• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat untuk siswa kelas IV sekolah dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat untuk siswa kelas IV sekolah dasar"

Copied!
223
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN TES

HASIL BELAJAR MATEMATIKA

KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN MASALAH YANG

BERKAITAN DENGAN SATUAN WAKTU, PANJANG DAN

BERAT UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Rosaliana Wahyu Setiani Dewi NIM: 131134189

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

1. Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas berkat dan cinta kasihnya-Nya sehingga semua dapat berjalan dengan lancar.

2. Orang tua saya, Bapak Antonius Sutiyanta, Mama Yulita Wahyu Utami, Papa Antonius Toni Lotong dan Mama Sarmi yang dengan tulus selalu memberi dukungan doa, semangat, perhatian, nasihat dan materi.

3. Adik saya, Giovani Babtista Bayu Indrayanto yang selalu menghibur dikala stres.

4. Sahabat-sahabat saya, Anggi, Windha, Anjut dan Bu Fani yang telah memberikan semangat dan nasehat kepada saya.

5. Teman-teman seperjuangan payung, Anggi, Melati, Lilis, Amel dan Yuda yang selalu menguatkan saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman PGSD angkatan 2013 kelas A dan D yang selalu ada, saling menghibur, saling mendukung dan saling berbagi selama proses belajar di PGSD Sanata Dharma.

(5)

v MOTTO

PERCAYAKAN PADA TUHAN, LAKUKAN YANG TERBAIK

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 6 Februari 2017

Penulis

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:

Nama : Rosaliana Wahyu Setiani Dewi

Nomor Mahasiswa :131134189

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI

DASAR MENYELESAIKAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN

SATUAN WAKTU, PANJANG DAN BERAT UNTUK SISWA KELAS IV

SEKOLAH DASAR.

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk perangkat data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk keperluan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 6 Februari 2017 Yang menyatakan

(8)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN

SATUAN WAKTU, PANJANG DAN BERAT UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR soal yang telah memiliki kualitas butir soal yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar matematika Kompetensi Dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat siswa kelas IV SD, (2) mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat siswa kelas IV SD.

Penelitian pengembangan tes hasil belajar ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan Borg and Gall yaitu melalui 7 langkah dari 10 langkah. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVA dan IVB SD Negeri Caturtunggal 4.

Hasil dari penelitian dan pengembangan ini menunjukkan (1) langkah-langkah penelitian dan pengembangan melalui 7 langkah yaitu langkah (a) potensi masalah, (b) pengumpulan data, (c) desain produk, (d) validasi desain, (e) revisi desain, (f) uji coba produk dan (g) revisi produk. (2) hasil analisis butir soal 60 butir soal diperoleh (a) 32 soal valid atau 55% soal valid, (b) soal termasuk reliabel, (c) daya pembeda dengan kategori “sangat memuaskan” pada 27 soal (84%) dan 5 soal (16%) dengan

kategori “memuaskan” (d) tingkat kesukaran butir soal yaitu 7 soal (22%) termasuk

dalam kategori mudah, 22 soal (69%) termasuk dalam kategori sedang dan 3 soal (9%) termasuk dalam kategori sukar,(e) terdapat 11 option yang tidak berfungsi dan dilakukan revisi. Soal-soal yang telah berkualitas baik kemudian disusun menjadi satu dalam sebuah prototype.

(9)

ix ABSTRACT

THE BASIC COMPETENCE OF MATHEMATICS ASSESMENT DEVELOPMENT TO SOLVE THE PROBLEMS RELATED TO THE UNIT

OF TIME, LENGTH, AND WEIGHT FOR FOURTH GRADE STUDENTS

Rosaliana Wahyu Setiani Dewi Sanata Dharma University

2017

The background of study is the existence of potentials and problems faced by the teachers in making the assesment and the teachers’ needs for the questions which have a good quality. This objectives of the study are: (1) describing the steps of the basic competence mathematics assesment development to solve the problems related to the unit of time, length, and weight for fourth grade students, (2) describing the product quality of mathematics basic competence test result to solve the problems related to the unit of time, length, and weight for fourth grade students.

This research uses research and development method (R&D) by Borg and Gall which have 7 out of 10 steps. The subject of the research are the fourth students of Class IVA and IV B SD Negeri Caturtunggal 4.

The research and development result shows (1) there are 7 steps of research and development, which are (a) potential problems, (b) data collection, (c) product design, (d) design validation, (e) design revision, (f) testing product, (g) product revision (2) the analysis of 60 questions shows (a) there are 33 valid questions or 55% valid questions, (b) the questions are reliable, (c) the analysis of different level

will be given “ very good” category for 27 questions (84%) and “good” category for 5 questions (16%) (d) the level of difficult questions are 7 easy questions (22%), 22 moderate questions (69%), and 3 difficult questions (9%) (e) there are 11 options which are not functional and revised. The qualified questions will be arrange as one part of prototype

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:

“PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN MASALAH YANG

BERKAITAN DENGAN SATUAN WAKTU, PANJANG DAN BERAT

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR”

Dalam pembuatan skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut andil, yaitu:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si, M.Pd. selaku Kaprodi PGSD. 3. Bapak Apri Damai Sagita.K, S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD.

4. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku pembimbing I yang telah membimbing secara aktif dan menyeluruh sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Ibu Maria Agustina Amelia, S.Si, M.Pd. selaku pembimbing II yang selalu memberi pengarahan, kritik dan saran sehingga memperkaya peneliti. 6. Kepala Sekolah Caturtunggal 4 Yogyakarta yang dengan tangan terbuka

telah bekerjasama dan memberikan izin penelitian di sekolah.

7. Guru kelas IV SDN Caturtunggal 4 Yogyakarta yang telah mengizinkan dan membantu selama proses penelitian.

8. Siswa kelas IV SDN Caturtunggal IV Yogyakarta yang telah berpartisipasi dan memberikan waktu kepada peneliti.

9. Para validator yang terlibat dalam menyukseskan penelitian ini.

10.Orang tua saya yang telah memberikan dukungan materi maupun moril. 11.Semua pihak yang terlibat, terimakasih untuk bantuan, dukungan dan

(11)

xi

“Tak ada gading yang tak retak”, maka penulis mengharapkan saran dan

kritik yang membangun dari berbagai pihak supaya skripsi ini dapat diperbaiki sehingga bermanfaat bagi para guru dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 6 Februari 2017 Penulis

(12)

xii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E.Manfaat Penelitian ... 6

