• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 8A Khusus Olahraga (KKO) SMP N 1 Kalasan pada materi kubus dan balok tahun ajaran 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 8A Khusus Olahraga (KKO) SMP N 1 Kalasan pada materi kubus dan balok tahun ajaran 2016/2017."

Copied!
267
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS

8A KHUSUS OLAHRAGA (KKO) SMP N 1 KALASAN PADA MATERI KUBUS DAN BALOK TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : Rosa Dina Putranti

NIM : 131414001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS

8A KHUSUS OLAHRAGA (KKO) SMP N 1 KALASAN PADA MATERI KUBUS DAN BALOK TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : Rosa Dina Putranti

NIM : 131414001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

v

PERSEMBAHAN

Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa selalu menyertai dalam setiap

langkah dan usaha yang aku lakukan

Kedua Orang Tuaku Bapak FX Sudino dan Ibu MF Warsiti yang

selalu memberikan Doa, semangat, dan kasih sayang

Teman-teman Pendidikan Matematika 2013 yang selalu memberikan

motivasi dan semangat

(6)

vi MOTTO

“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih” (1 Korintus 13:13)

“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan ? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang” “Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakannya dibawah

gantang, melainkan diatas kaki dian sehingga menerangi semua orang dirumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka

(7)
(8)
(9)

ix ABSTRAK

Rosa Dina Putranti (131414001). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 8A Khusus Olahraga (KKO) SMP N 1 Kalasan Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kubus Dan Balok Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi, Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Mei 2017.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat peningkatan kualitas pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing terhadap hasil belajar matematika siswa SMP kelas 8 Khusus Olahraga (KKO) pada materi kubus dan balok. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Kalasan dengan subyek 32 siswa kelas 8A Khusus Olahraga.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) milik Kemmis dan Mc Taggart di mana terdiri dari empat tahap yaitu, perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Penelitian ini dilakukan dalam II siklus, dimana setiap siklusnya terdiri dari 3 kali pertemuan. Penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dilaksanakan pada pertemuan kedua di setiap siklusnya. Data diperoleh dengan cara memberikan tes kognitif kepada siswa yang selanjutnya akan di analisis menggunakan analisis deskriptif kualitiatif. Proses pelaksanaan model Snowball Throwing terdiri dari beberapa tahap yaitu, ketua kelompok diminta maju untuk memperoleh pengarahan dari guru, ketua kelompok kembali kepada kelompoknya dan menjelaskan materi yang sudah diperoleh, siswa diminta untuk membuat pertanyaan, sesuai dengan intruksi dari guru siswa melempar kertas pertanyaan yang sudah dibuat menyerupai bola, siswa mengerjakan pertanyaan dari kelompok lain, dan yang terakhir evaluasi. Model pembelajaran ini dapat melatih tingkat kekreativitasan siswa dalam membuat pertanyaan. Siswa sangat antusias sekali mengikuti pembelajaran dengan penerapan model Snowball Throwing.

Hasil belajar siswa merupakan hasil yang diperoleh dengan cara siswa mengerjakan tes kognitif yang sudah peneliti siapkan. Proses pengumpulan data diperoleh dari hasil tes awal siklus, tes akhir siklus, observasi, serta wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam aspek kognitif dari rata-rata hasil tes akhir siklus I 50% meningkat menjadi 78% pada rata-rata hasil tes akhir siklus II.

(10)

x ABSTRACT

Rosa Dina Putranti (131414001). The Effect of the Application of Cooperative Learning Model of Snowball Throwing Type towards the Learning Achievement of Students of Grade 8A of Sport’s Class of Kalasan 1 Junior High School in Cube and Blocks Polyhedron in the 2016/2017 Academic Year. Undergraduate Thesis, Mathematics Education, Mathematics and Natural Science Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma Yogyakarta University, May 2017.

The purpose of this study is to see an increase in the quality of learnin with the implementation of the Cooperative Learning Model of Snowball Throwing type towards the mathematics learning achievement of students of

Junior Class 8 of Sport’s class in Cubes and Blocks Polyhedron material. This

research was conducted in SMP N 1 Kalasan with 32 students of class 8A of qualitative descriptive analysis. The process of implementing the Snowball Throwing model consists of several stages: the group leader is asked to come to the front of the class to get direction from the teacher, the group leader returns to the group and explains the material already explained, the students are asked to prepare some questions according to the instruction of the teacher, the student then throws the question paper made into a crumpled paper, students work on questions from the other groups, and lastly evaluations will be made on such activities. This learning model can train students' level of creativity in making questions. Students are very enthusiastic in participating in the learning with the application of Snowball Throwing model.

Student learning achievement are the outcome obtained by students upon completing the cognitive tests that researchers have prepared. The process of collecting data is obtained from the results of the early test cycle, the final test cycle, observation, and interviews. The results of this study indicate that there is an improvement in student learning achievement in terms of their cognitive based on the average results of the end of the test cycle I of 50% which increased to 78% on the average of cycle II test results.

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII A Khusus Olahraga (KKO) SMP N 1 Kalasan Pada Materi Kubus Dan Balok Tahun Ajaran 2016/2017” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika. 4. Ibu Cyrenia Novella Krisnamurti, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang

senantiasa selalu meluangkan waktu, memberikan masukan, serta memberikan arahan dengan sabar sampai penulis menyelesaikan skripsi. 5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang dengan tulus

dan sabar membagikan ilmu dan membimbing penulis.

6. Staf dan karyawan sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.

7. Ibu Muji Rahayu, M.Pd. selaku kepala SMP N 1 Kalasan.

8. Bapak Suwardi, S.Pd. selaku guru bidang studi matematika kelas VIII-A yang telah membantu penulis dalam melakukan pengambilan data.

