• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERNALISASI NILAI PEDULI LINGKUNGAN MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL : Studi di SDN Antasan Besar 7 Banjarmasin.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTERNALISASI NILAI PEDULI LINGKUNGAN MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL : Studi di SDN Antasan Besar 7 Banjarmasin."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

INTERNALISASI NILAI PEDULI LINGKUNGAN MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL

(Studi di SD Negeri Antasan Besar 7 Banjarmasin)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Pendidikan

Program Studi Pendidikan Umum

Oleh

ABIDINSYAH 0908541

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN UMUM DAN NILAI SEKOLAH PASCA SARJANA

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI:

Promotor Merangkap Ketua

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si.

Kopromotor Merangkap Sekretaris

Prof. Dr. H. Sudardja Adiwikarta, MA

Anggota

Prof. Dr.H. Wahyu, MS

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Umum/Nilai

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa disertasi yang berjudul “INTERNALISASI

NILAI PEDULI LINGKUNGAN MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS

KEARIFAN LOKAL (STUDI DI SD NEGERI ANTASAN BESAR 7

BANJARMASIN)” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar hasil karya saya

sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara

yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Desember 2012 Yang membuat pernyataan,

ABIDINSYAH

(4)

Abidinsyah, Internalisasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal (Studi di SDN Antasan Besar 7 Banjarmasin), Promotor: Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, Ko-promotor: Prof. Dr. H. Sudardja Adiwikarta, M.A, dan Anggota: Prof. Dr .H. Wahyu MS.

(5)

Abidinsyah, THE INTERNALIZATION OF ENVIRONMENTAL CARE VALUES THROUGH LOCAL WISDOM-BASED LEARNING (A Study in Public Elementary School Antasan Besar 7 Banjarmasin), Promotor: Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, Co-promotors: Prof. Dr. H. Sudardja Adiwikarta, M.A., and Member: Prof. Dr. H. Wahyu, MS.

This dissertation deals with the results of study on the internalization of environmental care values through local wisdom-based learning conducted in Public Elementary School Antasan Besar 7 Banjarmasin. The study involved school principal, school

committee, cultural observers, students’ parents, science teacher, other teachers, and

fourth grade students of high achievement class. The main subject of the study is how to internalize environmental care values of the students in elementary school learning processes through local wisdom-based teaching? The main subject is in detail described into the following research questions: (1) What are policies and efforts made to internalize environmental care values in Public Elementary School Antasan Besar 7 Banjarmasin?; (2) What is the process of internalizing those values through instructional activities?; (3) What are local wisdoms of Banjar community relevant to the

instructional activities?; (4) How teachers understand Banjar community’s local

wisdoms in relation to environmental care values as instructional materials and media?; and (5) What is the strategy to internalize the values through local wisdom-based teaching? To answer those questions, data in used are related to (1) policies and efforts made to internalize environmental care values in Public Elementary School Antasan Besar 7 Banjarmasin; (2) the process of internalizing those values through instructional activities; (3) local wisdoms of Banjar community relevant to the instructional activities; (4) teachers’ understanding of Banjar community’s local wisdoms in relation to environmental care values; and (5) the strategy to internalize the values through local wisdom-based teaching. The data were collected by observation, interview, documentary study, and transcription. Data were then analyzed by applying Miles and

Huberman’s model (1984) through the stages of data collection, reduction, display, and

conclusion. Data analysis has resulted in the following findings: (1) policies and efforts made by the school to internalize the environmental care values can be seen in school

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 11

C. Definisi Operasional... 11

D. Tujuan Penelitian ... 13

E. Signifikansi/Manfaat Penelitain ... 14

F. Struktur Organisasi Disertasi ... 15

BAB II KERANGKA TEORETIS... 16

(7)

B. Internalisasi Nilai Peduli Lingkungan ... 49

C. Manusia, Kenudayaan dan Lingkungan ... 57

D. Kearifan Lokal dalam Pemeliharaan Lingkungan Hidup... 68

E. Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal ... 75

F. Hubungan Pendidikan Sains dengan Pendidikan Umum ... 94

G. Penelitian Terdahulu ... 97

BAB III METODE PENELITIAN... 100

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 100

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 103

C. Sumber dan Jenis Data ... 104

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 104

E. Langkah-langkah Penelitian ... 108

F. Paradigma Penelitian ... 113

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 115

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 115

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 118

(8)

4. Pemahaman Guru terhadap Kearifan Lokal Masyarakat Banjar

tentang Paduli Lingkungan dalam Pembelajaran ... 182

5. Strategi Internalisasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah Dasar ... 185

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 244

1. Kebijakan dan Upaya yang Dilakukan dalam Penginternalisasian Nilai Peduli Lingkungan di SD Negeri Antasan Besar 7 Banjarmasin 244 2. Internalisasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Pembelajaran di SD Negeri Antasan Besar 7 Banjarmasin ... 256

3. Kearifan Lokal Masyarakat Banjar terhadap Kepedulian Lingkungan 260 4. Pemahaman Guru terhadap Kearifan Lokal Masyarakat Banjar tentang Paduli Lingkungan dalam Pembelajaran ... 267

5. Strategi Internalisasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah Dasar ... 270

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 279

A. Kesimpulan ... 279

B. Rekomendasi ... 282

DAFTAR PUSTAKA ... 284

LAMPIRAN ... 289

(9)

DAFTAR TABEL

1.1 Definisi Konseptual Penelitian ... 13

2.1 Nilai dan Deskrispi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa ... 27

2.2 Indikator Sekolah dan Kelas dalam Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa ... 55

2.3 Keterkaitan Nilai dan Indikator untuk Sekolah Dasar ... 56

2.4 Langkah Analisis Nilai ... 84

2.5 Proses Klarifikasi Nilai ... 86

4.1 Rekapitulasi Berita tentang Lingkungan Hidup pada Media Cetak di Banjarmasin... 151

4.2 Hubungan SK/KD Mata Pelajaran IPA dengan Kearifan Lokal di Sekolah Dasar... 175

4.3 Kisi-Kisi Lembar Penilaian ... 192

4.4 Rekapitulasi Observasi Peduli Lingkungan di Sekolah ... 214

4.5 Rekapitulasi Kategori Kepedulian Lingkungan Peserta Diidk ... 218

(10)
[image:10.595.114.509.210.629.2]

DAFTAR GAMBAR

2.1 Konfigurasi Nilai Karakter ... 40

2.2 Proses Pembudayaan dan Pemberdayaan... 42

2.3 Strategi Pendidikan Karakter ... 44

2.4 Interaksi Dinamis Antara Tuas, Guru dan Peserta Didik ... 94

3.1 Komponen Analisis Data ... 111

3.2 Paradigma Penelitian ... 113

4.1 Internalisasi Nilai Peduli Lingkungan Melalui Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal ... 278

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Surat Rekomendasi... 290

2 Matrik Penelitian ... 291

3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ... 293

4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ... 315

5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 ... 339

6 Rancana Pelaksanaan Pembelajaran 4 ... 342

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah saat ini masih menekankan

hafalan, tanpa pemahaman yang dapat diterapkan siswa ketika berhadapan dengan situasi nyata dalam kehidupannya. Akibatnya, pembelajaran tersebut masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah dengan kegiatannya masih berpusat

pada guru. Sementara, aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Apabila proses

pembelajaran demikian, maka pembelajaran tidak akan membekas terhadap diri siswa, seperti diungkapkan Suryadi (2010: 463) yang mengemukakan bahwa, “selama ini hasil belajar pada berbagai jenjang pendidikan lebih ditekankan pada

pembekalan konsep-konsep dan peristilahan saja, sebagai akibatnya pengetahuan tidak bermakna bagi peseta didik dan tidak berbekas dalam kehidupannya”. Di sisi

lain, pembelajaran sains tentang masalah lingkungan, hanya dipelajari sebagai produk saja, sehingga sains sebagai proses, sikap dan aplikasinya belum

sepenuhnya tersentuh dalam pembelajaran (Hidayat, 2010: 148).