F.Definisi Operasional ... 7

G.Spesifikasi Produk ... 8

BAB II LANDASAN TEORI... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

1. Tes Hasil Belajar ... 10

a. Definisi Tes ... 10

b. Definisi Tes Hasil Belajar ... 11

c. Bentuk Tes Hasil Belajar ... 11

d. Macam-Macam Tes Hasil Belajar Objektif ... 12

(13)

xiii

f. Kaidah Penulisan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda ... 14

g. Kelebihan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda ... 19

h. Kekurangan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda ... 21

2. Konstruksi Tes Hasil Belajar ... 22

a. Validitas ... 22

b. Reliabilitas ... 24

c. Karakteristik Butir Soal ... 24

1) Daya Pembeda ... 24

2) Tingkat Kesukaran ... 25

3) Analisis Pengecoh ... 26

3. Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 27

4. Matematika ... 33

5. Kompetensi Dasar ... 34

6. Taksonomi Tes Hasil Belajar ... 35

B. Penelitian Relevan ... 39

C. Kerangka Berpikir ... 44

D. Pertanyaan Penelitian... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

A. Jenis Penelitian ... 47

1. Potensi dan Masalah ... 53

2. Pengumpulan Data ... 53

D. Teknik Pengumpulan Data ... 56

(14)

xiv

F. Teknik Analisis Data ... 62

1. Data Kualitatif ... 62

2. Data Kuantitatif ... 63

a. Kuesioner ... 63

b. Validitas ... 64

c. Reliabilitas ... 65

d. Analisis Daya Pembeda ... 67

e. Analisis Tingkat Kesukaran ... 68

f. Analisisis Pengecoh ... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71

A. Hasil Penelitian ... 71

1. Prosedur Pengembangan Tes ... 71

a. Potensi dan Masalah ... 71

b. Pengumpulan Data ... 72

2. Hasil Produk Tes Hasil Belajar Matematika ... 75

a. Hasil Uji Validitas ... 75

b. Hasil Uji Reliabilitas ... 77

c. Hasil Uji Daya Beda ... 77

d. Hasil Uji Tingkat Kesukaran ... 79

e. Hasil Uji Pengecoh ... 81

B. Pembahasan ... 84

1. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan ... 84

(15)

xv

b. Pengumpulan Data ... 86

c. Desain Produk ... 86

d. Validasi Desain ... 87

e. Revisi Desain ... 88

f. Uji Coba Produk ... 89

g. Revisi Produk ... 90

2. Kualitas Produk Tes Hasil Belajar ... 92

a. Hasil Uji Analisis Validitas ... 92

b. Hasil Uji Analisis Reliabilitas ... 93

c. Hasil Uji Analisis Daya Pembeda ... 94

d. Hasil Uji Analisis Tingkat Kesukaran ... 95

e. Hasil Uji Analisis Pengecoh ... 96

1) Soal Tipe A ... 97

2) Soal Tipe B ... 98

f. Hasil Soal Berkualitas Baik ... 100

BAB V PENUTUP ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Keterbatasan Penelitian ... 103

C. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105

LAMPIRAN ... 107

(16)

xvi

DAFTAR BAGAN

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan Guru ... 59

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Validasi ... 60

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes hasil Belajar Matematika ... 61

Tabel 3.4 Kategori Skor Kuesioner ... 63

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas ... 66

Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda ... 68

Tabel 3.7 Kriteria Indeks Kesukaran ... 69

Tabel 4.1 Daftar Penelitian Validator ... 73

Tabel 4.2 Saran Validator ... 74

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Soal Tipe A ... 75

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Soal Tipe B ... 76

Tabel 4.5 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tipe A ... 77

Tabel 4.6 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tipe B ... 78

Tabel 4.7 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe A ... 79

Tabel 4.8 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe B ... 80

Tabel 4.9 Hasil Uji Pengecoh Soal Tipe A ... 81

Tabel 4.10 Hasil Uji Pengecoh Soal Tipe B ... 82

Tabel 4.11 Daftar Revisi Pengecoh yang Tidak Berfungsi Soal Tipe A ... 90

Tabel 4.12 Daftar Revisi Pengecoh yang Tidak Berfungsi Soal Tipe B ... 91

Tabel 4.13 Hasil Uji Analisis Pengecoh Soal Tipe A... 97

(18)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Melakukan Penelitian ... 108

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 109

Lampiran 3. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan Guru ... 110

Lampiran 4. Tabel Spesifikasi ... 118

Lampiran 5. Soal Uji Coba Tipe A ... 158

Lampiran 6. Soal Uji Coba Tipe B ... 168

Lampiran 7. Surat Izin Validasi Produk ... 178

Lampiran 8. Hasil Validasi ... 181

Lampiran 9. Rekapan Jawaban Siswa Soal Tipe A ... 190

Lampiran 10. Rekapan Jawaban Siswa Soal Tipe A ... 192

Lampiran 11. Daftar Presensi Siswa Yang Mengikuti Uji Coba ... 194

Lampiran 12. Hasil Analisis Menggunakan TAP Soal Tipe A ... 196

Lampiran 13. Hasil Analisis Menggunakan TAP Soal Tipe B ... 202

(19)

1 BAB I

PEDAHULUAN

Bab I ini akan membahas latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk dan definisi operasional

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis. Tanpa pendidikan, manusia tidak bisa berbuat apa-apa dalam hidupnya sehingga mereka akan mengalami kesulitan dalam memecahkan persoalan hidup atau melaksanakan tugas dalam kehidupan sehari-hari (Ahmadi, 2014: 49).

(20)
(21)

oleh seorang ahli sesuai dengan standar kriteria yang telah ditentukan. Evaluasi hasil belajar berarti pengambilan keputusan berdasarkan hasil dari pengukuran kemampuan kognitif anak yang telah dilakukan oleh seorang guru sesuai dengan standar kriteria yang telah ditentukan (Purwanto, 2014: 1). Terdapat dua teknik evaluasi yaitu teknik non tes dan teknik tes. Widoyoko (2016: 57) mengemukakan tes adalah sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes. Terdapat beberapa tipe tes dalam mengukur kemampuan kognitif seseorang, salah satunya adalah pilihan ganda. Arikunto (2013: 72) mengemukakan bahwa sebuah tes dikatakan baik sebagai alat ukur jika memiliki validitas dan reliabilitas. Widoyoko (2014: 131) menambahkan bahwa karakteristik butir soal mencakup taraf kesukaran, daya pembeda, serta analisis pengecoh sebagai syarat tes dapat dikatakan baik.

Namun dalam melakukan evaluasi masih banyak guru yang tidak membuat soal sendiri atau pun mengambil soal-soal dari referensi lain yang mereka miliki dan para guru pun tidak melakukan analisis validitas dan reliabilitas, taraf kesukaran, daya pembeda, serta analisis pengecoh dari soal-soal yang diujicobakan. Suatu tes yang baik diperlukan karena tes yang baik dapat mengukur kemampuan siswa secara tepat.

(22)
(23)

Berdasarkan analisis kebutuhan yang dilakukan, guru merasa kesulitan untuk membuat soal pada materi pengukuran sehingga peneliti menggunakan materi pengukuran sebagai materi yang akan dikembangkan untuk dijadikan prototype tes hasil belajar. Setelah mendapatkan materi yang dianggap sulit oleh guru, kemudian peneliti mencari kompetensi dasar matematika kelas 4 semester 1 yang berkaitan dengan materi pengukuran. Tes hasil belajar yang dikembangkan berbentuk pilihan ganda karena guru jarang membuat soal berbentuk pilihan ganda dan soal pilihan ganda sering digunakan pada saat ujian nasional.

Berdasarkan kebutuhan guru maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan yang berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan Satuan Waktu, Panjang dan Berat untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.

(24)

B. Pembatasan Masalah

Penelitian ini memiliki batasan masalah yaitu:

1. Alat ukur yang dikembangkan mengukur ranah kognitif dari Taksonomi Bloom yaitu mengingat, menerapkan, menganalisis, menilai/mengevaluasi dan mencipta.

