• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan perkembangan anak balita pada ibu bekerja dan ibu tidak bekerja penilaian menggunakan metode denver II 82

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan perkembangan anak balita pada ibu bekerja dan ibu tidak bekerja penilaian menggunakan metode denver II 82"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PERKEMBANGAN ANAK BALITA PADA

IBU BEKERJA DAN IBU TIDAK BEKERJA

PENILAIAN MENGGUNAKAN METODE DENVER II

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga

OLEH : ADHI ARIYANTI

S520908001

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi ini jumlah wanita yang bekerja semakin meningkat, baik di sektor formal maupun informal. Berdasar hasil Survei Angkatan Kerja Nasional/ Sakernas tahun 2006, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan adalah 48,63 %, sedangkan berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional/Sakernas tahun 2007, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan meningkat menjadi 49,5 %. (Badan Pusat Statistik Republik Indonesia,2009). Di satu sisi mereka dituntut bekerja di luar rumah dan di sisi lain mereka juga dituntut untuk mengerjakan pekerjaan rutin rumah tangga. Peran ganda ini merupakan fenomena baru yang terjadi bukan hanya terjadi di kota tetapi juga banyak terjadi di pedesaan. Hal ini perlu dicermati karena akan menimbulkan dampak sosialnya bagi pembinaan keluarga serta pada perubahan proses adaptasi di lingkungan pekerjaan maupun di lingkungan keluarga.

(3)

lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat perkembangan anak. (Soetjiningsih,1995)

Bekerja atau tidak bekerja setelah melahirkan merupakan dilema yang umum dihadapi para ibu bekerja. Zaman sekarang sebagian besar para ibu memilih kembali bekerja setelah melahirkan, meski menyadari kembali bekerja berarti harus mempekerjakan tenaga pengasuh untuk merawat anak selama ibu bekerja. Pendapat Kiong M.(2008), alasan bekerja bagi wanita yang sudah berkeluarga antara lain karena harus membantu suami meringankan beban ekonomi keluarga yang semakin sulit, alasan lain karena merasa perlu mengantisipasi kondisi terjelek jika, misalnya suami dikeluarkan dari perkerjaan sehingga harus menggantikan posisi sebagai pencari nafkah, atau terpaksa harus menjadi orang tua tunggal akibat perceraian, dan lain-lain. Tidak dapat dipungkiri bahwa masalah ekonomi menempati posisi pertama sebagai sumber masalah terbesar dalam kehidupan rumah tangga. Karena itu, kalau seorang ibu rumah tangga tetap mempunyai andil dalam ekonomi keluarga, maka ibu tersebut memiliki kesetaraan posisi dan peran sehingga istri lebih dihargai oleh suami.

(4)

bekerja juga lebih mandiri dan lebih dapat menyesuaikan diri daripada anak-anak laki-laki yang memiliki ibu yang tidak bekerja, akan tetapi di sekolah dan dalam tes-tes kemampuan kognitif mereka tidak begitu baik.

Cara penilaian perkembangan anak salah satunya menggunakan metode Denver II, metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, perkembangan anak disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yang meliputi: Personal social (perilaku sosial), Fine motor adaptive (gerakan motorik halus), Language (bahasa), Gross motor

(gerakan motorik kasar). (Soetjiningsih,1995)

Uraian di atas merujuk pada suatu kesimpulan bahwa ibu memiliki peranan dalam perkembangan anak. Oleh karena itu peneliti bermaksud meneliti mengenai perbedaan perkembangan anak balita pada ibu bekerja dan ibu tidak bekerja dengan menggunakan metode Denver II.

A. Rumusan masalah

Adakah perbedaan perkembangan anak balita menggunakan metode Denver II pada ibu bekerja dan ibu tidak bekerja?

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

(5)

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui perbedaan perkembangan anak balita menggunakan metode Denver II pada ibu bekerja dan ibu tidak bekerja.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bidang akademik

Membuktikan secara empiris bahwa terdapat perbedaan perkembangan anak balita pada ibu bekerja dan ibu tidak bekerja.

2. Manfaat bidang Pelayanan

(6)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perkembangan Anak Balita

1. Masa anak balita

Anak balita adalah anak dibawah lima tahun. Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi ekskresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. (Depkes RI,2005)

Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung, dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar, berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi. (Depkes RI,2005)

(7)

2. Definisi Perkembangan Anak

Menurut Soetjiningsih (1995), perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

Pendapat Alva (2005), dalam istilah psikologi, perkembangan merupakan serangkaian perubahan yang progresif akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Dengan kata lain tidak sekedar pertumbuhan fisik melainkan proses yang kompleks dan terintegrasi.

Menurut Mussen,etal. (1984), perkembangan dapat didefinisikan sebagai perubahan bentuk fisik, struktur saraf, perilaku dan sifat yang terbentuk secara teratur dan berlangsung terus.

Kesimpulan dari definisi Perkembangan anak balita adalah perubahan yang progresif dari bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks berupa perubahan bentuk fisik, struktur saraf, perilaku dan sifat dalam pola yang teratur, berlangsung terus dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan dan pengalaman pada masa anak usia 0 – 59 bulan.

3. Aspek-aspek perkembangan anak balita

(8)

tulang, pertumbuhan otot, yang diikuti oleh perkembangan kemampuan bergerak yang lebih luas. Pada masa ini faktor kematangan biologis sangat berperan, artinya tanpa latihan-latihan yang berarti, bayi akan menguasai gerakan-gerakan tertentu (misal: tengkurap, duduk, merangkak dan lain sebagainya). Dalam hal ini faktor gizi sangat memegang peranan penting.

Pendapat Soetjiningsih (1995), perkembangan anak balita berdasarkan skala yaumil-mimi sebagai berikut:

1) Dari lahir sampai 3 bulan, - belajar mengangkat kepala

- belajar mengikuti obyek dengan matanya - melihat ke muka orang dengan tersenyum - bereaksi terhadap suara/bunyi

- mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan kontak - menahan barang yang dipegangnya

- mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh 2) Dari 3 sampai 6 bulan,

- mengangkat kepala 90 derajat dan mengangkat dada dengan bertopang tangan - mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau di luar

jangkauannya

- menaruh benda-benda di mulutnya

- berusaha memperluas lapangan pandangan

(9)

- dapat duduk tanpa dibantu

- dapat tengkurap dan berbalik sendiri

- dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang - memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain - memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk - bergembira dengan melempar benda-benda

- mengeluarkan kata-kata yang tanpa arti

- mengenal muka anggota-anggota keluarga dan takut kepada orang asing/lain - mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-sembunyian 4) Dari 9 sampai 12 bulan,

- dapat berdiri sendiri tanpa dibantu - dapat berjalan dengan dituntun - menirukan suara

- mengulang bunyi yang didengarnya - belajar menyatakan satu atau dua kata - mengerti perintah sederhana atau larangan

- memperlihatkan minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya, ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya

- berpartisipasi dalam permainan 5) Dari 12 sampai 18 bulan,

- berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah - menyusun 2 atau 3 kotak

- dapat mengatakan 5 – 10 kata

(10)

6) Dari 18 sampai 24 bulan - naik turun tangga - menyusun 6 kotak

- menunjuk mata dan hidungnya - menyusun dua kata

- belajar makan sendiri

- menggambar garis di kertas atau pasir

- mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil/kencing

- menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar - memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka 7) Dari 2 sampai 3 tahun,

- belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki - membuat jembatan dengan 3 kotak

- mampu menyusun kalimat

- mempergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang ditujukan kepadanya

- menggambar lingkaran

- bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya

8) Dari 3 sampai 4 tahun,

- berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga - berjalan pada jari kaki

(11)

- menggambar orang hanya kepala dan badan - mengenal 2 atau 3 warna

- bicara dengan baik

- menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya - banyak bertanya

- bertanya bagaimana anak dilahirkan

- mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, sisi belakang - mendengarkan cerita-cerita

- bermain dengan anak lain

- menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudararnya - dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana

9) Dari 4 sampai 5 tahun, - melompat dan menari

- menggambar orang terdiri dari kepala, lengan, badan - menggambar segi empat dan segitiga

- pandai bicara

- dapat menghitung jari-jarinya

- dapat menyebut hari-hari dalam seminggu

- mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita - minat kepada kata baru dan artinya

- memprotes bila dilarang apa yang diingininya - mengenal 4 warna

(12)

Aspek-aspek perkembangan anak antara lain: a. Perkembangan Motorik

Perkembangan Motorik. Pendapat Santrock (2007), menurut teori sistem dinamik, perkembangan motorik bukanlah proses pasif di mana gen menentukan penyempurnaan urutan keterampilan seiring berjalannya waktu, sebaliknya anak secara aktif membangun keterampilan mencapai tujuan dalam batas yang ditentukan oleh tubuh anak dan lingkungannya.

