• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian oleh (Irawan, 2009) yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian oleh (Irawan, 2009) yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh (Irawan, 2009) yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia. ” variabel terikat dalam penelitian ini adalah indeks pembangunan manusia, sedangkan variabel bebasnya yaitu pertumbuhan ekonomi, PDB, anggaran, pengeluaran pemerintah, penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri. Hasil dari penelitian ini adalah yaitu PDB, anggaran pengeluaran pemerintah, penanaman modal asing berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia, dan variabel penanaman modal dalam negeri tidak signifikan tetapi memberikan pengaruh yang positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia. Penelitian (Ananta, 2013) dengan judul “Determinan Pembangunan Manusia Provinsi Lampung”. Untuk variabel dari penelitian ini diantaranya IPM, PDRB per kapita, Pengeluaran pemerintah pendidikan dan kesehatan. Alat analisis yang digunakan yaitu uji regresi data panel. Hasil penelitiannya yaitu secara bersama – sama variabel PDRB per kapita, variabel pengeluaran pemerintah pendidikan dan kesehatan tiap kota / kabupaten secara bersama – sama berpengaruh terhadap variabel IPM tiap kabupaten / kota di Provinsi Lampung. Penelitian (Putri, 2014) dengan judul “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan, Sektor Pendidikan dan Jumlah Penduduk Miskin. 9.

(2) 10. Terhadap Indeks Pembangunan Manusia”. Alat analisis dalam penelitian ini yaitu Analisis Regresi linier berganda. Hasil penelitiannya yaitu variabel pengeluaran pemerintah sektor kesehatan dan pendidikan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di Provinsi Lampung, variabel jumlah penduduk miskin secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM di Provinsi Lampung. Penelitian (Usmaliadanti dan Handayani, 2011) dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Kemiskinan, Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan Dan Kesehatan Terhadap IPM Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007- 2009”. Alat analisis yang digunakan yaitu Uji Regresi data panel. Hasil penelitiannya Pengeluaran pemerintah bidang pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah, Pengeluaran pemerintah bidang kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah, Jumlah penduduk miskin berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah. Penelitian (Putra, 2015) dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka, Pertumbuhan Ekonomi, pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung. Alat analisis yang digunakan yaitu Uji Regresi linear berganda. Hasil penelitiannya Pengangguran Terbuka berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM di Provinsi Lampung. Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif signifikan terhadap IPM di Provinsi Lampung. Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh positif signifikan terhadap IPM di Provinsi.

(3) 11. Lampung.Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan berpengaruh positif signifikan terhadap IPM di Provinsi Lampung. Penelitian (Patta, 2012) dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Sulawesi Selatan Periode 2001- 2010. Untuk variabel – variabelnya diantaranya IPM, Pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan, pengeluaran pemerintah bidang pendidikan, pengeluaran pemerintah bidang kesehatan dan ketimpangan distribusi pendapatan. Alat analisis menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitiannya Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di Sulawesi Selatan. Persentase penduduk miskin berpengaruh negative dan signifikan terhadap IPM di Sulawesi Selatan.Pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan dan pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di Sulawesi Selatan. Ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM di Sulawesi Selatan. Beberapa persamaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu: 1. Ada beberapa variabel dari penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel tersebut adalah pembiayaan sektor pendidikan. 2. Metode penelitian menggunkan metode regresi data panel 3. Data yang digunakan data tahunan Sedangkan perbedaan dengan penelitiaan terdahulu meliputi data pengamatan yang digunakan selama 2012-2016 dan objek penelitian yang dilakukan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur..

(4) 12. B. Landasan Teori 1. Indeks Pembangunan Manusia IPM merupakan indeks komposit yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata - rata suatu negara dalam tiga hal mendasar pembangunan manusia. Nilai indeks ini berkisar antara 0-100. IPM memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia: panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia harapan hidup), terdidik (diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan tinggi) dan memiliki standar hidup yang layak (diukur dari paritas daya beli/ PPP, penghasilan). Indeks tersebut bukanlah suatu ukuran yang menyeluruh tentang pembangunan manusia. Sebagai contoh, IPM tidak menyertakan indikator-indikator penting seperti misalnya ketidaksetaraan dan sulit mengukur indikatorindikator seperti penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia dan kebebasan politik. Indeks ini memberikan sudut pandang yang lebih luas untuk menilai kemajuan manusia serta meninjau hubungan yang rumit antara penghasilan dan kesejahteraan (UNDP, 2004). Indikator IPM merupakan salah satu indikator untuk mengukur taraf kualitas fisik dan non fisik penduduk. Kualitas fisik; tercermin dari angka harapan hidup; sedangkan kualitas non fisik (intelektualitas) melalui lamanya rata-rata penduduk bersekolah dan angka melek huruf; dan mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat yang tercermin dari nilai Purcashing Power Parity Index (PPP). IPM mengukur pencapaian.

