• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kabupaten yang melaksanakan upaya penyuluhan, penanganan kasus-kasus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kabupaten yang melaksanakan upaya penyuluhan, penanganan kasus-kasus"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) 1.1 Defenisi Puskesmas

Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) adalah unit fungsional pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota atau Kabupaten yang melaksanakan upaya penyuluhan, penanganan kasus-kasus penyakit di wilayah kerjanya, secara terpadu dan terkoordinasi (Depkes, 2004).Puskesmas berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan, serta pusat pelayanan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu (Mubarak, 2008), dan juga sebagai pelaksana pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan (Muninjaya, 2004).

Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.Pelayanan kesehatan masyarakat yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (upaya pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.

(2)

Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan, faktor kepadatan, luas daerah geografis merupakan pertimbangan dalam menetukan wilayah kerja puskesmas.Tersebarnya puskesmas di berbagai wilayah kecamatan bahkan sampai keluharan membuat puskesmas mudah dikunjungi oleh masyarakat dan didukung dengan biaya pengobatan yang terjangkau.Oleh karena itu puskesmas dijadikan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di Indonesia.

Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan kesehatan memerlukan acuan pelaksana jaminan mutu.Penerapan metode ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu (Depkes, 2004).

1.2 Visi dan Misi Puskesmas

Visi puskesmas adalah tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan pusat kesehatan masyarakat adalah masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, dan memiliki derajat kesehatan yang setingi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Indikator kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu serta derajat kesehatan penduduk kecamatan.

(3)

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas yaitu mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya, memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya.

1.3 Tujuan dan Fungsi Puskesmas

Tujan puskesmas menurut Departemen Kesehatan RI (2004) adalah tujuan pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional. Hal ini dicapai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, dan meningkatkan kemampuan hidup sehat demi terwujudnya Indonesia sehat. Tujuan ini akan tercapai apabila puskesmas menjalankan fungsinya dengan optimal. Pencapaian tujuan ini masih memerlukan kerjasama dari berbagai pihak pemerintah, puskesmas dan masyarakat demi mencapai Indonesia sehat.

Fungsi menurut Departemen Kesehatan RI (2004) antara lain sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatanpuskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan, pusat pemberdayaan masyarakatpuskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, keinginan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat dan berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan,

(4)

dan pusat pelayanan kesehatan pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods) puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.Dalam melaksanakan fungsi puskesmas didukung dengan peran tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas termasuk perawat puskesmas yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat.

2. Perawat Kesehatan Masyarakat

Menurut The American Public Health Association, perawat kesehatan masyarakat adalah praktek dari promosi dan perlindungan populasi dengan menggunakan pengetahuan keperawatan, ilmu sosial dan kesehatan masyarakat (Stanhope dan Lancaster dalam Wardhani, 2008). Perawat Kesehatan Masyarakat di Puskesmas adalah semua perawat dan bekerja di Puskesmas yang menjabat sebagai pejabat fungsional perawat dan bekerja di Puskesmas yang disebut dengan perawat Puskesmas (Depkes, 2004).

2.1 Peran Perawat Kesehatan Masyarakat

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh suatu keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. ( Kozier Barbara, 1995:21 dalam Mubarak 2009).

(5)

Peran merujuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang didefenisikan dan diharapkan secara normatif dari seseorang okupan (role occupan ) dalam situasi sosial tertentu. Peran didasarkan pada preskripsi dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain yang menyangkut peran-peran tersebut.

Perawat professional baik dalam lingkungan perawatan kesehatan institusional maupun komunitas mengembang tiga peran yaitu peran pelaksana, peran kepemimpinan dan peran peneliti. Walaupun tiap peran memiliki tanggung jawab khusus, peran-peran ini saling berhubungan satu dengan yang lain dan dapat ditemui pada semua posisi keperawatan. Peran ini dirancang untuk memenuhi perawatan kesehatan saat ini dan kebutuhan keperawatan dari pengunjung yang merupakan penerima pelayanan keperawatan (Fauziah, 2012).

Peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara profesianal sesuai dengan kode etik profesi, dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan. (Mubarak, Chayatin, Santoso, 2009).