Kritikan terhadap pembelajaran pun bermunculan, karena pembelajaran terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah konsep atau informasi saja,

sehingga muncul anggapan bahwa, pembelajaran sulit dipahami dan dimengerti. Hal tersebut senada dengan riset yang dilakukan oleh Holbrook (Hidayat, 2010:

(13)

karena miskinnya keterkaitan antara konsep dengan kenyataan yang sebenarnya dalam pembelajaran sains dan penekanan pemahaman konsep dasar serta

pengertian dasar ilmu. Pengetahuan tersebut sangat kering dan tidak menyentuh hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan kurang disertai

pendidikan nilai yang seharusnya banyak tergali dalam pembelajaran.

Dengan demikian, pendidikan masih belum memperlakukan manusia sebagaimana mestinya, seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, di mana pendidikan seharusnya dapat memanusiakan manusia secara utuh. Pendidikan sebagai wahana untuk

memanusiakan manusia terikat oleh dua misi penting yaitu hominisasi dan humanisasi. Sebagai proses hominisasi pendidikan berkepentingan untuk

memposisikan manusia sebagai makhluk yang memiliki keserasian dengan habitat ekologinya. Dalam proses hominisasi seperti itu, maka pembelajaran dituntut untuk mampu mengarahkan siswa pada cara-cara pemilihan dan pemilahan nilai

sesuai dengan kodrat biologis manusia. Demikian pula pendidikan sebagai proses humanisasi, mengarahkan manusia untuk hidup sesuai dengan kaidah moral,

moral manusia berkaitan dengan Tuhan, sesama manusia dan lingkungan. Dengan demikian, pendidikan seyogyanya tidak mereduksi proses pembelajarannya semata-mata untuk kepentingan salah satu segi kemampuan saja, melainkan harus

mampu menyeimbangkan kebutuhan moral dan intelektual.

Untuk menyeimbangkan kebutuhan moral dan intelektual, maka

(14)

diungkapkan oleh Gaffar (2004) bahwa, “pendidikan bukan hanya sekedar menumbuhkan dan mengembangkan keseluruhan aspek kemanusiaan tanpa diikat

dengan nilai. Tetapi nilai itu merupakan pengikat dan pengaruh proses pertumbuhan dan perkembangan tersebut”. Demikian juga Kniker (Sauri, 2010:

28), beliau berpendapat bahwa:

Nilai dan pendidikan merupakan dua hal yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan, bahkan ketika pendidikan cenderung diperlakukan sebagai wahana transfer pengetahuan pun telah terjadi perambatan nilai yang setidaknya bermuara pada nilai-nilai kebenaran intektual.

Demikian pula ketika peristiwa pendidikan sangat sarat dengan pembelajaran keterampilan teknis, di dalamnya terdapat proses pembelajaran nilai yang mengandung bobot benar salah, baik buruk atau indah-tidak indah.

Oleh karena itu, proses pendidikan seyogyanya bukan hanya proses berpikir, tetapi juga pendidikan nilai, watak dan perilaku.

Secara umum, hubungan antara nilai dengan pendidikan dapat dilihat dari tujuan Pendidikan Nasional yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, yaitu untuk

berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan Pendidikan Nasional tersebut mengandung makna bahwa, sebagian besar nilai yang hendak dikembangkan lebih didominasi oleh nilai-nilai moral daripada

nilai kebenaran ilmiah. Namun, nilai- nilai moral tersebut kurang melekat pada diri siswa, hal itu berkaitan dengan tindakan praktis yang belum mampu

(15)

yang seharusnya (das sollen) diperbuat dalam pendidikan sudah memilki nilai yang demikian ideal, akan tetapi praktik pendidikan seringkali dihadapkan pada

kenyataan-kenyataan (das sein) internalisasi nilai yang kurang memuaskan. Nilai yang hendak dikembangkan pada siswa dalam pembelajaran yaitu

nilai peduli lingkungan hidup, yakni suatu sikap dan perilaku yang selalu berupaya mencegah kerusakan alam dan sekitarnya serta mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang telah terjadi (Kemendiknas,

2010: 10). Nilai peduli lingkungan hidup tersebut dapat dikembangkan melalui bahan ajar yang dirancang dengan baik dalam setiap topik pembelajaran pada

suatu mata pelajaran secara terintegrasi, maupun melalui materi-materi esensial yang terkandung didalamnya. Untuk mengembangkan sikap peduli lingkungan

hidup, perlu adanya desain pembelajaran yang inovatif dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar dan kearifan lokal suatu daerah. Desain tersebut sudah melingkupi dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring

(nurturant effect) (Joni, 1996).

Urgensi sikap peduli lingkungan hidup dikembangkan dalam

pembelajaran melalui berbagai sumber belajar dan kearifan lokal yang ada di Banjarmasin dikarenakan rusaknya lingkungan hutan dan sungai yang ada di daerah tersebut. Seperti yang diungkap oleh Gusti Muhammad Hatta dalam acara

seminar nasional yang digelar Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (UCMI) Provinsi Kalimantan Selatan yang dilangsir dalam Kalimantan Post edisi Senin,

(16)

sama, AKBP Manora (Kapolda saat itu) membeberkan sejumlah kasus illegal logging yang telah berhasil diungkap mulai tahun 2007-2010, "Tahun 2007

sebanyak 149 kasus yang berhasil diselesaikan 132 kasus. Tahun 2008 sebanyak 177 kasus, selesai 127. Tahun 2009 sebanyak 131 kasus, selesai 115 kasus dan

tahun 2010 sebanyak 77 kasus, selesai 71".

Sementara itu, dalam situs resminya http://wwwnew.menlh.go.id, Menteri Lingkungan Hidup, Gusti Muhammad Hatta menegaskan berkurangnya jumlah

sungai yang ada di Banjarmasin dari 400 sungai lebih, saat ini menjadi 108 sungai. Keadaan tersebut terjadi karena berbagai perubahan yang terjadi terhadap

budaya masyarakat Banjarmasin dari berbasis sungai menjadi berbasis lahan. Data RPJM Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2006-2020 (Wahyu, 2007)

menyebutkan, “pemanfaatan sumber daya alam sekarang ini kurang memperhatikan kaidah-kaidah konservasi yang dapat mengatur dan mengendalikan tersedianya sumber daya alam. Akibatnya muncul permasalahan permasalahan”. Selanjutnya disebutkan bahwa dipaparkan, lahan kritis yang pada

tahun 1989 luasnya mencapai 560.283 hektar, maka pada tahun 2004 menjadi

555.983,33 hektar. Dengan demikian, kearifan lokal memegang peranan yang sangat signifikan dalam memberikan pemahaman dan penyadaran kepada masyarakat untuk mengembangkan kembali kearifan lokal Banjarmasin

khususnya untuk mengatasi masalah lingkungan.

Salah satu upaya mengambangkan kembali kearifan lokal daerah

(17)

memegang peran sangat penting terhadap pembinaan sikap, mental dan moral manusia. Melalui pembelajaran berbasis kearifan lokal siswa diberikan

pembinaan moral dan sikap mental berwawasan peduli lingkungan, sehingga mereka tergugah untuk merancang kehidupan masa depan dan mencapai

cita-citanya.

