• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Bentuk Kepala, Bentuk Wajah, dan Bentuk Lengkung Gigi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Yang Berumur 20-22 Tahun.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Bentuk Kepala, Bentuk Wajah, dan Bentuk Lengkung Gigi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Yang Berumur 20-22 Tahun."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

v ABSTRAK

Diagnosis merupakan hal penting dalam menentukan suatu rencana perawatan yang tepat khususnya dalam perawatan ortodontik. Salah satu prosedur standar yang perlu dilakukan sebelum menetapkan diagnosis adalah pemeriksaan ekstra oral dan analisis model studi. Salah satu pemeriksaan ekstra oral yang dilakukan adalah menentukan bentuk kepala dan bentuk wajah melalui pengukuran indeks kepala dan indeks wajah. Analisis model studi dapat membantu klinisi dalam menentukan bagaimana bentuk lengkung gigi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara bentuk kepala, bentuk wajah, dan bentuk lengkung gigi.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik. Sampel penelitian berjumlah 30 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran yang diambil menggunakan metode purposive sampling. Data yang diperoleh diuji korelasi menggunakan koefisien kontingensi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kebanyakan sampel penelitian memiliki bentuk kepala brahisefalik (70%), bentuk wajah mesoprosop (63,3%), dan bentuk lengkung gigi ovoid (46,6%).

Kesimpulan dari penelitian adalah tidak terdapat hubungan antara bentuk kepala dan bentuk wajah (p = 0,524, p > 0,05), tidak terdapat hubungan antara bentuk kepala dan bentuk lengkung gigi (p = 0,865, p> 0,005), dan tidak terdapat hubungan antara bentuk wajah dan bentuk lengkung gigi (p = 0,646, p> 0,005).

(2)

vi ABSTRACT

Diagnosis is important in determining a proper treatment plan especially in orthodontic treatment. One standard procedure that should be done before making the diagnosis is an extra oral examination and a model study analysis. One of extra oral examination is determining head shape and face shape by cephalic index and facial index measurement. Model study analysis can help clinician to determine a dental arch form. The purpose of this research was to see whether there was a correlation between head shape, face shape, and dental arch. This research used descriptive analytical method and purposive sampling method with 30 Faculty of Medicinestudents as samples. The research result was processed used SPSS software then correlation test used contingency coefficient.

This study showed the dominant shape of head was brachycephalic (70%), shape of face was mesoprosop (63,3%), and dental arch form was ovoid (46,6%). There was no correlation between head shape and face shape (p = 0,524, p > 0,05), there was no correlation between head shape and dental arch form, also there was no correlation between face shape and dental arch form (p = 0,646, p > 0,005).

(3)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN(REVISI) ... iv

ABSTRAK ... v 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Manfaat Akademik ... 4

1.4.2 Manfaat Praktis ... 4

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 5

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 5

1.5.2 Hipotesis ... 6

1.6 Metode Penelitian ... 7

(4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1Anatomi Kraniofasial ... 8

2.1.1 Tampak Anterior ... 9

2.1.2 Tampak Lateral dan Tampak Inferior ... 12

2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Keras Kraniofasial ... 12

2.2.1 Kranium (Atap Kranium) ... 12

2.2.2 Basis Kranium ... 14

2.2.3 Maksila ... 16

2.2.4 Mandibula... 19

2.2.5 Wajah ... 22

2.2.5.1Perkembangan Perubahan Bentuk Wajah ... 25

2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Lunak Wajah ... 26

2.3.1 Bibir ... 26

2.3.2 Hidung ... 26

2.4 Lengkung Gigi ... 27

2.4.1 Perkembangan Lengkung Gigi ... 27

2.4.2 Bentuk Lengkung Gigi ... 29

2.5 Teori Kontrol Pertumbuhan ... 30

2.6 Pengukuran Antropometri ... 31

2.6.1 Indeks Kepala ... 32

2.6.1.1 Pengukuran Indeks Kepala ... 33

2.6.2 Indeks Wajah ... 34

2.6.2.1 Pengukuran Indeks Wajah ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 36

3.2Subjek Penelitian ... 36

3.2.1 Populasi ... 36

3.2.2 Sampel ... 36

3.2.3 Kriteria Sampel ... 36

(5)

