• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. PENDAHULUAN. usaha yang mengandalkan bahan baku impor dan pasar dalam negeri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. PENDAHULUAN. usaha yang mengandalkan bahan baku impor dan pasar dalam negeri"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1.

PENDAHULUAN

1 .I Latar Belakang

Perturnbuhan perekonomian Indonesia sampai pertengahan tahun 1990an menunjukkan perkembangan yang sangat baik. Hal ini ditandai dengan perturnbuhan produk domestik bruto (POB) pada periode 1990-1996 yang selalu di atas 7.0% serta pertumbuhan sektor industri yang di atas 10.0%.

Dalam perdagangan Iuar negeri, nilai ekspor selalu melebihi nilai impar, sehingga neraca perdagangan selalu positip. Selama kurun waktu 1990-1996 pertumbuhan nilai ekspor lndonesia rata-rata di atas 42.0% per tahun.

Perkembangan perekonomian lndonesia yang cukup tinggi melebihi rata-rata pertumbuhan negara maju, tetah membawa lndonesia mendekati status sebagai negara industri baru.

Sebagai suatu negara yang terbuka, pertumbuhan perekonomian lndonesia tidak terlepas dad perkembangan perekonomian internasional. Pada pertengahan tahun 1997, negara-negara di kawasan Asia mengalami krisis moneter, yang juga melanda Indonesia. Krisis moneter ini berkepanjangan menjadi krisis ekonomi, berdampak pada pendapatan nasional, neraca pem bayaran, kesempatan ke ja, dan kinerja perekonomian lainnya. Dunia usaha yang mengandalkan bahan baku impor dan pasar dalam negeri menghadapi masalah yang cukup berat. Keadaan itu diperparah dengan melemahnya daya beli masyarakat dan tingginya nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah. Sebagai akibatnya perekonomian Indonesia mengalami kontraksi, yang baru mulai mengalami perbaikan pada tahun 1999. Namun, akibat kondisi sosial politik yang memanas sejak pertengahan 2000, serta dikuranginya berbagai subsidi, antara lain bahan bakar minyak dan listrik,

(2)

sebagai bagian kesepakatan dengan IMF, perbaikan kondisi perekonomian Indonesia masih sangat rendah.

Berdasarkan pengalaman selama masa krisis dapat diketahui bahwa pertum buhan yang sangat baik yang terjadi pada periode 1990-1 996 bukanlah didasari atas kekuabn fundamental struktur

ekonomi

tndonesia melainkan karena imbasan dari pertumbuhan ekonomi regional yang maju dengan pesat.

Keberhasilan dalam menghadapi pasar luar negeri terutama karena dukungan proteksi yang dilakukan pemerintah, yang tidak saja berbentuk hambatan tarif maupun non tarif, namun juga dalam bentuk subsidi kredit (Basri, 1995).

Di sisi lain, kecendenrngan liberalisasi perdagangan internasional sudah

sema

kin terasa. Era liberalisasi ditandai dengan adanya penrbahan menuju kesamaan terms of trade, dimana kebijakan yang benrpa rintangan perdagangan seperti subsidi input, tarif impor, pajak ekspor, kuota, dan lain- lainnya secara bertahap akan di hapuskan, Indonesia telah menandatangani kesepakatan pada be berapa blok-bfok perdagangan untu k melaksanakan liberalisasi perdagangan, yaitr AFTA (Asean Free Trade Area) yang mulai berlaku efektif tahun 2003, dan APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) pada tahun 2020. Kesepakatan dalam blok-blok perdagangan yang diikuti memaksa lndonesia hams melaksanakan liberalisasi perdagangan internasional secara konsekwen. Berarti kebijakan perdagangan l ndonesia yang selama ini rnasih mengandung unsur restriksilproteksi hams secara berangsur-angsur di hilang kan.

