• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan budaya tidak dapat dipisahkan, bahasa dapat mencerminkan apa yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan budaya tidak dapat dipisahkan, bahasa dapat mencerminkan apa yang"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan bagian penting dalam budaya suatu negara, disisi lain bahasa dan budaya tidak dapat dipisahkan, bahasa dapat mencerminkan apa yang baru dan apa yang penting dalam budaya dan juga bahasa dapat menciptakan hubungan timbal balik dalam budaya. Fungsi bahasa merupakan alat berkomunikasi yang sangat penting dan sempurna dalam melaksanakan interaksi sosial.1 Penggunaan bahasa dalam hubungan antar negara merupakan suatu hal yang penting dalam proses komunikasi antara negara, penggunaan bahasa dapat menciptakan komunikasi yang efektif terutama dalam upaya melaksanakan kerja sama antar negara, dan memahami ideologi serta menciptakan tujuan yang selaras dalam hubungan antar negara.2

Saat ini Bahasa Indonesia telah menjadi salah satu bahasa yang mulai diminati di berbagai negara. Negara kawasan Asia Tenggara sendiri, banyaknya masyarakat di kawasan ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) yang mulai tertarik untuk mempelajari Bahasa Indonesia. Minat mereka mempelajari Bahasa Indonesia disebabkan oleh peluang ekonomi untuk mendapatkan kesempatan bekerja yang besar yang disebabkan oleh dibukanya komunitas

1 El Chris Natalia, Pemilihan Penggunaan Bahasa dalam Interaksi Sebagai Bentuk Adaptasi Antarbudaya di Indonesia, Jurnal Komunikasi Indonesia, Vol, 4, No, 2 (Oktober 2015), Jakarta:

Katolik Indonesia Atma Jaya.

2 Christian Gordon Rambu, Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam Diplomasi Pertahanan Indonesia Terhadap Negara ASEAN, Jurnal Pertahanan, Vol, 6, No, 1 (April 2016), Bogor: Universitas Pertahanan.

(2)

2

Masyarakat Ekonomi ASEAN sehingga membuat mereka tertarik untuk memperlajari Bahasa Indonesia.3 Selain Asia Tenggara, Bahasa Indonesia pun mulai menjadi perhatian beberapa negara di Asia seperti Korea Selatan, Jepang dan China.

Korea Selatan menjadi salah satu negara dengan jumlah peminat Bahasa Indonesia yang cukup tinggi. Saat ini, Bahasa Indonesia mulai menarik minat masyarakat Korea Selatan, di tandai dengan dibentuknya jurusan mengenai Bahasa Indonesia dan Malaysia di beberapa universitas di Korea Selatan, hal ini dapat didasari oleh hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan. Kedatangan pemimpin kedua negara baik ke Korea Selatan ataupun Indonesia sangat berpengaruh terhadap pertukaran budaya kedua negara. Selain terbentuknya studi mengenai budaya dan Bahasa Indonesia di beberapa universitas di Korea Selatan, pengembangan Bahasa Indonesia juga telah menjadi fokus upaya pengenalan budaya oleh Pemerintah Indonesia melalui Keduataan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Seoul.

Saat ini Bahasa Indonesia mulai menjadi salah satu bahasa asing yang cukup popular di Korea Selatan, dibuktikan dengan mulai banyaknya influencer Korea Selatan yang menggunakan dan mempopulerkan Bahasa Indonesia melalui video- video unggahan mereka. Hal ini menjadi bukti bahwa Bahasa Indonesia mulai diminati dan berkembang di Korea Selatan. Selain itu, berdasarkan data yang didapatkan dari KBRI Seoul, bahwa saat ini mulai banyak instansi-instansi

3 Ibid

(3)

3

Indonesia maupun perusahaan-perusahaan Indonesia yang menggunakan selebritis Korea Selatan sebagai brand ambassadornya, dengan tujuan untuk memperkenalkan produk-produk mereka di Korea Selatan, melalui kegiatan ini para selebritis Korea Selatan akan dikenakan Bahasa Indonesia yang pada akhirnya secara tidak langsung memberikan manfaat terhadap popularitas dan pengembangan Bahasa Indonesia di Korea Selatan.4

Pemerintah Indonesia melalui KBRI Seoul membentuk program-program yang bertujuan untuk mengenalkan Bahasa Indonesia kepada masyarakat Korea Selatan ataupun institusi-institusi di Korea Selatan. Program-program tersebut dibentuk guna memperkenalkan Bahasa Indonesia kepada masyarakat ataupun institusi-institusi Korea Selatan yang tertarik untuk mempelajari Bahasa Indonesia.

Begitu pula dengan minat mahasiswa Korea Selatan terhadap pendidikan Bahasa Indonesia pun semakin meningkat setiap tahunnya. Adapun beberapa Universitas di Korea yang sudah membuka Jurusan Malay-Indonesian Laguage, diantaranya adalah Hankuk University of Foreign Studies (HUFS), dan Busan University of Foreign Studies (BUFS).5

Hubungan bilateral Indonesia dan Korea Selatan yang semakin positif diberbagai sektor, diantaranya dalam sektor politik, ekonomi maupun sosial- budaya, yang di tandai dengan peningkatan berbagai kerja sama seperti halnya kerja

4 Data yang diperoleh penulis dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Seoul, Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID), 22 Juni 2021.

5 KBRI di Seoul, Profil dan Hubungan Bilateral, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, diakses dalam https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu (23/3/2021, 21.30 WIB)

(4)

4

sama di bidang pendidikan melalui pertukaran para ahli dan pelajar,6 hal tersebut menjadi faktor penting yang mempengaruhi meningkatnya minat terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di Korea Selatan. Selain itu, kerja sama berupa program-program maupun kegiatan pengenalan budaya menjadi salah satu aspek yang mempengaruhi masyarakat Korea Selatan tertarik mempelajari budaya dan Bahasa Indonesia. Menariknya, antusias masyarakat baik pelajar, pelaku bisnis maupun masyarakat sipil lainnya di Korea Selatan semakin meningkat yang berdampak kepada peluang pengembangan Bahasa Indonesia di Korea Selatan yang semakin besar bagi Pemerintah Indonesia.7

KBRI Seoul sebagai perwakilan Pemerintah Indonesia untuk Korea Selatan, yang bertempat di Seoul, Korea Selatan memiliki peran aktif dalam memperkenalkan dan mengembangkan Bahasa Indonesia di Korea Selatan, khususnya kepada masyarakat Korea Selatan yang tertarik mempelajari Bahasa Indonesia. Adapun peran KBRI Seoul dalam memperkenalkan budaya Indonesia di Korea Selatan, salah satunya adalah Bahasa Indonesia. KBRI Seoul telah menyediakan program-program pembelajaran Bahasa Indonesia kepada masyarakat Korea Selatan antara lain Kelas Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) yang diselenggarakan di KBRI Seoul, bertujuan untuk dapat membantu dan mempermudah masyarakat Korea Selatan untuk dapat mempelajari Bahasa Indonesia di Korea Selatan.

6 Ibid

7 Data yang diperoleh penulis dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Seoul, Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID), 27 April 2021.

(5)

5

Selain itu, KBRI Seoul juga membentuk Komunitas Korea-Indonesia Sahabat Sejati (KISS) dengan harapan dapat membantu KBRI Seoul dalam memperkenalkan Bahasa Indonesia di Korea Selatan. Selain program-program yang disediakan oleh KBRI Seoul, adapun dukungan aktif KBRI Seoul terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia yang disediakan oleh beberapa universitas di Korea Selatan salah satunya adalah HUFS. Universitas ini menyediakan jurusan mengenai pembelajaran Bahasa Indonesia dan budaya Indonesia yang dikenal dengan Malay- Indonesian Departement. Jurusan Malay-Indonesia di HUFS sendiri telah berdiri sejak 1964,8 KBRI Seoul mendukung aktif berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh kedua universitas tersebut khususnya mengenai kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Bahasa Indonesia dan budaya Indonesia.

Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian lebih dalam mengenai upaya-upaya KBRI Seoul dalam mengembangkan Bahasa Indonesia kepada masyarakat Korea Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana diplomasi yang dilakukan KBRI Seoul dalam pengembangan Bahasa Indonesia di Korea Selatan?

8 Hankuk University of Foreign Studies, Departement of Malay-Indonesia, diakses pada http://builder.hufs.ac.kr/user/indexSub.action?codyMenuSeq=63562226&siteId=hufsmain&menu Type=T&uId=1&sortChar=A&menuFrame=&linkUrl=1_1.html&mainFrame=right (19/06/2021, 13.20 WIB)

(6)

6 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami lebih lanjut dan luas upaya-upaya diplomasi bahasa dalam pengembangan Bahasa Indonesia di Korea Selatan oleh Pemerintah Indonesia yaitu KBRI Seoul di Korea Selatan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Manfaat Akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasan bagi para pengkaji hubungan internasional mengenai diplomasi kebudayaan Indonesia khususnya dalam memperkenalkan Bahasa Indonesia di Korea Selatan, serta untuk mengembangkan kajian mengenai diplomasi budaya Indonesia melalui pengembangan Bahasa Indonesia di Korea Selatan. Hubungan bilateral Indonesia dan Korea Selatan yang semakin positif memberikan peluang kepada Indonesia untuk dapat memperkenalkan budayanya kepada masyarakat Korea Selatan. Peran Pemerintah Indonesia melalui KBRI di Seoul yang menyediakan program-program yang berhubungan dengan Bahasa Indonesia salah satunya adalah menyediakan kelas Bahasa Indonesia di KBRI Seoul, dan berbagai kegiatan lainnya seperti Komunitas KISS, festival-festival kebudayaan Indonesia dan kelas gamelan bagi pelajar Korea Selatan.

Sehingga diharapkan hal tersebut dapat memberikan informasi baru kepada akademisi dan pengkaji hubungan internasional khususnya dalam perkembangan hubungan Indonesia dan Korea Selatan, sekaligus memberikan informasi mengenai

(7)

7

diplomasi kebudayaan Indonesia melalui perkembangan Bahasa Indonesia di Korea Selatan.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah Indonesia dan Perwakilan-perwakilan RI di negara-negara sahabat mengenai upaya pengembangan Bahasa Indonesia berikut manfaatnya bagi Indonesia, serta Pemerintah Indonesia juga dapat mengembangkan kerja samanya dengan institusi maupun universitas-universitas di Korea Selatan yang memiliki program pembelajaran Bahasa. Melalui Lembaga seperti universitas-universitas dan institusi, diplomasi Bahasa akan berjalan lebih efektif dan efisien, serta dapat membantu perwakilan Pemerintah Indonesia seperti KBRI untuk dapat mengembangkan dan memperluas budaya Indonesia di Korea Selatan khususnya Bahasa Indonesia. Sehingga diplomasi kebudayaan dan Bahasa tidak hanya dapat dikembangkan melalui G-to-G (Government to Government) melainkan non-state actors pun memiliki peran penting dalam mengembangkan dan membantu memperkenalkan budaya Indonesia melalui Bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia di Korea Selatan merupakan salah satu dampak positif dari hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan. Melalui Bahasa Indonesia, kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan semakin meningkat, yaitu melalui kerja sama dalam bidang sosial budaya, khususnya pendidikan. Baik

(8)

8

Indonesia maupun Korea Selatan, kerdua negara menyediakan program pertukaran pelajar maupun beasiswa untuk pelajar.9

1.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini tidak dapat terlepas dari penelitian-penelitian sebelumnya, dimana penelitian ini mengunakan beberapa penelitian terdahulu dengan literatur yang membahasa mengenai diplomasi kebudayaan Indonesia maupun motivasi mempelajari Bahasa Indonesia.

Penelitian pertama, yaitu skripsi dari oleh Ratu Alya Rickie dengan judul

“Upaya Diplomasi kebudayaan Indonesia melalui Rumah Budaya Indonesia di Amerika Serikat”.10 Diplomasi kebudayaan digunakan oleh penulis untuk menganalisis dan menjelaskan mengenai pembanguanan pusat budaya negara yaitu Rumah Budaya Indonesia di Amerika Serikat, yaitu merupakan bagian dari upaya diplomasi kebudayaan Pemerintah Indonesia dengan tujuan untuk menjadi kerja sama yang baik antara Indonesia dan Amerika Serikat.

Rumah Budaya Indonesia telah menjalankan program kerja dan fungsinya sesuai dengan ketetapan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud) yang diantaranya mencakup Expression, Culture Learning and Culture Advocacy & promotion. Menurut Ratu, upaya diplomasi kebudayaan Indonesia melalui Rumah Budaya Indonesia di Amerika Serikat dianggap kurang berhasil, disebabkan karena disetiap tahunnya peran Rumah

9 KBRI di Seoul, Loc. Cit

10 Ratu Alya Rickie, 2019, Upaya Diplomasi kebudayaan Indonesia Melalui Rumah Budaya Indonesia di Amerika Serikat, Skripsi, Bandung: Prodi Hubungan Internasional, Universitas Katolik Parahyangan.

(9)

9

Budaya Indonesia menjalankan fungsi yang berbeda-beda. Di tahun 2014 dan 2015, hanya kegiatan culture expression lebih berjalan dan terpenuhi secara signifikan di bandingkan dengan dua fungsi lainnya, sedangkan di tahun 2016, hanya culture learning yang lebih berjalan dan terpenuhi secara signifikan. Sehingga, beberapa fungsi terkadang terpenuhi terkadang tidak terpenuhi. Sehingga apabila ketiga faktor diatas seluruhnya terpenuhi setiap tahunnya maka peran diplomasi kebudayaan akan berjalan maksimal dan memberikan hasil yang maksimal.

Penelitian Kedua, ditulis oleh Eko Widianto dengan judul “Diplomasi Bahasa dan Budaya Indonesia melalui Kegiatan Ekstrakulikuler Kelas Budaya di Universitas Sousse Tunisia”.11 Penelitian ini menggunakan alat Analisa diplomasi bahasa dimana tujuan dari dibentuknya kegiatan ekstrakulikuler kelas bahasa yang ada di Universitas Sousse, Tunisia bukan hanya program utama yang di sediakan oleh Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK) dalam pembelajaran BIPA, namum merupakan salah satu upaya diplomasi bahasa dan budaya oleh Pemerintah Indonesia kepada mahasiswa di Universitas Sousse. Eko menyatakan bahwa kehadiran pembelajaran bahasa dan budya Indonesia tersebut di terima secara positif oleh mahasiswa Universitas Sousse, ditandai dengan berjalan deng baik dan santai kegiatan kelas ekstrakulikuler tersebut. Proses pengenalan budaya dan bahasa dalam kegiatan ekstrakulikuler kelas budaya ini

11 Eko Widianto, Diplomasi Bahasa dan Budaya Indonesia melalui Kegiatan Ekstrakulikuler Kelas Bahasa di Universitas Sousse Tunisia. Jurnal Membaca Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol, 3 No, 1 (April 2018).

(10)

10

adalah melalui pengenalan wayang kulit, blangkin, tenun torso, tembang jawa, dan cerita-cerita rakyat.

