1 A. Latar Belakang
Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang mengekspresikan
pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang
hakikat kehidupan dengan menggunakan bahasa yang imajinatif. Sastra selain
berfungsi sebagai hiburan yang menyenangkan, juga berguna untuk
menambah pengalaman batin bagi para pembacanya. Sebuah karya sastra yang
baik tidak hanya dipandang sebagai rangkaian kata, tetapi juga ditentukan oleh
makna yang terkandung di dalamnya dan memberikan pesan positif bagi
pembacanya (Endraswara, 2003:160).
Karya sastra adalah karya estetis yang memiliki fungsi untuk
menghibur, memberi kenikmatan emosional dan intelektual. Untuk mampu
berperan seperti itu karya sastra haruslah memiliki kepaduan yang utuh di
antara semua unsurnya (Nurgiyantoro, 2007: 336). Suatu karya sastra yang
baik adalah karya sastra yang mampu meninggalkan suatu kesan dan pesan
bagi pembaca. Pembaca dalam hal ini dapat menikmati sebuah karya sastra
sekaligus mendapat pembelajaran yang bernilai melalui karya sastra tersebut.
Dengan demikian, sastra akan menjadi suatu kepuasan tersendiri bagi
pembaca untuk memperoleh kedua hal tersebut.
Sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Jika dilacak jauh ke
sendiri, sebagaimana dikatakan oleh Mangunwijaya bahwa pada awal
mulanya, segala sastra adalah religius (Nurgiyantoro, 2007: 327). Seorang
yang religius adalah orang yang mencoba memahami dan menghayati hidup
dan kehidupan ini lebih dari sekadar yang lahiriah saja.
Novel merupakan bagian dari bentuk karya sastra. Semi (1988: 32)
menyatakan bahwa novel adalah karya yang mengungkapkan aspek-aspek
kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus. Novel adalah
bentuk karya sastra yang memiliki karakteristik tersendiri. Secara garis besar
novel tidak jauh beda dengan cerpen. Kedua bentuk karya sastra tersebut
menuntut penggambaran suatu kehidupan imajinatif yang mendasar pada
kehidupan yang nyata. Penggambaran pada novel dapat tercipta dengan
adanya tokoh-tokoh yang berkarakter berjalan pada alur yang runtut dan
sesuai, kemudian berakhir setelah adanya suatu klimaks.
Di dalam kehidupannya, manusia tidak terlepas dari suatu masalah.
Tidak jarang seseorang mengalami kekosongan jiwa, kekacauan pikiran dan
bahkan stress karena tak mampu lagi mengatasi masalah. Dalam hal ini, karya
sastra dapat berperan sebagai katarsis/pencerahan, serta sebagai sarana
pembelajaran sehingga dapat diambil hikmah dan pelajaran untuk kehidupan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Haji Saleh (dalam Semi,1988 : 20) bahwa
tugas pertama sastra adalah sebagai alat penting bagi pemikir-pemikir untuk
menggerakkan pembaca kepada kenyataan dan menolongnya mengambil suatu
khususnya, diharapkan mampu menyadarkan masyarakat kembali ke jalan
yang benar.
Novel Mahabbah Rindu merupakan novel karya Abidah el Khalieqy.
Hamsad Rangkuti seorang sastrawan Indonesia terkemuka, redaktur Majalah
Sastra Horison, Jakarta ( dalam Abidah: 2008) menyatakan bahwa novel ini
dikemas sangat lengkap, unsur sastranya memikat, menggelitik dan
menggairahkan rasa keagamaan. Tema kerinduan diolah sedemikian rupa ke
dalam kisah dua sejoli yang saling memberi, menerima, dan mengikat unsur
indrawi dengan realitas yang lebih tinggi, menyikap sisi insaniah menuju
dimensi Ilahiah.
