• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan perubahan sehingga mampu mengikuti perkembangan zaman.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan perubahan sehingga mampu mengikuti perkembangan zaman."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut masyarakat untuk melakukan perubahan sehingga mampu mengikuti perkembangan zaman.

Peran pengetahuan sangat penting bagi setiap masyarakat yang mau meningkatkan kemampuannya mengikuti persaingan yang kompetitif dalam krisis multidimensi.

Pendidikan dipercaya sebagai alat strategis meningkatkan taraf hidup manusia. Melalui pendidikan, manusia menjadi cerdas, memiliki kemampuan atau skill, sikap hidup yang baik, sehingga dapat bergaul dengan baik di masyarakat. Pendidikan menjadi investasi yang memberi keuntungan sosial dan pribadi yang menjadikan bangsa bermartabat dan individunya menjadi manusia yang memiliki derajat (Engkoswara dam Komariah, 2010:1).

Menurut UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara

lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun untuk masa depan, yakni : (1) learning to know (penguasaan yang dalam dan luas pada bidang ilmu tertentu), (2) learning to do (belajar untuk mengaplikasikan ilmu, bekerjasama dalam team, belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi, belajar berkarya atau mengaplikasikan ilmu yang didapat oleh siswa), (3) learning to be (belajar untuk dapat mandiri, menjadi orang yang bertanggungjawab untuk mewujudkan tujuan

1

(2)

bersama), (4) learning to live together (belajar memahami dan menghargai orang lain, sejarah mereka dan nilai-nilai agamanya). Keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan tujuan-tujuan intelegence quotient (IQ), emotional quotient (EQ), dan spiritual quotient (SQ).

Pendidikan dalam kondisi krisis multidimensi yang berkepanjangan, telah menarik perhatian berbagai pihak dan bergeser menjadi salah satu pos pengeluaran yang semakin besar sehingga memberatkan sebagian besar anggota masyarakat. Bermunculnya sekolah-sekolah baru menimbulkan fenomena dalam dunia kependidikan. Bentuk dan pendekatan yang digunakan dalam pendidikan semakin berkembang dan kompleks. Tidak hanya pemain-pemain lama yang mengembangkan sekolah, namun juga dari pelaku usaha non kependidikan dan bahkan penyelenggara pendidikan dari luar negeri (Sumurung, 2005:109).

Menurut Wijaya (2008 : 42) dewasa ini, persaingan antar sekolah semakin atraktif. Pemasaran untuk lembaga pendidikan mutlak diperlukan. Sekolah sebagai lembaga penyedia jasa pendidikan perlu belajar dan memiliki inisiatif untuk meningkatkan kepuasan pelanggan (siswa), karena pendidikan merupakan proses sirkuler yang saling mempengaruhi dan berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan strategi pemasaran jasa pendidikan untuk memenangkan kompetisi antar sekolah serta untuk meningkatkan akselerasi peningkatan kualitas dan profesionalisme manajemen sekolah.

Saat ini istilah efektif dan efisien merupakan istilah yang sering digunakan pada pola yang semakin ketat. Tidak terkecuali dunia pendidikan termasuk sekolah merasakan tuntutan kondisi tersebut. Banyak perubahan yang harus

(3)

dilakukan khususnya menyangkut pola-pola manajemen sekolah selama ini.

Sekolah sebagai lembaga penyedia jasa pendidikan perlu belajar dan memiliki inisiatif untuk semakin meningkatkan kepuasan pelanggan, karena pendidikan merupakan proses yang sirkuler yang saling mempengaruhi dan berkelanjutan.

Inisiatif sekolah dimulai dari mencari tahu (riset pasar) kondisi pasar pendidikan, dari berbagai macam segmen yang ada di pasar. Selanjutnya sekolah menetapkan strategi pemasarannya yang sesuai dengan pasar sasaran (Sumurung, 2005:108).

