• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis yang bersifat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis yang bersifat"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis yang bersifat panas. Tinggal di daerah tropis berarti akan lebih banyak terkena paparan sinar matahari. Sinar matahari berperan pentingbagi kesehatan manusia terutamauntuk perkembangan tulang. Namun, paparannya juga memiliki dampak negatif terhadap kesehatan kulit.Sinar UV Bmemicu terjadinya perubahan pigmen kulit (suntan) dan kulit terbakar (sunburned) yang menimbulkan eritema atau kemerahan. Sementara sinar UV A mampu menembus sampai ke lapisan dermis kulit dan menyebabkan kerusakan oksidatif pada jaringan sehingga mempercepat penuaan pada kulit (Arakane & Naru, 2016).

Penggunaan tabir surya bermanfaat untuk memperlama waktu terjadinya peristiwa tanning atau burningdengan menyerap atau memantulkan sinar UV sehingga dampak negatifnya pada kulit dapat berkurang(Draelos, 2016a).

Tabir surya yang mampu memantulkan sinar UV bekerja secara fisik,sehingga tidak mempengaruhi struktur internal kulit(More, 2007). Senyawa yang bersifat sebagai pengeblok fisik seperti titanium dioksida dan seng oksida mampu mengeblok UV A dan UV B (Draelos, 2016b). Bahan alam yang memiliki mekanisme serupa adalah pati. Ukuran partikel pati yang kecil akan memberikan luas permukaan pati yang besar sehingga mampu menutupi permukaan kulit lebih luas, sifat opaquepati yang tidak dapat ditembus cahaya tetapi dapat

(2)

menghamburkan sinar, sangat bermanfaat untuk mencegah penetrasi radiasi sinar UV pada kulit(Nursal et al., 2006). Salah satu tanaman yang mengandung pati adalah kentang.

Kentang biasanya diolah secara tradisional untuk digunakan sebagai bahan yang mampu menghaluskan dan mencerahkan kulit, mencegah kulit kering serta menghilangkan jerawat. Pemanfaatan kentang terutama bagian patinya hanya terbatas pada bahan pangan dan eksipien sediaan tablet. Berdasarkan manfaat kentang yang secara empiris telah digunakan sebagai kosmetik sederhana, maka penulis ingin mengembangkan potensi tersebut melalui pemanfaatan patinya sebagai bahan aktif sediaan kosmetik tabir surya yang mampu melindungi kulit dari pengaruh sinar UV matahari.

Pati kentang diformulasikan ke dalam bentuk sediaan lotion yang merupakan bentuk sediaan yang umum digunakan untuk tabir surya(Rieger, 2000). Komposisi lotion yang terdiri dari bahan emolient dan humectant mampu memberikan kelembutan dan kelembaban pada kulit (Rowe et al., 2009)sehingga mendukung pemanfaatan pati kentang sebagai kosmetik yang akan diaplikasikan pada kulit. Pada penelitian ini, lotion pati kentang dibuat menjadi lotiontipe water in oil(w/o) karena memiliki keunggulan tidak mudah tercuci oleh air dan memiliki

daya lekat yang lebih lama sehingga efektivitasnya akanlebih baik(Rigano, 2014).Lotion w/o juga lebih baik dari segi konsistensi dan kelembutannya pada kulit (Jellinek, 1970).Formulasi lotion w/o dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi pati kentang untuk melihat pengaruh penambahan jumlah pati kentang terhadap mutu dan stabilitas fisik lotion selama satu bulan penyimpanan pada

(3)

suhu ruang (±28 oC).Pemilihan variasi konsentrasi pati kentang mengacu pada penelitian Nursal et al. tahun 2006 yang memformulasikan pati beras dan pati jagung sebagai krim tabir surya dengan seri konsentrasi sebesar 10,00%; 12,50%;

15,00%; 17,50%; 20,00%. Untuk mengetahui efektivitas lotion yang dihasilkan,maka dilakukan uji aktivitas terhadap formula terpilih yang memiliki mutu dan stabilitas fisik paling baik secara in vivo pada kelinci galur New Zealand White untuk mendapatkan nilai Sun Protection Factor (SPF).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah stabilitas fisik lotion w/o pati kentang selama satu bulan penyimpanan pada suhu ruang (±28 oC)?

2. Berapakah konsentrasi pati kentang yang ditambahkan ke dalam formula untuk menghasilkan sediaan lotion w/o yang stabil selama satu bulan penyimpanan pada suhu ruang (±28 oC)?