Kegiatan kelas budaya yang diselenggarakan oleh PPSDK ini merupakan program yang juga mendapatkan dukungan aktif dari Pemerintah Indonesia melalui KBRI Tunis yang merupakan program yang dapat menjembatani upaya diplomasi Indonesia. Eko menjelaskan bahwa diplomasi kebudayaan yang dikalukan oleh Pemerintah Indonesia melalui KBRI Tunis tidak hanya sekedar diplomasi melaikan terdapat tujuan tersendiri yaitu sebagai pendekatan diplomasi ekonomi antara Indonesia dan Tunisia. Melalui pendekatan diplomasi kebudayaan dan Bahasa Indonesia Pemerintah Indonesia beruasa untuk melakukan kerja sama dengan beberaoa pelaku industri rumah makan di Tunisia untuk dapat mnegembangkan usaha rumah makan Indonesia di Tunisia, disebabkan tidak mudahnya membuka usaha rumah makan di Tunisia, sehingga Pemerintah Indonesia menggunakan pendekatan diplomasi bahasa dan budaya di Tunisia untuk dapat menari perhatian para pelajar khususnya anak-anak muda Tunisia.

Penelitian Ketiga, ditulis oleh Anak Agung Ngurah Anggara Darma, Idin Fasisaka, dan Putu Titah Kawitri Resen yang berjudul “Penggunaan Bahasa Indonesia sebagai Media Diplomasi antara Indonesia dengan Thailand melalui Program Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) pada tahun 2011-2015”.12 Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan teknik

12 Anak Agung, Idin Fasisaka dan Putu Titah K, Penggunaan Bahasa Indonesia sebagai Media Diplomasi antara Indonesia dengan Thailand melalui Program Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) pada Tahun 2011-2015, Jurnal Hubungan Internasional, Vol, 1 No, 1 (2018)

(11)

11

analisa kualitatif. Alat analisa yang di gunakan adalah diplomasi kebudayaan yang menjelaskan bahwa melalui BIPA dan diplomasi kebudayaan sebagai bentuk identitas nilai-nilai nasional bangsa Indonesia dan sebagai bentuk upaya mempengaruhi masyarakat Thailand yang tidak dapat di capai melalui fungsi kedutaan transnasional.

Peneliti menuturkan bahwa diplomasi kebudayaan Indonesia melalui BIPA nantinya di harapkan mampu menyediakan agenda positif terkait kerja sama antara Indonesia dan Thailand, terlepas dari adaanya perbedaan kebijakan yang dimasa depan akan menciptakan platform netral untuk people to people contact. Melalui BIPA kedepannya diharapkan mampu memberikan citra positif bagi Indonesia.

Dirasa, perlu adanya pembenahan terkait pelaksanaan program BIPA di Thailand, materi yang akan di berikan kepada para penutur asing perlu menjadi perhatian tergantung kepada porsi dan kebutuhan mereka. Pemberiaan materi terkait materi- materi yang kaya akan budaya Indonesia dirasa perlu ditingkatkan guna memberikan citra positif Indonesia dimata para pelajar Thailand.

Penelitian Keempat, ditulis oleh Koshor Kumar Das dengan judul

“Diplomasi dan Strategi Bahasa dan Sastra: Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pergaulan Internasional”.13 Posisi Indonesia sebagai salah satu negara terbesar di kawasan Asia tenggara baik secara geografis, populasi maupun kekuatan ekonomi dan politik dalam hubungan internasional membawa peluang dan tantangan untuk mengembangkan budaya Indonesia dan diplomasi Bahasa Indonesia. Banyaknya

13 Kishor Kumar Das, Diplomasi dan Strategi Bahasa dan Sastra: Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Pergaulan Internasional, Kongres Bahasa Indonesia, diakses pada

(12)

12

negara yang mulai tertarik untuk melakukan kerja sama dengan Indonesia menjadi peluang bagi bangsa ini untuk mengenalkan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi setiap negara kepada Indonesia. namun disisi lain, terdapat beberapa tantangan bagi Indonesia yang menjadikan indonesia tidak dapat mengambil posisi tersebut. Sehingga Indonesia harus mengembangkan strategi komprehensif untuk meningkatkan diplomasinya. Ketika ekonomi dan poltik Indonesia menjadi lebih baik dan memiliki andil dalam kawasan, maka Bahasa Indonesia memiliki peluang sebagai bahasa regional Asia Tenggara.

Bahasa dapat menjadi salah satu alat diplomasi suatu negara terutama Indonesia untuk memperkenalkan segala kebudayaannya dan menjadi daya tatik bagi khalayak dunia untuk mempelajarinya. Hal-hal ini dapat didasari oleh berbagai macam faktor pendukung seperti halnya kerja sama antar negara. Melalui kerja sama dapat memberikan peluang bagi setiap negara untuk memperkenalkan budaya masing-masing. Penggunaan Bahasa dalam segala kegiatan diplomasi sangat penting, dimana bahasa menjadi instrument dalam berkomunikasi dan bertukar ide dan pikiran. Sehingga Bahasa Indonesia cukup sebagai intrumen Pemerintah Indonesia dalam mengenalkan budayanya. Indonesia sebagai negara terbesar di Kawasan Asia Tenggara dapat memanfaatkan peluang dalam memperkenalkan Bahasa Indonesia di Kawasan ini, setidaknya Indonesia mampu untuk menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional khusunya dikawasan Asia Tenggara. Indonesia memiliki kekuatan ekonomi dan politik yang cukup besar di Kawasan ini, sehingga Bahasa Indonesia sangat berpotensi sebagai bahasa regional

(13)

13

yaitu dikawasan Asia Tenggara, sehingga Bahasa Indonesia dapat menjadi pintu gerbang dan alat untuk belajar dan merasakan ap aitu Asia Tenggara.

Penelitian Kelima ditulis oleh Lukman dengan judul “Language Attitudes and Motivation for Learning Indonesian Language as a Foreign Language by Students of Malay-Indonesian Departement, Hankuk University of Foreign Studies (HUFS) South Korea”.14 Penelitian ini membahas mengenai motivasi serta sikap Bahasa bagi mahasiswa Jurusan Malay-Bahasa di Hankuk University of Foreign Studies dalam mempelajari Bahasa Indonesia sebagai Bahasa asing. Dijelaskan bahwa sikap positif mahasiswa jurusan Malay-Indonesian dalam mempelajari Bahasa Indonesia dimana mereka merasa bahwa Bahasa Indonesia tidak sulit untuk di pelajari dan menarik. Motivasi mereka untuk mempelajari Bahasa Indonesia pun sangat tinggi sehingga mempermudah para mahasiswa untuk mencapai tujuan mereka dengan sangat baik dalam mempelajari Bahasa Indonesia.

Table 1.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti &

Judul

Jenis Penelitian dan Alat Analisa

Hasil 1 Rika Alya Rickie

“Upaya Diplomasi kebudayaan

Indonesia melalui Rumah Budaya Indonesia di Amerika Serikat”

Jenis Penelitian:

Deskriptif Alat Analisa:

Soft power dan Diplomasi

kebudayaan

Rumah Budaya Indonesia telah menjalankan program kerja dan fungsi nya sesuai dengan ketetapan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang diantaranya mencangkup Expression, Culture Learning and Culture Advocacy &

promotion. Menurut Ratu,

14 Lukman, Languange Attitude and Motivation for Learning Indonesian Language as a Foreign Language by Students of Malay-Indonesian Departement, Hankuk University of Foreign Studies (HUFS) South Korea, Jurnal Ilmu Bahasa, Vol, 7 No, 7 (2019).

(14)

14

upaya diplomasi kebudayaan Indonesia melalui Rumah Budaya Indonesia di Amerika Serikat dianggap kurang berhasil, disebabkan karena disetiap tahunnya peran Rumah Budaya Indonesia menjalankan fungsi yang berbeda-beda.

Terkadang terpenuhi terkadang tidak terpenuhi. Sehingga apabila ketiga factor diatas seluruhnya terpenuhi setiap tahunnya maka peran diplomasi kebudayaan akan berjalan maksimal dan memberikan hasil yang maksimal.

