• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KADAR GULA DARAH SETELAH TERAPI BEKAM BASAH DAN PIJAT REFLEKSI PADA Perbedaan Kadar Gula Darah Setelah Terapi Bekam Basah Dan Pijat Refleksi Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Karangmalang Sragen.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KADAR GULA DARAH SETELAH TERAPI BEKAM BASAH DAN PIJAT REFLEKSI PADA Perbedaan Kadar Gula Darah Setelah Terapi Bekam Basah Dan Pijat Refleksi Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Karangmalang Sragen."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBEDAAN KADAR GULA DARAH SETELAH TERAPI

BEKAM BASAH DAN PIJAT REFLEKSI PADA

PENDERITA DIABETES MELLITUS

DI KARANGMALANG SRAGEN

HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

NAMA : Ratri Wulandari

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya

bersama kesulitan ada kemudahan”

(Q.S Al-Insyirah : 5-6)

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

(Q.S Ar-Rahman : 13)

“Jika engkau tidak menjaga dirimu dan tidak memelihara rasa malumu,

Maka janganlah menunggu orang lain untuk “menjaga“ dirimu”

(Ummu Arfah)

“Percayalah!!! Hasil tidak akan mengecewakan usahanya. Hasil baik untuk usaha yang baik begitupun sebaliknya”

(5)

v

PERSEMBAHAN

“Puji syukur Kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Karya ini penulis persembahkan untuk :

1. Umi dan abiku tercinta yang senantiasa memberikan do’a dan kasih sayang

kepada penulis, terima kasih atas semua yang telah umi dan abi berikan

selama ini.

2. Adikku tersayang yang selalu mengingatkan dan memotivasi penulis

untuk segera menyelesaikan skripsi ini, love you so much sayang.

3. Sahabat-sahabatku terbaikku ”Okta, Kunti, Oky, Cece, Lita, Mb Wati, Mb

Yanti dan semua kawan-kawan S1 Keperawatan Transfer angkatan 2013”,

terima kasih atas dukungan dan bantuannya hingga selesainya skripsi ini.

4. Bapak dan ibu dosen keperawatan FIK UMS terima kasih untuk

bimbingannya selama ini.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkah dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis akan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Bambang Setiaji, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Dr. Suwaji, M. Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3. Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep.MB., selaku Ketua Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

4. Winarsih Nur Ambarwati, S. Kep., Ns., ETN., M. Kep, selaku pembimbing I yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Arief Wahyudi Jadmiko, S. Kep., Ns., M. Kep, selaku pembimbing II yang dengan sabar dan bijak telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Agus Sudaryanto, S. Kep., Ns., M. Kes, selaku penguji yang telah memberi masukan dan saran demi kebaikan skripsi ini.

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

xi

PERBEDAAN KADAR GULA DARAH SETELAH TERAPI BEKAM BASAH DAN PIJAT REFLEKSI PADA PENDERITA DIABETES

MELLITUS DI KARANGMALANG SRAGEN

Ratri Wulandari1, Winarsih Nur Ambarwati2, Arief Wahyudi Jadmiko2 ABSTRAK

Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dilatarbelakangi oleh resistensi insulin. Banyak terapi non farmakologi yang telah ditemukan untuk membantu menurunkan dan mengontrol kadar gula darah, antara lain terapi bekam basah dan pijat refleksi. Terapi bekam basah mampu meningkatkan sirkulasi darah di pankreas dan di otot sehingga kepekaan reseptor insulin meningkat dan kadar gula turun, sedangkan pijat refleksi mampu memberi rangsangan untuk memperlancar aliran darah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan kadar gula darah setelah dilakukan terapi bekam basah maupun pijat refleksi. Metode penelitian ini adalah

pre eksperiment dengan rancangan two group pre-post test design. Sampel dalam

penelitian ini berjumlah 60 responden, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 30 orang untuk terapi bekam basah dan 30 orang untuk pijat refleksi. Cara pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Teknik analisa data menggunakan

paired sample t-test untuk menilai kadar gula darah sebelum dan sesudah terapi

pada kedua kelompok, sedangkan uji beda antara kelompok terapi bekam basah dan pijat terapi menggunakan independent sample t-test. Dari uji statistik paired

sample t-test diperoleh nilai p-value 0,001 pada kedua kelompok maka H0 ditolak,

terdapat perbedaan kadar gula darah sebelum setelah dilakukan terapi baik terapi bekam basah maupun pijat refleksi. Dari hasil uji statistik independent sample t-test diperoleh nilai p-value 0,046 dan perbedaan ratarata kedua kelompok yaitu -21,457, maka H0 ditolak artinya terdapat perbedaan kadar gula darah setelah dilakukan terapi bekam basah dan setelah dilakukan pijat refleksi, terapi bekam basah lebih efektif dalam menurunkan kadar gula darah.