xii

3.3.1 Variabel Bebas ... 37

3.3.2 Variabel Tergantung ... 37

3.3.3 Variabel Pengganggu ... 38

3.4 Definisi Operasional... 38

3.5Alat dan Bahan Penelitian ... 40

3.5.1 Alat Penelitian ... 40

3.5.2 Bahan Penelitian ... 41

3.6 Prosedur Penelitian... 41

3.6.1 Cara Penelitan ... 41

3.6.2 Alur Penelitian... 44

3.7 Penyajian Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 46

4.1.1 Distribusi Frekuensi Sampel Penelitian ... 46

4.1.2 Distribusi Frekuensi antara Bentuk Kepala dan Bentuk Wajah ... 47

4.1.3 Distribusi Frekuensi antara Bentuk Kepala dan Bentuk Lengkung Gigi... 48

4.1.4 Distribusi Frekuensi antara Bentuk Wajah dan Bentuk Lengkung Gigi... 49

4.1.5 Hubungan antara Bentuk Kepala, Bentuk Wajah, dan Bentuk Lengkung Gigi... 50

4.2 Pembahasan Penelitian ... 51

4.2.1 Distribusi Frekuensi Sampel Penelitian ... 51

4.2.2 Hubungan antara Bentuk Kepala dan Bentuk Wajah ... 53

4.2.3 Hubungan antara Bentuk Kepala dan Bentuk Lengkung Gigi ... 54

4.2.4 Hubungan antara Bentuk Wajah, dan Bentuk Lengkung Gigi ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 57

(6)

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN ... 62

(7)

xiv

DAFTAR TABEL

No. Tabel Teks Halaman

Tabel 2.1 Titik Parameter Pengukuran Indeks Kepala dan Definisinya 33 Tabel 2.2 Klasifikasi Bentuk Kepaladan Indeksnya ... 34 Tabel 2.3 Titik Parameter Pengukuran Indeks Wajah dan Definisinya 35 Tabel 2.4 KlasifikasiBentukWajahdanIndeksnya ... 35 Tabel 3.1 KlasifikasiIndeksKepala ... 38 Tabel 3.2 KlasifikasiIndeksWajah ... 39 Tabel 4.1 DistribusiSampelMenurutBentukKepala, BentukWajah,

danBentukLengkung Gigi ... 47 Tabel 4.2 DistribusiFrekuensiBentukKepaladanBentukWajah ... 48 Tabel 4.3 DistribusiFrekuensiBentukKepaladanBentuk Lengkung Gigi 48 Tabel 4.4 DistribusiFrekuensiBentukWajahdanBentuk Lengkung Gigi 49 Tabel 4.5 Hubungan antara Bentuk Kepala, Bentuk Wajah, dan Bentuk

(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Teks Halaman

Gambar 2.1 NeurokraniumdanVisserokranium ... 9

Gambar 2.2 KraniumpadaPosisiAnatomi... 9

Gambar 2.3 TulangPenyusunKepala ... 11

Gambar 2.4 TengkorakdariAspek Lateral ... 12

Gambar 2.5 Fontanela ... 14

Gambar 2.6 Skema Basis KraniumDewasa ... 15

Gambar 2.7 Tulang-tulangPenyusun Basis Kranium ... 16

Gambar 2.8 PertumbuhanMaksila ... 18

Gambar 2.9 PertumbuhanMandibula ... 20

Gambar 2.10 Remodeling Mandibula ... 21

Gambar 2.11 Aspek Lateral Tengkorak ... 22

Gambar 2.12 PertumbuhanRelatifWajahdanNeurokranium ... 24

Gambar 2.13 Diagram Perubahan Dimensi Rata-rata Lengkung Gigi 28 Gambar 2.14 KlasifikasiBentukLengkung Gigi ... 30

Gambar 2.15 KlasifikasiBentukKepala ... 32

Gambar 2.16 Titik-titik Parameter pengukuran Indeks Kepala ... 33

Gambar 3.1 Titik Parameter Pengukuran Antropometri ... 39

(9)

xvi

(10)

DAFTAR DIAGRAM

No. Diagram Teks Halaman

(11)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Teks Halaman

Lampiran 1 SuratKeputusanKomisiEtikPenelitian ... 62

Lampiran 2 AngketPenelitian ... 63

Lampiran 3 LembarPengukuran ... 65

Lampiran 4 DokumentasiPenelitian ... 66

Lampiran 5 Data HasilPenelitian ... 67

Lampiran 6 AnalisisStatistik ... 69

Lampiran 7 AnalisisStatistik ... 70

(12)