2 Eko Widianto

“Diplomasi

Bahasa dan

Budaya Indonesia melalui Kegiatan Ekstrakulikuler Kelas Budaya di Universiatas Sousse Tunisia

Jenis Penelitian:

-

Alat Analisa:

Diplomasi Bahasa

Kegiatan kelas budaya yang diselenggarakan oleh PPSDK ini merupakan program yang juga mendapatkan dukungan aktif dari Pemerintah Indonesia melalui KBRI Tunis yang merupakan program yang dapat menjembatani upaya diplomasi Indonesia. Diplomasi kebudayaan yang dikalukan oleh Pemerintah Indonesia melalui KBRI Tunis tidak hanya sekedar diplomasi melaikan terdapat tujuan tersendiri yaitu sebagai pendekatan diplomasi ekonomi antara Indonesia dan Tunisia.

Melalui pendekatan diplomasi kebudayaan dan Bahasa Indonesia Pemerintah Indonesia beruasa untuk melakukan kerja sama dengan beberaoa pelaku industri rumah makan di

(15)

15

Tunisia untuk dapat mnegembangkan usaha rumah makan Indonesia di Tunisia, disebabkan tidak mudahnya membuka usaha rumah makan di Tunisia, sehingga Pemerintah Indonesia menggunakan pendekatan diplomasi bahasa dan budaya di Tunisia untuk dapat menari perhatian para pelajar khususnya anak-anak muda Tunisia.

3 Anak Agung, Idin Fasisaka, dan Putu Titah

“Penggunaan Bahasa Indonesia sebagai Media Diplomasi antara Indonesia dengan Thailand melalui Program

Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) pada tahun 2011-2015”

Jenis Penelitian:

Deskriptif Alat Analisa:

Diplomasi kebudayaan

Indonesia yang memiliki peran penting di Kawasan ASEAN, dengan kepemilikan militer yang besar dan kuat dam memiliki peran penting dalam misi pemeliharaan perdamaian di PBB, luas tempat Latihan bagi pasukan perdamaaian terbesar di dunia, Indonesia sebagai mediator konflik di Kawasan ASEAN, membuat negara-negara di Kawasan ASEAN tertarik dalam mempelajari Bahasa Indonesia.

Kemham sebagai pembina bidang pertahanan memanfaat kan perannya untuk dapat melaksanakan diplomasi pertahanan melalui Bahasa Indonesia. Kemhan bekerja sama dengan kemendikbud, bekerja sama dengan Kemenhan negara-negara di ASEAN menempatkan personel TNI dan PNS Kemhan untuk mengajarkan BIPA kepada personel militer negara

(16)

16

ASEAN. Sebagai bukti kelulusan, para personel haru memberikan bukti ertifikan UKBI, yang berfungsi untuk memastikan bahwa personel militer ASEAN dapat mengikuti pendididkan dan latihan di Indonesia dalam rangka kerja sama pertahanan.

4 Koshor Kumar Das

“Diplomasi dan Strategi Bahasa dan Sastra: Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pergaulan Internasional”

Jenis Penelitian:

Deskriptif Alat Analisa:

Komunikasi, diplomasi bahasa,

Bahasa dan

Kekuatan Lunak (Soft power)

Penggunaan Bahasa dalam segala kegiatan diplomasi sangat penting, dimana bahasa menjadi

instrument dalam

berkomunikasi dan bertukar ide dan pikiran. Sehingga Bahasa Indonesia cukup sebagai intrumen Pemerintah Indonesia

dalam mengenalkan

budayanya. Indonesia sebagai negara terbesar di Kawasan Asia Tenggara dapat memanfaatkan peluang dalam memperkenalkan Bahasa Indonesia di Kawasan ini, setidaknya Indonesia mampu untuk menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional khussunya dikawasan Asia Tenggara.

Indonesia memiliki kekuatan ekonomi dan politik yang cukup besar di Kawasan ini, sehingga Bahasa Indonesia sangat berpotensi sebagai bahasa regional yaitu dikawasan Asia Tenggara, sehingga Bahasa Indonesia dapat menjadi pintu gerbang dan alat untuk belajar

(17)

17

dan merasakan apa itu Asia Tenggara.

5 Lukman

“Language

Attitudes and Motivation for Learning

Indonesian

Language as a Foreign Language by Students of Malay-Indonesian Departement, Hankuk University of Foreign Studies (HUFS) South Korea”

Jenis Penelitian:

-

Alat Analisa:

Language Attitude

Sikap positif mahasiswa jurusan Malay-Indonesian dalam mempelajari Bahasa Indonesia dimana mereka merasa bahwa Bahasa Indonesia tidak sulit untuk di pelajari dan menarik. Motivasi mereka untuk mempelajari Bahasa Indonesia pun sangat tinggi sehingga mempermudah para mahasiswa untuk mencapai tujuan mereka dengan sangat baik dalam mempelajari Bahasa Indonesia.

1.5 Kerangka Konseptual

1.5.1 Diplomasi Kebudayaan

Diplomasi kebudayaan hadir sebagai suatu upaya untuk mencapai kepentingan nasional yang dilakukan melalui serangkaian hubungan antara negara baik secara bilateral hingga multilateral dengan pendekatan kebudayaan dalam proses hubungan antar negaranya. Budaya memainkan peranan penting dalam proses ini, budaya dapat meredakan suatu hubungan yang cukup tegang antar negara dan membentuk jalinan hubungan suatu negara dalam jangka waktu yang tidak dapat ditentukan.15

15 Simon Mark, 2009, Discussion Papers in Diplomacy: A Greater for Cultural Diplomacy, Netherland: Ragnhild Drange

(18)

18

Menurut Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari, diplomasi kebudayaan merupakan suatu upaya negara-negara berkembang untuk mencapai kepentingannya melalui pendekatan kebudayaan dan kerja sama non militer.

Diplomasi kebudayaan merupakan salah satu bagian dari diplomasi yang bertujuan untuk mencapai kepentingan nasional melalui pendekatan kebudayaan yang dimiliki suatu negara, diantaranya berupa pendidikan, seni, ilmu pengetahuan, olahraga dan lain sebagainya, serta tidak mengandung unsur-unsur ekonomi, politik maupun militer.16

Diplomasi kebudayaan tidak selalu dilaksanakan oleh aktor-aktor pemerintah, diplomasi kebudayaan juga melibatkan aktor-aktor non-negara baik individu maupun kelompok dalam mencapai kepentingannya. Tujuan dari diplomasi kebudayaan sendiri adalah untuk mempengaruhi pendapat khalayak umum dengan tujuan agar mendukung suatu kebijakan politik luar negeri suatu negara dengan sasaran pendapat publik baik di ranah nasional maupun internasional.17 Diplomasi kebudayaan sering kali dikenal dengan soft power, karena diplomasi kebudayaan telah menghilangkan unsur-unsur politik maupun militer dan berfokus kepada hubungan-hubungan atau aliansi multilateral maupun bilateral melalui pendekatan-pendekatan kebudayaan suatu negara.18

Dalam praktiknya, diplomasi kebudayaan memiliki beberapa bentuk yang sering digunakan oleh para pemangku kepentingan maupun individu dalam

16 Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari, 2007, Diplomasi Kebudayaan: Konsep dan Relevansi bagi Negara Berkembang Studi Kasus Indonesia, Ombak:Yogyakarta. hal 19

17 Ibid

18 Kristen Bound, dkk, 2007, Culture is a Central Component of International Relations. It’s Time to Unlock Its Full Potential, London: Demos.

(19)

19

prosesnya, antara lain eksibisi, propaganda, kompetisi, penetrasi, negosisasi, pertukaran ahli.19

a. Eksibisi

Eksibisi merupakan salah satu bagian dari diplomasi kebudayaan dalam bentuk pameran, baik pameran mengenai kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, maupun ideologi atau nilai-nilai sosial suatu bangsa kepada bangsa lain.20 Bentuk ini lebih konvensional, sebab gaya dalam penerapannya/prosesnya lebih transparan dan modern dibandingkan dengan bentuk diplomasi kebudayaan lainnya.

