• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. generasi muda, anak mempunyai peran yang penting yaitu salah satunya sebagai penerus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. generasi muda, anak mempunyai peran yang penting yaitu salah satunya sebagai penerus"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Anak

1. Pengertian Anak Menurut Peraturan Perundang – Undangan

Anak dapat dikatakan sebagai sumber daya manusia yang merupakan bagian dari generasi muda , anak mempunyai peran yang penting yaitu salah satunya sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa yang mempunyai potensi dan ciri khusus, agar terwujudnya generasi yang dicita-cita maka memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin perkembangan maupun pertumbuhan fisik pada anak , pertumbuhan sosial secara berkelanjutan, selaras, seimbang dan juga serasi.1

Pengertian anak terdapat dalam Undang-Undang No 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak. Perbedaan usia dalam batas penentua usia anak. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”.

Berdasarkan Undang-Undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, pengertian anak dibagi menjadi 4 (empat) yaitu “anak yang berhadapan dengan hukum, anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana” Pada pasal 1 angka 2 UUSPPA dijelaskan mengenai definisi anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana.2

Pasal 1 angka 3 UUSPPA menjelaskan bahwa anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi

1 Dony Pribadi, Perlindungan Terhadap Anak Berhadapan Dengan Hukum , Vol 3 (1 Desember 2018), 14.

2 https://www.jogloabang.com/pustaka/ UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Diakses pada tanggal 8 Maret 2022 pada pukul 12.30

(2)

12

belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana. Pasal 1 angka 4 UUSPPA juga menjelaskan mengenai keterkaitan anak yang termasuk menjadi korban tindak pidana. Adapun yang dimaksud dengan anak korban merupakan anak yang belum berumur 18 tahun yang mengalami masalah mental, penderitaan yang terjadi pada fisik dan kerugian secara ekonomi sebagai akibat terjadinya tindak pidana. Dan pada Pasal 1 angka 5 UUSPPA menjelaskan mengenai anak sebagai saksi tindak pidana. Anak saksi merupakan anak yang belum berumur 18 tahun akan tetapi anak tersebut dapat memberikan suatu informasi yang bertujuan untuk kepentingan pada saat melakukan penyidikan, penuntutan dan juga pada saat melakukan pemeriksaan pada saat sidang di pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, dan/atau dialaminya sendiri. 3

2. Pengertian Anak Menurut Para Ahli

Marsaid mengutip pengertian anak dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah sebagai manusia yang masih kecil. Marsaid juga mengutip dari Soedjono Dirjisisworo yang menyatakan bahwa menurut hukum adat, anak di bawah umur adalah mereka yang belum menentukan tanda-tanda fisik yang konkret bahwa ia telah dewasa.4

Romli Atmasasmita menyatakan bahwa aanak adalah seseorang yang masih di bawah usia tertentu dan belum dewasa serta belum kawin. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Soepomo di Jawa Barat menjelaskan bahwa ukuran kedewasaan seseorang diukur dari orang itu dapat bekerja sendiri (mandiri), cakap untuk melakukan apa yang disyaratkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bertanggung jawab dan bisa mengurus hartanya sendiri.

Dari beberpaa pengertian yang sudah dikemukakan oleh beberapa tokoh, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan anak adalah mereka yang masih dalam usia

3 Erwin Asmadi, Perlindungan Hukum Bagi Anak Sebagai Saksi Dalam Pemeriksaan Perkara Pidana, Vol.1, No.2 (Oktober 2020), hal 54.

4 Marsaid, M, Perlindungan Hukum Anak Pidana Dalam Perspektif Maqasid Asy-Syariah, Vol. 15, No.2, (September 2019), hal 26.

(3)

13

berkembang dalam usia muda dan sedang menentukan identitas, sehingga berakibat mudah terpengaruh lingkungan.

