viii
ABSTRAK
Prasetyo, Agustinus Bayu. 2012. Pemanfaatan Media Adobe Captivate 5.5 sebagai Media Pembelajaran dalam Pengajaran Menyimak Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) Tingkat Dasar di Wisma Bahasa Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi ini merupakan penelitian pengembangan media pembelajaran dengan memanfaatkan media Adobe Captivate 5.5 sebagai media pembelajaran dalam pengajaran pelajaran menyimak Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) tingkat dasar di Wisma Bahasa Yogyakarta?
Pengembangan media ini diawali dengan kegiatan analisis bahan ajar 1B dan analisis kebutuhan. Instrumen yang digunakan untuk analisis kebutuhan adalah instrumen wawancara dan kuesioner analisis kebutuhan pembelajar (need analysis). Analisis bahan ajar 1B dilakukan dengan buku ajar yang dimiliki oleh Wisma Bahasa, sedangkan wawancara ditujukan kepada manager bagian pengajaran Wisma Bahasa dan untuk kuesioner analisis kebutuhan pembelajar (need analysis) ditujukan kepada lima pembelajar di Wisma Bahasa, kegiatan tersebut dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012.
Dari hasil analisis kebutuhan di atas, peneliti telah mengembangkan materi ajar yang diperuntukkan untuk tingkat dasar dan dikemas di dalam media interaktif. Materi ajar tersebut, yaitu: (1) unit 1 “Selamat Pagi!”, (2) unit 2 “ Di Kantor Pos”, (3) unit 3 “Kegiatan Sehari-hari”, (4) unit 4 “Halo, Ada Apa?”, dan (5) unit 5 “Pekerjaan”. Materi tersebut sangat perlu dikembangkan dengan menggunakan media Adobe Captivate 5.5 agar kegiatan pembelajaran menjadi menarik dan inovatif juga berbasiskan teknologi informasi di era digital ini, pada masing-masing unit yang ada di media interaktif, terdapat indikator pembelajaran dan empat kegiatan pembelajar, yaitu: (1) percakapan (mendengarkan/menyimak), (2) kosakata, (3) struktur dan (4) soal latihan.
Pengembangan media interaktif ini diadaptasi dari model penelitian dan pengembangan (Research and Development)/R&D yang merujuk pada teori Borg dan Gall. Langkah-langkah tersebut dikelompokkan menjadi lima langkah yakni: (1) melakukan analisis produk yang akan dikembangkan, (2) mengembangkan produk awal, (3) validasi ahli, (4) uji coba lapangan, dan (5) revisi produk.
Guna mengetahui kualitas dan hasil dari pengembangan media ini, peneliti mengadakan uji coba produk dan validasi dari para ahli. Uji coba dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1) penilaian dari pengajar Wisma Bahasa, manager bagian pengajaran Wisma Bahasa dan dosen ahli Universitas Sanata Dharma. (2) uji coba lapangan kepada satu pembelajar asing tingkat dasar .
ix ABSTRACT
Prasetyo, Agustinus Bayu. 2012. The Utilization of Adobe Captivate 5.5 Media as a Learning Media in Teaching Listening of Indonesian Language for The Foreigners at Basic Level in Wisma Bahasa Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: PBSID, Sanata Dharma University Yogyakarta
This thesis is a development research. The issue discussed in this thesis is how to develop and to use Adobe Captive 5.5 as a learning media in teaching listening of Indonesian language for the foreigners at basic level in Wisma Bahasa Yogyakarta.
The development of this media is started by analyzing learning materials 1B and need analysis. The instruments used for need analysis are interview and questionnaire. The analysis of learning material 1B was conducted using the handbook from Wisma Bahasa, while the interview was addressed to the Wisma Bahasa Manager, and the questionnaire was given to five learners in Wisma Bahasa. This activity was conducted on May up to July 2012.
From the need analysis above, the researcher has developed a learning material aimed for the basic level and packaged in an interactive media. The learning materials are like: (1) Unit 1 "Selamat Pagi!", (2) Unit 2 "Di Kantor Pos", (3) Unit 3 "Aktivitas Sehari-hari", (4) Unit 4 "Halo, Ada apa?", and (5) Unit 5 " Pekerjaan". It is necessary to develop the material, using Adobe Captive 5.5, to make the learning activity attractive and innovative, and based on information technology of current digital age. For each topic/unit in interactive media, there are four indicators and learning objectives, i.e. (1) (Percakapan), (2) (Kosakata), (3) (Struktur) and (4) Question.
The development of interactive media is adapted from the model of research and development (Research and Development) / R & D which refers to Borg and Gall’s theory. Those steps are grouped into five, which are: 1) analyse the product to be developed, 2) develop the initial product, 3) validation by expert, 4) field test, and 5) product revision.
In order to see the quality and the result of this development, the researcher conducted field test and validation by experts. The field test is conducted in two steps by (1) tutors of Wisma Bahasa, education of Wisma Bahasa manager and Sanata Dharma University lecturers. (2) one learner in basic level.
SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENGAJARAN MENYIMAK BAHASA INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING (BIPA) TINGKAT DASAR
DI WISMA BAHASA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh:
AGUSTINUS BAYU PRASETYO
081224047
PRODI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENGAJARAN MENYIMAK BAHASA INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING (BIPA) TINGKAT DASAR
DI WISMA BAHASA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh:
AGUSTINUS BAYU PRASETYO
081224047
PRODI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
yang selalu menyejukan hati dan melimpahkan rahmatnya
Orang tua tercinta Norbertus Tunggak dan Margaretha Hartinah, S.Pd. terima kasih atas kasih sayang dan pengorbanannya sehingga menjadikan
seseorang yang berguna
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 29 Oktober 2012
Penulis,
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Pendidikan Bahasa,
Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:
Nama : Agustinus Bayu Prasetyo
Nomor Induk Mahasiswa : 081224047
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah ini
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul:
PEMANFAATAN MEDIAADOBE CAPTIVATE5.5
SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENGAJARAN
MENYIMAK BAHASA INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING (BIPA)
TINGKAT DASAR DI WISMA BAHASA YOGYAKARTA
Beserta perangkat yang diperlukan, dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dan memberikan
royaltykepada saya selama tetap mencantumkan nama sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Yogyakarta, 29 Oktober 2012
Yang menyatakan,
viii
ABSTRAK
Prasetyo, Agustinus Bayu. 2012. Pemanfaatan Media Adobe Captivate 5.5 sebagai Media Pembelajaran dalam Pengajaran Menyimak Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) Tingkat Dasar di Wisma Bahasa Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi ini merupakan penelitian pengembangan media pembelajaran dengan memanfaatkan media Adobe Captivate 5.5 sebagai media pembelajaran dalam pengajaran pelajaran menyimak Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) tingkat dasar di Wisma Bahasa Yogyakarta?
Pengembangan media ini diawali dengan kegiatan analisis bahan ajar 1B dan analisis kebutuhan. Instrumen yang digunakan untuk analisis kebutuhan adalah instrumen wawancara dan kuesioner analisis kebutuhan pembelajar (need analysis). Analisis bahan ajar 1B dilakukan dengan buku ajar yang dimiliki oleh Wisma Bahasa, sedangkan wawancara ditujukan kepada manager bagian pengajaran Wisma Bahasa dan untuk kuesioner analisis kebutuhan pembelajar (need analysis) ditujukan kepada lima pembelajar di Wisma Bahasa, kegiatan tersebut dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012.
Dari hasil analisis kebutuhan di atas, peneliti telah mengembangkan materi ajar yang diperuntukkan untuk tingkat dasar dan dikemas di dalam media interaktif. Materi ajar tersebut, yaitu: (1) unit 1 “Selamat Pagi!”, (2) unit 2 “ Di Kantor Pos”, (3) unit 3 “Kegiatan Sehari-hari”, (4) unit 4 “Halo, Ada Apa?”, dan (5) unit 5 “Pekerjaan”. Materi tersebut sangat perlu dikembangkan dengan menggunakan media Adobe Captivate 5.5 agar kegiatan pembelajaran menjadi menarik dan inovatif juga berbasiskan teknologi informasi di era digital ini, pada masing-masing unit yang ada di media interaktif, terdapat indikator pembelajaran dan empat kegiatan pembelajar, yaitu: (1) percakapan (mendengarkan/menyimak), (2) kosakata, (3) struktur dan (4) soal latihan.