Dengan melihat kondisi struktur perekonomian Indonesia, dimana terdapat berbagai sektor yang diproteksi, dampak liberalisasi terhadap kineja perekonomian akan dapat menjadi suatu rnasalah sendiri. Apakah dengan liberalisasi ini, industri nasionai dapat semakin berkembang, karena bagi

(3)

industri yang memiliki daya saing akan mudah baginya masuk dan bersaing di pasar intemasional, atau sebaliknya, tejadi kemunduran atau bahkan hancurnya industri yang kurang memiliki daya saing karena

masuknya

produk- produk asing yang lebih unggul dalam ha1 mutu maupun harga.

Meskipun banyak industri yang mengalami kemunduran selama masa knsis, terdapat sekelompok industri yang mampu bertahan, antara lain sektor agroindustri, listrik, dan gas. Sektor agroindustri (industri yang berbasis pertanian, agro-based industry) dalam beberapa dekade terakhir telah memberikan kontribusi yang besar dalam menciptakan pertumbu han ekonomi nasional. Hal ini ditandai dengan peran

sektor

agroindustri dalam PD8 yang meningkat terns. Keberhasilan ini berdampak pula pada kemampuannya mendukung ketahanan pangan nasional maupun perolehan devisa melalui ekspor.

Pengalaman selarna krisis ekonomi menunjukkan bahwa agroindustri merupakan industri yang tetap berperan sebagai industri andalan, dan masih dapat ditingkatkan perannya. Meskipun dernikian, seperti banyak jenis industri lainnya, sektor agroindustri tidak terlepas dari unsur proteksi dari pemerintah.

Dengan liberalisasi di bidang perdagangan, terrnasuk dihilang kannya proteksi- proteksi tersebut, apakah sektor ini masih tetap bertahan, ataukah Indonesia yang memiliki sumber daya alam berlimpah akan mengimpor produk-produk agroindustri? Dalam ha1 ini, menjadi penting untuk mengetahui dampak kebijakan perdagangan luar negeri Indonesia dalam kaitannya dengan perekonomian terbu ka terhadap kinerja perekonomian Indonesia, khususnya agroindustri. Disertasi ini mengambil wacana tersebut sebagai bahan kajian utama.

(4)

1.2 Perurnusan Masalah

Perekonomian terbuka yang menuju ke

arah

liberalisasi perdagangan akan banyak merubah keadaan perekonomian suatu negara. Aliran Heckscher- Ohlin meyakini bahwa perdagangan bebas akan menguntungkan kedua belah pihak (Bhagwati, 1993). Namun, aliran Myrdal menyimpulkan bahwa perdagangan bebas memungkinkan negara kaya

akan

bertam bah kaya dan negara miskin bertambab miskin (Olsen, 1971 dalam Hanani, 2000).

Pengalaman Korea Selatan menunjukkan bahwa pemberlakuan li beralisasi perdagangan mampu meningkatkan pertumbuhan pendapatan nasionalnya (Holst and Melo, 1991 dalam Widjaja, 2000). Sebaliknya, pada negara-negara Afrika penerapan liberalisasi perdagangan melalui berbagai perubahan terms of trade mendorong peningkatan impor yang lebih tinggi daripada e kspor sehingga meny ebabkan te jadiny a neraca perdagangan yang negatif, dibiayai dengan meningkatnya pinjaman asing (Devaragan, 1990).

Negara berkembang umumnya memiliki kelernahan dalam bidang teknologi dibandingkan negara-negara maju. Sehingga pemasukan modal asing dalam rangka meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi agar lebih bisa bersaing di pasar global diperkirakan akan menjadi lebih tinggi. Hal ini

sejalan

dengan penetitian Krugrnan (1994) bahwa dalam era perdagangan bebas akan terjadi semakin meningkatnya FDI. Pemasukan modal asing tidak selalu membawa manfaat yang besar bagi negara berkembang. Anggarwan dan Agmon (1 990) menyebutkan bahwa negara-negara maju yang melakukan investasi di negara berkembang pada umumnya memperoleh manfaat yang lebih besar bila dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh negara berkembang itu sendiri.

