• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman yang dibarengi dengan kemajuan teknologi informasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman yang dibarengi dengan kemajuan teknologi informasi"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini berisi pengantar awal dalam penelitian ini. Bab pendahuluan ini mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian yang dirumuskan penulis dari adanya penelitian ini.

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan zaman yang dibarengi dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, mengubah pola pikir dan pola kehidupan masyarakat. Di era yang serba digital ini masyarakat menuntut segala sesuatu yang serba cepat, mudah dan praktis.Perkembangan teknologi internet yang sangat cepat, menyebabkan perubahan pola kehidupan pada masyarakat (Chan, 2017).

Kemajuan teknologi berjalan begitu cepat dan merambah hampir semua bidang di dalam kehidupan masyarakat. Salah satu bidang yang tidak terlepas dari kehidupan masyarakat adalah transportasi. Saat ini masyarakat tidak hanya mencari moda transportasi yang hanya dapat memindahkan mereka dari satu tempat ke tempat yang lain. Namun saat ini masyarakat butuh moda transportasi yang cepat, murah, aman, dan praktis. Tansportasi merupakan kebutuhan mendasar bagi masyarakat dan dinilai mampu mempengaruhi segala aspek kehidupan, sehingga transportasi sangat berpengaruh terhadap aksesibilitas masyarakat (Yuniarsih, 2018).

Di negara berkembang seperti Indonesia permasalahan transportasi menjadi masalah yang cukup menyita perhatian, khususnya transportasi di kota- kota besar Indonesia. Kemacetan seakan-akan menjadi momok menakutkan yang sulit untuk diatasi. Sifat dari masyarakat di perkotaan umumnya memiliki

(2)

2

aktivitas yang tinggi, dinamis, dan sering berpindah tempat. Maka memerlukan moda transportasi yang mendukung aktivitasnya dalam kehidupan sehari- hari.Berbagai hal telah dilakukan pemerintah untuk mengurai kemacetan di Indonesia. Mulai dari pelebaran jalan, rekayasa arus lalu lintas, hingga penyediaan layanan transportasi umum yang cukup terjangkau. Namun hal tersebut dirasa tidak mampu menjawab apa yang dibutuhkan masyarakat.

Dewasa ini muncul terobosan baru dalam dunia transportasi, terobosan ini adalah transportasi berbasis aplikasi atau yang biasa disebut transportasi online.

Transportasi ini didukung oleh teknologi komunikasi yang dapat terkoneksi langsung dengan telepon pintar (smartphone). Transportasi online ini merupakan penggabungan dari moda transportasibermotor dengan teknologi komunikasi.

Selain itu, transportasi online ini juga dilengkapi dengan fitur Global Positioning System (GPS). Fitur ini berguna untuk memberikan informasi keberadaan

pengemudi dan pengguna dengan lokasi terdekat. Munculnya moda transportasi berbasis internet atau transportasi online dinilai mampu memberikan solusi dan menjawab kekhawatiran publik tentang layanan transportasi umum (Yunus, 2017).Di Indonesia transportasi online berkembang sejak tahun 2015 yang diawali dari peluncuran Go-jek, tujuan awal berdirinya Go-jek adalah untuk memudahkan pengojek dan penumpang terhubung dengan aplikasi di smartphone serta merupakan solusi lapangan pekerjaan bagi yang membutuhkan (Kristo, 2017).

Seiring berjalannya waktu dan melihat peluang serta kebutuhan masyarakat, penyedia layanan transportasi online tidak hanya berfungsi sebagai moda transportasi yang memindahkan penumpang dari satu tempat ke tempat lain.