2. Alat ukur untuk mata pelajaran matematika pada kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat siswa kelas IV SD.

3. Tes yang dilakukan berbentuk pilihan ganda dengan empat option jawaban.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana mengembangkan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat siswa kelas IV SD?

(25)

D. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat siswa kelas IV SD.

2. Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat siswa kelas IV SD.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan menggali kemampuan siswa berdasarkan kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat serta pengetahuan tingkat kemampuan siswa sampai ranah kognitif mencipta. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman dalam mengembangkan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat serta melakukan analisis butir soal untuk mengetahui kualitasnya.

b. Bagi Guru

(26)

satuan waktu, panjang dan berat serta yang sudah diketahui kualitasnya.

c. Bagi Siswa

Memperoleh pengalaman dalam mengerjakan soal pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat dari ranah kognitif mengingat sampai dengan mencipta.

d. Bagi Sekolah

Dapat menambah bahan bacaan terkait pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat.

F. Definisi Operasional

1. Tes adalah suatu alat ukur berupa pertanyaan maupun pernyataan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang.

2. Tes hasil belajar adalah suatu tes yang diberikan kepada siswa untuk mengukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang sudah diajarkan.

3. Tes pilihan ganda adalah sebuah tes yang menyediakan beberapa pilihan jawaban yang harus dipilih oleh peserta tes untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

(27)

5. Reliabilitas adalah keajegan suatu alat ukur yang jika digunakan berkali-kali akan menghasilkan hasil yang sama.

6. Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai.

7. Tingkat kesukaran dilihat dari kemampuan siswa dalam menjawab soal, jika 50% siswa dapat menjawab benar maka soal tersebut dikategorikan sebagai soal yang mudah, namun jika soal tersebut hanya mampu dijawab benar oleh 1 orang siswa maka soal tersebut dikategorikan sukar. Semakin banyak siswa dapat menjawab dengan benar soal tersebut maka soal tersebut mudah, namun semakin sedikit atau bahkan tidak ada satupun siswa yang mampu menjawab dengan benar maka soal tersebut sukar.

8. Pengecoh adalah pilihan jawaban selain kunci jawaban. Pengecoh dibuat agar peserta yang kurang memahami materi dapat tertarik untuk memilih jawaban selain kunci jawaban.

9. Matematika adalah ilmu yang terkait dengan bilangan, hubungan antar bilangan yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumen serta dapat memberikan kontribusi untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan melakukan kegiatan matematika seperti menghitung, menempatkan, mengukur, mendesain, bermain dan menjelaskan.

(28)

G. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang dikembangkan adalah:

1. Instrumen tes hasil belajar kognitif kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat berbentuk soal pilihan ganda dengan empat option jawaban.

2. Instrumen pilihan ganda dilengkapi dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, soal, option jawaban, kunci jawaban, ranah kognitif yang diukur dan tingkatan kesukaran.

3. Instrumen pilihan ganda sudah diuji validitas isi melalui validasi ahli (expert judgment).

4. Instrumen pilihan ganda sudah diuji validitas empiris melalui uji coba lapangan dan uji validitas berdasarkan pada taraf 5%.

5. Instrumen pilihan ganda sudah diuji reliabilitasnya.

6. Instrumen pilihan ganda sudah diuji daya pembeda, instrumen tes memiliki daya pembeda dengan kategori memuaskan (rentang 0,30-0,39), dan sangat memuaskan (rentang 0,40-1,00).

(29)

8. Tingkat kesukaran instrumen pilihan ganda sudah diuji analisis pengecohnya. Pengecoh dapat dikatakan berfungsi jika dipilih oleh 5% peserta tes.

9. Instrumen pilihan ganda disusun menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan sesuai EYD (penggunaan tanda baca, huruf kapital, kata depan

(30)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini akan dijelaskan kajian pustaka, kerangka berpikir dan pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian

A

. Kajian Pustaka 1. Tes Hasil Belajar

a. Definisi Tes

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2012: 67). Menurut Widoyoko (2016: 57) tes adalah sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes.

(31)

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat ukur berupa pertanyaan maupun pernyataan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang.

b. Definisi Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar merupakan tes penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh siswa (Purwanto, 2016: 66). Selain pendapat di atas, Masidjo (1995: 40) juga mengemukakan bahwa tes hasil belajar suatu tes yang mengukur prestasi seseorang dalam suatu bidang sebagai hasil proses belajar yang khas, yang dilakukan sengaja dalam bentuk pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar adalah suatu tes yang diberikan kepada siswa untuk mengukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang sudah diajarkan.

c. Bentuk Tes Hasil Belajar

(32)

Masidjo (1995: 46) tes esai adalah suatu tes yang memberi kesempatan siswa untuk mengorganisasikan jawabannya secara bebas sesuai dengan kemampuannya dengan bahasannya sendiri atas sejumlah item yang relatif kecil dan tuntutan jawaban yang benar, relevan, lengkap, berstruktur dan jelas. Mardapi (2008: 70) mengemukakan tes subjektif adalah yang sistem penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor.

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif (Arikunto, 2012: 179). Masidjo (1995: 47) mengemukakan tes objektif adalah tes yang telah menyediakan sejumlah jawaban, sehingga siswa tinggal memilih satu jawaban benar dari sejumlah jawaban yang tersedia dari sejumlah besar item. Mardapi (2008: 69-70) mengungkapkan bahwa objektifitas dalam tes objektif dilihat dari sistem penskorannya, siapa saja yang memeriksa lembar jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk tes dikategorikan menjadi dua jenis yaitu tes subjektif dan tes objektif.

d. Macam-Macam Tes Hasil Belajar Objektif

(33)

suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap, untuk melengkapinya peserta tes harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Tes menjodohkan adalah tes yang terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban, masing-masing pertanyaan mempunyai jawabannya yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas dari peserta tes adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya. Tes isian adalah tes yang terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan.

(34)

e.

Tes Pilihan Ganda

Tes pilihan ganda adalah tes yang terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap, untuk melengkapinya peserta tes harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Tes pilihan ganda terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (options). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor) (Arikunto, 2012: 181).

Widoyoko (2016: 61) mengemukakan tes pilihan ganda adalah tes di mana setiap butir soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari satu. Senada dengan pendapat ahli sebelumnya, Sulistyorini (2009: 105) mengemukakan bahwa tes pilihan ganda atau multiple choicetest terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap, untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan dimana setiap butir soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari satu. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tes pilihan ganda adalah sebuah tes yang menyediakan beberapa pilihan jawaban yang harus dipilih oleh peserta tes untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

f.