Agar pembelajaran tidak hanya mentransfer pengetahuan saja, maka diperlukan penginternalisasian nilai peduli lingkungan, seperti dikemukakan

Bagir dkk, (2005: 108) bahwa dalam menginternalisasikan suatu nilai terdapat 4 (empat) tataran penting yang perlu diperhatikan oleh para praktisi pendidikan di

lingkungan persekolahan, yaitu: 1) tataran konseptual; 2) institusional; 3) operasional; dan 4) arsitektural. Dalam tataran konseptual, internalisasi nilai

dapat terwujud melalui perumusan visi, misi, tujuan dan program sekolah (profil sekolah). Secara institusional dapat diwujudkan melalui pembentukan institution culture. Pada tataran operasional rancangan kurikulum dan ekstrakurikuler

(KTSP) harus diramu sedemikian rupa sehingga nilai-nilai karakter yang diinginkan yakni nilai peduli lingkungan dapat diinternalisasikan dalam proses

pembelajaran. Sementara secara arsitektural, internalisasi dapat diwujudkan melalui pembentukan lingkungan fisik berbasis nilai peduli lingkungan.

Internalisasi nilai peduli lingkungan dapat diwujudkan dalam proses

pembelajaran yang dapat dilihat secara komprehensif dan terintegrasi dalam setiap mata pelajaran, termasuk pada mata pelajaran IPA (sains), dalam hal ini

(18)

dieksplisitkan dan dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai peduli lingkungan tidak hanya pada tataran

kognitif tetapi menyentuh pada internalisasi dan pengalaman nyata dalam kehidupan siswa sehari-hari di masyarakat.

Internalisasi nilai dalam praksis pembelajaran di sekolah setidaknya mencakup tiga tahap penting yaitu: 1) tahap rancangan (design); 2) tahap pelaksanaan (implementation); dan 3) tahap evaluasi (evaluation). Pada tahap

rancangan perlu diperhitungkan berbagai hal yang berhubungan dengan sistem pembelajaran, strategi pembelajaran, pesan pembelajaran serta karaktersitik

pembelajar yang pada gilirannya diimplementasikan dalam bentuk riil desain pembelajaran, yaitu silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan bahan

ajar. Pada tahap pelaksanaan perlu diperhitungkan penggunaan berbagai sumber belajar dalam melaksanakan pembelajaran. Pada tahap evaluasi perlu dikembangkan berbagai model dan strategi evaluasi yang otentik dengan

memperhatikan karakteristik materi dan proses pembelajaran.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Pasal 20 terdapat

dua desain pembelajaran dalam KTSP, yaitu silabus dan RPP. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan silabus dan RPP untuk menginternalisasikan nilai peduli lingkungan. Pertama, menganalisis SK/KD dan

mengintegrasikan nilai peduli lingkungan, Kedua, menetapkan indikator dan tujuan pembelajaran. Ketiga, pemilihan materi pembelajaran dengan

(19)

pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM). Terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam

mengintegrasikan nilai peduli lingkungan, seperti: model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), pembelajaran kooperatif

(cooperative learning), pembelajaran kuantum, pembelajaran terpadu dan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) yang disesuaikan dengan materi pembelajaran.

Selain keempat hal di atas, juga digunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan model yang digunakan. Penggunaan media bertujuan

untuk membantu siswa lebih cepat memahami materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, yakni efek instruksional dan efek pengiring.

Dengan tercapainya tujuan pembelajaran, maka diharapkan dapat terwujudnya sikap dan perilaku peduli lingkungan dari siswa.

Sementara itu, penilaian dalam konteks integrasi nilai peduli lingkungan

dalam pembelajaran adalah penilaian yang komprehensif, menyangkut domain kognitif, psikomotor dan afektif. Penilaian afektif harus mendapatkan perhatian

khusus, karena domain tersebut merupakan penilaian terhadap keberhasilan pembelajaran dalam hal penginternalisasian nilai peduli lingkungan.

Dalam rangka mempertegas Peraturan Pemerintah tersebut, pada tanggal

5 Juli 2005, Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Surat Keputusan bersama Nomor 07/Men.LH/06/2005

(20)

dilakukan secara terintegrasi dengan mata pelajaran yang telah ada. Salah satu puncak perkembangan pendidikan lingkungan hidup adalah dirumuskannya

tujuan pendidikan lingkungan hidup menurut UNCED, yaitu pendidikan lingkungan adalah proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang

sadar dan peduli terhadap lingkungan hidup, memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama memecahkan berbagai masalah lingkungan (UNESCO, 1978). Pendidikan

lingkungan hidup juga memasukkan aspek afektif yaitu tingkah laku, nilai dan komitmen yang diperlukan untuk membangun masyarakat yang berkelanjutan,

sesuai dengan kesepakatan Nasional tentang pembangunan berkelanjutan yang ditetapkan dalam Indonesian Summit on Sustainable (ISSD) di Yogyakarta 21

Januari 2004. Sehubungan dengan itu, guru perlu merancang desain pembelajaran yang memungkinkan berlangsungnya klarifikasi dan internalisasi nilai peduli lingkungan.

Sebagai realisasi dari kesepakatan Menteri lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasioanl, yakni adanya program Adiwiyata yang merupakan

program pengelolaan lingkungan hidup di sekolah. Tujuan program ini menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran, mendorong terciptanya pengetahuan dan penyadaran warga sekolah, sehingga

dikemudian hari dapat turut bertanggungjawab dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan.

(21)

Rujukan dan Percontohan Provinsi Kalimantan Selatan, serta mendapatkan sertifikat Akreditasi dengan predikat sangat baik (A) dari Badan Akreditasi

Sekolah, dan berstatus sebagai Sekolah Dasar Negeri - Standar Nasional (SN). Sekolah ini juga mengembangkan suatu pembelajaran yang berkualitas dengan

menerapkan berbagai model pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Hal ini tercermin pada salah satu misinya yakni: Mengembangkan sistem pembelajaran yang menerapkan PAIKEM dan

berkualitas nasional untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kecerdasan spritual, emosional dan intelektual. Hal ini memberikan inspirasi dan peluang

kepada guru untuk berinovasi dalam pembelajaran untuk mengembangkan berbagai potensi siswa. Untuk pengembangan pembelajaran bidang IPA terhadap

masalah lingkungan hidup belum dapat dilaksanakan secara optimal, pemanfaatan potensi daerah masih sangat kurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa, pengembangan pembelajaran inovatif yang berwawasan lingkungan

hidup masih perlu dikembangkan dengan menggali berbagai potensi daerah yang ada.. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan kurikulum operasional

yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan, hal ini akan memberikan peluang dan kesempatan yang baik untuk memanfaatkan segala sumber daya dan potensi daerah.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Internalisasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Pembelajaran

(22)

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas,

maka dikemukakan permasalahan utama pada penelitian ini yaitu: bagaimanakah penginternalisasian nilai peduli lingkungan bagi siswa dalam pembelajaran di

Sekolah Dasar melalui pembelajaran berbasis kearifan lokal? Dari rumusan

masalah utama di atas dapat dikembangkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kebijakan dan upaya penginternalisasian nilai peduli lingkungan di SDN Antasan Besar 7 Banjarmasin?

2. Bagaimanakah proses internalisasi nilai peduli lingkungan melalui pembelajaran di SDN Antasan Besar 7 Banjarmasin dilaksanakan?