Ojek online ini mampu memberikan beberapa hal yang berbeda dibandingkan

(3)

3

ojek konvensional. Ojek online tidak hanya memberikan pelayanan jasa transportasi saja, akan tetapi mereka juga memberikan pelayanan lain seperti pengiriman, keuangan, dan pemesanan makanan, yang semua itu dapat diakses melalui aplikasi yang sudah tersedia (Alamsyah, 2018). Bahkan tarif yang ditetapkan oleh ojek online ini relatif lebih murah dibandingkan dengan tarif ojek konvensional. Sehingga banyak masyarakat yang lebih memilih menggunakan ojek online dibandingkan ojek konvensional.Berikut adalah hasil survei alasan masyarakat Indonesia lebih memilih transportasi online :

Gambar 1. Alasan Pengguna Transportasi Online di Indonesia

Sumber : Riset Online ShopBack (Arini, 2017)

Senada dengan ojek online, layanan taksi online juga semakin banyak peminatnya. Taksi online ini juga memiliki banyak keunggulan dibandingan dengan taksi konvensional. Salah satu keunggulan yang dimiliki taksi online adalah tarifnya yang lebih murah dibandingkan dengan taksi konvensional. Untuk perjalanan menggunakan taksi konvensional pengguna harus membayar kurang

(4)

4

lebih 60 hingga 70 ribu untuk jarak 10 km, sedangkan ketika menggunakan taksi online penumpang hanya perlu membayar kurang lebih 20 hingga 25 ribu. Hal

inilah yang membuat sopir taksi konvensional menolak adanya taksi online.

Banyak dari pengusaha taksi konvensional yang gulung tikar akibat munculnya taksi online ini.Beralihnya pengguna jasa transportasi konvensional ke transportasi online dipengaruhi oleh faktor kecanggihan alat komunikasi (teknologi) dan keinginan masyarakat yang senantiasa menghendaki kemudahan (Anwar, 2017). Menurut survei yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada bulan April 2017 terkait dengan keberadaan angkutan umum berbasis online tidak dalam trayek, di dalam survei yang dilakukan terhadap 4.668 responden tersebut sebanyak 55% konsumen menggunakan transportasi online jenis mobil dan motor; 21% konsumen hanya menggunakan jasa motor (ojek online); dan sisanya 24% konsumen menggunakan jenis mobil (taksi online). Di dalam survei tersebut juga dijelaskan alasan masyarakat menggunakan transportasi online adalah karena transportasi online murah (84,1%), cepat (81,9%), nyaman (78,8%), aman (61,4%). Hal tersebut menunjukkan bahwa harga/tarif dan kecepatan menjadi alasan utama seseorang memilih moda layanan transportasi.

Pada awal peluncurannya, transportasi online hanya berkembang di kota- kota besar di Indonesia diantaranya seperti Jabodetabek, Bali, Makasar, Medan, Palembang, Semarang, Malang Balikpapan, Manado, Bandar Lampung, Padang, Pekanbaru, Batam, Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta (Junior, 2017).

Fenomena munculnya transportasi berbasis online ini menuai berbagai tanggapan dari masyarakat, baik itu yang pro (mendukung) terhadap transportasi online ini

(5)

5

maupun yang kontra (menolak). Pihak yang menolak ini kebanyakan dari kalangan pengemudi transportasi konvensional.

Kemunculan transportasi online ini dianggap sebagai kompetitor oleh transportasi konvensional, karena dipandang dapat merusak pasar dan menggerus rejeki pengemudi transportasi konvensional. Banyak aksi dari pengendara ojek konvensional yang menolak transportasi online di kota mereka. Konflik atau penolakan yang sering dialami oleh pengendara transportasi online diantaranya diteriaki kata kotor, dimaki, dicabut kontaknya, digembos ban, dilempar batu, dipalak bahkan hingga tindakan atau kekerasan fisik (Junior, 2017). Berbeda dengan yang kontra, bagi yang pro terhadap keberadaan moda transportasi berbasis online, meski secara normatif keberadaannya belum diatur dalam undang-undang, bukan berarti melanggar undang-undang, jika ditinjau dari aspek kemanfaatan, transportasi online berbasis aplikasi justru sangat membantu masyarakat luas, khususnya kalangan menengah kebawah yang terbantu mendapatkan pekerjaan sehingga mengurangi pengangguran untuk menggeliatkan ekonomi berbasis kerakyatan (Warsito, 2017). Faktanya transportasi online terus berkembang di Indonesia. Hingga akhir tahun 2018, transportasi online terbesar di Indonesia yaitu Go-jek sudah diunduh sebanyak 180 juta kali dan rata-rata mencapai 100 juta transaksi di setiap bulannya (Wardani, 2019).Bahkan di dalam berita tersebut juga disebutkan bahwa Gojek telah berkontribusi hampir Rp. 10 triliun dalam setiap tahunnya terhadap perekonomian di Indonesia. Berikut adalah data pengguna aktif transportasi online di Indonesia tahun 2017 :

