• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. PERANCANGAN BANGUNAN. 3.1 Program Kebutuhan Ruang Fasilitas Persemayaman Tabel 3.1 Program Ruang Fasilitas Persemayaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "3. PERANCANGAN BANGUNAN. 3.1 Program Kebutuhan Ruang Fasilitas Persemayaman Tabel 3.1 Program Ruang Fasilitas Persemayaman"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

22

3. PERANCANGAN BANGUNAN

3.1 Program Kebutuhan Ruang 3.1.1 Fasilitas Persemayaman

No Kebutuhan Ruang Jumlah Kapasitas Standard (m²)

Luasan (m²) 1 -Ruang persemayaman

(standard)

Ruang pelayat 13 1560 98,325 1278,225

Ruang peti dan keluarga 13 15 peti 14,4 187,20

Kamar istirahat 13 15-30 8,00 104,00

Toilet 13 13 5,25 68,25

Teras 13 42,50 552,50

2 -Ruang persemayaman (VIP)

Ruang pelayat 5 775 140,00 700,00

Ruang peti dan keluarga 5 5 peti 8,5 42,50

Kamar istirahat 5 15-30 12,00 60,00

Toilet 5 5 7,155 35,775

Dapur bersih 5 4,32 21,60

Jumlah Total 3050,05

3.1.2 Fasilitas Krematorium

No Kebutuhan Ruang Jumlah Kapasitas Standard (m²)

Luasan (m²) 1 -Krematorium

R.Upacara 1 200 664,05 664,05

R.Persiapan pembakaran 3 3 jenazah 14,00 42,00

R.Pembakaran 3 3 jenazah 19,775 59,325

Tabel 3.1 Program Ruang Fasilitas Persemayaman

Tabel 3.2 Program Ruang Fasilitas Krematorium

(2)

23

Gudang 1 33,25 33,25

R.Mesin 1 1 mesin 60,00 60,00

3 Toilet 2 8 20,25 40,50

4 Gudang 1 12,00 12,00

Jumlah Total 1420,625

3.1.3 Fasilitas Kolumbarium

No Kebutuhan Ruang Jumlah Kapasitas Standard (m²)

Luasan (m²) 1 Ruang kotak abu 1 1000 kotak 1150,00 1150,00 2 Ruang abu +

sembahyang

25 4 7,50 187,50

3 Toilet 2 8 20,25 40,50

4 Gudang 2 13,20 26,40

Jumlah Total 1404,40

3.1.4 Fasilitas Salon Jenasah

No Kebutuhan Ruang Jumlah Kapasitas Standard (m²)

Luasan (m²)

1 Hall 2 40 139,50 279,00

2 R.persiapan 2 30 128,00 256,00

3 R. mandi dan cuci jenazah

4 4 jenazah 20,00 80,00

4 R.pendingin 2 18 jenazah 72,00 144,00

5 Gudang 2 28,00 56,00

6 Toilet 4 8 11,25 45,00

Jumlah Total 860,00

Tabel 3.3 Program Ruang Fasilitas Kolumbarium

Tabel 3.4 Program Ruang Fasilitas Salon Jenasah

(3)

24 3.1.5 Fasilitas Penunjang

No Kebutuhan Ruang Jumlah Kapasitas Standard (m²)

Luasan (m²)

1 -Fasilitas Penunjang 1 1 mesin 60,00 60,00

Kantor penjualan petimati

1 67,50 67,50

Toko peralatan upacara 1 70,00 70,00

Klinik kesehatan 1 7 67,5 67,5

Kantor pengurusan tanah

1 6 77,5 77,5

Kantor Pengelola

*Ruang kepala 1 1 15,00 15,00

*Ruang sekretaris 1 1 8,00 8,00

*Ruang wakil kepala 1 1 12,00 12,00

*Bag.personalia dan RT 1 3 23,00 23,00

*Bag.humas 1 3 20,00 20,00

*R. rapat 1 20 32,00 32,00

*R. pengurus 1 8 15,00 15,00

*R. arsip 1 12,00 12,00

*Dapur bersih 1 10,00 10,00

*R. istirahat 1 9 20,00 20,00

2 -Hall utama

Lobby 1 45 135,00 135,00

Resepsionis 1 6 48,00 48,00

R.lift 2 8,00 8,00

Kantin 1 163,50 163,50

Dapur 1 20,00 20,00

3 Toilet 2 8 20,25 40,50

4 Gudang 1 12,00 12,00

Jumlah Total 1420,625

Tabel 3.5 Program Ruang Fasilitas Penunjang

(4)

