SKRIPSI
“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh : Lastanto NIM. ST13045
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
i SKRIPSI
“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh : Lastanto NIM. ST13045
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
iv Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, karunia, hidayah serta petunjuk yang telah dilimpahkan-Nya.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEBONGAN” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan ini dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk memperbaiki dan menyempurnakan penulisan skripsi selanjutnya. Ucapan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada yang terhormat:
1. Dra. Agnes Sri Harti, M. Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M. Kep, selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
3. Happy Indri H, S. Kep., Ns., M. Kep.,selaku pembimbing I yang banyak memberi saran dan petunjuk dalam pembuatan skripsi ini.
4. Anissa Cindy.N.A,S. Kep., Ns., M. Kep., selaku pembimbing II yang banyak memberi saran dan petunjuk dalam pembuatan skripsi ini.
5. S. Dwi Sulisetyawati S. Kep., Ns., M. Kep, selaku Penguji skripsi yang telah memberi masukan dan saran.
6. Kepada kedua orang tua penulis, Bapak dan Ibu yang telah mengajarkan kepada penulis akan arti sebuah perjuangan dalam hidup.
v
9. Seluruh Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Cebongan yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
10. Seluruh rekan - rekan di Puskesmas Cebongan Kota Salatiga yang telah memberikan dukungan dan kerjasamanya dalam melakukan penelitian.
11. Sahabat seperjuanganku, kelompok V. Semoga kesabaran, ketekukan serta keyakinan kita tidak sia-sia.
12. Seluruh Dosen dan Staf STIKes Kusuma Husada Surakarta.
13. Seluruh rekan se-angkatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Yang telah memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga dengan doa, dukungan, dan nasehat yang telah diberikan, dapat bermanfaat bagi penulis untuk menjadi orang yang lebih baik, dan semoga dengan disusunnya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Surakarta, 27 Juli 2015 Penulis
vi
LEMBAR PENGESAHAN ii
SURAT PERNYATAAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
Abstrak xii
Abstrak xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan Penelitian 6
1.4 Manfaat Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori 10
2.2 Keaslian Penelitian 24
2.3 Kerangka Teori 31
2.4 Kerangka Konsep 32
2.5 Hipotesis Penelitian 32
vii
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 37
3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran 37 3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpula Data 40
3.6 Pengolahan dan Analisa Data 41
3.7 Validitas dan Reliabilitas………...…….…44
3.8 Etika Penelitian 47
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Analisis Univariat 48
4.2 Analisis Bivariat 52
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Analisis Univariat 57
5.2 Analisis Bivariat 67
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan 82
6.2 Saran 83
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
2.1. Pengukuran Status Gizi Balita Berdasarkan Z-Score ... 12
2.2. Keaslian Penelitian ... 24
3.1. Definisi Operasional ... 37
3.2. Kisi-kisi Jawaban Tingkat Pengetahuan. ... 41
3.3. Uji Kai Kuadrat. ... 43
4.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Pekerjaan ... 48
4.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin... 49
4.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur ... 49
4.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pengetahuan ... 49
4.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 50
4.6. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 50
4.7. Distribusi Sampel Berdasarkan Pemberian ASI ... 51
4.8. Distribusi Sampel Berdasarkan Pemberian Imunisasi ... 51
4.9. Distribusi Sampel Berdasarkan Berat Balita Saat Lahir... 51
4.10. Hubungan antara Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Balita
ix
Balita Gizi Kurang di Puskesmas Cebongan Tahun 2015... 53
4.12. Hubungan Antara Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Kejadian
Balita Gizi Kurang di Puskesmas Cebongan Tahun 2015... 53
4.13. Hubungan Antara Pemberian ASI Dengan Kejadian Balita Gizi
Kurang di Puskesmas Cebongan Tahun 2015 ... 54
4.14. Hubungan Antara Kelengkapan Imunisasi Dengan Kejadian Balita
Gizi Kurang di Puskesmas Cebongan Tahun 2015 ... 55
4.15. Hubungan Antara Berat Badan Balita Saat Lahir Dengan Kejadian Balita Gizi Kurang di Puskesmas Cebongan Tahun 2015 ... 56
x
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
2.1 Kerangka Teori ... 31
2.2 Kerangka Konsep ... 32
3.1 Bagan Desain Korelasi ... 34
xi
1 Lembar Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
2 Lembar Balasan Ijin Studi Pendahuluan
3 Lembar Permohonan Ijin Validitas
4 Lembar Balasan Ijin Validitas
5 Lembar Permohonan Ijin Penelitian
6 Lembar Balasan Ijin Penelitian
7 Lembar Permohonan Menjadi Responden
8 Lembar Persetujuan Responden
9 Kuesioner
10 Lembar Hasil Uji Validitas
11 Lembar Hasil Uji Reliabilitas
12 Hasil Penelitian
13 Hasil Out put SPSS
14 Foto Penelitian
15 Lembar Konsultasi
16 Jadwal Penelitian
xii Lastanto
Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Balita Gizi Kurang Di Wilayah Kerja
Puskesmas Cebongan Abstrak
Kekurangan gizi dapat memberikan konsekuensi buruk yang tak terelakkan, dimana manifestasi terburuk dapat menyebabkan kematian. Tujuan penelitian ini untuk untuk menganalisis hubungan antara faktor resiko terhadap kejadian balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Cebongan.
Metode penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain Cross Sectional Study. Teknik sampling menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 balita gizi kurang dan 30 balita gizi baik. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan analisis chi square.
Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square untuk tingkat pengetahuan hasil ρ-value (0,021) < 0,05. Tingkat pendidikan ibu dengan hasil ρ- value (1,000) > 0,05. Tingkat pendapatan keluarga dengan hasil ρ-value (0,010) <
0,05. Pemberian ASI dengan hasil ρ-value (0,038) < 0,05. Kelengkapan imunisasi dengan hasil ρ-value (-). BBLR dengan hasil ρ-value (0,002) < 0,05.
Kesimpulan penelitian ini adalah Faktor yang mempengaruhi kejadian balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Cebongan adalah tingkat pengetahuan ibu, tingkat pendapatan keluarga, pemberian ASI, dan BBLR.
Sedangkan tingkat pendidikan ibu dan kelengkapan imunisasi tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap kejadian balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Cebongan.
Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat lebih efektif melakukan penyuluhan pendidikan kesehatan di posyandu-posyandu kepada ibu hamil dan ibu yang mempunyai anak balita tentang pemberian asupan gizi.
Kata Kunci : Balita gizi kurang, tingkat pengetahuan ibu, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendapatan keluarga, pemberian ASI, kelengkapan imunisasi, BBLR.
Daftar Pustaka : 36 (2002-2014)
xiii Lastanto
Analysis of Factors Affecting the Malnutrition Incidence in the Toddlers at the Working Region of Community Health Center of Cebongan
ABSTRACT
Malnutrition may induce unavoidable bad consequences and even cause death. The objective of this research is to analyze the correlation between the risk factors and the malnutrition incidence at the working region of Community Health Center of Cebongan.
This research used the analytical observational method with the cross- sectional design. The samples of research consisted of 60 toddlers with malnutrition and 30 toddlers with a good nutritional status. The data of research were collected through questionnaire and analyzed by using the Chi-square Test.
The result of the statistical test with the Chi-square test shows that the p-value of the mothers’ knowledge level was 0.029 which was less than 0.05; the p-value of the mothers’ education level was 1.000 which was greater than 0.05; the p-value of the family income was 0.010 which was less than 0.05; the p-value of the breast milk administration was 0.038 which was less than 0.05; and the p-value of immunization completeness was absent (-); and the p-value of the newborn low birth weight was 0.002 which was smaller than 0.05.