Menurut Wijaya (2008:42) pemasaran untuk lembaga pendidikan (terutama sekolah) mutlak diperlukan. Pertama sebagai lembaga nonprofit yang bergerak dalam bidang jasa pendidikan, untuk level apa saja, perlu meyakinkan masyarakat “pelanggan” (peserta didik, orang tua, serta pihak-pihak terkait lainnya) bahwa lembaga pendidikan masih tetap eksis. Kedua, perlu meyakinkan masyarakat dan “pelanggan” bahwa layanan jasa pendidikan sungguh relevan dengan kebutuhan masyarakat. Ketiga, perlu melakukan kegiatan pemasaran agar jenis dan macam pendidikan dapat dikenal dan dimengerti secara luas oleh masyarakat. Keempat, agar eksistensi lembaga pendidikan tidak ditinggalkan oleh masyarakat luas serta “pelanggan potensial”. Kegiatan pemasaran bukan sekedar kegiatan bisnis agar lembaga-lembaga pendidikan mendapat peserta didik, melainkan juga merupakan bentuk tanggungjawab kepada masyarakat luas.

Menurut Peter dan Olson dalam Ristiyanti dan Ihalauw (2005:17), strategi pemasaran dirancang untuk meningkatkan peluang konsumen memiliki anggapan dan perasaan positif terhadap produk, jasa dan merek tertentu, akan mencoba produk, jasa atau merek tersebut. Untuk mengembangkan strategi pemasaran yang

(4)

kompetitif, pemasar perlu mengetahui konsumen mana yang cenderung membeli produknya, faktor –faktor apa yang kira-kira menyebabkan mereka menyukai produk tersebut, kriteria apa yang dipakai dalam memutuskan membeli produk, bagaimana mereka memperoleh informasi tentang poduk dan lain sebagainya. Jadi dapat dilihat dengan jelas, adanya saling keterkaitan antara strategi pemasaran dan perilaku konsumen.

Pemasar perlu merancang strategi berdasarkan perilaku konsumen yang datanya hanya diperoleh dari suatu penelitian tentang perilaku konsumen, mulai dari bagaimana kebutuhan akan suatu produk itu dirasakan, apa yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan itu, bagaimana mereka memutuskan membeli produk, bagaimana mereka mengkonsumsi produk, sampai bagaimana mereka menyingkirkan produk tersebut. Agar pemasar bisa merancang strategi yang tepat dalam mempengaruhi konsumen, dasar yang digunakan harus berupa pengetahuan mengenai perilaku mereka dalam proses beli yang dialami untuk suatu kategori produk tertentu (Ristiyanti dan Ihalauw (2005:17-18).

Menurut Alma (2008:13), jasa pendidikan adalah suatu organisasi produksi yang menghasilkan jasa pendidikan. Konsumen utamanya adalah siswa atau mahasiswa. Apabila produsen tidak mampu memasarkan hasil produksinya, disebabkan karena mutunya tidak disenangi oleh konsumen, tidak memberikan nilai tambah, layanan tidak memuaskan, maka produk jasa yang ditawarkan tidak akan laku, sehingga sekolah ditutup karena ketidakmampuan para pengelolanya.

Bisnis dan marketing bukan bekerja dengan iklan dan promosi yang mengelabui

(5)

masyarakat, tapi mendidik dan meyakinkan masyarakat kearah yang benar dan percaya bahwa sekolah ini bermutu.

Orang awam yang belum banyak mengetahui tentang marketing merasa kaget dengan istilah marketing pendidikan. Mereka mengira bahwa lembaga pendidikan itu akan dikomersialkan. Lembaga pendidikan adalah termasuk ke dalam nonprofit organization sedangkan istilah komersial sudah jelas berhubungan dengan kegiatan mencari laba. Seperti diketahui, bahwa lembaga pendidikan adalah sebuah kegiatan yang melayani konsumen berupa siswa, mahasiswa dan juga masyarakat umum yang dikenal ”stakeholder”. Lembaga pendidikan pada hakekatnya bertujuan memberikan layanan. Jadi marketing jasa pendidikan berarti kegiatan lembaga pendidikan memberi layanan atau menyampaikan jasa pendidikan kepada konsumen dengan cara yang memuaskan.

