• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengadilan dan kalaupun bersalah hukuman yang diterima lebih ringan. Selain

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dalam pengadilan dan kalaupun bersalah hukuman yang diterima lebih ringan. Selain"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Psikologi sosial menunjukkan bahwa ada peranan penting dari penampilan fisik seseorang terhadap kehidupan sehari-harinya (Berscheid dkk dalam Davison &

McCabe, 2005). Penampilan fisik seseorang berpengaruh terhadap bagaimana orang lain mempersepsikan dan berinteraksi dengan dirinya. Orang yang tidak cantik atau kurang menarik penampilan fisiknya akan menerima evaluasi negatif dari teman dan mengurangi kontak sosial.

Keyakinan yang sedang berlaku dimasyarakat seakan-akan menyatakan bahwa jika kamu cantik maka kamu berharga (Chase, 2001). Banyak keuntungan bagi orang yang cantik. Orang yang cantik ternyata lebih sedikit yang ditemukan bersalah dalam pengadilan dan kalaupun bersalah hukuman yang diterima lebih ringan. Selain itu, pelamar kerja yang cantik mempunyai kesempatan yang lebih baik dalam menerima pekerjaan dan mempunyai gaji yang lebih tinggi. Begitu juga dengan anak- anak yang cantik lebih populer di kalangan teman dan guru sekolah serta menerima evaluasi dan harapan lebih dari guru yang berpengaruh terhadap peningkatan performanya (Fox, 1997).

Dari masa ke masa, konsep kecantikan ideal selalu berubah (Cohen, 2001).

Gambaran tentang perubahan tipe tubuh yang dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan

(2)

politik di Amerika dari abad ke abad. Pada abad ke-18, tubuh ideal wanita yaitu tubuh yang berotot, besar, kuat, dan sangat subur. Selanjutnya, pada abad ke-19, tubuh ideal wanita, yaitu tubuh yang lemah, lesu, dan pucat. Satu abad setelah itu, tubuh ideal wanita mengalami perubahan beberapa kali, yaitu mulai dari langsing, kuat dan berotot, keibuan, subur, serta sangat kurus dengan payudara yang besar. Lalu sekarang, pada abad ke-21, gambaran tubuh ideal wanita adalah tubuh yang kurus.

Pemikiran bahwa bentuk tubuh yang kurus sebagai tubuh ideal banyak dipengaruhi oleh nilai dari kebudayaan Amerika. Nilai kebudayaan Amerika mengajarkan individualitas, kerja keras, kontrol diri, dan kesuksesan (Barnard, 1992).

Bagi pria yang kekar dan wanita yang kurus diasosiasikan dengan kerja keras, sukses, populer, cantik, kuat dan disiplin diri. Sebaliknya, pada pria maupun wanita yang gemuk diasosiasikan dengan malas, dibenci, jelek, lemah dan kurang keinginan.

Silverstein, Perdue, Peterson, and Kelly (1986) juga menyatakan bahwa tubuh yang kurus bukan hanya dianggap menarik tetapi tubuh yang gemuk dianggap memalukan (dalam Harrison, 2003).

Pengetahuan mengenai tubuh yang ideal sebenarnya sudah diperoleh sejak usia dini (Mills & Alfonso, 2007). Anak perempuan sudah didoktrinasi dengan keberadaan boneka Barbie yang menjulang tinggi dan sangat kurus. Anak perempuan mempelajari bahwa seperti itulah seharusnya penampilan fisik seorang wanita. Pada anak laki-laki juga terbiasa dengan tokoh kartun pahlawan mereka yang bertubuh kekar dan otot diseluruh bagian tubuh. Selain itu, tokoh peri atau puteri dan pangeran

(3)

yang baik hati selalu cantik atau tampan, sedangkan tokoh jahat selalu jelek (Fox, 1997).

