• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORETIS TENTANG KESENIAN HADRO. Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang terbentuk dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORETIS TENTANG KESENIAN HADRO. Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang terbentuk dari"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

TINJAUAN TEORETIS TENTANG KESENIAN HADRO

A. Kesenian Tradisional

Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang terbentuk dari hasil kreativitas dan inovasi masyarakat dan lingkungannya. Kesenian tersebut kemudian diwujudkan ke dalam berbagai bentuk dan raga, baik tradisional maupun non tradisional atau kreasi baru.

Kesenian tradisional lahir dari budaya masyarakat terdahulu di suatu daerah tertentu yang terus berkembang secara turun temurun, dan terus dinikmati oleh generasi penerusnya. Seperti diungkapkan oleh Yoeti (1985:2) bahwa: “Seni budaya tradisional adalah seni budaya yang sejak lama turun temurun telah hidup dan berkembang pada suatu daerah tertentu.” Penjelasan tersebut menunjukan bahwa yang menjadi ciri kesenian tradisional adalah adanya sistem pewarisan yang dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi.

Mengenai kesenian tradisional Kosim dalam Masunah (1985:131) mengungkapkan bahwa:

“Kesenian tradisional adalah satu bentuk seni yang bersumber dan berakar serta telah dirasakan sebagian milik sendiri oleh masyarakat dan lingkungannya. Pengolahannya berdasarkan cita rasa masyarakat pendukungnya. Cita rasa disini mempunyai pengertian yang luas, termasuk nilai kehidupan tradisi pandangan hidup, pendekatan falsafah, rasa etis dan estetis serta ungkapan budaya lingkungan, hasil kesenian tradisional biasanya diterima sebagai tradisi pewarisan yang dilimpahkan dari angkatan tua ke angkatan muda.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesenian tradisional merupakan salah satu seni budaya yang lahir dari kebudayaan masyarakat

(2)

sebelumnya, yang berkembang terus-menerus sehingga kesenian tradisional tersebut kemudian diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya dan dengan adanya proses kreasi yang terus menerus agar kesenian ini dapat tetap lestari, tetapi tidak mengubah keaslian dari seni tradisional tersebut.

B. Kesenian Tradisional Hadro

Kesenian tradisional pada umumnya tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan lingkungan sosial budaya masyarakat sekitarnya.

Berdasarkan pada uraian tersebut, di Desa Bojong Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut terdapat satu jenis kesenian tradisional yang sampai sekarang masih tetap terjaga kelestariannya. Kesenian tradisional tersebut adalah kesenian tradisional Hadro.

Kesenian tradisional Hadro tersebut sudah hidup sejak puluhan tahun, sebagai warisan dari para leluhur. Sebagai data otentik tentang hal ini dapat dibuktikan melalui cerita dari para tokoh kesenian tersebut. Pada hakekatnya setiap peregenerasian atau pelestarian kesenian Hadro dilakukan secara turun temurun dengan budaya lisan, tanpa adanya pengembangan seni secara kualitas.

(Hasanudin, wawancara Januari 2010)

Menurut pendapat umum Hadro adalah jenis kesenian tradisional.

Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Sunda ”Hadro nyaeta ngaran tatabeuhan nu diwangun ku terebang opat jeung kendang hiji” (LBSS, 1981:159).

Terjemahannya Hadro adalah nama alat musik yang terdiri dari empat buah terebang dan satu buah kendang. Istilah Hadro berasal dari bahasa Arab yaitu

(3)

”Hadrah” yang artinya hadir. Maksudnya mendekatkan diri kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad saw dengan menggunakan media kesenian Hadro.

(Hasanudin, wawancara Januari 2010)

Menurut Bapak Hasanudin (Ketua Grup Kesenian Hadro Panca Mustika Desa Bojong) Hadro artinya hadir. Hadir di sini maksudnya dalam diri seseorang harus hadir rasa cinta dan keyakinan terhadap Allah SWT dan Nabi Muhammad saw sebagai Rasul-Nya. Oleh sebab itu, dengan sering hadirnya lagu-lagu yang berisikan ajaran agama Islam dan keteladanan Nabi Muhamad saw dalam pertunjukan kesenian Hadro, diharapkan lambat laun apresiator memahami dan mengerti tentang ajaran agama Islam. (Bapak Hasanudin, wawancara Januari 2010.

Pengertian Hadro dalam penelitian ini lebih terarah pada pengertian yang pertama, yaitu nama salah satu jenis kesenian tradisional. Jadi yang dimaksud dengan kesenian Hadro dalam penelitian ini adalah jenis kesenian tradisional yang terbentuk atas empat buah terebang, satu buah bajidor, dan satu buah terompet yang dalam penyajiannya waditera tersebut digunakan untuk mengiringi tarian dan lagu-lagu berbahasa Arab yang diambil dari Kitab Al-Barjanji.

C. Kesenian Hadro Pada Masyarakat Desa Bojong

Setiap kesenian yang berada di tengah masyarakat, baik tradisional maupun non tradisional memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakat pendukungnya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kehadiran kesenian di tengah-tengah para pendukungnya memiliki arti penting bagi kehidupannya

(4)

sehari-hari. Tidak mungkin suatu bentuk kesenian itu ada di tengah-tengah masyarakat tanpa memiliki peranan yang penting bagi masyarakatnya.