The factors which affected the malnutrition incidence in the working region of Community Health Center of Cebongan were mothers’ knowledge level, households’ income level, breast milk administration, and infants’ low birth.
Meanwhile, the mothers’ education level and the immunization completeness did not have a significant effect on the malnutrition incidence at the working region of Community Health Center of Cebongan.
Thus, health workers are expected to more effectively conduct health education extensions of nutritional intakes at Integrated Health Posts to gestational mothers and those with toddlers.
Keywords: toddlers with malnutrition, mothers’ education level, family’s income level, breast milk administration, immunization completeness, and newborn low birth weight
References : 36 (2002-2014)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita kekurangan gizi dan gizi buruk (Notoatmodjo, 2010). Kebutuhan gizi untuk anak pada awal masa kehidupannya merupakan hal yang sangat penting.
Kekurangan gizi dapat memberikan konsekuensi buruk yang tak terelakkan, dimana manifestasi terburuk dapat menyebabkan kematian. Menurut UNICEF (2013) tercatat ratusan juta anak di dunia menderita kekurangan gizi yang artinya permasalahan ini terjadi dalam populasi yang jumlahnya sangat besar.
Rencana pembangunan jangka menengah nasional (RJMN) tahun 2010-2014 menyebutkan bahwa perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas dengan menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi 15% dan prevalensi balita pendek menjadi 32% pada tahun 2014.
Permasalahan gizi juga dimasukan kedalam Millennium Development Goals (MDGs) dengan tujuan pertama yaitu mengatasi masalah kekurangan gizi, meningkatkan kesehatan anak dan menekan angka kematian anak dimana salah satu faktornya disebabkan oleh gizi buruk. Masalah gizi buruk dan gizi kurang nampaknya belum bisa teratasi dengan baik dalam skala internasional maupun nasional, tercatat 101 juta anak di dunia dibawah lima tahun menderita kekurangan gizi (Unicef, 2013).
Riset Kesehatan Dasar (2013) menunjukan prevalensi berat badan kurang pada tahun 2013 di Indonesia adalah 19,6 %, terdiri dari 5,7 % gizi buruk dan 13,9 % gizi kurang. Angka prevalensi secara nasional jika dibandingkan pada tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %) terlihat meningkat. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4
% pada tahun 2007, 4,9 % pada tahun 2010, dan 5,7 % pada tahun 2013.
Hal ini menunjukan bahwa adanya peningkatan jumlah gizi kurang dan gizi buruk setiap tahunnya dari tahun 2010 hingga 2013 (Litbang Depkes, 2013). Enam belas provinsi di Indonesia menunjukkan prevalensi berat badan kurang. Nusa Tenggara Barat memiliki presentase prevalensi tertinggi melebihi 30%, sedangkan prevalansi gizi kurang dan gizi buruk di Jawa Tengah meningkat dari 15 % pada tahun 2010 menjadi 17,5 % pada 2013 (UNICEF Indonesia, 2013). Untuk mencapai target sasaran MDGs pada tahun 2015 harus diturunkan menjadi 15,5 %.
Permasalahan kekurangan gizi mikro seperti kurang vitamin A (KVA), anemia gizi pada balita, serta kekurangan yodium sudah dapat dikendalikan, sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan di masyarakat (DINKES Prov Jateng, 2013). Tingkat status gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Namun demikian, perlu diketahui bahwa keadaan gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada saat itu saja, tetapi lebih banyak ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa yang telah lampau, bahkan jauh sebelum masa itu. Ini berarti bahwa konsumsi zat gizi masa
kanak-kanak memberi andil terhadap status gizi setelah dewasa (DINKES Prov Jateng, 2013).
Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya angka gizi buruk dan gizi kurang, antara lain faktor kemiskinan, pendidikan dan pengetahuan orang tua, pola asuh orang tua, makanan pendamping, infeksi dan penyakit penyerta seperti HIV/aids, kondisi psikologi anak, keamanan negara, terbatasnya fasilitas kesehatan, tidak diberikannya ASI ekslusif, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), nutrisi pada masa kehamilan ( Jamra &
Bankar, 2013; Pei, Ren & Yan, 2013; Ghazi, Musta, Isa & Mohhamed, 2011; McDonald, Kupka, Manji, Okuma, Bosch, Aboud, 2012; Kumar &
Singh, 2013).
Dampak kekurangan gizi sangat kompleks, anak dapat mengalami gangguan pada perkembangan mental, sosial, kognitif dan pertumbuhan yaitu berupa keidakmatangan fungsi organ, dimana manifestasinya dapat berupa kekebalan tubuh yang rendah yang menyebabkan kerentanan terhadap penyakit penyakit seperti infeksi saluran pernafasan, diare, demam. (Supartini.Y, 2004; Feinstorm, Uauy & Arroyo, 2005; World Food Progam, 2007). Permasalahan gizi kurang dan gizi buruk merupakan permasalahan yang multikompleks. Dalam usaha pemutusan rantai kekurangan gizi ini tentunya dibutuhkan pemetaan yang tepat untuk dapat mengetahui permasalahan utama yang menyebabkan terjadinya gizi kurang dan gizi buruk.
Setiap daerah tentunya memiliki penyebab potensial gizi buruk dan gizi kurang yang berbeda-beda, sehingga penting untuk mengetahui permasalahan utamanya. Pemerintah dalam usahanya memerangi gizi buruk dan gizi kurang sudah cukup baik. Pemerintah sudah melakukan banyak progam untuk menekan angka gizi buruk maupun gizi kurang, antara lain melalui revitalisasi Posyandu dalam meningkatkan cakupan penimbangan balita, penyuluhan dan pendampingan, Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) atau Pemberian Makanan Tambahan (PMT), peningkatan akses dan pelayanan kesehatan gratis, penanggulangan penyakit menular dan pemberdayaan masyarakat melalui keluarga sadar gizi (Kadarzi), tetapi angka gizi kurang dan gizi buruk masih tetap ada (Kemenkes, 2012).
Puskesmas Cebongan merupakan salah satu Puskesmas yang berada di daerah cekungan kaki gunung Merbabu, berbatasan dengan kabupaten Semarang yang terletak di kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga. Puskesmas Cebongan memiliki 3 wilayah kerja yaitu Kelurahan Cebongan, Kelurahan Ledok, dan Kelurahan Noborejo dengan mayoritas penduduk bekerja sebagai buruh industri dan latar belakang pendidikan SD. Adanya fasilitas kesehatan gratis, dan progam pemerintah seperti pemberian susu gratis, Posyandu, imunisasi, pendidikan kesehatan, pengobatan gratis, pemberian makanan tambahan (PMT), Makanan Pendamping ASI (MPASI) seharusnya menjadikan Puskesmas Cebongan memiliki potensi yang baik untuk menekan ataupun menghilangkan angka
kekurangan gizi. Namun kenyataannya, berdasarkan data Puskesmas Cebongan dari bulan Januari – Juni tahun 2014 masih terdapat anak yang mengalami kekurangan gizi sejumlah 50 anak yang tersebar di tiga desa wilayah kerja Puskesmas Cebongan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 3 orang tua balita dengan gizi kurang didapatkan data bahwa orang tua balita mengetahui program yang dilakukan oleh Puskesmas Cebongan seperti:
Pemberian Makanan Tambahan atau Makanan Pendamping ASI (MPASI) . Orang tua menyatakan bahwa MPASI yang diberikan kepada balita yang mengalami gizi kurang tidak bisa diberikan 100%, dikarenakan di dalam keluarganya terdapat anak lebih dari satu, sehingga terjadi ketidakefektifan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang terhadap balita. Kurang pengetahuan orang tua tentang penerapan MPASI didukung dengan pengetahuan dan pendidikan yang rendah menyebabkan MPASI yang merupakan salah satu progam Puskesmas belum tepat sasaran dalam meningkatkan status gizi anak di Puskesmas Cebongan.