Pengembangan media interaktif ini diadaptasi dari model penelitian dan pengembangan (Research and Development)/R&D yang merujuk pada teori Borg dan Gall. Langkah-langkah tersebut dikelompokkan menjadi lima langkah yakni: (1) melakukan analisis produk yang akan dikembangkan, (2) mengembangkan produk awal, (3) validasi ahli, (4) uji coba lapangan, dan (5) revisi produk.
Guna mengetahui kualitas dan hasil dari pengembangan media ini, peneliti mengadakan uji coba produk dan validasi dari para ahli. Uji coba dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1) penilaian dari pengajar Wisma Bahasa, manager bagian pengajaran Wisma Bahasa dan dosen ahli Universitas Sanata Dharma. (2) uji coba lapangan kepada satu pembelajar asing tingkat dasar .
ix ABSTRACT
Prasetyo, Agustinus Bayu. 2012. The Utilization of Adobe Captivate 5.5 Media as a Learning Media in Teaching Listening of Indonesian Language for The Foreigners at Basic Level in Wisma Bahasa Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: PBSID, Sanata Dharma University Yogyakarta
This thesis is a development research. The issue discussed in this thesis is how to develop and to use Adobe Captive 5.5 as a learning media in teaching listening of Indonesian language for the foreigners at basic level in Wisma Bahasa Yogyakarta.
The development of this media is started by analyzing learning materials 1B and need analysis. The instruments used for need analysis are interview and questionnaire. The analysis of learning material 1B was conducted using the handbook from Wisma Bahasa, while the interview was addressed to the Wisma Bahasa Manager, and the questionnaire was given to five learners in Wisma Bahasa. This activity was conducted on May up to July 2012.
From the need analysis above, the researcher has developed a learning material aimed for the basic level and packaged in an interactive media. The learning materials are like: (1) Unit 1 "Selamat Pagi!", (2) Unit 2 "Di Kantor Pos", (3) Unit 3 "Aktivitas Sehari-hari", (4) Unit 4 "Halo, Ada apa?", and (5) Unit 5 " Pekerjaan". It is necessary to develop the material, using Adobe Captive 5.5, to make the learning activity attractive and innovative, and based on information technology of current digital age. For each topic/unit in interactive media, there are four indicators and learning objectives, i.e. (1) (Percakapan), (2) (Kosakata), (3) (Struktur) and (4) Question.
The development of interactive media is adapted from the model of research and development (Research and Development) / R & D which refers to Borg and Gall’s theory. Those steps are grouped into five, which are: 1) analyse the product to be developed, 2) develop the initial product, 3) validation by expert, 4) field test, and 5) product revision.
In order to see the quality and the result of this development, the researcher conducted field test and validation by experts. The field test is conducted in two steps by (1) tutors of Wisma Bahasa, education of Wisma Bahasa manager and Sanata Dharma University lecturers. (2) one learner in basic level.
x
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas berkat, kasih
juga anugerah yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Pemanfaatan Media Adobe Captivate 5.5 sebagai Media
Pembelajaran dalam Pengajaran Menyimak Bahasa Indonesia untuk Penutur
Asing (Bipa) Tingkat Dasar di Wisma Bahasa Yogyakarta. Penulisan skripsi ini
merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra
Indonesia, dan Daerah.
Penulis menyadari bahwa pengerjaan skripsi ini dapat terwujud bukan
hanya oleh kerja keras penulis semata, namun berbagai pihak yang telah
membantu, mendukung dan membimbing dari awal sampai akhir skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma, terima
kasih atas bantuannya.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Kaprodi PBSID, atas bimbingan dan
arahannya kepada penulis.
3. Setya Tri Nugraha, S.Pd, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi, yang
memberikan arahan, masukan dan dukungan kepada penulis.
4. Agus Soehardjono, S.S, M.M. selaku Manager Wisma Bahasa Yogyakarta,
terima kasih atas ijin yang diberikan penulis untuk mengadakan penelitian
di Wisma Bahasa.
5. Agung Siswanto, S.Pd. selaku dosen BIPA PBSID dan Manager
Pengajaran Wisma Bahasa Yogyakarta yang memberikan dukungan,
masukan dan bantuan kepada penulis.
6. Kepala Kantor Pos Cabang (KPC) Plemburan, atas ijin produksi video di
Kantor Pos Plemburan Yogyakarta.
7. Bernadeta Fitri Anita dan Mike Meriana selaku pengajar Wisma Bahasa
yang telah membantu peneliti dalam uji coba dan penilaian produk.
8. Keluarga besar Wisma Bahasa Yogyakarta yang selalu memberikan
xi
9. Murid-murid Wisma Bahasa Yogyakarta atas kerjasamanya.
10. Keluarga penulis tercinta, Bapak Norbertus Tunggak dan Ibu Margaretha
Hartinah, S.Pd., adik-adik tercinta Antonius Hanri Yunanda dan Fransisca
Gita Ananda terima kasih atas cinta dan kasih sayang yang selalu
diberikan kepada penulis.
11. Sheila Prima, Nugroho, Petrus Kanisius, Lidwina Wimala, Monica Ayu,
Angger, Veronica Kristanti, Puspita Marta, Singgih Dwi, Dimas Dionisius,
Stella Abriyanti dan Nediar yang telah menjadi talent dan membantu
peneliti memproduksi video dan audio.
12. Agatha Viti Anggraeni terima kasih atas bantuannya.
12. Teman-teman skripsi payung; Hartiyah Margaretha, Puspita Martha, Esti
Nuryani dan Yuni yang selalu mendukung dan membantu penulis.
13. Robertus Marsidiq selaku staf sekretariat, terima kasih atas bantuannya.
14. Teman-teman PBSID angkatan 2008 atas semangat dan dukungannya.
15. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi
dukungan terhadap pembuatan skripsi ini, yang tak dapat disebutkan satu
per satu.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Penulis berharap
semoga penelitian ini dapat memberikan banyak manfaat terkhusus di bidang
akademis dan dapat dipergunakan sebaik-baiknya.