B. Tinjauan Umum Tentang Hak Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak 1. Hak Anak Menurut Konvensi Hak Anak

Konvensi hak - hak anak , KHA (Convention on The Rights of The Child/CRC) yang mengatur prinsip dan perlindungan hukum terhadap anak, mengatur mengenai hak dan kewajiban anak yang tersangkut dengan hukum.5

Penjabaran perlindungan hukum yang ada dalam Convention on The Rights of The Child mencakup sebagian besar prinsip perlindungan anak pelaku tindak pidana baik dalam

intrumen hukum nasional maupun instrument hukum internasional. Konvensi hak-hak anak adalah instrument hukum dan hak asasi manusia (HAM) yang lebih komprehensif untuk memperomosikan hak-hak anak. Convention on The Rights of The Child/CRC merupakan konvensi pertama yang secara lengkap menjamin perlindungan hak-hak anak dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, dan pendidikan.6

2. Hak Anak Menurut Sistem Peradilan Pidana Anak

Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, bahwa yang dimaksud dengan hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara.7

Anak yang melakukan tindak pidana juga harus memperoleh hak agar tetap dilindungi.

Pasal 3 UU SPPA memberikan jaminan hak setiap anak yang menjalani proses peradilan pidana yakni sebagai berikut:

5 Dedi Sahputra, Perlindungan Hak-Hak Anak Dalam Perspektif Komunikasi Massa, Jurnal HAM Volume 10 No 2, (Desember 2018) 233-248

6 Raissa Lestari, Implementasi Konvensi Internasional Tentang Hak Anak (Covention on The Rights of The Child), JOM FISIP Vol. 4, No.2, (Oktober 2017) Hal 2.

7 Pasal 1 Undang – Undang Sistem Peradilan Pidana Anak

(4)

14

Dalam Pasal 3 yang berbunyi: Setiap anak dalam proses peradilan pidana berhak:

Diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai dengan umurnya:

1. Dipisahkan dari orang dewasa:

2. Memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif:

3. Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang kejam, tidak manusiawi, serta merendahkan derajat dan martabatnya:

4. Tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup;

5. Tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling singkat:

6. Tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling singkat:

7. Memperoleh keadilan di muka pengadilan anak yang obyektif, tidak memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk umum:

8. Tidak dipublikasikan identitasnya

9. Memperoleh pendampingan orang tua atau wali dan orang yang dipercaya oleh anak:

10. Memperoleh advokasi sosial

11. Memperoleh aksesbilitas, terutama bagi anak cacat:

12. Memperoleh pendidikan:

13. Memperoleh pelayanan kesehatan; dan Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.8

Ketentuan dalam pasal 3 huruf (g) UU SPPA memberikan penjelasan bahwa anak harus dipisah dari orang dewasa. Artinya ketika anak yang melakukan tindak pidana dan sudah ditahan harus mendapatkan tempat yang nyaman dan terpiisah dari orang dewasa. Tujuannya agar anak tidak terpengaruh terhadap perilaku orang dewasa tersebut.

Pasal 84 dan 85 UUSPPA juga memberika pelayanan, perawatan, pendidikan, pembinaan anak dan pembimbingan klien anak yang ada di LAPAS.

Pasal 84

1) Anak yang ditahan ditempatkan di LAPAS

2) Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak memperoleh pelayanan, perawatan, pendidikan dan pelatihan, pembimbingan dan pendampingan serta hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3) LAPAS wajib menyelenggarakan pendidikan, pelatihan keterampilan, dan pemenuhan hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4) Pembimbing kemasyarakatn melakukan penelitian kemasyarakatan untuk menentukan penyelenggaraan program pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

5) Bapas wajib melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan program sebagaimana dimaksud pada ayat (4).9

8 Pasal 3 Undang – Undang Sistem Peradilan Pidana Anak

9 Pasal 84 Undang – Undang Sistem Peradilan Pidana Anak

(5)

15

Balai pemasyarakatan yang selanjutnya disingkat dengan (BAPAS) adalah unit pelaksana teknis pemasyarakatan yang melaksanakan tugas dan penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan.