Berdasarkan fenomena yang terjadi maka peneliti tertarik untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi kejadian balita gizi kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Cebongan.
1.2. Rumusan Masalah
Angka kekurangan gizi, dalam skala global maupun regional terjadi dalam populasi yang jumlahnya sangat besar. Penyebab kekurangan gizi pun sangat kompleks dengan potensial penyebab setiap daerah yang berbeda-beda, sehingga diperlukan pemetaan yang tepat untuk mengetahui permasalahan utamanya. Puskesmas Cebongan sebenarnya memiliki potensi yang baik untuk menuntaskan angka balita gizi kurang melalui progam-progamnya seperti pembagian makanan pendamping asi, Posyandu, pemberian makanan tambahan dan progam lainnya, melihat hal-hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti faktor apa saja yang berhubungan terhadap kejadian balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Cebongan?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara faktor resiko dengan kejadian balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Cebongan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik responden.
2. Mengetahui gambaran tentang tingkat pengetahuan ibu, tingkat pendidikan, pendapatan, kelengkapan imunisasi, pemberian asi eksklusif dan berat bayi saat lahir terhadap kejadian balita gizi kurang.
3. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian balita gizi kurang.
4. Menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian balita gizi kurang.
5. Menganalisis hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian balita gizi kurang.
6. Menganalisis hubungan antara berat bayi saat lahir dengan kejadian balita gizi kurang.
7. Menganalisis hubungan antara kelengkapan imunisasi dengan kejadian balita gizi kurang.
8. Menganalisis hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian balita gizi kurang.
1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Bagi Masyarakat
1) Dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang gizi kurang.
2) Dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang faktor yang mempengaruhi kejadian balita gizi kurang.
1.4.2. Bagi Puskesmas
1) Dapat mengetahui hubungan faktor resiko yang mempengaruhi kejadian balita gizi kurang di wilayah kerja puskesmas cebongan.
2) Sebagai bahan acuan dan evaluasi untuk melakukan intervensi yang lebih baik lagi dalam meningkatkan status gizi balita melalui program – programnya.
1.4.3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
1) Memberikan informasi tentang faktor yang mempengaruhi kejadian balita gizi kurang.
2) Dapat menjadi bahan kajian pengembangan penelitian tentang gizi kurang.
3) Dapat menjadi referensi dan bahan pembelajaran tentang gizi kurang.
1.4.4. Manfaat Bagi Peneliti lain
1) Memotivasi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi balita gizi kurang.
2) Memberikan referensi penelitian tentang gizi bagi peneliti lain.
1.4.5. Manfaat Bagi Peneliti
1) Menyumbangankan ilmu pengetahuan sebagai bahan atau referensi pembelajaran mengenai gizi kurang.
2) Dapat mengetahui hubungan antara faktor resiko yang mempengaruhi kejadian balita gizi kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Cebongan.
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori 2.1.1. Balita
Bawah lima tahun (Balita) didefinisikan sebagai anak di bawah lima tahun dan merupakan periode usia setelah bayi dengan rentang 0-5 tahun (Gibney, 2009). Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris, 2006). Menurut Sutomo dan Anggraeni (2010), balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5tahun).
2.1.2. Gizi Kurang
Gizi kurang merupakan kondisi dimana seseorang tidak memiliki nutrien yang dibutuhkan tubuh akibat kesalahan atau kekurangan asupan makanan. Secara sederhana kondisi ini terjadi akibat kekurangan zat gizi secara terus menerus dan menumpuk dalam derajat ketidakseimbangan yang absolute dan bersifat immaterial. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan terjadinya defisiensi atau defisit energi dan protein dan sering disebut dengan KKP (kekurangan Kalori Protein). Dalam standar yang ditetapkan
oleh Pemerintah, balita gizi kurang apabila indeks berat badan menurut umur (BB/U) –3 s/d <-2 SD (Wong, 2008; Departemen Gizi dan Kesehatan Msyarakat, 2007).
2.1.3. Definisi Status Gizi dan Cara Pengukurannya
Status gizi merupakan gambaran kesehatan sebagai refleksi penggunaan konsumsi pangan yang dikonsumsi oleh seseorang dan penggunaannya oleh tubuh (Jonny, 2005; Sunarti, 2004).Penilaian status gizi balita dengan standar nasional yang di terbitkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia hanya menggunakan pengukuran antropometri (penilaian gizi secara langsung) yaitu berdasarkan BB/U (berat badan/umur) dengan klasifikasi gizi kurang, gizi buruk, gizi baik, gizi lebih.
Berdasarkan TB/U (tinggi badan/umur) diklasifikasikan menjadi sangat pendek, pendek, normal, tinggi, dan berdasarkan BB/TB (berat badan/tinggi badan) dengan klasifikasi sangat kurus, kurus, gemuk (DEPKES RI, 2011). Pengukuran langsung selain antropometri adalah pengukuran secara klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan pengukuran secara tidak langsung adalah dengan survei konsumsi makanan dan statistik vital (Supariasa, Bakhri & Fajar, 2013).
Tabel 2.1
Pengukuran Status Gizi Balita Berdasarkan Z- Score
Batas
Pengelompokan Sebutan Status Gizi
BB/U < -3 SD Gizi buruk
- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang - 2 s/d +2 SD Gizi baik
> +2 SD Gizi lebih
TB/U < -3 SD Sangat Pendek - 3 s/d <-2 SD Pendek
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi BB/TB < -3 SD Sangat Kurus
- 3 s/d <-2 SD Kurus - 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk
Sumber : DEPKES RI, 2012
2.1.4. Faktor Resiko Gizi Buruk dan Kurang
Penyebab gizi Penyebab gizi buruk secara mendasar terdiri dari dua hal yakni sumber daya potensial dan sumber daya manusia. Sumber daya potensial seperti politik, ideology, suprastruktur, struktur ekonomi dan sumber daya manusia seperti
pengawasan, ekonomi, pendidikan/pengetahuan dan penyakit (Priharsiwi, dkk.,2006).
Sumber lain menjelaskan beberapa penyebab gizi kurang dan buruk adalah asupan makanan, penyakit penyerta, infeksi, sosial ekonomi, pendidikan, persediaan makanan, perawatan anak dan kesehatan ibu pada masa kehamilan (Supariasa, dkk, 2013) :
a. Asupan makanan
Kondisi gizi seseorang dipengaruhi oleh masuknya zat makanan dan kemampuan tubuh manusia untuk menggunakan zat makanan tersebut. Sedangkan masuknya zat makanan kedalam tubuh manusia ditentukan oleh perilaku berupa sikap seseorang memilih makanan, daya seseorang dalam memperoleh makanan dan persediaan makanan yang ada.
Kemampuan tubuh untuk menggunakan zat makanan ditentukan oleh kesehatan tubuh orang atau manusia yang bersangkutan (Wise, dkk,. 2004).