3. Kearifan lokal masyarakat Banjar apa saja yang berkenaan dengan lingkungan hidup yang dapat dijadikan materi dan media pembelajaran? 4. Bagaimanakah pemahaman guru terhadap kearifan lokal masyarakat Banjar

yang berkenaan dengan nilai peduli lingkungan sebagai salah satu materi dan media pembelajaran?

5. Bagaimanakah strategi internalisasi nilai peduli lingkungan melalui pembelajaran yang berbasis kearifan lokal?

C. Definisi Konseptual

1. Internalisasi adalah sebuah proses yang dialami seseorang dalam menerima

(23)

norma-norma, nilai-nilai sebagaimana yang dimiliki individu dalam kelompoknya (Insiklopedi Nasional Indonesia, 1989: 196-197)

2. Nilai merupakan keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya (Allport dalam Mulyana, 2004: 9)

3. Peduli Lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam disekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang telah terjadi (Kemendiknas 2010:

10).

4. Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidikan dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003: 4).

5. Kearifan lokal adalah pandangan dan pengetahuan lokal yang berasal dari budaya masyarakat, unik, memiliki hubungan dengan alam dalam sejarah yang panjang, beradaptasi dengan sistem ekologi setempat, bersifat dinamis

dan terbuka berdasarkan nilai-nilai ideal, dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi

(Wahyu, 2007: 19).

(24)
[image:24.595.109.516.142.626.2]

Tabel 1.1

Definisi Konseptual Penelitian

No. Konsep Pokok Fokus Pengamatan

1. Internalisasi nilai peduli lingkungan

Proses yang dialami seseorang dalam menerima nilai peduli lingkungan pada aspek pengetahuan , sikap dan perilaku. 2. Peduli lingkungan Kebersihan dan keindahan lingkungan

kelas, sekolah, dan rumah.

3. Pembelajaran Perangkat pembelajaran, proses pembelajaran meliputi aktivitas guru, siswa dalam penanaman konsep peduli lingkungan.

4. Kearifan Lokal Materi/konsep peduli lingkungan yang mengandung nilai kearifan lokal.

D. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan tentang

penginternalisasian nilai peduli lingkungan bagi siswa dalam pembelajaran di Sekolah Dasar melalui pembelajaran berbasis kearifan lokal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pengambil kebijakan dalam

upaya pelestarian lingkungan hidup yang ada di wilayah Banjarmasin. Tujuan umum tersebut dijabarkan dalam tujuan secara khusus, yaitu untuk menggali,

mengolah dan menganalisis data tentang:

1. Memformulasikan kebijakan dan upaya penginternalisasian nilai peduli lingkungan di SD Negeri Antasan Besar 7 Banjarmasin.

(25)

3. Menggali berbagai kearifan lokal masyarakat Banjar yang berkenaan dengan lingkungan hidup yang potensial sebagai materi dan media pembelajaran

Sains yang berbasis nilai.

4. Memahami persepsi guru tentang kearifan lokal sebagai materi dan media

pembelajaran Sains.

5. Merumuskan strategi penginternalisasian nilai peduli lingkungan melalui pembelajaran Sains berbasis kearifan lokal masyarakat Banjar.

E. Signifikansi/Manfaat Penelitian

1. Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjang terhadap pengembangan

konsep dan teori penginternalisasian nilai dalam pembelajaran di sekolah. 2. Praktis

a. Berkontribusi terhadap pengembangan KTSP untuk mengintegrasikan nilai

dan atau karakter yang bersumber dari kearifan lokal masyarakat setempat. b. Berkontribusi terhadap pengembangan silabus dan RPP untuk

mengintergrasikan nilai dan atau pada setiap mata pelajaran di sekolah dasar.

F. Struktur Organisasi Disertasi

Penulisan disertasi tentang “implementasi nilai peduli lingkungan melalui

pembelajaran berbasis kearifan lokal” ini meliputi lima bagian, yang terdiri dari

(26)

penelitian, definisi operasional tujuan penelitian, signifikansi/manfaat penelitian, dan struktur organisasi disertasi. Bab II tentang kerangka teoretis, meliputi

pendidikan nilai, internalisasi nilai peduli lingkungan; manusia, kebudayaan dan lingkungan, kearifan lokal dalam pemeliharaan lingkungan hidup, pembelajaran

berbasis kearifan lokal, hubungan sains dengan pendidikn umum dan penelitian terdahulu. Bab III tentang metode penelitian meliputi Pendekatan dan metode penelitian, lokasi subjek penelitian, sumber dan jenis data, instrumen dan teknik

pengumpulan data, langkah-langkah penelitian serta paradigma penelitian. Bab IV tentang hasil penelitian dan pembahasan, meliputi deskripsi umum lokasi

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

kualitatif, yakni pendekatan yang dalam pengolahan datanya tidak menggunakan perhitungan-perhitungan matematis dan statistik, melainkan lebih menekankan

pada kajian interpretatif. Melalui pendekatan ini diharapkan akan diperoleh tiga tujuan yakni nilai dekskriptif, eksploratoris dan eksplanatoris, dan dalam penggalian datanya melibatkan berbagai metode yakni: 1) Document analysis 2)

Hermeneutic Inquiry dan 3) Action Research.

Creswell (1998: 15) mengemukakan

qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that exploresocial or human problem, the researcher builds a complex, holistic picture, analyzes words, reports detailed views of informants and conducts the study in natural setting.

Penelitian kualitatif adalah suatu proses inquiry tentang pemahaman berdasar pada tradisi-tradisi metodologis penelitian tertentu dengan cara

menyelidiki suatu masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan dari penutur asli/informan secara rinci dan melakukan penelitian

(28)

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan kebanyakan

penelitian yang menggunakan metode deskriptif analitik dengan variasi studi kasus. Metode deskriptif analitik merupakan metode penelitian yang menekankan

pada usaha untuk memperoleh informasi, mengetahui status atau gejala pada saat penelitian, memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, juga lebih jauh menerangkan hubungan, serta menarik makna dari suatu masalah yang

diinginkan. Sementara, studi kasus (case study) merupakan metode untuk menghimpun dan menganalisis data berkenaan dengan sesuatu kasus. Studi kasus

merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap suatu kesatuan sistem. Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa atau sekelompok individu

yang terikat oleh tempat, waktu atau ikatan tertentu.

Dari segi pemaparan, deskriptif analitik memang merupakan metode yang sesuai untuk penelitian ini. Namun, dilihat dari proses pendekatan ke lapangan

dan juga filosofi dari penelitian ini, metode hermaneutics juga sangat tepat untuk dijadikan salah satu metode penelitian, karena penelitian ini juga berhubungan

dengan pemahaman situasi, cara pengajaran dan bagaimana proses belajar dalam lingkungan sosial menjadi satu hal yang menarik untuk diteliti.

Penelitian ini ingin menggali berbagai data terkait dengan proses

internalisasi nilai peduli lingkungan melalui pembelajaran berbasis kearifan lokal, yakni menghimpun berbagai dokumen dengan menggunakan metode document

analysis. Hal ini dikarenakan, penginternalisasian nilai peduli lingkungan dalam

(29)

dokumen; dalam hal ini bersumber dari berbagai kebijakan yang berupa dokumen dalam perangkat pembelajaran seperti dokumen I KTSP, dokumen II KTSP yaitu

Silabus dan RPP maupun berbagai dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dalam penyelenggaran pendidikan di sekolah. Dengan menggunakan document

analysis, peneliti dapat mendeskripsikan bagaimana penginternalisasian nilai-nilai

karakter peduli lingkungan dalam pembelajaran. Sehingga penggunaan metode document analysis pada penelitian ini sangat relevan.