Perkembangan motorik merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus. 1) Perkembangan motorik kasar. Perkembangan bayi tahun pertama. Pendapat Santrock (2007), bayi yang baru lahir tidak dapat dengan sengaja mengendalikan posturnya. Meskipun demikian, dalam beberapa minggu, bayi dapat menegakkan kepala dan segera setelahnya bayi dapat mengangkat kepala ketika sedang menelungkup.

Duduk. Pada usia 2 bulan, bayi dapat duduk jika disangga di atas pangkuan atau dalam kursi bayi, tetapi mereka tidak dapat duduk sendiri hingga usia 6 sampai 7 bulan.

Merangkak dan merayap. Mussen (1984) berpendapat, usia rata-rata untuk dapat merangkak (bergerak dengan perut terletak pada lantai) kurang lebih 9 bulan, merayap dengan tangan dan lutut terlihat sekitar usia 10 bulan.

(13)

mengangkat dirinya sendiri ke atas dan berpegangan pada kursi dan banyak yang sudah dapat berdiri sendiri sekitar usia 10 hingga 12 bulan.

Belajar Berjalan, menurut Santrock (2007), gerakan dan kendali postur tubuh berhubungan dekat, terutama dalam berjalan lurus. Untuk berjalan lurus, bayi harus mampu menyeimbangkan diri di atas satu kaki saat yang lain berayun ke depan dan juga memindahkan berat badan dari satu kaki ke kaki yang lain. Bahkan bayi yang masih kecil dapat membuat gerakan kaki yang berganti-ganti yang diperlukan ketika berjalan. Jalan saraf yang mengendalikan pergantian kaki telah ada sejak usia yang sangat dini, mungkin bahkan sejak lahir atau sebelumnya.

Pendapat Mussen (1984), rata-rata anak berdiri sendiri pada usia 11 bulan, berjalan dengan dituntun satu tangan pada usia 1 tahun dan dapat berjalan sendiri, walaupun dengan kesulitan pada usia 13 bulan. Hasan (2009) berpendapat, anak akan belajar mundur pada usia 12 bulan 1 minggu sampai 16 bulan.

Menurut Mussen (1984), pada usia 18 bulan seorang anak dapat naik dan turun tangga tanpa bantuan (dan biasanya tidak terjatuh) dan dapat menarik mainan sepanjang lantai. Menurut Santrock (2007), bayi melakukan gerakan menendang berganti-ganti yang cukup sering sepanjang enam bulan pertama kehidupan saat mereka berbaring telentang. Juga ketika bayi berusia 1 atau 2 bulan dipegangi dengan kaki menyentuh treadmill yang sedang bergerak, mereka menunjukkan langkah berganti-ganti yang terkoordinasi dengan baik. Meskipun memiliki kemampuan dini ini, kebanyakan bayi tidak belajar berjalan hingga sekitar ulang tahun pertama mereka

(14)

memulai interaksi dengan orang lain dengan lebih siap. Pada tahun kedua kehidupan, anak balita menjadi lebih terampil secara motorik dan lebih aktif. Mereka tidak lagi diam di satu tempat tetapi ingin bergerak ke seluruh ruangan. Ahli perkembangan anak percaya bahwa aktivitas motorik selama tahun kedua berperan penting bagi perkembangan kompetensi anak dan bahwa hanya sedikit batasan, kecuali untuk keamanan, yang perlu diberikan dalam petualangan mereka.

Saat berusia 13 hingga 18 bulan, anak dapat menarik sebuah mainan yang melekat pada seutas tali dan menggunakan tangan dan kakinya untuk memanjat sejumlah anak tangga. Saat berusia 18 hingga 24 bulan, anak dapat berjalan cepat atau berlari dengan kaku dengan jarak pendek, seimbang di atas kaki dalam posisi jongkok saat bermain dengan objek di lantai, berjalan mundur tanpa kehilangan keseimbangan, berdiri dan menendang bola tanpa jatuh, berdiri dan melempar bola, serta melompat-lompat di tempat.

Saat berusia 3 tahun, anak menikmati gerakan sederhana, seperti loncat-loncatan, melompat, dan lari ke sana kemari hanya demi kesenangan murni melakukan aktivitas tersebut. Mereka mendapatkan rasa bangga dalam menunjukkan bagaimana mereka dapat berlari melintasi ruangan dan melompat sejauh 6 inci. Aktivitas berlari melompat tersebut merupakan sumber kebanggaan.

Saat berusia 4 tahun, anak masih menikmati aktivitas yang sama, tetapi mereka menjadi lebih suka berpetualang. Mereka memanjat dengan tangkas, meskipun mereka sudah lama mampu memanjat tangga dengan satu kaki di setiap anak tangga, mereka baru mulai mampu menuruni tangga dengan cara yang sama.

(15)

percaya diri untuk melakukan adegan yang menakutkan seperti memanjat suatu objek. Mereka berlari cepat dan menyenangi balapan satu sama lain dan dengan orang tua.

Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak lainnya.

2) Perkembangan motorik halus. Perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Keterampilan motorik halus melibatkan gerakan yang diatur secara halus. Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Menggenggam mainan, mengancingkan baju atau melakukan keterampilan tangan menunjukkan keterampilan motorik halus.

Masa Bayi, Santrock (2007) berpendapat, bayi sangat sedikit memiliki kontrol terhadap keterampilan motorik halus sewaktu lahir, tetapi mereka memiliki banyak komponen hal yang akan menjadi gerakan lengan, tangan dan jari yang terkoordinasi. Awal mula meraih dan menggenggam menandai prestasi yang penting dalam interaksi bayi. Selama dua tahun pertama kehidupan, bayi memperhalus tindakan meraih dan menggenggam mereka

(16)

Masa kanak-kanak. Pendapat Santrock (2007), pada usia 3 tahun, anak telah memiliki kemampuan untuk mengambil objek terkecil di antara ibu jari dan telunjuk untuk beberapa waktu, tetapi mereka masih canggung melakukannya. Anak umur 3 tahun dapat membangun menara balok yang tinggi secara mengejutkan, tiap balok diletakkan dengan konsentrasi tinggi tetapi sering tidak sepenuhnya berada pada garis lurus. Saat anak berumur 3 tahun bermain dengan gambar bongkar pasang sederhana, mereka agak kasar dalam meletakkan kepingan-kepingannya. Saat mereka mencoba meletakkan sebuah keping pada tempat yang kosong, mereka sering mencoba memaksakan keping tersebut atau menekannya dengan kuat.

Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak lebih tepat. Kadang anak berumur 4 tahun bermasalah dalam membangun menara tinggi dengan balok karena keinginan mereka untuk meletakkan setiap balok dengan sempurna sehingga mereka membongkar lagi balok yang sudah tersusun.

Saat berumur 5 tahun, koordinasi motorik halus anak semakin meningkat. Tangan, lengan dan jari semua bergerak bersama di bawah perintah mata. Menara sederhana tidak lagi menarik minat anak, sekarang anak ingin membangun sebuah rumah atau gereja, lengkap dengan menaranya.

b. Perkembangan kognitif.

Pada aspek koginitif, perkembangan anak nampak pada kemampuannya dalam menerima, mengolah, dan memahami informasi-informasi yang sampai kepadanya. Kemampuan kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa (bahasa lisan maupun isyarat), memahami kata, dan berbicara.

(17)

1) Refleks-refleks sederhana (sub tahapan sensorimotor pertama), terjadi pada masa-masa bulan pertama setelah kelahiran. Pada sub tahap ini, sensasi dan tindakan dikoordinasikan melalui perilaku refleks seperti gerakan refleks menyusu. Segera setelah itu, bayi menunjukkan perilaku-perilaku menyerupai gerak-gerak refleks tersebut tanpa memerlukan stimulus yang lazimnya harus ada untuk memunculkan gerak-gerak refleks tersebut. Contohnya, seorang bayi akan menyusu dari puting susu ibunya atau dari botol dot hanya ketika benda-benda tersebut dimasukkan ke dalam mulut bayi atau disentuhkan ke bibirnya. Akan tetapi segera setelah itu, bayi mungkin akan melakukan gerakan menyusu ketika botol atau puting susu berada di dekatnya. Bayi tersebut sedang mempelajari sebuah tindakan dan secara aktif sedang menyusun berbagai pengalaman pada bulan pertama hidupnya.

