• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP AKTIVITAS BERMAIN ANAK USIA DINI : Penelitian Fenomenologi pada Orang Tua Anak Usia Dini.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP AKTIVITAS BERMAIN ANAK USIA DINI : Penelitian Fenomenologi pada Orang Tua Anak Usia Dini."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh: Gina Novianti Putri

0903887

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP AKTIVITAS BERMAIN ANAK USIA DINI

Oleh: Gina Novianti Putri

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan

© Gina Novianti Putri 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Bulan, 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

0903887

PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP AKTIVITAS BERMAIN ANAK USIA DINI

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Euis Kurniati, M.Pd NIP: 197706112001122002

Pembimbing II

Vina Adriany, M.Ed, Ph.D. NIP: 197601262003122001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Pedagogik

Fakultas Ilmu Pendidikan

(4)

Gina Novianti Putri, 2014

Persepsi Orang Tua Terhadap Aktivitas Bermain Anak Usia D ini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP AKTIVITAS BERMAIN ANAK USIA DINI

(Penelitian Fenomenologi pada Orang Tua Anak Usia Dini)

Gina Novianti Putri1, Euis Kurniati2, Vina Adriany3(Penulis Penanggung Jawab)

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman orang tua mengenai konsep bermain anak usia dini, peran orang tua dalah aktivitas bermain anak, serta tantangan yang dialami orang tua dalam aktivitas bermain anak. metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif fenomenologi dengan menggunakan wawancara dan observasi sebagai teknik pengumpulan data serta Grounded Theory sebagai teknik analisis data. Subjek dalam penelitian ini berjumlah dua orang ibu yang memiliki anak usia dini. Hasil penelitian ini menunjukkan mengenai pemahaman orang tua terhadap konsep bermain anak usia dini sudah cukup baik dimana orang tua sudah mengetahui mengenai urgensi bermain, faktor bermain, dan jenis bermain. Orang tua sudah berperan aktif dalam aktivitas bermain anak dimana oranng tua berperan sebagai manager, fasilitator, teman bermain, serta observer. Tantangan yang dialami dalam aktivitas bermain anak adalah sebagai orang tua bekerja dan perkembangan teknologi. Adapun rekomendasi dalam penelitian ini adalah orang tua diharapkan dapat lebih meningkatkan perannya dalam aktivitas bermain anak serta lebih bijaksana dalam menyikapi perkembangan teknologi. Serta pihak sekolah diharapkan dapat lebih mengembangkan pendekatan bermain sebagai kegiatan pembelajaran utama.

Kata Kunci : persepsi orang tua, bermain anak usia dini

(5)

( Phenomenology research toward parents of early childhood)

Gina Novianti Putri4, Euis Kurniati5, Vina Adriany6 (Author Person in Charge)

Teacher Education of Early Childhood Education Faculty of Education

Indonesia University of Education

ABSTRACT

This research aims to find out parents understanding through the concept of early childhood play activity, the role of parents in children’s play activity, as well as the challenges experienced by parents in children’s play activity. Method used in this research is qualitative phenomenology by using interview and observation as data collection techniques as well as Grounded Theory as a data analysis technique. Subjects in this study are two mother who had early childhood. The result of this research show the parents understanding toward the concept early childhood have been playing good enough where the parents already knowabout the urgency to play, kinds of play, and factors of play. Parents play an active role in the childhood play activities where they acted as manager, facilitator, playmate, as well as observer. The challenges experienced in the childhood play activity is parents work and technological development. The recommendations in this research is parents are expected to increase its role in the childhood play activity and wiser in addressing technological developmen. In addition, school is expected to develop play approach as a main learning activity.

Keywords: parents perception, play of early childhood

4

Penulis

5

(6)

Gina Novianti Putri, 2014

Persepsi Orang Tua Terhadap Aktivitas Bermain Anak Usia D ini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Struktur Organisasi... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bermain 1. Definisi Bermain ... 7

2. Karakteristik Bermain ... 8

3. Faktor Bermain... 8

4. Jenis Bermain ... 9

5. Tahap Perkembangan Bermain ... 11

6. Manfaat Bermain ... 12

7. Keterkaitan Bermain dengan Aspek Perkembangan Anak ... 13

8. Persepsi Orang Tua terhadap Aktivitas Bermain Anak Usia Dini ... 14

9. Peran Orang Tua dalam Aktivitas Bermain Anak Usia Dini ... 16

10.Tantangan Orang Tua dalam Bermain Anak Usia Dini ... 17

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 19

B. Desain Penelitian ... 19

C. Definisi Operasional ... 20

(7)

G. Teknik Analisis Data ... 23

H. Validitas dan Reliabilitas ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Latar Belakang Subjek ... 30

B. Hasil Penelitian dan pembahasan... 33

1. Pemahaman Orang Tua Mengenai Konsep Aktivitas Bermain ... 33

2. Peran Orang Tua dalam Aktivitas Bermain Anak ... 50

3. Tantangan yang Dialami Orang Tua dalam Aktivitas Bermain Anak ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 63

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA... 66

LAMPIRAN

(8)

Gina Novianti Putri, 2014

Persepsi Orang Tua Terhadap Aktivitas Bermain Anak Usia D ini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia anak merupakan dunia bermain sehingga antara anak dan bermain merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, bermain bagi anak diibaratkan sebagai bekerjanya bagi orang dewasa (Solehuddin, 2000: 87; Kurniati, 2008:1).

