bab yang satu

dengan bab yang lainnya saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan

yang tidak terpisahkan, secara ringkas disusun dengan sistematika sebagai

berikut :

BAB 1 : Pendahuluan

Berisi uraian Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Tujuan

Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian

dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Sistem Hukum Pidana Indonesia dan Sistem Pembuktian

Dalam Hukum Acara Pidana Indonesia

Bagian ini berisikan Sistem Hukum Pidana, Delik Penipuan, Hukum

Acara dan Pembuktian.

BAB III : Perdagangan Elektronik atau E-Commerce di Indonesia

Bagian ini berisikan uraian mengenai pengertian E-Commerce, Ruang

Lingkup E-Commerce, dan Karakteristik E-Commerce, beserta pengaturan

dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan

(24)

BAB IV: Analisis Terhadap Penegakan Hukum dan Pembuktian

Tindak Pidana Penipuam Dalam Transaksi Jual Beli Melalui Media

Elektronik Di Indonesia Dikaitkan Dengan Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Bagian ini berisikan Analisa terhadap masalah yang diidentifikasikan,

yakni berkenaan dengan Sistem Pembuktian Tindak Pidana Dalam

Transaksi Jual Beli Online, Konsistensi Pembuktian dalam Tindak Pidana

Penipuan Transaksi Jual Beli Online telah memenuhi Asas atau Prinsip

Pembuktian Hukum Pidana, dan Penegakan Hukum Terkait Penipuan

Dalam Transaksi Jual Beli Online.

BAB V : PENUTUP

Bagian ini berisikan kesimpulan dan saran, kesimpulan merupakan

jawaban atas identifikasi masalah, sedangkan saran merupakan usulan

yang operasional, konkret, dan praktis serta merupakan kesinambungan

(25)

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di seluruh materi mengenai permasalahan

yang dikemukakan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Sistem pembuktian tindak pidana penipuan dalam transaksi jual beli

secara online dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum acara pidana,

yaitu dengan sistem pembuktian negatif yaitu pembuktian harus

didasarkan pada undang-undang, yakni alat bukti yang sah dalam Pasal

184 KUHAP disertai dengan keyakinan hakim yang diperoleh dari alat

bukti tersebut ditambah perluasan alat bukti Informasi/Dokumen

Elektronik dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Proses pembuktian

diawali dengan dilakukan tahap penyelidikan sebagai tahap pertama,

kemudian penyidikan, selanjutnya tahap penuntutan yang dilakukan

oleh Jaksa Penuntut Umum, maka setelah tahap tersebut dilakukanlah

tahap pembuktian dalam persidangan

2. Pembuktian dalam tindak pidana penipuan dalam transaksi jual beli

online konsisten dengan Asas-asas atau Prinsip pembuktian dalam

hukum pidana, yaitu berdasarkan keyakinan hakim dan alat bukti yang

sah Pasal 184 KUHAP ditambah dengan adanya perluasan alat bukti

(26)

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik yang mampu menjangkau alat bukti surat dalam KUHAP.

3. Penegakan Hukum berjalan baik apabila terjadinya kesinambungan

antara aturan hukum itu sendiri, peran penegak hukum, sarana, dan

juga faktor kebudayaan dalam suatu masyarakat. Dalam hal ini peran

penegak hukum mengenai sumber daya manusia berupa pemahaman

dan pendalaman mengenai penegakan hukum dan pembuktian tindak

pidana penipuan transaksi jual beli online diikuti dengan aturan hukum

yang tegas serta sarana yang menunjang terciptanya penegakan

hukum.

B. SARAN

Adapun saran yang penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini

adalah:

1. Diharapkan dalam upaya penegakan hukum, aparat penegak hukum

lebih serius dalam mencegah dan menangani kasus tindak pidana

penipuan dalam transaksi jual beli online dengan lebih tegasnya

penerapan aturan dan sanksi pidana.

2. Diharapkan bagi aparat penegak hukum baik Penyidik, Jaksa Penuntut

Umum maupun Hakim dibutuhkan suatu pemahaman dan training

supaya lebih mendalami alat bukti elektronik agar tidak ada kesalahan

dalam penerapan di samping pengetahuan mengenai alat bukti menurut

(27)

3. Diharapkan juga peran serta masyarakat sebagai pengguna

perkembangan teknologi informasi yaitu dengan diadakan sosialisasi/

penyuluhan penggunaan teknologi informasi dalam transaksi

elektronik yang baik, tidak merugikan kepentingan orang lain sehingga

masyarakat turut membantu penyidik memberikan informasi apabila

ada tindak pidana penipuan di lingkungan masyarakat dengan begitu

(28)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Abdul Halim Barkatullah, Bisnis E-Commerce, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

2005

Abdul Halim dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-Commerce Studi Sistem Keamanan