25 3.1.6 Fasilitas Servis

No Kebutuhan Ruang Jumlah Kapasitas Standard (m²)

Luasan (m²)

Pos jaga 2 2 4,00 8,00

R.sekuriti 1 6 27,30 27,30

R.karyawan 1 10 60,00 60,00

R.mesin 1 100,00 100,00

R.PLN 1 28,00 28,00

R.panel utama 1 16,00 16,00

R.trafo 1 34,80 34,80

Toilet 2 4 13,50 13,50

Jumlah Total 287,60

3.2 Zoning dan Pengelompokan Ruang dalam Bangunan

Ruangan dikelompokan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik tiap- tiap fasilitas. Pengelompokan dibagi menjadi beberapa zona, antara lain:

 Zona persemayaman, meliputi ruang upacara, ruang jamuan, ruang jaga, ruang persiapan, serta tempa meletakkan karangan bunga

 Zona krematorium, meliputi ruang upacara, ruang pembakaran, ruang pengolahan abu, ruang pengambilan abu, serta gudang bahan bakar

 Zona kolumbarium, meliputi kotak abu, ruang upacara, serta ruang sembahyang

Zona penunjang, meliputi kantor pengelola, retail, kantin, ruang pendingin, salon jenasah, serta gudang penyimpanan

Zona transisi, meliputi hall, lobby, serta tempat bakar

 Zona servis, meliputi ruang mekanikal dan ruang elektrikal

Desain bangunan merupakan satu massa utuh dan berfungsi sebagai sebuah fasilitas penanganan jenasah, maka pengelompokan disesuaikan dengan proses dan fungsi dari kegiatan yang dilaksanakan, yaitu persemayaman – kremasi – penitipan abu, dengan fasilitas kremasi berada di puncak, dikarenakan fasilitas

Tabel 3.6 Program Ruang Fasilitas Servis

(5)

26

ini merupakan fasilitas dengan resiko kebakaran paling tinggi. Sehingga jika terjadi kebakaran, api tidak langsung menjalar ke fasilitas lainnya.

Keterangan:

Zona Persemayaman Zona Kolumbarium

Zona Penunjang Zona Transisi Gambar 3.1 Zoning secara Denah

(6)

27 3.3 Pendekatan Perancangan

Pendekatan perancangan yang digunakan adalah pendekatan sistem agar dapat mengobservasi dan menganalisa masalah dari proyek ini dengan lebih dalam dan lebih baik, karena pada bangunan dengan fungsi seperti ini, sistem merupakan aspek penting yang harus bisa diselesaikan, terlebih lagi dengan bentuk bangunan yang bertingkat sehingga membutuhkan pemecahan masalah sistem yang lebih. Sistem-sistem yang paling perlu diperhatikan antara lain, sistem sirkulasi, sistem spasial, sistem struktur, sistem utilitas. Suatu keterpaduan antara satu sistem dengan sistem yang lainnya diharapkan mampu menjawab permasalahan desain yang ada.

3.4 Konsep Perancangan dan Aplikasinya

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa agama ini sangat menghormati leluhur dan percaya bahwa orang yang telah meninggal / leluhur mereka kedudukannya hampir setara dengan dewa, bahkan jika semasa hidupnya orang tersebut memiliki jasa dan kontribusi yang besar, maka dapat diangkat

Gambar 3.2 Zoning secara Potongan Keterangan:

Zona Persemayaman Zona Krematorium Zona Kolumbarium

Zona Penunjang Zona Transisi Zona Servis

(7)

28

menjadi dewa. Hal tersebut tidak terlepas dari prinsip-prinsip yang utama dalam ajaran agama Tao, antara lain :