(5) 13. keseluruhan dari satu daerah/negara dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu lamanya hidup, pengetahuan dan status standar hidup yang layak. Ketiganya diukur dengan angka harapan hidup, pencapaian pendidikan dan pengeluaran per kapita (BPS, 2007).. DIMENSI. INDIKATOR. INDEKS DIMENSI. Pengetahuan. Umur panjang dan sehat Angka harapan hidup pada saat. Kehidupan yang layak. Angka Melek Huruf (AHH). Rata – rata Lama Sekolah. Indeks AMH. Indeks RLS. Indeks Pendidikan. Indeks Harapan Hidup. Pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan. Indeks Pendapatan. Indeks Pembangunan Manusia. Gambar 2.1 Gambaran Umum Indeks Pembangunan Manusia Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016 a) Komponen Indeks Pembangunan Manusia Perubahan dalam IPM dipengaruhi oleh tiga indikator, yaitu: indeks harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks daya beli. Oleh karena itu, perubahan dalam IPMterkait erat dengan perubahan ketiga indeks tersebut. Merujuk pada ke tiga indikator IPM, maka angka IPM dapat dihitung dengan :.

(6) 14. IPM =. 𝟏 𝟑. 𝒙 (𝑰𝑯𝑯 + 𝑰𝑷𝒅 + 𝑰𝑷). Keterangan: IPM = Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) IHH = Indeks Harapan Hidup IPd = Indeks Pendidikan IP = Indeks Pendapatan IPM mencoba untuk memberikan peringkat semua negara dari skala 0 (tingkat pembangunan manusia yang paling rendah) hingga 100 (tingkat pembangunan manusia yang paling tinggi). Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Nilai Minimum IPM Indikator IPM. Nilai. Nilai. Catatan. Maksimum Minimum Angka Harapan. 85. 25. Hidup. Standar. Global. Standar. Global. Standar. Global. (UNDP). Angka. Melek. 100. 0. Huruf. Sesuai (UNDP). –. Rata. Sesuai. rata. 15. 0. Lama Sekolah Konsumsi per. Sesuai (UNDP). 732,720. 300,000. kapita Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016. UNDP menggunakan PDB per kapita riil.

(7) 15. Tabel 2.2 Kriteria Pemeringkatan Nilai Indeks Pembangunan Manusia Nilai IPM. Kategori. < 50. Rendah. 50 ≤ IPM < 66. Menengah bawah. 66 ≤ IPM < 80. Menengah atas. ≥ 80. Tinggi. 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Badan Pusat Statisitik (BPS) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah dari barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu. Menurut (Sukirno, 2004) Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari.

(8) 16. tahun ke tahun, sedangkan menurut BPS Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku digunakan untuk menunjukkan besarnya struktur perekonomian dan peranan pada sektor – sektor ekonomi. Menurut Badan Pusat Statistik, untuk menghitung angka – angka PDRB ada tiga pendekatan yang digunakan, yaitu : 1. Menurut Pendekatan Produksi PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit – unit produksi tertentu dalam penyajian ini dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha (sektor) yaitu : (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (2) Pertambangan dan Penggalian (3) Industri Pengolahan (4) Listrik, Gas dan Air Bersih (5) Konstruksi (6) Perdagangan, Hotel dan Restoran (7) Pengangkutan dan Komunikasi (8) Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan (9) Jasa – Jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah. 2. Menurut Pendekatan Pendapatan PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor – faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu negara dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan. Semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi)..