Peran perawat terintegrasi dan melekat pada tanggung jawabnya dalam memberikan layanan asuhan keperawatan baik di tatanan pelayanan rumah sakit maupun di puskesmas. Secara prinsip peran perawat sama dalam memberikan layanan asuhan keperawatan walaupun dalam pelaksanaan teknisnya harus

(6)

disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, termasuk di puskesmas. Peran perawat puskesmas disusun secara spesifik untuk memberikan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat maupun sakit atau yang mempunyai masalah kesehatan/keperawatan apakah itu dirumah, sekolah, panti dan sebagainya sesuai kebutuhannya (Depkes, 2004).Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa perawat puskesmas profesional yang ideal adalah perawat komunitas yang memiliki latar belakang pendidikan serta kompetensi di bidang keperawatan komunitas sehingga dapat menerapkan 12 peran dan fungsinya (Depkes, 2004).

Peran dan fungsi perawat melekat secara bersamaan dalam tugas perawat antara lain peran sebagai pemberi pelayanan kesehatan/asuhan keperawatan, penemu kasus, peran sebagai pendidik/penyuluh kesehatan, kordinator pelayanan kesehatan, konselor keperawatan, panutan (role model), pemodifikasi lingkungan, konsultan, advokat, peneliti, dan pembaharu (inovator). Namun karena masih rendahnya tingkat pendidikan yaitu mayoritas pendidikan SPK dan Diploma, dari seluruh peran dan fungsi yang harus dilakukan oleh perawat, hanya 6 saja yang menjadi prioritas (Depkes, 2004). Ke enam peran tersebut adalah:

a) Pemberi Asuhan Keperawatan

Perawat berperan untuk memberikan pelayanan berupa asuhan keperawatan secara langsung kepada klien (individu, keluarga, komunitas) sesuai dengan kewenangannya. Asuhan keperawatan diberikan kepada klien di semua tatanan layanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan mulai dari

(7)

pengkajian, penegakan diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Hal ini merupakan peran utama bagi perawat diman perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang profesional menerapkan ilmu, teori, prinsip, konsep dan mengiji kebenarannya dalam situasi nyata, apakah kriteria profesi dapat ditampilkan sesuai dengan harapan penerima jasa keperawatan.Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan menuntut perawat untuk memberi kenyamanan dan rasa aman bagi klien, melindungi hak dan kewajiban klien agar tetap terlaksana dengan seimbang antara lain, memfasilitasi klien dengan anggota tim kesehatan lainnya, dan berusaha mengembalikan kesehatan klien.

Peran perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat berupa asuhan keperawatan yang utuh (holistik) serta berkesinambungan (komprehensif).Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien/keluarga bisadiberikan secara langsung (direct care) maupun secara tidak langsung (indirect care) pada berbagai tatanan kesehatan yaitu meliputi puskesmas, ruang rawat inap puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, sekolah, panti, posyandu, keluarga (rumah pasien/klien) (Depkes, 2004).

b) Penemu Kasus

Perawat puskesmas berperan dalam mendeteksi serta dalam menemukan kasus serta melakukan penelusuran terjadinya penyakit.Penemuan kasus dapat dilakukan dengan jalan mencari langsung ke masyarakat (aktif case finding) dan dapat pula didapat secara tidak langsung yaitu pada kunjungan pasien ke

(8)

puskesmas (pasif case finding).Perawat kesehatan masyarakat harus peka dan sadar pada area yang memiliki kelompok resiko tinggi dalam masyarakat.Sangat penting bagi perawat kesehatan masyarakat untuk mengikuti kontak individu atau keluarga dengan pelayanan kesehatan untuk menemukan dan mengklarifikasi jawaban dari pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh klien atau masyarakat.

c) Pendidik Kesehatan

Peran sebagai pendidik kesehatan (edukator) menuntut perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik setting di rumah, di puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Proses pengajaran mempunyai empat komponen, yaitu: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan, yaitu dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi klien dan kesiapan untuk belajar. Selama proses perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Saat pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang didapat.