 Hubungan dengan dewa-dewi dan leluhur

 Hubungan dengan sesama manusia

 Hubungan dengan alam semesta

 Hubungan dengan kehidupan pribadi

Dan di antara keempat prinsip tersebut, poin hubungan dengan dewa-dewi dan leluhur adalah poin yang diutamakan karena mengingat fungsi bangunan ini sendiri sebagai fasilitas penanganan jenasah. Di agama Tao sendiri, terdapat beberapa jenis upacara kematian, antara lain :

1. Upacara pemakaian baju (Jen Fuk)

Yakni upacara pada saat jenasah telah dimandikan dan dirias yang kemudian dipakaikan pakaian. Keluarga menutupkan kain pada jenasah sebagai simbolisasi pemakaian baju.

2. Upacara masuk peti (Ruk Lien)

Upacara dengan memanjatkan doa-doa yang dipimpin oleh seorang pendeta pada saat peti mati diletakkan di ruang persemayaman.

3. Upacara mengantarkan arwah (Jao Tu)

Upacara yang dilakukan pada malam hari, yaitu dengan membakar uang- uangan kertas.

4. Upacara pemberangkatan jenasah

Hampir serupa dengan upacara masuk peti, namun diadakan pada saat jenasah akan diberangkatkan.

5. Upacara pembakaran jenasah (Huo Chang)

Yakni upacara yang dilakukan sebelum jenasah dikremasi, yaitu dengan meja upacara yang berisi persembahan dan acara tabur bunga.

6. Upacara peletakkan abu

Yaitu upacara yang dilakukan sebelum guci abu disimpan ke dalam rak- rak kolumbarium.

(8)

29

Dalam penerapannya, terdapat tiga masalah utama dalam perancangan fasilitas penanganan jenasah ini :

1. Konsep bangunan yang berkembang secara vertikal yang diusung berkaitan dengan kepercayaan agama Tao yang sangat menghormati leluhurnya. Di mana jika suatu bangunan bertingkat maka terdapat lantai- lantai yang saling bertumpuk. Jika jenasah diletakkan di sebuah ruang yang di atasnya terdapat orang yang berlalu lalang, maka seolah-olah jenasah tersebut terinjak-injak dan dilangkahi oleh orang di atasnya.

Namun hal tersebut bisa diatasi dengan menggeser sedikit lantai di atasnya. Sehingga tercipta bentuk berundak.

2. Produksi asap yang dihasilkan. Pada bangunan ini, ketiga fasilitas utamanya merupakan penghasil asap, yang jika tidak diselesaikan akan

Gambar 3.3 Gambar Upacara Kematian Agama Tao

Gambar 3.4 Gambar Sistem Penyusunan Lantai Bangunan

(9)

30

mengganggu dan merusak lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat diatasi oleh sistem pengolahan asap yang tepat.

3. Fleksibilitas kapasitas. Di mana untuk fasilitas persemayaman, jumlah pengunjung yang datang tidak dapat diprediksi dan dapat meningkat sewaktu-waktu, sehingga sulit untuk dapat besaran ruang yang sesuai dan efektif. Oleh karena itu, sebagai pemecahannya, ruang-ruang tersebut dibuat menjadi modul-modul kecil yang jika sewaktu-waktu dibutuhkan, modul-modul tersebut bisa digabung menjadi modul yang lebih besar sesuai kapasitas yang dibutuhkan.

Dengan menilik masalah-masalah di atas, maka tujuan perancangan yang ingin dicapai adalah menciptakan bangunan yang dapat memfasilitasi kegiatan- kegiatan persemayaman yang sesuai dengan kepercayaan agama Tao untuk menghormati leluhur, yaitu dengan bangunan yang terdiri dari modul-modul ruang yang disusun secara berundak dan mampu mengatasi permasalahan asap yang ditimbulkan.