(18)

Reaksi-reaksi sirkuler dan kebiasaan dilakukan dengan duplikasi: bayi mengulangi tindakan-tindakannya selalu dengan cara yang sama. Pada sub tahap ini tubuh bayi sendiri merupakan perhatian sentral si bayi. Tidak ada ketertarikan terhadap kejadian-kejadian di luar lingkungannya.

3) Reaksi sirkuler sekunder (sub tahap sensorimotor ketiga), berkembang antara usia 4 hingga 8 bulan. Pada sub tahap ini, bayi lebih berorientasi pada objek, berpindah dari keasyikan pada dirinya sendiri. Secara kebetulan, seorang bayi mungkin menggoyangkan mainannya hingga bergemerincing. Bayi akan mengulang tindakan ini untuk kesenangannya. Bayi juga akan menirukan beberapa gerakan sederhana seperti celoteh atau gumaman-gumaman orang dewasa dan gerakan-gerakan fisik dengan meniru gerakan yang telah mampu dilakukannya. Saat bayi dihadapkan pada objek-objek di lingkungannya, skema yang dibentuk oleh bayi tidaklah dibentuk dengan sengaja.

4) Koordinasi reaksi-reaksi sirkuler sekunder (sub tahapan sensorimotor keempat), berkembang antara usia 8 sampai 12 bulan. Untuk berkembang hingga sub tahap ini bayi harus mengkoordinasikan pandangan dan sentuhan, tangan dan mata. Gerakan-gerakan menjadi lebih terarah. Perubahan-perubahan penting selama sub tahap ini meliputi koordinasi skema-skema dan kesengajaan. Contohnya bayi menggunakan sebuah tongkat untuk mengambil mainan yang berada di luar jangkauannya atau merubuhkan sebuah balok untuk mengambil dan memainkan mainan yang lain.

(19)

tahap ini merupakan skema di mana bayi secara sadar mengeksplorasi berbagai kemungkinan baru atas objek-objek di sekitarnya. Pada tahap ini menandai dimulainya masa keingintahuan manusia dan minat terhadap kesenangan baru.

6) Skema Internalisasi (sub tahapan sensorimotor keenam dan terakhir), berkembang antara usia 18 hingga 24 bulan. Pada sub tahap ini bayi mengembangkan kemampuan menggunakan simbol-simbol primitif. Bagi Piaget simbol adalah sebuah gambar sensorik yang diinternalkan atau kata yang mewakili sebuah kejadian. Simbol-simbol primitif menjadikan bayi mampu memanipulasi dan mengubah kejadian-kejadian yang ada dalam cara-cara yang sederhana. Contoh bayi melihat kotak korek api dibuka dan ditutup. Ia menirukan kejadian tersebut dengan membuka dan menutup mulutnya. Ini merupakan ekspresi yang jelas atas gambarannya terhadap kejadian tersebut. Permanensi Objek, pada akhir periode sensorimotor, bayi-bayi mulai memahami bahwa objek-objek terpisah dari dirinya dan bersifat permanen. Permanensi objek adalah suatu pemahaman bahwa objek-objek akan tetap eksis bahkan ketika objek-objek tersebut tidak dapat dilihat, didengar, atau disentuh. Permanensi objek merupakan salah satu pencapaian terpenting bagi bayi. Contoh ketika objek yang menarik minatnya hilang dari pandangannya, maka bayi akan mencari objek tersebut, diasumsikan bahwa bayi tersebut yakin objek tadi masih ada. c. Perkembangan Emosi.

Menurut Santrock (2007), terdapat pembagian emosi menjadi 2 klasifikasi yaitu:

(20)

2) Emosi yang disadari, yang memerlukan kognisi, terutama kesadaran diri. Yang termasuk jenis emosi ini adalah empati, cemburu dan kebingungan yang muncul pada 1½ tahun pertama (setelah timbulnya kesadaran diri), selain itu ada juga bangga, malu dan rasa bersalah yang mulai muncul pada 2½ tahun pertama.

Masa Bayi. Pendapat Santrock (2007), tangisan dan senyuman merupakan ekspresi emosional awal yang ditampilkan oleh bayi ketika mereka berinteraksi dengan orang tua atau orang-orang di sekitarnya.

Tangisan adalah mekanisme penting yang dimiliki oleh anak yang baru lahir untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Tangisan pertama bayi menunjukkan bahwa paru-parunya sudah terisi udara. Tangisan juga memberikan informasi mengenai sistem saraf pusat bayi. Ada tiga jenis tangisan bayi:

1) Tangisan biasa: pola ritmis yang biasanya terdiri dari tangisan, diikuti oleh periode diam yang singkat, diikuti oleh desisan singkat lalu tangisan bernada lebih tinggi dari tangisan awal, lalu istirahat sejenak sebelum diikuti dengan set berikutnya. Rasa lapar merupakan salah satu kondisi yang menyebabkan tangisan ini.

2) Tangisan marah: beberapa variasi tangisan biasa dengan lebih banyak udara yang dipaksa melewati pita suara.

3) Tangisan kesakitan: tangisan tiba-tiba yang keras dan panjang, diikuti dengan menahan nafas, tidak ada rengekan awal sebelum tangisan ini. Biasanya disebabkan oleh stimulus dengan intensitas yang tinggi.

(21)

1) Senyuman refleksif: senyuman yang tidak disebabkan oleh stimulus internal dan muncul pada masa 1 bulan awal sesudah kelahiran, biasanya pada saat tidur. 2) Senyuman sosial: senyuman yang muncul karena stimulus eksternal, biasanya

adalah wajah yang dilihat oleh bayi yang masih muda.

Ketakutan. Pendapat Santrock (2007), katakutan merupakan salah satu emosi awal pada bayi, yang biasanya muncul pada usia 6 bulan dan mencapai puncaknya pada usia 18 bulan, ekspresi ketakutan yang paling sering muncul biasanya berkaitan dengan kecemasan terhadap orang asing, di mana seorang bayi menunjukkan ketakutan dan kegelisahan terhadap orang asing. Hal ini biasanya timbul secara bertahap. Pertama kali muncul sekitar usia 6 bulan dalam bentuk reaksi gelisah. Pada usia 9 bulan, ketakutan terhadap orang asing ini sering kali menjadi lebih sering dan terus meningkat sampai ulang tahun pertama bayi tersebut. Tidak semua bayi menunjukkan kegelisahan ketika menghadapi orang asing. Bayi akan lebih berani berhadapan dengan orang asing jika mereka berada di lingkungan yang familiar. Ketika bayi merasa aman maka akan lebih tahan menghadapi kecemasan terhadap orang asing.

(22)

Rasa ingin tahu. pendapat Hurlock (1980), setiap mainan atau barang baru dan tidak biasa adalah perangsang untuk keingintahuan, kecuali barang tersebut terlalu tegas sehingga menimbulkan ketakutan. Bila rasa takut berkurang, maka akan digantikan oleh rasa ingin tahu. Bayi mudah mengungkapkan rasa ingin tahunya terutama melalui ekspresi wajah dengan menegangkan otot muka, membuka mulut dan menjulurkan lidah. Kemudian bayi akan menangkap barang yang membangkitkan rasa ingin tahunya tersebut, memegang, membolak-balik, melempar atau memasukkannya ke dalam mulutnya.

Kegembiraan, menurut Hurlock (1980), kegembiraan dirangsang oleh kesenangan fisik. Pada bulan kedua atau ketiga, bayi bereaksi pada orang yang mengajaknya bercanda, menggelitik, mengamati dan memperhatikannya. Mereka mengungkapkan rasa senang atau kegembiraan dengan tersenyum, tertawa dan menggerakkan lengan serta kakinya. Bila rasa senang sangat besar, bayi berteriak dengan gembira dan semua gerakan tubuh menjadi makin intensif.

Referensi sosial. Pendapat Santrock (2007), referensi sosial adalah cara membaca petunjuk emosional dari orang lain sebagai referensi bagaimana berperilaku dalam situasi tertentu. Bayi tidak hanya mengekspresikan emosi misalnya rasa takut tetapi juga membaca tanda emosi dari orang lain. Misalnya ketika bayi berhadapan dengan orang asing, apakah mereka harus merasa takut atau tidak terhadap orang tersebut. Kemampuan melakukan referensi sosial ini akan berkembang dengan lebih baik pada tahun kedua.

(23)

kesayangan keluarga mungkin juga menjadi objek cinta bagi mereka. Umumnya bayi mengungkapkan afeksinya dengan memeluk, menepuk dan mencium barang atau orang yang dicintai.