1

1.1 Latar Belakang

Dalam menangani setiap kasus dalam kedokteran gigi khususnya bidang ortodontik, para praktisi harus menyusun rencana perawatan yang didasarkan pada diagnosis. Untuk menetapkan diagnosis, terdapat prosedur standar yang mutlak untuk dilakukan. Prosedur standar tersebut meliputi anamnesis, pemeriksaan klinis intra oral dan ekstra oral, analisis fungsional, analisis ronsenologis, analisis fotografi, pemeriksaan radiologis, dan analisis model studi yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung pada pasien.1

Salah satu pemeriksaan klinis ekstra oral yang dilakukan adalah pengukuran indeks kepala dan indeks wajah. Indeks kepala mengklasifikasian bentuk kepala menjadi 3 tipe, yaitu: dolikosefalik, mesosefalik, dan brahisefalik. Indeks wajah mengklasifikasikan bentuk wajah ke dalam 3 tipe, yaitu: leptoprosop, mesoprosop, dan euriprosop.2

Analisis model studi merupakan salah satu sumber informasi penting untuk menentukan diagnosis ortodontik karena dari model studi ini klinisi dapat melihat keadaan gigi geligi pasien secara langsung dalam bentuk tiga dimensi. Model studi ini dapat digunakan untuk menentukan bentuk lengkung gigi seseorang, yang menurut Ricketts dapat diklasifikasikan menjadi tapered, normal, dan

(13)

2

Tujuan perawatan ortodontik dewasa ini adalah menciptakan keseimbangan terbaik antara hubungan oklusal, gigi dan estetika wajah, stabilitas hasil perawatan dan pemeliharaan jangka panjang, serta perbaikan gigi geligi.1 Untuk memenuhi tujuan tersebut diperlukan suatu diagnosis, rencana perawatan yang tepat dan teknik perawatan yang disesuaikan dengan keperluan, baik dengan menggunakan piranti lepasan maupun cekat.4 Dengan melakukan pemeriksaan klinis ekstra oral dan analisis model studi serta pengetahuan yang baik mengenai hubungan keduanya maka tujuan perawatan ortodontik di atas dapat tercapai.

Umumnya bentuk kepala dan bentuk wajah berkaitan dengan bentuk lengkung gigi pasien.Penelitian yang dilakukan oleh Tajik di Pakistan, menunjukan bahwa terdapat korelasi antara bentuk kepala, bentuk wajah, dan bentuk lengkung gigi. Dikatakan bahwa seseorang dengan bentuk kepala brahisefalik biasanya memiliki wajah yang pendek (euriprosop) dengan bentuk lengkung gigi yang berbentuk

square atau kotak. Bentuk kepala dolikosefalik biasanya memiliki wajah yang

(14)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara bentuk kepala, bentuk wajah dan bentuk lengkung gigi pada populasi di lingkungan Universitas Kristen Maranatha Bandung khususnya pada mahasiswa Fakultas Kedokteran karena populasi mahasiswa Program Studi Pendidikan Kedokteran Gigi yang baru masuk tahun pendidikan 2010 ke atas tidak memenuhi jumlah dan kriteria sampel penelitian yang dibutuhkan. Sampel penelitian yang digunakan adalah yang berumur 20-22 tahun , karena pada usia tersebut baikpada laki-laki maupun pada perempuanpuncak masa pertumbuhan sudah berakhir.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, didapatkan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan bentuk kepala dan bentuk wajah pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha yang berumur 20-22? 2. Bagaimana hubungan bentuk kepala dan bentuk lengkung gigi pada

mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha yang berumur 20-22 tahun?

(15)

4

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara bentuk kepala berdasarkan indeks kepala, bentuk wajah berdasarkan indeks wajah, dan bentuk lengkung gigi pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha yang berumur 20-22.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1.3.1 Manfaat Akademik

1) Menambah informasi ilmiah dalam bidang ortodontik mengenai hubungan antara bentuk kepala, bentuk wajah, dan bentuk lengkung gigi.

2) Hasil penelitian dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian selanjutnya atau penelitian lain.