Perawat bertindak sebagai pendidik kesehatan harus mampu mengkaji kebutuhan klien yaitu kepada individu, keluarga, kelompok, masyarakat, pemulihan kesehatan dari suatu penyakit, menyusun program penyuluhan/pendidikan kesehatan baik sehat maupun sakit, seperti nutrisi, latihan olahraga, manajemen stress, penyakit dan pengelolaan penyakit; memberikan

(9)

informasi yang tepat untuk kesehatan dan gaya hidup antara lain informasi yangtepat tentang penyakit, pengobatan, serta menolong klien menyeleksi informasi kesehatan yang bersumber dari buku-buku, koran, televisi atau teman (Depkes, 2004). Banyak faktor yang memengaruhi peningkatan kebutuhan pembelajaran tentang kesehatan oleh perawat.Ada kecenderungan baru untuk peningkatan dan penjagaan kesehatan daripada pelayanan, akibatnya, masyarakat ingin dan bisa memperoleh banyak pengetahuan di bidang kesehatan (Mubarak, Chayatin, 2009).

d) Kordinator dan Kolaborator

Peran kordinator perawat dapat dilaksanakan dengan cara bekerja sama dengan tim kesehatan yang lain, baik perawat dengan dokter, perawat dengan ahli gizi, perawat dengan ahli radiologi dan lain-lain dalam kaitannya mempercepat proses penyembuhan klien.

Peran kolaborator, perawat dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan, dan mengorganisasikan pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesi (Mubarak, Chayatin, Santoso, 2009). Perawat melakukan koordinasi terhadap semua pelayanan kesehatan yang diterima oleh keluarga di berbagai program, dan bekerja sama (kolaborasi) dengan tenaga kesehatan lain atau keluarga dalam perencanaan pelayanan keperwatan serta sebagai penghubung dengan institusi pelayanan kesehatan dan sektor terkait lainnya (Depkes, 2004). Peran ini salah satu bentuk kerja sama antar bidang kesehatan di puskesmas.

(10)

e) Konselor

Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis dan masalah sosial, untuk membangun hubungan interpersonal yang baik, dan meningkatkan perkembangan seseorang, didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual (Mubarak, Chayatin, Santoso, 2009). Perawat sebagai konselor melakukan konseling keperawatan sebagai usaha memecahkan masalah secara efektif.Pemberian konseling dapat dilakukan pada klinik, puskesmas, puskesmas pembantu, rumah klien, posyandu dan tatanan pelayanan kesehatan lainnya dengan melibatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Kegiatan yang dapat dilakukan perawat puskesmas antara lain adalah menyediakan informasi, mendengar secara objektif, memberi dukungan, memberi asuhan dan meyakinkan klien, menolong klien mengidentifikasi masalah dan faktor-faktor terkait, memandu klien menggali permasalahan dan memilih pemecahan masalah yang dikerjakan (Depkes, 2004).Perawat diharapkan mampu untuk mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Perubahan interaksi merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasi klien, memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu. Selanjutnya pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan agar mengubah perilaku hidup sehat atau adanya perubahan pola interaksi yang lebih baik dari individu, keluarga dan masyarakat (Mubarak, Chayatin, 2009).

(11)

f) Panutan (Role Model)

Perawat puskesmas harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana cara tata hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat (Fetaria 2005 dalam Fauziah, 2012). Perawat puskesmas sebagai role model diharapkan berperilaku hidup yang sehat, baik dalam tingkat pencegahan yang pertama, kedua maupun yang ketiga yang dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi contoh masyarakat. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain memberi contoh praktik menjaga tubuh yang sehat baik fisik maupun mental seperti makanan bergizi, olahraga secara teratur, menjaga berat badan, tidak merokok, menyediakan waktu untuk istirahat setiap hari, komunikasi efektif dan lain - lain (Depkes, 2004).

2.2 Fungsi Perawat Kesehatan Masyarakat

Fungsi adalah suatu pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan lain ( Mubarak, 2005). Dalam menjalankan perannya perawat dibagi menjadi 3 fungsi yaitu:

a) Fungsi Independent

Fungsi dimana perawat melaksanakan perannya secara mandiri, tidak tergantung pada orang lain atau tim kesehatan lain. Perawat harus dapat memberikan bantuan terhadap adanya penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia baik biologis, psikologis, sosiokultural dan spiritual, mulai dari tingkat individu yang utuh, mencakup seluruh siklus kehidupan sampai