Pengaturan emosi dan coping. Santrock (2007) berpendapat, dalam kurun waktu satu tahun pertama, bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk menahan atau mengurangi intensitas dan durasi reaksi emosional. Dari masa awal kehidupannya bayi sudah bisa meletakkan ibu jari dalam mulut untuk menenangkan dirinya. Meskipun begitu, biasanya bayi tetap tergantung kepada pengasuhnya untuk menenangkan reaksi emosi yang dirasakannya, terutama di masa awal kehidupan, seperti dengan mengayun-ayunkan bayi ketika menidurkan, menyanyikan lagu nina bobo, membelai-belai, dan lain sebagainya. Pada usia dua tahun, seorang balita sudah mampu menggunakan bahasa untuk menjelaskan keadaan emosi dan situasi yang menggangu mereka. Misal seorang balita mungkin akan berkata ”Takut. Anjing galak” Jenis komunikasi seperti ini akan membantu pengasuh dalam membantu anak mengatur emosi mereka. Bayi akan sangat mudah terpengaruh oleh kelelahan, rasa lapar, waktu, orang-orang yang ada di sekitar dan juga lingkungan di mana mereka sedang berada. Bayi harus belajar untuk beradaptasi terhadap berbagai macam situasi yang memerlukan pengaturan emosi, seiring dengan bertambahnya usia. Sebagai contoh, jika bayi berusia 6 bulan tiba-tiba menjerit di tengah restoran maka orang tuanya akan menganggap hal ini wajar, tetapi tidak wajar jika anak yang menjerit itu sudah berusia 1½ tahun.

(24)

pertama kali muncul pada usia 2½ tahun. Rasa bangga muncul ketika anak merasakan kesenangan setelah sukses melakukan perilaku tertentu. Rasa malu muncul ketika anak menganggap dirinya tidak mampu memenuhi standar atau target tertentu. Anak yang sedang malu sering kali berharap mereka bisa bersembunyi atau menghilang dari situasi tersebut. Rasa bersalah biasanya muncul ketika anak menilai perilakunya sebagai sebuah kegagalan. Ketika anak mengalami perasaan bersalah maka mereka biasanya akan melakukan gerakan-gerakan tertentu seakan berusaha memperbaiki kegagalan mereka.

Bahasa dan pemahaman emosi pada anak-anak. Santrock (2007) berpendapat, pada rentang usia 2-4 tahun, terjadi penambahan jumlah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan emosi. Mereka juga mulai belajar mengenai penyebab dan konsekuensi dari perasaan-perasaan yang dialami. Ketika menginjak usia 4-5 tahun, anak-anak mulai menunjukkan peningkatan kemampuan dalam merefleksi emosi. Mereka juga mulai memahami bahwa kejadian yang sama dapat menimbulkan perasaan yang berbeda terhadap orang yang berbeda. Lebih dari itu mereka juga mulai menunjukkan kesadaran bahwa mereka harus mengatur emosi mereka untuk memenuhi standar sosial.

Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orang tua dan orang-orang di sekitarnya. Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untuk menyayangi.

d. Perkembangan sosial.

(25)

mampu bermasyarakat memerlukan tiga proses. Masing-masing proses terpisah dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu. Tiga proses sosialisasi antara lain: 1) Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial.

Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang perilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bermasyarakat anak tidak hanya harus mengetahui perilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan perilaku dengan patokan yang dapat diterima.

2) Memainkan peran sosial yang dapat diterima.

Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan dituntut untuk dipatuhi. Sebagai contoh, ada peran yang telah disetujui bersama bagi orang tua dan anak serta bagi guru dan murid.

3) Perkembangan sikap sosial.

Untuk bermasyarakat/bergaul dengan baik anak-anak harus menyukai orang dan aktivitas sosial. Jika mereka dapat melakukannya, mereka akan berhasil dalam penyesuaian sosial yang baik dan diterima sebagai anggota kelompok sosial tempat mereka menggabungkan diri.

Perkembangan sosial pada masa bayi:

1) Meniru. Bayi menjadi bagian dari kelompok sosial dengan cara menirukan bayi lain. Pertama-tama mereka menirukan ekspresi wajah, kemudian isyarat dan gerakan, selanjutnya suara pembicaraan dan akhirnya pola keseluruhan perilaku. 2) Rasa malu. Pada usia tiga atau enam bulan bayi dapat membedakan antara wajah

(26)

pertama mereka bereaksi terhadap orang yang tidak dikenal dengan cara merengek, menangis, menyembunyikan kepala dan bergayut pada orang yang membopong mereka.

3) Perilaku kelekatan. Tatkala bayi mampu membina hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang dengan ibu mereka atau pengganti ibu, kesenangan yang mereka peroleh dari hubungan ini mendorong mereka untuk berusaha membina hubungan yang bersahabat dengan orang/anak lain.

4) Ketergantungan. Semakin bayi diasuh oleh seseorang, semakin bergantung ia kepada orang tersebut. Bayi memperlihatkan ketergantungan dengan bergayut kepada orang yang mengasuhnya, menangis apabila ditinggalkan bersama orang lain dan menuntut dilayani sekalipun ia mampu melakukannya sendiri.

5) Menerima otoritas. Bayi akan belajar menyesuaikan diri dengan tuntutan orang yang mempunyai otoritas atas diri mereka, hal itu bergantung pada pengaruh orang yang mempunyai otoritas untuk memaksakan kehendaknya. Sikap yang permisif ( memberi kebebasan ) mendorong bayi untuk menolak otoritas.

6) Persaingan. Persaingan berkembang dalam hubungan dengan bayi lain atau anak-anak. Hal ini terlihat pada bayi yang berusaha merebut mainan atau benda dari bayi lain bukan karena menghendakinya, tetapi mungkin karena hal itu menimbulkan kesenangan untuk menyatakan keunggulannya.

(27)

8) Kerja sama sosial. Kerja sama dalam permainan antara bayi dengan orang dewasa biasanya berhasil karena orang dewasa bersikap memberikan lebih banyak. Kerja sama sosial dengan teman sebaya biasanya tidak berhasil karena teman sebaya tidak mau mengalah.

9) Perilaku melawan. Pada pertengahan tahun kedua usia bayi, perilaku melawan mulai timbul. Hal itu diekspresikan dengan menegangkan badan, menangis atau menolak untuk patuh. Bila bayi tidak diberi kesempatan untuk bebas, perilaku melawan biasanya menimbulkan sikap negatif.

Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak awal:

1) Kerja sama. Sejumlah kecil anak belajar bermain atau bekerja secara bersama dengan anak lain sampai mereka berumur 4 tahun. Semakin banyak kesempatan yang mereka miliki untuk melakukan sesuatu bersama-sama, semakin cepat mereka belajar melakukannya dengan cara bekerja sama.

2) Persaingan. Jika persaingan merupakan dorongan bagi anak-anak untuk berusaha sebaik-baiknya, hal itu akan menambah sosialisasi mereka. Jika hal itu diekspresikan dalam pertengkaran dan kesombongan, akan mengakibatkan timbulnya sosialisasi yang buruk.

3) Kemurahan hati. Kemurahan hati, sebagaimana terlihat pada kesediaan untuk berbagi sesuatu dengan anak lain, meningkat dan sikap mementingkan diri sendiri semakin berkurang setelah anak belajar bahwa kemurahan hati menghasilkan penerimaan sosial.

(28)

diterima oleh orang dewasa biasanya timbul lebih awal dibandingkan dengan hasrat untuk diterima oleh teman sebaya.

5) Simpati. Anak kecil tidak mampu berperilaku simpati sampai mereka pernah mengalami situasi yang mirip dengan duka cita. Mereka mengekspresikan simpati dengan berusaha menolong atau menghibur seseorang yang sedang bersedih.

6) Empati. Empati kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan menghayati pengalaman orang tersebut. Hal ini hanya berkembang jika anak dapat memahami ekspresi wajah atau maksud pembicaraan orang lain.

7) Ketergantungan. Ketergantungan terhadap orang lain dalam hal bantuan, perhatian dan kasih sayang mendorong anak untuk berperilaku dalam cara yang diterima secara sosial. Anak berjiwa bebas kekurangan motivasi ini.

8) Sikap ramah. Anak kecil memperlihatkan sikap ramah melalui kesediaan melakukan sesuatu untuk atau bersama anak/orang lain dan dengan mengekspresikan kasih sayang kepada mereka.