1.3.2 Manfaat Praktis

(16)

1.4 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.4.1 Kerangka Pemikiran

Tanggung jawab utama dari praktek ortodontik adalah diagnosis, pencegahan, intersepsi, dan perawatan terhadap semua bentuk maloklusi gigi (susunan gigi geligi yang tidak beraturan) dan berhubungan dengan perubahan pada struktur yang mempengaruhinya; disain aplikasi dan kontrol fungsi mastikasi dan alat-alat untuk memperbaiki kelainan tersebut serta mengerahkan gigi-gigi dan struktur pendukungnya untuk mencapai dan memelihara hubungan optimal dalam fisiologis dan keharmonisan estetik.1

Diagnosis adalah penetapan suatu keadaan yang menyimpang dari keadaan normal melalui dasar pemikiran dan pertimbangan ilmu pengetahuan. Semakin lengkap dan akurat data yang dikumpulkan akan semakin mudah dan tepat diagnosis ditetapkan, kemudian penyusunan rencana perawatan dan tindakan perawatan selanjutnya diharapkan dapat dilakukan secara benar.

Diagnosis ortodontik merupakan diagnosis yang menetapkan suatu kelainan atau anomali oklusi gigi-gigi (bukan penyakit) yang membutuhkan tindakan rehabilitasi. Data diagnostik yang paling utama adalah data pemeriksaan klinis dan pemeriksaan model studi meliputi pemeriksaan subyektif dan obyektif seperti pengukuran indeks kepala, indeks wajah serta penentuan bentuk lengkung gigi.7

(17)

6

pertumbuhan basis kranium pada tahap awal menentukan pola dimensi, sudut dan topografi wajah.8 Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa bentuk kepala nantinya dapat mempengaruhi bentuk wajah itu sendiri.

Lengkung gigi atau dental arch merupakan suatu garis lengkung imajiner yang menghubungkan sederetan gigi pada rahang atas dan rahang bawah. Selama periode tumbuh-kembang gigi terjadi perubahan dan karakteristik dimensi lengkung gigi.9 Pada dasarnya ukuran dan bentuk lengkung gigi dipengaruhi oleh kartilago skeletonmaksila dan mandibula pada masa janin. Kemudian berkembang mengikuti benih gigi dan tulang rahang yang tumbuh. Faktor genetik mempunyai pengaruh penting dalam menentukan variasi ukuran dan bentuk lengkung gigi, tulang alveolar dan kranium.10

1.5.2 Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara bentuk kepala dan bentuk wajah.

2. Terdapat hubunganantara bentuk kepala dan bentuk lengkung gigi. 3. Terdapat hubunganantara bentuk wajah dan bentuk lengkung gigi.

1.6Metode Penelitian

(18)

menentukan indeks wajah dengan menggunakan kaliper kemudian dilakukan pemeriksaan bentuk lengkung gigi dari model studi. Data hasil penelitian diolah menggunakan perangkat lunak SPSS 11,5 yang kemudian diuji korelasi menggunakan koefisien kontingensi.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

(19)

8

1. 1 Rakosi, T., dkk. Color Atlas of Dental Medicine, Orthodontic-Diagnosis. Edisi I. Germany: Thieme Medical Publishers. 1993. Hal. 3-4, 207-235. 2. 2 Raveendranath

3

Arthadini VD, Angguni HS. Perubahan lengkung gigi di dalam perawatan ortodontik. M I Kedokteran Gigi 2008;23(4):200-1.

3. 4Murtia Metalita. 2011. Pencabutan Gigi Molar Ketiga Untuk Mencegah Terjadinya Gigi Berdesakan Anterior Rahang Bawah (Extraction of Mandibular Third Molars In Case of

Anticipation of Anterior Lower Jaw Crowding). Universitas Airlangga: Surabaya. Tersedia

di : http://www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com.Diakses tanggal 10 Oktober 2012.

4. 5 Tajik I, Mushtaq N, Khan M. 2011. Arch Forms Among Different Angle Classification. Pakistan Oral & Dental Journal. 31(1): 94.

6

Amikaramata N. Hubungan antara bentuk kepala dengan bentuk lengkung

gigi dan bentuk gigi insisivus pertama rahang atas. Repository Unhas.