(9) 17. 3. Menurut Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari : (1) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, (2) pengeluaran konsumsi pemerintah, (3) pembentukan modal tetap domestik bruto, (4) perubahan inventori, (5) ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor). Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama. Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah pendapatan untuk faktor – faktor produksi. PDRB yang dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di dalamnya sudah mencakup pajak tak langsung neto. (Kuncoro, 1997), menyatakan bahwa pendekatan pembangunan tradisional lebih dimaknai sebagai pembangunan yang lebih memfokuskan pada peningkatan PDRB suatu wilayah (Provinsi, Kabupaten, atau Kota). Sedangkan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Umumnya PDRB dihitung berdsarkan dua pendekatan, yaitu dari sisi sektoral / lapangan usaha dan sisi penggunaan. Selanjutnnya PDRB juga dihitung berdasarkan harga berlaku dan harga konstan. Total PDRB menunjukkan jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh penduduk dalam periode tertentu..

(10) 18. 3. Kesenjangan Antar Daerah Salah satu tujuan pembangunan ekonomi daerah adalah untuk mengurangi ketimpangan (disparity). Peningkatan pendapatan per kapita memang menunjukkan tingkat kemajuan perekonomian suatu daerah. Namun meningkatnya pendapatan per kapita tidak selamanya menunjukkan bahwa distribusi pendapatan lebih merata. Seringkali di negara-negara berkembang dalam perekonomiannya lebih menekankan penggunaan modal dari pada tenaga kerja sehingga keuntungan dari perekonomian tersebut hanya dinikmati sebagian masyarakat saja. Apabila ternyata pendapatan nasional tidak dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi ketimpangan (Hartono, 2008). Ketimpangan antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini terjadi disebabkan adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Adanya perbedaan ini menyebabkan kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga menjadi berbeda. Menurut. (Todaro. dan. Smith,. 2006),. Ketimpangan. pada. kenyataannya tidak dapat dihilangkan dalam pembangunan suatu daerah. Adanya ketimpangan, akan memberikan dorongan kepada daerah yang terbelakang untuk dapat berusaha meningkatkan kualitas hidupnya agar tidak jauh tertinggal dengan daerah sekitarnya. Selain itu daerah - daerah.

(11) 19. tersebut akan bersaing guna meningkatkan kualitas hidupnya, sehingga ketimpangan dalam hal ini memberikan dampak positif. Akan tetapi ada pula dampak negatif yang ditimbulkan dengan semakin tingginya ketimpangan. antar. wilayah.. Dampak. negatif. tersebut. berupa. inefisiensiekonomi, melemahkan stabilitas sosial dan solidaritas, serta ketimpangan yang tinggi pada umumnya dipandang tidak adil. Menurut (Sukirno, 2006), Faktor – faktor penyebab kesenjangan antar wilayah antara lain : a) Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah Konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi di daerah tertentu merupakan salah satu faktor. yang menyebabkan terjadinya ketimpangan. pembangunan antar daerah. Ekonomi dari daerah dengan konsentrasi yang tinggi cenderung tumbuh pesat dibandingkan daerah yang tingkat konsentrasi ekonominya rendah cenderung mempunyai tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah. b) Alokasi Investasi Berdasarkan teori pertumbuhan ekonomi dari Harrod Domar menerangkan bahwa adanya korelasi positif antar tingkat investasi dan laju pertumbuhan ekonomi. Artinya rendahnya investasi disuatu wilayah membuat laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat perkapita di wilayah tersebut rendah karena tidak ada kegiatan ekonomi yang produktif.

(12) 20. c) Tingkat Mobilitas Faktor Produksi yang Rendah Antar wilayah Kurang lancarnya mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja dan kapital antarwilayah merupakan penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi regional. Hubungan antar faktor produksi dan disaparitas pembangunan atau pertumbuhan antarwilayah dapat dijelaskan dengan pendekatan mekanisme pasar. Perbedaan laju pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan perbedaan pendapatan perkapita antarwilayah dengan asumsi bahwa mekanisme pasar output atau input bebas. d) Perbedaan Sumber Daya Alam (SDA) antarwilayah Menurut kaum klasik pembangunan ekonomi di daerah yang kaya SDA akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan di daerah yang miskin SDA. Dalam arti SDA dilihat dari segi modal awal untuk pembangunan yang selanjutnya harus dikembangkan selain itu diperlukan faktor – faktor lain yang sangat penting yaitu teknologi dan SDM. e) Perbedaan Kondisi Demografi Antar Wilayah Ketimpangan ekonomi regional di Indonesia juga disebabkan oleh perbedaan kondisi geografis antarwilayah terutama dalam jumlah dan pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan penduduk, pendidikan, kesehatan, disiplin masyarakat dan etos kerja. Dilihat dari sisi permintaan, jumlah penduduk yang besar merupakan potensi besar bagi pertumbuhan pasar, yang berarti faktor pendukung bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi. Dari sisi penawaran jumlah populasi yang besar.