Gambar 1.2. Pengguna Aktif Aplikasi Transportasi Online Di Indonesia 2017

(6)

6

Sumber : Mobile Matrix (validnews, 2018)

Dari gambar di atas terlihat bahwa transportasi online digunakan hampir semua lapisan usia, mulai dari remaja hingga orang tua. Pengguna transportasi online juga terus meningkat di setiap tahunnya, baik itu dari segi pengguna

maupun dari segi pengemudinya Hal ini terbukti dari jumlah pengemudi transportasi online yang lebih dari 1 juta orang dan tersebar di 50 daerah di Indonesia, disamping itu lebih dari 100 juta transaksi terjadi dalam satu bulan dalam setiap bulannya (Nugroho, 2017).

Melihat tingginya minat masyarakat dan perkembangan transportasi online yang sangat cepat, maka pemerintah membuat suatu regulasi yang menjadi payung hukum bagi penyelenggaraan transportasi online di Indonesia. Dasar hukum transportasi online diakomodasi melalui Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Republik Indonesia Nomor PM 118 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sewa Khusus dan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan

(7)

7

Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang digunakan untuk kepentingan Masyarakat.

Adanya payung hukum tersebut berdampak pada semakin meluasnya layanan transportasi online hingga ke daerah kota-kota kecil bahkan hingga dapat menjangkau ke pelosok desa. Sebagai contohnya di kota Surakarta, kota Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang banyak masyarakatnya sudah menggunakan layanan transportasi online. Tidak hanya beroperasi di tengah kota Surakarta, layanan transportasi online mulai banyak masuk ke desa-desa dan kampung kecil yang cukup jauh dari pusat kota. Sehingga ketika terjadi konflik, belum ada regulasi yang mengatur secara tegas permasalahan ini. Masalah yang lebih sulit adalah layanan ke pasar yang lebih kecil, di kota-kota kecil dan daerah terpencil, tetapi masalah ini juga tidak ditangani dengan baik oleh peraturan;

layanan yang dikontrak mungkin merupakan jalan keluar, meskipun harus ada studi lebih lanjut tentang hal ini. Pendekatan teknologi baru yang memungkinkan pemantauan dan pelaporan kinerja taksi (tanpa menunjukkan waktu, dari panggilan untuk mengambil, dll.) juga dapat menjadi jalan ke depan bagi regulator yang peduli dengan kualitas layanan (Cetin, 2017).

Adanya transportasi online dan legalitas dari transportasi online ini memunculkan respon yang beragam dari berbagai kalangan di kota Surakarta.

Banyak yang menerima munculnya teknologi di bidang transportasi ini, namun juga tidak sedikit yang menolak transportasi online ini. Sama seperti yang terjadi di daerah lain, pada awal masuknya transportasi online di kota Surakarta banyak menuai berbagai respon dari masyarakat, baik itu yang pro maupun yang kontra.

(8)

8

Beberapa respon penolakan datang dari pengemudi transportasi konvensional. Di Kabupaten Sukoharjo puluhan sopir taksi melakukan demo di Kantor Dishub Sukoharjo (11/7/2017), mereka menolak keberadaan taksi online yang dianggap meresahkan karena belum memiliki ijin, mereka juga menuntut kuota 0 (nol) untuk taksi online di kabupaten Sukoharjo hingga pemblokiran aplikasi untuk taksi online plat hitam (Ibadi, 2017). Ratusan sopir taksi dari Solo dan Sukoharjo menggelar aksi demonstrasi menolak taksi online dan ojek online beroperasi di sekitar Solo dan Sukoharjo, mereka menilai angkutan online tidak sesuai dengan UU no 22 tahun 2009 dan Peraturan Menteri Perhubungan nomor 26 tahun 2017 (Isnanto, 2017).