5. 7 Iman, P. Buku ajar ortodonsia II.. FKG UGM. Hal: 4

6. 8Herawati Neti. Penentuan Indeks Kepala Dan Wajah Orang Indonesia Berdasarkan Suku Di Kota Medan. 2011

7. 9 Graber, T.M., Orthodontics, Principles and Practice, 3rd, ED., W.B. Saunders Co., Philadhelphia, London, Toronto,1972.

8. 10Moyers RE. Handbook of orthodontics. 4th ed. London : Year Book Medical

(20)

57 5.1 Kesimpulan

1. Tidak ada hubungan antara bentuk kepala dan bentuk wajah.

2. Tidak ada hubungan antara bentuk kepala dan bentuk lengkung gigi. 3. Tidak ada hubungan antara bentuk wajah dan bentuk lengkung gigi.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak.

2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan membandingkan antara laki-laki dan perempuan pada populasi ras tertentu.

(21)

58

DAFTAR PUSTAKA

1. Proffit, W.R.,Fields, H.W., Ackermann, J.L., Thomas, P.M.and Camilla Tulloch, J.F. Contemporary orthodontics.St. Louis, Toronto, London: The C.V. Mosby Co; 2000. p. 4, 9, 43-6, 47-9.

2. MurtiaMetalita. Pencabutangigi molar

ketigauntukmencegahterjadinyagigiberdesakan anterior rahangbawah (Extraction of mandibular third molars in case of anticipation of anterior lower jaw crowding).UniversitasAirlangga: Surabaya. [serial online] 2011

[cited 10 Oktober 2012]. Available from URL: http://www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com.

3. Rakosi, T., dkk. Color atlas of dental medicine, Orthodontic-Diagnosis. 1th ed. Germany: Thieme Medical Publisher; 1993. p. 3-4, 207-35.

4. Raveendranath V, Manjunath KY. An anthropometric study of correlation

between cephalic index, cranial volume and cranial measurements in indian cadavers. [serial online] 2007 [cited 2 Oktober 2012]. Available from

:http://www. mgims.ac. in/ journalvol15ii/ Original%20Article.

5. Vanda DwiArhadini. 2008. PerubahanLengkung Gigi di

dalamPerawatanOrtodonti. [serial online] 2008 [cited 16 Oktober 2012]; 201. Available from URL: sjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/23408199204.pdf.

6. Iman, P. Bukuajarortodonsia II. FKG UGM; 2008. p. 4.

7. HerawatiNeti. Penentuanindekskepaladanwajah orang

indonesiaberdasarkansuku di kotamedan. Medan: Universitas Sumatra

Utara. [serial online] 2011 [cited 28 September 2012]. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31964.

8. Graber, T.M. Orthodontics, principles and practice, 3rd ed. Philadhelphia, London, Toronto: W.B. Saunders Co; 2007.

9. Moyers RE. Handbook of orthodontics. 4thed. London : Year Book Medical Publisher, INC; 1988. p. 122.

10. Tajik I, Mushtaq N, Khan M. Arch forms among different angle

classification. Pakistan Oral & Dental Journal. [serial online] 2011 [cited 28

(22)

11. Amikaramata N.

Hubunganantarabentukkepaladenganbentuklengkunggigidanbentukgigiinsis ivuspertamarahangatas. Repository Unhas. [serial online] 2011 [cited 2

September 2012]; 201. Available from

URL:repository.unhas.ac.id/handle/123456789/1100?show=full.

12. Moore L. Keith, Dalley F. Arthur. Clinically Oriented Anatomy. 5th ed. Baltimore (MD):Lippincott Williams & Wilkins; 2006. p. 886-8, 889-91, 933.

13.

Daniel SW, Widjaya P. Anatomitubuhmanusia. Singapore: Elsevier; 2009. p. 463-8.

14. Yoshihara M, Terajima M, Yanagita N dkk.Three-dimensional analysis of

the pharyngeal airway morphology in growing Japanese girls with and without cleft lip and palate.American Journal of Orthodontics and

Dentofacial Orthopedics[serial online] 2012 [cited 2013 Apr 4]. Available

from URL:

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0889540611011711

15. Bogart I. Bruce, Ort H. Victoria. Anatomy and Embriology.Philadelpia (PA): Mosby Inc., an alfiliate of Elsevier Inc; 2007. p. 302.