Pasal 85 UU SPPA

1) Anak yang dijatuhi pidana penjara ditempatkan di LPKA

2) Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak memperoleh pembinaan, pembimbingan, pengawasan, pendampingan, pendidikan, dan pelatihan serta hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3) LPKA wajib menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, keterampilan, pembinaan, dan pemenuhan hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pembimbing kemasyarakatan melakukan penelltian kemasyarakatan untuk menentukan penyelenggaraan program pendidikan dan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)Bapas wajib melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan program sebagaimana dimaksud pada ayat (4).10

C. Tinjauan Umum Tentang Pendidikan

Kata “Education” dalam bahasa Inggris sepadan dengan kata “Education” yang secara etimologis dari bahasa Latin “Eductum”. Adapu maksud dari kata Eductum terdiri dari kata E yang berarti suatu proses perkembangan yang terjadi dari dalam ke luar atau dari sedikit ke banyak sehingga hal tersebut mengalami perubahan, selain itu kata Duco mmemiliki arti sebagai suatu usaha mengembangkan. Dengan demikian secara etimologis pendidikan dapat diartikan sebagai proses perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi dalam diri individu.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang telah dikemukakan oleh Priatna (2004:27) bahwa pendidikan ialah usaha yang dilakukan secara sadar sebagai upaya pengembangan kualitas

10 Pasal 85 Undang – Undang Sistem Peradilan Pidana Anak

(6)

16 yang ada pada diri manusia dalam segala bidang.11

Menrut Prof. H. Mahmud Yunus dan Martinus Jan Langeveld menjelaskan mengenai pendidikan, bahwa pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu cara yang dilaukan secara sadar untuk membantu dalam mengembangkan atapun meningkatkan suatu kompotensi yang dimiliki oleh anak, baik dalam hal pengetahuan , akhlak maupun jasmani sehingga dengan kompotensi tersebut dapat mewujudkan keinginan dan cita-citanya sesuai dengan apa yang diharapkan. Sehingga apapun yang dilakukan dapat memberikan suatu mandaat bagi dirinya maupun orang lain mastarakat bangsa dan negara. Pendidikan juga merupakan suatu strategiyang tersusun untuk anak dapat melakukan hak maupun kewajibannya secara tanggung jawab dan mandiri sehingga dapat dikatakan juga bahwa pendidikan ialah suatu usaha yang dilakukan oleh manusia itu sendiiri untuk menuju proses menuju kedewasaan.12 Selain itu pendapat lain yang dikemukakan oleh H. Horne, pendidikan ialah suatu peroses yang abadi terdjadi secara terus menurus (berkelanjutan dari jenjang rendah hingga jenjang tinggi) yang terjadi proses perkembangan dalam segala bidang yang mempengaruhi kehidupan baik secara mental dan fisik, intelektual, dan juga emosional. Setiap negara berkembang dan maju tentunya tidak terlepas dari hasil atau pengaruh bidnang pendidikan yang memperngaruhi suatu perkembangan negara tersebut. Hal ini dikarenakan semakin tinggi kualitas pendidikan yang ada dalam suatu negara maka juga kualitas sumber daya manusia semakin tinggi juga sehingga dapat dikatakan pendiikan memiliki peran yang penting dalam proses perkembangan suatu negara. Sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang baik dan berkualitas juga dapat mengharumkan nama negaranya.13

Didalam pendidikan dibedakan menjadi dua bagian yaitu teori dan praktek. Adapun

11 Yayan Alpian, Pentingnya Pendidikan Bagi Manusia, Jurnal Buana Pengabdian Vol.1 No.1 (Februari 2019) Hal 67.

12 http://www.kumpulandefisini.com/ Pengertian Definisi Tujuan Pendidikan Menurut Para Ahli. Diakses pada tanggal 8 Maret 2022 pada pukul 14.13

13 Ibid

(7)

17

yang dimaksud dengan teori dalam pendidikan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang membahas mengenai makna dan bagaimana seharusnya pendidikan tersebut dilakukan.

sedangkan yang dimaksud praktek dalam pendidikan ialah mengenai suatu pelaksanaan pendidikan yang dilakukan secara nyata (konkrit). Pendidikan di negaa Indonesia merupakan pendidikan yang diselenggarakan baik secara tersusun maupun tidak tesusun (terstruktur maupun tidak)14

Pendidikan secara terstruktur, bahwa dalam bidang pendidikan yang ada di wilayah negara Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud), pada dahulu kemendikbud ini bernama Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Depdiknas). Semua warga Indonesia diwajibkan untuk mengikuti program belajar yang dilakukan selama 9tahun yang meliputi 6 tahun pada jenjang sekolah Dasar dan 3 tahun dilakukan pendidikan pada jenjang menangan pertama.15