Pada saat penerimaan siswa baru tiap tahun muncul iklan-iklan dari perguruan tinggi swasta, sekolah pada surat kabar, radio, selebaran cetak, brosur dan spanduk di pinggir jalan dan dikampus. Semua ini bertujuan untuk menarik perhatian calon siswa. Hal ini baru merupakan gejala marketing dalam tingkat permulaan. Etika marketing sangat menghindari karakter yang tidak baik, dan mengharapkan lembaga pendidikan menawarkan mutu layanan intelektual dan pembentukan watak secara menyeluruh (Alma, 2008: 30).

Fungsi pemasaran pada organisasi yang berorientasi laba (perusahaan) dengan organisasi nirlaba (sekolah) sangat berbeda. Perbedaan yang nyata terletak pada cara organisasi dalam memperoleh sumber dana yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasi perusahaan, memperoleh modal pertamanya

(6)

dari para investor atau pemegang saham. Jika perusahaan telah beroperasi, dana operasional perusahaan terutama diperoleh dari hasil penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Sebaliknya, organisasi nirlaba (sekolah) memperoleh dana dari sumbangan para donatur atau lembaga induk yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut (Wijaya, 2008 : 49).

Thomas dalam Alma (2008:17) mengungkapkan dalam bukunya “ The Productive School” bahwa ada tiga fungsi utama yang diharapkan dari dunia

pendidikan yaitu:

1) The administrator’s Production function. Administrator sekolah bertanggungjawab untuk mengembangkan sistem pendidikan. Mereka harus menetapkan pelayanan apa yang diminta oleh guru. Permintaan tersebut harus disiapkan ruangan yang cukup untuk belajar, buku dan perlengkapan.

Administrator pendidikan harus memikirkan mutu sistem pendidikan sebagai fungsi dari jumlah dan mutu input termasuk di dalamnya besar kelas, kualifikasi guru, jumlah guru, konstruksi bangunan, jumlah buku di perpustakaan, perlengkapan laboratorium dan sebagainya.

2) The Psycologist’s Production function. Outputnya adalah perubahan tingkah laku siswa yang terdiri atas tambahan pengetahuan, nilai-nilai atau tambahan kemampuan yang diperoleh dari motivasi melalui sekolah.

3) The Economic’s Production function. Ahli ekonomi melihat pendidikan akan memberikan kontribusi terhadap individu dengan diperolehnya kompetensi yang dapat digunakan untuk meningkatkan ekonominya.

(7)

Menurut Rahayu (2008: 64) satuan pendidikan dituntut untuk senantiasa merevitalisasi strateginya, guna menjamin kesesuaian tuntutan lingkungan dan persaingan dengan kekuatan internal yang dimilikinya. Ketidakmampuan suatu satuan pendidikan dalam merespon peluang dan ancaman eksternal, akan mengakibatkan menurunnya daya saing atau terhambatnya pencapaian kinerja satuan pendidikan. Jika hal ini dibiarkan, maka akan mengancam kelangsungan satuan pendidikan yang bersangkutan. Pada umumnya satuan pendidikan memiliki tujuan, dan untuk mencapainya memerlukan strategi. Strategi merupakan suatu kesatuan rencana yang luas dan terintegrasi yang menghubungkan antara kekuatan internal organisasi, dengan peluang dan ancaman lingkungan eksternalnya. Strategi dirancang untuk memastikan tujuan organisasi dapat dicapai melalui implementasi yang tepat. Substansi strategi pada dasarnya merupakan rencana. Strategi berkaitan dengan evaluasi dan pemilihan alternatif yang tersedia bagi suatu manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum strategi pemasaran jasa pendidikan dalam konteks lembaga pendidikan secara keseluruhan, tidak hanya membutuhkan pemasaran eksternal, tapi juga pemasaran internal untuk memotivasi dosen, guru, karyawan, dan administrator untuk menciptakan keahlian penyedia jasa (Hurriyati, 2008:153).