Sugianto (Kurniati, 2008:2) menyatakan bahwa bermain merupakan kegiatan yang terjadi secara ilmiah pada anak. Pendapat lainnya mengenai bermain yaitu menjelaskan bahwa bermain merupakan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan melalui cara yang menyenangkan dan untuk mendapatkan kesenangan (Hurlock, 1995:320; Docket dan Fleer, 2000:14).

Ada banyak hal yang diperoleh anak melalui bermain seperti yang diungkapkan oleh Tedjasaputra (2001:38) bahwa bermain dapat memberikan pengalaman bagi anak untuk bersosialisasi dengan orang lain, memperluas kosakata bahasa anak, juga untuk membantu anak dalam menyalurkan perasaan-perasaan tertekan dan mengurangi rasa trauma atau konflik yang dialami anak. Selain itu, melalui bermain tuntutan dan kebutuhan perkembangan anak dalam dimensi sosial, motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, nilai, dan sikap hidup anak akan terpenuhi(Hurlock, 1995:323).

Manfaat bermain yang sangat besar bagi perkembangan anak seperti yang telah diuraikan di atas menjadikan bermain sebagai alat belajar utama dan merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan diri anak (Solehuddin, 2000: 87; Kurniati, 2008: 1-2). Hal tersebut memberikan penekanan bahwa dalam pemberian stimulasi pada anak usia dini sebaiknya menggunakan pendekatan bermain.

(10)

2

Gina Novianti Putri, 2014

Persepsi Orang Tua Terhadap Aktivitas Bermain Anak Usia D ini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pemberian stimulasi pada anak tersebut merupakan tugas bagi orang dewasa terutama orang tua, karena orang tua merupakan pendidik pertama bagi anak (Bloom dalam Noorlaila, 2010: 25). Senada dengan pernyataan Bloom, Docket, dan Fleer (1999:169) menyatakan bahwa orang tua menempati posisi yang kuat dalam interaksi dengan anak. Peran serta orang tua dalam kehidupan anak memberikan pengaruh besar bagi kehidupan anak, salah satunya adalah peran orang tua terhadap bermain anak.

Salah satu penelitian tentang peran orang tua terhadap bermain anak adalah penelitian yang dilakukan Suharjo terhadap 28 responden yang menunjukkan bahwa sebanyak 45,62% responden (orang tua) telah memiliki pengetahuan mengenai konsep bermain, sebanyak 51,69% memiliki pengetahuan mengenai pengertian konsep bermain, 45,08% mengetahui mengenai fungsi bermain, dan sebanyak 41,96% memiliki pengetahuan berkenaan tumbuh kembang anak (Suharjo, 2002).Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Herentina dan Yusiana menunjukkan kurangnya pengetahuan ibu mengenai konsep dan fungsi bermain dapat mempengaruhi peran serta orang tua dalam kegiatan bermain anak. Hasil penelitian Herentina dan Yusiana yang terdiri dari 25 kuisioner pendahuluan menunjukkan hanya 31,05% orang tua pernah menemani anaknya dalam bermain, 31,9% orang tua yang memotivasi anaknya untuk bermain, dan 28,9% orang tua mengawasi anak dalam bermain (Herentina dan Yusiana, 2002).

(11)

Faktor lain yang diasumsikan dapat mempengaruhi peran orang tua terhadap bermain anak yaitu pekerjaan orang tua. Menurut American Academy of Pediatric (2013) ketika kedua orang tua bekerja selama delapan jam atau lebih dalam sehari, akan menimbulkan pengaruh yang nyata pada keluarga. Di satu sisi mereka akan mendapatkan pemasukan lebih, namun di sisi lain adanya dilema yang dirasakan orang tua ketika bekerja. Tidak lagi bisa mengawasi anak secara sepenuhnya merupakan hal yang membuat dilema bagi seorang ibu untuk bekerja (The Asian Parent, 2013).

Kurangnya peran orang tua terhadap bermain anak seperti yang telah diuraikan sebelumnya memberikan dampak tersendiri bagi aktivitas bermain anak, salah satunya adalah seperti yang ditunjukan oleh penelitian di Indonesia bahwa anak-anak Indonesia sebagian besar menggunakan waktunya untuk belajar dan melakukan kegiatan non fisik seperti menonton televisi dan games (Setiawan, 2009).

Menonton televisi dan bermain games pada dasarnya merupakan kegiatan yang termasuk dalam kategori bermain pasif ataupun hiburan, namun sayangnya, terlalu banyak melakukan kegiatan bermain pasif dapat mempengaruhi beberapa aspek perkembangan pada anak, seperti dalam aspek fisik yaitu dapat mengganggu jadwal makan dan tidur, anak menjadi kurang bergerak dan aspek sosial menjadikan kurang terjadinya interaksi dengan orang lain (Hurlock, 1995:345).