Gambar 3.5 Gambar Polusi Asap

Gambar 3.6 Gambar Luapan Pengunjung dan Sepi Pengunjung

(10)

31 3.5 Sistem Spasial

Untuk menciptakan modul yang sesuai, maka kita harus menyesuaikan dengan kegiatan yang berlangsung di dalamnya. Dalam kasus ini, fasilitas rumah dukalah yang memiliki jumlah paling banyak dan membutuhkan fleksibilitas paling tinggi, sehingga mulai ditinjau dari kegiatan di dalamnya.

Pada denah konvensional rumah duka, axis peti jenasah berada di tengah yang membelah tempat duduk untuk jamuan menjadi dua. Namun dengan penataan yang seperti ini, semua sirkulasi bertabrakan pada jalan di tengah dan hal itu menyebabkan cross, sehingga sirkulasi menjadi kacau.

Gambar 3.7 Gambar Denah Konvensional Rumah Duka

(11)

32

Jika ditinjau kembali pada esensi orang melayat, jamuan bukanlah hal yang utama, sehingga dapat dipisahkan dari ruang upacara agar tidak mengganggu sirkulasi dan menjaga kekhusukan ruang upacara.

Meninggal

Mengadakan upacara kematian sebagai bentuk penghormatan kepada yang meninggal

Keluarga mempersilahkan dan menyambut sanak saudara dan kerabat untuk turut

memberikan penghormatan

Undangan yang dating member penghormatan sambil mengenang yang meinggal

Sebagai ucapan terima kasih kepada tamu yang dating, keluarga menjamu para tamu

Tamu dijamu sambil menunggu upacara

Upacara

Pulang

Gambar 3.8 Skema Esensi Persemayaman

Gambar 3.9 Gambar Ruang Persemayaman yang Terpisah dengan Ruang Jamuan

(12)

33

Dan jika mengikuti alur kegiatan di dalamnya, maka seharusnya alur sirkulasi dalam ruang persemayaman tidak lurus seperti pada ruang persemayaman konvensional, melainkan berbentuk segitiga. Sehingga bentuk ruang persemayaman didesain mengikuti alur tersebut yang menciptakan bentuk segi tiga tumpul, namun pada ruang upacara tetap memiliki axis di tengah.

Gambar 3.10 Alur Kegiatan Ruang Persemayaman

Gambar 3.11 Bentuk Ruang Persemayaman yang Tercipta dari Alur Sirkulasi

Gambar 3.12 Modul Ruang Persemayaman yang Dirangkai Satu Sama Lain

(13)

34

Dari hasil studi banding dengan bentuk dan penataan ruang persemayaman Adi Jasa, diketahui bahwa dengan luas 96m², memiliki kapasitas sebanyak 60 kursi. Jika dengan penataan seperti Adi Jasa tersebut diaplikasikan pada ruang persemayaman berbentuk segi tiga tumpul, maka hanya dengan luas 76,7m², memiliki kapasitas sebanyak 50 kursi. Sedangkan jika dengan luas tersebut pada bentuk denah yang konvensional hanya menghasilkan kapasitas sebanyak 44 kursi. Maka dari itu, modul tersebut dikembangkan lagi, yaitu dengan mengubah bentuk meja jamuan konvensional berbentuk persegi dengan meja yang berbentuk lingkaran. Pada pengembangan kedua ini, dengan luas yang sama mampu menampung kapasitas yang lebih banyak, yakni 60 kursi setara dengan kapasitas ruang persemayaman Adi Jasa. Dan pada pengembangan terakhir, dilakukan penyesuaian antara bentuk ruang persemayaman dengan bentuk meja perjamuan, sehingga menghasilkan bentuk meja perjamuan berbentuk segitiga yang merupakan gabungan dari tiga meja berbentuk trapesium. Hal ini dilakukan agar mempermudah pengangkutan dan penyusunan ulang meja jamuan. Dengan penyesuaian tersebut serta dengan penambahan fasilitas kamar tidur, kamar mandi, serta gudang, maka luasan yang dihasilkan adalah 131m² dengan kapasitas 72 kursi.

Gambar 3.13 Sistem Expand Modul Ruang Persemayaman

(14)

35

Agar jenasah yang terletak di lantai bawah tidak terinjak oleh orang yang berada di atasnya, maka setiap ruang persemayaman modular digeser sebesar tempat jenasah diletakkan.