Yogyakarta, 29 Oktober 2012
xii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
HALAMAN PUBLIKASI... vii
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 14
2.1. Penelitian yang relevan... 14
2.2. Profil Wisma Bahasa Yogyakarta... 16
xiii
2.2.2. Organisasi Wisma Bahasa Yogyakarta... 18
2.2.3. Lingkungan fisik dan fasilitas lembaga... 18
2.3. Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran... 20
2.3.1. Integrasi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran... 21
2.3.2. Perkembangan Teknologi Informasi... 24
2.4. Media Pembelajaran... 25
2.4.1. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran... 28
2.4.2. Klasifikasi dan Macam-Macam Media Pembelajaran... 29
2.4.3. Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran... 31
2.4.4. Peran Media sebagai Alat Komunikasi... 32
2.4.5. Karakteristik Media Pembelajaran... 34
2.5. Media Interaktif... 41
2.6. Pembelajaran Multimedia(Multimedia Learning)... 43
2.6.1. Teori Kognitif tentangMultimedia Learning... 45
2.6.2. Tujuh Prinsip Desain Multimedia... 46
2.7. Pengajaran Bahasa dengan Komputer... 47
2.8. Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)... 49
2.8.1. Kurikulum... 50
2.8.2. Bahan Ajar... 50
2.8.3. Tenga Pengajar... 51
2.8.4. Sarana... 51
2.9. Ranah Teknologi Penguasaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing... 52
2.9.1. Ranah Desain... 52
2.9.2. Ranah Pengembangan... 52
2.9.3. Ranah Pemakaian... 53
2.9.4. Ranah Manajemen... 53
2.10. Model Pembelajaran Keterampilan Menyimak... 54
2.11. Pengembangan Media Berbasis MediaAdobe Captivate5.5... 55
xiv
2.11.2. KelebihanAdobe Captivate5.5... 56
2.11.3. KelemahanAdobe Captivate5.5... 63
2.11.4. Perancangan Pembelajaran Menggunakan MediaAdobe Captivate5.5... 64
2.11.5. Kekhasan MediaAdobe Captivateuntuk Pembelajar BIPA tingkat dasar di Wisma Bahasa Yogyakarta... 65
2.12. Kerangka Berpikir... 66
BAB III METODE PENGEMBANGAN... 68
3.1. Model Pengembangan... 68
3.2. Prosedur Pengembangan... 71
3.2.1. Tahap Pertama: Tahap Analitis... 71
3.2.2. Tahap Kedua: Tahap Desain... 73
3.2.3. Tahap Ketiga: Tahap Pengembangan... 74
3.2.4. Tahap Keempat: Tahap Implementasi... 75
3.2.5. Tahap Kelima: Tahap Penilaian... 76
3.3. Uji Coba Produk... 77
BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN... 87
4.1. Hasil Penelitian... 87
4.1.1. Hasil Wawancara Pengembangan Media Interaktif... 87
4.1.2. Hasil Kuesioner Kebutuhan Pengembangan Media Interaktif.... 90
4.1.3. Hasil Kuesioner Data Pribadi dan Tujuan Pembelajaran... 93
4.1.4. Hasil Kuesioner Kebutuhan Cara Belajar... 93
4.1.5. Hasil Analisis Bahan Ajar 1B... 95
xv
4.2.1. Penilaian Pengajar Wisma Bahasa Yogyakarta... 99
4.2.2. Penilaian Pengajar Ahli Wisma Bahasa Yogyakarta... 104
4.2.3. Penilaian Dosen Ahli Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.... 107
4.2.4. Hasil Uji Coba Lapangan... 109
4.3. Pembahasan... 113
BAB V PENUTUP... 115
5.1. Kajian Produk yang telah Dibuat... 115
5.1.1. Kajian Produk Media Interaktif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Pembelajar Asing Tingkat Dasar... 115
5.2. Implikasi... 118
5.3. Saran-saran... 119
5.3.1. Saran Pemanfaatan Produk... 119
5.3.2. Saran untuk Keperluan Pengembangan Lebih Lanjut... 121
5.4. Kesimpulan... 122
DAFTAR PUSTAKA... 125
LAMPIRAN... 127
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pengelompokan Media... 30
Tabel 2.2 Klasifikasi Media... 30
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Penilaian Produk... 78
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Wawancara... 80
Tabel 3.5 Kisi-kisi Analisis Kebutuhan (Data Umum)... 81
Tabel 3.6 Kisi-kisi Analisis Kebutuhan... 82
Tabel 3.7 Kisi-kisi Kebutuhan Cara Belajar... 83
Tabel 3.8 Kriteria Penilaian Kebutuhan Pengembangan... 85
Tabel 3.9 Kriteria Penilaian Terhadap Produk Pengembangan... 85
Tabel 3.10 Penentuan Patokan Skala Lima... 86
Tabel 4.11 Hasil Kuesioner Kebutuhan Pengembangan Media Interaktif ... 90
Tabel 4.12 Data Hasil Penilaian Unit 1... 100
Tabel 4.13 Data Hasil Penilaian Unit 2... 101
Tabel 4.14 Data Hasil Penilaian Unit 3... ... 102
Tabel 4.15 Data Hasil Penilaian Unit 4... 103
Tabel 4.16 Data Hasil Penilaian Unit 5... 103
Tabel 4.17 Data Hasil Penilaian Unit 1... 105
Tabel 4.18 Data Hasil Penilaian Unit 2... 105
Tabel 4.19 Data Hasil Penilaian Unit 3... 105
Tabel 4.20 Data Hasil Penilaian Unit 4... 106
Tabel 4.21 Data Hasil Penilaian Unit 5... 106
Tabel 4.22 Data Hasil Penilaian Unit 1... 107
Tabel 4.23 Data Hasil Penilaian Unit 2... 108
Tabel 4.24 Data Hasil Penilaian Unit 3... 108
Tabel 4.25 Data Hasil Penilaian Unit 4... 108
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman(Cone Of Experience)... 27
Gambar 2.2Starting Adobe Captivate5.5... 58
Gambar 2.3 Menu pilihan untukprojectawal... 58
Gambar 2.4(1) toolbar, (2) slide master, (3) timeline... 59
Gambar 2.5 Pilihaninput question slide... 60
Gambar 2.6 Hasil kuis dalam bentukquiz results... 61
Gambar 2.7 Skema LMS(Learning Management System)... 62
Gambar 2.8Adobe Captivate Quiz Results Analyzer... 62
Gambar 2.9 Pilihanpublish... 63
Gambar 3.10 Skema pengembangan... 70
Gambar 3.11 Skema tahap analisis pengembangan... 72
Gambar 3.12 Skematik tahap desain... 73
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1Need Analysis Questionnaire... 128
Lampiran 2 Kuesioner Pembelajar... 153
Lampiran 3 Kuesioner Pengajar... 156
Lampiran 4 Kuesioner Pengajar Ahli... 161
Lampiran 5 Kuesioner Dosen Ahli... 166
Lampiran 8 Data LMS hasil belajar... 171
Lampiran 9 Daftar Hirarkis Media... 175
Lampiran 10 Tutorial Media... 181
Lampiran 11Print Screen Media... 190
Lampiran 12Story Board Media... 229
Lampiran 13 Surat izin penggunaan tempat... 304
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Meningkatkan proses dan hasil belajar para pembelajar di setiap institusi
pendidikan atau lembaga pendidikan perlu diwujudkan agar ketercapaian
tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal sesuai dengan harapan yang
diinginkan. Kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif apabila
pengajar memiliki motivasi dan kreativitas dalam mengolah setiap bahan
pengajaran yang efektif dan efisien bagi pengajaran baik pengajaran secara
umum atau khusus seperti lembaga kursus. Sesuai dengan hakikat pengajaran,
tujuan pengajaran merupakan rumusan kemampuan yang diharapkan dimiliki
pembelajar setelah ia menempuh berbagai pengalaman belajarnya (pada akhir
pengajaran).
Salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah
menguasai metodologi pengajaran. Metodologi pengajaran sangat berdampak
langsung terhadap kegiatan pembelajaran dan sangat mempengaruhi hasil akhir
tujuan pengajaran. Dalam metodologi pengajaran, terdapat dua aspek yang
sangat menonjol yakni metodologi mengajar dan media pembelajaran.
Sesuai dengan UU No. 19 tahun 2003, kompetensi pedagogik menuntut
pengajar agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik. Pembelajaran
merancang pembelajaran dengan sistematis dan cermat. Salah satu komponen
yang perlu mendapat perhatian dalam perencanaan pembelajaran adalah
pemilihan media pembelajaran yang sesuai.
Dapat diketahui bahwa peran media pembelajaran begitu berdampak besar
sebagai bentuk peningkatan kualitas. Media pembelajaran sangatlah begitu
bervariasi dari segi fungsi dan penggunaan, perkembangannya pun sangat
begitu pesat juga memiliki beragam pilihan, dari yang sederhana sampai yang
rumit seperti Adobe Flash, Adobe Director, Adobe Captivate, SwishMax, dan
juga Microsoft PowerPoint. Pemilihan media ajar dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dan situasi pembelajaran, atas dasar hal tersebut pula pengajar
dituntut untuk lebih cermat dalam pengembangannya dan juga dituntut untuk
dapat berinovasi terutama dalam hal pengembangan pembelajaran melalui
media pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
Selain itu, hal yang sangat fundamental adalah menilik perkembangan
teknologi dalam arus transformasi informasi terutama bidang multimedia
sangat begitu pesat, dan pengintegrasian teknologi informasi dalam
pembelajaran yang mengalami perkembangan yang sangat signifikan.