Eksibisi juga memiliki sifat eksibisionistik yang merupakan keinginan suatu bangsa untuk dapat menunjukan ‘keunggulan’ negaranya, sehingga dapat meningkatkan citra bangsanya dan memperoleh kehormatan yang lebih tinggi diantara negara lainnya. Eksibisi biasanya dilakukan di dalam aupun diluar negeri, yang dapat dilakukan secara mandiri maupun bekerja sama dengan negara lain (multinasional). Pada nyatanya eksibisi memberikan dampak yang cukup berarti atas pengakuan terhadap suatu negarayang akhirnyadapat mencapai kepentingan nasional suatu negara.

b. Propaganda

Propaganda memiliki pengertian yang hampir sama dengan eksibisi, namun dalam bentuk ini dilakukan secara tidak langsung dan bersifat negatif, biasanya dilakukan melalui media masa, elektronik mapun non-elektronik.21 Sebab nilai-

19 Ibid

20 Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari, Op.Cit, hal 21

21 Ibid, hal 22

(20)

20

nilai sosial dan ideologi suatu negara yang dirasa merupakan nilai-nilai kebudayaan suatu negara menjadi bahan penting untuk dapat dipromosikan kepada suatu bangsa. Bentuk ini cukup popular dan masih dipergunakan oleh beberapa negara, hal tersebut dinyatakan oleh beberapa literatur hubungan internasional dan politik internasional.

c. Kompetisi

Dalam konteks diplomasi kebudayaan, kompetisi dimaksud adalah pertandingan yang dilakukan melalui dimensi kebudayaan, seperti olahraga, kompetisi ilmu pengetahuan, dan lain-lain.22 Pemberian penghargaan merupakan salah satu diplomasi kebudayaan berupa kompetisi. Selain itu, persaingan juga merupakan salah satu bentuk dari kompetisi, terkait hal ini dapat berada dalam situasi krisis, konflik dan darurat, contohnya adalah perang dingin. Perang dingin merupakan salah satu bentuk dari kompetisi, sebab dalam hal ini terdapat upaya- upaya setiap negara dalam menampilkan kekuatan negaranya, baik melalui kepemilikan senjata dan lainnya dalam menciptakan perdamaian dan menarik perhatian negara lain.

d. Penetrasi

Penetrasi biasanya dilakukan melalui upaya perdagangan, ideologi, dan militer. Penetrasi menjadi bagian dari diplomasi kebudayaan, sebab sasaran utamanya adalah masyarakat bangsa lain, dengan substansinya melalui perkenalan nilai-nilai ekonomi, ideologi dan sosial-politik. Dalam kekuatan makro biasanya

22 Ibid

(21)

21

dilakukan melalui media seni (film).23 Dalam bentu yang paling sederhana adalah penetrasi nilai-nilai konsumerisme dengan tujuan masyarakat negara-negara berkembang yang dilakukan melalui kekuatan negara industri maju.

e. Negosiasi

Negosiasi dalam diplomasi kebudayaan yang dinyakaran oleh Tulus dan Wahyuni merupakan bentuk negosiasi yang tidak hanya berupa upaya perundingan, melainkan juga mengenai bagaimana cara dari negosiasi itu sendiri dilaksanakan.24 Sebab, dalam prosesnya, tempat dari proses negosiasi itu sendiri dirasa sangat penting dan amat mempengaruhi dalam pengambilan dan pembentukan keputusan.

Lingkungan budaya dalam konteks ini adalah pada kesadaran politik masyarakat setempat, pers/media massa, sistem keamanan dan pengamanan, maupun fasilitas- fasilitas akomodasi untuk melaksanakan negosiasi dimaksud.

Substansi pembahasan yang akan dinegosiasikan berkaitan dengan diplomasi kebudayaan yang menggambarkan kepentingan bangsa-bangsa yang bersangkutan untuk dapat saling memperkenalkan, mengakui dan menghargai kebudayaan masing-masing, bentuk ini biasanya dilakukan melalui pertukaran kebudayaan atau pertukaran ahli, maupun kerja sama makro lainnya.

Negosiasi yang dilakukan mencerminkan kepada adanya tingkat pengakuan internasional yang positif bagi tuan rumah dari pelaksana kgiatan negosiasi, sehingga banyaknya negara/bangsa yang berkeinginan menjadi tuan rumah dalm

23 Ibid, hal 23

24 Ibid, hal 24

(22)

22

suatu konferensi internasional walaupun akan memakan biaya yang cukup tinggi dalam penyelenggaraannya.

f. Pertukaran ahli

Pertukaran ahli dalam diplomasi kebudayaan ini merupakan hasil dari bentuk negosiasi, namun pertukaran ahli lebih mencangkup kepada bentuk kerja sama pertukaran kebudayaan yang lebih luas, yakni seperti kerja sama beasiswa, pertukaran ahli dibidang tertentu antar negara/bangsa.25 Dalam hal lain, negara yang bersangkutan nantinya akan memiliki hubungan dan kepentingan timbal balik dalam aspek kebudayaan.

Nantinya orang-orang yang dikirimkan sebagai perwakilan dalam pertukaran diharapkan dapat mempelajari disiplin ilmu yang ditekuninya dan aspirasi sosial-ekonomi masyarakat setempat sehingga dapat diterapkan dan diinformasikan kepada masyarakat negaranya sendiri.

Diplomasi kebudayaan juga dapat digunakan sebagai instrument pendekatan untuk mencapai kepentingan nasional suatu negara, diplomasi kebudayaan dirasa mampu memberikan pengaruh dan mempermudah proses negosiasi suatu negara dalam mencapai kepentingan nasional.

Upaya diplomasi kebudayaan pada dasarnya dapat dilakukan oleh elit pemerintah ataupun non-pemerintah seperti LSM, ataupun swasta di suatu negara dengan tujuan masyarakat umum suatu negara.26 Secara tradisional, diplomasi

25 Ibid, hal 24

26 Andrew F. Cooper, et.al, 2013, The Oxford Handbook of Modern Diplomacy: Cultural Diplomacy (Patricia M. Goff), Great Claredom Street: Oxford University Press.

(23)

23

kebudayaan merupakan suatu usaha untuk melindungi negara, dalam hal ini biasanya diplomasi kebudayaan seringkali dilakukan oleh aktor negara atau elit pemerintah terkait yang disebut dengan diplomat melalui Kementerian Luar Negeri ataupun Pemerintah sederajat lainnya.27 Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam pengembangan diplomasi kebudayaan biasanya dilakukan melalui pengajaran bahasa, pertukaran akademisi, elit dan pelajar. Peran penting diplomasi kebudayaan itu sendiri adalah sebagai media dalam memberikan pemahaman terhadap masyarakat atau penduduk asing terhadap aspek budaya suatu negara.

Langkah yang di ambil oleh Pemerintah atau Lembaga terkait dalam diplomasi kebudayaan biasanya menggunakan teknik yang cukup sederhana, dimana dengan upayanya sendiri ataupun bantuan akademisi serta organisasi- organisasi swasta dengan melakukan pameran budaya maupun pertukaran akademisi atau pelajar dan lain sebagainya. Hal ini dirasa cukup efektif untuk dapat memperkenalkan budaya kepada masyarakat asing. 28

Peran Pemerintah Indonesia di Korea Selatan melalui KBRI di Seoul telah menjalankan perannya dalam pengembangan hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan yang salah satunya adalah melalui upaya-upayanya memperkenlkan kebudayaan Indonesia kepada masyarakat Korea Selatan.