Kaidah Penulisan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda

(35)

untuk menghasilkan butir soal pilihan ganda yang baik maka dalam menyusun butir soal pilihan ganda perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:

a) Inti permasalahan harus dicantumkan dalam rumusan pokok soal, sehingga dengan membaca pokok soal siswa sudah dapat menentukan jawaban sebelum dilanjutkan membaca pilihan jawaban.

b) Hindari pengulangan kata-kata yang sama dalam pilihan. Peniadaan pengulangan kata berarti menyangkut waktu menulis dan membaca serta menghemat tempat.

c) Hindari rumusan kata yang berlebihan. Tidak selalu penjelasan terinci mempermudah pengertian. Terkadang justru dapat membingungkan dan mengaburkan pengertian. Rumusan yang baik adalah rumusan yang berisi, padat dan jelas.

d) Kalau pokok soal merupakan pernyataan yang belum lengkap, maka kata atau kata-kata yang melengkapi harus diletakkan pada ujung pernyataan, bukan ditengah-tengah kalimat.

e) Susunan alternatif jawaban dibuat teratur dan sederhana. Cara menyusun alternatif jawaban disusun berderet dari atas ke bawah. Kalau yang dideretkan itu terdiri dari satu kata, urutan ke bawah dibuat berdasarkan alfabet. Kalau yang dideretkan bilangan, urutan ke bawah berdasarkan bilangan yang yang makin bertambah besar atau makin menurun dan diurutkan berdasarkan panjang kalimat.

(36)

g) Hindari jawabann yang benar selalu ditulis lebih panjang dari jawaban yang salah.

h) Hindari adanya petunjuk/indikator pada jawaban yang benar. i) Gunakan tiga atau lebih alternatif jawaban.

j) Pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang bermakna tidak pasti, misalnya: kebanyakan, sering kali, kadang-kadang dan sejenisnya.

k) Pokok soal sedapat mungkin dalam pernyataan atau pertanyaan positif. Jika terpaksa menggunakan pernyataan negatif maka kata negatif digarisbawahi, cetak miring atau ditulis tebal.

Pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk pilihan ganda menurut Mardapi (2008: 72) adalah:

a) Pokok soal harus jelas.

b) Pilihan jawaban homogen dalam arti isi. c) Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama. d) Tidak ada petunjuk jawaban benar.

e) Hindari menggunakan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah.

f) Pilihan jawaban angka diurutkan. g) Semua pilihan jawaban logis. h) Jangan menggunakan negatif ganda.

(37)

j) Bahasa Indonesia yang digunakan baku.

k) Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.

Selain itu, Arikunto (2012: 185-187) mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tes pilihan ganda adalah:

a) Instruksi pengerjaannya harus jelas, dan bila perlu disertai contoh mengerjakannya.

b) Dalam multiple choicehanya ada “satu” jawaban benar.

c) Kalimat pokoknya hendaknya mencangkup dan sesuai dengan rangkaian mana pun dapat dipilih.

d) Kalimat pada setiap butir soal hendaknya sesingkat mungkin.

e) Usahakan menghindarkan penggunaan bentuk negatif dalam kalimat pokoknya.

f) Kalimat pokok dalam setiap butir soal, hendaknya tidak tergantung pada butir-butir soal lain.

g) Gunakan kata-kata: “manakah jawaban paling baik”, “pilihlah satu

yang pasti lebih baik dari yang lain”, bila terdapat lebih dari satu

jawaban yang benar.

h) Jangan membuang bagian pertama dari suatu kalimat.

i) Dilihat dari segi bahasanya, butir-butir soal jangan terlalu sukar. j) Tiap butir soal hendaknya hanya mengandung satu ide. Meskipun ide

tersebut dapat kompleks.

(38)

l) Susunlah agar jawaban mana pun mempunyai kesesuaian tata bahasa dengan kalimat pokoknya.

m) Alternatif yang disajikan hendaknya agak seragam dalam panjangnya, sifat uraiannya maupun taraf teknis.

n) Alternatif-alternatif yang disajikan hendaknya agak bersifat homogen mengenai isinya dan bentuknya.

o) Buatlah jumlah alternatif pilihan ganda sebanyak empat, bilamana terdapat kesukaran, buatlah pilihan-pilihan tambahan untuk mencapai jumlah empat tersebut. Pilihan-pilihan tambahan hendaknya jangan terlalu gampang diterka karena bentuknya atau isi.

p) Hindarkan pengulangan suara atau pengulangan kata pada kalimat pokok dialternatif-alternatifnya, karena anak akan cenderung memilih alternatif yang mengandung pengulangan tersebut.

q) Hindarkan menggunakan susunan kalimat dalam buku pelajaran. r) Alternatif-alternatif hendaknya jangan tumpang-tindih, jangan inklusif

dan jangan sinonim.

s) Jangan gunakan kata-kata indikator seperti selalu, kadang-kadang, pada umumnya.

(39)

pilihan jawaban angka diurutkan, (8) semua pilihan jawaban logis, (9) jangan menggunakan negatif ganda, (10) kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes, (11) menggunakan bahasa indonesia yang baku, (12) letak pilihan jawaban ditentukan secara acak, (13) hanya ada satu jawaban benar, (14) jangan membuang bagian pertama dari suatu kalimat dan (15) hindari menggunakan susunan kalimat dalam buku pelajaran.

g.

Kelebihan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda

Menurut Widoyoko (2016: 74-77) kelebihan tes pilihan ganda adalah sebagai berikut:

a) Butir soal tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur segala level tujuan pembelajaran, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, kecuali tujuan yang berupa kemampuan mendemonstrasikan dan keterampilan menyatakan sesuatu secara ekspresif.

b) Setiap perangkat tes yang menggunakan butir soal pilihan ganda sebagai alat ukur dapat menggunakan jumlah butir soal yang relatif banyak dan karena itu penarikan sampel pokok bahasan yang akan diujikan dapat lebih luas.

(40)

d) Tipe butir soal dapat disusun sedemikian rupa sehingga menuntut kemampuan peserta tes untuk membedakan berbagai tingkatan kebenaran sekaligus.

e) Tipe butir soal pilihan ganda memungkinkan dilakukan analisis butir soal secara baik. Butir-butir dapat disusun dengan dilakukan uji coba terlebih dahulu. Bila dalam uji coba butir soal tersebut ternyata ada kelemahan (setelah dianalisis) maka dapat dilakukan perbaikan.

f) Tingkat kesukaran butir soal dapat diatur, dengan mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban.

g) Informasi yang diberikan lebih kaya.

Selain itu, Suprananto (2012: 108) mengungkapkan beberapa kelebihan dari tes pilihan ganda yaitu:

a) Mampu mengukur tingkat kognitif.

b) Pemberian skor mudah, cepat, obyektif dan dapat mencangkup ruang lingkup materi yang luas dalam suatu tes untuk suatu kelas atau jenjang pendidikan.

c) Cocok untuk ujian yang jumlah pesertanya sangat banyak atau masal.

(41)

dilakukan analisis butir soal secara baik, (5) informasi yang diberikan lebih kaya dan (6) cocok untuk diujikan kepada jumlah peserta yang banyak.

h. Kekurangan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda

Menurut Widoyoko (2016: 76) kekurangan tes pilihan ganda adalah sebagai berikut:

a) Relatif lebih sulit dalam penyusunan butir soal. Kesulitan menemukan butir soal tipe pilihan ganda ini terutama untuk menemukan alternatif jawaban yang homogen.

b) Ada kecenderungan bahwa penyusun tes menyusun butir soal tipe ini dengan hanya menguji atau mengukur aspek ingatan atau aspek yang paling rendah dalam ranah kognitif.

c) Adanya pengaruh kebiasaan peserta tes terhadap tes bentuk pilihan ganda terhadap hasil tes peserta.