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Perubahan atas UndangUndnag Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 9 Ayat 1 mengatakan : “Setiap anak berhak emperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat”. 16

Adapun menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Warga Binan Pemasyarakatan, dimana pendidikan dan pengajaran dijelaskan di dalam beberapa pasal pada peraturan tersebut. Pasal-pasal tersebut antara lain : Pasal 9

Setiap Lapas wajib melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran bagi Narapidana dan

14 https://elanurainiblog.wordpress.com/ teori – teori pendidikan, Diakses Pada Tanggal 8 Maret 2022 pada pukul 14.00

15 https://www.kemdikbud.go.id/ Tugas Dan Fungsi Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Diakses Pada Tanggal 8 Maret 2022 pada pukul 14.30

16 Pasal 9 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Perubahan atas Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

(8)

18 Anak Didik Pemasyarakatan.

Pasal 10

1) Pada setiap Lapas wajib disediakan petugas pendidikan dan pengajaran.

2) Dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Kepala Lapas dapat bekerja sama dengan instansi pemerintah yang lingkup tugasnya meliputi bidang Pendidikan dan Kebudayaan, dan atau badan-badan kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan dan pengajaran.

Pasal 11

1) Pendidikan dan pengajaran bagi Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan, dilaksanakan di dalam Lapas.

2) Apabila Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan membutuhkan pendidikan dan pengajaran lebih lanjut yang tidak tersedia di dalam Lapas, maka dapat dilaksanakan di luar Lapas.

3) Pendidikan dan pengajaran di dalam Lapas diselenggarakan menurut kurikulum yang berlaku pada lembaga pendidikan yang sederajat.

4) Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) menjadi tanggung jawab Kepala Lapas.

Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak bahwa anak harus mendpatkan pendidikan untuk mengembangkan pribadinya sesuai dengan minat dan bakat yang di inginkannya dan menurut Peraturan Pemerintah tersebut, maka Anak Didik Pemasyarakatan akan tetap memperoleh pendidikan di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Kepala Lapas melalukan suatu perencanaan, pelaksanaan dan juga melakukan pengawasan mengenai pendidikan dan pengajaran yang dlakukan dalam Lapas. Setiap Narapidaana dan Anak Didik Pemasyarakatan yang telah berhasiI menyelesaikan pendidikan dan pengajaran, berhak

(9)

19

memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar dari instansi yang berwenang.17

D. Tinjauan Umum Penanggulangan Tindak Pidana Anak Dibawah Umur 1. Upaya Preventif Penanggulangan Tindak Pidana Anak Dibawah Umur

Peran keluarga mempunyai peranan yang sangat penting untuk mencegah anak melakukan perbuatan menyimpang (delinquency). Orangtua yang memperhatikan anaknya dalam mendidik anaknya tentu akan menghindarkan si anak ke dalam perbuatan menyimpang. Faktor keluarga yang broken home (kurang lengkap) dan hubungan suami dan istri yang kurang harmonis dalam membambungan rumah tangga akan berdampak kepada tingkah laku anak. Apalagi suami dan istri yang ikatan perkawinannya putus juga memberikan pengaruh terhadap perkembangan pertumbuhan anak.18 Anak yang masih memilki kondisi jiwa yang labil dan mudah terpengaruh terhadap hal yang baru tentu sangat mudah untuk anak melakukan hal yang belum pernah dicoba. Selain itu, faktor lingkungan juga mempengaruhi anak melakukan perbuatan menyimpang atau terjerumus kepada kenakalan remaja. Lingkungan yang kurang cocok bagi anak dan tidak layak akan membuat anak melakukan hal yang melanggar hukum. Faktor genetik atau faktor yang terjadi pada keturunan umumnya terjadi pada anak yang salah satu orangtuanya atau kedua orang tuanya seorang pecandu dengan demikian anak tersebut sudah biasa mengetahui yang dilakukan orangtuanya mengenai narkotika sejak dini. Selanjutnya mengenai faktor rasa keingintahuan yang tinggi dan mudahnya terpengaruh hal-hal tersebut tanpa memikirkan resiko yang ada , berawal dari rasa ingin tahu kemudian lama kelamaan menjadi seorang pecandu. Faktor rasa ingin biasanya anak-anak yang rasa ingin taunya besar juga pemikirannya yang masih labil dan gampang terpengaruh tanpa tau risikonya berawal mencoba sekedar ingin tau kemudaian

17 Erpis Candra, Implementasi Kewajiban Pembinaan Terhadap Pidana Anak Di Lembaga Khusus Anak Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012, Widya Yuridika Vol. 3 No. 2.