Pada masa perkembangan di keluarga, seseorang sudah mendapatkan pesan bahwa kurus itu perlu demi diterima dan dicintai orang tua (SNAC, 1997). Hal ini terjadi jika ibu atau anggota keluarga lain juga sering memberikan komentar tentang berat badan sendiri atau anggota keluarga lain serta memaksakan larangan makanan untuk dirinya maupun anggota keluarga lain. Lalu, semasa sekolah menengah atau kuliah, seseorang akan merasakan tekanan besar untuk menjadi kurus atau kekar demi diterima oleh teman sebaya dan untuk mendapatkan pasangan. Tekanan semakin besar dirasakan para pelajar yang tinggal dalam satu asrama dimana pembicaraan mengenai tubuh ideal akan semakin sering terjadi. Hal seperti ini membuat seseorang semakin cemas akan berat badan walaupun tidak pernah dihiraukan sebelumnya (SNAC, 1997).

Gambaran tubuh ideal sangat mudah didapat dari media massa (Chase, 2001).

Program televisi juga sering menampilkan figur tubuh ideal seperti dalam program “ Baywatch” dan artikel majalah yang juga memuat masalah kecantikan mempengaruhi konsep tubuh masyarakat. Dari hasil penelitian Heinberg, Thompson & Stormer (1995) menunjukkan bahwa bentuk tubuh ideal wanita yang diperoleh dari televisi dan media cetak berdampak pada ketidakpuasan body image pada penonton. Mereka juga menyatakan bahwa hanya dengan menunjukkan gambar tertentu di majalah sudah menimbulkan perasaan tidak puas. Hal ini diperkuat oleh McCreary and Sadava (1999) dalam Harrison (2003) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara

(4)

menonton televisi dan kepercayaan seseorang bahwa ia kelebihan berat badan walaupun sesungguhnya tidak.

Hernita (2006) mengemukakan bahwa perkembangan standard ideal tubuh yang terus menerus diapaparkan oleh media massa berdampak bagi para wanita di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Tubuh ideal yang ditunjukkan oleh media di saat ini, yaitu tubuh yang kurus, tinggi, berkulit putih bersih dan tidak berjerawat. Sesuai dengan pesan yang masyarakat terima dari media massa, masyarakat menjadi tidak puas akan tubuhnya sewaktu melakukan perbandingan.

Maka dari itu, masyarakat melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kepuasan tubuhnya.

Banyak usaha yang umumnya dilakukan masyarakat untuk memperoleh tubuh ideal yang kekar bagi pria dan kurus bagi wanita (Dacey & Kenny, 2001).

Masyarakat umumnya melakukan diet, berolahraga, melakukan perawatan tubuh, mengonsumsi obat pelangsing dan lain-lain. Barley (2007) menyatakan di Indonesia sudah semakin banyak wanita di kota-kota besar yang melakukan operasi plastik.

Usaha untuk tampil ideal diatas dilakukan karena masyarakat percaya bahwa mereka akan lebih bahagia jika dapat memiliki penampilan seperti model.

Penelitian psikologi sosial di City University, London menyatakan hal yang berbeda dari persepsi masyarakat bahwa pada model yang selalu tampil ideal dalam media massa ternyata tidak bahagia dan memiliki harga diri yang rendah (Meyer &

Enstrom, 2007). Chase (2001) menyatakan bahwa harga diri dan body image mempunyai hubungan yang sebanding. Body image adalah persepsi dan sikap

(5)

seseorang terhadap tubuh sendiri (Davison & McCabe, 2006). Jadi, dengan harga diri yang rendah menunjukkan para model tidak puas dengan tubuhnya.

Penelitian diatas menunjukkan bahwa meskipun para model yang sering tampil dalam media massa sudah memiliki tubuh yang kurus atau kekar masih saja ada yang tidak puas dengan tubuhnya (Roberts, 2007). Seperti halnya dalam salah satu episode dalam The Oprah Winfrey Show juga pernah menampilkan seorang model remaja yang merasa dirinya tidak cantik dan tubuhnya tidak bagus walaupun kenyataannya gadis itu sangat cantik (Jeanne, 2007). Para model yang merasa tidak puas dengan tubuhnya rela melakukan tindakan ekstrim yang tidak sehat demi untuk tampil lebih cantik (Roberts, 2007). Berhubung para model tidak puas dengan tubuhnya, mereka akan sering melaparkan diri. Pada akhirnya, mereka merasa terlalu lapar dan makan dengan berlebihan. Setelah itu, muncul perasaan bersalah dan menyesal lalu mencoba untuk mengeluarkan kalori yang tidak diinginkan.