(13) 21. dengan pendidikan dan kesehatan yang baik, disiplin yang tinggi, etos kerja tinggi merupakan aset penting bagi produksi. f) Kurang Lancarnya Perdagangan Antar Wilayah Kurang lancarnya perdagangan antar daerah merupakan unsur menciptakan ketimpangan ekonomi regional. Tidak lancarnya perdagangan antar daerah disebabkan : Keterbatasan transportasi dan komunikasi, tidak lancarnya arus barang dan jasa antar daerah mempengaruhi. pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu. wilayah melalui sisi permintaan dan sisi penawaran. Sisi permintaan : kelangkaan akan barang dan jasa untuk konsumen mempengaruhi permintaan pasar terhadap kegiatan ekonomi lokal yang sifatnya komplementer dengan barang jasa tersebut. Sisi Penawaran, sulitnya mendapat barang modal, input barang, bahan baku yang dapat menyebabkan kegiatan ekonomi suatu wilayah akan lumpuh dan tidak beroperasi dengan optimal. Perbedaan inilah yang menyebabkan tingkat pembangunan di berbagai wilayah dan daerah berbeda beda, sehingga menimbulkan gap atau jurang kesejahteraan di berbagai wilayah tersebut..

(14) 22. a. Ukuran Kesenjangan Antar Daerah 1) Indeks Williamson Indeks Williamson lazim digunakan dalam pengukuran ketimpangan pembangunan antarwilayah. Indeks Williamson menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita sebagai ketimpangan regional (regional inequality) sebagai data dasar. Alasannya jelas karena yang diperbandingkan adalah tingkat pembangunan. antarwilayah. dan. bukan. tingkat. distribusi. pendapatan antar kelompok masyarakat. Indeks ketimpangan Williamson yang diperoleh terletak antara 0 (nol) sampai 1 (satu). Jika ketimpangan Williamson mendekati 0 maka ketimpangan distribusi pendapatan antar kabupaten/kota di provinsi adalah rendah atau pertumbuhan ekonomi antara daerah merata. Jika ketimpangan Williamson mendekati 1 maka ketimpangan distribusi pendapatan antar kabupaten/kota di provinsi adalah tinggi atau pertumbuhan ekonomi antara daerah tidak merata. 4. Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran pemerintah merupakan cerminan kebijakan yang pemerintah lakukan, yaitu jika pemerintah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, maka pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah dalam melaksanakan kebijakan tersebut.(Mangkoesoebroto, 1993)..

(15) 23. a) Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Pendidikan Mengacu pada UU No. 20 tahun 2003 dimana menyebutkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20 persen dari Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20 persen dari APBD. Negara – negara yang maju dapat dilihat dari tingginya tingkat pendidikan masyrakatnya karena tersedianya pelauyanan pendidikan yang menunjang dan memadai. Peranan pemerintah dalam hal pendidikan tidak hanya mencerminkan masalah kepentingan pemerintah tetapi juga aspek ekonomi khusus yang dimiliki oleh sektor pendidikan, karena karakteristik yang ada pada sektor pendidikan yaitu sebagai berikut : 1. Pengeluaran pendidikan sebagai investasi 2. Eksternalitas 3. Pengeluaran bidang pendidikan dan implikasina terhadap kebijakan publik 4. Rate of return pendidikan Menurut (Todaro, 2000) ada dua biaya pendidikan, yaitu : biaya – biaya pendidikan individual dan biaya – biaya pendidikan tidak langsung. Biaya pendidikan langsung individual ini yang kemudian berkenaan langsung pada pendapatan perkapita masyarakat. Biaya pendidikan langsung individual adalah segenap biaya moneter atau.

(16) 24. uang yang harus dipikul oleh siswa dan keluarganya umtuk membiayai penddikan. Menurut (Mangkoesoebroto, 1993) Pada abad ke 19 Weager mengemukakan, ada lima hal yang menyebabkan pengeluaran selalu meningkat/tidak stabil sehingga menyebabkan terjadinya fluktuasi yang cenderung tinggi. Kelima penyebab tersebut adalah tuntutan peningkatan pertahanan dan keamanan, kenaikan tingkat pendapatan masyarakat, urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi, perkembangan demokrasi dan ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintah. Weager mengemukakan pendapatnya dalam suatu bentuk hukumam, yaitu : Apabila pendapatan perkapita meningkat secara relatif, pengeluaran pemerintah akan meningkat terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya Hukum tersebut dijelaskan dengan notasi : PkPP1 < PkPP2 < .... < PkPPn PPK1. PPK2. PPKn. Keterangan : PkPP. = Pengeluaran pemerintah perkapita.