Diplomasi kebudayaan yang dilakukan oleh KBRI Seoul cukup beragam, diantaranya adalah melalui kerja sama yang telah di sepakati bersama oleh Pemerintahan Indonesia maupun Pemerintah Korea Selatan dalam bidang

27 Ibid

28 Ibid

(24)

24

pendidikan yang memberikan akses kepada para pelajar Indonesia maupun Korea Selatan untuk dapat mendapatkan fasilitas beasiswa yang disediakan oleh kedua negara. Selain itu, pemerintah Korea Selatan yang selalu mengadakan festival- festival kebudayaan di berbagai wilayah di Korea Selatan membantu pemeritah Indonesia untuk memperkenalkan budaya Indonesia dengan keikutsertaannya dalam festival-festival budaya tersebut.

Bahasa merupakan bagian dari budaya yang dapat memperkenalkan budaya secara keseluruhan. Bahasa merupakan instrumen yang mudah untuk digunakan sebagai upaya dalam memperkenalkan suatu budaya, dalam mengembangkan bahasa, selain melalui perwakilan pemerintahan suatu negara, bahasa juga dapat dikembangkan melalui kerja sama dengan institusi swasta, maupun lembaga pendidikan.29 Sehingga, budaya dapat diperkenalkan melalu lembaga ataupun universitas yang memiliki pembelajaran bahasa, dengan kata lain, diplomasi Bahasa merupakan salah satu upaya diplomasi oleh pemerintah melalui suatu kebijakan yang dibentuk secara terstruktur sebagai upaya dalam mengembangkan dan membina bahasa baik dalam lingkup internal maupun eksternal sebagai upaya memperluas dan mengembangkan hubungan suatu negara baik regional, bilateral maupun multilateral melalu bahasa.30

Selain itu, kegiatan diplomasi kebudayaan sangatlah beragam salah satunya adalah pengenalan bahasa nasional suatu negara yang dikenal dengan diplomasi

29 Ibid

30 Robert Masraeng, Diplomasi Bahasa Menjembatani Keragaman Bahasa Daerah dan Penguatan Bahasa Indonesia, Retrotika: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol, 1, No, 1 (April 2015).

(25)

25

bahasa.31 Pengenalan bahasa ini dapat berupa pelatihan-pelatihan bahasa yang disediakan oleh suatu negara terhadap negara tujuan. Lain halnya dalam bidang pendidikan atau akademik, suatu negara yang ingin memperkenalkan bahasanya dapat mengirimkan perwakilannya untuk membantu mengajarkan dan memberikan pelatihan. Suatu negara yang ingin memperkenalkan bahasanya dapat membatu negara tujuan dengan mengirimkan beberapa literatur pustaka yang relevan dengan bahasa nasional negaranya. Kegiatan diplomasi kebudayaan dalam hal ini, merupakan suatu bentuk sebagian kecil dari diplomasi kebudayaan negaranya, Negara-negara dengan bahasa nasional yang bukan diantara bahasa Internasional biasnya menggunakan hal ini unutk membantu merealisasikan diplomasi kebudayaan negaranya.32

Bahasa Indonesia merupakan salah satu instrument diplomasi kebudayaan yang dapat memperkenalkan kebudayaan Indonesia di rancah internasional. Bahasa Indonesia dapat merepresentasikan budaya Indonesia kepada dunia dan dapat menjadi sarana informasi mengenai budaya Indonesia. Perkembangan Bahasa Indonesia di Korea Selatan tidak hanya berpaku kepada bagaimana mereka mempelajari Bahasa Indonesia dan memahami Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia di Korea Selatan juga memiliki peran penting dalam memperkenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat Korea Selatan.

Dalam konteks Bahasa Indonesia di Korea Selatan, Pemerintah Indonesia dapat bekerja sama dengan institusi maupun universitas-universitas di Korea

31 Erik Pajtinka, Cultural Diplomacy in the Theory and Practice of Contemporary International Relations, Political Sciences, Vol, 17, No, 4 (2014)

32 Ibid

(26)

26

Selatan yang memiliki program pembelajaran bahasa. Melalui Lembaga seperti universitas-universitas dan institusi, diplomasi bahasa akan berjalan lebih efektif dan efisien, serta dapat membantu perwakilan Pemerintah Indonesia seperti KBRI untuk dapat mengembangkan dan memperluas budaya Indonesia di Korea Selatan.

Sehingga diplomasi kebudayaan dan Bahasa tidak hanya dapat di kembangkan melalui G-to-G (Government to Government) melainkan non-state actor pun memiliki peran penting dalam mengembangkan dan membantu memperkenalkan budaya Indonesia melalui Bahasa Indonesia.

Peran diplomasi kebudayaan Pemerintah Indonesia melalu program- program kebudayaan yang disediakan di KBRI membantu dalam mepromosikan budaya Indonesia dikalangan masyarakat Korea Selatan, khususnya pelajar-pelajar muda Korea Selatan. Program-program budaya yang disediakan oleh Pemerintah Indonesia diantaranya adalah pembukaan kelas gamelan untuk masyarakat Republik Korea, kelas Bahasa Indonesia di KBRI Seoul dan institusi-institusi di Republik Korea, mengikuti festival atau pameran budaya termasuk kuliner dan pariwisata dan lain sebagainya.

1.5.2 Soft power

Hubungan internasional tidak hanya mengenai kekuatan militer ataupun ekonomi saja, adapun beberapa upaya mengenai pendekatan-pendekatan melalui upaya-upaya non-militer yang dikenal dengan soft power. Soft power dapat diwujudkan apabila pihak lain memiliki tujuan dan upaya yang sama dalam

(27)

27

menguatkan tekad guna mencapai tujuan yang sama.33 Soft power tidak akan berguna terhadap pemerintahan yang otoriter dan menerapkan pengaruhnya dengan upaya paksaan. Diplomasi kontemporer merupakan suatu bentuk soft power yang di populerkan pasca perang dingin, bentuk-bentuk dari diplomasi kontemporer adalah diplomasi publik, yang merupakan suatu upaya penyebaran Soft power.

Adapun beberapa upaya dalam menjalankan diplomasi publik, diantaranya adalah diplomasi kebudayaan. Nye juga menyatakan bahwa soft power merupakan suatu usaha dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Dalam jurnal yang di tulis oleh Alexander L. Vuving menyatakan bahwa terdapat 3 (tiga) aspek yang membantu dalam membangun soft power, diantaranya adalah benignity, brilliance dan beauty.34 Benignity yaitu suatu upaya menggunaan kekuatan dengan memperlakukan target sesuai dengan peran soft power yang dijalankan, dengan maksud mendapatkan simpati dari target yang dituju. Brilliance, merupakan suatu usaha dalam penggunaan power dihadapan target yang dituju, dengan maksud menciptakan rasa kagum dan daya tarik dari target. Beauty, berkaitan dengan visi, cita-cita, nilai dan latar belakang.

Soft power merupakan suatu usaha untuk memberikan pengaruh terhadap orang lain melalui preferensi mereka.35 Nye menyatakan terdapat tiga paramerer yang dimiliki suatu negara dalam menjalankan soft powernya yaitu kebudayaan, nilai-nilai politik dan kebijakan luar negeri.36 Minat atau ketertarikan seseorang

33 Joseph S. Nye, Jr, 2004, Soft Power: The Means to Success in World Politics, New York: BBS Public Affairs

34 Alexander L. Vuving, 2009, How Soft Power Works, Toronto: SSRN Electronic Journal

35 Joshep S. Nye, Jr, Op.Cit

36 Ibid

(28)

28

terdiri dari beberapa bentuk yang berbeda-beda seperti budaya, program pertukaran, media, bahasa maupun promosi suatu budaya negara merupakan alat-alat dalam menciptakan soft power.37 Namun beberapa hal tersebut tidak menghasilkan soft power secara langsung, dibutuhkan beberapa usaha seperti mempromosikan pemahaman, menyebarkan nilai-nilai dapat membantu dalam menciptakan soft power.