(12)

xii

DIFFERENCES OF BLOOD GLUCOSE LEVELS AFTER GIVING WET CUPPING THERAPY AND REFLEXOLOGY IN PATIENTS OF

DIABETES MELLITUS IN KARANGMALANG SRAGEN

Ratri Wulandari1, Winarsih Nur Ambarwati2, Arief Wahyudi Jadmiko2

ABSTRACT

Diabetes mellitus is one of the non-communicable diseases that occur on a person because an increase blood glucose levels as a result of progressive insulin secretion because decreased insulin resistance. Many non-pharmacological therapy have been found to help reduce and control blood glucose levels, such as wet cupping therapy and reflexology. Wet cupping therapy can increase blood circulation in the pancreas and in the muscles so that increased insulin receptor sensitivity and glucose levels is decreased, whereas reflexology is able to provide stimulus that is capable to make blood circulate smoothly through the body. This research aimed to determin of the differences in blood glucose after wet cupping therapy and reflexology. This research method used pre-experimental design with two group pre-post design. Total sample in this study was 60 respondents, divided into 2 groups with 30 persons for wet cupping therapy and 30 persons for reflexology. The sampling method used accidental sampling. Data analysis techniques using paired sample t-test to find out blood sugar before and after theraphy in both groups, whereas difference test between wet cupping therapy and reflexology use independent sample test. From the result of test paired sample

t-test showed that p-value 0.001 in both groups H0 was rejected, there are

differences in blood glucose levels before and after wet cupping therapy and reflexology. From the result of independent sample t-test showed that p-value

0,046 and mean difference in both groups were -21.457, so H0 was rejected, there

are differences in blood sugar levels after wet cupping therapy and after reflexology, and wet cupping therapy more effective than reflexology in reducing

blood sugar levels.

Keywords : Wet cupping theraphy, reflexology, complementary therapy,

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

PERNYATAAN ... viii

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... x

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

b. Klasifikasi Diabetes Mellitus ... 8

c. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus ... 9

d. Patofisiologi Diabetes Mellitus ... 10

2. Gula Darah ... 11

a. Definisi Gula Darah ... 11

b. Pengukuran Gula Darah Kapiler ... 11

c. Nilai Normal Pengukuran Gula Darah ... 11

3. Terapi Bekam Basah ... 12

a. Definisi Bekam Basah ... 12

b. Bekam Secara Fisiologis ... 12

c. Efek Bekam Terhadap Kadar Gula Darah ... 13

4. Pijat Refleksi ... 14

a. Definisi Pijat Refleksi ... 14

b. Pijat Refleksi Secara Fisiologi ... 15

c. Efek Pijat Refleksi Terhadap Kadar Gula Darah ... 15

B. Tinjauan Teoritik ... 17

(14)

xiv

2. Kerangka Konsep ... 18

3. Hipotesis ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19

A. Desain Penelitian ... 19

G. Validitas dan Reliabilitas ... 23

H. Analisa Data ... 24

I. Pengolahan Data ... 25

J. Jalannya Penelitian ... 25

K. Etika Penelitian ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 29

A. Karakteristik Responden ... 29

1. Jenis Kelamin ... 29

2. Kategori Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Terapi Bekam Basah ... 33

3. Kategori Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Pijat Refleksi ... 33

C. Analisa Bivariat ... 34

1. Uji Normalitas Data ... 34

2. Uji Homogenitas ... 35

3. Perbedaan Kadar Gula Darah Sebelum dan Setelah Terapi... 35

4. Perbedaan Kadar Gula Darah Setelah Terapi Bekam Basah dan Setelah Pijat Refleksi ... 36

BAB V PEMBAHASAN ... 37

A. Analisa Univariat ... 37

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 38

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 38

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 39

B. Analisa Bivariat ... 40

1. Uji Beda Rata-Rata Kadar Gula Darah Sebelum dan Setelah Terapi Bekam Basah ... 40

(15)

xv

3. Uji Beda Rata-Rata Kadar Gula Darah Setelah Terapi

Bekam Basah dan Setelah Pijat Refleksi ... 44 C. Keterbatasan Penelitian ... 45 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai normal pengukuran kadar gula darah ... 11

Tabel 3.1 Definisi operasional ... 22

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin ... 29

Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan usia ... 30

Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan pendidikan ... 31

Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan... 31

Tabel 4.5 Deskripsi kadar gula darah ... 32

Tabel 4.6 Kategori kadar gula darah responden sebelum dan sesudah dilakukan terapi bekam basah ... 33

Tabel 4.7 Kategori kadar gula darah responden sebelum dan sesudah dilakukan pijat refleksi ... 33

Tabel 4.8 Hasil uji normalitas data ... 34

Tabel 4.9 Hasil uji homogenitas... 35

Tabel 4.10 Perbedaan kadar gula darah sebelum dan setelah terapi ... 35

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan menjadi responden Lampiran 2. Persetujuan menjadi responden Lampiran 3. Lembar data penelitian

Lampiran 4. Hasil penghitungan dengan SPSS

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa keuntungan yang dimiliki dari metode kromatografi lapis tipis antara lain yaitu membutuhkan penyerap dan cuplikan dalam jumlah yang sedikit dan noda-noda yang

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining Berbantuan Metode Demonstrasi memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil

Besarnya reaktansi induktif berbanding langsung dengan perubahan frekuensi dan nilai induktansi induktor, semakin besar frekuensi arus bolak-balik dan semakin besar nilai induktor,

Atribut merupakan bagian penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan karena jika kita mengelola atribut dengan baik hal tersebut dapat menarik perhatian dari konsumen yang

Kamus liii berhasil disusun temtama atas kepercayaan Pemimpin Pro-. yek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Pu sat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Untuk itu,

Pertumbuhan terkonsentrasi adalah strategi perusahaan yang mengarahkan sumber dayanya untuk mencapai pertumbuhan yang menguntungkan hanya pada satu produk,

Dengan demikian, komposisi dan variasi alel yang terdapat pada populasi sapi madura diperkirakan merupakan gabungan alel yang berasal dari leluhur dan alel

Khusus untuk penilaian kinerja dosen, bahwa dosen yang masih dibawah 4 tahun dan yang telah lebih dari 4 tahun belum bisa dilakukan penilaian yang sama, hal ini di