(5)

Perekonomian tnternasional yang sudah mengarah kepada liberalisasi membuka peluang meluasnya pasar bagi produk lndonesia terutarna yang berorientasi ekspor. Namun di sisi lain, liberalisasi akan menyebabkan meningkatnya persaingan di pasar dalam negeri karena masuknya produk asing. Hal ini rnerupakan ancaman bagi industri dalam negeri terutama apabila industri tersebut belum mampu berproduksi secara efisien.

lndonesia telah meratifikasi keikutsertaan dalam W O melalui UU no. 7 tahun 1 994. lndonesia juga telah menandatangani kesepakatan AFTA tentang perdagangan bebas di lingkungan negara-negara ASEAN, serta deklafasi APEC tentang sistem perdagangan bebas dan investasi. Keikutsertaan dalam kesepakatan-kesepakatan tersebut berarti lndonesia harus secara berangsur- angsur menghapus hambatan perdagangan yang seiama ini diterapkan negara dalam memproteksi industri dalam negeri.

lndonesia telah secara konsisten menerapkan pengurangan tarif maupun ham batan teknis. Yang menjadi pertanyaan, apakah kebija kan ini sudah tepat mengingat sejak krisis ekonomi melanda Indonesia, perekonomian lndonesia menjadi terpuruk. lndustri dalam negeri banyak yang mati karena tidak bisa bersaing disebabkan oleh harga produk produksi dalam negeri yang lebih tinggi daripada harga produk-produk luar negeri. Menghadapi phenomena perdagangan bebas yang seperti itu, lndonesia perlu mencermati agar kebijakan perekonomian, khususnya kebijakan perdagangan yang dipilih, dapat rnemberikan manfaat yang sebesar-besamya bagi bangsa Indonesia.

Komoditi agroindustri, meskipun merupakan kelompok yang tahan menghadapi krisis, juga mengalami penurunan nilai ekspor yang cukup berarti, bahkan beberapa komoditi diantaranya mengalami penurunan nilai indeks comparative advantage yang menunjukkan penurunan daya saing relatifnya.

(6)

6 yaltu:

1. Apakah kebijakan perdagangan luar negeri terhadap sektor agroindustri pra krisis ekonomi sudah tepat atau masih dapat dioptimalkan?

2. Apakah liberalisasi perdagangan akan menjadi peluang atau ancaman bagi sektor agroindustri?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan pernasalahan tersebut di atas, penelitian ini secara umum bertujuan untuk merumuskan suatu model ekonometrika yang dapat dipa kai dalam menganalisis dampa k kebijakan perdagangan luar negeri sektor agroindustri. Kajian dilakukan dengan pendekatan pada sekelompok komoditi dominan, baik ekspor maupun impor, dan rnengkaji hubungannya dengan beberapa variabel makro ekonomi.

Secara spesifik analisis yang dilakukan sebagai berikut.

1. Mengevaluasi dampak berbagai alternatif perubahan kebijakan perdagangan seperti pajak ekspor dan tarif impor dan kebijakan makroekonomi seperti nilai tukar mata uang terhadap sektor agroindustri 2. Meramalkan dampak kebijakan liberalisasi perdagangan yang dicanangkan

dalam kesepakatan perdagangan internasionallregional yang diikuti oleh Indonesia terhadap kinerja sektor agroindustri.

Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai masukan bagi pengambil kebijakan di bidang perekonom ian.

(7)

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Sampai saat ini penelitian mengenai agroindustri urnumnya bersifat parsial, yaitu terhadap komoditi-komoditi tertentu. Penelitian agroindustri yang bersifat komprehensif bisa dikatakan sangat langka, ha1 ini membuat kesulitan yang

substansial

dalam mengevaluasi kine j a dan meninjau ulang kebijakan agroindustri di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menganalisis kebijakan

sektor

agroindustri secara komprehensif, terutama terhadap kelompok produk ekspor unggulan dan produk impor dominan, dengan penekanan pada kebijakan perdagangan internasional.