Selain metode di atas, penelitian ini juga memerlukan pengujicobaan implementasi internalisasi nilai peduli lingkungan melalui pembelajaran yang

berbasis kearifan lokal di dalam kelas. Oleh karena itu, peneliti juga menggunakan action research untuk mendapatkan suatu strategi yang tepat dan

memadai dalam hal penginternalisasian nilai peduli lingkungan. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran jarang ditemui strategi yang mampu menggunakan nilai peduli lingkungan berbasis kearifan lokal dalam pembelajaran.

Melihat pentingnya penginternalisasian nilai peduli lingkungan berbasis kearifan lokal, peneliti merasa perlu untuk setidaknya mengujicobakan strategi yang ada di

dalam pembelajaran, sehingga dianggap perlu melaukan action research. Dean (2000: 66) dalam penelitiannya juga mengimplementasikan action research karena ia berpendapat bahwa action research adalah salah satu elemen penting

untuk mengujicobakan interpretasinya terhadap perkembangan historis dalam Islam. Berpedoman pada metode yang digunakan Dean (2000), peneliti juga

[image:29.595.112.514.250.625.2]
(30)

kearifan lokal, akan tetapi tidak melakukannya seperti action research yang sesungguhnya dengan menggunakan siklus yang berulang-ulang.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri Antasan Besar 7 Banjarmasin, dengan beberapa kriteria yang menjadi dasar ditetapkannya sebagai tempat lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

1. Merupakan salah satu Sekolah Dasar Negeri yang ditetapkan sebagai Sekolah Standar Nasional dan sekaligus sebagai sekolah percontohan di Kota

Banjarmasin.

2. Menunjukkan berbagai prestasi yang diraih oleh guru dan siswa baik dalam

prestasi akademik maupun non akademik hingga di tingkat nasional.

3. Merupakan Sekolah Dasar Negeri yang memiliki Visi dan Misi untuk mengembangkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan,

manajemen mutu satuan pendidikan secara terpadu dalam menciptakan suasana dan sistem pembelajaran yang berkualitas nasional.

4. Pendidikan lingkungan hidup juga telah dipraktikkan oleh sekolah dalam bentuk aktivitas warga sekolah, pengembangan diri, pengkondisian sekolah dan budaya sekolah.

(31)

C. Sumber dan Jenis Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan yang

dilakukan oleh warga Sekolah Dasar Negeri Antasan Besar 7 Banjarmasin yang menjadi subjek penelitian, implementasi strategi pelaksanaan pembelajaran

internalisasi nilai peduli lingkungan yang berbasis kearifan lokal. Selain itu, dimanfaatkan pula berbagai informasi dari budayawan tentang kearifan lokal masyarakat Kalimantan Selatan terhadap lingkungan hidup dan berbagai dokumen

resmi yang mendukung penelitian yang meliputi: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), perangkat pembelajaran (silabus dan RPP), sumber belajar

dan profil sekolah.

Sumber data primer diambil dari subjek penelitian yaitu warga sekolah

yang terdiri dari kepala sekolah, komite sekolah, guru, siswa dan orang tua siswa. Selain itu, juga diperoleh dari budayawan, BLHD dan wartawan, serta implementasi strategi pelaksanaan pembelajaran internalisasi nilai peduli

lingkungan yang berbasis kearifan lokal. Sementara data sekunder diperoleh dari berbagai dokumen resmi dan tidak resmi yang berhubungan dengan materi

penelitian dan mendukung data primer.

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan data

1. Instrumen Penelitian

Penelitian kualitatif menempatkan peneliti sebagai instrumen utama

(32)

ini adalah peneliti sendiri, dikarenakan peneliti memiliki kemampuan beradaptasi dengan kondisi subyek penelitian, peka terhadap situasi sosial yang sedang terjadi

selama proses penelitian dan mampu berimprovisasi dalam menggali informasi. Selain itu instumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman

wawancara (interview guide): berupa pertanyaan yang memungkinkan untuk menggali data yang lebih spesifik, catatan lapangan (field notes): yang merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam

rangka pengumpulan data, dan alat perekam (recorder, handycam): sebagai alat bantu merekam hasil observasi di lapangan.

2. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang biasanya dilakukan pada penelitian kualitatif melalui beberapa cara yaitu: 1) observasi, 2) wawancara, 3) analisis dokumen dan 4) trankripsi (Wasilah 2008: 157). Pada penelitian ini hanya

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data diantaranya yaitu: dokumentasi, wawancara dan observasi.

a. Teknik Dokumentasi

Melalui teknik dokumentasi peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi memperoleh informasi dari macam-macam

sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan. Hasil observasi dan wawancara akan lebih kredibel jika didukung oleh dokumen yang terkait dengan

(33)

pokok penelitian dan dapat dijadikan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data, dan dapat dipandang sebagai info yang dapat membantu dalam menganalisis dan

menginterpretasi data.

Dalam konteks penelitian ini, teknik dokumentasi dilakukan untuk

mengetahui berbagai dokumen yang terkait dengan internalisasi nilai peduli lingkungan dalam pembelajaran yang berbasis kearifan lokal. Dokumen itu dapat berupa Undang-Undang Sisdiknas, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri,

profil sekolah, KTSP, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), program kerja kepala sekolah, program kerja ekskul, dan lain-lain. Berbagai dokumen

tersebut dapat digali melalui kepala sekolah, guru, komite, tenaga kependidikan, dan lain-lain.

b. Teknik wawancara

Wawancara digunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak dapat diperoleh melalui observasi. Wawancara diharapkan dapat menjaring sejumlah

data verbal mengenai persepsi informan tentang dunia empirik yang mereka hadapi. Pemikiran, pandangan, dan tanggapan yang diverbalisasikan akan lebih

mudah dipahami dibandingkan dengan ekspresi. Oleh karena itu menurut Nasution (1996: 69), teknik pengamatan saja tidak cukup memadai dalam pelaksanaan penelitian.

Langkah awal yang dilakukan peneliti untuk wawancara adalah menentukan orang-orang yang akan diwawancarai, kemudian membuat pedoman

(34)

dan tempat wawancara ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama dan diakhir wawancara, peneliti masih memohon kepada informan agar masih dapat diberikan

kesempatan untuk diwawancarai jika masih terdapat fenomena-fenomena yang memerlukan keterangan lebih lanjut.

Wawancara dilakukan dalam rangka untuk menggali berbagai data yang terkait dengan internalisasi nilai peduli lingkungan dalam pembelajaran berbasis kearifan lokal. Oleh karena itu, wawancara dilakukan terhadap orang-orang terkait

yang meliputi: kepala sekolah, guru, tenaga pendidik, komite, siswa, orang tua siswa, dan budayawan. Data yang digali melalui wawancara meliputi: (1) data

tentang kebijakan dan upaya penginternalisasian nilai peduli llingkungan baik melalui visi dan misi, KTSP, maupun dalam budaya sekolah, sarana dan

prasarana, pembelajaran dan aktifitas sekolah, (2) data tentang kearifan lokal masyarakat Banjar tentang lingkungan hidup yang digali dengan wawancara didapatkan dengan mewawancarai para budayawan, (3) data tentang pemahaman

guru terhadap kearifan lokal dan kaitannya dengan pembelajaran, (4) data tentang peran dan fungsi media cetak dan badan lingkungan hidup daerah terhadap

penginternalisasian nilai peduli lingkungan dalam pembelajaran, serta (5) data tentang faktor-faktor pendukung penginternalisasian nilai peduli lingkungan dalam keluarga yang diperoleh dengan mewawancarai orang tua siswa.

c. Teknik Observasi

Dengan observasi, peneliti dapat menarik inferensi mengenai makna dan

(35)

terucapkan dan bagaimana teori digunakan secara langsung. Informasi yang dikumpulkan melalui observasi ini merupakan aktivitas proses internalisasi nilai

peduli lingkungan berbasis kearifan lokal melalui pembelajaran. Data yang digali berupa kegiatan warga sekolah, budaya sekolah, pengembangan diri, dan proses

kegiatan belajar mengajar dalam penginternalisasian peduli lingkungan yang terdiri atas dua kegiatan; kegiatan belajar mengajar yang dilakukan selama ini di SD Negeri Antasan Besar 7 Banjarmasin, dan kegiatan pembelajaran pada action

research yang dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh seorang corrabolator

dengan bantuan video kamera untuk merekam berbagai aktivitas yang dilakukan.