Penggunaan media pembelajaran sebagai bahan ajar untuk penutur asing
merupakan hal yang mutlak seiring perkembangan teknologi informasi yang
ada di dunia, dengan mengikuti perkembangan arus teknologi informasi yang
berkembang pesat saat ini, pengajar dapat melakukan penggabungan dua atau
Dengan kata lain, mengintegrasikan teknologi informasi ke dalam
pembelajaran adalah suatu upaya untuk menggabungkan teknologi informasi
dengan teori-teori pembelajaran guna menghasilkan cara dan strategi baru
dalam melaksanakan pembelajaran. Tentunya hal tersebut sangat
mempermudah proses pengajaran bagi pengajaran Bahasa Indonesia untuk
Penutur Asing (BIPA) apabila pengajar benar-benar dapat memanfaatkan
perkembangan informasi secara relevan dan sesuai dengan kaidahnya.
Selanjutnya, pemilihan Wisma Bahasa yang dipergunakan sebagai tempat
penelitian didasarkan atas belum maksimalnya penggunaan media berbasis
teknologi sehingga penelitian ini layak dikembangkan guna membantu
pembelajar guna memaksimalkan penyampaian pesan dalam pembelajaran.
Penggunaan Adobe Captivate 5.5 sebagai pengolah media juga memiliki
asumsi salah satunya kemudahan dalam pengembangan dan proses produksi
dibandingkan dengan media lainnya.
Oleh karena itu, penulis mencoba untuk mengembangkan media
pembelajaran yang inovatif dengan memanfaatkan media Adobe Captivate 5.5
sebagai media pembelajaran dalam pengajaran menyimak Bahasa Indonesia
untuk Penutur Asing (BIPA) yang akan dipergunakan pada lembaga kursus
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana
mengembangkan dan memanfaatkan media Adobe Captivate 5.5 sebagai media
pembelajaran dalam pengajaran menyimak Bahasa Indonesia untuk Penutur
Asing (BIPA) tingkat dasar di Wisma Bahasa Yogyakarta ?“
1.3 Tujuan Pengembangan
Berdasarkan rumusan masalah, peneliti mengemukakan tujuan
pengembangan yakni: menghasilkan media interaktif pembelajaran dengan
memanfaatkan media Adobe Captivate 5.5 dalam pengajaran menyimak
Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) tingkat dasar di Wisma Bahasa
Yogyakarta.
1.4 Spesifikasi Produk
Adobe Captivate 5.5 merupakan sebuah program yang memungkinkan
penggunanya membuat demonstrasi interaktif dan simulasi interaktif dalam
bentuk format .swf bahkan Windows Executable (.exe) yang dapat berdiri
sendiri (stand alone). Produk yang dihasilkan dalam Adobe Captivate 5.5
berupa media pembelajaran yang interaktif, dilihat dari fungsinya yang
menarik dan inovatif media tersebut sangat cocok diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran.
Spesifikasi produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini
Windows Executable (.exe) (stand alone). Buku ajar dan media interaktif
tersebut sudah disesuiakan dengan kebutuhan dasar pembelajaran serta buku
ajar tingkat dasar yang ada di Wisma Bahasa Yogyakarta.
Dalam buku ajar ini terdapat 5 (lima) unit kegiatan belajar dan masing –
masing unit memiliki sub percakapan, kosa kata, dan struktur. Kelima unit
tersebut memiliki topik tertentu, antara lain yaitu (1) unit 1 Selamat Pagi!, (2)
unit 2 Di Kantor Pos, (3) unit 3 Kegiatan Sehari-hari, (4) unit 4 Halo, Ada apa?
dan (5) unit 5 Pekerjaan.
Pada media interaktif ini terdapat 5 (lima) unit aplikasi yang terdiri atas
beberapa struktur utama atau button, antara lain yaitu (1) button 1 home, (2)
button 2 Indicator, (3) button 3 Learn, (4) button 4 Question, (5) button 5
About. Peneliti membuat media ini dalam bentuk tampilan interaktif dimana di
dalam media tersebut terdapat slide yang secara otomatis menampilkan animasi
jam, sound effect, gambar, suara interaktif, teks interaktif, video dan soal
latihan untuk menguji kemampuan pembelajar.
1.5 Pentingnya Pengembangan
Multimedia atau media interaktif dapat menyajikan suatu informasi yang
simultan dan dapat mengkombinasikan media digital yang ada. Tujuan
penggunaan mutimedia dalam pendidikan dan pelatihan adalah melibatkan
pembelajar dalam pengalaman multi sensori untuk meningkatkan kegiatan
belajar. Pada masa lalu, pengalaman yang paling dominan adalah kata-kata
multimedia dan berbagai sumber informasi serta metode pembelajaran,
pencapaian hasil pembelajaran diharapkan lebih meningkat dan pada akhirnya
mengarah kepada tujuan utama pembelajar dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Selain hal tersebut di atas, pentingnya pengembangan ini didasari oleh
studi teknologi pendidikan yang telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat sehingga diperlukan kesiapan untuk mentransformasi pembelajaran yang
konvensional ke ranah teknologi informasi. Dengan cara mengintegrasikan
kegiatan pembelajaran tersebut dapat menciptakan perancangan perubahan
yang menuntut adanya proses adopsi, adaptasi, modifikasi, kreasi, inovasi dan
integrasi. Pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran merupakan
langkah strategis untuk menggali potensi yang dibawa manusia sejak lahir
karena dapat mengkontruksi pengetahuan melalui pemanfaatan sumber belajar.
1.6 Asumsi Dasar
1.6.1 Asumsi yang Mendasari Pengembangan
Ada empat asumsi yang mendasari pengembangan ini, yaitu:
1.6.1.1 Media digunakan sebagai dasar pengoptimalan
kemampuan berbahasa Indonesia pembelajar asing
tingkat dasar di Wisma Bahasa.
1.6.1.2 Media interaktif sebagai suatu perkembangan yang
mentransformasi pembelajaran yang konvensional ke
ranah teknologi informasi.
1.6.1.3 Media interaktif dapat membantu proses pembelajaran
menyimak bahasa Indonesia dan diintegrasikan dengan
berbagai aspek yang mempermudah tingkat pemahaman
pembelajar.
1.6.1.4 Media pembelajaran interaktif dengan menggunakan
media Adobe Captivate 5.5 dapat mendukung efektifitas
pembelajaran.
1.7 Definisi Istilah
1.6.1 Adobe Captivate 5.5
Adobe Captivate 5.5 adalah aplikasi pengolah demontrasi interaktif
dan simulasi dalam berbagai bentuk format termasuk .swf dan Windows
Executable (.exe) yang dapat berdiri sendiri (stand alone). Adobe
Captivate merupakan pengembangan dari Macromedia Captivate yang
dikemas dalam bentuk baru dalam aplikasi Adobe e-Learning 2.5 yang
memungkinkan penggunanya menggunakan aplikasi ini untuk kegiatan
pembelajaran berbasis multimedia (media interaktif).
Perangkat lunak Adobe Captivate ini merupakan basis dari platform
Adobe Flash, media ini dapat secara otomatis menghasilkan konten
interaktif dan kompatibel dengan Flash Player dan hanya dengan
menginput segala macam animasi, video, teks, sound effect, animasi
flash/.SWF, gambar, hyperlink, dll. Selain itu, yang sangat menarik adalah
dapat membuat soal interaktif (Question Slide) dengan pilihan model yang
bervariasi.
Pemakaian perangkat lunak ini juga dapat diintegrasikan dengan
perangkat lunak lain yang berbasis vector, audio, maupun grafis seperti
Adobe Photoshop, Adobe Soundbooth, Adobe Flash, SwishMax, Corel
Draw, Aurora 3D Animation Maker, Microsoft (Word, PowerPoint) dan
platform lain yang kompatibel dengan Adobe Captivate.