9) Sikap tidak mementingkan diri sendiri. Anak yang mempunyai kesempatan dan mendapat dorongan untuk membagi apa yang mereka miliki dan yang tidak terus-menerus menjadi pusat perhatian keluarga, belajar memikirkan orang lain dan berbuat untuk orang lain dan bukannya hanya memusatkan perhatian pada kepentingan dan milik mereka sendiri.

(29)

11) Perilaku kelekatan. Dari landasan yang diletakkan pada masa bayi, yaitu tatkala bayi mengembangkan suatu kelekatan yang hangat dan penuh cinta kasih kepada ibu atau pengganti ibu, anak kecil mengalihkan pola perilaku ini kepada anak/orang lain dan belajar membina persahabatan dengan mereka.

Dengan mengetahui aspek-aspek perkembangan anak, orangtua dan pengasuh bisa merancang dan memberikan rangsangan serta latihan agar keempat aspek tersebut berkembang secara seimbang. Rangsangan atau latihan tidak bisa terfokus hanya pada satu atau sebagian aspek. Tentunya, rangsangan dan latihan tersebut diberikan dengan tetap memperhatikan kesiapan anak, bukan dengan paksaan.

4. Ciri-ciri Perkembangan Anak

Moersintowarti, dkk. (2008) berpendapat, perkembangan terjadi secara simultan (bersamaan) dengan pertumbuhan. Perkembangan merupakan hasil interksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, antara lain meliputi perkembangan sistem neuromuskuler, bicara, emosi dan sosial. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh. Ciri-ciri perkembangan:

(30)

b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya. Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.

c. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu:

1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal. Pola ini disebut pola sefalokaudal

2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerakan kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan dalam gerakan halus. Pola ini disebut pola proksimodistal.

d. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola teratur dan berurutan, tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat kotak, berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.

e. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda. Seperti halnya pertumbuhan, perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda-beda. Kaki dan tangan berkembang pesat pada awal masa remaja, sedangkan bagian tubuh yang lain mungkin berkembang pesat pada masa lainnya.

(31)

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak

Papalia, dkk. (2008) berpendapat, perkembangan merupakan sesuatu yang kompleks dan terdapat berbagai faktor yang dibutuhkan seseorang untuk dapat berkembang secara normal antara lain :

a. Keturunan

Kualitas genetik yang diwarisi dari orang tua biologis saat pembuahan. b. Lingkungan

Pengaruh lain banyak berasal dari lingkungan, dimulai dari dalam kandungan, dan pembelajaran yang didapat dari pengalaman.

c. Kematangan tubuh dan otak

Perbedaan individu akan semakin besar seiring dengan bertambahnya umur seseorang, banyak perubahan mendasar dalam masa bayi dan anak-awal yang tampaknya berhubungan langsung dengan kematangan tubuh dan otak, yaitu terbukanya tahapan alamiah perubahan fisik dan pola perilaku, termasuk didalamnya kesiapan untuk menguasai satu kemampuan baru seperti berbicara dan berjalan. Seiring tumbuhnya seorang anak menjadi remaja kemudian dewasa.

(32)

plasenta dapat mempengaruhi fungsi nutrisi plasenta, hormon tiroid dapat mengakibatkan retardasi mental, faktor radiasi dapat menyebabkan cacat bawaan, faktor infeksi juga dapat mengakibatkan cacat bawaan, faktor stres dapat menyebabkan cacat bawaan dan kelainan jiwa, faktor imunitas sering menyebabkan abortus dan lahir mati, faktor anoksia embrio menyebabkan bayi berat badan lahir rendah.

b. faktor lingkungan post-natal, yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi:

1) Lingkungan biologis, a) Ras / suku bangsa

Bangsa kulit putih / ras Eropa mempunyai pertumbuhan somatik lebih tinggi daripada bangsa Asia.

b) Jenis kelamin

Anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan anak perempuan, tetapi belum diketahui secara pasti mengapa demikian.

c) Umur

Umur paling rawan adalah masa balita, oleh karena pada masa itu anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi. Disamping itu masa balita merupakan dasar pembentukan kepribadian anak, sehingga diperlukan perhatian khusus.

d) Gizi

(33)

makanan keluarga yang mencakup pada ketersediaan makanan dan pembagian yang adil makanan dalam keluarga, dimana seringkali kepentingan budaya bertabrakan dengan kepentingan biologis anggota-anggota keluarga. Satu aspek yang penting yang perlu ditambahkan adalah keamanan pangan yang mencakup pembebasan makanan dari berbagai racun fisika, kimia dan biologis, yang dapat mengancam kesehatan manusia.

e) Perawatan kesehatan

Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak sakit, tetapi pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara rutin setiap bulan, akan menunjang pada tumbuh kembang anak. Oleh karena itu pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dianjurkan untuk dilakukan secara komprehensif, yang mencakup aspek-aspek promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif.

f) Kepekaan terhadap penyakit

Dengan memberikan imunisasi, maka diharapkan anak terhindar dari penyakit-penyakit yang sering menyebabkan cacat atau kematian. Dianjurkan sebelum anak berumur satu tahun sudah mendapat imunisasi BCG, Polio 3 kali, DPT 3 kali, Hepatitis B 3 kali dan campak.

g) Penyakit kronis

Anak yang menderita penyakit menahun akan terganggu tumbuh kembangnya dan pendidikannya, disamping itu anak juga mengalami stres yang berkepanjangan akibat dari penyakitnya.

(34)

Khusus pada anak, karena perbedaan yang mendasar dalam proses metabolisme pada berbagai umur, maka kebutuhan akan berbagai nutrien harus didasarkan atas perhitungan yang tepat atau setidak-tidaknya memadai. i) Hormon

Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang antara lain adalah: Somatotropin atau hormon pertumbuhan, hormon tiroid, gukokortikoid, hormon-hormon seks dan insulin like growth factor (IGFs). 2). Faktor fisik antara lain cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi

lingkungan, keadaan rumah, radiasi. 3) Faktor psikososial

a) Stimulasi

Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang / tidak mendapat stimulasi.

b) Motivasi belajar

Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, misalnya adanya sekolah yang tidak terlalu jauh, buku-buku, suasana yang tenang serta sarana lainnya.

c) Ganjaran atau hukuman yang wajar

(35)

kejengkelan terhadap anak. Sehingga anak tahu mana yang baik dan yang tidak baik, akibatnya akan menimbulkan rasa percaya diri pada anak yang penting untuk perkembangan kepribadian anak kelak kemudian hari.

d) Kelompok sebaya

Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya, anak memerlukan teman sebaya. Tetapi perhatian dari orang tua tetap dibutuhkan untuk memantau dengan siapa anak tersebut bergaul. Khususnya bagi remaja, aspek lingkungan teman sebaya menjadi sangat penting dengan makin meningkatnya kasus-kasus penyalahgunaan obat-obat atau narkotika.

e) Stres

Stres pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya, misalnya anak akan menarik diri, rendah diri, terlambat bicara, nafsu makan menurun dan sebagainya.

f) Sekolah

Dengan adanya wajib belajar 9 tahun sekarang ini, diharapkan setiap anak mendapat kesempatan duduk di bangku sekolah minimal 9 tahun. Yang menjadi masalah sosial saat ini adalah masih banyaknya anak-anak yang terpaksa meninggalkan bangku sekolah karena harus membantu mencari nafkah untuk keluarganya.

g) Cinta dan kasih sayang

(36)

yang menjurus kearah memanjakan, akan menghambat bahkan mematikan perkembangan kepribadian anak. Akibatnya anak akan menjadi manja, kurang mandiri, pemboros, sombong dan kurang bisa menerima kenyataan.

h) Kualitas interaksi anak-orang tua.

Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua, akan menimbulkan keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka kepada orang tuanya sehingga komunikasi bisa dua arah dan segala permasalahan dapat dipecahkan bersama karena adanya keterdekatan dan kepercayaan antara orang tua dan anak. Interaksi tidak ditentukan oleh seberapa lama kita bersama anak. Tetapi lebih ditentukan oleh kualitas dari interaksi tersebut yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa saling menyayangi.

4) Faktor keluarga dan adat istiadat a) Pekerjaan / pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder. Kesimpulan dari ahli sosiologis di negara Swedia bahwa fakta yang terjadi pada anak dan bayi dengan ibu yang bekerja diluar rumah serta tidak sepenuhnya konsentrasi sebagai ibu rumah tangga dapat mempengaruhi perkembangan kognitif, kesehatan fisik serta perkembangan sosial emosional anak.

b) Pendidikan ayah / ibu

(37)

dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anak, pendidikannya dan sebagainya.

c) Jumlah saudara.

Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup, akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak. Lebih-lebih kalau jarak anak terlalu dekat. Sedangkan pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahan pun tidak terpenuhi. Oleh karena itu Keluarga Berencana tetap diperlukan. d) Jenis kelamin dalam keluarga.

Pada masyarakat tradisional, wanita mempunyai status yang lebih rendah dibandingkan laki-laki, sehingga angka kematian bayi dan malnutrisi masih tinggi pada wanita. Demikian pula dengan pendidikan, masih banyak ditemukan wanita yang buta huruf.

e) Stabilitas rumah tangga.

Stabilitas dan keharmonisan rumah tangga mempengaruhi tumbuh kembang anak. Tumbuh kembang anak akan berbeda pada keluarga yang harmonis, dibandingkan dengan mereka yang kurang harmonis.

f) Kepribadian ayah / ibu.

(38)

g) Adat-istiadat, norma-norma.

Adat-istiadat yang berlaku di tiap daerah akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Misalnya di Bali karena seringnya upacara agama diadakan oleh suatu keluarga, dimana harus disediakan berbagai makanan dan buah-buahan, maka sangat jarang terdapat anak yang gizi buruk karena makanan maupun buah-buahan, maka sangat jarang terdapat anak yang gizi buruk karena makanan maupun buah-buahan tersebut akan dimakan bersama setelah selesai upacara. Demikian pula dengan norma-norma maupun tabu-tabu yang berlaku di masyarakat, berpengaruh pula terhadap tumbuh kembang anak. h) Agama.

Pengajaran agama harus sudah ditanamkan pada anak-anak sedini mungkin, karena dengan memahami agama akan menuntun umatnya untuk berbuat kebaikan dan kebajikan.

i) Urbanisasi.

Salah satu dampak dari urbanisasi adalah kemiskinan dengan segala permasalahannya.

j) Kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran, dan lain-lain .

Hurlock (1978) berpendapat, lingkungan tempat anak hidup selama tahun-tahun pembentukan awal hidupnya mempunyai pengaruh kuat pada kemampuan bawaan mereka. Terdapat enam faktor lingkungan yang sangat penting, diantaranya: a. Hubungan antar pribadi yang menyenangkan.

(39)

terbuka dan menjadi lebih berorientasi kepada orang lain, karakteristik yang mengarah ke penyesuaian pribadi dan sosial yang baik.

b. Keadaan Emosi.

Ketiadaan hubungan emosional akibat penolakan anggota keluarga atau perpisahan dengan orang tua, seringkali menimbulkan gangguan kepribadian. Sebaliknya pemuasan emosional mendorong perkembangan kepribadian.

c. Metode Melatih Anak.

Anak-anak yang dibesarkan orang tua yang permisif ketika besar cenderung kehilangan rasa tanggung jawab, mempunyai kendali emosional yang buruk, dan sering berprestasi rendah dalam melakukan sesuatu. Mereka yang dibebaskan oleh orang tua yang demokratik atau sedikit otoriter penyesuaian pribadi dan sosialnya lebih baik.

d. Peran yang dini.

Anak pertama yang seringkali diharapkan bertanggung jawab di rumah dan menjaga anak yang lebih kecil, dapat mempunyai kepercayaan diri yang lebih besar daripada saudaranya yang lahir sesudahnya tetapi mungkin juga mempunyai kecenderungan untuk mengembangkan kebiasaan memerintah sepanjang hidupnya.

e. Struktur keluarga di masa kanak-kanak.

Seorang anak yang berasal dari sebuah keluarga yang besar, sikap dan perilakunya cenderung otoriter, sedangkan yang berasal dari keluarga yang bercerai atau berpisah menjadi anak yang cemas, tidak mudah percaya, dan sedikit kaku.

(40)

Lingkungan yang merangsang merupakan salah satu pendorong perkembangan kemampuan anak yang diturunkan. Bercakap-cakap dengan bayi atau menunjukkan gambar cerita pada seorang anak pra sekolah mendorong minat dalam belajar berbicara dan keinginan untuk membaca. Lingkungan yang merangsang mendorong perkembangan fisik dan mental yang baik, sedangkan lingkungan yang tidak merangsang menyebabkan perkembangan anak di bawah kemampuannya.

Pendapat Hurlock (1978), terdapat beberapa kondisi yang mempengaruhi laju perkembangan motorik, antara lain:

a. Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan mempunyai pengaruh yang menonjol terhadap laju perkembangan motorik.

b. Seandainya dalam awal kehidupan pasca lahir tidak ada hambatan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, semakin aktif janin semakin cepat perkembangan motorik anak.

c. Kondisi pra lahir yang menyenangkan, khususnya gizi makanan sang ibu, lebih mendorong perkembangan motorik yang lebih cepat pada masa pasca lahir. d. Kelahiran yang sukar, khususnya apabila ada kerusakan pada otak akan

memperlambat perkembangan motorik.

e. Seandainya tidak ada gangguan lingkungan, maka kesehatan dan gizi yang baik selama awal kehidupan pasca lahir akan mempercepat perkembangan motorik.

f. Anak yang IQ-nya tinggi menunjukkan perkembangan yang lebih cepat daripada anak yang IQ-nya normal atau di bawah normal.

(41)

h. Perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan berkembangnya kemampuan motorik.

i. Karena rangsangan dan dorongan yang lebih banyak dari orang tua, maka perkembangan motorik anak yang pertama cenderung lebih baik daripada perkembangan motorik anak yang lahir kemudian.

j. Kelahiran sebelum waktunya biasanya memperlambat perkembangan motorik karena tingkat perkembangan motorik pada waktu lahir berada di bawah tingkat perkembangan bayi yang lahir tepat waktunya.

k. Cacat fisik, seperti kebutaan akan memperlambat perkembangan motorik.

l. Dalam perkembangan motorik, perbedaan jenis kelamin, warna kulit dan sosial ekonomi lebih banyak disebabkan oleh perbedaan motivasi dan metode pelatihan anak daripada karena perbedaan bawaan.

Hurlock (1978) berpendapat, terdapat kondisi yang menimbulkan perbedaan dalam belajar berbicara, antara lain:

a. Kesehatan

Anak yang sehat, lebih cepat belajar berbicara daripada anak yang tidak sehat, karena motivasinya lebih kuat untuk menjadi anggota kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut.

b. Kecerdasan

Anak yang memiliki kecerdasan tinggi, belajar berbicara lebih cepat dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul daripada anak yang tingkat kecerdasannya rendah.

(42)

Anak dari kelompok dengan keadaan sosial ekonominya tinggi lebih mudah belajar berbicara, mengungkapkan dirinya lebih baik, dan lebih banyak bicara daripada anak dari kelompok dengan keadaan sosial ekonominya lebih rendah. Penyebab utamanya adalah bahwa anak dari kelompok yang lebih tinggi, lebih banyak didorong untuk berbicara dan lebih banyak dibimbing melakukannya. d. Jenis kelamin

Dibandingkan dengan anak perempuan, anak laki-laki tertinggal dalam belajar berbicara. Pada setiap jenjang umur, kalimat anak laki-laki lebih pendek dan kurang betul tata bahasanya, kosa kata yang diucapkan lebih sedikit dan pengucapannya kurang tepat daripada anak perempuan.

e. Keinginan berkomunikasi

Semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain semakin kuat motivasi anak untuk belajar berbicara dan semakin bersedia menyisihkan waktu dan usaha yang diperlukan untuk belajar.

f. Dorongan

Semakin banyak anak didorong untuk berbicara dengan mengajaknya bicara dan didorong menanggapinya, akan semakin awal mereka belajar berbicara dan semakin baik kualitas bicaranya.

g. Ukuran keluarga

Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya berbicara lebih awal dan lebih baik daripada anak dari keluarga besar, karena orang tua dapat menyisihkan waktu yang lebih banyak untuk mengajar anaknya berbicara.