(12)

4

Gina Novianti Putri, 2014

Persepsi Orang Tua Terhadap Aktivitas Bermain Anak Usia D ini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini menimbulkan kontra karena penggunaan teknologi pada anak menjadikan anak menjadi kurang aktif, kreatif, dan imajinatif (Anna, 2013).

Fenomena di atas tidak hanya memberikan gambaran tetang dampak negatif dari bermain pasif seperti menonton dan bermain games, tapi juga memberikan gambaran tentang semakin sedikitnya anak-anak yang melakukan permainan aktif, seperti halnya permainan tradisional. Kurniati (2006) mengungkapkan bahwa permainan tradisional merupakan salah satu unsur kebudayaan bangsa yang tersebar di berbagai penjuru nusantara. Globalisasi yang sedang marak saat ini dapat mempengaruhi pemilihan baik jenis permainan atau pun alat bermain pada anak, sehingga kini anak-anak dihadapkan dengan hal-hal yang berbau modern dan digital, bahkan beberapa pakar mengasumsikan bahwa permainan tradisional akan berangsur-angsur mengalami kepunahan (Munib, Parikesit, dan Ibipurwo, 2013; Kurniati, 2006).

Meskipun permainan teknologi modern menimbulkan kontra seperti yang diungkapkan sebelumnya, namun sebuah penelitian menyatakan bahwa teknologi modern juga memiliki dampak positif, yakni dijadikan sebagai hiburan yang menimbulkan efek pada perkembangan sosial, emosi dan kognitif (Dormann and Biddle, 2009). Hal ini senada dengan yang diungkapkan Mariani (2011) bahwa terdapat beberapa nilai positif yang diberikan dari komputer atau games, diantaranya yaitu mengembangkan koordinasi tangan, mata, kemampuan berpikir cepat, karena anak dirangsang untuk melihat dan langsung bereaksi dengan menekan tombol-tombol yang tepat. Selain itu beberapa orang percaya bahwa alat permainan ini bisa meningkatkan rentang konsentrasi anak, namun tentunya dengan keterlibatan aktif dari orang tua terutama ketika anak melakukan aktivitas bermain.

(13)

karena itu, dari penelitian ini, peneliti mengangkat judul: PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP AKTIVITAS BERMAIN ANAK USIA DINI.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemahaman orang tua terhadap konsep aktivitas bermain bagi anak usia dini?

2. Bagaimana peran orang tua dalam aktivitas bermain anak usia dini?

3. Bagaimana tantangan yang dihadapi orang tua dalam aktivitas bermain anak?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi orang tua anak usia dini Kota Bandung. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk memperoleh:

1. Untuk mengetahui mengenai pemahaman orang tua terhadap aktivitas bermain anak usia dini.

2. Untuk mengetahui bagaimana peran orang tua dalam aktivitas bermain anak usia dini.

3. Untuk mengetahui tantangan-tantangan yang dihadapi orang tua dalam bermain anak.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak, antara lain sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

(14)

6

Gina Novianti Putri, 2014

Persepsi Orang Tua Terhadap Aktivitas Bermain Anak Usia D ini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Bagi Praktisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para praktisi yang berkecimpung di dunia anak usia dini mengenai kegiatan bermain pada anak usia dini.

3. Bagi Orangtua

Hasil dari penjabaran dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas dan lengkap tentang aktivitas bermain pada Anak Usia Dini. Dengan demikian orangtua akan memiliki wawasan tentang aktivitas bermain pada anak usia dini.

E. Struktur Organisasi Penulisan

Struktur organisasi dalam penulisan skripsi ini dibagi ke dalam lima BAB yang rangkuman pembahasannya adalah sebagai berikut: (1) BAB I Pendahuluan, (2) BAB II Kajian Teori, (3) BAB III Metodologi Penelitian, (4) BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, dan (5) BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi.

Adapun pada BAB I akan membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan.

Pada BAB II akan membahas mengenai kajian-kajian pustaka mengenai konsep persepsi dan bermain. Selain dari itu, terdapat pula hasil penelitian yang relevan.

BAB III akan membahas mengenai metode penelitian yang digunakan untuk melakukan penelitian, yakni metode penelitian analisis kasus yang terdiri atas metode penelitian yang digunakan, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan analisis data.

BAB IV membahas mengenai pembahasan dan penjabaran tentang pertanyaan-pertanyaan di rumusan masalah yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan Penulis selama berada di tempat penelitian.

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang tertuang pada pertanyaan penelitian, metode yang tepat digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif melakukan penggambaran secara deskriptif (Idrus, 2009) dimana data penelitian disajikan melalui kata-kata. Penelitian kualitatifini di pilih karena lebih sensitif dan adaptif terhadap peran dan berbagaipengaruh yang timbul. Disamping itu karena peneliti akan mencoba menggaliatau mengeksplorasi, menggambarkan atau mengembangkan pengetahuanbagaimana kenyataan dialami, sehingga peneliti yang tidak menggunakanperhitungan (Moleong, 2005). Senada dengan yang diungkapkan Strauss dan Corbin (2007:4) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dimana hasil temuannya tidak diperoleh melalui perhitungan.

Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan pada kondisi obyek yang alamiah (Sugiyono, 2010; Creswell, 2013; Idrus, 2009; Sukmadinata, 2010). Artinya dalam penelitian kualitatif tidak adanya proses rekayasa yang mengubah situasi alamiah objek. Untuk mendapatkan data penelitian dibutuhkan kemampuan sosial dari peneliti agar dapat berbaur dan mengenal kehidupan subjek penelitian (Idrus, 2009:24).

B. Desain Penelitian

(16)

20

Gina Novianti Putri, 2014

Persepsi Orang Tua Terhadap Aktivitas Bermain Anak Usia D ini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian fenomenologi menurut Creswell (2013) adalah penelitian yang mendeskripsikan mengenai pengalaman atau fenomena yang dialami oleh seseorang. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Kuswarno (2009) bahwa mendeskripsikan pengalaman seseorang sehingga peneliti harus fokus pada sesuatu yang nampak dan keluar dari apa yang diyakini sebagai suatu kebenaran merupakan karakteristik dari fenomenologi.

Dengan pendekatan fenomenologi, penelitian dapat dilakukan dalam setting alamiah, dimana individu tidak terpisahkan dari konteks lingkungannya. Artinya, fenomena-fenomena subjek tidak dicampurkan dengan fenomena lain yang tidak berhubungan, atau tidak diitervensi oleh interpretasi-interpretasi lain yang berasal dari kebudayaan, kepercayaan, atau bahkan dari teori-teori dalam ilmu pengetahuan yang telah peneliti miliki sebelumnya. Hal ini sesuai dengan tujuan fenomenologi itu sendiri, yakni „kembali pada realitasnya sendiri‟ (Creswell, 2013). Hal tersebut memungkinkan peneliti untuk mengetahui persepsi orang tua tanpa dicampuri oleh prasangka-prsangka atau opini-opini yang ada sebelumnya, sehingga penelitian lebih terfokus pada persepsi subjek.

C. Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut:

Persepsi menurut Rahmat (2012:50), adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (cara pandang). Pengertian ini memberikan pemahaman bahwa dalam persepsi terdapat pengalaman tertentu yang telah diperoleh individu. Adapun persepsi dalam penelitian ini adalah sudut pandang yang dimiliki orang tua.

(17)

D. Lokasi dan Subjek Penelitian

Pemilihan subjek penelitian dilakukan secara purposive sampling,yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, yakni mengkhususkan pada subjek yanng mengalami fenomena yang diteliti dimana penelitian ini tidak bertujuan untuk generalisasi (Sugiyono, 2008:85). Selain itu pemilihan subjek juga tidak ada pemaksaan namun berdasarkan kesediaan dari subyek penelitian. Alasan dipilihnya subjek sebagai subjek penelitian pertama karena subjek merupakan rekan peneliti sehingga peneliti tiak terlalu sulit dalam hal membangun hubungan dengan subjek.

Teknik pengambilan sampelsumber data dengan mengkhususkan pada subjek yang mengalami fenomena yang diteliti. Subjek yang dipilih berdasarkan karakteristik yang dijelaskan sebagai berikut: 1) orang tua yang memiliki anak usia dini, 2) berusia sekitar 20-40 tahun.

Dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil dua orang subjek, karena dalam penelitian fenomenologi (Creswell, 2013:157) dapat dilakukan mulai dari satu orang pasrtisipan. Hal yang menjadikan perhatian bukanlah jumlah dari subjek penelitian sebagaimana penelitian kuantitatif mensyaratkannya, namun lebih pada kedalaman dan kualitas informasi yag diperoleh serta seberapa banyak informasi yang dapat diperoleh dari subjek penelitian.

Kedua partisipan dalam penelitian ini memiliki lokasi tempat tinggal yang cukup berdekatan, yakni di daerah Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Dalam proses penelitian, subjek memiliki hak untuk tetap dijaga kerahasiannya untuk menciptakan kenyamanan sehingga peneliti memberikan nama samaran pada setiap subjek (Ary, et al. 2006:585)

Adapun penjelasan mengenai pasrtisipan antara lain sebagai berikut:

(18)

22

Gina Novianti Putri, 2014

Persepsi Orang Tua Terhadap Aktivitas Bermain Anak Usia D ini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Ibu Sani, berusia 29 tahun, sebagai salah satu pegawai Taman Penitipan Anak (Daycare) yang berada di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Bandung, memiliki satu orang anak laki-laki berusia 5 tahun.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah peneliti sendiri, hal ini sesuai dengan pernyataan Sugiyono (2010;2008) bahwa dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan instrumen atau alat penelitian. peran peneliti sebagai instrumen berfungsi untuk fokus terhadap penelitian baik dari sumber data, pengumpulan data, kualitas data, analisis data serta membuat kesimpulan atas temuan penelitiannya.

Nasution (Sugiyono, 2013) menyatakan bahwa:

“Dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunya bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu tidak ada ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara dan observasi. Bentuk wawancara yang dilakukan adalah wawancara semi-terstruktur (Semi-Structure Interview), yaitu merupakan bentuk komunikasi antara dua orang, dimana salah seorang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan tujuan tertentu (Mulyana, 2010:180).