3. Berapakah nilai SPF yang diberikan oleh formula terpilih lotion w/o pati kentang dalam melindungi kulit hewan uji dari paparan sinar UV?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui stabilitas fisik lotion w/o pati kentang selama satu bulan penyimpanan pada suhu ruang (±28 oC).

(4)

2. Mengetahui konsentrasi pati kentang yang ditambahkan ke dalam formula untuk menghasilkan sediaan lotion w/o yang stabil selama satu bulan penyimpanan pada suhu ruang (±28 oC).

3. Mengetahui nilai SPF yang diberikan oleh formula terpilih lotion w/o pati kentang dalam melindungi kulit hewan uji dari paparan sinar UV.

D. Manfaat Penelitian

1. Mendukung penelitian selanjutnya dalam pemanfaatan pati kentang sebagai tabir surya.

2. Menambah pemanfaatan bahan alam di bidang kosmetika.

3. Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi penulis.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pati kentang

Starch (pati, amilum) merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-

glikosidik, yang banyak terdapat pada biji-bijian, umbi-umbian. Kentang (Solanum tuberosum) mengandung pati pada bagian umbi sebanyak 9 gram (Darazat, 2011).

Berbagai macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai atom karbonnya, rantai lurus atau bercabang. Bentuk dan ukuran granula merupakan karakteristik setiap jenis pati, oleh karena itu digunakan untuk

(5)

identifikasi. Karakteristik lain adalah keseragaman granula, lokasi hilus serta permukaan granulanya (Koswara, 2009).

Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin.

Amilosa memberikan sifat keras karena cenderung mengalami kristalisasi sedangkan amilopektin berperan terhadap proses pembentukan gel, sifat opaque dan viskositas (Rowe et al., 2009).

Amilosa terdiri dari rantai tidak bercabang. Bila dilarutkan dalam air, amilosa membentuk micelles. Amilosa dalam micelles berada dalam konformasi helisal, yang dapat menangkap iodium dan memberikan warna biru yang khas.

Amilopektin adalah polimer bercabang. Bila dilarutkan dalam air, amilopektin berinteraksi dengan iodium memberikan warna merah-ungu bukan warna biru tua seperti pada amilosa (Fessenden & Fessenden, 1996).

Secara umum, ukuran partikel pati yang kecil memberikan sifat fisika pati yang berperan sebagai tabir surya. Ukuran partikel pati yang kecil akan memberi luas permukaan pati yang besar sehingga dapat menutupi permukaan kulit lebih luas. Disamping itu, sifat opaque pati yang tidak dapat ditembus cahaya tetapi dapat memantulkan sinar, bermanfaat untuk mencegah penetrasi radiasi sinar UV pada kulit (Nursal et al., 2006).

Pati kentang mengandung 20,00-23,00% amilosa, kandungan kelembaban sebesar 18,00%, nilai pH 5-8, susut pengeringan ≤ 20,00% dan abu ≤ 0,60%. Pati kentang praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol 96,00% tetapi larut dalam air panas pada suhu di atas suhu gelatinisasinya (58-68 oC) (Rowe et al., 2009). Pati kentang yang dipanaskan selama beberapa menit, apabila

(6)

didinginkan akan membentuk gel yang transparan (Gennaro, 2005). Pati kentang tidak bersifat toksik maupun iritatif (Rowe et al., 2009).

Perbandingan sifat-sifat pasta dari berbagai jenis pati menurut Whistler (1984) dapat dilihat pada tabel I.

Tabel I. Sifat-sifat pasta dari berbagai jensi pati

Pati Viskositas Pasta Kejernihan Pasta Ketahanan Gesek Laju Kristalisasi

Jagung Sedang Tidak jernih Sedang Tinggi

Kentang Sangat tinggi Jernih Sedang-rendah Sedang

Singkong Tinggi Jernih Rendah Rendah

Gandum Sedang-rendah Tidak Jernih Sedang Tinggi

Pati beras dan pati jagung yang ditambahkan ke formula krim sejumlah 10,00% dan 15,00% mempunyai aktiivitas tabir surya dengan nilai SPF 3,05-3,85 (Nursal et al., 2006). Peningkatan konsentrasi pati bengkuang pada sediaan lotion (15,00%; 20,00%; 25,00%) meningkatkan nilai SPF berturut-turut sebesar 1,22;

1,65; 2,38 (Zulkarnain et al., 2013).