(43)

Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul daripada anak yang lahir kemudian. Ini karena orang tua dapat menyisihkan waktunya yang lebih banyak untuk mengajar dan mendorong anak yang lahir pertama dalam belajar berbicara daripada untuk anak yang lahir kemudian.

i. Metode pelatihan anak

Anak-anak dilatih secara otoriter yang menekankan bahwa ”anak harus dilihat dan bukan didengar” merupakan hambatan belajar, sedangkan pelatihan yang memberikan keleluasaan dan demokratis akan mendorong anak untuk belajar. j. Kelahiran kembar

Anak yang lahir kembar umumnya terlambat dalam perkembangan bicaranya terutama karena mereka lebih banyak bergaul dengan saudara kembarnya dan hanya memahami logat khusus yang mereka miliki. Ini melemahkan motivasi mereka untuk belajar berbicara agar orang lain dapat memahami mereka.

k. Hubungan dengan teman sebaya

Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya dan semakin besar keinginan mereka untuk diterima sebagai anggota kelompok sebaya, akan semakin kuat motivasi mereka untuk belajar berbicara.

l. Kepribadian

Anak yang dapat meyesuaikan diri dengan baik cenderung kemampuan bicaranya lebih baik, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, daripada anak yang penyesuaian dirinya jelek. Kenyataannya, bicara seringkali dipandang sebagai salah satu petunjuk anak yang sehat mental.

(44)

a. Kondisi kesehatan

Kesehatan yang baik mendorong emosi yang menyenangkan menjadi dominan, sedangkan kesehatan yang buruk menyebabkan emosi yang tidak menyenangkan menjadi dominan.

b. Suasana rumah

Jika anak-anak tumbuh dalam lingkungan rumah yang lebih banyak berisi kebahagiaan dan apabila pertengkaran, kecemburuan, dendam dan perasaan lain yang tidak menyenangkan diusahakan sesedikit mungkin, maka anak akan lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menjadi anak yang bahagia.

c. Cara mendidik anak

Mendidik anak secara otoriter, yang menggunakan metode hukuman untuk memperkuat kepatuhan secara ketat, akan mendorong emosi yang tidak menyenangkan menjadi dominan. Cara mendidik anak yang bersifat demokratis dan permisif akan menimbulkan suasana rumah yang lebih santai yang akan menunjang bagi ekspresi emosi yang menyenangkan.

d. Hubungan dengan para anggota keluarga

Hubungan yang tidak rukun dengan orang tua atau saudara akan lebih banyak menimbulkan kemarahan dan kecemburuan sehingga emosi ini akan cenderung menguasai kehidupan anak di rumah.

e. Hubungan dengan teman sebaya

(45)

f. Perlindungan yang berlebih-lebihan

Orang tua yang melindungi anak secara berlebihan, yang hidup dalam prasangka bahaya terhadap segala sesuatu, akan menimbulkan rasa takut pada anak menjadi dominan.

g. Aspirasi orang tua

Jika orang tua mempunyai aspirasi tinggi yang tidak realistis bagi anak-anaknya, anak akan menjadi malu, canggung dan merasa bersalah bila mereka menyadari kritik orang tua bahwa mereka tidak dapat memenuhi harapan tersebut. Pengalaman semacam ini yang terjadi berulang kali dengan segera akan menyebabkan emosi yang tidak menyenangkan menjadi dominan dalam kehidupan anak.

h. Bimbingan

Bimbingan dengan titik berat pada penanaman pengertian bahwa mengalami frustasi diperlukan sekali-kali dapat mencegah kemarahan, kebencian menjadi emosi yang dominan. Tanpa bimbingan semacam ini, emosi tersebut akan menjadi dominan terutama apabila frustasi yang dialami dirasakan tidak adil bagi seorang anak.

Hurlock E.B.(1978) berpendapat, faktor yang ikut mempengaruhi perbedaan pengaruh kelompok sosial, antara lain:

a. Kemampuan untuk dapat diterima kelompok

(46)

dapat diterima kelompok mempunyai motivasi yang kecil pula untuk menyesuaikan diri dengan standar kelompok.

b. Keamanan karena status dalam kelompok

Anak-anak yang merasa aman di dalam kelompok akan merasa bebas mengekspresikan ketidakcocokan mereka dengan pendapat anggota lainnya. Sebaliknya mereka yang merasa tidak aman akan menyesuaikan diri sebaik mungkin dan akan mengikuti anggota lainnya.

c. Tipe kelompok

Pengaruh kelompok berasal dari jarak sosial yaitu derajat hubungan kasih sayang di antara para anggota kelompok. Pada kelompok primer (antara lain keluarga atau kelompok teman sebaya) ikatan hubungan dalam kelompok lebih kuat dibandingkan dengan pada kelompok sekunder (antara lain kelompok bermain yang diorganisasikan atau perkumpulan sosial) atau pada kelompok tersier (antara lain orang-orang yang berhubungan dengan anak di dalam bus, kereta api dan sebagainya). Akibatnya kelompok primer mempunyai pengaruh terkuat terhadap anak-anak.

d. Perbedaan keanggotaan dalam kelompok

Dalam sebuh kelompok, pengaruh terbesar biasanya timbul dari pemimpin kelompok dan pengaruh yang terkecil berasal dari anggota yang paling tidak populer.

e. Kepribadian

(47)

kepribadian otoriter paling dipengaruhi kelompok karena mereka selalu merasa takut kalau-kalau tidak disukai teman sebaya.

f. Motif menggabungkan diri

Semakin kuat motif anak-anak untuk menggabungkan diri yaitu keinginan untuk diterima, semakin rentan mereka terhadap pengaruh anggota lainnya, terutama pengaruh dari mereka yang mempunyai status tinggi dalam kelompok. Semakin menarik kelompok itu bagi anak-anak, semakin ingin mereka diterima dan bersedia dipengaruhi oleh kelompok tersebut.

6. Kebutuhan Dasar Anak

Moersintowarti, dkk. (2008) berpendapat, kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara umum digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar:

a. Kebutuhan fisik-biomedis ( ASUH )

1) Nutrisi yang adekuat dan seimbang. Merupakan kebutuhan akan “asuh” yang terpenting. Nutrisi adalah termasuk pembangun tubuh yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada tahun-tahun pertama kehidupan diamana anak sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat terutama pertumbuhan otak. Keberhasilan perkembangan anak ditentukan oleh keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan otak. Jadi dapat dikatakan bahwa nutrisi, selain mempengaruhi pertumbuhan, juga mempengaruhi perkembangan otak.

(48)

a) Pemberian imunisasi pada anak adalah penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi.

b) Pengobatan bila anak sakit. Anak yang sehat pada umumnya akan tumbuh dengan baik.

3) Pakaian

Pakaian yang layak, bersih dan aman (tidak mudah terbakar, tanpa pernik-pernik yang mudah menyebabkan anak kemasukan benda asing)

4) Perumahan.

Keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak membahayakan penghuninya, akan menjamin keselamatan dan kesehatan penghuninya. Misalnya ventilasi dan pencahayaan yang cukup, tidak penuh sesak, cukup leluasa untuk anak bermain, bebas polusi, maka akan menjamin tumbuh kembang anak.

5) Higiene diri dan sanitasi lingkungan.

Kebersihan, baik kebersihan diri maupun lingkungan memegang peranan penting pada tumbuh kembang anak. Kebersihan perorangan yang kurang akan memudahkan terjadinya penyakit-penyakit kulit dan saluran pencernaan seperti diare, cacing, dll. Sedangkan kebersihan lingkungan erat hubungannya dengan penyakit saluran pernapasan, saluran pencernaan, serta penyakit akibat nyamuk.

6) Kesegaran jasmani : olah raga, rekreasi. b. Kebutuhan emosi / kasih sayang (ASIH)

(49)

Kasih sayang orang tua yang hidup rukun berbahagia dan sejahtera yang memberi bimbingan, perlindungan, perasaan aman kepada anak merupakan salah satu kebutuhann yang diperluan anak untuk tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin. Bayi yang normal biasanya akan mulai menampakkan rasa cemas bila ditinggalkan ibunya pada umur antar 7 sampai 9 bulan. Hubungan antar ibu dan anak pada dua tahun pertama dalam kehidupan si anak harus cukup memberikan kepercayaan pada si anak, akan tetapi bila berlebihan dapat menyebabkan anak menjadi manja. Bila seorang ibu oleh karena bekerja harus meninggalkan anaknya, maka hal ini tidak akan mengakibatkan kelainan pada anak asal si ibu setiap hari masih dapat bertemu dan bergaul dengan si anak dalam waktu-waktu tertentu. Bila si ibu harus berpisah dalam waktu yang lama, diperlukan seorang pengasuh / substitusi ibu yang tetap.

2) Rasa Aman

Seorang anak akan merasa diterima oleh orang tuanya bila ia merasa bahwa kepentingannya diperhatikan serta merasa ada hubungan yang erat antara ia dan keluarganya.

3) Harga Diri

Setiap anak ingin merasa bahwa ia mempunyai tempat dalam keluarga, keinginannya diperhatikan, apa yang dikatakannya ingin didengar orang tua, tidak diacuhkan.