(19)

lapangan yang memungkinkan pertanyaan-pertanyaan baru akan muncul. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan sebanyak enam kali dan tiga kali pada setiap responden yang bertempat di rumah responden. Adapun dalam melakukan wawancara, Peneliti bertujuan untuk mengetahui persepsi orang tua mengenai aktivitas bermain pada anak.

Marshall (Sugiyono, 2010:64) menyatakan bahwa “through observation,

the researcher learn behavior and the meaning to those behavior”.Melalui observasi peneliti belajar mengenai perilaku dan makna dari perilaku tersebut. Adapun dilakukan observasi yang digunakan sebagai data tambahan. Observasi dilakukan ketika Peneliti datang, yaitu sebanyak dua kali dengan satu kali observasi pada setiap responden. Adapun hal yang diobservasi oleh peneliti adalah mengenai lingkungan tempat tinggal, suasana tempat tinggal, serta alat permainan.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan sejak awal sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan (Moleong, 2008). Namun dalam penelitian ini analisis lebih difokuskan pada proses saat di lapangan yang juga sekaligus proses pengambilan data.

Banyaknya data yang telah diperoleh dan terkumpul oleh peneliti dalam transkrip wawancara yang harus dianalisis merupakan pekerjaan peneliti selanjutnya. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif dimana data yang diperoleh menggunakan wawancaradi lapangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah pendekatan Grounded theory,Grounded Theory dilakukan sebagai sebuah cara untuk mempelajari dunia yang kita pelajari dan sebuah metode yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman terhadapnya. Teknik ini juga memberikan petunjuk yang fleksibel (Charmaz, 2006).

Strauss dan Corbin (Emzir, 2008:192) menyatakan bahwa perhatian

grounded theory adalah untuk menghasilkan dan menemukan teori dan skema

(20)

24

Gina Novianti Putri, 2014

Persepsi Orang Tua Terhadap Aktivitas Bermain Anak Usia D ini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

grounded theory dalam penelitian juga berguna dalam mendekatkan hubungan

antara peneliti dan data. Dalam hal ini, peneliti harus mendekatkan dirinya kepada data sehingga tidak ada jarak antara peneliti dan data.

1. Langkah-langkah Analisis

Setelah mendapatkan data penelitian Peneliti kemudian melakukan analisis data yang dikemukakan Charmaz (2006), antara lain:

a. Melakukan proses koding

Jenis koding yang digunakan dalam analisis data ini adalah line-by-line

Coding. Line-by-Line coding digunakan untuk memperdalam data dengan

mengidentifikasi pernyataan secara menyeluruh sehingga kita bisa lebih dekat dengan data. Menggunakan line-by-line coding membuat kita membenamkan diri ke dalam pandangan responden yang diterima secara bebas dan membiarkan kita untuk melihat data secara kritis dan analitis (Charmaz, 2006). Contoh proses line

by line coding dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Contoh Proses Line by Line Coding

(21)

untuk seusia Gentar, ini kan usianya

coding yaitu sekitar 74 tema. Tahap selanjutnya peneliti melakukan focused codingyang merupakan proses koding untuk menemukan tema-tema besar dari

sekian banyak koding tersebut dengan cara menetapkan beberapa analisis kuat yang berasal melalui proses line-by-line coding yang bertujuan untuk menentukan kategorisasi data secara tajam dan sepenuhnya(Charmaz, 2006). Adapun tema besar yang berhasil peneliti temukan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Tema Besar dari Focused Coding

Tema Besar Kode-kode yang serupa

Peran orang tua - Sebagai Time manager

(22)

26

Gina Novianti Putri, 2014

Persepsi Orang Tua Terhadap Aktivitas Bermain Anak Usia D ini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

- Efek permainan tradisional pada aspek sosial-emosi

- Efek permainan tradisional pada aspek bahasa

- Efek permainan tradisional pada aspek kognitif

- Menyebabkan konflik

Manfaat - Manfaat permainan modern pada

aspek kognitif

- Manfaat permainan tradisional pada aspek bahasa

- Manfaat permainan tradisional pada aspek sosial-emosi

- Manfaat permainan tradisional pada aspek kognitif

- Manfaat permainan tradisional pada aspek kreatifitas

Pengetahuan orang tua - Pemahaman mengenai urgensi bermain

- Pemahaman mengenai peran orang tua

- Pemahaman mengenai manfaat bermain

- Pemahaman mengenai dampak negatif bermain

- Pemahaman mengenai lingkungan bermain anak

Anak - Karakter anak

- Usia

- Jumlah keluarga/posisi dalam keluarga

(23)

Jenis Bermain - Bermain eksplorasi - Bermain peran

- Bermain sebagai surplus energi - Jenis dan alat permainan modern - Jenis dan alat permainan tradisional - Konteks sosial budaya

Tantangan Orang Tua - Sebagai orang tua bekerja - Teknologi masa kini

H. Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauhmana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur (Arikunto, 2009:65). Reliabilitas merupakan suatu ketepatan yang dimiliki alat pengukur (Nazir, 1988:162). Angen (Creswell, 2013) menyatakan bahwa validasi adalah judgement data yang layak dipercaya dalam penelitian.