Dan Hukum Di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005

Abdul Kholiq, Buku Pedoman Kuliah Pertama, FH Universitas Islam Indonesia,

Yogyakarta, 2002

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2001

Andi Zainal Abidin Farid, Hukum PidanaI, Sinar Grafika, Jakarta, 1995

Antonius Sudirman, Eksistensi Hukum dan Hukum Pidana Dalam Dinamika

Soisal Suatu Kajian Teori dan Praktek di Indonesia, BP Undip

Semarang, Semarang, 2009

Azis Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus, Sinar Grafika, Jakarta, 2011

Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Yogyakarta,

1992

Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008

Chazawi Adami, Kejahatan Terhadap Harta Benda, Bayu Media, Jakarta, 2006

Dikdik Arief dan Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi,

Refika Aditama, Bandung, 2005

Dudu Duswara, Pengantar Ilmu Hukum, Redika Aditama, Bandung, 2000

Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika, Gravindo Persada, Jakarta, 2003

Kansil, C.S.T, Christin S.T, Kamus Istilah Aneka Hukum, Pustaka Sinar Harapan,

Jakarta, 2000

Karhi Nisjhar, Teori Sistem Dan Pendekatan Sistem, Mandar Maju, Bandung,

1997

Lamintang, P.A.F, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 1997

Lawrence Meir Friedman, American Law An Introduction, Tata Nusa, Jakarta,

(29)

M. Arsyad Sanusi, E-Commerce Hukum dan Solusinya, Mizan Grafika Sarana,

Bandung, 2001

M.Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Jilid II,

Pustaka Kartini, Jakarta,1995

M.Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, Cet.

Ketiga, Sinar Grafika, Jakarta, 2002

Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2011

Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan Kedelapan, Renika Cipta, Jakarta,

2008

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1985

Moeljatno, Hukum Acara Pidana, UGM, Yogyakarta, 1981

Niniek Suparni, Eksistensi Pidana denda Dalam Sistem Pidana Dalam Sistem

Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2007

Onno W.Purbo dan Aang Arif, Mengenal E-Commerce, Elax Media Komputindo,

Jakarta, 2001

P.A.F Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan,

Sinar Grafika, Jakarta, 2009

Panggih D. Atmojo, Internet Untuk Bisnis I, Dirkomnet Training, Jogjakarta,

2002

Rusli Effendi, Asas-asas Hukum Pidana, Lembaga Percetakan dan Penerbitan

Universitas Muslim Indonesia, Ujung Pandang, 1986

Rusli Muhammad, Hukum Acara Pidana Kontemporer, Citra Aditya Bakti,

Yogyakarta, 2007

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Grafindo Persada, Jakarta, 2010

Tongat, Hukum Pidana Materiil, UMM Press, Malang, 2006

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Pidana Di Indonesia, Eresco, Bandung,

(30)

B. PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan

Sistem dan Transaksi Elektronik

C. SUMBER LAIN

http://www.goechi.com/newsletter.html. 05 Oktober 2013.

http://vjkeybot.wordpres.com Vjkeybot, “ Sistem Hukum Indonesia”,

2011.

http://www.anneahira.com Anne Ahira, “ Sistem Hukum Indonesia”, 2011.

www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5073b4c6c99ba/bukti-permulaan-yang-cukup-sebagai-dasar-penangkapan.

http://anitaapriliani.blogspot.com/2011/01/Pengaruh dan Peranan Internet.

http://www.google.com/regional.kompas,com/read/2013/01/04/marak.peni

puan.lewat .online.di.bandung.

www.google.com/regional.kompas,com/read/2013/01/04/marak.penipuan.l

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hal ini disebabkan karena pengeringan menggunakan oven blower memiliki prinsip konveksi dimana perpindahan panas yang disertai dengan zat perantaranya, sedangkan

Kondisi ini dapat dicapai dengan membuat lapisan boron p+ pada permukaan belakang sel surya yang memiliki konsentrasi lebih tinggi daripada basis dan memiliki tipe doping yang sama,

Emulsifier fase minyak merupakan bahan tambahan yang dapat larut dalam minyak yang berguna untuk menghindari terpisahnya air dari emulsi air

Khulashah Nurul Yaqin karya Umar Abdul Djabbar dapat tercermin dari teladan Rasulullah saw dengan akhlak terpuji beliau.. Adapun nilai pendidikan

Hasil ELISA deteksi virus PYMoV menggunakan antiserum BSV pada benih lada Sukabumi menunjukkan nilai absorban yang negatif untuk semua sampel, sedangkan

Media is tool that used to make effective communication and interaction between teacher and student in teaching and learning process at school. Media is

Kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir dengan judul Rancang Bangun Sistem Pelaporan Arus dan Tegangan saat Terjadi Hubung Singkat Antar Fasa pada Jaringan Distribusi