Nafas religiusitasnya sangat terasa merasuki ruang kalbu, membumi
dari segi kemanusiaan, menyentuh langit ruhani dengan cahaya cinta. Hal ini
diperkuat dengan dihadirkan sajak-sajak religius oleh Abidah. Novel
Mahabbah Rindu (Sebuah novel inspiratif pencarian kebenaran iman) juga
ditaburi narasi-narasi yang sangat puitis. Judul dan subjudul di dalamnya
rata-rata puitis. Bahkan novel ini dibuka dengan empat baris puisi, untuk kemudian
masuk ke narasi adegan rukuk dan sujud sang tokoh (aku) di tengah malam:
Duhai cahaya mata, engkau rinduku Cuma
Harapan hidupku, kebahagiaan dan kesedihanku
Sebab hatiku enggan mencinta segala
Selain dirimu, cermin kesempurnaan
Permasalahan yang menarik untuk dikaji dalam penelitian ini adalah
aspek religius dalam kehidupan bermasyarakat yang terdapat dalam novel itu.
meraih cinta seorang wanita keturunan Arab bernama Soraya yang
dipanggilnya Aya. Penolakan dari keluarga Aya terhadap Mundu karena
berasal dari keturunan Jawa dan hanyalah seorang anak Pekatik yang bekerja
untuk merawat kuda-kuda jantan para pangeran. Segala upaya dilakukan
Mundu untuk mandapatkan hati orang tua Aya, mulai dari mengajak seorang
Kyai ke rumah Aya, bahkan Mundu yang dahulu dikenal preman dan
berandalan menjadi lebih santun dan bertakwa kepada Allah. Selain itu,
Mundu juga berganti nama menjadi Mohammad Fauzul Fuad. Segala upaya
dilakukan Fuad hingga hati ibu Soraya perlahan lunak. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan pendekatan struktural untuk mengkaji unsur intrinsik
dalam novel. Pendekatan struktural adalah pendekatan dasar dalam mengkaji
sebuah karya sastra seperti novel. Selain itu juga digunakan pendekatan
sosiologi sastra untuk mengkaji unsur ekstrinsiknya, yaitu nilai sosial
keagamaan yang dialami tokoh dalam keluarga dan masyarakat, berkaitan
dengan antara masyarakat Jawa dan Arab.
Berdasarkan isi cerita novel Mahabbah Rindu, penelitian ini dilakukan
dengan judul “Aspek Religius dalam Novel Mahabbah Rindu karya Abidah El
Khalieqy: Tinjauan Sosiologi Sastra”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat dua perumusan masalah
1. Bagaimana unsur-unsur yang membangun novel Mahabbah Rindu karya
Abidah El Khalieqy?
2. Bagaimana aspek religius dalam novel Mahabbah Rindu karya Abidah El
Khalieqy berdasarkan tinjauan sosiologi sastra?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan
1. Mendeskripsikan unsur-unsur yang membangun dalam novel Mahabbah
Rindu karya Abidah El Khalieqy.
2. Menguraikan dan menjelaskan aspek religius yang terkandung dalam
novel Mahabbah Rindu karya Abidah El Khalieqy.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat mencapai suatu tujuan secara optimal,
dapat member manfaat serta menambah wawasan bagi kesusastraan Indonesia.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan
terutama di bidang bahasa dan sastra Indonesia bagi pembaca.
2. Manfaat praktis
a. Bagi pembaca dan penikmat sastra
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru serta pemahaman
b. Bagi mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan bahan
pertimbangan bagi para mahasiswa dalam membuat gagasan baru yang
lebih kreatif di masa yang akan dating.
c. Bagi pendidikan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi guru bahasa dan
sastra Indonesia khususnya dalam bidang sastra untuk menjadikan
materi alternatif saat mengajar mengenai novel.
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian suatu
penelitian. Tinjauan pustaka adalah uraian sistematis tentang hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti (Sangidu, 2004: 10).
Ocviyanti Ahadah (2009) melakukan penelitian untuk skripsinya yang
berjudul “Nilai-nilai Edukatif dalam novel Mengejar Matahari karya Titien
Wattimena: Tinjauan Sosiologi Sastra”. Penelitian ini mengangkat masalah
bagaimana struktur yang membangun novel Mengejar Matahari dan nilai-nilai
edukatif dalam novel Mengejar Matahari melalui tinjauan sosiologi sastra.
Dari analisis nilai-nilai edukatif dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai edukatif
yang terkandung dalam novel Mengejar Matahari adalah (1) nilai cinta dan
terhadap keluarga, (2) nilai toleransi, (3) nilai kesabaran (mampu
mengendalikan diri), (4) nilai tanggung jawab.
Deddy Setiawan (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Disorganisasi
keluarga dalam novel Projo & Brojo karya Arswendo Atmowiloto: Tinjauan
Sosiologi Sastra”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif. Berdasarkan analisis struktural, tema dalam novel ini
adalah cinta kasih yang merupakan faktor penting dalam keluarga. Wujud
disorganisasi keluarga dalam novel Projo & Brojo karya Arswendo
Atmowiloto adalah perselingkuhan dalam keluarga yang menyebabkan (1)
tidak terpenuhinya fungsi melindungi, (2) tidak terpenuhinya fungsi cinta
kasih, (3) tidak terpenuhinya kebutuhan biologis.