Proses validitas dan reliabilitas pada penelitian ini dilakukan melalui dua cara yaitu triangulasi data dan refleksivitas. Triangulasi ialah dimana Peneliti menggunakan berbagai macam sumber, metode, peneliti, dan teori yang berbeda agar menguatkan bukti (Creswell, 2013:251). Adapun jenis triangulasi data menurut Sugiyono (2008) yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik, yaitu melakukan pengecekan data dengan teknik yang berbeda. Sebagai contoh data yang telah diperoleh peneliti melalui wawancara kemudian ditambahkan dengan observasi sebagai data tambahan, kemudian melakukan diskusi.

(24)

28

Gina Novianti Putri, 2014

Persepsi Orang Tua Terhadap Aktivitas Bermain Anak Usia D ini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Di bawah ini selanjutnya peneliti akan mengungkapkan bagaimana refleksivitas saat proses penelitian berlangsung:

a. Objektivitas dan Subjektivitas

Melakukan penelitian fenomenologi pada awalnya merupakan penelitian yang sangat asing bagi peneliti, banyaknya ketidaktahuan dan ketidakpahaman peneliti mengenai penelitian fenomenologi menjadikan peneliti merasa takut dan tidak yakin. Banyak membaca dan mencari info mengenai fenomenologi merupakan saran yang diberikan lingkungan sekitar agar mendapat secercah cahaya dalam kegelapan mengenai penelitian fenomenologi tersebut yang merupakan sesuatu yang juga asing bagi mereka.

Penelitian ini dimulai dengan mencari subjek penelitian dimana akhirnya peneliti memilih rekan kerja sebagai subjek penelitian. Penjelasan mengenai proses penelitian dijelaskan kepada subjek dikarenakan ini merupakan kali pertama subjek dijadikan subjek penelitian. Meskipun pada awalnya subjek khawatir, namun peneliti menenangkan subjek bahwa tidak ada yang perlu subjek khawatirkan.

Alasan peneliti memilih rekan kerja sebagai subjek dalam penelitian adalah karena peneliti sudah mengenal subjek dan sering bertemu sehingga peneliti berpikir akan mengurangi rasa canggung diantara peneliti dan subjek. Namun ternyata pada wawancara pertama yang dilakukan di rumah subjek, peneliti merasa ada kecanggungan dengan subjek dikarenakan kami bertemu dalam suasana yang berbeda sehingga penelitian dirasa kurang maksimal.

Setelah wawancara berakhir, hubungan antara subjek dan peneliti kembali mencair seperti biasa namun ada kekhawatiran subjek mengenai informasi yang telah diberikan pada peneliti.

Meskipun peran peneliti sebagai rekan kerja subjek tidak mempengaruhi selama proses wawancara, namun peneliti merasa khawatir akan mempengaruhi keobjektivan pada saat proses analisis data.

b. Peneliti pemula

(25)

membuat peneliti merasa bingung dengan apa dan bagaimana sebuah wawancara dalam penelitian dapat berjalan dengan baik sehingga dapat mengumpulkan data. Adanya ketidakyakinan pada diri sendiri membuat peneliti merasa kurang maksimal dalam melakukan proses wawancara pertama. Pemilihan kalimat ataupun kata-kata juga menjadi kesulitan tersendiri bagi peneliti pada saat subjek kurang memahami apa yang peneliti ungkapkan.

c. Proses analisis data sebagai proses pembelajaran

(26)

64

Gina Novianti Putri, 2014

Persepsi Orang Tua Terhadap Aktivitas Bermain Anak Usia D ini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang persepsi orang tua terhadap aktivitas bermain pada anak usia dini, ada tiga hal yang dapat disimpulkan antara lain sebagai berikut:

1. Pemahaman Orang Tua terhadap Aktivitas Bermain Anak Usia Dini

Secara umum pemahaman orang tua sudah cukup baik, hal ini dilihat dari tingkat kesadaran orang tua terhadap urgensi pentingnya bermain. Orang tua menyadari bahwa dengan bermain aspek-aspek perkembangan anak dapat berkembang secara optimal. Adapun pemahaman orang tua menunjukkan bahwa lingkungan, kesehatan, jenis kelamin, lingkungan, status sosial ekonomi, dan peralatan bermain merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi bermain. Di samping itu, jenis bermain eksploratif, bermain pura-pura, bermain spontan, bermain konstruktif, permainan tradisional, dan permainana modern merupakan jenis kegiatan bermain yang dipahami orang tua.

2. Peran Orang Tua Terhadap Aktivitas Bermain Anak Usia Dini

Berdasarkan hasil penelitian, peran orangtua dalam bermain anak sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari berbagai peran yang dilakukan orang tua dalam aktivitas bermain anak. Untuk menciptakan kondisi bermain yang aman, nyaman, menyenangkan, serta bermanfaat maka sebagian besar hal yang berkaitan dengan bermain dipengaruhi oleh orang tua. Adapun peran-peran orang tua yang dilakukan dalam aktivitas bermain yaitu orang tua berperan sebagai space manager, material manager, time manager, fasilitator, teman bermain, tutor bermain, dan sebagai observer.