Gambar 3.14 Perbandingan Kapasitas Ruang Persemayaman

Gambar 3.15 Sistem Spasial Peti mati

Roof garden

(15)

36

Dari hasil perhitungan jumlah ruang, maka diperkirakan dibutuhkan kurang lebih 40 ruang persemayaman. Dan untuk itu, dibutuhkan bentuk massa yang efisien yang dapat mencukupi kebutuhan tersebut.

Pada percobaan pertama, fasilitas persemayaman dan kolumbarium disusun secara bergantian. Namun dengan begitu, bentuk menjadi tidak efisien dan belum mampu mencukupi kebutuhan jumlah ruang persemayaman sebanyak 40 buah.

Pada percobaan kedua, sisi barat yang berhadapan langsung dengan jalan, digunakan sebagai fasilitas persemayaman, sisi utara digunakan sebagai fasilitas kolumbarium dan lainnya sebagai pembukaan untuk pencahayaan. Dengan bentuk ini, kapasitas ruang persemayaman maupun kolumbarium bertambah, namun ternyata belum bisa mencukupi kebutuhan.

Gambar 3.16 Prototype 1

Gambar 3.17 Prototype 2

(16)

37

Pada percobaan ketiga, sisi barat dan utara digunakan sebagai fasilitas persemayaman dan sisi timur sebagai fasilitas kolumbarium. Dengan bentuk ini, kebutuhan akan jumlah ruang persemayaman dapat terpenuhi, terlebih lagi bentuk ini lebih sesuai dengan bentuk tapak yang berbentuk “L”, sehingga memudahkan dalam penataan tapak. Karena kedua alasan tersebut, maka bentuk yang dihasilkan pada percobaan ketiga ini dirasa paling ideal.

Gambar 3.18 Prototype 3

(17)

38 3.6 Sistem Sirkulasi

3.6.1 Sirkulasi Kendaraan

Sirkulasi kendaraan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu kendaraan pengunjung, kendaraan jenasah dan kendaraan servis. Ketiganya memiliki jalur yang berbeda, sehingga tidak mengganggu satu sama lain. Pada fasilitas penanganan jenasah seperti ini, banyak dijumpai para pengantar yang ingin mengantar jenasah, beriringan mengikuti mobil jenasah. Kendaraan pengantar yang menunggu maupun yang mengiringi mobil jenasah, kerap kali menimbulkan kemacetan baik di dalam maupun di luar tapak. Sebagai solusinya, diberikan jalur khusus kepada para pengantar untuk menunggu dan memberikan jalur keluar yang berbeda dengan pengunjung lainnya.

Gambar 3.19 Sirkulasi Kendaraan pada Lantai Dasar

(18)

39

Gambar 3.20 Sirkulasi Kendaraan pada Lantai B1

Gambar 3.21 Sirkulasi Kendaraan pada Lantai B2

(19)

40 3.6.2 Sirkulasi Orang, Jenasah dan Barang

Pada sirkulasi ini, yang perlu diperhatikan adalah antara sirkulasi pengunjung dengan sirkulasi jenasah. Di mana menurut kepercayaan Tao, jenasah harus masuk melalui pintu depan sehingga sama dengan pengunjung. Untuk mengatasinya, maka pada sirkulasi jenasah diberi jalur khusus agar meminimalkan cross dengan sirkulasi pengunjung. Yang perlu diperhatikan lainnya adalah sirkulasi antara pengunjung fasilitas persemayaman dengan pengunjung kolumbarium agar tidak saling mengganggu. Oleh karena itu, akses masuk dipisahkan, akses untuk mencapai fasilitas persemayaman menggunakan eskalator karena mobilitasnya yang lebih padat. Sedangkan akses untuk mencapai fasilitas kolumbarium menggunakan lift.