1.6.2 Media
Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk
jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah
(antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat. Anitah (2009:22)
mengatakan “media atau medium adalah segala sesuatu yang terletak di
tengah dalam bentuk jenjang, atau alat apa saja yang digunakan sebagai
perantara atau penghubung dua pihak atau dua hal”.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah setiap
orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang
memungkinkan pembelajar BIPA untuk menerima pengetahuan,
1.6.3 Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses kerja sama antara pengajar dengan
pembelajar dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik
potensi yang bersumber dari dalam diri pembelajar itu sendiri seperti
minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar
maupun potensi yang ada di luar diri pembelajar seperti lingkungan, sarana
dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu
(Sanjaya, 2010:26).
Jadi, pembelajaran tidak hanya menitikberatkan pada kegiatan guru
atau kegiatan pembelajar saja, tetapi bersama-sama berusaha mencapai
tujuan belajar yang telah ditentukan.
1.6.4 Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat
dipakai untuk tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku dan
sebagainya. Media pembelajaran tidak hanya berupa alat atau bahan saja
melainkan hal-hal lain yang memungkinkan pembelajar dapat memperoleh
pengetahuan (Sanjaya, 2010:204).
1.6.5 Menyimak
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang
lisan-lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara
melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 2008:28).
Salah satu jenis menyimak yang dipergunakan dalam pembelajaran
BIPA ini salah satunya adalah menyimak intensif. Pembelajar diarahkan
pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi dan dikontrol terhadap satu
hal tertentu.
1.8 Sistematika Penelitian
Sistematika penelitian dapat dideskripsikan atas 5 (lima) hal, yaitu: (1)
Pendahuluan, (2) Kajian Pustaka, (3) Metode Pengembangan, (4) Hasil
Pengembangan dan (5) Penutup.
1.8.1 Bab 1 Pendahuluan
Pada bab ini menguraikan bagian pendahuluan terdiri atas delapan
subbab. Bagian awal adalah latar belakang masalah, dari fakta yang ada
peneliti menemukan belum maksimalnya pemanfaatan teknologi informasi
salah satunya media pembelajaran interaktif yang ada di Wisma Bahasa.
Hal tersebut diuraikan secara terperinci di dalam rumusan masalah.
Selanjutnya, peneliti memaparkan tujuan pengembangan,
spesifikasi produk yang dihasilkan, dengan adanya spesifikasi produk
diharapkan dapat menjelaskan karakteristik yang meliputi identitas penting
dirasa sangat penting dan hal tersebut dijabarkan secara terperinci di dalam
pentingnya pengembangan.
Dalam pengembangan ini peneliti memiliki asumsi dasar yang
mendasari atas pengembangan ini dan dipaparkan dalam asumsi dasar.
Untuk lebih dapat memperjelas tentang definisi atau istilah yang
dipergunakan, peneliti menjelaskannya di dalam definisi istilah guna
membantu pembaca secara operasional sehingga mendapat gambaran yang
jelas tentang masalah yang diteliti dan terakhir adalah sistematikan
penelitian.
1.8.2 Bab 2 Kajian Pustaka
Pada bab ini peneliti menjelaskan teori-teori yang berkaitan dengan
penelitian ini. Bagian awal, peneliti memaparkan tentang teori-teori
terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti.
Kemudian, peneliti memaparkan profil Wisma Bahasa Yogyakarta yang
digunakan sebagai tempat peneliti dalam meneliti dan mengolah data.
Pada bab II, dijabarkan teori antara lain: (1) teknologi komunikasi
dan informasi pembelajaran, (2) media pembelajaran, (3) media interaktif,
(4) pembelajaran multimedia (multimedia learning), (5) pengajaran bahasa
dengan komputer, (6) pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing
(BIPA), (7) ranah teknologi penguasaan bahasa indonesia sebagai bahasa
asing, (8) model pembelajaran keterampilan menyimak, (9) pengembangan
Selain itu, peneliti menjelaskan kekhasan media Adobe Captivate 5.5 yang
digunakan sebagai media untuk memproduksi media pembelajaran
interaktif.
1.8.3 Bab 3 Metode Pengembangan
Pada bagian awal peneliti menjelaskan model pengembangan
dalam bentuk skema, prosedur pengembangan dan terakhir mengenai uji
coba produk.
1.8.4 Bab 4 Hasil Pengembangan
Bab ini menjelaskan tentang analisa data dari hasil uji coba yang
dilakuakan oleh peneliti terhadap pembelajar. hasil uji coba yang
dilakukan berasal dari validasi dan nilai akhir yang ada di dalam media
pembelajar interaktif berupa script nilai LMS (Learning Management
System). Terakhir adalah memaparkan hasil data dari penilaian dosen ahli
atau expertjusment yang berasal dari Universitas Sanata Dharma maupun
Wisma Bahasa Yogyakarta.
1.8.5 Bab 5 Penutup
Bab ini peneliti memaparkan tentang kajian produk pengembangan
berdasarkan paparan hasil penelitian selanjutnya peneliti memaparkan
saran-saran yang bermanfaat bagi pihak lain yang terkait dengan penelitian
ini dan juga memaparkan kesimpulan hasil penelitian.
14 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini, peneliti membahas kajian pustaka yang relevan dengan
pengembangan media pembelajaran. Pengembangan tersebut didasarkan atas
teori yang dijabarkan pada bab II ini, antara lain: (1) Teknologi komunikasi
dan informasi pembelajaran, (2) media pembelajaran, (3) media interaktif, (4)
pembelajaran multimedia (multimedia learning), (5) pengajaran bahasa dengan
komputer, (6) pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA), (7)
ranah teknologi penguasaan bahasa Indonesia sebagai bahasa asing, (8) model
pembelajaran keterampilan menyimak, (9) pengembangan media berbasis
media Adobe Captivate 5.5 dan (10) kerangka berpikir.
2.1 Penelitian yang relevan
Ada dua penelitian yang menurut peneliti relevan dengan penelitian ini,
penelitian tersebut antara lain: (1) Pengembangan Media Power Point sebagai
Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing Tingkat Dasar di
Lembaga All Plus Alam Bahasa diteliti oleh Ekaresta Prihardjati Saputro
mahasiswa PBSID, Universitas Sanata Dharma (2010). (2) Penggunaan Media
Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) di
Lembaga Kursus BIPA Puri Indonesia Language Plus Yogyakarta diteliti Andi
Penelitian yang pertama, Ekaresta (2010) mengembangkan media
PowerPoint sebagai media pembelajaran di All Plus Alam Bahasa dan
bertujuan untuk menghasilkan produk yang akan digunakan lembaga tersebut
dalam kegiatan pembelajaran. Ekaresta menganggap penelitian tersebut penting
karena atas dasar (1) pengembangan PowerPoint merupakan salah satu untuk
menyajikan media pembelajaran baru dalam bentuk multimedia yang mampu
menjelaskan target secara konkret dan menghadirkan situasi atau konsep yang
tidak mungkin dijangkau pembelajar secara langsung, (2) produk tersebut
mampu menstimulus pembelajar untuk menguasai empat keterampilan
berbahasa seperti berbicara, menyimak, menulis dan membaca, (3) produk
pengembangan tersebut diharapkan oleh peneliti mampu meningkatkan daya
serap pembelajar dalam memahami materi di buku 1 (satu), (4) produk
pengembangan ini bisa dimiliki oleh pembelajar untuk belajar kembali,
mengulang kembali proses belajar yang sudah didapatkan di dalam kelas
sebelumnya, (5) dengan adanya produk pengembangan tersebut diharapkan
pembelajar bahasa Indonesia di All Plus Alam Bahasa akan lebih kondusif dan
menarik.