9. Segenap Guru dan Karyawan di SMP N 1 Kalasan yang telah membantu kelancaran kegiatan penelitian.

(12)
(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….iii

HALAMAN PENGESAHAN……….iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... ix

ABSTRACT………...x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI……….xiii

G. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Definisi Belajar ... 12

B. Pembelajaran ... 16

C. Model Pembelajaran ... 19

(14)

xiv

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing ... 27

F. Kondisi Belajar ... 31

G. Hasil Belajar ... 32

H. Bangun Ruang Sisi Datar ... 32

I. Penelitian yang Revelan ... 41

J. Kerangka Berfikir ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 46

A. Jenis Penelitian ... 46

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 51

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

D. Rancangan Penelitian ... 51

E. Instrumen Penelitian ... 56

F. Teknik Analisis Data ... 61

G. Validitas Instrumen ... 63

H. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Hasil Penelitian ... 65

B. Pembahasan ... 98

C. Kelemahan Penelitian………..104 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 106

A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan pengajaran dan pembelajaran ... 17

Tabel 2.2 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif ... 26

Tabel 3.1 Format kisi-kisi hasil belajar siswa ... 58

Tabel 3.2 Klasifikasi nilai ketuntasan siswa berdasarkan KKM... 61

Tabel 3.3 Indikator Keberhasilan………...64

Tabel 4.1 Hasil tes awal siklus I ... 75

Tabel 4.2 Hasil belajar siswa berdasarkan KKM ... 75

Tabel 4.3 Hasil tes akhir siklus I ... 79

Tabel 4.4 Hasil belajar siswa berdasarkan KKM ... 79

Tabel 4.5 Aspek dan indikator kegiatan observasi... 80

Tabel 4.6 Hasil observasi kegiatan siswa siklus I ... 82

Tabel 4.7 Hasil tes awal siklus II ... 86

Tabel 4.8 Hasil belajar siswa berdasarkan KKM ... 87

Tabel 4.9 Hasil tes akhir siklus II... 91

Tabel 4.10 Hasil belajar siswa berdasarkan KKM ... 91

Tabel 4.11 Hasil observasi kegiatan siswa siklus I ... 93

Tabel 4.12 Perbandingan hasil tes akhir siklus I dengan siklus II ... 94

Tabel 4.13 Hasil wawancara dengan siswa ... 96

Tabel 4.14 Klasifikasi persentase hasil belajar siswa siklus I………..100

(16)

xvi

DAFTAR BAGAN DAN GRAFIK

Gambar 2.11 Kerangka Berfikir ... 45

Gambar 3.1 Langkah PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart ... 47

Grafik 4.1 Peningkatan hasil belajar tiap siklus ... 95

Grafik 4.2 Rata-rata hasil tes siklus I dan siklus II ... 95

Grafik 4.3 Perbandingan rerata hasil belajar siswa tiap siklus... 99

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ...113

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I...115

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...132

Lampiran 4 Lembar Belajar Siswa 1 Siklus I ...143

Lampiran 5 Lembar Belajar Siswa 2 Siklus I ...153

Lampiran 6 Lembar Belajar Siswa 3 Siklus II ...158

Lampiran 7 Kisi-Kisi Soal Tes Awal Siklus I ...161

Lampiran 8 Kunci Jawaban Tes Awal Siklus I ...165

Lampiran 9 Kisi-Kisi Soal Tes Akhir Siklus I ...170

Lampiran 10 Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus I ...173

Lampiran 11 Kisi-Kisi Soal Tes Awal Siklus II ...180

Lampiran 12 Kunci Jawaban Tes Awal Siklus II...183

Lampiran 13 Kisi-Kisi Soal Tes Akhir Siklus II ...187

Lampiran 14 Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus II ...190

Lampiran 15 Instrumen Observasi Siswa ...194

Lampiran 16 Hasil Observasi Guru Siklus I ...196

Lampiran 17 Hasil Observasi Siswa ...197

Lampiran 18 Hasil Observasi Guru Siklus II ...198

Lampiran 19 Validasi RPP Pakar 2 ...199

(18)

xviii

Lampiran 21 Validasi Lembar Belajar Siswa 2 Pakar 2 ...202

Lampiran 22 Validasi Lembar Belajar Siswa 3 Pakar 2 ...203

Lampiran 23 Validasi Tes Awal Siklus 1 Pakar 2 ...204

Lampiran 24 Validasi Tes Akhir Siklus 1 Pakar 2 ...205

Lampiran 25 Validasi Tes Awal Siklus 2 Pakar 2 ...206

Lampiran 26 Validasi Tes Akhir Siklus 2 Pakar 2 ...207

Lampiran 27 Validasi RPP Pakar 1 ...208

Lampiran 28 Validasi Lembar Belajar Siswa 1 Pakar 1 ...210

Lampiran 29 Validasi Lembar Belajar Siswa 2 Pakar 1 ...211

Lampiran 30 Validasi Lembar Belajar Siswa 3 Pakar 1 ...212

Lampiran 31 Validasi Tes Awal Siklus 1 Pakar 1 ...213

Lampiran 32 Validasi Tes Akhir Siklus 1 Pakar 1 ...214

Lampiran 33 Validasi Tes Awal Siklus 2 Pakar 1 ...215

Lampiran 34 Validasi Tes Akhir Siklus 2 Pakar 1 ...216

Lampiran 35 Sampel Hasil Tes Awal Siklus I ...217

Lampiran 36 Sampel Hasil Tes Akhir Siklus I ...220

Lampiran 37 Sampel Hasil Tes Awal Siklus II ...224

Lampiran 38 Sampel Hasil Tes Akhir Siklus II ...227

Lampiran 39 Hasil Tes Kognitif Siklus I Dan Siklus II ...230

Lampiran 40 Sampel Soal Snowball Throwing Siklus I ...231

(19)

xix

Lampiran 42 Kesan Siswa Selama Proses Pembelajaran ...237

Lampiran 43 Surat Perizinan Penelitian ...239

Lampiran 44 Surat Keterangan Pelaksaan Penelitian ...242

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

(21)

Pelajaran matematika merupakan suatu mata pelajaran yang selalu ada di setiap jenjang kelas. Banyak diantara siswa yang menyatakan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, susah untuk dipahami, dan banyak menghitung menggunakan rumus. Pemikiran siswa yang seperti itu dapat menjadi salah satu kendala alam memahami matematika, karena sudah tertanam dalam pikiran siswa bahwa matematika itu sulit.

Berasarkan hasil observasi dan wawancara di SMP N 1 Kalasan peneliti mengetahui bahwa di SMP N 1 Kalasan terdapat satu kelas khusus peminatan olahraga di setiap tingkatannya. Peneliti akan menjadikan kelas 8A sebagai subyek penelitian. Peneliti memilih kelas 8A karena peneliti melihat kelas 8A ini adalah kelas yang unik, dilihat dari karakter setiap siswanya. Siswa sangat aktif dan berenergi pada saat pembelajaran tetapi beberapa siswa belum bisa untuk bersinergi dengan guru. Masih terdapat beberapa siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran, tidak mengerjakan tugas yang guru berikan serta metode pembelajaran yang kurang inovatif menjadikan siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.

(22)

soalnya. Permasalahan muncul pada saat siswa mulai mengerjakan latihan soal, siswa terkadang enggan untuk bertanya langsung kepada guru ketika mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal. Siswa memilih diam apabila mereka belum paham terhadap materi yang sedang disampaikan. Kendala yang dihadapi oleh guru pada saat proses pembelajaran diantaranya adalah tingkat konsentrasi siswa terhadap materi pembelajaran rendah sehingga guru harus dengan ekstra membimbing siswa satu persatu.