2. Kulit

Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar sehingga perlu diperhatikan penampilannya. Pemahaman tentang anatomi dan fisiologi kulit akan membantu mempermudah perawatan untuk mendapatkan kulit yang sehat. Luas kulit manusia rata-rata kurang lebih 2 m2 dengan berat sekitar 16,00% dari berat badan seseorang (Kanitakis, 2012).

Kulit berfungsi melindungi bagian tubuh dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis seperti keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit yang sudah mati, respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta pembentukan

(7)

pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar UV matahari (Kanitakis, 2012).

Seperti jaringan tubuh lainnya, kulit juga menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Temperatur dan kelembaban udara serta pemakaian bahan kimia pada kulit merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kecepatan penyerapan oksigen dan pengeluaran karbondioksida (Kanitakis, 2012).

Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu: kulit ari (epidermis), kulit jangat (dermis) dan jaringan penyambung di bawah kulit (hipodermis). Epidermis merupakan bagian kulit terluar yang paling menarik untuk diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik digunakan pada bagian ini. Ketebalan epidermis berbeda-beda untuk setiap bagian tubuh. Di permukaan kulit, minyak dan keringat membentuk lapisan pelindung yang disebut acid mantel atau sawar asam dengan nilai pH sekitar 5,5. Sawar asam merupakan penghalang alami yang efektif dalam menangkal berkembang biaknya jamur, bakteri dan mikroorganisme lain di permukaan kulit. Keberadaan dan keseimbangan nilai pH perlu terus-menerus dipertahankan dan dijaga agar tidak menghilang oleh pemakaian kosmetika (Kanitakis, 2012).

3. Sinar matahari dan kerusakan kulit

Sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi terdiri dari beberapa spektrum yaitu sinar infra merah (>760 nm), sinar tampak (400-760 nm) dan sinar ultraviolet (UV) (Kaur & Saraf, 2009). Sinar UV dibagi menjadi UV C (100-290 nm), UV B (290-320 nm) dan UV A (320-400 nm) (Arakane & Naru, 2016).

(8)

Semua sinar UV A diemisikan ke bumi, sedangkan sinar UV B hanya sebagian.

Sinar UV akan banyak dipancarkan oleh matahari terutama pada jam 10 pagi hingga jam 3 sore (Badan POM RI, 2009).

Sinar matahari dapat menyebabkan reaksi fototoksik pada kulit, diantaranya sebagai berikut:

a. Sunburn, yang merupakan reaksi akut, tertunda dan inflamasi sementara dari kulit normal setelah terpapar sinar UV B. Ditandai dengan terjadinya eritema.

Eritema terdiri dari eritema cepat dengan ciri kemerahan berwarna merah muda, memudar dalam 30 menit setelah paparan berakhir dan eritema lambat yaitu kemerahan yang timbul setelah 2-6 jam, memuncak 12-16 jam dan berkurang setelah beberapa hari kemudian. Eritema terjadi karena peningkatan jumlah haemoglobin (Hb) pada dermis yang menyerap sinar tampak terutama biru dan hijau sehingga relatif radiasi yang terlihat mata berwarna merah.

b. Dermatitis fototoksik topikal, merupakan reaksi toksisitas pada kulit akibat pemakaian senyawa photosensitizertopikal yang diinduksi sinar UV A.

c. Dermatitis fototoksik sistemik, merupakan reaksi toksisitas pada kulit akibat pemejanan senyawa obat yang bersifat photosensitizing yang diinduksi sinar UV A maupun UV B. Contoh senyawa obatnya adalah forocoumarins/psoralens (Fitzpatrick & Freedberg, 2008).

Selain sunburn, sinar UV juga dapat menyebabkan pigmentasi pada kulit. Pigmentasi akan tampak setelah 48 jam, merupakan hasil dari sintesis melanin sebagai reaksi pertahanan dan perlindungan terhadap sinar matahari (Anonim, 2010).

(9)

4. Tabir surya

Tabir surya adalah suatu zat atau material yang dapat melindungi kulit terhadap radiasi sinar UV (Badan POM RI, 2009).

Tabir surya dapat dibuat dalam berbagai bentuk sediaan, asalkan dapat dioleskan pada kulit, misalnya bentuk larutan dalam air atau alkohol, emulsi, krim dan semi padat yang merupakan sediaan lipid non-air, gel dan aerosol (Badan POM RI, 2009).