(17) 25. PPK. = Pendapatan perkapita, yaitu GDP/ jumlah. penduduk 1,2....n. = Jangka Waktu. Hukum Weager mendasarkan pandangannya pada suatu teori yang disebut Organic theory of state yaitu teori organis yang menganggap pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak terlepas dengan masyarakat lain. Sebagaimana ditunjukkan dalam gambar berikut secara relatif peranan pemerintah semakin meningkat. pengeluaran pemerintah (GDP) Kurva 1 Kurva 2. Q Waktu Sumber : (Mangkoesoebroto, 1993) Gambar 2.2. Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah menurut Weager Menurut (Mangkoesoebroto, 1993) Peacock dan Wiseman mengemukakan. pendapat. lain. dalam. menerangkan. perilaku. perkembangan pengeluaran pemerintah lebih cenderung menaikkan pajak untuk membiayai anggarannya. Di sisi lain masyarakat memiliki.

(18) 26. keengganan untuk membayar pajak, terlebih lagi jika terus dinaikkan. Mempertimbangkan teori pemungutan suara dimana masyarakat memiliki batas toleransi pembayaran pajak. Perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat. Oleh karena itu, dalam keadaan normal meningkatnya GNP akan menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar. Akibat adanya keadaan tertentu yang mengharuskan pemerintah untuk memperbesar pengeluarannya, maka pemerintah memanfaatkan pajak sebagai alternatif untuk peningkatan penerimaan negara. Jika tarif pajak dinaikkan maka pengeluaran investasi dan konsumsi masyarakat menjadi berkurang. Keadaan ini disebut efek pengalihan (Displacement effect) yaitu adanya suatu gangguan sosial menyebabkan aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah. C. Hubungan Antar Variabel 1. Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat ditunjukkan dengan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dalam rangka mengacu pertumbuhan ekonomi perlu dan harus memperhatikan aspek pembangunan manusia, termasuk dalam konteks ekonomi daerah, karena.

(19) 27. dengan modal manusia yang berkualitas, kinerja ekonomi diyakini juga akan lebih baik. PDRB sering digunakan sebagai indikator pembangunan suatu daerah oleh pemerintah. Dengan semakin tinggi PDRB maka meningkatkan juga tingkat produksi yang dilakukan produsen sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan yang mereka terima. Dengan meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat sendiri maka mereka akan mampu memenuhi kebutuhannya rumah tangganya sehingga mereka dapat memperbaiki kualitas kesehatan dan pendidikan anggota keluarga yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan pembangunan manusia nantinya. 2. Pengaruh Kesenjangan Antar Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Kecenderungan rumah tangga untuk membelanjakan pendapatan bersih mereka untuk barang-barang yang memiliki kontribusi langsung terhadap pembangunan manusia (seperti makanan, air, pendidikan dan kesehatan) tergantung dari sejumlah faktor seperti tingkat dan distribusi pendapatan antar rumah tangga dan juga pada siapa yang mengontrol alokasi pengeluaran dalam rumah tangga. Sudah umum diketahui bahwa penduduk miskin menghabiskan porsi pendapatannya lebih banyak ketimbang penduduk kaya untuk kebutuhan pembangunan manusia. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembangunan manusia ditentukan bukan.