Berdasarkan paparan di atas peneliti memiliki gagasan untuk melakukan penelitian dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang menurut peneliti cocok untuk diterapkan di kelas khusus olahraga. Model pembelajaran yang akan peneliti terapkan adalah model pembelajaran snowball throwing. Dimana model pembelajaran snowball throwing ini melatih tingkat kekreatifitasan siswa dalam membuat suatu pertanyaan. Selain itu juga dapat digunakan untuk melihat tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sudah peneliti sampaikan.

(23)

siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Dengan penerapan model pembelajaran snowball throwing ini di harapkan pula nantinya dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SMP N 1 Kalasan pada materi kubus dan balok tahun ajaran 2016/2017.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan : 1. Apakah manfaat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball

throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 8A peminatan olahraga SMP N 1 Kalasan pada materi kubus dan balok ?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Matematika di kelas 8A peminatan olahraga SMP N 1 Kalasan dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar Kubus dan Balok ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang akan diteliti, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui penerapan model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 8A peminatan olahraga SMP N 1 Kalasan pada materi bangun ruang sisi datar.

(24)

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil peneitian, peneliti berharap bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi setiap kalangan yaitu :

1. Bagi Guru

Penelitian ini memberikan manfaat bagi guru diantaranya adalah :

a. Sebagai inovasi dalam melakukan proses pembelajaran, supaya pembelajaran tidak terkesan monoton.

b. Meningkatkan kreatifitas guru dalam menyusun rancangan pembelajaran.

2. Bagi Siswa

Penelitian ini memberikan manfaat bagi siswa diantaranya adalah : a. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika b. Meningkatkan kekompakan antar siswa, dan kerjasama.

c. Menuntut siswa untuk berani berfikir kritis dalam membuat soal. 3. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan manfaat bagi peneliti diantaranya adalah : a. Peneliti mendapat kesempatan langsung untuk melaksanakan metode

penelitiannya guna meningkatkan hasil belajar siswa.

(25)

E. Batasan Penelitian

Supaya memperoleh solusi dari suatu permasalahan terkhusus pada penelitian ini, peneliti memberikan batasan-batasan paa penelitiannya yaitu sebagai berikut.

1. Subyek

Dalam penelitian ini, subyek yang dipakai oleh peneliti adalah 32 siswa kelas 8A peminatan olahraga SMP N 1 Kalasan.

2. Objek

Objek yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 8A khusus olahraga materi kubus dan balok.

F. Batasan Istilah

1. Belajar dan Pembelajaran

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Sudjana, 1989: 28).

(26)

memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

2. Model Pembelajaran

Strategi menurut Kamp (dalam Rusman, 2012:132) pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapatnya Kamp, Dick and Carey (Rusman, 2012:132) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu perangkat materi dan prosedurpembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik atau siswa. Upaya mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara optimal, maka diperlukan suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.

(27)

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Roy Kellen (dalam Rusman, 2012:132) mencatat bahwa terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approaches).

Joyce & Weil (dalam Rusman, 2012:133) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan.

3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing a. Pengertian Snowball Throwing

Depdiknas mengemukakan Snowball Throwing adalah paradigma pebelajaran efektif yang merupakan rekomenasi UNESCO, yakni belajar mengetahui ( learning to know ), belajar bekerja ( learning to do ), belajar hidup bersama ( learning to live together ), dan belajar menjadi diri sendiri ( learning to be)

(28)

Berasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Snowball Throwing adalah suatu metode pembelajaran yang di awali dengan pembentukan kelompok yang di wakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru, kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaannya) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh menurut Arahman (dalam Hamdayama, 2014:158).

4. Bangun Ruang Sisi Datar

Bangun ruang sisi datar adalah salah satu materi yang terdapat di kelas VIII. Materi bangun ruang sisi datar terdiri dari bangun ruang kubus, balok, prisma, dan limas. Pada penelitian kali ini, materi bangun datar yang akan digunakan untuk penelitian adalah bangun ruang kubus dan balok. Materi kubus dan balok terdapat dalam 1 bab tersendiri pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yaitu pada bab 7.

Kubus adalah bangun ruang tertutup yang dibatasi oleh 6 bidang yang berbentuk persegi. Sedangkan balok adalah bangun ruang tertutup yang dibatasi oleh enam buah bidang berbentuk persegi panjang.

5. Hasil Belajar

(29)

perilaku cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dalam penelitian ini hasil belajar akan dilihat dari aspek kognitif.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini meliputi pendahuluan, kajian pustaka, metodologi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran.

BAB I Pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitianm manfaat penelitian, batasan penelitian,batasan istilah, dan sistematika penulisan. Metode pembelajaran yang kurang tepat dalam proses pembelajaran menjadikan proses pembelajaran menjadi monoton dan hasil yang akan diperoleh kurang maksimal. Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing merupakan salah satu solusi yang diharapkan mampu membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar dalam aspek kognitif. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing ini pula siswa di ajarkan untuk belajar kritis dalam membuat pertanyaan.

(30)

BAB III Metodologi Penelitian berisi tentang jenis penelitian, subyek dan obyek penelitian, tempat dan waktu penelitian, rancangan penelitian, istrumen penelitian, teknik analisis data, validitas instrument, serta indikator keberhasilan penelitian. Jenis penelitian yang dinakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimana dalam penelitian ini terdiri dari 2 siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari 3 kali pertemuan. Subyek yang digunakan adalah siswa-siswi kelas VIII Khusus Olahraga.

BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang proses persiapan penelitian, proses pembelajara berlangsung, hasil analisis data, serta penyajian datanya. Persiapan yang dilakukan peneliti antara lain mempersiapkan surat perizinan untuk penelitian serta melengkapi instrumen-instrumen pembelajaran seperti silabus, RPP, Lembar belajar siswa, kisi-kisi tes kognitif serta penyususnan soal tes kognitif itu sendiri.

(31)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Belajar

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu menurut Sudjana (dalam Rusman, 201). H.C. Witherington dalam Educational Psycology menjelaskan pengertian belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian, atau suatu pengertian. Gagne Berlinger (dalam Dimiyati dan Mudijono) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

(32)

dalam situasi tertentu. Salah satu definisi belajar yang cukup sederhana namun mudah diingat adalah yang dikemukakan oleh Gagne (1989): “Learning is relatively permanent change in behavior that result from pas

experience or purposeful instruction”. Belajar adalah suatu perubahan

perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan/direncanakan. Pengalaman diperoleh individu dalam interaksinya dengan lingkungan, baik yang tidak direncanakan maupun yang direncanakan, sehingga menghasilkan perubahan yang bersifat menetap.

Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek tersebut adalah :

1. Bertambahnya jumlah pengetahuan,

2. Adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi, 3. Adanya penerapan pengetahuan,

4. Menyimpulkan makna

5. Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas, dan 6. Adanya perubahan sebagai pribadi.

(33)

tersebut haruslah bersifat relatif permanen, tahan lama, dan menetap, tidak berlangsung sesaat saja.

Berdasarkan pemaparan diatas, belajar memiliki beberapa karakteristik diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), maupun nilai dan sikap (afektif).

2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat juga, melainkan menetap atau dapat disimpan.

3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

Manusia memiliki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam belajar. Karena itu, banyak tipe-tipe belajar yang dilakukan manusia. Gagne (1989) mencatat ada delapan tipe belajar, yaitu sebagai berikut.

1. Belajar isyarat (signal learning). Menurut Gagne, ternyata tiak semua reaksi spontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak menimbulkan respons. Alam konteks inilah signal learning terjadi. 2. Belajar stimulus respons. Belajar tipe ini memberikan respons yang

(34)

penguatan (reinforcement) sehingga terbentu perilaku tertentu (shapping).

3. Belajar merantaikan (chaining). Tipe belajar ini merupakan cara belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik, sehingga akhirnyamembentuk rangkaian gerak dalam urutan tertentu

4. Belajar asosiasi verbal (verbal association). Tipe belajar ini merupakan belajar menghubungan suatu kata dengan suatu objek yang berupa benda, orang atau kejadian dan erangkaikan sejumlah kata dalam uruta yang tepat.

5. Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbeda-beda paa stimulus yang mempunyai kesamaan. 6. Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklasifikasikan

stimulus, atau menempatkan objek-objek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep. (konsep: satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki kesaman ciri).

7. Belajar dalil (rule learning). Tipe belajar ini merupakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep. Hubungan antara konsep biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat.

(35)

B. Pembelajaran

Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian-kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa menurut Winkel (dalam Siregar, 2012: 12). Sementara Gagne (dalam Siregar, 2012: 12), mendefinisiksan pembelajaran sebagai pengaturan peristiwa secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar dan membuatnya berhasil guna. Dalam pengertian lainnya, Winkel (dalam Siregar, 2012: 14) mendefinisikan pembelajaran sebagai pengaturan dan penciptaan kondisi-kondisi ektern sedemikan rupa, sehingga menunjang proes belajar siswa dan tidak menghambatnya.

(36)

mendukung dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar.

Dari beberapa pengertian pembelajaran yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan beberapa ciri pembelajaran sebagai berikut.

1. Merupakan upaya sadar dan disengaja. 2. Pembelajaran harus membuat siswa belajar

3. Tujan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan. 4. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun

hasilnya.

Perbedaan antara istilah “pengajaran” (teaching) dan “pembelajaran” (instruction) bisa diamati pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Perbedaan pengajaran dan pembelajaran

No Pengajaran Pembelajaran

1

2

3

Dilaksanakan oleh mereka yang berprofesi sebagai pengajar

Tujuannya menyampaikan informasi kepada si belajar

Merupakan salah satu penerapan strategi pembelajaran

Kegiatan belajar berlangsung bila ada guru/pengajar

Dilaksankan oleh mereka yang dapat membuat orang belajar

Tujuannya agar terjadi belajar pada didri siswa

Merupakan cara untuk mengembangkan rencana yang terorganisisr untuk keperluan belajar

Kegiatan belajar dapat berlangsung dengan atau tanpa hadirnya guru

(37)

salah satu penerapan strategi pembelajaran iantara strategi-strategi pembelajaran yang lain dengan tujuan utamanya menyampaikan informasi kepada peserta didik. Kalau diperhatikan, perbedaan kedua istilah ini bukanlah hal yang sepele, tetapi telah menggeser paradigma penidikan, dari yang semula (teacher centered) kepada (student centered). Kegiatan pendidikan yang semula lebih berorientasi pada “mengajar” (guru yang lebih banyak berperan) telah berpinah kepada konsep “pembelajaran” (merencanakan kegiatan-kegiatan yang orientasinya kepada siswa agar terjai belajar dalam dirinya).

Dalam buku Condition of Learning , Gagne mengemukakan Sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut.

1. Menarik perhatian (gaining attention): hal yang menimbulkan minat siswa dengan megemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi atau kompleks.

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives): memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai mengikuti pelajaran.

(38)

4. Menyampaikan materi pembelajaran (presenting the stimulus): menyampaiakan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan. 5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance):

memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing proses/alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik.

6. Memperoleh kinerja / penampilan siswa (eliciting performance):siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.

7. Memberikan balikan (proviing feedback): memberitahu seberapa jauh ketepatan performance siswa.

8. Menilai hasil belajar (assessing performance): memberikan tes/tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran. 9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer): merangsang kemampuan mengingat-inat dan mentranfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktikan apa yang telah dipelajari.

C. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

(39)

menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik atau siswa. Upaya mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara optimal, maka diperlukan suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.

(40)

artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya (dalam Rusman, 2012).

2. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran

Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan ddigunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu :

a. Pertimbangan terhadap tujuan yang henak dicapai.

b. Perimbangan yang behubungan dengan bahan atau materi pembelajaran.

c. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa. d. Perimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.

3. Ciri-Ciri Model Pembelajaran

Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.

c. Dapat dijadikan pedoman untuk kegiatan belajar mengajar di kelas. d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan :

1) Urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax) 2) Adanya prinsip-prinsip reaksi

(41)

Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.

e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi:

1) Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur 2) Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.

f. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

D. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

(42)

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Terdapat empat hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yakni :

a. Adanya peserta didik dalam kelompok b. Adanya aturan main (role) dalam kelompok c. Adanya upaya belajar dalam kelompok

d. Adanya kompetensi yang harus dicapai dalam kelompok.

Berkenaan dengan pengelompokan siswa dapat ditentukan berdasarkan atas:

a. Minat dan bakat siswa

b. Latar belakang kemampuan siswa

c. Perpaduan antara minat dan bakat siswa dan latar kemampuan siswa.

Nurulhayati mengemukakan lima unsur dasar model cooperative learning, yaitu :

a. Ketergantungan yang positif b. Pertanggungjawaban individual c. Kemampuan bersosialisasi d. Tatap muka

e. Evaluasi proses kelompok

(43)

pembelajaran. Siswa cenderurng berkompetisi secara individual, bersikap tertutup terhadap teman, kurang memberi perhatian pada teman sekelas, bergaul hanya pada orang tertentu, ingin menang sendiri, dan sebagainya. Jika keadaan seperti ini dibiarkan tidak mustahil akan dihasilkan warga Negara yang egois, inklusif, introfet, kurang bergaul dengan masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga maupun dengan lingkungan sekitar. Gejala seperti ini kiranya mulai terlihat paa masyarakat kita, sedikit-sedikit demonstrasi, main keroyokan, saling sikut, dan mudah terprovokasi.

Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni : a. Cooperative task atau tugas kerja sama

b. Cooperative incentive structure atau struktur intensif kerjasama. Tugas kerjasama berkenaan dengan suatu hal yang menyebabkan anggota kelompok kerjasama dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Sedangkan struktur intensif kerjasama merupakan sesuatu hal yang membnagkitkan motivasi siswa untuk melakukan kerja sama dalam rangka mencapai tujuan kelompok tersebut.

Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila :

a. Guru menekankan pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual

b. Guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar

(44)

d. Guru menghenaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa

e. Guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasaahan.

2. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Karakteristik atau ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar.

b. Didasarkan pada manajemen kooperatif

Manajemen seperti yang telah kita pelajari mempunyai tiga fungsi, yaitu:

1) Fungsi manajemens sebagai perencanaan pelaksanaan

2) Fungsi manajmen sebagai organisasi, meunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar pembelajaran berjalan secara efektif.

3) Fungsi manajemen sebagai control, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tes.

c. Kemauan untuk bekerja sama

(45)

ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerjasama yang baik, pembelajran kooperatif tiak akanmencapai hasil yang optimal. d. Keterampilan bekerja sama

Kemauan bekerjasama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup beinteraksi serta berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

3. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Tabel 2.2 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai paa kegiatan pembelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.

Tahap 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan

Tahap 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaiaman caranya membentuk kelompok belajar.

Tahap 4

Membimbing kelompok bekerja an belajar

Guru membimbing kelompok belajar saat mereka mengerjakan tugas Tahap 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah ipelajari. Tahap 6

Memberikan penghargaan

(46)

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing

1. Pengertian Snowball Throwing

Depdiknas mengemukakan Snowball Throwing adalah paradigma pebelajaran efektif yang merupakan rekomenasi UNESCO, yakni belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri

(learning to be) .

Berasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Snowball Throwing menurut Arahman adalah suatu metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru, kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang kemudian dibentuk seperti bola (kertas pertanyaannya) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh (Hamdayama, 2014:157). Langkah-langkah yang harus guru tempuh dalam melaksanaan model snowball throwing ini adalah.

a. Guru menyampaikan materi yang akan disampaikan, dan KD yang ingin dicapai

b. Guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok (secara random), lalu masing-masing ketua kelompok maju untuk mengambil undian (optional) materi yang sudah ditentukan.

(47)

d. Masing-masing siswa diberi satu lembar kertas kerja, untuk menulis pertanyaan sesuai dengan topiknya

e. Kertas tersebut dilipat dan dimasukkan kedalam bola yang sudah disediakan lalu melamparkannya kekelompok lain sesuai dengan instruksi guru

f. Setelah siswa mendapat bola dari kelompok lain, siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas tersebut secara bergantian

g. Evaluasi h. Refleksi i. Penutup

Dalam metode snowball throwing, guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan menyimpulkan isi berita atau informasi yang mereka peroleh dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi pembelajaran khususnya matematika.

1. Langkah yang perlu guru lakukan untuk melakukan model pembelajaran snowball throwing adalah sebagai berikut.

1)Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan.

2)Guru menyiapkan bola kecil, yang akan digunakan sebagai alat lempar. 3)Guru menerangkan cara-cara bermain snowball throwing kepada

(48)

2. Aturan atau cara bermain snowball throwing adalah sebagaimana diterangan berikut ini.

1)Guru melemparkan bola secara acak kepada salah satu siswa.

2)Siswa yang mendapatkan bola melemparkannya ke siswa yang lain, boleh secara acak atau secara sengaja.

3)Siswa yang mendapat bola dari temannya melemparkannya keteman lainnya.

4)Siswa ketiga/terakhir, berkewajiban untuk mengerjakan soal yang telah disiapkan oleh guru.

5)Mengulangi terus metode di atas, sampai soal yang disediakan habis atau sampai waktu habis.

6)Guru membenarkan jika jawaban kurang tepat.

3. Kelebihan Metode Snowball Throwing

Metode snowball throwing mempunyai kelebihan yang semuanya melibatkan dan keikutsertaan siswa dalam pembelajaran. Kelebihan dari metode ini adalah.

a. Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.

(49)

c. Membaut siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.

d. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran

e. Penidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung dalam praktik.

f. Pembelajaran menjadi lebih efektif.

g. Aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dapat tercapai.

4. Kekurangan Metode Snowball Throwing

Di samping terdapat kelebihan tentu saja metode snowball throwing juga mempunyai kelemahan. Kelemahan dari metode ini adalah sebagai berikut. a. Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi

sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yangsudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan.

b. Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang tidak seikit untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran.

(50)

d. Memerlukan waktu yang panjang.

e. Murid yang nakal cenderung berbuat onar.

f. Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.

Akan tetapi, kelemahan dalam penggunaan metode ini dapat tertutupi dengan cara berikut.

a. Guru menerangkan terlebih dahulu materi yang akan didemontrasikan secara singkat dan jelas disertai dengan aplikasinya.

b. Mengoptimalisasi waktu dengan cara memberi batasan dalam pembuatan kelompok dan pembuatan pertanyaan.

c. Guru ikut serta dalam pembuatan kelompok sehingga kegaduhan bisa di atasi.

d. Memisahkan grup anak yang dianggap sering membuat gaduh dalam kelompok yang berbeda.

e. Namun, juga tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberian kuis individu dan penghargaan kelompok. 6. Kondisi Belajar

F. Kondisi Belajar

(51)

occurrence of learning is inferred from a difference in human being’s

performance before and after being placed in a learning situation”. Terjadinya belajar pada manusia dapat disimpulkan bila terdapat perbedaan dalam penampilan atau kinerja manusia sebelum dan sesudah ia ditempatkan dalam situasi belajar. Dengan kata lain, ia menyatakan bahwa kondisi belajar adalah suatu situasi belajar (learning situation) yang dapat menghasilkan perubahan perilaku (performance) pada seseorang setelah ia ditempatkan pada situasi tersebut.

G. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004). Hasil belajar yang icapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam dan ari luar siswa. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam berbagai aspek kehidupan.