Jansen (2013) melakukan penelitian di Belanda dengan melibatkan 4987 partisipan anak. Peneliti menggunakan metode Cross-Sectional study dengan menggunakan instrument penelitian berupa kuisioner, kuisioner berisi tentang jenis makanan apa yang disukai anak, tingkat kekenyangan anak, pola minum anak, pengawasan orang tua, pembatasan
makanan oleh orang tua, nafsu makan anak dan jenis makanan.
Hasil yang diperoleh adalah bahwa pola asuh, perilaku makan anak, dan praktek pemberian makan orang tua sangat mempengaruhi status gizi anak.
b. Status sosial ekonomi
Salah satu faktor yang mempengaruhi rantai tak terputus gizi buruk adalah status ekonomi yang buruk, secara langsung ataupun tidak keadaan financial mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperoleh kelayakan pangan dan fasilitas untuk menunjang kesehatannya (Gibney, dkk, 2009).
Saputra dan Nurizka (2012) melakukan penelitian di Sumatra Barat dengan jumlah sampel sebanyak 572 yang merefleksikan situasi rumah tangga di Sumatera Barat yang bercirikan masyarakat nelayan, masyarakat pertanian dan perkebunan, dan masyarakat perkotaan. Penarikan sampel dilakukan secara sitematical random sampling. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa terjadi prevalensi gizi buruk sekitar 17,6 persen dan gizi kurang sekitar 14 persen, dengan faktor penyebab kemiskinan dan tingkat pendidikan orang tua yang merupakan faktor utama penyebab balita menderita gizi buruk dan gizi kurang.
Perbedaan pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan antara orang miskin dengan orang tidak miskin juga sangat mempengaruhi kesehatan dan gizi anak. Berdasarkan penelitian Singhn dan Kumar (2013) di India kesenjangan yang terjadi antara orang miskin dan kaya mempengaruhi pelayanan kesehatan yang diberikan dan hal ini secara langsung ataupun tidak langsung dan secara bertahap menyebabkan terjadinya gizi buruk.
c. Pendidikan ibu
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap status kesehatan, dalam hal ini gizi buruk dan gizi kurang karena orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung lebih berpeluang terpapar informasi kesehatan dan tingkat pemahaman mengenai informasi kesehatan juga lebih baik (Ismail, dkk. 2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jamra dan Banwar (2013) di salah satu daerah perkumuhan di India, dengan melibatkan 281 partisipan menunjukan hasil 22,1%
anak menderita kekurangan gizi yang disebabkan oleh berbagai faktor status sosial ekonomi seperti kemiskinan dan berlakunya sistem kasta, pengetahuan/pendidikan orang tua yang rendah, urutan kelahiran, dan kelengkapan imunisasi.
Setelah memperoleh data mengenai status gizi anak di wilayah
tersebut peneliti melakukan intervensi dengan memberikan pendidikan kesehatan selama enam bulan dan diperoleh hasil 41 anak mengalami kenaikan berat badan. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan orang tua sangat memiliki pengaruh yang signifikan untuk meningkatkan status gizi anak.
d. Penyakit penyerta dan infeksi
Antara status gizi kurang atau status gizi buruk dan infeksi atau penyakit penyerta terdapat interaksi bolak-balik yang dapat menyebabakan gizi kurang dan gizi buruk melalui berbagai mekanisme fisiologis dan biologis. Yang terpenting ialah efek langsung dari infeksi sistemik pada katabolisme jaringan. Walaupun hanya terjadi infeksi ringan sudah dapat mempengruhi status gizi (Suhardjo ,2005).
e. Pengetahuan ibu
Tingkat pengetahuan yang rendah dapat menyebabkan kesalahan dalam pemahaman , kebenaran yang tidak lengkap dan tidak terstruktur dimana manifestasinya berupa kesalahan manusia atau individu dalam melakukan praktek kehidupannya karena dilandasi pengetahuan yang salah. Pengetahuan yang salah, dalam hal ini mengenai kesehatan tentunya juga akan mempengaruhi perilaku dan kualitas kesehatan orang tersebut (Watloly, 2002).
Pengetahuan berkaitan erat dengan tingkat pemahaman seseorang tentang suatu hal dalam hal ini adalah mengenai kesehatan. Berdasarkan Riskesdas tahun 2010, sebagian besar rumah tangga di Indonesia masih menggunakan air yang tidak bersih (45 %) dan sarana pembuangan kotoran yang tidak aman (49 %) hal ini berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan kesadaran yang rendah dari masyarakat. Minimal satu dari setiap empat rumah tangga dalam dua kuintil termiskin masih melakukan buang air besar di tempat terbuka.Perilaku tersebut berhubungan dengan penyakit diare, yang selanjutnya berkontribusi terhadap gizi kurang. Diare merupakan salah satu penyebab kematian yang berkontribusi besar di Indonesia tercatat 31 persen anak usia 1 sampai 11 bulan meninggal akibat diare dan 25 persen kematian pada anak-anak antara usia satu sampai empat tahun (UNICEF Indonesia 2012).
Menurut Notoatmojo, 2007 membagi kategori pengetahuan menjadi 3 tingkatan:
1. Pengetahuan rendah, jika skor < 56%
2. Pengetahuan sedang, jika skor 56-75%
3. Pengetahuan rendah, jika skor >75%
f. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang ketika dilahirkan mempunyai berat badan kurang dari 2500 gram. Berat lahir yang rendah disebabkan oleh kelahiran premature atau retardasi pertumbuhan intrauteri. Bayi prematur mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup di luar rahim sehingga semakin muda umur kehamilan, fungsi organ menjadi semakin kurang berfungsi dan prognosanya juga semakin kurang baik. Kelompok BBLR sering mendapatkan komplikasi akibat kurang matangnya organ karena kelahiran prematur (Wong, dkk,. 2008).
Multikompleksitas penyebab gizi buruk memiliki keterikatan antara BBLR, penyakit penyerta dan infeksi.
Mcdonald, dkk., (2012) dengan metode multivariate didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara infeksi, penyakit seperti HIV aids, bayi prematur, dan BBLR dengan status gizi anak.
g. Kelengkapan Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian vaksin (bibit penyakit menular yang telah dilemahkan atau dimatikan) kepada bayi atau anak-anak, vaksin ini pada awalnya berasal dari penyakit menular yang menyebabkan kecacatan atau kematian yang
telah dimatikan.Dengan pemberian vaksin, tubuh bayi atau anak akan membentuk antibody, sehingga tubuh bayi atau anak telah siap (telah kebal) bila terinfeksi oleh penyakit menular tersebut. Dengan kata lain terhindarnya bayi atau anak dari berbagai penyakit dapat memperbaiki status gizi anak tersebut (Wise, 2004).
Sedangkan Pei dkk., (2012) melakukan penelitian pada suatu daerah pedesaan di China dengan sampel sebanyak 13.532 anak di 45 kabupaten dan menunjukan hasil bahwa ada pengaruh yang siginifikan antara gizi anak dengan kelengkapan imunisasi, pemberian ASI, kemiskinan, etnis minoritas dan pendidikan orang tua.
h. Air Susu Ibu (ASI)
Wanita menyusui mempunyai air susu yang bersifat spesifik, sesuai dengan kebutuhan laju pertumbuhan dan kebiasaan menyusui bayinya yang tidak bisa didapatkan dari susu atau sumber lainya (Wise, 2004). Pemberian ASI ekslusif merupakan salah satu cara efektif yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kekurangan gizi dan kematian pada bayi, pemberian ASI ekslusif dapat memberikan manfaat bagi ibu maupun bayinya, dengan pemberian ASI ekslusif dapat memberikan kekebalan bagi bayi dan secara emotional
kedekatan ibu dan anaknya akan semakin terjalin dengan baik (Kahleen, 2009).