(12)

pada tingkat masyarakat, yang juga mencerminkan pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat sistem organ fungsional sampai molekular. Kegiatan ini dilakukan dengan diprakarsai oleh perawat, dan perawat bertanggung jawab serta bertanggung gugat atas rencana keputusan dan tindakannya.

b) Fungsi Dependent

Individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tidak hanya mendapatkan pelayanan kesehatan dari perawat saja, juga melibatkan tim kesehatan lain. Kegiatan ini dilakukan dan dilaksanakan oleh seorang perawat atas instruksi dari tim kesehatan lainnya (dokter, ahli gizi, radiologi dan lainnya). Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat efektif.

c) Fungsi Interdependent

Fungsi ini berupa kerja tim yang sifatnya saling ketergantungan baik dalam keperawatan maupun kesehatan. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan mebutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan kepada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan tersebut tidak dapat diatasi hanya oleh perawat, tetapi juga membutuhkan kerjasama dengantim kesehatan lain.

(13)

2.3 Fungsi dan Kompetensi Perawat

Perawat dalam menjalankan peran dan fungsinya diharapkan sebagai perawat yang mampu mandiri dan professional dalam tatanan praktek keperawatan secara langsung di rumah sakit ataupun puskesmas, untuk itu perawat dalam menjalankan tugasnya perawat harus memahami fungsi dan kompetensinya sebagaimana hasil Lokakarya Nasional Keperawatan , 1983 yaitu:

a) Fungsi I

Perawat mengkaji kebutuhan pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat akan pelayanan keperawatan, serta sumber-sumber yang tersedia. Dalam menjalankan fungsinya, kompetensi yang harus dipahami dan mampu dilaksanakan adalah mengumpulkan data.Setelah data terkumpul dilanjutkan dengan menganalisis dan menginterpretasikan data dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan perawatan pasien termasuk sumber-sumber tersedia dan potensial (diagnosa keperawatan). Perawat harus mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh yang berguna untuk rencana perawatan selanjutnya.

b) Fungsi II

Perawat kesehatan masyarakat dapat merencanakan tindakan dan tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan keadaan pasien.Untuk itu perawat harus mampu mengembangkan rencana tindakan keperawatan yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan diagnosis keperawatan dan kebutuhan.

(14)

c) Fungsi III

Perawat melaksanakan rencana keperawatan yang mencakup upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan, pemeliharaan kesehatan, dan termasuk pelayanan pasien dalam keadaan terminal. Dalam menjalankan fungsi yang ketiga perawat perlu menggunakan dan menerapkan konsep serta prinsip ilmu perilaku, ilmu sosial budaya, dan ilmu biomedik dasar dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat serta menerapkan keterampilan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan manusiawi pasien secara holistik, baik kebutuhan bilogis, psikologis, sosial dan spiritual.

d) Fungsi IV

Perawat mengevaluasi hasil asuhan keperawan dan harus mampu menentukan kriteria yang dapat diukur dalam menilai rencana keperawatan, menilai tingkat pencapaian tujuan implementasi yang diberikan berdasarkan kriteriahasil dan dapat mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu diadakan dalam rencana keperawatan selanjutnya sesuai dengan masalah dan kebutuhan individu, keluarga, kelompok, masyarakat. Evaluasi yang dilakukan perawat dapat meningkatkan kualitas dari rencana perawatan yang akan dilakukan selanjutnya.

(15)

e) Fungsi V

Perawat perlu mendokumentasikan setiap proses keperawatan yang telah dilaksanakannya, dan harus berkompeten mengevaluasi data tentang masalah pasien kemudian mencatat proses data keperawatan secara sistematis dan menggunakan catatan pasien atau dokumentasi tersebut dalam memantau kualitas asuhan keperawatan yang diberikan atau yang akan diberikan perawat kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

f) Fungsi VI

Perawat dalam menjalankan fungsinya, tidak sebatas melakukan proses keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi. Penting bagi perawat untuk mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari dalam merncanakan studi khusus untuk meningkatkan pengetahuan serta mengembangkan keterampilan dalam praktik keperawatan. Dalam menjalankan fungsi ini perawat harus mampu mengidentifikasi masalah penelitian dalam bidang keperawatan, membuat usulan rencana penelitian keperawatan, menerapkan hasil penelitian dengan tepat dalam praktik keperawatan.