4) Kebutuhan akan sukses

(50)

tua. Janganlah anak dipaksa melakukan sesuatu diluar kemampuannya. Oleh karena besar kemungkinan ia gagal. Jika kegagalan terjadi berulang-ulang, ia akan merasa kecewa dan akhirnya merasa kehilangan kepercayaan dirinya. Ia akan merasa rendah diri dari pergaulan dengan teman-temannya.

5) Mandiri

Kemandirian pada anak hendaknya selalu didasarkan pada perkembangan anak. Apabila orang tua masih menuntut anaknya mandiri melampaui kemampuannya, maka anak dapat menjadi tertekan. Anak masih perlu bantuan untuk belajar mandiri, belajar untuk memahami persoalan, memahami apa yang harus diperhatikan dan kesemuanya itu memerlukan waktu.

6) Dorongan

Anak membutuhkan dorongan dari orang-orang sekelilingnya apabila tidak mampu menghadapi situasi/masalah. Tentu saja dorongan yang diberikan bukan merupakann bantuan yang seutuhnya sehingga anak tinggal menerima jadi, tetapi dapat berupa langkah-langkah yang dapat diambil memberi semangat bahwa dia dahulu dapat mengatasi dengan baik, dan sebagainya. Dengan demikian anak merasa dapat dorongan dan mempunyai semangat untuk menghadapi situasi-situasi atau masalah.

7) Kebutuhan mendapatkan kesempatan dan pengalaman

(51)

usaha, anak justru tidak senang. Dia ingin diberi kesempatan menunjukkan kemampuan dan ingin mempunyai pengalaman.

8) Rasa memiliki

Kebutuhan anak akan rasa memiliki sesuatu (betapapun kecilnya) harus diperhatikan. Semua benda-benda miliknya yang dianggap berharga harus dapat dia miliki sendiri (bagi orang tua barang-barang tersebut tidak berharga sama sekali). Orang tua harus dapat memberikan rasa memiliki pada anak. Penghargaan orang tua pada benda milik anak sangat diperlukan anak.

Ikatan ibu-anak yang erat, mesra, selaras, seawal dan sepermanen mungkin sangatlah penting karena:

1) Turut menentukan perilaku anak di kemudian hari 2) Merangsang perkembangan otak anak

3) Merangsang perhatian anak kepada dunia luar.

Pemenuhan kebutuhan emosi (asih) ini dapat dilakukan sedini-seawal mungkin yaitu dengan mendekapkan bayi pada ibunya sesegera mungkin setelah lahir. Keadaan ini akan menimbulkan kontak fisis (kontak kulit) dan psikis (kontak mata) sedini mungkin. Bahkan dimasa pranatal pun kebutuhan emosi anak (janin) seharusnya sudah harus dipenuhi yaitu dengan mengupayakan agar kehamilannya merupakan kehamilan yang diinginkan, sewaktu hamil ibu berbicara dengan bayi yang dikandungnya.

c. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)

(52)

Stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang banyak mendapat stimulasi yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Stimulasi harus dilaksanakan dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Bermain, mengajak anak berbicara (komunikasi verbal) dengan penuh kasih sayang adalah hal yang penting bagi perkembangan anak, seperti halnya kebutuhan makanan untuk pertumbuhan badan. Bermain bagi anak tidak hanya sekedar mengisi waktu luang anak saja, tetapi melalui bermain anak bisa belajar mengendalikan dan mengkoordinasikan otot-ototnya melibatkan perasaan, emosi dan pikiran.

(53)

menghisap, refleks menelan dan refleks menemukan puting susu. Karena asah ini diperlukan sedini mungkin (sampai 4 – 5 tahun setelah lahir) maka periode ini sering disebut sebagai tahun-tahun keemasan (golden years). Stimulasi mental akan menunjang perkembangan mental-psikososial antara lain: sifat agamis, moral, etika, budi luhur, kepribadian mantap, kecerdasan (kognitif, emosi-sosial, spiritual dan sebagainya), kemandirian, kreativitas, ketrampilan, produktivitas dan sebagainya.

7. Cara Penilaian Perkembangan Anak Balita

Soetjiningsih (1995) berpendapat, cara penilaian perkembangan anak balita, antara lain :

a. Tes Intelegensia Stanford-Binet (The Stanford-Binet Test). Test ini merupakan tes yang tertua dan digunakan secara luas di hampir semua tempat. Test ini digunakan mulai umur 2 tahun sampai dewasa. Walaupun sebagian besar terdiri dari unsur-unsur verbal, maka tes ini tidak bermanfaat untuk anak dengan gangguan bahasa dan bicara, serta tidak dapat menjelaskan anak yang mengalami kesulitan belajar. Nilai yang didapat dati test ini adalah IQ dan umur mental. Pada test ini juga terdapat beberapa skema yang secara mandiri digunakan untuk menganalisis kekuatan dan keterbatasan seorang anak, tetapi karena distribusi berbagai jenis soal tidak merata, maka mengakibatkan pemeriksaaan jawaban menjadi sulit. Untuk anak yang buta digunakan modifikasi tes Binet, yaitu tes Hayes-Binet dan tes Perkins-Binet.

b. Skala Intelegensi Wechsler untuk anak prasekolah dan sekolah. The Wechsler Intelligence Scale for children (WPPSI), dipakai setelah Davit Wechsler

(54)

kemudian mengembangkan untuk anak-anak prasekolah (umur 4-6½ tahun). WPPSI mempunyai 11 sub-tes dibagi menjadi skala verbal dan performance, dengan nilai IQ yang menggambarkan keseluruhan penilaian hasil tes. Walaupun memerlukan waktu yang cukup lama untuk melaksanakan tes ini, tes ini memberikan informasi diagnostik yang berguna untuk penilaian anak yang mengalami kesulitan belajar dan retardasi mental.

c. Skala Perkembangan menurut Gesel (Gesell Infant Scale). Skala perkembangan metode Arnold Gesell bertujuan untuk menentukan tahap kematangan dan kelengkapan kegiatan suatu sistem yang sedang berkembang. Skala Gesell berdasarkan pengalaman selama bertahun-tahun terhadap anak normal, agak normal dan anak dengan masalah. Skala Gesell menggambarkan taraf kematangan dari bidang-bidang terpenting dari perilaku seorang anak. Gesell tidak hanya meninjau dari aspek diagnostik, tetapi juga aspek prognosis dan kemungkinan pengobatannya. Skala ini di terbitkan pertama kali pada tahun 1925 dan dapat digunakan dari umur 4 minggu sampai 6 tahun. Dalam tahun pertama pembagian tahapan perkembangan anak tiap 4 minggu, tahun kedua tiap 3 bulan dan selanjutnya tiap 6 bulan. Karena perkembangan bayi pada satu tahun pertama jauh lebih pesat dibandingkan dengan perkembangan anak yang lebih besar.

Dalam skala Gesell dibagi menurut 4 pengelompokan yang dianggap sebagai perilaku utama, yaitu:

1) Perilaku motorik (motorik behavior), termasuk motorik halus dan kasar.

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
Tabel 4.2  Rerata dan Simpangan Baku Usia (bulan) Subjek Penelitian
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Urutan Anak Subjek Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Hurlock (2007) konsep orang tua yang “baik” yaitu; a) melakukan berbagai hal untuk anak, b) anak dapat bergantung pada orang tua, c) bersikap cukup permisif dan luwes, d)

10 faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh lingkungan keluarga yang turut mengasuh dan membesarkan anak. 11 Orang tua berperan dalam

Pendidikan Anak Usia Dini adalah merupakan suatu tugas orang tua, pendidik dan masyarakat untuk mrngoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai dengan kemampuan yang dibawa anak sejak

Terdapat beberapa hambatan dalam upaya sekolah untuk mengoptimalkan pendidikan yang tepat bagi tumbuh kembang anak, antara lain kurangnya sinergi antara orang tua

Bla karena suatu sebab orang tua tdak dapat menjamn tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak dasuh atau dangkat sebaga anak asuh atau

Orang tua berperan penting dalam menangani anak yang mengalami diare dan melihat dampak yang ditimbulkan dari diare sangat berbahaya yang dapat mengganggu proses

Faktor pendidikan orang tua dalam menstimulasi tumbuh kembang balita akan berdampak dan memberikan efek yang berbeda terhadap cara menstimulasi tumbuh kembang

usia 2-3 tahun maka peran orang tua baik yang bekerja maupun tidak sangat diharapkan dimana memberi dukungan kepada anak untuk melakukan interaksi sosial yang cukup