3. Tantangan yang Dialami Orang Tua dalam Bermain Anak

(27)

memenuhi kebutuhan keluarga yang menjadikan berkurangnya waktu bersama anak. Timbulnya perasaan bersalah pada anak dan khawatir akan hilangnya peran sebagai orang tua merupakan kekhawatiran yang dirasakan orang tua. Selain sebagai orang tua bekerja, teknologi masa kini juga merupakan tantangan yang cukup besar bagi orang tua. Adanya batasan yang diberikan orang tua mengenai teknologi dilakukan untuk mengurangi pengaruh negatif yang diberikan teknologi. Meski orang tua memandang bahwa teknologi memiliki pengaruh negatif, namun tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi juga memiliki manfaat bagi anak, dimana teknologi dapat dijadikan sebagai salah satu sarana belajar bagi anak.

B. Rekomendasi

Mengacu pada hasil penelitian, Peneliti akan mengemukakan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan anak usia dini. Adapun rekomendasi tesebut antara lain ditujukan bagi:

1. Orang Tua

Orang tua diharapkan dapat meningkatkan perannya terhadap aktivitas bermain anak dan lebih terbuka terhadap tantangan yang dialami orang tua terkait dengan kegiatan bermain. Di samping itu, orang tua juga hendaknya lebih bijaksana dalam menentukan permainan bagi anak baik permainan yang bersifat modern maupun tradisional, khususnya dalam menyikapi perkembangan teknologi yang berkembang.

2. Sekolah

Pihak sekolah diharapkan dapat lebih mengembangkan pendekatan bermain sebagai kegiatan pembelajaran utama dalam mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak usia dini.

3. Penelitian Berikutnya

(28)

66

Gina Novianti Putri, 2014

Persepsi Orang Tua Terhadap Aktivitas Bermain Anak Usia D ini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(29)

Daftar Pustaka

Adachi, P. J. C. dan Willoughby, T. (2012). Do Video Games Promote Positive

Youth Development?. 28, (2), 155-165.

Adelar, S.B. Teknologi dan Permainan anak. [online]. Tersedia: http:///TeknologidanPermainanAnak.htm . [20 Maret 2014].

Adriany, V. (2013). Gendered Power Relations Within Child Centred Discourse:

An Ethnographic Study in A Kindergarten in Bandung, Indonesia. Email

dari vinaadriany@upi.edu tanggal 26 Desember 2013.

Ailwood, J. (2003). “Governing Early Childhood Education through Play”. Contemporary Issuses in Early Childhood. IV, (3), 286-299.

American Academy of Pediatric. (2013). Working Parents. [Online]. http:///WorkingParents-HealthyChildren.org.htm. [20 Maret 2014].

Anna, L.K. (2013). Pentingnya Bermain Bebas bagi Anak. [Online]. Tersedia: http://health.kompas.com/read/2013/02/12/15461520/Pentingnya.Bermain.B ebas.bagi.Anak [19 Agustus 2013].

Arikunto,S. (2010). Prosedur Penelitian. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Ary, et al. (2006). Introduction to Research in Education, Seventh Edition.

Canada: Thomson Wadsworth.

Berk, L, E. (2006). Child Development. Seventh Edition. Pearson: United State of America.

Cendekiakids. (2011). Masih kurangnya Waktu Bermain bagi Anak.[online].Tersedia: http:///artikelbermain.htm [18 Juni 2012].

Charmaz, K. (2006). Constructing Grounded Theory: A Practical Guide Through

Qualitative Analysis London, California, New Delhi, Singapore: SAGE

Publication Ltd.Creswell, J. W. (2013). Qualitative Inquiry & Research

Design. California, Lonfon, & New Delhi: SAGE Publication Ltd.

Creswell, J. W. (2013). Qualitative Inquiry & Research Design. California, Lonfon, & New Delhi: SAGE Publication Ltd.

(30)

68

Gina Novianti Putri, 2014

Persepsi Orang Tua Terhadap Aktivitas Bermain Anak Usia D ini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Docket, S . dan Fleer, M. (2000). Play and Pedagogy in Early Childhood:

Bending the Rules. Australia: Harcourt Australia Pty Limited.

Dormann, C. dan Biddle, R. (2009). A Review of Humor for Computer Games:

Play, laugh and More. [online]. Tersedia:

http://sag.sagepub.com/content/40/6802 [20 Desember 2013].

Emzir. (2008). Metode Penelitian Pendidikan: Kualitatif & Kuantitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Estri, A. (2013). Kenalkan Teknologi pada Anak Secara Bijak. [online].Tersedia: http:///KenalkanTeknologiPadaAnakSecaraBijakTheGoodLifeLifestyleLuxi

Fromberg, D. P. dan Bergen, D. (2006). Play From Birth to Twelve: Context,

Perspective, and Meanings. Second Edition. New York: Routledge Taylor

& Francis Group.

Gauvain, M. dan Parke, R. (2009). Child Psychology: A Contemporary Viewpoin,

sevent edition. McGraw-Hill: New York.