Berkenaan dengan peranan kesenian tersebut di atas, peneliti akan mencoba memaparkan tentang peranan dari kesenian Hadro bagi masyarakat Desa Bojong Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut. Pada saat sekarang kesenian Hadro memiliki dua peranan bagi masyarakatnya yaitu sebagai sarana upacara

keagamaan dan sebagai sarana hiburan.

a. Kesenian Hadro sebagai Sarana Upacara Keagamaan

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa Hadro adalah bentuk kesenian tradisional yang hidup dan berkembang di tatar Jawa Barat dimana penyajiannya didukung dengan empat buah instrumen terebang, satu buah bajidor dan satu buah tarompet sebagai pelengkap serta menggunakan syair-syair berbahasa Arab yang diambil dari Kitab Al-Barjanji.

Dari berbagai syair yang diucapkan oleh para penyanyi dan disajikan dalam bahasa Arab, maka kita bisa mengambil suatu kesimpulan bahwa kesenian Hadro merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional yang bernafaskan Islam.

Pada umumnya, kehadiran kesenian tradisional yang bernafaskan Islam memiliki peranan sebagai media upacara bagi masyarakat pendukungnya.

Berkaitan dengan kegiatan upacara keagamaan yang menggunakan media kesenian tradisional Islami tersebut DH. Nurendah Hamiddi Madja (1996:52) menyatakan bahwa: ”Salah satu fungsi kesenian, yang merupakan salah satu unsur kebudayaan, ialah meningkatkan dan mengembangkan nilai spiritual, etis, dan

(5)

estetika pada diri manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya yang tertinggi derajatnya”.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Nurendah Hamiddi Madja di atas, peneliti berpendapat bahwa: meningkatkan dan mengembangkan nilai spiritual yang dimaksudkan adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mempertebal keyakinan atau keimanan seseorang terhadap Allah SWT dan Nabi Muhammad saw sebagai Rasul-Nya. Tentu saja upaya yang dilakukan itu dengan menggunakan media kesenian.

Berbicara tentang fungsi kesenian tradisional sebagai media upacara.

Kesenian Hadro acapkali disajikan atau dipergelarkan pada acara 40 hari kelahiran bayi (mahinum) yang dimaksudkan sebagai kegiatan syukuran atau nikmat yang diberikan oleh Allah SWT karena dikaruniai seorang anak. Kegiatan lainnya seperti upacara peringatan Maulid Nabi.

Dari kegiatan upacara yang dilakukan oleh para pendukung kesenian tradisional Hadro diharapkan para pendukungnya dapat menyimak dengan baik makna-makna syair yang terkandung di dalamnya, sehingga dapat mempertebal keimanan para pendukungnya dan pemainnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b. Kesenian Hadro sebagai Sarana Hiburan

Selain berperan sebagai sarana upacara seperti yang telah dipaparkan di atas, banyak pula kesenian yang memiliki peranan yang lain yaitu sebagai media hiburan. Dalam hal ini DH. Nurendah Hammidi Madja (1996:55) mengatakan bahwa: “Tidak sedikit seni bernafaskan Islami yang condong serta didominasi oleh sifat hiburan tinimbang sebagai media komunikasi dalam rangka pengemban amanat meneruskan dakwah Islamiyah”.

(6)

Seperti yang diungkapkan oleh Nurendah Hammidi Madja pada penjelasannya di atas, memang tidak sedikit seni-seni yang bersifat Islami condong pada sifat hiburan. Namun demikian menurut penulis kalaupun lebih condong pada unsur hiburannya, sifat-sifat dakwahnya pun masih tetap tampak pada pada untaian kata-kata yang dijadikan syairnya.

Berbicara tentang kesenian Islam yang bersifat hiburan, maka Hadro sebagai salah satu kesenian tradisional Jawa Barat yang bernuansa Islami, juga memiliki peranan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat pendukungnya. Hal ini dapat kita lihat pada pergelaran-pergelarannya yang bisa dipertunjukkan pada acara-acara pernikahan, khitanan, dan acara syukuran lainnya yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya.

D. Perkembangan Kesenian Hadro di Desa Bojong

Berbicara mengenai perkembangan kesenian tradisional, Soepandi membaginya ke dalam dua, yakni sebagai berikut:

“Perkembangan yang bersifat vertikal dan horizontal. Perkembangan yang bersifat horizontal, artinya perkembangan yang sifatnya memperluas daerah penyebaran, memperbesar frekuensi pementasan, dan memperbanyak reportoar lagu. Sedangkan yang dimaksud dengan perkembangan yang bersifat vertikal artinya perkembangan yang sifatnya meningkatkan mutu kesenian tersebut”.