Faktor budaya dalam upaya soft power bukan hanya mengenai pengembangan dan perkenalan budaya khususnya budaya popular, melainkan adanya tujuan lain bagi negara tersebut untuk dapat memenuhi kepentingan politiknya melalui peran budaya, hal tersebut berlaku pada berbagai upaya diplomasi kebudayaan oleh pemerintah seperti melalui pertukaran pelajar sekalipun.38 Soft power memberikan perhatian khusus kepada upaya-upaya Pendidikan, pengetahuan dan budaya, yang mana budaya menjadi sarana peningatan upaya soft power di seluruh belahan dunia.39 Sehingga soft power menjadi langkah yang cukup popular yang telah dilakukan oleh banyak negara di seluruh dunia.

Pendidikan menjadi cara yang dirasa paling berhasil dalam pengembangan soft power. Sistem Pendidikan yang baik disuatu negara merupakan suatu inovasi untuk dapat menarik perhatian warga negara asing untuk dapat menempuh pendidikan di negara tersebut. Hal tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk dapat

37 Alexander Vuving, Op.cit

38 Joshep S. Nye, Jr, Op.Cit

39 Andrew F. Cooper, et.al, Op.Cit

(29)

29

memperkenalkan dan mempopulerkan kebudayaannya kepada mereka. Perluasaan dan pengembangan bahasa merupakan suatu cara yang dirasa sangat menguntungkan untuk dapat mengembangkan upaya soft power khususnya diplomasi.40 Bahasa bukan berarti menjadi suatu upaya yang sangat di perlukan dalam pengembangan soft power, terdapat upaya melalui budaya lainnya yang dapat di gunakan dan bermanfaat bagi pengembangan soft power, namun sejauh ini bahasa memberikan manfaat yang cukup signifikan dalam upaya pengembangan soft power.41

Dalam hubungan bernegara dan diplomasi, soft power merupakan bagian penting dalam kebijakan luar negeri suatu negara, soft power dapat digunakan sebagai media dalam upaya diplomasi suatu negara melalui kekuatan-kekuatan diluar kekuatan militer (paksaan).42 Metode paling efektif dalam upaya pengembangan soft power adalah melalui diplomasi publik, tujuannya adalah untuk dapat menarik perhatian masyarakat luas maupun elit terkait citra bangsa melalui upaya kebudayaan, atau dapat dikatakan dengan upaya promosi budaya.

Terdapat tiga landasan dalam kekuatan soft power suatu negara, diantaranya adalah (1) budaya, peran budaya dalam upaya soft power suatu negara adalah sebagai alat untuk dapat menarik perhatian orang lain atau negara lain, budaya yang dirasa menjadi upaya yang cukup efektif untuk dapat mempengaruhi suatu negara untuk dapat tertarik kepada upaya politik luar negeri suatu negara; (2) nilai-nilai

40 Ibid

41 Ibid

42 Ibid

(30)

30

politik, berperan sebagai tumpuan atau landasan bernegara baik didalam maupun diluar negeri; serta (3) kebijakan luar negeri, sebagai suatu aturan untuk dapat dijadikan landasan suatu negara dalam menyebarkan pengaruh politiknya kepada suatu negara demi mencapai kepentingan nasionalnya. Dalam konteks budaya, budaya menjadi instrumen yang memiliki kekuatan penting dalam soft power.

Budaya dapat digunakan sebagai instrument dalam menyebarkan pengetauan sekaligus kekuasaan, melalui musik, bahasa maupun kebudayaan dapat menarik perhatiaan masyarakat asing khususnya generasi muda.

Diplomasi tidak hanya dilkaukan oleh state-actor, di era globalisasasi saat ini peran non-state-actor sangatlah berpengaruh dalam pengembangan upaya diplomasi suatu negara. Pemerintah (state-actor) memiliki peran untuk mengontrol kebijakan, budaya maupun nilai-nilai sosial. Diplomasi kebudayaan merupakan salah satu upaya soft power yang dilakukan Indonesia dalam menjalin hubungan dengan Korea Selatan. Soft power melalui diplomasi kebudayaan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dapat membentuk hubungan yang lebih sehat dan sejahtera di antar Indonesia dan Korea Selatan. Kesepakatan-kesepakatan yang terbentuk dapat mempengaruhi kedua belah pihak untuk mengembangkan hubungannya menuju hubungan yang lebih erat.

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini berusaha untuk melihat upaya-upaya diplomasi bahasa melalui media Bahasa Indonesia di Korea Selatan. Jenis penelitian ini

(31)

31

menggunakan tipe deskriptif, dimana dimaksud untuk menyediakan suatu gambaran secara menyeluruh mengenai fenomena diplomasi bahasa Pemerintah Indonesia dalam memperkenalkan Bahasa Indonesia di Korea Selatan. Sehingga penelitian ini akan menciptakan suatu dugaan sementara terhadap variabel-variabel yang diteliti. Dalam penelitian deskriptif, peneliti dituntut untuk menemukan fenomena dan data terbaru dari penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini akan mejelaskan mengenai peran diplomasi Bahasa dan budaya Indonesia sebagai upaya pengembangan Bahasa Indonesia di Korea Selatan.

1.6.2 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.2.1 Batasan Materi

Batasan Materi dalam penelitian ini adalah mengenai upaya-upaya diplomasi bahasa KBRI Seoul dalam mengembangkan dan memperkenalkan Bahasa Indonesia di Korea Selatan. Batasan Materi ini digunakan untuk memfokuskan penelitan agar tidak melebar dan keluar dari pembahasan penelitian.

1.6.2.2 Batasan Waktu

Batasan waktu yang digunakan oleh penelitian ini adalah pada tahun 2019- 2020 pada paruh waktu pertama. Peneliti menggunakan batasan waktu ini disebabkan karena Bahasa Indonesia telah menjadi salah satu bahasa yang mulai diminati di Korea Selatan, dimana berdasarkan data dari KBRI Seoul sebelum hadirnya pandemi COVID-1943 antusias masyarakat Korea Selatan terhadap

43 Coronavirus Disease-19 atau yang dikenal dengan COVID-19 hadir pada awal tahun 2020 di seluruh negara di dunia. Virus ini berasal dari Wuhan, Tiongkok. Pada akhir tahun 2019 virus ini mulai tersebar hingga ke 65 negara di seluruh penjuru dunia. Kehadiran COVID-19 di Korea Selatan

(32)

32

Bahasa Indonesia cukup tinggi namun sejak hadirnya COVID-19 Pemerintah Indonesia yaitu KBRI Seoul memberhentikan sementara kegiatan terkait program- program Kelas BIPA di KBRI Seoul maupun perkumpulan-perkumpulan komunitas sesuai dengan arahan dan peraturan Pemerintah Korea Selatan, sehingga jumlah peserta pun sedikit menurun disebabkan diliburkannya dan tidak dibukaknya pendaftaran baru. Hal tersebut menjadi landasan penulis mengambil Batasan waktu sejak 2019-2020.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Peneliti nantinya akan melalukan pengumpulan data secara primer yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait diplomasi kebudayaan dan Bahasa Indonesia kepada Pemerintah Indonesia di Korea Selatan yaitu Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) KBRI Seoul, Korea Selatan melalui email yang selanjutnya akan di tindak lanjuti oleh pihak PPID KBRI Seoul, Korea Selatan dengan mengirimkan lembar data terkait dengan pertanyaan yang telah di ajukan oleh peneliti melalui email.