Selain itu, Suprananto (2012: 108) mengungkapkan beberapa keterbatasan dari tes pilihan ganda yaitu:

a) Memerlukan waktu yang relatif lama dalam penulisan soalnya.

b) Sulit dalam pembuatan pengecoh yang bersifat homogen dan berfungsi dengan baik.

c) Terdapat peluang untuk menebak jawaban.

(42)

2

. Konstruksi Tes Hasil Belajar a. Validitas

Surapranata (2004: 50) mengungkapkan bahwa validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas tes perlu ditentukan untuk mengetahui kualitas tes dalam kaitannya dengan mengukur hal yang seharusnya diukur. Sebuah tes yang baik dikatakan valid jika hasilnya sesuai dengan kriterium yaitu jika tes tersebut memiliki kesejajaran antara hasil tes dengan kriterium (Arikunto, 2012: 85).

Anderson (dalam Arikunto, 2012: 80) mengungkapkan sebuah tes dapat dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Sugiyono (2011: 121) mengungkapkan bahwa instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa validitas adalah ketepatan alat ukur untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (tepat sasaran).

Widoyoko (2014: 172-187) menjelaskan bahwa validitas instrumen dibagi menjadi lima jenis yaitu:

a) Validitas Isi (content Validity)

(43)

dapat mengukur kompetensi dasar yang dikembangkan beserta indikator dan materi pembelajarannya. Validitas isi berkaitan dengan sejauh mana sebuah butir tes mencangkup keseluruhan indikator kompetensi yang dikembangkan dengan materi yang ingin diukur. b) Validitas Konstruk (construct validity)

Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana sebuah instrumen mengukur pada sejauh mana sebuah instrumen mengukur suatu konsep dari suatu teori yang menjadi dasar dari penyusunan instrumen tersebut. Validitas konstruk dapat diuji dengan menggunakan pendapat para ahli (expert judgment). Instrumen disusun berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu kemudian selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli.

c) Validitas Butir Soal (item validity)

Validitas butir soal didapat dari data uji coba lapangan yang telah dilakukan peneliti.

d) Validitas Kesejajaran (concurrent validity)

Instrumen yang dikatakan memiliki validitas kesejajaran apabila hasilnya sesuai dengan kriteria yang sudah ada. Kriteria tersebut dapat berupa instrumen lain yang mengukur hal yang sama tetapi sudah diakui validitas tesnya contohnya tes yang sudah terstandar.

e) Validitas prediksi (predictive validity)

(44)

masa yang akan datang mengenai hal yang sama. Validitas prediktif diperoleh apabila pengambilan skor kriteria tidak bersamaan dengan pengambilan skor tes.

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil (Masidjo, 1995: 209). Arikunto (2012: 100) mengungkapkan bahwa reliabilitas adalah ketetapan hasil tes. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data yang sesuai dengan kenyataan. Sugiyono (2011: 121) memaparkan bahwa instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Dari beberapa pengertian para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah keajegan suatu alat ukur yang jika digunakan berkali-kali akan menghasilkan hasil yang sama.

c.

Karakteristik Butir Soal 1) Daya Pembeda

(45)

untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).

Sudjana (2009: 141) menjelaskan bahwa analisis daya pembeda bertujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinnya) dengan siswa yang tergolong kurang mampu (prestasinya). Masidjo (1995: 196) menyatakan bahwa daya pembeda adalah taraf jumlah jawaban benar siswa yang tergolong kelompok atas (pandai = upper group) berbeda dari siswa yang tergolong kelompok bawah (kurang pandai = lower group) untuk suatu item. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas maka menurut penulis daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai.

2) Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah (Arikunto, 2012: 223).

(46)

soal adalah penentuan proporsi dan kategori soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Perbandingan proporsi jumlah soal untuk tiga kategori tersebut didasarkan atas kurva normal. Sebagian besar soal berada pada kategori sedang, sebagian lagi berada pada kategori mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang. Perbandingan antara soal yang mudah-sedang-sukar dapat dibuat 3-4-3, 30% soal dengan kategori mudah, 40% soal dengan kategori sedang, dan 30% soal dengan kategori sukar.

Widoyoko (2014: 165) mengungkapkan bahwa tingkat kesukaran yang baik pada suatu tes adalah 25% mudah, 50% sedang, dan 25% sukar. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka menurut penulis tingkat kesukaran dilihat dari kemampuan siswa dalam menjawab soal, jika 50% siswa dapat menjawab benar maka soal tersebut dikategorikan sebagai soal yang mudah, namun jika soal tersebut hanya mampu dijawab benar oleh 1 orang siswa maka soal tersebut dikategorikan sukar. Semakin banyak siswa dapat menjawab dengan benar soal tersebut maka soal tersebut mudah, namun semakin sedikit atau bahkan tidak ada satupun siswa yang mampu menjawab dengan benar maka soal tersebut sukar.

3) Analisis Pengecoh

(47)

tidak memilih kunci jawaban, agar pengecoh dapat berfungsi dengan baik maka pengecoh dibuat semirip mungkin dengan kunci jawaban (Purwanto, 2014: 108).

Sudijono (2011: 410) mengungkapkan hal yang senada bahwa pengecoh adalah alternatif yang bukan merupakan jawaban yang digunakan agar peserta tes dapat tertarik dengan pengecoh jawaban tersebut. Semakin banyak peserta tes yang memilih pengecoh, maka pengecoh tersebut sudah menjalankan fungsinya. Sebaliknya apabila pengecoh yang dipasang tidak ada yang memilih maka pengecoh tersebut tidak berfungsi.

Pengecoh dapat dapat berfungsi dengan baik apabila pengecoh tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi peserta tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan. Suatu pengecoh dapat dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut tes (Arikunto: 2012: 233-234). Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka menurut penulis pengecoh adalah pilihan jawaban selain kunci jawaban. Pengecoh dibuat agar peserta yang kurang memahami materi dapat tertarik untuk memilih jawaban selain kunci jawaban.

3. Pengembangan Tes Hasil Belajar

(48)

soal, (6) memperbaiki tes, (7) merakit tes, (8) melaksanakan tes dan (9) menafsirkan hasil tes. Langkah-langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Menyusun spesifikasi tes

Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifikasi tes. Penyusunan spesifikasi tes mencangkup kegiatan menentukan tujuan tes, menyusun kisi-kisi tes, memilih bentuk tes dan menentukan panjang tes.

Berdasarkan tujuannya terdapat empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan yaitu tes penempatan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki peserta didik, tes diagnostik yang bertujuan mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik termasuk kesalahan pemahaman konsep, tes formatif yang bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran dan tes sumatif yang bertujuan untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik untuk mata pelajaran tertentu. Setiap tes memiliki fungsi yang berbeda-beda, oleh karena itu sebelum membuat tes, pembuat tes harus menentukan terlebih dahulu tujuan dari tes tersebut.

(49)

empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu menulis standar kompetensi dan kompetensi dasar, menentukan indikator, membuat daftar pokok bahasan subpokok bahasan yang akan diujikan dan menentukan jumlah butir soal tiap pokok bahasan.

Jika kisi-kisi telah disusun, maka selanjutnya adalah memilih bentuk tes. Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk tes objektif pilihan ganda sangat tepat digunakan bila jumlah peserta banyak, waktu koreksi singkat dan cakupan materi yang diujikan banyak.