Seluruh kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran maupun aktivitas semua warga sekolah dalam kesehariannya selama berada di

sekolah dan di rumah yang terkait dengan masalah lingkungan menjadi fokus dalam penelitian ini.

E. Langkah-langkah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui empat tahapan, yaitu:

1. Tahap awal

Pada tahap ini dilakukan penjajakan terhadap kondisi fisik dan kondisi sosial sekolah tempat penelitian, tujuan observasi awal ini adalah untuk

mendapatkan gambaran secara umum tentang sarana dan prasarana sekolah dan penyelenggaraan pendidikan di sekolah, seperti aktivitas siswa, aktivitas guru, dan

(36)

Dalam proses penjajakan ini peneliti mengamati aktivitas warga sekolah, melakukan diskusi secara informal dengan kepala sekolah untuk menggali hal-hal

yang menjadi acuan peneliti dalam menentukan dan menyusun langkah-langkah penelitian berikutnya. Kemudian dilakukan juga observasi pelaksanaan

pembelajaran terhadap guru IPA kelas IV untuk mendapatkan gambaran penggunaan strategi atau model pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran IPA di kelas IV. Setelah selesai melakukan observasi

kelas, peneliti dan guru berdiskusi secara informal tentang beberapa strategi/model pembelajaran (PAIKEM) dan tentang kearifan lokal masyarakat

Banjar, sehingga peneliti mendapatkan data awal yang sangat bermanfaat untuk kelanjutan penelitian.

Sasaran yang di observasi pada penelitian ini yaitu kelas IV, hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pembelajaran di kelas I sampai dengan kelas III menggunakan tematik, sementara kelas IV menggunakan sistem mata

pelajaran, sehingga pembelajaran akan lebih terfokus dan mendalam karena diajarkan oleh guru IPA. Selain itu Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi

Dasar (KD) dan materi pembelajaran yang terkait dengan masalah lingkungan cukup banyak, demikian juga dengan kearifan lokalnya. Sementara untuk kelas V materi yang terkait dengan pendidikan lingkungan tidak banyak dan Kelas VI

lebih terfokus untuk persiapan menghadapi ujian.

Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara dengan beberapa budayawan

(37)

penelitian (action research). Selanjutnya peneliti menyusun rancangan penelitian dan instrumen penelitian berupa panduan wawancara.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan penggalian informasi dari berbagai sumber,

yaitu kepala sekolah, komite sekolah, sekretaris BLHD Provinsi Kalimantan Selatan, guru, orangtua siswa dan wartawan media cetak dengan menggunakan panduan wawancara yang telah disiapkan sebelumnya. Pada tahap ini juga masih

dilakulakan pengumpulan data tentang kearifan lokal yang berhubungan dengan pelestarian lingkungan hidup melalui wawancara dengan para budayawan. Selain

itu, dilakukan pula observasi terhadap warga sekolah untuk mengumpulkan data tentang upaya yang dilakukan dalam penginternlisasian nilai peduli lingkungan.

Selanjutnya dilakukan analisis terhadap dokumen, yaitu: KTSP, program kerja kepala sekolah, dan perangkat pembelajaran guru, tata tertib sekolah dan semua dokumen yang ada kaitanya dengan penelitian.

Kemudian dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran oleh guru IPA di kelas IV unggulan, dilanjutkan dengan melakukan analisis terhadap hasil

pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis, peneliti bersama guru membuat rancangan pembelajaran (RPP) yang memuat kearifan lokal sebagai materi dan media pembelajaran untuk tiga kali pembelajaran, kemudian diujicobakan

(38)

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian ini, pengolahan data dan analisis melalui proses

menyusun, mengkategorikan data, mencari kaitan isi dari berbagai data yang diperoleh dengan maksud untuk mendapatkan maknanya. Data yang diperoleh

dan dikumpulkan dari responden melalui hasil wawancara, obeservasi dan studi dokumentasi di lapangan untuk selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan.

Analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang dilakukan secara

bersamaan yaitu: reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi dan transformasi terhadap data “kasar” yang diperoleh dari catatan

lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis data yang bertujuan

untuk menajamkan, mengelompokkan, memfokuskan, pembuangan yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data untuk memperoleh kesimpulan final. Penyajian data dilakukan dengan menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun dalam

suatu kesatuan bentuk yang disederhanakan, selektif dalam konfigurasi yang mudah dipakai sehingga memberi kemungkinan adanya pengambilan keputusan.

Setelah data tersaji secara baik dan terorganisasi maka dilakukan penarikan kesimpulan atau verifikasi (Miles & Huberman, 2007: 21-22) :

Data Collection

Data Reduction

Data

Data Display

(39)
[image:39.595.114.514.248.615.2]

Gambar 3.1. Komponen Analisis Data (Miles & Huberman, 2007: 23)

Berdasarkan gambar di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam

pengolahan data dan menganalisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan. Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya yang cukup banyak, memerlukan pencatatan secara teliti dan rinci. Untuk itu data

dirangkum dan dipilih hanya hal-hal yang pokok dan penting.

b. Displai data

Dalam tahap ini, peneliti menyajikan data-data dalam bentuk deskripsi

berdasarkan aspek-aspek yang diteliti sesuai rumusan penelitian.

c. Kesimpulan/verifikasi

Kesimpulan diambil secara bertahap, diawali dengan pengambilan kesimpulan sementara. Namun dengan bertambahnya data kemudian dilakukan verifikasi data yaitu dengan mempelajari kembali data-data yang ada (yang

direduksi maupun disajikan). Untuk penguatan keputusan yang dibuat, peneliti juga meminta pertimbangan dengan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian

ini. Setelah hal itu dilakukan, peneliti mengambil keputusan akhir. 4. Penyusunan Laporan

Laporan dilakukan bila data yang masuk telah dianggap cukup, analisis

(40)

telah diperolah serta dianalisis dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

[image:40.595.114.514.196.615.2]

F. Paradigma Penelitian

Gambar 3.2. Paradigma Penelitian, diolah oleh penulis.

Gambar di atas memberikan pemahaman keterkaitan berbagai aspek yang berpengaruh dalam proses belajar mengajar yang menjadi fokus dalam

penelitian ini. Kurikulum yang dihasilkan dari berbagai pemangku kepentingan/stakeholders dan dengan dimasukkannya kearifan lokal (potensi daerah) dalam kurikulum yang diimplementasikan dalam silabus dan RPP

diharapkan dapat menjadi pedoman pelaksanaan pembelajaran berbasis kearifan lokal.