Bahkan respon terkait adanya transportasi online ini juga datang langsung dari Walikota Surakarta (FX Hadi Rudyatmo). Walikota Surakarta menyatakan bahwa daerahnya belum memerlukan adanya layanan transportasi online, mengingat kota Surakarta yang tidak terlalu besar dan masih cukup dilayani dengan angkutan kota serta bus kota (Jati, 2016). Beliau (Walikota Surakarta) juga menyatakan bahwa dirinya tidak anti dengan kemajuan teknologi, namun menurutnya kemunculan transportasi online ini menyebabkan situasi menjadi tidak kondusif. (Isnanto, 2016). Di dalam audiensi dengan pengusaha taksi lokal Solo, Walikota Solo (FX Hadi Rudyatmo) menyatakan penolakan terhadap transportasi online dan beliau siap mendampingi para sopir taksi untuk bertemu Gubernur Jawa Tengah untuk menyampaikan aspirasi mereka (Isnanto,2017).

Kota Surakarta adalah salah satu kota di Indonesia yang mulai mengaplikasikan konsep kota cerdas (smart city) sejak tahun 2016. Konsep smart city di kota Surakarta berlandaskan dari Visi dan Misi yang telah tersusun di

(9)

9

dalam RPJMD kota Surakarta tahun 2016-2021, Sistem Inovasi Daerah Kota Surakarta tahun 2015-2020, serta Masterplan TIK Kota Surakarta tahun 2016.

Mobilitas masyarakat Surakarta yang cukup tinggi harus didukung sarana transportasi yang memadai.

Konsep smart city kota Surakarta idealnya harus didukung dengan smart mobilty sebagai sarana mobilitas masyarakat perkotaan. Penyediaan moda

transportasi umum oleh pemerintah kota Surakarta dinilai belum mampu memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat. Munculnya moda transportasi online di kota Surakarta ini dirasa mampu menjawab kebutuhan masyarakat. Maka untuk menunjang kota Surakarta sebagai kota pintar/smart city idealnya harus ditunjang dengan adanya regulasi khusus yang mengatur keberadaan transportasi online di kota Surakarta. Selama ini pemerintah kota sebagai stakeholder pembuat kebijakan belum merespon dan mengambil langkah konkrit terkait adanya transportasi online di kota Surakarta.

Ada beberapa akibat yang timbul ketika pemerintah di level terendah tingkat kabupaten atau kota tidak memiliki regulasi tersendiri dan hanya mengacu regulasi/kebijakan dari tingkat pusat. Karena aturan dari pusat yaitu Peraturan Menteri tersebut belum mengatur secara detail dan teknis pelaksanaannya di lapangan khususnya di daerah. Salah satu akibat yang ditimbulkan adalah, pelaku transportasi di lapangan akan membuat kebijakan sendiri yang tidak tertulis dan hanya disepakati oleh pengemudi itu sendiri. Sebagai contohnya adalah adanya pembatasan wilayah-wilayah yang tidak boleh dijangkau oleh pengemudi transportasi online, atau yang biasa disebut Zona Merah. Di kota Surakarta ada beberapa titik zona merah yang tidak boleh di langgar oleh pengemudi

(10)

10

transportasi online. Adapun radius zona merah tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1. Radius zona merah ojek online di Surakarta

Wilayah Zona Merah Batas – Batas Jangkauan

(meter) UMS Tikungan Transmart - Gerbang UNS 200 m Alilla Hotel Pertigaan Hotel Alilla –

Gang Delima II

Stasiun Purwosari Parkiran Stasiun - POP Hotel 500 m Stasiun Solo Balapan Pertigaan Hotel Pose in - Pom Bensin

Balapan

500 m

Terminal Tirtonadi Pertigaan Gilingan - Perempatan Terminal dan Bawah Underpas Terminal

500 m

Stasiun Jebres Tikungan SMP 14 - Palang Depan Stasiun

500 m

RSUD Moewardi Kimia Farma – Pintu Timur RS Moewardi

300 m

RS Hermina Mom milk Jebres - Panggung Motor 300 m UNS Gerbang Utama UNS - Pom Bensin