Sekolah Harapan merupakan salah satu sekolah swasta di Bali yang didirikan tahun 1948 oleh Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) yang membentuk sebuah Yayasan yang diberi nama : Yayasan Badan Pendidikan Kristen Maranatha. Yayasan ini kemudian mengurus ijin operasional Sekolah Rakyat Maranatha ke Pemerintah Bali yang berkedudukan di Singaraja. Tanggal 1 Januari

(8)

1949 ijin operasional ini keluar, dan mulai tahun 1950 Sekolah Rakyat Maranatha mulai beroperasi. Tahun 2010 Sekolah Harapan memiliki 13 Sekolah yang berada di Kabupaten Jembrana, Kabupaten Badung, dan Kota Denpasar. Hingga saat ini Yayasan ini telah dua kali berganti nama dari Yayasan Maranatha menjadi Yayasan Widhya Pura dan sekarang bernama Yayasan Perguruan Kristen Harapan.

Jumlah siswa yang terdaftar di Sekolah Harapan berjumlah 6.229 orang dapat dilihat dalam Lampiran halaman 113. Secara umum jumlah siswa yang dapat diterima meningkat 107.12 % pada tahun 2009/2010 dari 5.690 siswa menjadi 6.095 orang dan meningkat 102.20% pada tahun 2010/2011 dari 6095 orang menjadi 6229 orang. Namun apabila dilihat dari jumlah siswa permasing- masing sekolah, terjadi penurunan yang cukup signifikan.

Berdasarkan penerimaan siswa baru selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran halaman 114, terjadi penurunan yang signifikan pada hasil pendaftaran dan penerimaan siswa baru selama tiga tahun terakhir pada SMPK 1 Harapan, walaupun dibeberapa sekolah mengalami peningkatan. Persaingan yang kompetitif pada sekolah-sekolah di Bali tergambar pada Lampiran halaman 115 berdasarkan data tahun 2008/2009 tersebut jumlah Sekolah Swasta di Kota Denpasar 160,20% dari Sekolah Negeri dan data tahun 2009/2010 jumlah sekolah swasta di Kota Denpasar sebanyak 163, 51% dari sekolah negeri pada lampiran halaman 116 bahwa jumlah siswa di sekolah swasta tahun 2008/2009 sebanyak 77,81% dari jumlah siswa sekolah negeri dan tahun 2009/2010 sebanyak 92,97% dari sekolah negeri. Ini berarti terjadi peningkatan minat ke sekolah swasta.

(9)

Pertumbuhan penduduk Provinsi Bali dilihat pada lampiran halaman 117 penduduk di Kabupaten Badung memiliki laju pertumbuhan tertinggi yaitu 4,63 dan Kota Denpasar 4,00 merupakan urutan kedua. Hal ini merupakan peluang bagi kota Denpasar dalam mendapatkan siswa. Pada lampiran halaman118, penerimaan siswa baru sekolah swasta di Denpasar selama 3(tiga) tahun terakhir dapat dilihat bahwa SMPK 1 Harapan masih dikategorikan sebagai pemimpin dalam persaingan sekolah swasta di Denpasar. Walaupun sebagai pemimpin, SMPK 1 Harapan mengalami penurunan jumlah siswa secara signifikan dalam 3 tahun terakhir dari, sedangkan SMP Cipta Darma, SMP Santo Yoseph dan SMP Dwijendra mengalami fluktuasi penerimaan siswa dalam 3 (tiga) tahun terakhir.