Melalui proses pembelajaran akan diperoleh tujuan yang meliputi dampak instruksional dan dampak pengiring. Selanjutnya akan diperoleh hasil yang diharapkan (expexted output) yakni perilaku peduli lingkungan dan menjadi

Kearifan Lokal

KTSP Stake

holders

PBM

Intructional Effect

Nurturant Effect

PERILAKU PEDULI LINGKUNGAN

Keluarga Warga

Sekolah

(41)
(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam bagian ini, akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi

penelitian yang dirumuskan dari hasil penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian.

A. Kesimpulan

Merujuk pada hasil temuan dan pembahasan penelitian yang telah

diuraikan pada bab IV, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sesuai pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan sejumlah temuan di lapangan, tampak bahwa internalisasi nilai peduli lingkungan melalui pembelajaran berbasis kearifan lokal di SD Negeri

Antasan Besar 7 Banjarmasin dilaksanakan melalui pengembangan visi, misi dan tujuan sekolah dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003,

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 37 tahun 2012. Undang-Undang, peraturan dan berbagai kebijakan lainnya menjadi dasar

inspirasi dan motivasi semua warga sekolah dalam pelaksanaan pendidikan karakter termasuk penanaman nilai peduli lingkungan dan mengintegrasikannya

(43)

melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler, program budaya sekolah misalnya pelaksanaan disiplin sekolah, pengkondisian lingkungan melalui adanya

slogan-slogan yang menghimbau kepada seluruh warga sekolah untuk peduli terhadap lingkungan, dan pengintegrasian dalam mata pelajaran dengan cara merancang

pembelajaran yang berbasis karakter. Semua program yang dilaksanakan merupakan perwujudan dari Visi, Misi dan Tujuan Sekolah.

Berdasarkan rumusan masalah, sebagaimana telah diuraikan dalam bab IV,

maka tampak internalisasi nilai peduli lingkungan melalui pembelajaran berbasis kearifan lokal di SD Negeri Antasan Besar 7 Banjarmasin dapat dirinci sebagai

berikut:

a. Kebijakan dan upaya yang dilaksanakan oleh kepala sekolah dalam

menginternalisasikan nilai peduli lingkungan yaitu dengan penyusunan visi, misi dan tujuan sekolah yang mengacu pada landasan yuridis baik pada tataran nasional maupun lokal; penyusunan silabus dan RPP, kegiatan proses belajar

mengajar, program pengembangan diri dan pembangunan budaya sekolah; nilai-nilai peduli lingkungan diintegrasikan pada semua mata pelajaran; dan

pelibatan orang tua siswa, masyarakat dan media masa dalam mendukung penginternalisasin nilai peduli lingkungan di SD Negeri Antasan Besar 7 Banjarmasin.

b. Proses internalisasi nilai peduli lingkungan melalui pembelajaran dilaksanakan dengan menyusun silabus dan RPP yang telah memuat nilai peduli

(44)

pelajaran yang relevan; dan diakhir pembelajaran guru memberikan nasihat-nasihat tentang kepedulian terhadap lingkungan.

c. Kearifan lokal masyarakat Banjar yang dapat dijadikan bahan ajar atau media pembelajaran dalam penginternalisasian nilai peduli lingkungan kepada siswa

di sekolah dasar dapat dikategorikan sebagai berikut yaitu: ajaran agama, pengetahuan tentang gejala alam, pengetahuan tentang lingkungan fisik, pengetahuan tentang jenis tanaman, manfaat dan pembudidayaannya, rumah

adat dan upacara adat.

d. Kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan nilai peduli lingkungan

yaitu guru masih beranggapan bahwa kearifan lokal belum menjadi sesuatu yang penting untuk diajarkan di sekolah, sehingga guru kurang berminat untuk

menggali kearifan lokal yang ada di masyarakat Banjar. Akibatnya siswa tidak pernah diberikan materi tentang kearifan lokal sebagai upaya penginternalisasian nilai peduli lingkungan.

e. Strategi internalisasi nilai peduli lingkungan dalam proses pembelajaran berbasis kearifan lokal dilaksanakan dengan, pemberlakukan kurikulum yang

telah mengakomodir pengintegrasian nilai karakter yang diharapkan; silabus harus menecerminakan hubungan SK/KD dengan kearifan lokal sebagai bahan materi dan media pembelajaran; penyusunan RPP yang sesuai dengan silabus;

perancangan pembelajaran PAIKEM dengan pendekatan pembelajaran nilai; evaluasi proses dan hasil pembelajaran; dan perancangan tugas untuk

(45)

2. Kesimpulan Khusus:

a. Dukungan dari pemerintah, guru, komite sekolah, orangtua, dan masyarakat

sangat menentukan keberhasilan penginternalisasian nilai peduli lingkungan yang dilakukan melalui kebijakan dan upaya Kepala Sekolah.

b. Proses internalisasi nilai peduli lingkungan berbasis kearifan lokal dalam pembelajaran sains, berawal dari adanya ketertarikan dan keinginan guru untuk menggali kearifan lokal yang ada di masyarakat.

c. Kearifan lokal yang potensial sebagai materi dan media pembelajaran dapat bersumber dari ajaran agama, gejala alam, pengetahuan tentang lingkungan

fisik, pembudidayaan tanaman, rumah adat dan upacara adat.

d. Ketertarikan dan keinginan guru untuk memahami kearifan lokal masyarakat

sebagai materi dan media belajar akan mendorong dirinya mencari berbagai sumber informasi baik dari media tulisan maupun lisan.

e. Penginternalisasian nilai peduli lingkungan menggunakan kearifan lokal

masyarakat sangat efektif dalam menciptakan aktivitas belajar siswa untuk memahami keberadaan dan persoalan lingkungan yang terjadi serta cara-cara

memecahkannya secara arif dan bijaksana.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan dari penelitian ini, dapat direkomendasikan beberapa hal berikut:

(46)

2. Kepala SD Negeri Antasan Besar 7 Banjarmasin untuk lebih mengoptimalkan proses pembelajaran penginternalisasian nilai-nilai karakter

3. Komite Sekolah untuk dapat memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan

4. Kepada media masa untuk dapat menjalin kerja sama

5. Kepada guru SD Negeri Antasan Besar 7 Banjarmasin untuk menggali kearifan lokal masyarakat Banjar

6. Sekolah di lingkungan Kota Banjarmasin untuk mengaplikasikan nilai-nilai kearifan lokal sebagai sumber dan media pembelajaran

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Amril,M. (2005). Etika dan Pendidikan.Yogyakarta. Aditya Media, dan Pekanbaru:LSFK2P.

Alwasilah, A.Chaedar (2006). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Ayatrohaedi. (1986). Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta. Pustaka Jaya.

Bertens, K. (2007). Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Borba, M. (2001). Building Moral Intelligence (The Seven Essensial Virtues That

Teach Kids to Do the Right Thing. Alih bahasa Lina Jusuf. (2008).

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Banks, J.A. (1985). Teaching strategies for the social studies. New York: Longman.

Budimansyah, D. (2010) Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

---, (2011). Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

---, (2012). Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter, Bandung: Widya Aksara Press.

Creswell, J.W. (1994). Research Design Qualitative & Quantitative Approach. London: Publication.

Dean, B.L., (2000). Islam, Democracy and Social Studies Education: Aquest for Possibilities, Desertasi Ph.D.,Departement of secondary Education University of Alberta Canada.

Denzin, N.K. & Lincoln, Y.S. (1997). Handbook of Qualitative Research. Penerjemah Dariyatno dkk. (2009). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Departemen Pendidkan Nasional (2003) Undang Undang Sistem pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta

(48)

Departemen Pendidkan Nasional, (2005) Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Departemen Pendidkan Nasional (2007) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI. Jakarta: BSNP.