UNS

200 m

Pasar Legi Perempatan Jalan Sultan Syahrir - Perempatan Jalan S. Parman

500 m

Pasar Klewer Taman Parkir Alun - Alun Utara - Perempatan Jalan Hasyim Ashari

500m

Pembatasan atau zona merah tersebut belum ada aturan/kebijakan dari pemerintah kota Surakarta. Sehingga selama ini hanya kesepakatan pengemudi transportasi konvensional di wilayah tersebut, dan berlaku hanya sebatas tahu sama tahu antara pengemudi transportasi online dan pengemudi transportasi

(11)

11

konvesional. Namun ketika pengemudi transportasi online melanggar zona tersebut akan mendapatkan ancaman dari pengemudi transportasi konvensional bahkan hingga harus membayar denda kepada pengemudi transportasi konvensional yang berada di tempat tersebut. Seperti data yang diperoleh penulis pada waktu observasi awal sebelumnya dari salah seorang pengemudi ojek online di kota Surakarta. Dia menuturkan bahwa pernah menjemput salah seorang penumpang di salah satu stasiun kota Surakarta. Namun ketahuan oleh salah satu pengemudi ojek pangkalan yang berada di stasiun itu. Maka secara langsung dia dipanggil dan mendapatkan teguran dari seorang anggota ojek pangkalan yang ada di stasiun tersebut. Bahkan dia harus membayar denda seperti yang diminta oleh ojek pangkalan tersebut.

Kasus yang dialami oleh salah satu informan yang berprofesi sebagai pengemudi ojek online tersebut adalah salah satu contoh dari sekian banyak permasalahan yang terjadi antara pengemudi transportasi online dan transportasi konvensional. Pembagian zona merah yang tidak boleh dilanggar oleh pengemudi transportasi online tersebut seharusnya ada aturan tertulis dari pemerintah kota Surakarta. Sehingga ketika terjadi permasalahan dan komplain dari salah satu pihak, pemerintah kota Surakarta dapat mengatasinya mengacu pada aturan tertulis yang telah dibuat.

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apabila diberlakukan pembatasan seperti tersebut di atas akan dirasa adil oleh pengemudi transportasi online? Padahal mereka juga mempunyai konsumen di tempat-tempat tersebut, dan mereka datang karena ada pesanan dari konsumen di tempat-tempat tersebut.

Inilah menjadi dinamika yang harus diselesaikan oleh pemerintah kota Surakarta,

(12)

12

karena merupakan kewenangan pemerintah kota Surakarta dalam mengatur dan menata transportasi di kota Surakarta. Selain itu, hal sedetail itu juga belum diatur di dalam Peraturan Menteri Perhubungan.

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana pemerintah kota Surakarta merespon kebijakan terkait transportasi online yang sudah dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan Republik Indonesia? Hal ini berkaitan dengan bagaimana kebijakan ini diimplementasikan oleh pemerintah kota Surakarta khususnya dalam mengatur marak dan berkembangnya moda transportasi online di kota Surakarta. Bentuk respon atau daya tanggap dari pemerintah kota Surakarta ini menunjukkan pemerintahan yang baik (good governance) serta responsif dalam melaksanakan pelayanan publik. Menurut (Dilulio dalam Agus Dwiyanto, 2006) responsivitas merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan dalam pelayanan publik. Menurutnya Responsivitas merupakan bukti bahwa organisasi tersebut mengenali kebutuhan masyarakat, sebagai sarana untuk menyusun agenda serta prioritas pelayanan dan mengembangkan program pelayanan publik sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.

Maka pemerintah kota sebagai stakeholder pembuat kebijakan di tingkat terendah bisa dikatakan bertanggung jawab ketika mampu menjawab dan merespon aspirasi, keinginan, dan mampu menyelesaikan permasalahan yang muncul di masyarakat. Pemerintah kota Surakarta merupakan penyedia layanan publik, maka pemerintah kota Surakarta harus bersikap responsif. Karena salah satu tujuan adanya pelayanan publik adalah untuk memenuhi kebutuhan warga masyarakat penerima layanan.