(Desember 2020) Hal 346.

18 Yuli Yanti Horman, Peran Keluarga dalam Mencegah Perilaku Menyimpang, Jurnal Adminstrasi Publik, Vol. 4, No. 53, 2018. Hal. 22

(10)

20 lama-kelamaan menjadi seorang pecandu..19

Upaya preventifyaitu upaya yang dilakukan oleh sebuah pihak ataupun seseorang yang betujuan untuk mencegah suatu kejadian yang tidak diinginkan. Upaya yang dilakukan secara preventif tersebut memiliki tujuan untuk memperbaiki suatu kondisi sosial. Maka , jika dilihat dari persepsi dalam kebijakan hukum pidana , seluruh kegiatan pencegahan (preventif) melalui upaya tersebut mempunyai peran dan kedudukan yang efektif, efisien dan strategis20. Adapun pendapat yang dikemukakan oleh Winubroto, mengatakan bahwa kebijakan pada hukum pidana merupakan tindakan yang terdapat keterkaitan dengan:

a. Upaya yang digalakkan oleh pemerintah sebagai upaya untuk menanggulangi suatu yang terdapat pindak pidana.

b. Perumusan yanga ada pada hukum pidana yaitu dapat selaras dengan kondisi penduduk.

c. Kebijakan yang dibuat oleh pemeriintah yang mengatur masyarakat dengan hukum pidana.

d. Dalam menggunakan hukum pidana dengan mengatur masyarakaat untuk mencapai tujuan lebih besar.21

Berdasarkan paparan yang telah diuraikan tersebut, diatas bahwa upaya penanggulangan tindak pidana dengan preventif melalui perumusan kebijakan non penal.

Artinya penerapan sanksi pidana pada upaya penanggulangan tindak pidana anak merupakan sarana terakhir (represif). Melalui kebijakan perumusan non penal dalam tindak pidana anak seperti penerapan keadilan restoratif dan diversi dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Selain itu, peran keluarga, lingkungan,

19 Elfa Zuriana, Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kenakalan Remaja, Menara Ilmu, Vol. XII, No. 11 (Oktober 2018) Hal. 115.

20 Nurotun Mumtahanah , Upaya Menanggulangi Kenakalan Remaja Secara Preventif, Refresif, dan Rehabilitasi, Jurnal Al-Hikmah, Vol. 5. No.2 (2015). Hal 43

21 Jacob Hattu, Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan Anak, Jurnal Sasi, Vol. 20, No 2, (Juli - Desember 2014) Hal. 47-52.

(11)

21

dapat mengontrol anak untuk mencegah perbuatan menyimpang. UUSPPA memberikan upaya perlindungan anak pencegahan untuk melakukan perbuatan menyimpang. Pasal 93 UUSPPA menjelaskan masyarakat dapat berperan serta dalam perlindungan anak mulai dari pencegahan sampai dengan reintegrasi sosial anak dengan cara:

a. Menyampaikan laporan terjadinya pelanggaran hak Anak kepada pihak yang berwenang;

b. Mengajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan yang berkaitan dengan anak;

c. Melakukan penelitian dan pendidikan mengenai anak;

d. Berpartisipasi dalam penyelesaian perkara anak melalui diversi dan pendekatan keadilan restoratif.

e. Berkontribusi dalam rehabilitasi dan reintegrasi sosial anak, anak korban dan/atau anak saksi melalui organisasi kemasyarakatan;

f. Melakukan pemantauan terhadap kinerja aparat penegak hukum dalam penanganan perkara pidana anak; atau

g. Melakukan sosialisasi mengenai hak anak serta peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan anak.

h. Upaya pemerintah dalam menanggulangi suatu kejahatan dan dikaitkan dengan hukum pidana.

i. Perumusan pada hukum pidana yakni dapat sesuai dengan kondisi masyarakat.