Setelah pemilihan bentuk tes maka langkah selanjutnya adalah menentukan panjang tes. Panjang tes ditentukan berdasarkan cakupan materi yang akan diujikan. Pada umumnya, soal pilihan ganda dikerjakan dalam waktu 2 sampai 3 menit per butir soalnya. Namun, tingkat kesulitan soal juga mempengaruhi pengerjaan soal tersebut. 2. Menulis Soal

(50)

simpel. Soal yang tidak jelas dan terlalu bertele-tele akan menyebabkan interpretasi yang tidak tunggal dan juga membingungkan.

3. Menelaah soal tes

Setelah soal dibuat, perlu dilakukan telaah atas soal tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatannya masih ditemukan kekurangan atau kesalahan. Telaah soal ini sebaiknya dilakukan oleh orang lain, bukan si pembuat sendiri. Sering kali kelemahan dan kekurangan, baik dari tata bahasa maupun dari substansi, tidak terlihat oleh pembuat soal. Akan tetapi baik lagi jika telaah dilakukan oleh sejumlah orang yang terdiri dari para ahli yang secara bersama-sama dalam tim menelaah dan atau mengoreksi soal. Dengan telaah soal ini diharapkan dapat semakin memperbaiki kualitas soal yang terbentuk.

4. Melakukan uji coba tes

(51)

5. Menganalisis butir soal

Berdasarkan hasil uji coba perlu kiranya dilakukan analisis antara lain: tingkat kesulitan butir soal, daya pembeda, dan juga efektivitas pengecoh.

6. Memperbaiki tes

Setelah melakukan uji coba dan analisis maka langkah berikutnya adalah melakukan perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Langkah ini biasanya dilakukan setiap butir soal, yaitu memperbaiki masing-masing butir soal yang ternyata masih belum baik. Ada kemungkinan beberapa soal sudah baik sehingga tidak perlu direvisi, beberapa butir mungkin perlu direvisi, dan beberapa yang lain mungkin harus dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan.

7. Merakit tes

(52)

8. Melaksanakan tes

Pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya dibutuhkan pemantauan agar peserta tes menyelesaikan tes dengan jujur. Pelaksanaan tes juga harus dilakukkan dengan hati-hati agar tujuan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

9. Menafsirkan hasil tes

Hasil tes menghasilkan data kuantitatif berupa skor. Kemudian skor ditafsirkan menjadi nilai yaitu rendah, sedang dan tinggi.

Selain itu, Purwanto (2014: 83-94) menyatakan bahwa terdapat prosedur pengembangan tes hasil belajar, antara lain:

1. Identifikasi hasil belajar

Hasil belajar harus diidentifikasi bidang studi yang akan diukur dan aspek mana yang diukur ranah kognitif, afektif atau psikomotornya. 2. Deskripsi materi

Materi sangat menentukan dalam pengembangan tes hasil belajar. Materi menjadi acuan dalam memahami hasil belajar, maka materi yang dikembangkan adalah yang berhubungan dengan hasil belajar. 3. Pengembangan spesifikasi

(53)

4. Menuliskan butir-butir tes dan kunci jawaban

Butir tes ditulis untuk mengukur variabel dengan berpedoman pada kisi-kisi. Kisi-kisi tes adalah rancangan sebagai dasar penulisan butir tes.

5. Mengumpulkan data uji coba hasil belajar

Instrumen uji coba tes hasil belajar ditulis berdasarkan kisi-kisi. Jawaban siswa peserta uji coba diubah menjadi skor. Skor-skor selanjutnya menjadi data uji coba hasil belajar.

6. Uji kualitas tes hasil belajar

Uji kualitas dilakukan untuk menjamin bahwa tes hasil belajar layak sebagai sebuah alat ukur. Jika uji kualitas menunjukkan bahwa tes hasil belajar memenuhi syarat, maka tes hasil belajar dapat digunakan untuk mengukur atau mengumpulkan data hasil belajar.

7. Kompilasi tes

Setelah uji coba, butir yang jelek akan dibuang dan menata butir yang baik. Butir kompilasi adalah butir yang siap digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar.

4. Matematika

(54)

prosedur operasional yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bilangan

Beth&Piaget (dalam Runtukahu, 2014: 28) mengatakan matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan antar struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik. Sementara Johnson dan Rising (dalam Runtukahu, 2014: 28) mengatakan matematika adalah bahasa simbol tentang berbagai gagasan dalam menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara jelas, cermat dan akurat

Bilshop (dalam Runtukahu, 2014: 29) mengatakan bahwa dalam setiap kebudayaan bangsa terdapat enam kegiatan matematika secara umum yaitu menghitung, menempatkan, mengukur, mendesain, bermain dan menjelaskan. Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan matematika adalah ilmu yang terkait dengan bilangan, hubungan antar bilangan yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumen serta dapat memberikan kontribusi untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan melakukan kegiatan matematika seperti menghitung, menempatkan, mengukur, mendesain, bermain dan menjelaskan.

5. Kompetensi Dasar

(55)

mata pelajaran matematika. Standar ini dirinci dalam komponen kompetensi dasar serta hasil belajarnya, indikator, dan materi pokok untuk setiap aspeknya.

Kusaeri (2014: 30) mendefinisikan bahwa kompetensi dasar adalah tujuan pembelajaran yang mempunyai cakupan yang luas. Sedangkan Rusman (2013: 6) mengungkapkan bahwa kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam mata pelajaran sebagai keterangan lebih lanjut dari indikator mata pelajaran tersebut. Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka menurut penulis kompetensi dasar adalah kemampuan yang harus dikuasi oleh siswa dalam mata pelajaran.

6. Taksonomi Tes Hasil Belajar

Anderson & Krathwohl (2010: 6) mengungkapkan bahwa taksonomi adalah sebuah kerangka berpikir khusus. Taksonomi Bloom memiliki satu dimensi, sedangkan Taksonomi Bloom yang telah direvisi memiliki dua dimensi. Dua dimensi yang telah direvisi adalah proses kognitif dan pengetahuan. Dimensi proses kognitif mempunyai enam kategori yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

Dimensi proses kognitif dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mengingat

(56)

untuk meretensi materi pelajaran sama seperti materi yang diajarkan. Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan ini boleh jadi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, atau metakognisi, atau kombinasi dari beberapa pengetahuan ini. Pengetahuan mengingat penting sebagai bekal untuk belajar yang bermakna dan menyelesaikan masalah karena pengetahuan tersebut dipakai dalam tugas-tugas yang lebih kompleks (Anderson & Krathwohl 2010: 103). Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam proses mengingat diantaranya menyebutkan, mengidentifikasi, menunjukkan, memberi label, memberi kode, menyatakan dan menjelaskan. 2. Memahami

Proses memahami adalah mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer (Anderson & Krathwohl, 2010: 105). Siswa dikatakan memahami

ketika mereka menghubungkan pengetahuan “baru” dan

(57)

diantarannya memperkirakan, mengkategorikan, merinci, membandingkan, menguraikan, membedakan, mencontohkan, mengemukakan dan menghitung

3. Mengaplikasikan

Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Kategori mengaplikasikan terdiri dari dua proses kognitif, yakni mengeksekusi ketika tugas hanya soal latihan (yang familier) dan mengimplementasikan ketika tugas merupakan masalah (yang tidak familier) (Anderson & Krathwohl, 2010: 116). Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam proses kognitif mengaplikasikan diantaranya mengurutkan, menentukan, menyesuaikan, memodifikasi, mengklasifikasi, mengurutkan, menggunakan, mengemukakan, menyusun dan melakukan.