Selain itu, Penelitian ini juga menggunakan Teknik pengumpulan data sekunder yang berasal dari studi pustaka dengan mengumpulkan data-data dan informasi yang berasal dari buku, laporan, jurnal, e-book, artikel dan lain sebagainya sebagai data pendukung berdasarkan penelitian yang akan di teliti oleh penulis.

pada awal tahun 2020 di Daegu yang mengharuskan Pemerintah Korea Selatan mengambil Langkah serius dengan menetapkan kebijakan pembatasan kegiatan di luar dan dalam ruangan serta fasilitas umum yang bertujuan untuk menurunkan jumlah kasus baru di Korea Selatan.

(33)

33 1.7 Argumen Pokok

Perkembangan Bahasa Indonesia di Korea Selatan tidak hanya berpaku kepada bagaimana mempelajari dan memahami Bahasa Indonesia. Melainkan, adanya peran penting Bahasa Indonesia sebagai instrumen dalam memperkenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat Korea Selatan. Selain itu, minat masyarakat Korea Selatan terhadap Bahasa Indonesia yang merupakan salah satu budaya Indonesia merupakan dampak dari adannya diplomasi yang dilakukan Pemerintah Indonesia di Korea Selatan. Sebagai upaya dalam pengembangan Bahasa Indonesia di Korea Selatan, KBRI Seoul menyediakan program-program pengenalan BIPA di KBRI Seoul, Komunitas KISS dan dukungan serta kerja sama dengan Jurusan Malay-Indonesia Language di HUFS. Ketiga upaya tersebut memberikan manfaat terhadap hubungan bilateral kedua negara yang semakin positif. Peningkatan jumlah peminat pembelajaran bahahasa Indonesia di Korea Selatan memberikan peluang bagi Pemerintah Indonesia untuk dapat menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan Internasional sesuai dengan tujuan pemerintah Indonesia.

1.8 Sistematika Penelitian

Untuk memahami skripsi ini dengan mudah, penulis menyusun sistematika penulisan dalam beberapa bab, diantaranya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenga uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penelitian terdahulu, kerangka teori/konsep, metodologi penelitian, argumen pokok dan sistematika penulisan.

(34)

34

BAB II PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA DI KOREA SELATAN

Bab ini membahas mengenai hubunga bilateral Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan. Oleh sebab itu, dalam bab ini terbagi dalam beberapa sub bab, diantaranya hubungan bilateral Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan, Diplomasi Kebudayaan Indonesia di Korea Selatan dengan sub bab antara lain Pendidikan Sebagai Media Diplomasi Kebudayaan KBRI Seoul dalam Mempromosikan Budaya Indonesia di Korea Selatan, Pengenalan Budaya Indonesia melalui Pameran Seni oleh KBRI Seoul dalam mempromosikan Budaya Indonesia di Korea selatan dan Pengenalan Budaya Indonesia melalui Ilmu Pengetahuan oleh KBRI Seoul dalam Berbagai Kegiatan Internasional, serta Perkembangan Bahasa Indonesia di Korea Selatan

BAB III DIPLOMASI KEBUDAYAAN INDONESIA MELALUI BAHASA INDONESIA DI KOREA SELATAN

Bab ini membahas mengenai perkembangan Bahasa Indonesia di Korea Selatan. Oleh sebab itu, dalam bab ini terbagi dalam beberapa sub bab, diantaranya Diplomasi Bahasa Indonesia di Korea Selatan dengan tiga sub bab meliputi Penetrasi Bahasa dalam Pengembangan Bahasa Indonesia oleh KBRI Seoul, Program Pertukaran Ahli sebagai Bentuk Upaya Pengembangan Bahasa Indonesia oleh KBRI Seoul, dan Dukungan KBRI Seoul dalam Berbagai Kegiatan di Hankuk University of Foreign Studies (HUFS), Diplomasi Kebudayaan Sebagai Upaya Pengembangan Bahasa Indonesia di Korea Selatan, serta Diplomasi Kebudayaan untuk Soft Power Indonesia di Korea Selatan

(35)

35 BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir dari penelitian yaitu penutup, yang terdiri dari sub bab kesimpulan dan saran. Selanjutnya akan di dilanjutkan dengan sususan daftar pustaka penelitian yang berisi mengenai referensi-referensi dalam menyusun penelitian baik yang berasal dari buku, skripsi, jurnal maupun website-website terpercaya.

Table 1.2 Sistematika Penelitian BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1.3.2 Manfaat Penelitian 1.4 Penelitian Terdahulu 1.5 Kerangka Teori/Konsep 1.5.1 Diplomasi kebudayaan 1.5.2 Soft power

1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Jenis Penelitian 1.6.2 Metode Analisa 1.6.3 Tingkat Analisa 1.6.4 Variabel Penelitian

1.6.5 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.6 Teknik Pengumpulan Data 1.7 Argumen Dasar

1.8 Sistematika Penulisan

BAB II Perkembangan Bahasa Indonesia di Korea Selatan

2.1 Hubungan Bilateral Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan

(36)

36

2.2 Diplomasi kebudayaan Indonesia di Korea Selatan

2.2.1 Pendidikan Sebagai Media Diplomasi Kebudayaan KBRI Seoul dalam Mempromosikan Budaya Indonesia di Korea Selatan 2.2.2 Pengenalan Budaya Indonesia melalui Pameran Seni oleh KBRI Seoul dalam mempromosikan Budaya Indonesia di Korea selatan

2.2.3 Pengenalan Budaya Indonesia melalui Ilmu Pengetahuan oleh KBRI Seoul dalam Berbagai Kegiatan Internasional

2.3 Perkembangan Bahasa Indonesia di Korea Selatan

BAB III Diplomasi kebudayaan Indonesia melalui Bahasa Indonesia di Korea Selatan

3.1 Diplomasi Bahasa Indonesia di Korea Selatan

3.1.1 Penetrasi Bahasa dalam Pengembangan Bahasa Indonesia oleh KBRI Seoul di Korea Selatan

3.1.2 Program Pertukaran Ahli sebagai Bentuk Upaya Pengembangan Bahasa Indonesia oleh KBRI Seoul

3.1.3 Dukungan KBRI Seoul dalam Berbagai Kegiatan di Hankuk University of Foreign Studies (HUFS)

3.2 Diplomasi Kebudayaan Sebagai Upaya Pengembangan Bahasa Indonesia di Korea Selatan

3.3 Diplomasi Kebudayaan untuk Soft Power Indonesia di Korea Selatan

BAB IV Penutup

4.1 Kesimpulan 4.2 Saran Daftar Pustaka

Gambar

Table 1.1 Penelitian Terdahulu  No  Nama Peneliti &
Table 1.2 Sistematika Penelitian  BAB I   Pendahuluan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Survei darah jari yang telah dilakukan di tiga wilayah kabupaten yaitu, Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamuju Utara, dan Kabupaten Mamasa menunjukkan bahwa penderita

global. OECD telah memainkan peranan yang signifikan dengan meluncurkan Action Plan on BEPS. Gayung pun bersambut karena negara-negara anggota Forum G-20 mendukung penuh

Pengkajian dilaksanakan bersamaan dengan kegi- atan pembinaan kemampuan pengelolaan perpustakaan yang meliputi penataan koleksi, penataan ruang per- pustakaan, pengaturan

Melihat carta dan / atau tayangan tentang peredaran darah manusia Mendata contoh penyakit yang berhubungan dengan sistem peredaran darah yang biasa dijumlai dalam

Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk memperoleh informasi dan data tentang penggambaran kontur dengan surfer pada perkuliahan Praktikum Ilmu Ukur

Lebih rendahnya M2 disebabkan oleh penurunan simpanan berjangka dalam rupiah dan simpanan dalam valas (Tabel 2), sedangkan M1 tercatat meningkat menjadi Rp219,0 triliun

Jam digital merupakan salah satu aplikasi dari mikrokontroler ATMega8, hal ini sangat masuk akal karena harga dari mirokontroler cukup ekonomis apabila dijadikan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud campur kode yang ditemukan pada hasil menulis teks berita siswa kelas 8 SMP Negeri 1 Mayang dan