H. Bangun Ruang Sisi Datar

1. Kubus

a. Pengertian Kubus

Kubus adalah bangun ruang tertutup yang di batasi oleh 6 bidang yang berbentuk persegi.

b. Unsur-unsur Kubus

(52)

Sisi adalah daerah yang membatasi bagian dalam dan bagian uar kubus

Rusuk adalah garis perpotongan dua sisi pada kubus

Titik sudut adalah titik perpotongan tiga buah rusuk pada kubus Diagonal sisi adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang terletak pada rusuk-rusuk berbeda dan terletak pada satu sisi kubus.

Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang terletak pada rusuk-rusuk yang berbeda dan tidak sebidang.

Bidang diagonal adalah bidang yang dibatasi oleh dua rusuk yang berseberangan dan dua diagonal bidang yang saling berhadapan.

c. Model Kerangka Kubus

Gambar di bawah ini merupakan model dari kerangka kubus

(53)

d. Jaring-jaring Kubus

Jika model suatu bangun ruang diiris pada beberapa rusuknya, kemudian direbahkan sehingga terjadi bangun datar, maka bangun datar tersebut disebut jaring-jaring. Jaring-jaring kubus merupakan bangun datar yang terdiri dari rangkaian 6 buah persegi yang jika dilipat-lipat menurut garis persekutuan dua persegi dapat membentuk kubus, tetapi tidak boleh ada bidang yang rangkap atau bertumpuk. Dengan demikian, tidak semua rangkaian 6 buah persegi merupakan jaring-jaring kubus.

Berikut adalah beberapa kemungkinan rangkaian 6 buah persegi yang dapat menjadi kubus.

Gambar 2.2 Model jaring-jaring kubus

(i) (ii) (iii)

(iv) (v) (vi)

(vii) (viii) (ix)

(54)

e. Diagonal Sisi

Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH di samping.

Garis merupakan diagonal sisi .

Berdasarkan gambar tersebut kita tahu bahwa

rusuk , maka

siku-siku di . Oleh karena itu, panjang rusuk dapat kita cari dengan menggunakan teorema Pythagoras dimana

f. Diagonal Ruang

Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH di samping !

Garis merupakan diagonal ruang dari kubus.

Oleh karena dan ,

maka : Gambar 2.3 Model kubus

(55)

Rumus panjang diagonal ruang kubus adalah

g. Jumlah Panjang Rusuk Kubus

Suatu kubus dengan panjang sisi banyaknya rusuk pada kubus tersebut adalah .

sehingga,

jumah panjang rusuk kubus

h. Luas Permukaan Kubus

Luas permukaan kubus adalah jumlah luas seluruh permukaan (bidang) pada bangun ruang tersebut. Untuk kubus yang panjang rusuknya , maka :

i. Volume Kubus

(56)

2. Balok

a. Pengertian Balok

Balok adalah bangun ruang tertutup yang dibatasi oleh enam buah bidang berbentuk persegi panjang.

b. Unsur-unsur Balok

Unsur-unsur yang terdapat dalam balok antara lain :

Bidang sisi adalah daerah yang membatasi bagian dalam dan bagian luar balok

Rusuk adalah garis perpotongan dua sisi pada balok

Titik sudut adalah titik perpotongan tiga buah rusuk pada balok Diagonal sisi adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang terletak pada rusuk-rusuk berbeda dan terletak pada satu sisi balok.

Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan dalam suatu ruang balok.

(57)

c. Model Kerangka Balok

Gambar di bawah ini merupakan model dari kerangka kubus beserta keterangannya.

d. Jaring-jaring Balok

Model balok pada Gambar 7 diiris beberapa rusuknya dan kemudian direbahkan maka akan diperoleh jaring-jaring balok. Berikut adalah beberapa model jaring-jaring balok.

Bidang TUVW

Bidang diagonal

Rusuk

Titik sudut

Diagonal sisi

Diagonal Ruang

Gambar 2.6 Model balok

(58)

e. Diagonal Sisi

Perhatikan gambar balok di samping. Garis merupakan diagonal sisi .

Berdasarkan gambar tersebut kita tahu bahwa

rusuk , maka

siku-siku di . Oleh karena itu, panjang diagonal dapat kita cari dengan menggunakan teorema Pythagoras dimana Gambar 2.9 Model balok

Gambar 2.8 Model jaring-jaring balok

(i) (ii)

(iii)

(iv)

(v)

(59)

f. Diagonal Ruang

Perhatikan gambar balok di samping ! Garis merupakan diagonal ruang dari kubus. Oleh

karena dan

, maka :

Rumus panjang diagonal ruang balok adalah :

g. Panjang Rusuk Balok Gambar 2.10 Model balok

(60)

Untuk balok berukuran maka :

Jumlah panjang rusuk balok

h. Luas Permukaan Balok Untuk balok berukuran

maka :

Luas permukaan balok = 2 ( pl + pt + lt )

i. Volume Balok

Untuk balok berukuran maka :

I. Penelitian yang Revelan

1. Julianti (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Keaktifan, Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknik Dasar Otomotif Kelas X di SMKN 1

Sedayu Bantul” menemukan bahwa dengan menggunakan model

(61)

2. Rizky (2015) dalam penelitiannya tentang penerapan model pembelajaran Snowball Throwing melalui pendekatan kontekstual berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa matematika siswa kelas VII SMP Adabiyah Palembang menemukan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Snowball Throwing rata-rata nilai postest kelas eksperimen sebesar 85,3 sedangkan nilai rata-rata postest kelas kontrol sebesar 74,9. Selain itu dapat dilihat dari uji hipotesis n-gain dengan uji t, diperoleh thitung = 2,948 sedangkan ttabel = 1,668 sehingga

thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

3. Kurniawati (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Limas Kelas VIII-B SMP Budi Mulia Minggir Sleman

Tahun Ajaran 2015/2016” menemukan bahwa motivasi siswa

mengalami peningkatan dari 65% menjadi 85%. Sedangkan untuk ketercapaian hasil belajar aspek afektif menunjukan peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 75% menjadi 100% dan termasuk kategori tinggi.

4. Sartika dkk (2015) dalam artikelnya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri Muara Batang Empu Tahun Pelajaran

2014/2015” diperoleh hasil bahwa thitung = 2,412 lebih besar dari pada

(62)
(63)

J. Kerangka Berfikir

Keberhasilan suatu proses pembelajaran sangatlah dipengaruhi oleh metode pengajaran yang guru sampaikan. Kurangnya inovasi dalam proses pembelajaran menjadikan siswa merasa jenuh dengan pelajaran tersebut sehingga menjadikan hasil belajarpun kurang memuaskan. Kurniawati (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Limas Kelas VIII-B

SMP Budi Mulia Minggir Sleman Tahun Ajaran 2015/2016” menemukan

bahwa terapat peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP Budi Mulia Minggir pada materi bangun ruang sisi datar limas. Dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada kelas VIII-A Khusus Olahraga (KKO) di SMP N 1 Kalasan pada pokok bahasan kubus dan balok. Dengan penerapan model pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas khusus olahraga (KKO).