Gambar 3.22 Sirkulasi Orang, Jenasah dan Barang pada Lantai Dasar

(20)

41

Gambar 3.23 Sirkulasi Orang, Jenasah dan Barang pada Lantai Tipikal

Gambar 3.24 Sirkulasi Orang, Jenasah dan Barang pada Lantai 5

(21)

42 3.7 Sistem Struktur dan Konstruksi

Dilihat dari bentuk yang tercipta, sudah dapat diketahui bahwa bangunan ini membutuhkan suatu pemecahan struktur yang tidak biasa. Dengan bentuknya yang berundak, untuk dapat menahan beban bangunan itu sendiri saja sudah sudah cukup sulit, belum lagi ditambah dengan beban lainnya. Terdapat tiga jenis pembebanan, yaitu beban gravitasi, beban gempa dan beban angin, namun beban angin terhadap bangunan tidak dominan karena beban bangunan sendiri yang sudah berat serta perbandingan proporsi tinggi dan lebar.

Untuk mengatasi beban gravitasi pada bangunan dengan bentuk berundak maka dibutuhkan sebuah penopang yang menyangga di bawahnya. Penopang tersebut dapat berupa kolom. Namun untuk menghindari terjadinya hutan kolom, maka penopang tersebut dibuat lebih ringkas, yaitu dengan cara beban gravitasi disalurkan melalui mega girder sebagai balok transfer terlebih dahulu dan baru kemudian disalurkan ke mega column dan core. Dan ruang-ruang yang modular ruang ditumpukkan di atas mega girder tersebut dengan struktur rangka kaku.

Untuk beban gempa, dengan bentuk yang meruncing ke atas, maka pada saat terjadi gempa akan timbul gaya torsi. Gaya tersebut dapat member kerusakan pada mega girder. Solusinya adalah dengan memberikan core pada ujung mega girder. Dengan keberadaan core tersebut, maka struktur utama sudah menjadi stabil dan kaku.

Gambar 3.25 Penyaluran Beban Gravitasi Mega Girder

Mega Column

Core

(22)

43

Dan untuk struktur di atas mega girder yang modular dibuat secara precast dengan joint kaku. Pembuatan secara precast memberikan beberapa keuntungan, seperti memudahkan dalam hal pengangkutan, mempercepat dan mempermudah pengerjaan di lapangan. Selain itu, joint kolom-balok kaku untuk konstruksi precast sukar untuk dikerjakan di lapangan, sehingga bentuk rangka didesain seperti pada gambar 3.15 dan dibuat di pabrik agar mendapat kekakuan sempurna.

Dan joint lainnya yang tidak membutuhkan kekakuan, dapat dikerjakan langsung di lapangan.

Gambar 3.26 Penanganan Beban Gempa

Gambar 3.27 Modul Prefab dengan Joint Kaku

(23)

44

Pada pengerjaan di lapangan, yang pertama didirikan adalah shear core, baru kemudian mega girder, selaku struktur utama. Untuk pembuatan mega girder, jika dibuat sekaligus akan sangat panjang dan berat sehingga sulit dalam hal pengangkutan. Maka dari itu pembuatan mega girder dibuat perbagian menggunakan cetakan precast berbentuk “U”. Cetakan-cetakan tersebut disusun berbentuk girder dengan ditopang scaffolding. Kemudian tulangan utama / tendon prestressed diletakkan dengan bentuk melengkung sesuai momen yang terjadi, setelah itu dicor dan kemudian ditutup.

Setelah struktur utama selesai, kemudian baru struktur modular yang berupa prefab, ditumpukan di atasnya. Modul prefab itu sendiri nantinya di bagi menjadi beberapa bagian, seperti rangka utama, rangka penghubung, balok lantai dan pelat lantai. Hal ini ditujukkan untuk memudahkan pengangkutan, dibandingkan jika diangkat secara utuh mempunyai resiko kerusakan serta dalam pemasangan membutuhkan presisi yang luar biasa.

Gambar 3.28 Konstruksi Struktur Utama

(24)

45

Gambar 3.29 Konstruksi Struktur Modular

Gambar 3.30 Pemasangan Modul Prefab

(25)

46 3.8 Sistem Utilitas

Sistem utilitas bangunan menggunakan sistem instalasi bawah tanah untuk penyaluran air bersih, air kotor, kelistrikan, dan hydrant yang disalurkan ke atas melalui shaft vertikal yang terdapat pada core. Dari atas, sistem utilitas didistribusikan melalui shaft diagonal dengan cara down feed.