j. Kebijakan pemerintah yang mengatur masyarakat dengan hukum pidana.

k. Dalam menggunakan hukum pidana dengan mengatur masyarakat untuk mencapai tujuan lebih besar.22

2. Upaya Represif Penanggulangan Tindak Pidana Anak Dibawah Umur

Upaya represif adalah suatu upaya penanggulan yang dilakukan oleh suatu lemba penegak hukum setelah dilakukannya suatu kegiatan yang termasuk dalam tindak pidana . Adapun yang dimaksud dalam upaya penanggulangan secara represif meliputi kegaiatan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemidanaan.23 Untuk menanggulangi tindak pidana anak harus berbeda pendekatannya dengan penanggulangan tindak pidana orang dewasa. Karena anak merupakan generasi penerus bangsa yang akan datang dan cita-cita atau masa depan anak yang harus diperjuangkan oleh keluarga, maka sarana represif (penal) bukan menjadi solusi untuk memberikan tindakan yang terbaik bagi anak. Maka muncul

22 Pasal 93 Undang – Undang Sistem Peradilan Pidana Anak

23 Dheny Wahyudhi, Perlindungan Terhadap Anak Yang BerhadapanDengan Hukum Melalui Pendekatan Restorative Justice, Jurnal Ilmu Hukum, 2015, Hal. 144.

(12)

22

penerapan keadilan restorative dan diversi dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Keadilan restoratif adalah penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan.24

Di dalam Naskah akademik RUU Sistem Peradilan Pidana Anak disebutkan bahwa peradilan pidana anak dengan keadlian restorative mempunyai tujuan untuk:

a. Mengupayakan perdamaian antara korban dan anak;

b. Mengutamakan penyelesaian di luar proses peradilan:

c. Menjauhkan anak dari pengaruh negative proses peradilan:

d. Menanamkan rasa tanggung jawab anak:

e. Mewujudkan kesejahteraan sosial:

f. Menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan:

g. Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi h. Meningkatkan keterampilan hidup anak.

Restorative justice atau sering diterjemahkan sebagai keadilan restoratif, merupakan

suatu model pendekatan yang muncul dalam era tahun 1970-an dalam upaya penyelesaian perkara pidana.25 Berbeda dengan pendekatan yang dipakai pada sistem peradilan pidana konvensional, pendekatan ini menitikberatkan pada adanya partisipasi langsung pelaku,korban dan masyarakat dalam proses penyelesaian perkara pidana. Mekanisme penyelesain sengketa berdasarkan keadilan restorative didasarkan pada musyawarah mufakat dimana sspara pihak diminta untuk berkompromi untuk mencapai kesepakatan.26

24 Henny Saida Flora, Keadilan Restoratif Sebagai Alternatif Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Dan Pengaruhnya Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia, UBELAJ, Vol. 3. No. 2 (Oktober 2018) Hal. 144.

25 Josefhin Mareta, Penerapan Restorative Justice Melalui Pemenuhan Restitusi Pada Korban Tindak Pidana Anak, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 15. No. 4. (Desember 2018) Hal. 309-319.

26 Nunuk Sulisrudatin, SH,SiP,Msi, Bentuk Penanggulangan dan Perlindungan terhadap Anak yang berhadapan dengan Hukum (ABH), Vol. 14. No. 1. 2020. Hal. 7.

(13)

23 E. Tinjauan Umum Lemabaga Pemasyarakatan

1. Peran Lembaga Pemasyarakatan dalam Pelaksanaan Pemenuhan Hak Anak Yang Melakukan Tindak Pidana

Lembaga pemasyarakatan juga juga memberikan pendidikan kepada anak didik yang ada dalam LAPAS. Karena anak harus mendapatkan perlindungan dan hak-hak yang ada dalam LAPAS tersebut. Anak didik pemasyarakatan adalah:

a. Anak pidana dapaat diartikan sebagai anak yang mengacu pada hasil putusan pengadilan mengalami suatu tindak pidana kemudian di tempatkan di LAPAS Anak paling lama sampai anak pidana tersebut berumur 18 tahun

b. Anak negara ialah anak yang berpedoman pada putusan pengadilan di serahkan kepada negara untuk didik dan di tempatkan di LAPAS anak paling lama sampai berumur 18tahun.