ASI merupakan hal yang sangat penting dalam pemenuhan nutrisi anak. Tidak ada sumber nutrisi lain yang lebih baik dari ASI. Hassiotao dkk.,(2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ASI adalah komponen nutrisi yang penting bagi bayi karena dapat memberikan kekebalan atau anti body sehingga anak dapat terhindar dari infeksi, hal ini dapat mempengaruhi dalam pemenuhan zat gizi anak. Dalam penelitian lainnya, hanya 14% ibu di Indonesia yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI eksklusif kurang dari dua bulan. Hasil yang dikeluarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia cukup memprihatinkan yaitu bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sangat rendah.
Sebanyak 86% bayi mendapatkan makanan berupa susu formula, makanan padat, atau campuran antara ASI dan susu formula(Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2008).
i. Keamanan Lingkungan
Lingkungan yang aman juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi anak. Hal ini ditunjukan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ghazi,
dkk., (2013) dari hasil penelitian yang dilakukan dengan sampel sejumlah 220 anak berusia 3 sampai 5 tahun menunjukan bahwa daerah konflik memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap status gizi anak. Hal yang cukup menarik adalah di daerah tersebut tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan orang tua dengan gizi anak.
j. Kebudayaan
Kebudayaan juga merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab terjadinya angka gizi buruk. Evans, dkk., (2011) dalam penelitiannya dengan menggunakan total sample 721 orang tua dengan anak berusia 1-5 tahun di bagian selatan Amerika Serikat. Dengan menggunakan cross-sectional study menemukan bahwa ada perbedaan cara pemberian makan dan pemilihan jenis makanan pada etnis dan ras tertentu. Praktek pemberian makanan dapat menentukan pola perilaku anak dalam makan, terutama bagi anak untuk dapat memiliki isyarat lapar yang normal.
Dari hasil penelitian-penelitian tersebut dapat dilihat bahwa gizi buruk dan gizi kurang merupakan permasalahan yang multikompleks dan memiliki kesinambungan antar faktor penyebab. Berdasarkan metode cross-sectional study maupun multivariate yang digunakan dalam penelitian tersebut menunjukan bahwa faktor kemiskinan, pendidikan dan
pengetahuan orang tua, makanan pendamping, kebudayaan, infeksi dan penyakit penyerta seperti HIV aids, kondisi psikologi anak, keamanan negara, terbatasnya fasilitas kesehatan, BBLR dan nutrisi pada masa kehamilan berpengaruh dan memiliki hubungan yang bermakna dengan gizi buruk dan gizi kurang. Dari hasil penelitian juga menunjukan bahwa faktor ekonomi, pendidikan, dan pengetahuan yang selama ini menjadi salah faktor utama penyebab gizi buruk dan gizi kurang tidak dapat diberlakukan secara universal terhadap seluruh wilayah dan lapisan masyarakat yang ada.
2.1.5. Dampak Kekurangan Gizi
Dampak kekurangan gizi sangatlah kompleks. Pada anak, hal ini dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan mental, sosial, kognitif ,pertumbuhan dan keluarga.
1. Perkembangan mental dan Kognitif
Anak dapat mengalami gangguan pada perkembangan mental sejak dalam kandungan ataupun setelah kelahiran akibat kekurangan nutrisi yang dibutuhkan otak untuk dapat bekerja dengan baik. Kekurangan gizi yang parah dapat menghambat perkembangan anak pada fase oral hingga fase laten. Untuk gangguan kognitif anak dapat mengalami penurunan IQ.
2. Perkembangan sosial
Kekurangan gizi dapat membatasi aktivitas anak untuk dapat bermain dengan teman sebaya, sehingga secara langsung ataupun tidak akan mempengaruhi interaksi sosial anak tersebut.
3. Gangguan pertumbuhan
Yaitu berupa keidakmatangan fungsi organ dimana manifestasinya dapat berupa kekebalan tubuh yang rendah yang menyebabkan kerentanan terhadap penyakit penyakit seperti infeksi saluran pernafasan, diare, demam dan lain-lain, dengan bentuk terparah menyebabkan marasmus, kwashiokor, marasmik-kwashiokor dan kematian.
4. Keluarga
Pada keluarga, bentuk terparah akibat kekurangan gizi dapat mengambat produktivitas keluarga dalam mencukupi kebutuhan keluarga, bentuk perhatian akan terfokus pada perawatan anak sakit akibat kekurangan gizi dan hal itu dapat mengganggu keseimbangan pemenuhan kebutuhan keluarga.
(Supartini, 2004; Feinstorm, Uauy & Arroyo. 2001; World Food Progam of UK, 2007).
2.2. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian yang akan diteliti yaitu :
Tabel 2.2 Keaslian Penelitian No Peneliti /
Judul Penelitian
Variabel/Tujuan Penelitian
Metode/Sampel Hasil
1. Vishal Jamra, Vishal
Bankwar Effect of short term
community based intervention to reduce the prevalenceof under
nutrition in under-five children.
2013
Untuk mengetauhi faktor-faktor penyebab gizi buruk pada daerah
perkumuhan dan untuk
mengetahui pengaruh intervensi pendidikan jangka pendek.
(India)
Dengan menggunakan cross sectional study dan case control, di daerah perkumuhan di India selama 6 bulan. Penilaian status gizi dilakukan dari rumah ke rumah / door to door utk untuk mengetahui penyebab gizi buruk.
Sampel: 281 anak
Hasil 22,1%
anak kekurangan gizi
disebabkan oleh Berbagai faktor seperti usia anak, jenis kelamin, status sosial
ekonomi, pendidikan orang tua, urutan kelahiran, imunisasi.
2. Leilei pei, lin ren, hong yan A survey of undernutritio n in children under three years of age
Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya gizi buruk pada daerah pedesaan di china
Dengan menggunakan cross-sectional study, dengan sampel anak berusia dibawah 3 tahun dengan
Menunjukkan bahwa ada hubungan/peng aruh yang signifikan antara usia anak-anak, jenis kelamin,
No Peneliti / Judul Penelitian
Variabel/Tujuan Penelitian
Metode/Sampel Hasil
In rural Western China 2013
jumlah sample 13.532 anak dari 45 kabupaten.
etnis, ASI yang diberikan, pendidikan ibu, dan ekonomi.
3. Hasanain Faisal Ghazi,Jamsia h Musta, Syed Aljunid, Zaleha Md.
Isa,
Mohammed A.
Malnutrition among 3 to 5
Years Old Children in
Baghdad City, Iraq: A Cross- sectional Study 2011
Untuk mengetahui pengaruh socio- demografi terhadap nutrisi anak.
(Baghdad , irak)
Cross-sectional design
Dengan sample 220 anak umur 3- 5 tahun
Terdapat hubungan antara socio- demografi dengan status nutrisi anak, penemuan lain yang
ditemukan adalah ada hubungan bermakna antara keamanan lingkungan dengan status nutrisi anak.
4. Alexandra Evans, Jennifer Greenberg, Seth,Shanna Smith, Karol
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji perbedaan dalam praktik
Cros-sectional study, dengan total sample 721 orang tua dengan anak berusia 1-5 tahun.