Departemen Pendidikan Nasional (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: BNSP.

Djahiri, Kosasih. (1996). Menelusuri Dunia Afektif untuk Moral dan Pendidikan

Nilai Moral. Bandung:LPPMP.

Driyarkara. (1991). Driyarkara: Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Elias, J.J. (1989). Moral Education: Secular and Religious. Florida: Robert E.

Krieger Publishing Co. Inc

Elmubarok, Z. (2007). Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

Fraenkel, Jack, R. (1977). How To Teach About Values: An Analytic Approach. New Jersey: Prentice Hall Inc.

Gaffar, F. (2004). Membangun Pendidikan Nasional Untuk Meningkatkan Kualitas Masyarakat Bangsa Indonesia. Bandung: UPI Press.

Hakam, A.K. (2000). Pendidikan Nilai. Bandung: MKDU Press. Hariyanto. (2004). Sains SDKelas IV. Jakarta: Erlangga.

Hasan dkk. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing Bangsa dan Karakter Bangsa). Jakarta: BPPPK Kemendiknas.

Hidayat. (2010). Pembelajaran MIPA, Bandung, FPMIPA

Hilmanto, R. (2010). Etnoekologi. Lampung: Universtas Lampung.

Hornby, AS. (1995). Oxford Advance Learners Dictionary. London: Oxford University Press.

Hurlock, B.E. (1998). Child Development (Perkembangan Anak). Alih Bahasa Tjandrasa dan Zarkasih. Jakarta. Erlangga.

(49)

Hers. R. H. et al. (1980). Model of Moral Education: An Appraisal. New York: Longman Inc.

Joni, T. Raka. (1996). Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Dirjen Dikti Bagian Proyek PPGSD.

Joyce, B. and Weil, M. (1980). Models of Teaching. New Jersey: Prentice-Hall Inc. Englewood Cliffs.

Kemendiknas, (2010) Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karaktrer Bangsa, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

______, (2010). Desain Induk Pendidikan Karakter, Jakarta.

Knikker, Charles, K. (1977). You and Values Eucation, Columbus. Ohio: Charles E. Merril Publishing Company.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontektual, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Lickona, T. (1992). Educating For Character. New York: Bantam Books. Manik, (2009). Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Jambatan

Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter: Solusi yang tepat untuk membangun bangsa. Jakarta: BPMIGAS.

Miles.M.B., & Huberman, A.M. (2007). Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New Methods. Thousand Oaks, CA: Sage

Miller, J.P. (2002). Model of Teaching in Affective Education (terjemahan), Yogyakarta. Kreasi Utama.

Moleong, Lexy. J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Dikti P2 LPTK.

Mulyana, R. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Mulyasa. (2005). Menjadi Kepala Sekolah yang Profofessional. Bandung: Rosda

Karya.

Nasution, S. (1996). Model Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

(50)

Raths, L.E., Harmin, M & Simon, S.B. (1978). Values and teaching: working with values in the classroom. Second edition. Columbus: Charles E. Merril Publishing Company.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta. Rajawali Pers.

Ridwan, E. dan Malihah, E., (2006). Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sauri, S. (2006). Membangun Komunikasi dalam Keluarga. Bandung: PT Genesindo.

Sauri, S. (2010). Meretas Pendidikan Nilai. Bandung: Arfino Raya.

Siraj, Saedah. 2005). Cognition and Learning : issues and Strategis. Malaysia: Malindo Publications Sdn . Bhd

Slameto. (1995). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soedarsono, S. (2009). Karakter Mengantar Bangsa Dari Gelap Menuju Terang. Jakarta: Gramedia.

Soelaeman. (1988). Suatu Telaah Tentang Manusia-Religi-Pendidikan. Jakarta: P2LPTK.

Soemarwoto, O. (1994). Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: PT Jambatan.

Sumaatmadja, N. (2005). Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya dan

Lingkungan Hidup. Bandung: CV. Alfabeta Bandung

Suryadi, K. Dkk. (2010). Potret Professionalisme Guru dalam Membangun

Karakter Bangsa, Bandung, UPI Press.

Superka, D. P. (1973). A Topology of valuing theories and values education approaches. Doctor of Education Dissertation. University of California: Berkeley.

(51)

Sudrajat, Edi. (2011). Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Habituasi Kesadaran Lingkungan Hidup SMP. Tesis pada Prodi PKn SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Suseno, M. F. (1987). Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius.

Syahrir. (1997). Kearifan Lokal Masyarakat Pedesaan dalam Memelihara

Lingkungan Hidup Daerah Kalimantan Selatan. Banjarmasin: Prisma

Muda.

Undang-Undang No. 4 Tahun 1982. Tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Winecoff. (1998). Value Education Concepts and Model (terjemahan). Malang: IKIP Malang.

Wahyu. (2010). Kemampuan Adaptasi Petani Dalam Sistem Usaha Tani Sawah Pasang Surut dan Irigasi di Kalsel. Bandung: Pasca Sarjana UNPAD

---. (2007). Makna Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan di Kalimantan Selatan. (Orasi ilmiah pada pengukuhan Guru Besar Ilmu Sosiologi) Universitas Lambung Mangkurat).

---. (2010). Ekologi Manusia, (Bahan Kuliah Program Pasca Sarjana) Universitas Lambung Mangkurat.

Widjaya, S. (2012). Pengembangan Model Konseptual Rumah Belajar Lingkungan Hidup. Disertasi Doktor pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Wahyono. (2008). IPA Kelas IV Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat Perbukuan.

Yudianto, Suroso Adi. (2005). Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai. Bandung: Mughni Sejahtera.

Yuniyarto, Bambang. (2010). Membangun Kesadaran Warga Negara untuk Pelestarian Lingkungan. Disertasi pada Prodi PKn SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Gambar

2.1 Konfigurasi Nilai Karakter ........................................................................
Tabel 1.1 Definisi Konseptual Penelitian
gambaran bagaimana
Gambar 3.1. Komponen Analisis Data (Miles & Huberman, 2007: 23)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Identifikasi variabel penelitian ini untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan konsultatif dan motivasi islam terhadap kinerja karyawan, apakah ada pengaruh dari

Penilaian keterampilan dilakukan guru dengan melihat kemampuan peserta didik dalam mengkomunikasikan hasil analisis keterkaitan antara proklamasi dengan Pembukaan

 Ikan 174 gram dikeringkan selama 8 jam, hinga berat 65 gram, sehingga kadar air yang tersisa adalah 10 % dari berat keseluruhan..  Cabai 400 gram dikeringkan selama 23 jam,

The Effects of the Cultural Conflicts on the Mother-Daughter Relationship as Seen in Amy Tan’s The Bonesetter’s Daughter and The Joy Luck Club.. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Inggris

Fina Fitriyana Khodijah, “ Analisis Pengaruh Kualitas Layanan dan Kualitas Produk terhadap Loyalitas Pelanggan pada Online Shop menggunakan Structural Equation

1) Pengetahuan, didefinisikan sebagai ingatan terhadap hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya. Kemampuan ini merupakan kemampuan awal meliputi kemampuan mengetahui

Hasil dari pengujian yang telah dilakukan diperoleh kadar etanol tertinggi pada spesimen kulit pisang kepok sebesar 48% dengan variasi ragi tape sebesar 30 gram

Dengan mengetahui dengan baik terkait dengan beberapa aspek keuangan tersebut, maka pemilik perusahaan dan investor tidak salah langkah dalam memilih usaha