(64)

Siswa Kelas VIII-A Khusus Olahraga

(KKO)

Observasi

Hasil Observasi :

1. Kurangnya inovasi dalam pembelajaran

2. Pembelajaran yang monoton

3. Guru menggunakan metode ceramah 4. Rata-rata hasil belajar siswa yang

masih rendah

Pembelajaran dengan penerapan model Snowball Throwing

(65)

46 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian tindakan kelas dimana untuk proses pengolahan data menggunakan teknik analisis kualitiatif. Analisis kualitiatif digunakan untuk mendeskripsikan kegiatan siswa, proses pembelajaran serta hasil belajar siswa. Penelitian tindakan kelas (PTK) menurut Saur Tampubolon (dalam Imas dan Berlin, 2014) adalah suatu pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata berupa siklus melalui proses kemampuan mendeteksi dan memecahkan masalah. Jenis penelitian tindakan kelas ini dipilih karena penelitian tindakan kelas merupakan salah satu teknik agar pembelajaran yang dikelola peneliti selalu mengalami peningkatan melalui perbaikan secara terus menerus. Peningkatan hasil belajar siswa dikarenakan pada penelitian tindakan kelas terdapat proses refleksi diri (self reflection) yakni upaya menganalisis untuk menemukan kelemahan– kelemahan dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan. Proses perbaikan dilakukan melalui perencanaan dan pengimplementasian dalam proses pembelajaran sesuai dengan program pembelajaran yang telah disusun.

Berdasarkan pengertian dari Carr dan Kemmis (Suyadi 2013:21) dapat digaris bawahi beberapa poin penting tentang PTK, yakni :

(66)

2. PTK dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti, seperti guru, peserta didik, atau kepala sekolah.

3. PTK ilakukan dalam situasi social, termasuk situasi pendidikan. 4. Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dasar pemikiran dan

kepantasan dari praktik-praktik belajar mengajar, memperbaiki pemahaman dari proses pembelajaran, serta memperbaiki situasi atau lembaga tempat praktik tersebut dilakukan.

Berdasarkan keempat ide pokok di atas, dapat di simpulkan bahwa PTK adalah pencermatan yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat didalamnya, dengan menggunakan refleksi diri dan bertujuan untuk melakukan perbaikan di berbagai aspek pembelajaran. Secara umum terdapat empat langkah dalam melakukan PTK, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Berikut adalah gambaran keempat langkah dalam PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Suyadi 2013: 49).

(67)

1. Tahap I : Perencanaan

Langkah pertama adalah melakukan perencanaan secara matang dan teliti. Dalam perencanaan PTK, terdapat tiga kegiatan dasar, yaitu identifikasi masalah, merumuskan masalah, dan pemecahan masalah. a. Identifikasi Masalah

Langkah pertama dalam menyusun rencana PTK adalah melakukan identifikasi permasalahan. Identifikasi yang tepat akan mengarahkan hasil penelitian sehingga dapat bermanfaat bagi peningkatan hasil belajar siswa. Sebaliknya, identifikasi masalah yang keliru hanya akan membuat penelitian menjadi sia-sia di samping memboroskan waktu dan biaya. Masalah yang diangkat adalah masalah yang dapat dilihat, dirasakan, didengar secara langsung oleh guru. Masalah yang hendak diteliti harus bisa di atasi dengan mempertimbangkan kemampuan peneliti, waktu, biaya, tenaga, sarana-prasarana, dan lain sebagainya.

Langkah-langkah yang dapat digunakan supaya identifikasi masalah dapat mengenai sasaran.

1) Masalah harus riil

Masalah yang diangkat adalah masalah yang dapat dirasakan, dilihat, dan didengar secara langsung oleh guru.

2) Masalah harus problematik

(68)

yang memadai, dan ada kewenangan untuk mengatasinya secara utuh.

3) Manfaatnya jelas

Hasil dari PTK harus dapat bermanfaat dengan jelas. Untuk mendapatkan manfaat PTK yang maksimal, hendaknya hasil dari PTK harus mampu menawab pertanyaan berikut. Apa yang akan terjai jika masalah tersebut dibirarkan ? apa yang akan terjadi apabila masalah tersebut dapat di atasi ? Dan, tujuan penidikan mana yang akan gagal jika masalah tersebut tidak teratasi ?

4) Masalah harus fleksibel

Masalah yang hendak diteliti harus bisa di atasi dengan mempertimbangkan kemampuan peneliti, waktu, biaya, tenaga, sarana dan prasarana, dll.

b. Analisis Penyebab Masalah dan Merumuskannya

Langkah kedua dalam merencanakan PTK adalah menganalisis berbagai kemungkinan penyebab munculnya permasalahan yang diangkat. Banyak cara yang dapat digunakan untuk menemukan penyebab masalah. Beberapa diantaranya adalah dengan menyebar angket kepada siswa, mewawancarai siswa, observasi langsung, dll. c. Ide untuk Memecahkan Masalah

(69)

Peneliti harus mempunyai dukungan teori atau referensi rujukan atas tinakan yang akan dikenakan kepada siswa. Sebab, PTK adalah kegiatan ilmiah sehingga tanpa adanya dukungan teori yang memadai, sebaik apapun tindakan guru, maka hal itu tidak akan dianggap sebagai perilaku ilmiah.

2. Tahap II : Acting (Pelaksanaan)

Tahap kedua dari PTK adalah pelaksanaan. Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak dikelas. Hendaknya perlu diingat bahwa, pada tahap ini, tindakan harus sesuai dengan rencana, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak direkayasa. Hal ini tidak akan berpengaruh dalam proses refleksi pada tahap empat nanti dan agar hasilnya apat disinkronkan dengan maksud semula.

3. Tahap III : Observation (Pengamatan)

Tahap ketiga dalam PTK adalah pengamatan (observing). Prof. Supardi menyatakan bahwa observasi yang dimaksud pada tahap III adalah pengumpulan data. Dengan kata lain, observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada langkah ini, peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara mengumpulkan, dan alat atau instrument pengumpulan data.

4. Tahap IV : Refleksi

(70)

pelaksanaan tinakan telah selesai dilakukan. Refleksi akan lebih efektif jika antara guru yang melakukan tindakan berhaapan langsung atau diskusi dengan pengamat atau kolabolator. Tetapi, apaila PTK dilakukan secara sendirian, maka refleksi yang paling efektif adalah berdialog dengan diri seniri untuk mengetahui sisi-sisi pembelajaran yang harus dipertahankan dan sisi-sisi lain yang harus diperbaiki.