Dorongan makan oleh orang tua, pemilihan jenis makanan dan adanya
No Peneliti / Judul Penelitian
Variabel/Tujuan Penelitian
Metode/Sampel Hasil
Kaye Harris, Jennifer Loyo,Carol Spaulding Mary Van Eck, Nell Gottlieb Parental Feeding Practices and Concerns Related to Child Underweig ht, Picky Eating, and Using Food to Calm Differ According to Ethnicity/Rac e,
Acculturation , and Income 2011
pemberian makan orang tua menurut ethnic- ity/race, pendapatan rumah tangga, tingkat
pendidikan orang tua, dan partisipasi dalam Program Nutrisi
Tambahan Khusus untuk Wanita, Bayi, dan Anak Program (WIC) di antara orang tua yang tinggal di negara bagian selatan di Amerika Serikat
perbedaan budaya sangat berpengaruh terhadap pola pemberian makan anak.
Pola pemberian makan anak oleh orang tua juga penyebab terjadinya malnutrisi.
5. CM
McDonald, R Kupka, KP Manji, J Okuma, RJ Bosch, S
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kehamilan ibu dgn HIV,
Multivariat Cox metode
proportional hazards
digunakan untuk menilai hubungan
Jenis kelamin laki-laki, kelahiran premature, dan HIV aids sangat
No Peneliti / Judul Penelitian
Variabel/Tujuan Penelitian
Metode/Sampel Hasil
Aboud Predictors of stunting, wasting and underweight among Tanzanian Children born to HIV- infected women 2012
prediktor sosial ekonomi dan anak pendek, kurus dan pada anak-anak Tanzania yang terlahir dg terinfeksi HIV .
Tanzania
antara penyebab potensial stunting, wasting dan underweight
berpengaruh secara signifikan terhadap gizi buruk.
6. Abhishek Kumar, Aditya Singh Decomposing the Gap in Childhood Undernutritio n between Poor and Non–Poor in Urban India, 2013
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana gap antara
kemiskinan dan ketidakmiskinan berkontribusi terhadap gizi anak. (India)
Data cross- sectional dari putaran ketiga Survei Kesehatan Keluarga
Nasional
dilakukan selama 2005-2006.
Statistik deskriptif digunakan untuk memahami kesenjangan gizi anak antara masyarakat miskin perkotaan dan non-miskin,.
Teknik dekomposisi Blinder-Oaxaca digunakan untuk
Menunjukan bahwa terjadi kesenjangan yang
menyebabkan perbedaan secara signifikan terhadap status gizi, indikator tersebut antara lain pelayanan Kesehatan, kemiskinan yang juga berkontribusi pada
pendidikan.
No Peneliti / Judul Penelitian
Variabel/Tujuan Penelitian
Metode/Sampel Hasil
menjelaskan faktor-faktor berkontribusi terhadap
kesenjangan gizi antara anak-anak miskin dan non- miskin di perkotaan India.
7. Wiko Saputra*, Rahmah Hida Nurrizka Faktor Sosial- Demografi yang
Pengaruh Sosio- demografi terhadap risiko anak balita menderita gizi buruk di tiga komunitas di Sumatera Barat.
Sumatera Barat yang merupakan provinsi basis
pangan di
kawasan sumatera seharusnya merupakan daerah yang memiliki
prevalensi penderita gizi buruk yang lebih rendah.
(Sumatra)
Kajian ini mengunakan data melalui studi lapangan yang dilaksanakan pada tahun 2010 pada tiga Komunitas di Sumatera Barat. Jumlah sampel ditetapkan sebanyak 572
yang akan
merefleksikan situasi rumah
tangga di
Sumatera Barat yang bercirikan masyarakat nelayan, masyarakat pertanian dan perkebunan, dan masyarakat perkotaan.
Masih banyak anak balita yang memiliki gizi buruk di Sumatera Barat dimana prevalensi gizi buruk sekitar 17,6 persen.
Kemiskinan dan tingkat pendidikan orang tua merupakan faktor utama penyebab balita
menderita gizi buruk dan gizi kurang.
No Peneliti / Judul Penelitian
Variabel/Tujuan Penelitian
Metode/Sampel Hasil
Penarikan sampel dilakukan secara
systematical random sampling 8. Pauline W
Jansen, Sabine J Roza, Vincent WV Jaddo, Joreintje D Mackenba-ch, Hein
Raat,Albert Hofma, Frank C Verhulst and
Henning Tiemeier Children's eating behavior, feeding practices of parents and weight problems in early childhood:
results from the
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku makan anak dan praktek pemberiaan makanan orang tua terhadap permasalahan berat badan anak (Belanda).
Menggunakan cross-sectional study dengan menggunakan quisioner tentang kebiasaan makan anak dan praktek pemberian makan orang tua di Belanda dengan participant sejumlah 4987.
Lalu diukur secara objektif dengan BMI (body massa index)
Menunjukan bahwa praktek pemberian makan orang tua dan pola / perilaku makan anak berkaitan erat dengan berat badan anak , terdapat pula perbedaan pola makan anak dengan underweight dan overweight
No Peneliti / Judul Penelitian
Variabel/Tujuan Penelitian
Metode/Sampel Hasil
population- based
Generation R Study
2012
2.3. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Jamra & Bankar, 2013; Pei, Ren & Yan, 2013; Ghazi, Musta, Isa &
Mohhamed, 2011; McDonald, Kupka, Manji, Okuma, Bosch, & Aboud, 2012;
Kumar & Singh, 2013;Supartini, 2004; Supariasa, 2013; Feinstorm, Uauy, &
Arroyo. 2001; World Food Progam of UK, 2007.
Faktor
● Pendidikan ibu
● Pemberian ASI ekslusif
● Pengetahuan ibu
● Kemiskinan / Pendapatan rendah
● Pola asuh
● Berat bayi saat lahir rendah
● Nutrisi masa Kehamilan
● Praktek Pemberian Makan
● Keamanan lingkungan
● Kondisi psikologi anak
●Penyakit penyerta
● Keterbatasan fasiltas kesehatan
● Kebudayaan
● Kelengkapan Imunisasi
● Perbedaan pelayanan kesehatan
● Sanitasi dan higenitas
Gizi Kurang
Dampak
● Penurunan IQ
● Kerentanan terhadap penyakit (diare, demam, ISPA. dll.)
● Ketdakmatangan fungsi organ
● Gangguan sosial
● Kwashiorkor
● Marasmus
● Marasmik-kwashiorkor
● Edema
● Tubuh Kurus
● Kematian
● Gangguan Pertumbuhan dan perkembangan Bagi keluarga :
● Stigma negatif dari masyarakat
● menciptakan kualitas SDM keluarga yang rendah
● menghambat produktivitas keluarga
2.4 Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
2.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini adalah:
Ho1 : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap kejadian balita gizi kurang.
Ho2 : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu terhadap kejadian balita gizi kurang.
Gizi Kurang Pengetahuan Ibu
Pendidikan Ibu
BBLR Kelengkapan
Imunisasi Pemberian ASI
Ekslusif Pendapatan
Ho3 : Tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan terhadap kejadian balita gizi kurang.
Ho4 : Tidak ada hubungan antara kelengkapan imunisasi terhadap kejadian balita gizi kurang.
Ho5 : Tidak ada hubungan antara tingkat pemberian asi eksklusif terhadap kejadian balita gizi kurang.
Ho6 : Tidak ada hubungan antara bayi berat lahir rendah terhadap kejadian balita gizi kurang.