(13)

13

Dalam hal penelitian ini, maka pemerintah kota Surakarta harus responsif terhadap kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan. Pemerintah kota Surakarta pastinya akan mengimplementasikan kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan khususnya berkaitan dengan kebijakan penyikapan adanya transportasi online di Indonesia. Bagaimana bentuk respon pemerintah Kota Surakarta dalam menerima dan mengimplementasikan Permenhub tersebut, sejauh mana kebijakan tersebut bisa efektif diimplementasikan di kota Surakarta, serta apa kendala dan upaya yang dihadapi pemerintah kota Surakarta dalam mengimplementasikan kebijakan Permenhub tersebut.

Selain pemerintah kota Surakarta banyak pihak atau stakeholder yang terlibat dan berkaitan dalam proses implementasi kebijakan Permenhub nomor 118 tahun 2018 dan Permenhub nomor 12 tahun 2019. Maka dalam tulisan ini penulis juga akan meneliti sejauh mana respon seluruh stakeholder di kota Surakarta yang terlibat dalam implementasi kebijakan Peraturan Menteri Perhubungan tersebut.

Dari berbagai permasalahan dan dinamika yang ada di atas, maka dalam penelitian ini penulis akan melihat dan menganalisis responsivitas pemangku kepentingan (stakeholder) yang ada di kota Surakarta berkaitan dengan munculnya moda transportasi online, serta responsivitas dari stakeholder di kota Surakarta terkait adanya Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 118 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sewa Khusus dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 12 Tahun 2019 tentang perlindungan

(14)

14

keselamatan pengguna sepeda motor. Kedua Peraturan Menteri tersebut yang menjadi payung hukum adanya transportasi online di Indonesia.

Penelitian ini akan menggunakan teoriresponsivitas kebijakan dan analisis stakeholder. Responsivitas adalah kemampuan pemerintah untuk mengenali

kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat dapat dikatakan bahwa responsivitas ini mengukur daya tanggap pemerintah terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan masyarakat (Ratminto & Atik Septi Winarsih, 2005:180-181).

Legalitas tentang transportasi online adalah kewenangan dari pemerintah sebagai stakeholder pembuat kebijakan, baik itu di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Analisis stakeholder dilakukan untuk melihat bagaimana aktor- aktor pembuat kebijakan di daerah dalam merespon berbagai aduan baik itu dari masyarakat maupun dari pengemudi transportasi konvensional. Adanya analisis stakeholder ini juga untuk melihat bagaimana aktor di daerah merespon regulasi

yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan terkait dengan transportasi online.Responsivitas dapat dilihat melalui analisis stakeholder. Analisis stakeholder dapat diartikan sebagai teknik untuk menilai

serta mengidentifikasi kepentingan dari pihak-pihak inti/kunci, kelompok, maupun institusi yang terlibat atau ikut andil dalam melakukan suatu program/kegiatan. Menurut Blackman (2003:23) analisis stakeholder terdiri atas tiga tahapan yaitu : 1) Tingkat Ketertarikan Stakeholder; 2) Kepentingan dan Pengaruh Stakeholder; 3) Identifikasi Peran Stakeholder.

(15)

15

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Peraturan Menteri Nomor 108 tahun 2017 tersebut belum diimplementasikan secara efektif, karena masih banyak pelanggaran atau ketidakpatuhan pihak transportasi online untuk mematuhi Permen Nomor 118 tahun 2018 tersebut. Seperti yang terjadi di Kota Surabaya masih banyak driver taksi online yang belum memiliki izin uji KIR, dari jumlah sekitar 12.000 unit taksi online hanya sekitar 724 yang sudah mengurus izin uji KIR. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah untuk mengatur transportasi online di Indonesia belum berjalan secara efektif (Yuniarsih, 2018).

Hal tersebut bisa disebabkan karena pengemudi taksi online yang tidak mau mentaati peraturan, bisa juga disebabkan karena pemerintah atau birokrasi setempat yang tidak mensosialisasikan aturan yang baru tersebut. Karena efektivitas implementasi kebijakan sangat ditentukan oleh perilaku pemerintah/birokrasi pelaksananya (Wibawa at al, 1994).