Lima belas komoditi agroindustri yang mewakili seluruh subsektor agroindustri, berdasarkan pengelompokan standard international trade class~~:ation (SITC) Revisi 3, diambil sebagai bahan penelitian. Komoditi agroindustri yang dipilih merupakan komoditi ekspor atau impor utama Indonesia, diukur dalam kelompok SITC 3 digit. Komponen kebijakan perdagangan luar negeri dibatasi pada faktor-faktor restriksi perdagangan non teknis, yang mencakup tarif impor dan pajak ekspor. Selain kebijakan perdagangan, juga dianalisis pengaruh perubahan moneter, maupun penrba han faktor ekstemal sepefti dihapuskannya restriksi perdagangan oleh negara lain maupun perubahan mata uang negara rnitra dagang Indonesia.

Penelitian ini mencoba menggambarkan realitas perdagangan yang terjadi dengan mendisagregasi ekspor dan impor ke dalam beberapa negara mitra dagang (tujuan ekspor atau asal impor) dominan terbesar, dan memasukkan faktor persaingan dengan mendisagregasi pasar dunia kedalam negara pengekspor atau pengimpor utarna dunia, serta faktor restriksi perdagangan dad negara mitra dagang utama Indonesia.

(8)

Negara mitra dagang maupun negara pesaing, baik untuk ekspor maupun impor, tidak dikelompokkan berdasarkan kawasan melainkan

secara

individu negara agar sesuai dengan kecenderungan globalisasi perdagangan intemasional yang menuju ke arah penghilangan batas antar negara atau wilayah. Penelitian ini membatasi diri hanya pada perdagangan tidak masuk ke aspek produksi, demikian pula variabel moneter pada umumnya diperlakukan sebagai variabef eksogen kecuali niiai tukar rupiah.

Keberhasilan kebijakan perdagangan luar negeri ditunjukkan oleh indikator kine j a ekonomi sebagai berikut.

1. Pertumbuhan neraca perdagangan non-migas yang positip

2. Pening katan pangsa pasar, yang diukur dengan meningkatnya indeks RCA (revealed comparative advantage).

Berdasarkan perurnusan rnasalah dan tujuan penelitian yang dikemukakan sebelumnya, penelitian ini rnemitiki hipotesis sebagai berikut.

I. Pemenuhan terhadap kesepakatan penghapusan tarif impor di lingkungan ke jasama ekonomi yang diikuti akan meningkatkan kineja ekonomi sektor agroindustri

2. Penurunan pajak ekspor akan meningkatkan kinerja ekonomi sektor agroindustri.

"An agroindustry is an enterprise that processes materials of plant or animal origin. Processing involves transformation and preservation through physical or chemical alteration, storage, packaging, and distribution. The nature of processing and the degree of transformation can very tremendously, ranging from the cleaning, grading, and boxing of apples to the milling of rice to the cooking, mixing and chemical alteration that create a textured vegetable snack food."

Referensi

Dokumen terkait

Harga Penawaran : Rp 357.549.000,- (Tiga ratus lima puluh tujuh juta lima ratus empat puluh sembilan

Berdasarkan pengamatan peneliti di tiga satuan PAUD di.. Kecamatan Tembalang dapat diketahui bahwa belum seluruh PAUD mempunyai sarana dan prasarana yang baik,

interview kepada beberapa anggota Tim Asistensi Rencana Kerja Anggaran , Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Utara diatas maka maka dapat ditarik

digambarkan secara konkrit jumlah dan kualitas PNS yang diperlukan oleh suatu unit organisasi untuk melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna... Anggaran

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG DENGAN.. MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

Pada proses pengujian ini metode enkripsi/dekripsi RC4 digunakan untuk mengirim data dari client yang berbasis J2ME ke server yang berbasis PHP, dimana proses enkripsi

Dalam konteks Hotel Grand Puteri, MAIDAM adalah pemilik bagi tapak bangunan tersebut, justeru MAIDAM perlu mewakafkan fizikal bangunan ini kerana binaan bangunan ini