Gambar 3.31 Pola Distribusi Sistem Utilitas

Gambar 3.32 Pola Distribusi pada Lantai Dasar Shaft diagonal

Shaft vertikal

(26)

47

Gambar 3.33 Pola Distribusi pada Basement

Gambar 3.34 Pola Distribusi pada Lantai Tipikal

(27)

48 3.9 Sistem Pengolahan Asap

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, ketiga fasilitas utama bangunan ini, yaitu krematorium, kolumbarium dan persemayaman, merupakan penghasil asap. Asap dan bau yang dihasilkan dikhawatirkan mengganggu lingkungan sekitar, terutama lingkungan pemukiman. Maka dari itu, masalah asap ini membutuhkan penanganan khusus agar tidak mencemari lingkungan. Sistem pengolahan asap konvensional yang kerap digunakan pada pabrik, menggunakan ion untuk menangkap partikel karbon. Cara kerjanya, partikel karbon yang keluar dilewatkan pada batang-batang yang bermuatan ion negatif, setelah melewati itu partikel karbonpun akan turut bermuatan negatif. Selanjutnya terdapat sebuah lempeng logam yang bermuatan ion positif, sehingga semua partikel karbon yang telah bermuatan negatif akan menempel pada lempeng tersebut. Namun cara ini membutuhkan biaya yang sangat besar, baik harga alat itu sendiri, maupun biaya listrik untuk menjalankan alat tersebut. Maka dari itu, roof garden yang terletak di atas masing-masing modul dicoba untuk difungsikan sebagai pengolah asap.

Cara pengolahan asap yang dipilih adalah untuk membawa partikel karbon melalui sebuah perantara untuk diserapkan pada tanaman, dan perantara tersebut adalah air. Oleh karena itu, jenis tanaman yang dipilih adalah tanaman hidroponik.

Sistem kerjanya, asap yang berasal dari dupa persemayaman, dupa kolumbarium, pembakaran kertas, maupun pembakaran jenasah, dilewatkan pada sebuah cerobong asap. Karena semua benda yang dibakar merupakan benda organik, maka senyawa-senyawa hasil pembakaran yang dihasilkan adalah karbon dioksida (CO2), uap air (H2O) dan sedikit nitrogen (N), serta debu dan kotoran lainnya.

Dari cerobong tersebut, asap disaring, sehingga bersih dari partikel debu maupun kotoran lainnya tersebut. Kemudian asap yang sudah bersih, disemburkan pada air dalam bak penampungan yang terletak di atas bangunan, dengan sistem aeration.

Partikel karbon (CO2) yang disemburkan, akan menempel pada partikel air (H2O) sehingga menjadi senyawa baru yang disebut carbonic acid atau asam karbonat (H2CO3).

Dari bak penampungan, carbonic acid tersebut didistribusikan melalui pipa yang terdapat di dalam shaft diagonal. Pipa tersebut dibagi menjadi dua, yang pertama untuk digunakan sebagai sprinkle kebakaran, karena zat carbonic acid ini

(28)

49

merupakan bahan pembuat fire extinguisher sehingga mampu memadamkan api lebih cepat dibandingkan air biasa. Sedangkan sisanya dialirkan pada bagian akar tanaman hidroponik untuk diserap. Pengaliran tersebut, cukup menggunakan gaya gravitasi. Zat ini, jika dalam kadar yang cukup dapat membuat tanaman hidroponik tumbuh 50% lebih cepat.

Setelah dialirkan, mungkin tidak semua partikel karbon akan langsung terserap oleh tanaman. Maka dari itu, air sisa tersebut, ditampung di bak penampungan bawah yang terletak di basement. Di bak tersebut, carbonic acid dicampur lagi dengan air bersih, untuk mengembalikan nutrisi-nutrisi yang diserap tanaman. Air yang sudah dicampur tersebut, sebagian digunakan untuk sprinkle taman luar, dan sisanya dipompa lagi ke bak penampungan atas. Dan begitu seterusnya.