Dari pernyataan di atas, seperti yang dialami oleh kesenian tradisional lainnya. Kesenian Hadro pun mengalami perkembangan. Kesenian Hadro mengalami perkembangan yang bersifat horizontal karena dalam kesenian Hadro tersebut terdapat perkembangan fungsi dan peranan, juga memperbanyak

(7)

pembendaharaan materi sajian (teknik pertunjukan) tanpa merubah nilai yang ada di dalamnya.

Pada mulanya kesenian Hadro hanya disajikan atau dipergelarkan pada acara Maulid Nabi Muhammad saw dan pada acara 40 hari kelahiran bayi (mahinum). Dalam perkembangan selanjutnya, kesenian Hadro dipergunakan pula pada kegiatan sosial lainnya seperti telah dikemukakan di atas yaitu diantaranya dalam acara khitanan, pernikahan, dan acara HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa perkembangan fungsi dalam kesenian Hadro terjadi pada perkembangan fungsi sosialnya.

Seiring dengan kemajuan di berbagai bidang baik teknologi, komunikasi maupun yang lainnya tentu sangat berpengaruh pada seni kehidupan manusia, yang berarti berpengaruh pula terhadap perkembangan seni budaya kita. Dalam hal ini seorang pakar seni pertunjukan mengatakan bahwa:

“Ketika modernisasi atau westernisasi berlanjut, ritual pun mengalami transpormasi bentuk dan fungsi: pilihan seperti obat-obatan atau peralatan modern diperkenalkan menggantikan ritual, atau bahkan mungkin menghilangkannya. Orang luar yang tidak memiliki latar belakang budaya yang sama dapat mulai mengembangkan ritual sebagai tontonan atau petunjuk sambil mengesampingkan fungsi orisinalnya. (Shimeda Takashi, 1997: 115)

Apabila kita simak ungkapan tersebut di atas, kemudian kita kaitkan dengan keadaan masyarakat sekarang, khususnya masyarakat Desa Bojong Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut, kita dapat melihat betapa besar pengaruh modernisasi terhadap kehidupan masyarakat terutama pada sektor budaya yang ada. Hal ini dapat kita lihat pola kehidupan masyarakat sehari-hari dari mulai kebutuhan pakaian, perabot rumah tangga hingga unsur kepercayaan

(8)

yang mereka anut, jelas mengalami perubahan bila dibandingkan dengan masa- masa sebelumnya.

Proses perkembangan kesenian Hadro di Desa Bojong Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut sangat ditentukan oleh masyarakat sebagai penyangga kesenian tersebut. Hidup dan matinya kesenian Hadro tergantung dari masyarakatnya, dalam arti ada regenerasi sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nugroho Susanto, bahwa “kebudayaan (kesenian) tidak pernah berakhir, kalau dianggap suatu bangunan di tengah-tengah alam yang harus didirikan oleh semua secara estafet”.

Begitu pula dengan keberadaan kesenian Hadro, setelah generasi terdahulu menghilang akan diteruskan oleh generasi selanjutnya. Antara generasi terdahulu dengan generasi sekarang tentunya mengalami perubahan, dan perkembangan yang harus disesuaikan dengan jamannya agar kesenian tersebut dapat bertahan kelestariannya.

Perubahan dan tata nilai dalam kehidupan masyarakat memiliki unsur potensi dan motivasi dalam menghasilkan perubahan yang dinamik. Secara garis besar perubahan itu menjadi bagian yang menyeluruh dalam kehidupan masyarkat seperti halnya masyarakat Desa Bojong Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut yang semakin berubah baik tata nilai sosial dan yang lainnya. Sebagai perubahan yang wajar, karena semakin berkembang fungsinya semakin berkembang pula peradaban manusianya. Kenyataan ini terbukti pada peresmian Pameran Pembangunan dan HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-48 di Bandung, kesenian Hadro diminta untuk pertunjukan lalu diundang untuk

(9)

dipertunjukan di dalam pembukaan HUT Kota Garut, dan pada acara-acara besar Nasional serta peristiwa penting yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah Kabupaten Garut dan daerah sekitarnya. Sehingga proses perkembangannya terus berjalan sebagai proses untuk masa yang akan datang.

Referensi

Dokumen terkait

Strong Shift Equivalence pada Aljabar Graf Error. Bookmark not

keluarga anak jalanan, faktor yang menyebabkan anak turun ke jalan adalah karena faktor. : kemiskinan, keretakan keluarga, orang tua tidak paham dan tidak

Bagi pemiliknya, asuransi jiwa berguna untuk memberikan dukungan dana bagi pihak yang selamat suatu kecelakaan, memberikan santunan bagi tertanggung yang meninggal, membantu usaha

Pemikiran dasar penggunaan sekuen DNA dalam studi filogenetika ( DNA Barcode) adalah bahwa terjadi perubahan basa nukleotida menurut waktu, sehingga akan dapat

Hasil penelitian ini berdasarkan rasio aktivitas yang diproksikan Total Turn Over, Receivable Turn Over, Receivable + WIP Turn Over,Average Collection Perioed, Sales to

Kristal sulfadiazin

Menurut Halim (1987:45) menyatakan bahwa salah satu faktor penentu suatu sistem perkawinan disebut sebagai endogami salah satunya adalah sistem perkawinan antara

Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman (eksternal) yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan (internal)