Waktu yang dibutuhkan untuk membuat kulit terbakar bila tanpa menggunakan tabir surya berbeda untuk tiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh jenis kulit atau faktor ras seseorang. Orang yang berkulit gelap lebih tahan terhadap sinar matahari dibandingkan dengan orang yang berkulit terang. Pada kulit berwarna terdapat banyak sel pigmen melanin. Melanin merupakan tabir surya alami yang dapat menyerap radiasi sinar UV (Badan POM RI, 2009).

Terdapat dua macam tabir surya, yaitu:

a. Tabir surya kimia

Merupakan bahan-bahan yang dapat melindungi kulit dengan mengabsorpsi radiasi UV dan mengubahnya menjadi energi panas. Derivat sintesis senyawa ini dapat dibagi dalam dua kategori besar, yaitu pengabsorpsi kimia UV B dan UV A. Tabir surya kimia yang biasa digunakan adalah oktilmetoksisinamat sebagai UV B filter. UV A filter termasuk benzofenon.

Oksibenson adalah benzofenon yang paling luas digunakan, mengabsorpsi UV A dan UV B. Kedua bahan ini memiliki kekurangan yaitu bersifat fotolabil serta terdegradasi dan teroksidasi (Nguyen & Rigel, 2005). Kandungan tabir surya

(10)

kimia memungkinkannya terserap kedalam tubuh. Umumnya, tabir surya kimia hanya menyerap sinar UV B saja, dan agar dapat bekerja sempurna jenis tabirsurya ini harus digunakan minimal 20 menit sebelum terpapar sinar matahari (Iskandar, 2008).

b. Tabir surya fisik

Tabir surya fisik bekerja dengan memantulkan dan menghamburkan radiasi UV. Tabir surya fisik secara umum adalah oksida logam. Bahan ini menunjukkan perlindungan yang lebih tinggi dibandingkan bahan kimia karena memberikan perlindungan terhadap UV A dan UV B, dan juga merupakan bahan yang tidak larut dalam air. Titanium dioksida dan seng oksida mampu mengurangi radiasi UV dengan mekanisme molecular rearrangement tanpa mempengaruhi struktur internal kulit (More, 2007). Sediaan yang mampu memantulkan cahaya dapat lebih efektif bagi mereka yang terpapar radiasi UV yang berlebihan, misalnya para pendaki gunung. Zat-zat yang bekerja secara fisik sebenarnya lebih aman, karena tidak mengalami reaksi kimia yang tidak kita ketahui. Bahan ini juga stabil terhadap cahaya dan tidak menunjukkan reaksi fototoksik atau fotoalergik (Nguyen & Rigel, 2005).

Syarat-syarat bahan aktif untuk sediaan tabir surya yaitu:

1) Efektif menyerap radiasi UV tanpa perubahan kimiawi, karena jika tidak demikian akan mengurangi efisiensi bahkan dapat menjadi toksik atau menimbulkan iritasi.

2) Stabil, yaitu tahan keringat dan tidak menguap.

3) Mempunyai daya larut yang cukup untuk mempermudah formulasinya

(11)

a) Tidak berbau atau berbau ringan (Tranggono & Latifah, 2007).

Syarat-syarat sediaan kosmetik tabir surya yaitu:

b) Mudah dipakai.

c) Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan.

d) Bahan aktif dan bahan dasar mudah bercampur, serta bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (Tranggono & Latifah, 2007).

5. Sun protection factor (SPF)

Sediaan kosmetik yang mengandung tabir surya biasanya dinyatakan dalam label dengan kekuatan SPF tertentu. Nilai SPF terletak diantara kisaran 2- 60, angka ini menunjukkan seberapa lama produk mampu melindungi atau mengeblok sinar UV yang menyebabkan kulit terbakar (Badan POM RI, 2009)

Nilai SPF dapat ditentukan secara in vitro dan in vivo berdasarkan kandungan bahan aktif sediaan. Sediaan tabir surya dengan bahan aktif yang bekerja sebagai chemical absorberditentukan secara in vitro menggunakan spektrofotometer karena dapat memberikan serapan pada rentang panjang gelombang yang telah ditentukan. Metode in vivo dilakukan untuk bahan aktif yang tidak menyerap sinar UV atau pengelok fisik (physical blocker) (Nursal et al., 2006).