Hariyani (2008) dalam skripsinya yang berjudul “Aspek Religius
dalam novel Ayat-ayat Cinta karya Habbiburrahman el Shirazy: Tinjauan
Semiotik” menyimpulkan bahwa aspek religius selalu berkaitan dengan
transedental. Transedental diperlukan karena manusia hanya mungkin
diselamatkan dengan iman. Selain itu, transedental dalam arti spiritual akan
membantu manusia menyelesaikan masalah-masalah modern, serta
mendeskripsikan cinta manusia kepada Tuhan yang diwujudkan dengan
diberikannya cobaan kehidupan berupa petunjuk ayat-ayat al Quran dan sunah
Nabi.
Doni Nugroho (2010) melakukan penelitian untuk skripsinya yang
berjudul “Nilai-nilai Islam dalam novel The Half Mask karya Deasylawati
dapat disimpulkan bahwa novel The Half Mask memiliki struktur yang saling
mendukung, terjalin erat dan totalitas makna. Hasil analisis nilai-nilai Islam
menunjukkan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam novel The Half Mask
adalah a) nilai akidah yang berupa iman kepada Allah, b) nilai ibadah yang
berupa ibadah solat, c) nilai akhlak yang berupa tolong menolong, saling
memaafkan, menjaga rahasia, berpakaian muslim, berpendirian, khianat,
bohong, pura-pura, dan membunuh, d) nilai sosial keagamaan yang berupa
dakwah, keluarga, dan masyarakat.
Endar Isdiyanto (2007) melakukan penelitian untuk skripsinya yang
berjudul “Aspek Religius Tokoh Utama dalam Novel Ular Keempat karya
Gus TF Sakai: Tinjauan Semiotik”. Berdasarkan penelitian Endar Isdiyanto,
dapat disimpulkan 1) Totalitas makna diperoleh dari hubungan antara tokoh,
latar, alur, dan tema. Tema sebagai gagasan dasar yang sifatnya mengikat
unsur yang terdapat dalam karya sastra membatasi gerak tokohnya,
perkembangan alurnya serta latar cerita. Penokohan digambarkan tokoh
sentral yang dipegang Janir, 2) Aspek religius dalam novel Ular Keempat
karya Gus TF Sakai yang ditinjau secara semiotik mengungkapkan, a)
ketaatan menjalankan syariat islam yang kelima (naik haji), b) Allah sandaran
manusia dalam menyelesaikan masalah, c) keyakinan pada kematian adalah
takdir Allah, d) agama sebagai dasar pembentukan moral yang baik, dan e)
keikhlasan dalam menerima rejeki dari Allah.
Berdasarkan uraian tentang hasil penelitian terdahulu dapat dilihat
Rindu karya Abidah El Khalieqy: Tinjauan Sosiologi Sastra” dapat
dipertanggungjawabkan.
F. Landasan Teori
1. Teori Sosiologi Sastra
Menurut Abrams (dalam Djoko Pradopo, 2002: 22) berpendapat
bahwa istilah sosiologi sastra dikenakan pada tulisan-tulisan para kritikus
dan ahli sejarah sastra yang perhatian utamanya ditujukan pada cara-cara
seorang pengarang dipengaruhi oleh status kelasnya, ideal masyarakat,
keadaan-keadaan ekonomi yang berhubungan dengan pekerjaannya, dan
jenis pembaca yang dituju. Definisi sosiologi sastra berdasarkan prinsip
bahwa karya sastra merupakan refleksi masyarakat pada zaman karya
sastra itu ditulis (Djoko Pradopo, 2002: 22). Pada hakekatnya sosiologi
sastra sangat erat hubungannya dengan kritik mimetik, yaitu karya sastra
itu merupakan cerminan atau tiruan masyarakat.