16. Lavelle Christoper. Development and anatomy relevant to the head, neck,

and orofacial tissues.[serial online] [cited at 2012 Des 16]; 8-10. Available

from URL: httpfds.oup.comwww.oup.compdf139780198510963.pdf

17. Sperber H. Geoffrey. Craniofacial development. London: BC DeckerInc Hamilton; 2001. p. 103-8.

18. Kiesler J, Ricer R. The abnormal Fontanel. American Family Physician [serial online] 2003 Jun 15 [cited 2013Apr 4]; 67(12): 2547-2552. Available from URL: http://www.aafp.org/afp/2003/0615/p2547.html)

19. Redrawn from Enlow D H , Hans M G. Essentials of facial

growth.Philadelphia: W.B. Saunders; 1996.

20. Bishara E. Samire. Textbook of Orthodontic. Philadelpia: W.B. Saunders Company; 2001. p. 61-2.

(23)

60

22. Rahmawati et al. KajianKefalometrik(StudiperbandinganantarasukuJawa

Di Yogyakarta dansukuNaulu di pulauSeram, Maluku tengah).

BagianAnatomi, EmbriologidanAntropologi. ivuspertamarahangatas. Skripsi: UniversitasHassanudin Makassar [serial

online] 2011 [cited at 2012 Okt 10]. Available from URL: http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1100/BAB%20I% 20%28print%29.docx?sequence=1

25. Vojdan Zahra, Bahmanpour S dkk. Cephalometry in 14-18 Years Old Girls

and Boys of Shiraz-Iran High School. Int J Morphol [serial online] 2009

[cited at 2013 Mar 5]; 27(1):101-104. Available from URL: http://www.scielo.cl/pdf/ijmorphol/v27n1/art18.pdf

26. Yagain VK, Pai SR dkk. Study of cephalic index in indian

students.International Journalof Morphology [serial online] 2012 [cited at

2012 Des 12]; 30(1): 125-129. Available from URL: http://www.scielo.cl/scielo.php?pid=S071795022012000100022&script=sci _arttext

27. Sharma Ram Nath,Sharma Rajendra Kumar. Anthropology. [online]. 1997.

[cited 2013 Apr 25]. Available from URL:

28. Neni Trilusiana Rahmawati, Janatin Hastuti. Kajian kefalometrik pada

orang naulu di pulauseram maluku tengah. Antropologi Indonesia [serial

online] 1999 [cited at 2013 Mar 13]. Available from URL:http://anthropology.fisip.ui.ac.id/httpdocs/jurnal/1999/60/10bpenel60. pdf

29. Golalipour MJ, HaidariK,Jahanshahi M, Farahani RM.The shapes of head

and face in normal male newborns in south-east of caspian sea (Iran-Gorgan). J AnatSoc India [serial online] 2003 [cited at 2013 Mar 25].

(24)

30. Othman SA, Xinwei ES, Lim SY, Mohamed NH dkk. Comparison of arch

form between ethnic malays and malaysian aborigines in peninsular Malaysia. The Korean Journal of Orthodontic. [serial online] 2012 [cited at

2013 Mar 12]; 47-54. Available from

URL:http://synapse.koreamed.org/Synapse/Data/PDFData/1123KJOD/kjod-42-47.pdf

31. ZakiahNovrida.

Ukurandanbentuklengkunggigirahangbawahpadamahasisafakuktaskedokter angigiUniversitas Sumatra Utara. Skripsi: Universitas Sumatra Utara.

2007.

32. Adaskevicius R, Vasiliauskas A. Evaluation of dental arch form using 3d

dental cast scanning technology [serial online] 2009 [cited at 2013 Mar 31];

5(93): 99-102. Available from URL:

http://www.ee.ktu.lt/journal/2009/5/23_ISSN_1392-1215_Evaluation%20of%20Dental%20Arch%20Form%20Using%203D%2 0Dental%20Cast%20Scanning%20Technology.pdf

33. M. Rahmat Widyanto1, Shinta Puspasari. Piranti lunak untuk analisis

bentuk lengkung gigibdengan jaringan saraf tiruan. JurnalInformatika;

2008: 1(9): 8-14.

34. Anwar N, Fida M. Clinical applicability of variations in arch dimensions

andArch forms among various vertical facial patterns. Journal of the college

of Physicians and Surgeons Pakistan; 2011: 21(11): 685-690.

35. Shah DS, Shaikh Ruksana, Matani Harish , Rana Dhara, Trivedi Aumkar.

Referensi

Dokumen terkait