g) Fungsi VII

Perawat berpartisipasi dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat.Sebelum melakukan penyuluhan perawat harus dapat mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sehingga dapat dibuat rancangan

(16)

penyuluhan kesehatan dengan menggunakan pendekatan yang sistematik selanjutnya melaksanakan penyuluhan kesehatan dengan metode tepat guna serta mengevaluasi hasil penyuluhan kesehatan berdasarkan hasil yang diharapkan.

h) Fungsi VIII

Perawat bekerjasama dengan profesi lain yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat. Kolaborasi perawat dengan profesi lain mengharuskan perawat mampu berperan serta dalam pelayanan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari tim kesehatan dan menciptakan komunikasi yang efektif, baik dalam tim perawatan sendiri maupun dengan anggota tim kesehatan lain serta dalam kondisi tertentu perawat dapat menyesuaikan diri dengan keadaan konflikperan dan kesulitan lingkungan agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat efektif.

i) Fungsi IX

Perawat bersama dengan perawat lainnya bekerja sama mengelola perawatan pasien dan berperan serta sebagai tim dalam melaksanakan kegiatan perawatan. Untuk mewujudkan kerja sama yang baik, perawat mampu menciptakan komunikasi yang efektif dengan rekan sekerja dan petugas lainnya dan bersama- sama mempelopori perubahan di lingkungannya secara efektif sesuai lingkup tanggung jawab perawat dan terkait peran sebagai pembaharu.

(17)

j) Fungsi X

Perawat turut serta berperan dalam mengelola Institusi pendidikan keperawatan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang perawat pengelola institusi adalah perawat yang mampu menjalankan 8 aspek yaitu: mengembangkan dan mengevaluasi kurikulum, menyusun rencana fasilitas pendidikan, menyusun kebijaksanaan institusi pendidikan, menyusun uraian kerja karyawan, menetapkan fasilitas proses belajar mengajar, menyusun rencana dan jadwal rotasi, memprakarsai program pengembangan staf dan kepemimpinan.

k) Fungsi XI

Berperan serta dalam mewujudkan kebijaksanaan perencanaan pelaksanaan perawatan kesehatan primer. Dalam mewujudkan fungsi ini perawat harus berkompeten dalam 9 aspek yaitu : mengkaji status individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, mengidentifikasi kelompok resiko fungsi, menghubungkan keperawatan dengan kegiatan pelayanan kesehatan, menyusun rencana keperawatan secara menyeluruh, meningkatkan jangkauan pelayanan keperawatan, mengatur penggunaan sumber-sumber, melaksanakan asuhan keperawatan, membina kerjasama dengan individu, keluarga dan masyarakat serta mengidentifikasi pelayanan kantor, bekerjasama dalam melatih dan mengelola kerja sama.

Referensi

Dokumen terkait

Konseling kelompok menurut Winkel dan Hastuti (2008) adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku yang disadari, dibina, dalam

Menyediakan prosedur dan mekanisme yang standar dalam mendokumentasikan dan penyusunan arsip bagi program studi/fakultas dalam rangka menjamin mutu administrasi

9 Wahid Sulaiman, Ssi, MSi Sub Proff for Data Management and Analysis of CB MM 16.. 10 To Be Name Assistant for Data Management and Analysis of CB

♦ Klik Minimum Cost Method (jika memilih ini, maka program akan mengerjakan dengan metode Minimum Cost Method.. ♦ Klik Vogel’s approximation Method (jika memilih ini, maka

PENGARUH SOSIALISASI PROGRAM AKREDITASI KURSUS TERHADAP MOTIVASI PENGELOLA UNTUK.. MENYIAPKAN AKREDITASI PROGRAM PADA SATUAN PENDIDIKAN LKP DI

41 tahun 2011, Kantor Otoritas Bandar Udara mempunyai tugas penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian di bidang keamanan, keselamatan dan kelancaran penerbangan serta

Abdul Aziz (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Pembangunan Aplikasi Penghubung Donatur dan Panti Asuhan Berbasis Lokasi”. Tujuan aplikasi ini adalah untuk

Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Desa Jolotigo dalam pelaksanaan toleransi, mereka tidak terpaksa atau dapat tekanan dari orang lain melaikan mereka melakukanya