B. Subyek dan Obyek Penelitian

Subjek dalam penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah 32 siswa kelas 8A peminatan olahraga SMP N 1 Kalasan. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 8A khusus olahraga SMP N 1 Kalasan pada materi kubus dan balok.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP N 1 Kalasan Jalan Jogja-Solo KM 14, Glondong, Tirtomartani, Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55571. Pelaksanaan penelitian dan pengambilan data akan dilaksanakan pada bulan Maret – April 2017.

D. Rancangan Penelitian

1. Rancangan Penelitian Siklus I a. Perencanaan

(71)

1. Peneliti melakukan observasi proses pembelajaran matematika di kelas VIII A

2. Peneliti mengidentifikasi masalah yang terdapat di kelas 8Aberdasarkan hasil observasi.

3. Menentukan topik yang sesuai pada kompetensi dasar yang bermasalah berdasarkan hasil observasi.

4. Menysusn Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP

5. Menyusun lembar pengamatan selama pertemuan berlangsung 6. Membuat LKS, serta media dalam pelaksanaan proses

pembelajaran memnggunakan metode Snowball Throwing.

7. Menyusun kisi-kisi dan angket persepsi an kesan siswa selama mengikuti proses pembelajaran

8. Menyusun kisi-kisi dan instrument tes pada akhir siklus.

b. Pelaksanaan Tindakan

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan ini adalah :

1) Peneliti mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti proses pembelajaran

2) Guru mempresensi siswa dan memberikan motivasi terkait materi yang akan disampaikan.

(72)

5) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok dan meminta setiap ketua kelompok maju kedepan guna menerima penjelasan tentang materi.

6) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompok asalnya dan kemudan menjelaskan materi yang disampaikan guru kepada temannya.

7) Kemudian setiap siswa masing-masing diberi lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan sesuai dengan topiknya masing-masing. 8) Lembar jawab tersebut dilipat dan dimasukkan kedalam bola yang

sudah disediakan oleh guru dan siswa diminta untuk melemparkan bola tersebut sesuai dengan arahan guru.

9) Setelah siswa memperoleh salah satu bola yang berisi pertanyaan dari teman lainnya, siswa tersebut diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut secara bergantian.

10)Evaluasi 11)Penutup.

c. Pengamatan (Observasi)

(73)

1) Kondisi pada saat proses pembelajaran. 2) Keaktifian siswa selama proses pembelajaran.

3) Tingkat keseriusan siswa selama proses pembelajaran. d. Refleksi

Hal-hal yang dilakukan pada proses refleksi ini adalah :

1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti. Mulai dari evaluasi mutu, jumlah dan waktu selama proses tindakan dilakukan.

2) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi yang dituangkan pada rencana tinakan pada siklus berikutnya. Serta evaluasi tindakan I ini meiputi interpretasi hasil analisis data, pengambilan keputusan terhadap jawaban permasalahan, dan lian-lain.

2. Rancangan Penelitian Siklus II a. Perencanaa Lanjutan

1) Hasil analisis dan refleksi pada siklus I akan menjadi pertimbangan bagi peneliti, apakah proses yang dilakukan pada siklus I sudah dapat mengatasi persoalan belajar siswa.

(74)

b. Pelaksanaan tindakan

Tindakan dilakukan dengan menggunakan panduan perencanaan yang telah dibuat dan dalam pelaksanaannya bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan. Peneliti menggunakan RPP dalam kegiatan pembelajaran terhadap siswa yang sama dan tidak jauh berbeda dengan siklus I. adapun kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran ini adalah :

1) Melaksanakan skenario seperti pada RPP

2) Menjelaskan dengan singkat tujuan pembelajaran yang akan dijalani siswa dengan memotivasi siswa teknik pembelajaran yang akan digunakan.

3) Mencatat jalnnya kegiatan pembelajaran pada lembar observasi.

4) Pada tahap terakhir pembelajaran, siswa diberikan tes tertulis.

c. Pengamatan (Observasi)

(75)

d. Refleksi

Pada tahap ini, peneliti mencoba memahami kembali hasil pengamatan terhaap siswa, serta analisis data dari pelaksanaan tindakan berupa lembar pengamatan, serta tes akhir siklus untuk pengambilan keputusan sebagai akhir dari siklus II. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di atas, maka peneliti dapat melihat indikator keberhasilan dari tiga aspek berikut :

1) Terjadinya peningkatan penguasaan materi pembelajaran yang inyatakan engan prosentasi kenaikan siswa dari jumlah siswa.

2) Penelitian akan dinyatakan berhasil apabila sekurang-kurangnya dari jumlah siswa mengalami kenaikan nilai dari rata-rata awal yang suah ditetapkan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Penyususnan instrument penelitian akan sangat mudah kalau peneliti betul-betul memahami apa yang ditelitinya (Imas & Berlin, 2014:47)

Ada beberapa langkah yang dipergunakan alam menyusun instrument penelitian, diantaranya:

1. Menganalisis variabel penelitian.

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan pengajaran dan pembelajaran
Tabel 2.2 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Gambar di bawah ini merupakan model dari kerangka kubus
Gambar 2.2 Model jaring-jaring kubus
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK TETAPI TERMASUK DALAM PEREDARAN USAHA. JUMLAH (3a

Potensi Jerami Padi untuk Perbaikan Sifat Fisik Tanah pada Lahan Sawah Terdegradasi, Lombok Barat.. Balai

1) Metode AHP dapat digunakan untuk penyeleksian penerimaan asisten laboratorium pada AMIK-STIKOM Tunas Bangsa Pematangsiantar. Dengan perhitungan menggunakan metode

Hal ini dapat terjadi karena meskipun tingkat pengetahuan ibu baik ada faktor lain yang mempengaruhi ibu dalam memberikan MPASI pada bayinya, yaitu faktor budaya setempat,

Di Malaysia cerita kancil dipertahankan melalui film animasi berjudul “Pada Zaman Dahulu” yang dapat dinikmati oleh anak-anak Malaysia-Indonesia sebagai sebuah hiburan

Iriawan mengajak PJU Polda Bali, Staf Asops dan seluruh anggota yang berada di Polres Karangasem untuk makan bersama menikmati apa yang beliau masak bersama Polwan dan Bhayangkari

1) Untuk memperbaiki terms of trade (TOT). 2) Untuk melindungi industri yang baru tumbuh ( infant industry ) terhadap persaingan industri luar negeri yang lebih besar dan

Beberapa ciri cyberculture yang berkembang di Indonesia dapat diketahui sebagai berikut : komunikasi global berkembang sangat cepat, meretas batasan jarak dan waktu, dapat dilihat