Menurut Ratna (2003: 1) sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi
dan sastra, sosiologi berasal dari kata sosio (Yunanni) (socius berarti
bersama-sama, bersatu, kawan, teman) dan logi (logos berarti sabda,
perkataan, perumpamaan). Dalam perkembangan berikutnya mengalami
perubahan makna sosio/socius berarti masyarakat dan logi/logos berarti
ilmu. Pada kesimpulan sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan
pertumbuhan masyarakat., ilmu pengetahuan yang mempelajari
umum, rasional, dan empiris. Sedangkan sastra dari kata sas (Sansekerta)
berarti mengarahkan, mengajar, memberikan petunjuk dan instruksi.
Akhiran tra berarti alat, sarana. Pada kesimpulannya sastra adalah
kumpulan alat untuk mengajar yang baik. Definisi sosiologi sastra adalah
merupakan pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan
aspek-aspek kemasyarakatan (Ratna, 2003: 1). Sosiologi sastra Indonesia
dengan sendirinya mempelajari hubungan yang terjadi antara masyarakat
Indonesia dengan sastra di Indonesia, gejala-gejala baru yang timbul
sebagai akibat antar hubungan tersebut (Ratna, 2003: 8).
Menurut Sapardi Djoko Damono (dalam Djoko Pradopo, 2002:
258), mengemukakan hubungan antara sastra, sastrawan, dan masyarakat
yang bersifat timbal balik yang menimbulkan pertanyaan sebagai berikut :
(1) Apakah latar belakang pengarang menentukan isi karyanya; (2)
Apakah dalam karya-karyanya si pengarang mewakili golongannya; (3)
apakah karya sastra yang digemari masyarakat itu sudah dengan sendirinya
bermutu tinggi; (4) sampai berapa jauhkah karya sastra mencerminkan
keadaan zamannya; (5) apakah pengaruh masyarakat yang semakin rumit
organisasinya itu terhadap penulisan karya sastra.
Menurut Djoko Pradopo (2002: 258), pendekatan sosiologi sastra
terdapat dua kecendrungan pokok dalam penelitian sosiologis terhadap
karya sastra: (1) karya sastra merupakan cermin proses sosial ekonomi; (2)
mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan dengan metode
lagi gejala sosial yang di luar sastra. Penelitian sosiologi sastra adalah
aspek kemasyarakatannya, bukan aspek sastranya; sastra menjadi sumber
penelitian bidang lain (Djoko Pradopo, 2002: 260).
Menurut Goldmann (dalam Djoko Pradopo, 2002: 260) pendekatan
sosiologi hanya dapat dilaksanakan terhadap karya sastra besar, yang
mempunyai persyaratan-persyaratan. Sedangkan persyaratan pendekatan
sosiohistoris pertama, meliputi : (1) hubungan antara pandangan dunia
sebagai suatu kenyataan yang dialami dan alam ciptaan pengarang; (2)
hubungan antara alam ciptaan ini dan alat-alat kesusastraan tertentu seperti
kalimat, gaya, dan citraan dalam tulisannya. Persyaratan kedua, metode
sosiohistoris diterapkan untuk penelitian karya sastra lampau, tetapi syarat
ini bukan prinsip.
Tujuan sosiologi sastra adalah menigkatkan pemahaman terhadap
sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, menjelaskan bahwa rekaan
tidak berlawanan dengan kenyataan (Ratna, 2003: 11).
2. Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum Formalis Rusia dan
strukturalisme Praha. Sebuah karya sastra menurut kaum strukturalisme
adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koheresif oleh berbagai unsur
pembangunnya (Nurgiyantoro, 2007: 36).
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007: 36) struktur karya
sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua
membentuk kebulatan yang indah. Struktur adalah bagian yang
menjadikan sebuah karya sastra menjadi indah.
Dalam lingkup karya fiksi, Stanton (2007: 20) mendeskripsikan
unsur-unsur struktur karya sastra sebagai berikut.
a. Alur
Merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dari sebuah cerita.
Istilah alur merupakan peristiwa-peristiwa yang terhubung secara
kausal saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang menyebabkan
atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat
diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya. Peristiwa
kausal tidak terbatas pada hal-hal yang fisik saja, seperti ujaran atau
tindakan, tetapi juga mencakup perubahan sikap, karakter,
keputusannya dan segala yang menjadi variabel pengubah dalam
dirinya (Stanton,2007: 26).
b. Karakter (penokohan)
Karakter biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama,
karakter menunjuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita.