Ginsburg, K. R. (2007). The Importance of Play in Promoting Healthy Child

Development and Maintaining Strong Parent-Child Bond.[online]. Tersedia:

http:///Pediatrics.aappublications.org.[18 April 2014].

Herentina, T. dan Yusiana, M. A. (2012). “Peran Orang Tua dalam Kegiatan Bermain dalam Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah”. Jurnal STIKES. 5, (2), 191-202.

Holmes, R. (2011). “Adult Attitude and Beliefs Regarding Play on Lana’i”.

Hurlock, E.B. (1995). Perkembangan Anak. sixth Edition. Yogyakarta: Erlangga. Idrus, M. (2009). Metode Penelitian ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga.

Johnson, J.E., Christie, J.E. dan Yawkey, T.D. (1999). Play andEarly Childhood

(31)

Kurniati, E. (2006). Main yuk! 30 Permainan Tradisional jawa Barat. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Kurniati, E. (2008). Konsep Dasar Bermain di Taman Kanak-kanak, dalam bahan ajar pendidikan dan latihan profesi guru. (2004), pengembangan profesi guru TK. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Kuswarno, E. (2009). Metodologi Penelitian Komunikasi Fenomenologi:

Konsepsi, Persepsi, dan Contoh Penelitiannya. Bandung: Widya

Padjadjaran.

Mariani, D. A. (2011). Bermain dan kreativitas pada Anak Usia Dini. [online]. Tersedia:

http://BermaindanKreativitasPadaAnakUsiaDini_PAUDTERPADUANAK CERIAMuslimSchool.htm. [19 Agustus 2013].

Martin, B. (2011). Children at Play: Learning Gender in the Early Years. London: Trentham Books Limited.

Melati, R. (2012). Kiat Sukses Menjadi Guru PAUD yang Disukai Anak -anak. Yogyakarta: Araska.

Mikail, B. (2011, 27 Agustus). Bahaya, Jika Anak Kurang Bermain. Kompas

[online]. Tersedia:

http://health.kompas.com/read/2011/08/27/13165283/Bahaya..Jika.Anak.Ku rang.Bermain. [15 Agustus 2013].

Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta.

Moleong, L.J. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Moyles, J. (2005). The Excellent of Play. Second Edition. New York: McGraw-Hill Education.

Mulyana, D. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya. Mulyasa, H. E. (2012). Manajemen PAUD. Bandung: Rosda Karya.

Munib. T. A, Parikesit. G, & Ibipurwo. B. (2013). Permainan Modern vs

(32)

70

Gina Novianti Putri, 2014

Persepsi Orang Tua Terhadap Aktivitas Bermain Anak Usia D ini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Musfiroh, T. (2004). Bermain sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta: Direktorat PPPTK.

Mutiah, D. (2010). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana. Nazir. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Noorlaila, I. (2010). Panduan Lengkap Mengajar PAUD. Yogyakarta: Pinus Publisher.

Rogers. W. S. dan Rogers. R. S. (2001). The Psychology of Gender and Sequality.

An Introduction. United Kingdom: Open Univ Press. McGraw-Hill.

Santrock, J. W. (1995). Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W. (2007). Child development. Eleventh Edition. New York: McGraw-Hill Companies.

Setiawan, F.A.A. (2009). Anak Indonesia kurang Bermain, [Online]. Tersedia: http://health.kompas.com/read/2009/04/06/16402313/Anak.Indonesia.Kuran g.Bermain [19 Agustus 2013].

Solehuddin. (2000). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Strauss, A. dan Corbin, J. (2007). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suharjo. (2002). Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Konsep Bermain

Pada Anak Toddler (1-3 Tahun) di Irna Empu Tantular Brsd Kabupaten

Malang. [online]. Tersedia:

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2002-suharjo280001011229-5596-2002&penelitiandiBRSDkabupatenmalang. [15 Agustus 2013].

(33)

Tedjasaputra, M. S. (2001). Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta: PT Grasindo.

Gambar

Tabel 3.1 Contoh Proses Line by Line Coding
Tabel 3.2 Tema Besar dari Focused Coding

Referensi

Dokumen terkait

Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia juga mengalami peningkatan, pada skor dasar memperoleh rata-rata nilai hasil belajar sebesar 48,38 dengan

[r]

Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I bahwa yang dimaksud kinerja atau performance adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama

Tahap terakhir pada pengembangan instrumen dalam penelitian ini adalah pelaksanaan implementasi dengan mengukur sejauh mana kecenderungan kedisplinan belajar SMP Negeri 2

Pusat kota yang dulunya identik dengan daerah kawasan kegiatan usaha, industri, kantor pemerintahan, pelayanan, dan gudang, saat ini sudah mengalami pergeseran. Kemampuan pusat

Pembayaran rumah oleh pembeli dapat dilakukan secara tunai dan cicilan.Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kelayakan dari indikator nilai saat ini, internal

Ajaran dalam agama selalu dianggap sebagai akar kepada segala ketidakadilan atau diskriminasi terhadap perempuan, sedangkan kenyataannya bukanlah seperti demikian,

kegiatan politik warga negara tersebut membentuk segitiga serupa dengan warga negara. Karena seperti piramida, bagian mayoritas partispasi politik warga negara terletak di