4. Menganalisis

(58)

potongan-potongan informasi yang relevan atau penting (membedakan), menentukan cara-cara untuk menata potongan-potongan informasi tersebut (mengorganisasikan), dan menentukan tujuan di balik informasi itu (mengatribusikan) (Anderson & Krathwohl 2010: 120). Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam proses menganalisis diantaranya memecahkan, menganalisis, mendeteksi, mendiagnosis, menyeleksi, menyimpulkan, menelaah, mengaitkan dan mengukur

5. Mengevaluasi

Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kategori mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif memeriksa (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal) dan mengkritik (keputusan-keputusan yang diambill berdasarkan kriteria eksternal) (Anderson & Krathwohl 2010: 125). Kata kerja operasional yang dapat digunakan antara lain membandingkan, menyimpulkan, menilai, mengarahkan, mengkritik, memutuskan, merangkum, memilih, memperjelas dan memprediksi.

6. Mencipta

(59)

jadi suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada sebelumnya (Anderson & Krathwohl 2010: 128). Mencipta berisi tiga proses kognitif yaitu: merumuskan, merencanakan, dan memproduksi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam proses mencipta diantaranya mengumpulkan, mngkategorikan, mengkombinasikan, menyusun, menghubungkan, mencipta, mengkreasikan, merencanakan, menggabungkan dan merumuskan. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa taksonomi adalah sebuah kerangka berpikir khusus. Dimensi proses kognitif mempunyai enam kategori yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

B. Penelitian Relevan

Berikut adalah hasil penelitian yang relevan berkaitan dengan pengembangan tes.

(60)

hitung satuan waktu untuk siswa kelas V sekolah dasar. Produk yang dikembangan adalah soal berbentuk pilihan ganda. Hasil analisis butir soal pada 50 butir tes diperoleh 46% soal valid, soal reliabilitas tes termasuk dalam kategori tinggi, daya beda butir tes yaitu kategori baik dan sangat baik sebanyak 23 butir soal, tingkat kesukaran butir tes diperoleh hasil yaitu kategori mudah 22%, kategori sedang 74% dan kategori sukar 4%, terdapat 9 option yang tidak berfungsi dan dilakukan revisi.

(61)

tidak berbelit-belit, soal tidak mengandung penafsiran ganda, batasan pertanyaan dan jawaban jelas). Selain itu kevalidan soal juga tergambar dari hasil analisis butir soal pada siswa non subjek penelitian. Praktis tergambar dari hasil uji coba pada small group dimana sebagian besar siswa dapat memahami soal dengan baik (2) prototipe soal matematika model PISA yang dikembangkan memiliki efek potensial yang positif terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SD, hal ini terlihat dari skor rata-rata siswa yang mencapai 47,89 dari skor maksimal 82 (termasuk kategori kemampuan komunikasi matematis baik) pada indikator komunikasi matematis yaitu menghubungkan benda nyata, gambar, atau diagram ke dalam ide matematika; menjelaskan ide, situasi, atau relasi matematika dengan benda nyata, gambar, atau diagram; kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi atau simbol matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap solusi.

(62)

diperoleh 24 butir soal yang memenuhi kriteria untuk dimasukkan ke dalam bank soal. Ke 52 butir soal dari perangkat tes MAT_ dan MAT_2 diarsip secara digitas dengan aplikasi komputer.

(63)

peneliti dalam penelitian ini adalah peneliti melakukan analisis butir soal menggunakan TAP (Test Analysis Program).

Berdasarkan ketiga penelitian di atas, peneliti ingin membuat produk tes hasil belajar matematika untuk kelas IV sekolah dasar yang memiliki kualitas tes yang baik serta belum banyak digunakan. Peneliti menjadikan ketiga penelitian di atas sebagai acuan dalam melakukan

penelitian pengembangan dengan judul “Pengembangan Tes Hasil Belajar

Matematika Kompetensi Dasar Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Satuan Waktu, Panjang dan Berat untuk siswa kelas IV sekolah

dasar”. Literatur map dari ketiga penelitian relevan tersebut dapat dilihat

pada bagan 2.1

Bagan 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan

Andriyastuti, Ana

Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Satuan Waktu,

(64)

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk mewujudkan tujuan nasional Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pendidikan salah satu komponen yang mendukung dalam mewujudkan tujuan nasional tersebut adalah guru. Seorang guru diwajibkan untuk menguasai empat kompetensi keguruan salah satunya adalah kompetensi pedagogik. Dalam kompetensi pedagogik, salah satu tugas guru adalah melakukan evaluasi pembelajaran. Evaluasi dapat dilakukan dengan melakukan tes. Tes adalah suatu alat ukur berupa pertanyaan maupun pernyataan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa. Suatu tes dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik apabila tes tersebut valid, reliabel, memiliki karakteristik butir soal yang memiliki daya pembeda, tingkat kesukaran dan analisis pengecoh. Suatu tes yang baik diperlukan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai pemahaman siswa akan materi yang telah dipelajari. Tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tes objektif dan tes subjektif. Salah satu bentuk tes objektif yaitu pilihan ganda. Tes pilihan ganda adalah sebuah tes yang menyediakan beberapa pilihan jawaban yang harus dipilih oleh peserta tes untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

(65)

soalnya terutama dalam pembuatan option, guru lebih sering mengambil soal dari sumber lain seperti LKS maupun internet. Pada saat pembuatan soal, dua orang guru mengungkapkan bahwa dalam membuat soal sudah menerapkan taraf kognitif pada level menganalisis, namun ada satu guru yang belum menerapkan taraf kognitif berdasarkan Taksonomi Bloom. Para guru pun tidak memperhatikan prosedur pembuatan tes yang baik dan benar ketika menyusun tes hasil belajar. Setelah tes diujicobakan pun guru tidak melakukan analisis terhadap butir-butir soal tersebut.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti mengembangkan tes hasil belajar matematika bagi kelas IV sekolah dasar. Pengembangan tes hasil belajar didasarkan pada taraf kognitif dari Taksonomi Bloom mulai dari mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Tes hasil belajar yang dikembangkan berbentuk soal pilihan ganda. Pengembangan tes hasil belajar ini juga akan mampu mendeskripsikan kualitas butir soal meliputi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan analisis pengecoh. Kompetensi dasar atau materi yang dipilih oleh peneliti adalah menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat akan menjadi produk dalam penelitian dan pengembangan ini.

D. Pertanyaan Penelitian

(66)

2. Bagaimana kualitas tes hasil belajar kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat untuk siswa kelas IV SD berdasar hasil penilaian ahli?