Yang kedua, karakter yang menunjuk pada percampuran dari berbagai
kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip novel dari
individu-individu (Stanton, 2007: 33).
c. Latar
Merupakan lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam
dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa
yang sedang berlangsung. Latar dapat berwujud tempat, waktu-waktu
tertentu, cuaca, atau satu periode sejarah sewaktu peristiwa
berlangsung (Stanton, 2007: 35).
d. Tema
Tema adalah aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam
perjalanan manusia. Suatu yang menjadikan pengalaman diangkat
(Stanton, 2007:36).
Menurut Nurgiyantoro (2007:37) langkah-langkah dalam
menerapkan teori strukturalisme adalah sebagai berikut:
1) mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra
secara lengkap dan jelas, meliputi tema, tokoh, latar, dan alur.
2) menggali unsur-unsur yang telah diidentifikasi sehingga diketahui
bagaimana tema, tokoh, latar dan alur.
3) mendeskripsikan fungsi masing-masing unsur sehingga diketahui
bagaimana tema, tokoh, latar dan alur.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis unsur-unsur sastra.
Karya sastra merupakan suatu struktur otonom yang dapat dipahami
sebagai suatu satuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunnya yang
saling berjalinan. Masing-masing unsur dalam karya sastra mempunyai
kepaduan yang utuh yang tidak terpisahkan satu dengan lainnya sehingga
G. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis novel
Mahabbah Rindu adalah metode kualitatif deskriptif. Metode kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
uraian.
Metode kualitatif deskriptif artinya yang dianalisis dan hasil analisis
berbentuk deskripsi, tidak berupa angka-angka atau koefisien tentang
hubungan antara variabel (Aminudin, 1990: 16). Menurut HB. Sutopo (2006:
40), metode kualitatif diskriptif adalah suatu penelitian menekankan catatan
dengan deskripsi kalimat yang rinci, lengkap, dan mendalam, yang
menggambarkan situasi sebenarnya guna mendukung penyajian data.
Hal-hal yang perlu dipaparkan dalam penelitian ini meliputi objek
penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik validitas
data dan teknik analisis data.
1. Objek Penelitian
Objek penelitian berupa individu, benda, bahasa, karya sastra,
budaya dan sebagainya. Objek penelitian ini adalah aspek religius dalam
novel Mahabbah Rindu karya Abidah el Khalieqy ditinjau dengan
pendekatan sosiologi sastra.
2. Data dan Sumber data
a. Data
Data kualitatif adalah data yang berupa kata-kata atau gambar
berupa kata, frasa, paragraf, kalimat yang mengandung aspek religius
dalam novel Mahabbah Rindu karya Abidah el Khalieqy.
b. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu
sumber data primer dan sumber data sekunder.
1) Sumber data primer
Sumber data primer adalah sumber data utama penelitian
yang diproses langsung dari sumbernya tanpa melalui perantara
(Siswantoro, 2005: 54). Sumber data primer penelitian ini adalah
novel Mahabbah Rindu karya Abidah el Khalieqy setebal 404
halaman yang diterbitkan oleh Diva Press tahun 2008.
2) Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh
secara tidak langsung atau lewat perantara tetapi masih
berdasarkan konsep (Siswantoro, 2005: 54). Sumber data sekunder
dalam penelitian ini adalah buku-buku sastra, referensi, catatan
singkat, kalender Masehi dan sebagainya yang relevan dengan
penelitian.
3. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik kepustakaan dan teknik catat, dalam hal ini sumber data
dalam penelitian diperoleh dengan menggunakan kepustakaan. Arikunto
sebuah metode yang memfokuskan sumber data dan jenis dokumen yang
berupa transkip, buku, majalah, dan artikel-artikel lain.
Teknik pustaka adalah teknik yang menggunakan sumber-sumber
tertulis untuk memperoleh data (Subroto, 1992: 42).
Teknik catat menurut Subroto (1992: 42) bahwa teknik catat berarti
peneliti sebagai instrumen kunci melakukan pencatatan secara cermat,
terarah, teliti terhadap sumber data primer dan sekunder.
4. Teknik Validitas Data
Validitas data dalam penelitian ini digunakan teknik trianggulasi.
Trianggulasi merupakan cara yang paling umum digunakan bagi
peningkatan validitas dalam penelitian kualitatif. Patton (dalam Sutopo,
2006: 92) menyatakan bahwa ada empat macam teknik trianggulasi,
sebagai berikut.
a. Trianggulasi sumber
b. Trianggulasi peneliti
c. Trianggulasi Metode
d. Trianggulasi Teori
Berdasarkan empat macam trianggulasi di atas, trianggulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi sumber. Trianggulasi
sumber merupakan trianggulasi yang memungkinkan kepastian kebenaran
dengan memanfaatkan data yang sama atau sejenis yang digali dari
berbagai sumber yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
bermacam-macam sumber/dokumen untuk menguji data yang sejenis
tentang “Aspek Religius dalam novel Mahabbah Rindu karya Abidah El
Khalieqy: Tinjauan Sosiologi Sastra”.