Gambar 3.35 Skema Sistem Pengolahan Asap

(29)

50

Gambar 3.36 Pola Sistem Pengolahan Asap

(30)

51

Dari semua hasil pembakaran, emisi karbon dari krematorium adalah yang terbesar. Emisi karbon yang dihasilkan untuk sekali pembakaran jenasah adalah 200 kg, sedangkan fasilitas krematorium yang tersedia sebanyak 3 unit, sehingga jika ketiganya terjadi pembakaran maka akan menghasilkan 600 kg atau 600.000 gram emisi karbon. Dari sumber yang didapatkan, tanaman berjenis bunga, memiliki kemampuan menangkap 0.68 gram karbon dioksida per dm2 setiap jamnya. Jika total luas roof garden sebesar 528.000 dm2, maka dapat menangkap 359.040 gram karbon dioksida setiap jam. Dengan kata lain, emisi karbon dari krematorium dapat dinetralisir dalam waktu kurang dari dua jam.

3.10 Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan bangunan terbagi menjadi dua jenis, yaitu pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami digunakan pada area kolumbarium, sedangkan sisanya menggunakan pencahayaan buatan.

3.11 Sistem Penghawaan

Sistem penghawaan bangunan terbagi menjadi dua jenis, yaitu penghawaan alami dan buatan. Penghawaan alami digunakan untuk area kolumbarium dan area transisi, sedangkan sisanya menggunakan penghawaan buatan. Sistem penghawaan buatan yang digunakan adalah dengan sistem AC (Air Conditioner) split, yang outdoor unit-nya langsung diletakkan pada bagian luar ruangan.

3.12 Ekspresi Bangunan

Penggunaan material pada hampir seluruh selubung bangunan, menggunakan gabungan beton pracetak yang teksturnya kasar dan GRC board yang teksturnya halus dengan pemilihan warna yang kontras, dan dengan menggunakan sedikit penambahan material kaca dan aluminium, maka menghasilkan suatu tampilan yang kokoh dan elegan sehingga menambah prestise dari bangunan tersebut.

(31)

52

Gambar 3.38 Visualisasi Komposisi Massa dan Material Gambar 3.37 Material

(32)

53

Selain dari bentuk massa dan komposisi bangunan, dari penataan vegetasi yang rimbun menciptakan kesan asri dan serasa menyatu dengan lingkungan sekitar.

Gambar 3.40 Visualisasi Lansekap Gambar 3.39 Suasana Interior

Gambar

Tabel 3.1 Program Ruang Fasilitas Persemayaman
Tabel 3.4 Program Ruang Fasilitas Salon Jenasah
Tabel 3.5 Program Ruang Fasilitas Penunjang
Tabel 3.6 Program Ruang Fasilitas Servis
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Peperiksaan antarabangsa dan badan profesional serta aktiviti penyelidikan yang memerlukan kemudahan makmal di IPT dibenarkan mengikut SOP IPT berkenaan dan pergerakan perlu

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup dengan

temporal selection dan spatial selection. Spatial selection atau pemilihan data secara spasial yang digunakan yaitu data citra satelit yang mencakup wilayah Bogor dengan

Hasanah, kemudian sekolah dasar SDN Angkasa I, selanjutnya sekolah menengah pertama SMP Al-Ma’soem, hingga sekolah menengah atas SMAN 17 Bandung. Terima kasih Bapak dan

Berdasarkan 10 jurnal nasional dan internasional yang sudah di-review dimana dapat disimpulkan bahwasanya Natural Language Processing dapat diimplementasikan dalam

Penelitian ini dilakukan dengan maksud dan tujuan adalah untuk menganalisa dan merencanakan struktur kolom yang ideal serta beban-beban yang mempengaruhinya baik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode latihan berstruktur yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa mengikuti langkah-langkah sebagai berikut (1) guru

Hal ini menjadi salah satu tolak ukur efektif tidakya penghimpunan dana tersebut, meskipun terjadi peningkatan pada penghimpunan dana zakat namun kenyataanya