3. Bagaimana validitas tes hasil belajar kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat untuk siswa kelas IV SD berdasar hasil uji coba empiris? 4. Bagaimana reliabilitas tes hasil belajar kompetensi dasar 3.3

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat untuk siswa kelas IV SD berdasar hasil uji coba empiris? 5. Bagaimana daya pembeda tes hasil belajar kompetensi dasar 3.3

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat untuk siswa kelas IV SD berdasar hasil uji coba empiris? 6. Bagaimana tingkat kesukaran tes hasil belajar kompetensi dasar 3.3

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat untuk siswa kelas IV SD berdasar hasil uji coba empiris? 7. Bagaimana hasil analisis pengecoh tes hasil belajar kompetensi dasar

(67)

47 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III ini akan membahas enam hal, yaitu jenis penelitian setting penelitian, prosedur pengembangan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan teknik analisis data

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Research and Development merupakan proses yang berisi sejumlah tahapan yang dilaksanakan dengan sistematis dan terukur (Putra, 2013: 2). Metode penelitian ini digunakan untuk menghasilkan produk tertentu yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut dalam upaya dapat berfungsi di masyarakat (Sugiyono, 2013: 407).

(68)

Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh produk yang dihasilkan dapat bermanfaat dan relevan dengan kebutuhan. Setelah dilakukan pengujian produk maka dilakukan revisi produk agar produk yang dihasilkan lebih baik lagi. Pengujian produk disempurnakan dengan melakukan pengujian lapangan. Pengujian dapat dilakukan pada lingkup yang lebih luas untuk mendapatkan hasil yang lebih meyakinkan. Produk akhir yang telah melalui beberapa kali revisi dapat diproduksi secara masal dalam jumlah banyak (Sugiyono, 2011: 298-311)

Penelitian ini disebut R&D karena mengembangkan produk yang akan digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa pada suatu kompetensi dasar tertentu. Penelitian ini mengembangkan tes hasil belajar matematika pada kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat untuk siswa kelas IV sekolah dasar. Produk yang dihasilkan dari penelitian ini berupa soal tes hasil belajar.

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Uji Lapangan terbatas pada penelitian ini dilaksanaka di SD Negeri Caturtunggal 4, Sleman, Yogyakarta. Sekolah terletak di Jalan Melon Mundusaren, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

(69)

3. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian ini adalah kelas IV A dan IV B semester I tahun ajaran 2016/2017 di SD Negeri Caturtunggal 4. Jumlah siswa kelas IV A adalah 30 siswa dan jumlah siswa kelas IV B adalah 30 siswa.

4. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pengembangan tes hasil belajar pada kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat pada siswa kelas IV sekolah dasar yang sudah teruji validitas, reliabilitas dan telah dianalisis setiap butir soalnya (tingkat kesukaran, daya beda dan analisis pengecoh) serta kisi-kisi soal.

C. Prosedur Pengembangan

(70)

Bagan 3.1 Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Borg and Gall

Langkah-langkah yang dikemukakan oleh Borg and Gall (dalam Sugiyono, 2011: 298) pada bagan 3.1 dimulai dengan potensi dan masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Peneliti berangkat dengan mengidentifikasi potensi masalah yang dipandang perlu untuk dicarikan solusinya. Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan uptodate, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencana produk yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Selanjutnya adalah desain produk. Desain produk harus diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya. Setelah desain produk selesai maka selanjutnya adalah peneliti melakukan validasi desain. Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai rancangan produk yang telah dibuat. Validasi produk dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang

Potensi dan

Revisi Produk Uji Coba Produk

(71)

sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang telah dirancang. Setelah desain produk divalidasi oleh pakar maka dapat diketahui kelemahan dari produk yang telah dirancang. Kelemahan tersebut kemudian dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Setelah produk divalidasi dan direvisi maka produk tersebut dapat diujicobakan. Uji coba produk dilakukan pada subjek penelitian. Uji coba produk dilakukan untuk mengetahui apakah masih terdapat kekurangan dari produk serta untuk mengetahui kualitas produk setelah dilakukan analisis. Revisi produk dilakukan kembali ketika peneliti melihat kelemahan pada produk ketika diujicobakan. Produk yang baru, setelah direvisi kembali dapat diterapkan pada lingkup yang lebih luas. Revisi produk kembali dilakukan apabila dalam pemakaian kondisi nyata terdapat kekurangan dan kelemahan. Jika produk yang diujicobakan dinyatakan efektif, maka produk dapat diproduksi secara masal.

(72)

Langkah 1 Langkah 2

Langkah 3 Langkah 4

Langkah 5

Langkah 6 Langkah 7

produk. Berikut ini adalah bagan penjelasan prosedur pengembangan yang dilakukan:

Bagan 3.2 Langkah-langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar Potensi dan Masalah

Analisis Kebutuhan

Wawancara guru matematika kelas 4

Pengumpulan data

Hasil wawancara guru matematika

Desain produk

Kisi-kisi soal SK -KD

Indikator

Soal Validasi Desain

Revisi Desain

Uji coba Produk

Ahli Guru

(73)

1. Potensi dan Masalah

Peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan melakukan wawancara kepada guru matematika kelas IV. Peneliti melakukan wawancara dengan guru matematika kelas 4 di SD Kanisius Jetisdepok dan SD Negeri Caturtunggal 4. SD Kanisius Jetisdepok merupakan tempat peneliti melakukan PPL, sedangkan SD Negeri Caturtunggal merupakan tempat yang digunakan peneliti untuk mencari informasi ketika mendapat tugas sewaktu perkulihan Pendidikan Matematika di kampus.

Peneliti mewawancari tiga orang guru matematika kelas IV yaitu satu orang guru matematika kelas IV di SD Kanisius Jetisdepok dan 2 orang guru matematika kelas IV di SD Negeri Caturtunggal 4. Wawancara tersebut dilakukan untuk mendapatkan informasi apakah guru sudah menyusun tes hasil belajar yang berkualitas baik yang sudah teruji validitas, reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran dan pengecoh.

Masalah yang ditemukan dalam penelitian ini adalah guru kesulitan dalam membuat tes hasil belajar yang berkualitas baik. Potensi dalam penelitian ini yaitu membuat tes hasil belajar matematika yang berkualitas baik sehingga dapat menjadi contoh bagi guru dan menjadi kumpulan soal untuk tes hasil belajar siswa.

Gambar

gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk
Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Validasi
Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Matematika
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat kondisi Orang Rimba saat ini dalam menjalani kehidupan sosial budaya, program BTH merupakan program yang diberikan LSM KKI-WARSI untuk memberikan

Permasalahan yang timbul adalah pemberian Bank Garansi terbatas hanya pada nasabah yang mempunyai rekening dengan dana yang cukup saja, sedangkan bagi pengusaha yang

Telah dilakukan identifikasi bakteri penyebab infeksi nosokomial dari sampel urin pasien pengguna kateter yang di rawat inap pada bangsal saraf RSUP DR M.. Isolasi bakteri

doi pekerjooFpsk€rJqoi qh yqrg slqmo n dtofggop iebqqqi pskexrqi Feidheid 4di ri pei.dr idfr.h .l!qd hciyzbdbrii pdobahoi petuf..

[r]

Dalam tugas akhir ini akan dibuat sebuah film bergenre thriller slasher yang.. mengangkat kisah fiktif mengenai

[r]

Penelitian dalam skripsi ini dilatarbelakangi oleh sebuah fenomena bahwa hadis tentang hisab dan ru’yah, istighatsah, tawassul, talqin dan qunut dipahami secara