Ha1 : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap kejadian balita gizi kurang.
Ha2 : Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu terhadap kejadian balita gizi kurang.
Ha3 : Ada hubungan antara tingkat pendapatan terhadap kejadian balita gizi kurang.
Ha4 : Ada hubungan antara kelengkapan imunisasi terhadap kejadian balita gizi kurang.
Ha5 : Ada hubungan antara tingkat pemberian asi eksklusif terhadap kejadian balita gizi kurang.
Ha6 : Ada hubungan antara bayi berat lahir rendah terhadap kejadian balita gizi kurang.
34 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain Cross Sectional Study atau penelitian dengan pengambilan data satu waktu. Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan hasil analisis berdasarkan permasalahan yang diteliti dalam area populasi yang sudah ditentukan sehingga hasil yang ditemukan dapat mengetahui hubungan antara kejadian balita gizi kurang dengan faktor- faktor resiko (Dharma, 2011). Rancangan penelitian ini dapat dilihat melalui skema dibawah ini memiliki makna dari sebuah pendeskripsian tersebut.
Gambar 3.1 Bagan Desain Korelasi Faktor Resiko (+)
Efek (+) Efek (-)
Faktor Resiko (-)
Efek (+) Efek (-)
Keterangan :
Faktor Resiko : Variabel Independen Efek (+) dan (-) : Variabel dependen
3.2 Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling 3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti. (Notoatmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah 70 balita di Pustu Noborejo yang merupakam wilayah kerja Puskesmas Cebongan. Berdasarkan data bulan Juli – Desember 2014.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Notoatmojo, 2010). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60 balita yang terdiri dari 30 balita gizi kurang dan 30 balita gizi baik di Wilayah Kerja Puskesmas Cebongan.
3.2.3 Tehnik Sampling
Sampel penelitian ditentukan dengan model purposive sampling, yaitu menetapkan sampel dengan berdasarkan pertimbangan tertentu. Menurut Notoatmojo (2010) untuk populasi
kecil lebih kecil dari 10.000 dapat menggunakan formula yang lebih sederhana sebagai berikut:
) ( 1 N d2 n N
= +
Keterangan :
N: Besar pupulasi = 70 balita
n : besarnya sampel
d : Tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan = 0,05. 2
) 05 , 0 ( 70 1
70 + 2
n= =
175 , 1
70 = 59,57 dibulatkan menjadi 60
Berdasarkan penghitungan tersebut maka jumlah sampel adalah 60 balita yang terdiri dari 30 balita dengan gizi kurang dan 30 balita dengan gizi baik. Dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Orang tua yang memiliki balita Gizi Kurang 2. Orang tua yang memiliki balita Gizi Baik 3. Balita yang berumur diatas 12 Bulan
4. Orang tua yang bersedia menjadi responden
Kriteria eksklusi adalah anggota populasi yang tidak dapat dijadikan sebagai sampel. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Orang tua yang tidak pernah sekolah
2. Balita yang dalam keadaan sakit saat dilakukan penelitian
3. Orang tua yang tidak bekerja
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Cebongan.
Waktu penelitian bulan September 2014 sampai dengan Mei 2015.
3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Parameter/
Indikator Penilaian
Skala Ukur 1 Status Gizi Keadaan tubuh
balita yang dinilai
menggunakan indeks
antropometri berat badan menurut umur.
Catatan medis di puskesmas
1 : Gizi kurang (-3SD sampai
‹-2SD) 2 : Gizi baik (-
2SD sampai 2SD)
Skala Ordinal
2. Pengetahu-an Ibu
Seberapa
mengerti dan seberapa banyak dan benar orang tua balita terpapar informasi dan mengetahui tentang hal-hal berkaitan dengan gizi kurang dn gizi buruk dan hal-hal apa saja yang dapat bermanifestasi
Kuisioner dengan pertanyaan mengenai pengetahu- an Ibu tentang gizi, jumlah soal 27
Pernyataan Negatif berada pada no: 2, 7, 9, 10, 12, 13, 14, 19, 22, 25, 26.
Hasil pengukuran tersebut
menggunakan parameter untuk data berdistribusi tidak normal pengelompokan berdasarkan nilai median yaitu:
1. Tinggi x ≥ Median 2. Rendah
x.˂ Median
Skala Ordinal
No Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Parameter/
Indikator Penilaian
Skala Ukur menjadi gizi
kurang dan gizi buruk.
Cara Skoring N:∑B 3. Tingkat
pendidikan Ibu
Tingkatan
pendidikan yang diperoleh Ibu balita melalui lembaga formal
Kuisioner dengan pertanyaan mengenai tingkat pendidikan ibu
Pada hasil ukur tingkat
pendidikan Ibu di gunakan skor:
1 = Dasar(Wajib belajar 9 th) 2 = Menengah dan Tinggi
(SMA/SMK) dan (Diploma - Sarjana)
Ordinal
4. Tingkat Pendapatan
Tingkat Pendapatan diartikan sebagai kemampuan keluarga dalam memperoleh penghasilan secara materil dan financial untuk diproyeksikan dalam kecukupan kebutuhan
keluarga.
Kuisioner dengan pertanyaan mengenai Tingkat Pendapatan
Hasil pengukuran tersebut menggunakan parameter UMR di Salatiga.
(Disnakertrans, 2015)
yaitu:
1= <Rp.1.287.000 2= ≥Rp.1.287.000
Ordinal
5. Kelengkapan Imunisasi
Seberapa lengkap atau kurang anak diberikan
imunisasi.
Kuisioner dengan pertanyaan mengenai kelengkap an
imunisasi anak.
Pada hasil ukur kelengkapan imunisasi di gunakan skor:
1 = Kurang lengkap(< 5 imunisasi dasar) 2 = Lengkap(5 imunisasi dasar)
Ordinal
No Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Parameter/
Indikator Penilaian
Skala Ukur
Lima Imunisasi Dasar Lengkap:
- BCG - DPT - Polio - Campak - Hepatitis B 6. Pemberian
ASI eksklusif
Pemberian ASI selama 6 bulan tanpa diberikan tambahan
pendamping apapun.
Kuisioner dengan pertanyaan mengenai pemberian ASI eksklusif
Standard yang digunakan adalah : 1 = Eksklusif 2 = Tidak
eksklusif
Nominal
7. Berat bayi saat lahir
Berat bayi saat lahir diartikan sebagai berat
anak saat
dilahirkan
Kuisioner dengan pertanyaan mengenai berat bayi saat lahir
Standard yang digunakan adalah : 1.Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu 1500- 2500gram.
2.Bayi dengan berat badan lahir Normal, yaitu 2500-4000gram (Sinclair,2009)
Ordinal
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1 Jenis Data
3.5.1.1 Data Primer
Data variabel independen (pengetahuan ibu, pendidikan ibu, status ekonomi, pemberian ASI eksklusif, kelengkapan imunisasi, berat bayi saat lahir) diperoleh dengan cara survei menggunakan kuesioner. Survei adalah suatu rancangan yang digunakan untuk menyediakan informasi berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu populasi merupakan metode pengumpulan data dengan menggunakan instrument yang diberikan kepada koresponden untuk dimintai tanggapannya mengenai sampel (Gulo, 2007).
Sedangkan kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah disusun untuk memperoleh data sesuai yang diinginkan peneliti. Skala yang digunakan adalah dengan menggunakan skala ukur nominal dan skala ukur Ordinal (Wasis, 2007).