Di dalam penelitian ini penulis akan menggunakan metode kualitatif dengan observasi dan wawancara. Melalui observasi penulis akan mengetahui secara langsung dinamika yang terjadi di lapangan sehingga akan lebih memudahkan dalam melakukan analisis.Selain itu penulis juga akan melakukan wawancara dengan beberapa stakeholder yang ada di daerah tersebut. Stakeholder tersebut merupakan aktor atau birokrat yang mengimplementasikan kebijakan Permen nomor 118 tahun 2018 dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 12 Tahun 2019 tersebut. Aktor-aktor tersebut diantaranya dari Dinas Perhubungan yang berhubungan dengan lalu lintas jalan raya, dari lembaga legislatif yaitu DPRD yang mempunyai kewenangan untuk membuat regulasi kebijakan di

(16)

16

daerah, serta beberapa stakeholder yang berkaitan dengan pengimplementasian Peraturan Menteri tersebut.

Dengan diketahuinya responsivitas stakeholder di kota Surakarta terhadap kebijakan Peraturan Menteri Perhubungan nomor 118 tahun 2018 dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 12 Tahun 2019 ini, maka akan diketahui sejauh mana pemerintah kota Surakarta dalammerespon dan menjawab berbagai dinamika yang ada di dalam masyarakat dari adanya transportasi online di kota Surakarta. Sehingga nanti akan membantu pemerintah daerah dalam proses implementasi Peraturan Menteri nomor 118 tahun 2018 dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 12 Tahun 2019 tersebut serta membantu pemerintah kota dalam membuat regulasi kebijakan terkait transportasi online di Surakarta. Selain itu masyarakat juga akan merasa diuntungkan dan dengan engetahui regulasi tentang transportasi online, sehingga masyarakat akan merasa lebih nyaman menggunakan transportasi online. Disamping itu,konflik antara pengemudi transportasi online dan transportasi konvensional dapat diatasi dengan adanya regulasi yang jelas di tingkat daerah maupun di tingkat kabupaten/kota.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana Responsivitas Stakeholder di kota Surakarta terhadap kebijakan

transportasi online sesuai yang tercantum dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 118 tahun 2018 dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 12 tahun 2019?”

(17)

17 C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum berdasarkan pertanyaan diatas adalah untuk menganalisis lebih jelas tentang responsivitas Stakeholder di kota Surakarta Terhadap Kebijakan Moda Transportasi Online sesuai yang tercantum dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 118 tahun 2018 dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 12 tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah kajian mengenai responsivitas stakeholder terkait suatu kebijakan, serta dapat digunakan sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan responsivitas dan kebijakan publik.

2. Manfaat Praktis

 Bagi Universitas Sebelas Maret Surakarta, menjadi bahan referensi

untuk penelitian selanjutnya serta melengkapi kajian keilmuan tentang responsivitas stakeholder.

 Bagi Pemerintah Kota Surakarta, memberikan sumbangan pemikiran

berupa masukan-masukan dan rekomendasi kebijakan terkait moda transportasi online di Surakarta.

 Bagi warga masyarakat Kota Surakarta, memberikan informasi mengenai responsivitas pemerintah kota Surakarta terkait adanya moda transportasi online di kota Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data, disimpulkan bahwa (1) Penalaran matematis siswa pada pembelajaran geometri dengan menggunakan model Probem Based Learning dan pendekatan Scientific

Dibanding jaringan baru, jaringan lama mempunyai switch yang berada di ruang yang membutuhkan koneksi internet dan tidak mempunyai switch utama, sehingga dilantai 3

Bahan yang digunakan berasal dari penelusuran pustaka berupa data senyawa analog estrogen yang mempunyai nilai antiproliferasi dan nilai afinitas ikatan

Kepala Dinas Sosial mempunyai tugas memimpin dan melaksanakan tugas membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas

menunjukkan bahwa nilai Adjusted R-squared sebesar 0,573478 atau sebesar 57,34%, maka dapat diperoleh hasil bahwa sebesar 57,34% variabel independen seperti CSR, Struktur

Soetrasno Rembang diketahui bahwa selama tahun 2011 ditemukan kejadian plebitis tertinggi (17,70 %) terjadi pada Ruang Peristi atau ruang bayi dengan usia kurang dari 1

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan

a) Market potensial yang tersedia. Untuk mengetahui berapa market potensial yang tersedia maka dapat menggunakan informasi yang telah lalu, dengan kata lain sang pemilik