Penelitian yang kedua, Andi Prasetya (2007) mengkaji media yang
dipergunakan di lembaga tersebut, serta mendeskripsikan media-media yang
dipergunakan di Puri Indonesia Language Plus Yogyakarta. Tujuan penelitian
tersebut: (1) mendeskripsikan media – media pembelajaran yang digunakan
oleh guru dalam pembelajaran BIPA di lembaga kursus BIPA Puri Indonesian
digunakan guru dalam pembelajaran BIPA di lembaga khusus BIPA Puri
Indonesian Language Plus Yogyakarta, (3) mendeskripsikan hambatan –
hambatan yang dialami oleh guru ketika menggunakan media dalam
pembelajaran BIPA di lembaga khusus BIPA Puri Indonesian Language Plus
Yogyakarta, (4) mendeskripsikan langkah-langkah pemecahan masalah yang
ditempuh oleh guru untuk mengatasi hambatan-hambatan yang muncul ketika
menggunakan media dalam pembelajaran BIPA di lembaga khusus BIPA Puri
Indonesian Language Plus Yogyakarta.
Dari kedua penelitian yang relevan tersebut, penelitian yang pertamalah
yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti.
Rasionalisasinya, adanya kesesuaian topik yang diteliti walaupun berbeda
instrumen (aplikasi) yang dipergunakan. Kemudian, subjek atau tempat yang
diteliti pun berbeda. Kendati demikian, kesamaan yang muncul terletak pada
jenis penelitian yaitu penelitian pengembangan (Research and Development) /
R&D.
2.2 Profil Wisma Bahasa Yogyakarta
Berikut ini peneliti akan memaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan
Wisma Bahasa Yogyakarta terkait pada lokasi penelitian yang dilaksanakan
oleh peneliti. Pengembangan produk ini tidak lepas dari pengetahuan dasar
tentang sejarah dan juga hasil observasi lingkungan kelas serta fasilitas yang
ada di Wisma Bahasa Yogyakarta. Hal tersebut sangat mendukung proses
2.2.1 Sejarah singkat Wisma Bahasa Yogyakarta
Wisma Bahasa merupakan lembaga kursus bahasa Indonesia
pertama di Yogyakarta. Wisma Bahasa didirikan pada tahun 1982. Wisma
bahasa pada awalnya disebut Yogyakarta Indonesia Language Centre
(YILC). Diprakarsai oleh Mr. Daniel Pearlmen dari USA, Wisma Bahasa
sekarang dimiliki oleh Suara Bhakti Foundation. Wisma Bahasa telah
menjalankan program pelatihan Bahasa Indonesia bagi pelajar multi-etnis
yang membutuhkan layanan bahasa Indonesia untuk tujuan umum dan
khusus.
Lebih dari 30 tahun pengalaman Wisma Bahasa telah memberikan
pelayanan bahasa yang sangat konsisten dan berkualitas tinggi melalui
komitmen perbaikan. Dari satu jenis layanan bahasa pada tahun-tahun
awal, sekarang organisasi telah meningkatkan dan memperluas produknya
dengan menyediakan bahasa Inggris, Jawa, Madura dan Tetun (Timor
Leste) pelatihan bahasa.
Para pelajar di seluruh dunia telah menemukan dan menunjukkan
minat mereka di Wisma Bahasa karena visi dan misi dari Wisma Bahasa
dipegang teguh oleh para pengajar. Pelajar berasal dari berbagai disiplin
ilmu dan latar belakang, dan sebagian besar terkait dengan lembaga
terkemuka dan organisasi.
Para pengajar di Wisma Bahasa tidak memposisikan diri sebagai
seorang guru untuk peserta didik, tapi sebagai teman. Wisma Bahasa tidak
menikmati berkomunikasi dalam bahasa target. “Restoran” adalah prinsip
Wisma Bahasa. Inilah sebabnya mengapa lembaga Wisma Bahasa tidak
menamai lembaganya dengan sebutan sebuah perguruan tinggi atau
sekolah, tapi sebuah rumah bahasa, Wisma Bahasa.
Adapun kelas yang di buka di Wisma Bahasa adalah sebagai
berikut : (1) Tingkat 1A, (2) Tingkat 1B, (3) Tingkat 2A, (4) Tingkat 2B,
(5) Tingkat 3A, (6) Tingkat 3B, dan (7) Tingkat 4.
2.2.2 Organisasi Wisma Bahasa Yogyakarta
Wisma Bahasa adalah lembaga bahasa yang berada di bawah
sebuah yayasan yang bernama Yayasan Suara Bakti. Wisma Bahasa
dipimpin oleh seorang direktur. Di bawah organisasi ini terdapat
divisi-divisi. Divisi ini dipimpin oleh seorang manager. Divisi tersebut adalah:
(1) Divisi Pengajaran, (2) Divisi Marketing, (3) Divisi Keuangan, (4)
Divisi Umum dan (5) Divisi Research and Development.
2.2.3 Lingkungan fisik dan fasilitas lembaga kursus
Observasi lingkungan fisik dan fasilitas lembaga kursus dilakukan
di Wisma Bahasa 1 (satu) , Wisma Bahasa 2 (dua), dan Wisma Bahasa 3
(tiga).
Dalam ruang kelas baik di Wisma Bahasa 1 (satu), 2 (dua), dan 3
(tiga) terdapat 1 (satu) meja luas dengan taplak Batik, 3 (tiga) kursi: 1
1 (satu) kipas angin, 1 (satu) jam dinding, beberapa foto budaya di
Indonesia, 1 (satu) peta pulau di Indonesia, 1 (satu) hasil karya seperti
anyaman. Fentilasi di kelas cukup banyak, tetapi paling banyak jendela di
Wisma Bahasa 1 (satu).
Perpustakaan berada di Wisma Bahasa 1 (satu) dengan buku-buku
yang cukup lengkap dan menunjang pembelajaran BIPA seperti, novel,
cerita rakyat, buku tata bahasa, dan masih banyak lainnya. Media
penunjang pembelajaran juga tersedia sehingga pengajar dapat
menggunakan sewaktu-waktu. Terdapat juga fasilitas untuk internet
sehingga pengajar dapat melakukan Skype dengan pembelajar yang berada
di luar Wisma Bahasa. Kegiatan tersebut merupakan salah satu aktivitas
e-Learning yang di lakukan Wisma Bahasa. Untuk perlengkapan penunjang
media seperti : (1) laptop, (2) komputer, dan (3) sound sudah menunjang
untuk digunakan sebagai media dalam media pembelajaran interaktif.
Ruang staf pengajar berada di Wisma Bahasa 1 (satu). Terdapat 4
ruang: ruang pengajar, ruang pengajaran, dan ruang untuk divisi keuangan,
dan ruang direktur. Dalam setiap ruang terdapat AC dan ruangan cukup
luas. Dalam ruang pengajar terdapat beberapa komputer yang terhubung
dengan internet sehingga ketika jeda pembelajaran, pengajar dapat mencari
informasi tambahan untuk mengajar.
Di Wisma Bahasa 1 (satu), terdapat 7 (tujuh) kelas: Melayu,
Maluku, Bugis, Sunda, Asmat, Jawa, dan Bali. Terdapat juga ruang santai
(dua) toilet, dapur dan kantin yang menjual makanan Indonesia, taman,
ruang tengah terdapat 1 (satu) televisi dengan beberapa komputer untuk
pembelajar dan beberapa kursi. Biasanya presentasi pembelajar dilakukan
di ruang tengah. Terdapat juga ruang tamu dan kantor depan. Tempat
parkir di Wisma Bahasa 1 (satu) cukup luas dengan sedikit tanaman, dan
terdapat pos jaga.
Di Wisma Bahasa 2 (dua), tempatnya tidak begitu besar namun
tetap nyaman untuk belajar. Terdapat 5 (lima) kelas: Ternate, Sumba,
Mentawai, Tengger, dan Nias. Terdapat 1 (satu) toilet, 1 (satu) ruang
tamu, taman, dapur, dan halaman depan yang tidak begitu luas. Ruang
kelas di Wisma Bahasa 2 (dua) sama dengan Wisma Bahasa 1 (satu),
tetapi di Wisma Bahasa 1 (satu) lebih banyak jendela.