Dalam penggunaan kuisioner pengetahuan digunakan alternative jawaban Favorable dan Unfavorable. Untuk Pernyataan Favorable benar nilainya 1, salah nilainya 0, sedangkan Pernyataan Unfavorable benar nilainya 0, Salah nilainya 1.
3.5.1.2 Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang didapatkan dari suatu lembaga atau instrumen (Arikunto, 2006). Data sekunder dalam penelitian ini adalah data literatur yang terkait dengan penelitian. Pengambilan subjek penelitian sebagai variabel dependen dengan klasifikasi Status gizi balita (gizi kurang dan gizi baik) didapatkan dengan melihat catatan medis yang terdapat pada catatan medis Puskesmas Cebongan.
Tabel 3.2 Kisi-kisi jawaban
Pernyataan Nomor Soal
Positif (Favorable) 1, 3, 4, 5, 6, 8, 11, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 23, 24, 27
Negatif (Unfavorable) 2, 7, 9, 10, 12, 13, 14, 19, 22, 25, 26
3.6. Pengolahan Data dan Analisa Data 3.6.1. Pengolahan Data
Setelah mempelajari jawaban dari seluruh pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner, perlu dilakukan proses editing, coding, tabulasi, dan entry data sehingga lebih memudahkan dalam pembacaan data dan meningkatkan kredibilitas analisa (Efendi, 2012).
1) Editing data
Memastikan kelengkapan dan kejelasan setiap aspek yang diteliti, yaitu dengan melakukan pengecekan terhadap kuisioner untuk memastikan bahwa kuisioner telah lengkap.
2) Coding data
Teknik coding ini digunakan untuk memudahkan dalam proses analisis data. Penggunaan kode yang sudah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya digunakan untuk mempermudah dalam melakukan tabulasi dan analisis data.
3) Tabulasi
Memasukan data kedalam diagram atau tabel-tabel sesuai dengan kriteria agar lebih mudah dalam entery data.
4) Entery data
Data dari kuisioner diolah dengan menggunakan bantuan progam komputer untuk mempermudah proses analisis data.
3.6.2. Analisa Data
1. Analisis Univariat
Analisa Univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap jenis variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan frekuensi dari variabel bebas.
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat adalah analis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Data yang terkumpul di analisis dengan uji statistik bivariat dengan menggunakan uji kai kuadrat (chi square).
Tabel. 3.3 Uji Kai Kuadrat Variabel
Dependen
Variabel Independen Uji Statistik
Status Gizi Tingkat Pengetahuan Kai Kuadrat Status Gizi Tingkat Pendidikan Kai Kuadrat Status Gizi Tingkat Pendapatan Kai Kuadrat Status Gizi Kelengkapan Imunisasi Kai Kuadrat Status Gizi ASI Eksklusif Kai Kuadrat Status Gizi Berat bayi saat lahir Kai Kuadrat
Intepretasi hasil:
Dari hasil uji Kai Kuadrat hanya dapat menyimpulkan ada/tidaknya hubungan dua variabel katagorik, yang selanjutnya untuk menentukan kekuatan hubungan menggunakan uji Odds Ratio (OR).
Dengan nilai α 0,05 Chi square menguji hipotesis apakah ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.
a. Bila P < α, berarti secara statistik ada hubungan yang signifikan antara variabel dependen dengan variabel independen. Sehingga kesimpulan Ho ditolak dan Ha diterima (Dharma, 2011).
b. Bila P > α, berarti secara statistic tidak ada hubungan yang signifikan antara variable dependen dengan variable independen. Sehingga kesimpulan Ho diterima dan Ha ditolak. (Dharma, 2011).
3.7 Validitas dan Reliabilitas
Untuk menetapkan keabsahan data, maka peneliti menggunakan uji validitas (konstruk dan isi) dan reliabilitas.
1. Tahap pertama
Pada tahap pertama dilakukan penyusunan pertanyaan dalam pembuatan kuesioner. Kuesioner yang telah tersusun dilakukan uji validitas isi dengan meminta pendapat pakar keperawatan anak STIKes Kusuma Husada.
2. Tahap kedua
Pada tahap kedua adalah melakukan validitas konstruk yaitu menguji konstruk pertanyaan dari sebuah instrument penelitian dengan menggunakan statistika melalui aplikasi komputer untuk diuji ke-validan dan realibitasnya. Dalam melakukan uji validitas digunakan metode pearson correlation. Data dianggap valid jika nilai korelasi > 0,361 (Priyatno, 2010).
Dari hasil analisis validitas untuk pengetahuan tentang kejadian balita gizi kurang yang dilakukan di Puskesmas Sidorejo Kidul Kota Salatiga yang mempunyai karakteristik sama, dari 30 item soal hanya 27 item soal saja yang dinyatakan valid dengan rhitung (0,474 – 0,849) > rtabel (0,361). Sedangkan ketiga item soal dinyatakan tidak valid yaitu item nomor 6 dengan nilai rhitung (0,324) < rtabel (0,361), nomor item 7 dengan nilai rhitung (-0,129) < rtabel (0,361), dan item nomor 30 dengan nilai rhitung (- 0,667) < rtabel (0,361).
3. Tahap ketiga
Pada tahap ketiga yaitu melakukan uji reliabilitas merupakan kemampuan data untuk memberikan hasil yang sama sekalipun dilakukan pengukuran secara berulang. Reliabilitas merupakan alat ukur yang penting untuk menjamin pengumpulan data yang akurat (Assaf, 2003).
Untuk mencari reliabilitas angket digunakan rumus Alpha Croncbach :
r11= (k) (1- ∑ σ b2)
(k-1) σ2t
Keterangan :
r11 : realibilitas instrument
k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ σ b2 : jumlah varians butir
σ2t : varians total
Jika hasil rhitung > rtabel maka item dikatakan signifikan, dan sebaliknya jika rhitung < rtabel maka item dikatakan tidak signifikan. Jika nilai koefisien > 0,7 maka instrument dikatakan reliable (Arikunto, 2006).
Dari hasil uji reliabilitas diperoleh nilai r11 cronbach alpha sebesar 0,949) > 0,7. Hal ini berarti ke-27 item pertanyaan dinyatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian.
3.8 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini Puskesmas Cebongan salatiga.
Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi :
1. Informed Concent
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian, bila responden menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.
2. Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan nama responden, tetapi lembaran tersebut diberikan kode.
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil peneliti.
48 BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara faktor resiko terhadap kejadian balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Cebongan. Faktor resiko terdiri dari tingkat pengetahuan ibu, tingkat pendidikan, pendapatan, kelengkapan imunisasi, pemberian ASI eksklusif dan berat balita saat lahir. Sampel penelitian adalah 30 orang balita dengan gizi kurang dan 30 orang balita gizi baik di Wilayah Kerja Puskesmas Cebongan Kota Salatiga. Berikut hasil penelitian yang dilakukan mulai bulan Februari sampai dengan April 2015.
4.1. Analisis Univariat
4.1.1 Karakteristik Responden a. Status Pekerjaan Ibu Balita
Tabel 4.1
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan (n = 30)
Status Pekerjaan Ibu
Balita gizi baik Balita gizi kurang
f % f %
Buruh 19 63.3 23 76.6
Pedagang 1 3.4 3 10.0
PNS 0 0 2 6.7
Swasta 10 33.3 2 6.7
Jumlah 30 100 30 100
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui sebagian besar pekerjaan ibu balita gizi baik dan balita gizi kurang adalah buruh.