Data peserta ujian nasional selama tiga tahun terakhir pada lampiran halaman 119 menunjukkan bahwa jumlah siswa mengalami peningkatan pada tahun 2008/2009 sebesar 105,39% sedangkan mengalami sedikit penurunan menjadi 99,76 pada tahun 2009/2010. Data menunjukkan bahwa SMP di Kota Denpasar memiliki peluang yang tinggi dalam memperoleh siswa, sedangkan SMPK 1 Harapan mengalami penurunan siswa dalam 3 tahun terakhir.

Dilihat dari sudut pandang perilaku konsumen ada kecenderungan masyarakat yang memiliki penghasilan diatas rata-rata, memilih sekolah yang baik, meski untuk mendapatkan sekolah yang baik, tidak jarang orangtua bersedia mengeluarkan biaya pendidikan yang tidak sedikit. Karena itu, manajemen sekolah perlu mengetahui hal-hal apa saya yang dipertimbangkan orang tua dalam memilih sekolah. Pertimbangan-pertimbangan ini dapat dijadikan sebagai suatu kajian untuk membandingkan pertimbangan-pertimbangan orang tua yang saat ini

(10)

anaknya mengikuti proses pendidikan di SMPK 1 Harapan Denpasar.

Perbandingan untuk kedua kelompok responden itu akan memberikan gambaran apakah kedua kelompok itu memberikan pertimbangan yang sama atau berbeda.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut :

1) Faktor- faktor apakah yang dipertimbangkan orangtua umumnya dalam memilih sekolah untuk tingkat SMP dan yang dipertimbangkan untuk memilih SMPK 1 Harapan Denpasar?

2) Apakah implikasi strategis bagi SMPK 1 Harapan setelah membandingkan hasil kedua kelompok responden?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui faktor- faktor yang dipertimbangkan orangtua umumnya dalam memilih sekolah untuk tingkat SMP dan yang dipertimbangkan untuk memilih SMPK 1 Harapan Denpasar.

2) Untuk mengetahui implikasi strategis bagi SMPK 1 Harapan setelah membandingkan hasil kedua kelompok responden.

1.4 Manfaat Penelitian 1) Manfaat teoritis:

penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan referensi kepustakaan mengenai ilmu pengetahuan di bidang pemasaran yaitu tentang faktor-

(11)

faktor yang dipertimbangkan orang tua dalam memilih sekolah, apabila akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.

2) Manfaat praktis:

penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan bagi kalangan akademis maupun masyarakat umum mengenai faktor-faktor yang dipertimbangkan orang tua dalam memilih sekolah di SMP Kristen 1 Harapan Denpasar khususnya bagi manajemen Sekolah Harapan sebagai bahan masukan untuk mendapat kebijaksanaan dalam penentuan strategi pemasaran dalam penerimaan siswa baru tahun 2012 – 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini dapat memperluas pengetahuan bagi penulis terkait bagaimana pembebanan biaya tidak langsung terkait pelanggan menggunakan Activity-Based Costing

Dokumen elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik,

kata akurat dengan dilampiri sampel produk pelayanan atau bukti penerimaan produk pelayanan. Kolom Realisasi diisi dengan kata akurat atau tidak akurat sesuai dengan

Apabila, selama Periode Pertanggungan, pada saat Tertanggung melakukan suatu Perjalanan, Tertanggung meninggal dunia akibat dari suatu Kondisi Medis Kritis (yaitu suatu

Dampak positif dari media online yaitu memudahkan mahasiswa mendapat informasi terbaru, juga memperluas ilmu pengetahuan, dan sebagai sarana untuk hiburan dan mendapatkan

• Untuk mengetahui gambaran yang tidak mengalami haid Untuk mengetahui gambaran yang tidak mengalami haid akseptor kontrasepsi suntik DMPA di BPS Nurmaili Desa akseptor

Seiring dengan perkembangan zaman, tentunya praktik dalam melakukan marketing pun juga mengalami perubahan sebagai respon untuk melakukan adaptasi pada perkembangan zaman

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian, yaitu bagaimanakah kinerja portofolio optimal yang dibentuk dari saham sektor basic