c. Anak sipil ialah anak yang atas permiintaan orangtua mendapatkan penetapan pengadilan untuk didik di LAPAS anak paling lama sampai berumur 18tahun.27

Adapun siistem pemasyarakatan dilakukan berpedoman pada asas yang dijabarkan dibawah ini;

a. Pembinaan

Pengayoman adalah perlakuan terhadap warga binaan pemasyarakatan dalam rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh warga binaan pemasyarakatan, juga memberikan bekal hidup kepada warga binaan pemasyarakatan agar menjadi warga yang berguna di dalam masyarakat.

b. Pendidikan:

Pendidikan dan pembimbingan adalah penyelenggaraan pendidikan dan bimbingan dilaksanakan berdasarkan pancasila, antara lain penanaman jiwa

27 https://paralegal./id, Pengertian Anak Didik Pemasyarakatan, Diakses Pada Tanggal 15 April 2022 pada pukul 12.30 WIB

(14)

24

kekeluargaan, keterampilan, pendidikan kerohanian, dan kesempatan untuk menunaikan ibadah.

c. Penghormatan harkat dan martabat

Sebagai warga binaan berhak tetap mendapatkan perlaukan yang baik sebagaii manusia dimanpun berada, sekalipun telah melakukan tindak pidana.

d. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan

Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan ialah waragbinaanyang berada di LAPAS dalam kurun waktu tertentu, dengan demikian negara atau aparat penegak hukum lainnya mempunyai kesempatan penuh untuk melakukan bimbingan yang baik pada warga binaan tersebut.28 Namun warga binaan tersebut tetap memperoleh haknya untuk tetap diperlakukan manusiawi di dalam LAPAS , dengan kata lain hak perdata warga binaan teresebut tetap diperoleh seperti hak memperoleh pakaina, makan dan munim, kesehatan , tempat tidur, serta olahraga maupun rekreasi.

e. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang - orang tertentu Warga binaan hak untuk tetap berhubungan dengan keluaragan tetap terjamin walaupun warga binaan berada didalam LAPAS, warga binaan tersebut tidak boleh diasingkan dari lingkungan masyarakat harus tetapi didekatkan dan berinteraksi dengan keluarga maupun orang-orang teretentu dengan melakukan kunjungn ke dalam LAPAS, dan warga binaa mendapatkan kesempatan berkumpul bersama sahabat maupun berkumpul dengan anggta keluarga seperti program cuti kunjungan.29

28 https://www.pemasyarakatan.com, Asas – Asas Pembinaan Dan Pembimbingan, Diakses Pada Tanggal 15 April 2022 Pada Pukul 12.50 WIB

29 Febriana Putri Kusuma, Implikasi Hak – Hak Narapidana Dalam Upaya Pembinaan Narapidana Dalam Sistem Pemasyarakatan, Recidive, Vol.2 No. 2, Hal. 6.

Referensi

Dokumen terkait

Bisnis, Vol.. ketergantungan satu sama lain, dan tidak bisa hidup terpisah dari masyarakat. Seruan al-Qur’an dalam QS al-Hujura>t/49: 13 dan an-Nisa>/4: 1

Berdasarkan uraian di atas telah dilakukan analisis data penginderaan jauh multispektral untuk identifikasi daerah panas bumi melalui karakteristik spektral reflektansi

Garis perbatasan darat antara Indonesia dan Timor Leste dengan tiga distrik yaitu Maliana, Kovalima dan Oecusse membentang sepanjang kurang lebih 268,8 km

14 Adapun cara yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan teknik purposive quota sampling yaitu penentuan subjek sesuai dengan

Ayat (1) pasal 9 model UN menyebutkan tentang pemberian wewenang kepada salah satu negara untuk melakukan verifikasi atas transaksi antar pihak yang mempunyai hubungan istimewa,

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Masyarakat memiliki kearifan lokal dalam pengelolaan Lubuk Larangan di Sungai Subayang : (1) Perencanaan, masyarakat

Dalam lingkungan sekolah, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga

Permukiman Nelayan Terpadu Vertikal di Manado merupakan lingkungan tempat tinggal yang kompleks, terpadu yang menghadirkan tidak sekedar sebuah bangunan tampat tinggal namun sebuah