Wisma Bahasa 3 (tiga), lebih luas dari Wisma Bahasa 2 (dua),
tetapi tidak seluas Wisma Bahasa 1 (satu). Terdapat 10 kelas: Lombok,
Madura, Badui, Batak, Aceh, Dayak, Flores, Minang, Toraja, dan Betawi.
Ruang kelas di Wisma Bahas 3 (tiga) juga sama dengan Wisma Bahasa 1
(satu) dan 2 (dua). Terdapat taman, ruang santai, 2 (dua) toilet, dan
halaman depan. Tempat parkir di Wisma Bahasa 3 (tiga) cukup luas.
Terdapat telepon, sama seperti di Wisma Bahasa 1 (satu).
2.3 Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran
Untuk mengetahui relevansi perkembangan teknologi informasi dalam
dengan integrasi teknologi informasi antara lain: (1) Integrasi Teknologi
Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran dan (2) Perkembangan
Teknologi Informasi.
2.3.1 Integrasi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
Pembelajaran
Menurut Yaumi (2011:8), dalam studi pendidikan telah banyak
mengalami perubahan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut terlihat
sejak diperkenalkan istilah media fisik seperti alat peraga, audiovisual,
filmstrip, videotape berkembang menjadi video interaktif, satelit,
teleconference, internet dan berbagai software pembelajaran lainnya.
Mengintegrasikan teknologi informasi ke dalam pembelajaran adalah suatu
upaya untuk menggabungkan teknologi informasi dengan teori-teori
pembelajaran guna menghasilkan cara dan strategi baru dalam
melaksanakan pembelajaran.
2.3.1.1 Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
Pembelajaran
Teknologi informasi dan komunikasi adalah ilmu yang
mempelajari tentang desain, pengembangan, implementasi,
manajemen sistem informasi yang berbasiskan komputer,
Teknologi informasi dan komunikasi berhubungan dengan
penggunaan komputer secara elektronik dan software komputer
untuk mengubah, menyimpan, memproteksi, memproses,
mentransmisi, dan memanggil kembali segala informasi secara
aman.
Association of Educational Communication Technology
(AECT) dalam Muhammad (2011:90), memberikan definisi
tentang teknologi pembelajaran, yaitu teori dan praktek desain,
pengembangan, pemanfaatan, manajemen, dan evaluasi terhadap
proses dan sumber-sumber belajar. Teori yang dimaksud dalam
definisi tersebut mencakup konsep, kontruksi, prinsip, dan
proposisi yang berkontribusi pada batang tubuh ilmu pengetahuan.
Teknologi informasi dan komunikasi adalah studi atau
penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer, untuk
menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan apa saja
teramasuk kata-kata, bilangan, dan gambar. Perkembangan
teknologi informasi telah membawa dampak yang begitu besar
dalam dunia pendidikan. Setidaknya ada lima pergeseran yang
dapat diidentifikasikan dalam hubungannya dengan proses
pembelajaran antara lain: (1) pergeseran dari pelatihan ke
perbaikan kinerja, (2) pergeseran dari ruang kelas ke ruangan maya
yang dapat berlangsung kapan dan di mana saja, (3) pergeseran
ke fasilitas jaringan kerja, (5) pergeseran dari waktu siklus ke
waktu nyata.
Hal yang paling mutakhir dalam proses pembelajaran saat
ini adalah berkembangnya “cyber teaching” atau pengajar maya,
yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan
internet. Istilah tersebut sering dipergunakan dengan istilah
e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan
media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet.
Dalam Yaumi (2011:92), E-learning merupakan satu penggunaan
teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam
jangkauan luas yang berlandaskan tiga kriteria antara lain: (1)
e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk
memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi
ajar atau informasi, (2) pengiriman sampai ke pengguna dilakukan
melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang
standar, (3) terfokus pada pandangan luas tentang pembelajaran.
2.3.1.2 Integrasi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
Pembelajaran
Untuk dapat mengintegrasikan semua komponen teknologi
informasi perlu dijabarkan beberapa teori dan model integrasi
teknologi ke dalam pembelajaran. Salah satu teori yang dapat
teori difusi inovasi. Teori ini bukan saja memberikan kerangka
dasar dalam mengadopsi dan mengintegrasi, melainkan juga
beberapa strategi dan skenario yang dapat memberikan kemudahan
dalam melakukan integrasi. Dalam mengintegrasikan teknologi ke
dalam pembelajaran, para integrator atau adopter perlu melakukan
lima fase dalam integrasi menurut Yaumi (2011:97) yakni: (1)
menentukan keuntungan relatif, (2) menentukan tujuan dan
penilaian, (3) mendesain strategi integrasi, (4) mempersiapkan
lingkungan pembelajaran, (5) mengevaluasi dan merevisi strategi
integrasi.
2.3.2 Perkembangan Teknologi Informasi
Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk
mengolah data. Pengolahan itu termasuk memproses, mendapatkan,
menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk
menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan,
akurat dan tepat waktu (Hamzah, 2010:57). Perkembangan teknologi
informasi berdampak pada bermunculannya berbagai jenis kegiatan yang
berbasis pada teknologi, seperti government, commerce, ducation,
e-medicine, e-laboratory, dan lainnya, yang semuanya berbasiskan
2.3.2.1 Peran Teknologi Informasi dalam Bidang Pendidikan
(e-education)
Menurut Hamzah (2010:60) Teknologi dapat
meningkatkan kualitas dan jangkauan apabila digunakan secara
bijak. Pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat terbuka dan
dua arah, beragam, multidispliner, serta terkait pada produktivitas
kerja dan kompetitif. Kecendrungan dunia pendidikan di Indonesia
di masa mendatang adalah sebagai berikut: (1) berkembangnya
pendidikan terbuka dengan modus belajar jarak jauh (distance
learning), (2) sharing resource bersama antarlembaga pendidikan
dalam sebuah jaringan perpustakaan dan instrument pendidikan
lainnya berubah fungsi menjadi sumber informasi, (3) penggunaan
perangkat teknologi informasi interaktif, dalam pendidikan secara
bertahap menggantikan televisi dan video, dengan ini
dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan
menggunakan media internet untuk menghubungkan antara
pembelajar dengan gurunya.
2.4 Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa Latin yang mempunyai arti antara. Makna
tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk
membawa suatu informasi dari suatu sumber kepada penerima (Hamzah,
yang dikemukakan oleh Association of Education and Communication
Technology (AECT) Amerika. Menurut AECT dalam Hamzah (2010:121),
media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan
pesan atau informasi.
Apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat
diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran
untuk membawa informasi dari pengajar ke pembelajar.
Dari batasan tersebut, Hamzah (2010:122) menyimpulkan bahwa
pengertian media dalam pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi
yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber ke
pembelajar. Tujuannya adalah merangsang mereka untuk mengikuti kegiatan
pembelajar media. Selain digunakan untuk mengantarkan pembelajaran secara
utuh, dapat pula dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari
kegiatan pembelajaran, memberikan penguatan maupun motivasi.
Rossi dan Breidle dalam Sanjaya (2010:204), mengemukakan bahwa
media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk
tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku dan sebagainya, menurut Rossi
alat tersebut dipergunakan dan diprogramkan untuk pendidikan, maka
merupakan media pembelajaran. Media pembelajaran tidak hanya berupa alat
atau bahan saja melainkan hal-hal lain yang memungkinkan pembelajar dapat
memperoleh pengetahuan. Media pembelajaran selalu terdiri atas dua unsur
penting, yaitu (1) unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan (2)
memerlukan peralatan untuk menyajikan pesan. Kesimpulannya bahwa (1)
media pembelajaran merupakan wadah dari pesan, (2) materi yang ingin
disampaikan adalah pesan pembelajar dan (3) tujuan yang ingin dicapai ialah
proses pembelajaran.
Edgar Dale melukiskan dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan
kerucut pengalaman (cone of experience).