Sumber sekundernya berupa artikel dari internet, buku-buku sastra,
serta penelitian yang relevan untuk memperkuat argumentasi dan
melengkapi hasil penelitian.
5. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan model pembacaan semiotik,
yakni heuristik dan hermeneutik. Pembacaan heuristik merupakan cara
kerja yang dilakukan oleh pembaca dengan menginterpretasikan teks sastra
secara referensial lewat tanda-tanda linguistik. Realisasi pembacaan
heuristik dapat berupa sinopsis, pengungkapan teknik cerita dan gaya
bahasa yang digunakan. Pembacaan hermeneutik merupakan pembacaan
bolak balik melalui teks awal hingga akhir. Tahap pembacaan ini
merupakan interpretasi tahap kedua yang bersifat retroaktif yang
melibatkan banyak kode di luar bahasa dan menggabungkan secara
integratif hingga pembaca dapat membongkar secara struktural guna
mengungkapkan makna dan sistem tertinggi, yakni makna keseluruhan
teks sebagai sistem tertentu (Riffaterre dalam Imron, 1995: 42-43).
Menurut Riffaterre (dalam Sangidu, 2004:19) pembacaan
hermeneutik dan retroaktif merupakan kelanjutan dari pembacaan heuristik
untuk mencari makna (meaning of meaning) atau (significance). Metode
secara terus-menerus lewat pembacaan teks sastra secara bolak-balik awal
sampai akhir.
Langkah awal analisis novel Mahabbah Rindu , yaitu memaparkan
struktur dengan menggunakan metode pembacaan heuristik. Pada tahap
ini, pembaca dapat menemukan arti (meaning) secara linguistik (Abdullah
dalam Sangidu, 2004: 19). Selanjutnya dilakukan pembacaan hermeneutik,
yaitu peneliti bekerja secara terus-menerus lewat pembacaan teks sastra
secara bolak-balik dari awal sampai akhir untuk mengungkapkan aspek
religius dalam novel Mahabbah Rindu.
Pelaksanaan penelitian ini menggunakan kerangka berpikir
induktif. Hadi (1984: 42) menyebutkan metode induktif adalah metode
dengan langkah-langkah menelaah fakta-fakta yang khusus, peristiwa yang
konkret kemudian dari fakta-fakta yang khusus itu digeneralisasikan
menjadi sifat umum. Realisasi cara berpikir induktif, yaitu dengan
membaca novel Mahabbah Rindu terlebih dahulu untuk menentukan
nilai-nilai aspek religius, kemudian dihubungkan dengan kejadian-kejadian
dalam dunia nyata.
H. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian kualitatif hanya merupakan
gambaran bagaimana setiap variabel yang lain. Tujuannya adalah untuk
menggambarkan bagaimana kerangka berpikir yang digunakan peneliti untuk
secara teoritik bagaimana variabel yang terlihat sehingga posisi setiap variabel
yang akan dikaji menjadi jelas (Sutopo, 2002: 141).
Kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut.
I. Sistematika Penulisan
Penelitian ini supaya lengkap dan lebih sistematis maka diperlukan
sistematika penulisan. Penelitian ini terdiri atas lima bab yang dipaparkan
sebagai berikut.
Bab I, berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan
teori, metode penelitian, kerangka berpikir dan sistematika penulisan. Novel Mahabbah Rindu
Analisis Struktural Meliputi Tema, Penokohan, Latar, Alur
Analisis Sosiologi Sastra
Aspek religius
Bab II, akan dibicarakan latar belakang sosial dan budaya Novel Mahabbah
Rindu karya Abidah El Khalieqy.
Bab III, berisi tentang analisis struktur novel Mahabbah Rindu yang meliputi
tema, penokohan, latar dan alur.
Bab IV, berisikan hasil pembahasa tentang analisis aspek religius dalam novel
Mahabbah Rindu karya Abidah El Khalieqy dengan tinjauan
sosiologi sastra.
Bab V, berisi penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran, kemudian