Sudah ada beberapa kasus model dunia yang melakukan diet ekstrim (Adato, 2007). Beberapa diantaranya berujung menjadi kecanduan gangguan makan (eating disorder) seperti bulimia dan anorexia. Ana Carolina Reston, seorang model di Brazil meninggal dunia dalam kondisi mengenaskan setelah menjalani perawatan di rumah sakit akibat gagal ginjal setelah diet ekstrim. Sebelumnya, dia diketahui sudah melakukan diet ketat lama dengan hanya makan buah apel dan tomat yang pada akhirnya membuat tubuhnya yang seksi menjadi seonggok tulang belulang.

Di Uruguay juga terjadi kasus yang tidak jauh berbeda (Adato, 2007).

Seorang model bernama Luisel Ramos jatuh pingsan pada saat peragaan busana

(6)

berlangsung. Setelah memperoleh pertolongan medis ternyata nyawanya juga tidak tertolong karena diet ekstrim selama bermingu-minggu. Tidak lama kemudian, adik perempuan Luisel Ramos yang juga seorang model meninggal dengan sebab yang sama.

Hal diatas menunjukkan adanya ketidakpuasan tubuh pada para model internasional tersebut. Fenomena ketidakpuasan tubuh pada model juga terjadi pada beberapa model yang ada di kota Medan. Salah seorang model yang sering mengikuti lomba di Medan memberikan pernyataan bahwa kelebihan yang dimilikinya adalah bentuk tubuh dan ukuran tubuh yang proporsional sebagai seorang model yang dapat dilihat dari pernyataan dibawah ini :

”Menurut saya kelebihan yang saya miliki dibandingkan dengan model lain dalam lomba ini adalah penampilan tubuh saya yang proporsional sebagai model....” (Komunikasi Personal, 28 Agustus 2007).

Dari pernyataan S dapat dilihat bahwa model ini mempunyai persepsi mengenai penampilan fisiknya yang positif. Adapun model lain yang berbeda persepsi mengenai penampilan fisiknya yang menyatakan sebagai berikut :

”...bisa dibilang secara fisik punya banyak kekurangan, wajah saya biasa saja, tidak cantik, tubuh saya pendek...karena itu saya jarang memakai celana dibawah pinggang, itu malah membuat saya kelihatan lebih pendek lagi...saya menyadari bahwa dengan tubuh yang lebih kurus seperti sekarang membuat saya lebih mudah mendapatkan pekerjaan, karena itu saya membatasi makanan saya untuk menjaga berat badan saya sekarang...”

(Komunikasi Personal, 02 September 2007).

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa model yang kedua ini mempersepsikan fisiknya kurang menarik. Dari kedua pernyataan model wanita

(7)

diatas dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan kepuasan terhadap penampilan fisik pada mereka. Hal ini sesuai dengan pernyataan Benson dkk dalam Dacey & Kenny (2001) bahwa para model mempunyai body image yang berbeda-beda, ada yang merasa puas dengan body imagenya dan ada yang merasa tidak puas.

Hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perbedaan body image yaitu jenis kelamin. Cash dkk (dalam Mills & Alfonso, 2007) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa wanita memiliki body image lebih negatif dibandingkan pria. Sedangkan dalam penelitian Alvell &Richards (1996), pria dewasa lebih tidak puas dengan berat badannya dibandingkan wanita (dalam Mills & Alfonso, 2007). Perbedaan kepuasan pria dan wanita terhadap tubuh juga dinyatakan Erikson (dalam Dacey & Kenny, 2001). Wanita dinyatakan memiliki kepuasan yang rendah terhadap berat badan, tipe tubuh dan merasa tidak menarik dibandingkan. Selain itu, ada peneliti lain yang berbeda pendapat yaitu Drewnowski & Yee (1987) menemukan bahwa tidak ada perbedaan ketidakpuasan tubuh pada pria dan wanita (dalam Mills & Alfonso, 2007).