Gambar 2.1 kerucut pengalaman (cone of experience)
Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale memberikan
gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh pembelajar dapat melalui
proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses
mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses
mendengarkan melalui bahasa. Dari kerucut tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengetahuan itu dapat diperoleh melalui pengalaman langsung dan
pengalaman tidak langsung. Semakin langsung objek yang dipelajari, maka
semakin konkret pengetahuan diperoleh, semakin tidak langsung pengetahuan
itu diperoleh, maka semakin abstrak pengetahuan pembelajar.
Kedudukan komponen media pengajaran dalam sistem proses belajar
pengalaman belajar dapat diperoleh secara langsung. Dalam keadaan ini media
dapat digunakan agar lebih memberikan pengetahuan yang konkret dan tepat
serta mudah dipahami.
2.4.1 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Pemerolehan pengetahuan pembelajar seperti yang digambarkan
oleh Edgar Dale menuntut agar sebaiknya pembelajar diusahakan agar
pengalaman tersebut menjadi lebih konkret, pesan yang ingin disampaikan
benar-benar dapat mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai
(Sanjaya, 2010:208).
Dari penjelasan tersebut, maka secara khusus media pembelajaran
memiliki fungsi dan berperan seperti berikut: (1) menangkap suatu objek
atau peristiwa-peristiwa tertentu, peristiwa-peristiwa penting atau objek
yang langka dapat diabadikan dengan foto, film atau direkam melalui
video atau audio, kemudian peristiwa tersebut dapat disimpan. (2)
memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu. Melalui media
pembelajaran, pengajar dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat
abstrak menjadi kongkret sehingga mudah dipahami dan dapat
menghilangkan verbalisme. (3) menambah gairah dan motivasi belajar
pembelajar. Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar
pembelajar sehingga perhatian pembelajar terhadap materi pembelajaran
media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki pembelajar
dan media dapat mengatasi batas ruang kelas.
2.4.2 Klasifikasi dan Macam-Macam Media Pembelajaran
Menurut Sanjaya (2010:211), media pembelajaran dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi diantaranya:
1) Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam: (a) Media
auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media
yang hanya memiliki unsur suara. (b) media visual, yaitu media
yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. (c)
media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung
unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat.
2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media tersebut dapat dibagi
ke dalam: (a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan
serentak seperti radio dan televisi. (b) media yang mempunyai daya
liput yang terbatas oleh ruang dan waktu seperti film slide, film
dan lain sebagainya.
3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke
dalam: (a) Media yang diproyeksikan, seperti film, slide,
transparasi dan sebagainya, (b) media yang tidak diproyeksikan,
seperti gambar, foto, lukisan, radio dan lain sebagainya.
Anderson dalam Sanjaya (2010:213) mengelompokan media
Tabel 2.1 Pengelompokan Media
Kelompok Media Media Intruksional
1. Audio Pita audio (rol atau kaset)
Gambar (dilengkapi audio) 4. Proyek Visual Diam Film bingkai (slide)
Film rangkai
5. Proyek Visual Diam dengan Audio Film bingkai (slide) suara
Film rangkai suara 9. Komputer Media berbasis komputer
Dalam pengelompokan tersebut, peneliti memasukan kategori media
yang diteliti ini kedalam kategori ke 9 (sembilan) dengan asumsi bahwa
media interaktif ini berbasiskan komputer. Berbeda dengan pendapat
Hamzah (2010:123) yang menyatakan bahwa salah satu bentuk klasifikasi
yang mudah dipelajari adalah klasifikasi yang disusun oleh Heinich dan
kawan-kawan (1996) sebagai berikut:
Tabel 2.2 Klasifikasi Media
KLASIFIKASI JENIS MEDIA
Media yang tidak diproyeksikan (non
projected media)
Realita, model, bahan grafis (graphic
material), display
Media yang diproyeksikan (projected
media)
Media video (video) Audio kaset, audio vission, active
audio vission
Media video (video) Video
Media berbasis komputer (computer
based media)
Computer Assisted Instruction (CAI)
Computer Managed Instruction (CMI)
Multimedia kit Perangkat praktikum
Pengklasifikasian yang dilakukan oleh Heinich ini pada dasarnya
adalah penggolongan media berdasarkan bentuk fisiknya, yaitu apakah
media tersebut masuk dalam golongan media yang tidak diproyeksikan,
atau yang diproyeksikan atau apakah media tertentu masuk dalam
golongan media yang dapat didengar lewat audio atau dapat dilihat secara
visual, dan seterusnya.
2.4.3 Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran
Menurut Sanjaya (2010:226), Media pembelajaran harus digunakan
untuk membelajarkan pembelajar, maka ada sejumlah prinsip yang harus
diperhatikan diantaranya:
(1) media yang digunakan pengajar harus sesuai dan diarahkan
untuk mencapai tujuan pembelajaran, (2) media yang akan digunakan
harus sesuai dengan materi pembelajaran. Jadi, media yang akan
digunakan harus sesuai dengan kompleksitas materi pembelajaran, (3)
media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi
dan efisien dan (5) media yang digunakan harus sesuai dengan
kemampuan pengajar dalam mengoperasikannya.
2.4.4 Peran Media sebagai Alat Komunikasi
Dalam proses pembelajaran, media memiliki kontribusi dalam
meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran. Kehadiran media tidak saja
membantu pengajar dalam menyampaikan materi ajarnya, tetapi
memberikan nilai tambah kepada kepada kegiatan pembelajaran (Hamzah,
2010:124). Hal ini berlaku bagi segala jenis media, baik yang canggih dan
mahal, ataupun media yang sederhana dan murah. Kemp dalam Hamzah
(2010:124) menjabarkan sejumlah kontribusi media dalam kegiatan
pembelajaran antara lain sebagai berikut: (1) penyajian materi ajar menjadi
lebih standar, (2) kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, (3)
kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif, (4) waktu yang dibutuhkan
untuk pembelajaran dapat dikurangi, (5) kualitas belajar dapat
ditingkatkan, (6) pembelajaran dapat disajikan di mana dan kapan saja
sesuai dengan yang diinginkan, (7) meningkatkan sifat positif peserta didik
dan proses belajar menjadi lebih kuat atau baik, dan (8) memberikan nilai
positif bagi pengajar.
Penjabaran tentang peranan media dalam pembelajaran yang
dikemukakan oleh Kemp memberikan wawasan yang luas mengenai
pemanfaatan media dalam pembelajaran. Selain Kemp (1985), Heinich
pembelajaran secara lebih global ditinjau dari kondisi berlangsungnya
proses pembelajaran, diantaranya:
a) Proses pembelajaran yang bergantung pada kehadiran pengajar.
Pada kondisi ini, penggunaan media dalam proses pembelajaran
umumnya bersifat sebagai pendukung bagi pengajar. Perancangan
media yang tepat akan sangat membantu menguatkan materi
pembelajaran yang disampaikan oleh pengajar secara langsung.
b) Proses pembelajaran tanpa kehadiran pengajar. Ketidakhadiran
pengajar dalam proses pembelajaran dapat disebabkan oleh tidak
tersedianya pengajar atau pengajar tengah bekerja dengan
pembelajar lain. Media dapat digunakan secara efektif pada
pendidikan formal di mana pengajar yang karena suatu hal tidak
dapat hadir di kelas atau tengah bekerja dengan peserta didik lain
c) Pendidikan jarak jauh. Pendidikan jarak jauh telah berkembang
dengan cepat di seluruh dunia. Hal utama yang membedakan
pendidikan jarak jauh dengan pendidikan tatap muka adalah adanya
keterpisahan antara pengajar dan pembelajar dalam proses
pembelajaran.
d) Pendidikan khusus. Media memiliki peran yang penting dalam
pendidikan bagi pembelajar yang memiliki keterbatasan
kemampuan, misalnya mereka yang keterbelakangan mental, tuna
netra atau tuna rungu. Penggunaan media tertentu akan sangat