(20) 28. hanya oleh tingkat pendapatan, tetapi juga oleh distribusi pendapatan dalam masyarakat, dan peran pemerintah. Tentu dalam kaitan itu juga penting adanya distribusi pendapatan. Dengan distribusi pendapatan yang baik membuka kemungkinan bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal ini karena dengan meratanya distribusi pendapatan maka tingkat kesehatan dan juga pendidikan akan lebih baik dan pada gilirannya juga akan memperbaiki tingkat produktifitas tenaga kerja (Meier dan Rauch, 2000). Upaya meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat tidak dapat diukur hanya dari aspek pertumbuhan ekonomi semata tetapi yang lebih penting seberapa jauh geliat perekonomian dapat dinikmati oleh masyarakat sehingga aspek pemetaraan dan pola konsumsi masyarakat merupakan hal yang selalu terkait untuk dicermati. Asumsi bahwa laju pertumbuhan ekonomi akan mampu meningkatkan pendapatan rata-rata masyarakat terkadang masih memiliki suatu peluang untuk memunculkan suatu masalah ketimpangan pendapatan. 3. Pengaruh. Pembiayaan. Sektor. Pendidikan. Terhadap. Indeks. Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Investasi dalam hal pendidikan mutlak dibutuhkan maka pemerintah harus dapat membangun suatu sarana dan sistem pendidikan yang baik. Alokasi anggaran pengeluaran pemerintah terhadap pendidikan merupakan wujud nyata dari investasi untuk meningkatkan produktivitas masyarakat..

(21) 29. Pengeluaran pembangunan pada sektor pembangunan dapat dialokasikan untuk penyediaan infrastruktur pendidikan dan menyelenggarakan pelayanan pendidikan kepada seluruh penduduk Indonesia secara merata. Anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN merupakan wujud realisasi pemerintah untuk meningkatkan pendidikan (Wahid, 2011). Pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan akan berpengaruh terhadap perkembangan di sektor pendidikan yaitu dengan meningkatnya jumlah murid yang mampu menyelesaikan sekolahnya sampai ke tingkat yang lebih tinggi. Semakin tinggi rata-rata tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat, maka semakin mudah bagi setiap individu dalam usia bekerja untuk mengerti, menerapkan dan mendapatkan hasil dari kemajuan teknologi dan akhirnya meningkatkan standar ekonomi dan hidup bangsa. Suatu bangsa harus meningkatkan investasi bidang pendidikan dan kesehatan untuk mencapai pembangunan (Winarti dan Purwanti, 2014) D. Kerangka Pikir Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh yaitu Produk domestik regional bruto, kesenjangan antar daerah dan pembiayaan sektor pendidikan terhadap indeks pembangunan manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Untuk mempermudah konseptual dalam penulisan ini, maka kerangka pemikiran yang digunakan adalah:.

(22) 30. Produk Domestik Regioanl Bruto (PDRB) (X1). Kesenjangan Antar Daerah (X2). Pembiayaan Sektor Pendidikan (X3). (+). Income Perkapita. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) (Y). (-). (+). Tingkat Pendidikan. E. Hipotesis Berdasarkan kerangka pikir yang telah dipaparkan, maka hipotesis penelitian ini adalah : 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. 2. Kesenjangan Antar Daerah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. 3. Pembiayaan Sektor Pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur..

(23)

Gambar

Gambar 2.1 Gambaran Umum Indeks Pembangunan Manusia   Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016
Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Nilai Minimum IPM  Indikator IPM  Nilai
Tabel 2.2 Kriteria Pemeringkatan Nilai Indeks Pembangunan Manusia
Gambar 2.2. Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah menurut Weager   Menurut  (Mangkoesoebroto,  1993)  Peacock  dan  Wiseman  mengemukakan  pendapat  lain  dalam  menerangkan  perilaku  perkembangan  pengeluaran  pemerintah  lebih  cenderung  menaikkan  pajak

Referensi

Dokumen terkait

Akhiran /r/ lenyap atau menjadi /y/ 9 (bila terletak di akhir kata). Pada dialek lainnya bunyi /r/

(1) PHBS sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 agar digunakan sebagai acuan bagi semua pemangku kepentingan dalam rangka pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan rumah

Pada Gambar 11 dan Gambar 12 terlihat bahwa pilar yang direncanakan dengan cara iterasi maupun cara rumus ternyata menunjukkan kecenderungan yang sama, yaitu untuk pilar

Dari tabel di bawah ini menunjukkan lapangan usaha yang paling dominan perananya dalam meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Kulon Progo adalah

Identitas masyarakat Batak Toba yang dibentuk oleh pola komunikasi pada marhata sinamot dapat ditunjukkan dengan penggunaan komunikasi verbal maupun nonverbal (yang merupakan

Menjelaskan rancangan antar muka (interface) yang terdapat pada aplikasi elearning untuk sekolah menengah dan sederajat.. Rancangan Antar Muka

memberi bentuk terhadap sebuah objek. 2) Semiotika melihat berbagai bentuk teks sebagai unit yang otonom yang saling terhubung di dalamnya. Dimulai dengan ide atau