Berangkat dari fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai gambaran body image pada model dikarenakan belum ada penelitian yang sama sebelumnya. Aspek-aspek body image yang digunakan dari Davison & McCabe (2005) untuk mengetahui tinggi atau rendahnya body image seseorang yaitu physical attractiveness, body image importance, body improvement, social physique anxiety, body concealment, body image satisfaction dan appearance comparison.

(8)

I.B. Pertanyaan Penelitian

Untuk mengetahui lebih rinci, pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran body image pada model?

2. Bagaimana gambaran body image pada model ditinjau dari jenis kelamin?

3. Bagaimana gambaran body image pada model ditinjau dari usia?

4. Bagaimana gambaran aspek-aspek body image pada model?

5. Bagaimana gambaran aspek-aspek body image pada model ditinjau dari jenis kelamin?

6. Bagaimana gambaran aspek-aspek body image pada model ditinjau dari usia?

7. Bagaimana gambaran body image pada model ditinjau dari lama menjalani model?

I.C. Tujuan dan Manfaat Penelitian I. C. 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran body image pada model.

I. C. 2. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah khasanah dalam pembelajaran Psikologi Sosial khususnya dalam pengetahuan mengenai body image.

(9)

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai body image pada model, desainer, fotografer dan pemerhati industri modeling dan diharapkan dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.

I.D. Sistematika Penulisan

Laporan hasil penelitian ini disusun dalam sistematika sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini akan disajikan uraian singkat mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan serta sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Adapun teori-teori yang dimuat adalah teori-teori yang berhubungan dengan body image dan model Bab III : Metode Penelitian

Pada bab ini dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan, defenisi operasional, pertanyaan penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel yang terdiri atas populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel dan jumlah sampel penelitian. Selain itu juga terdapat alat ukur yang

(10)

digunakan yang berisi uji daya beda butir pernyataan, uji validitas dan reliabilitas alat ukur dan hasil uji coba alat ukur.

Serta yang terakhir adalah metode analisis data.

Bab IV :Analisa Data

Pada bab ini dijelaskan mengenai analisa data yang terdiri dari gambaran subjek penelitian (berdasarkan jenis kelamin dan usia), hasil penelitian gambaran body image pada model serta hasil tambahan penelitian gambaran body image ditinjau dari jenis kelamin, gambaran body image ditinjau dari usia, gambaran aspek-aspek body image pada model, gambaran aspek–aspek body image pada model ditinjau dari jenis kelamin, gambaran aspek–aspek body image pada model ditinjau dari usia, gambaran aspek–aspek body image pada model ditinjau dari lama menjalani model.

Bab V : Kesimpulan, Diskusi dan Saran

Pada bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian, diskusi mengenai hasil penelitian dan saran baik secara metodologis maupun secara praktis mengenai hasil penelitian body image pada model.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Widodo (2013:9) Clustering atau klasifikasi adalah metode yang digunakan untuk membagi rangkaian data menjadi beberapa group berdasarkan kesamaan-kesamaan

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan rahmat serta Rosulullah Muhammad SAW yang senantiasa memberikan syafaat kepada umatnya

06.01.11 Banyaknya Tenaga Kerja Industri Sedang menurut Golongan Industri per Kecamatan Number of Medium Industry Person Engaged by Industrial Categories by Sub District 2014

Kata-kata kunci: Contextual Teaching and Learning (CTL), Hasil Belajar, IPA Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) mendeskripsikan penerapan pendekatan CTL dalam

Dan semakin menunjukkan bahwa dalam hal penangguhan upah, DiJjen Binawas KetenagakeJjaan lebih memihak kepada pengusaha, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya

untuk melikuidasi persekutuan, seperti penagihan piutang, konversi aset non kas menjadi kas, pembayaran kewajiban  persekutuan, dan distribusi laba bersih yang

Hasil pengujian menunjukkan bahwa personal cost tidak berpengaruh terhadap minat PNS melakukan tindakan whistle-blowing atau dengan kata lain PNS BPK RI tidak

Sehubungan dengan semakin meluasnya profesi di Indonesia maka alangkah baiknya kita dalam menjalankan suatu profesi membutuhkan suatu perjanjian asuransi