Kemampuan bahan menahan sinar UV dinilai dalam faktor koreksi sinar (FPS) atau Sun Protection Factor (SPF) yaitu perbandingan antara Dosis Eritema Minimum (DEM)/waktu kulit yang diolesi tabir surya dengan DEM/waktu kulit yang tidak diolesi tabir surya akibat paparan UV B (Benson, 2008).

(12)

SPF = DEM/waktu kulit yang diolesi tabir surya DEM/waktu kulit yang tidak diolesi tabir surya

Indonesia dan negara-negara anggota ASEAN lainnya sepakat mengizinkan klaim kosmetik yang mampu melindungi sinar UV hanya bila sediaan tersebut mengandung tabir surya lebih dari 6. Klasifikasinya adalah sebagai berikut:

a. SPF rendah (low) : SPF 6-10

b. SPF sedang (medium) : SPF 15-20 atau 15-25 c. SPF tinggi (high) : SPF 30-50

d. SPF sangat tinggi (very high) atau untuk kondisi ekstrem : SPF 50+ (Badan POM RI, 2009)

Sebagian sunburn dapat dicegah dengan penggunaan tabir surya SPF 15 (Badan POM RI, 2009). Semakin besar nilai SPF maka konsistensi sediaannya semakin tinggi, sehingga dapat dikatakan SPF 15 merupakan nilai yang paling tepat karena selain melindungi kulit dari sinar UV secara maksimum juga memiliki estetika sediaan yang optimal (Draelos, 2016c).

6. Lotion

Lotion adalah salah satu jenis kosmetik. penggunaan dari kosmetika

seyogyanya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit(Ernawati, 2011).

Menurut Formularium Nasional edisi kedua, lotion atau losion adalah sediaan berupa larutan, suspensi atau emulsi yang dimaksudkan untuk penggunaan pada kulit (Departemen Kesehatan RI, 1978). Lotion juga merupakan emulsi tetapi kandungan lilin dan minyaknya lebih rendah daripada krim. Lotion memberikan

(13)

rasa nyaman dan baik pada kulit. Lotion lebih mudah dibuat dibandingkan krim karena lebih encer, waktu pemanasan dan pendinginannya lebih singkat (Rieger, 2000).

Dua macam tipe emulsi yaitu:

a. Emulsi o/w yaitu emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air. Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat kontinyu, suatu emulsi minyak dalam air bisa diencerkan atau ditambah dengan air atau suatu preparat dalam air.

b. Emulsi w/o yaitu emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak.

Emulsi o/w atau w/o dapat dipakai untuk pemakaian kulit dan membran mukosa. Dengan proses emulsi, memungkinkan terbentuk lotion atau krim yang konsistensinya mempunyai sifat-sifat mudah dicuci, tidak membekas pada pakaian, rupa; bau; warna; rasa yang baik (Anief, 1999). Umumnya untuk membuat emulsi diperlukan tiga fase yaitu fase minyak, fase air dan fase ketiga atau zat pengemulsi (emulsifying agent) (Ansel, 1989).

7. Stabilitas fisik sediaan semisolid

Stabilitas fisik adalah kemampuan suatu produk untuk mempertahankan sifat fisiknya. Ujinya merupakan evaluasi terhadap perubahan sifat fisik dari suatu produk yang tergantung pada waktu (periode penyimpanan). Suatu produk dikatakan stabil secara fisik apabila sifat dan karakteristik sediaan ketika selesai dibuat masih sama dengan sifat dan karakteristik sediaan selama masa penyimpanan. Suatu produk harus bisa stabil pada suhu ruang (±28 oC) dan

(14)

kelembaban relatif (30,00-60,00%) dalam jangka waktu yang panjang (Allen et al., 2011).Ciri-ciri ketidakstabilan fisik suatu produk diantaranya adalah

pemucatan atau munculnya warna, timbul bau, perubahan atau pemisahan fase, pecahnya emulsi, pengendapan suspensi (caking) dan perubahan konsistensi (Djajadisastra, 2004).

Uji stabilitas ada dua jenis, yaitu uji stabilitas jangka panjang dan uji stabilitas dipercepat. Pada uji stabilitas jangka panjang untuk produk baru biasanya pengujian dilakukan pada suhu ruang yang dikendalikan (25oC + 20oC) dengan kelembaban (60,00% +5,00%) dengan rentang waktu pengujian pada bulan ke-0, 3, 9, 12, 18, 24, 36, 48 dan 60. Biasanya pengujian dilakukan sampai bulan ke-36, tetapi apabila masih memenuhi syarat pengujian harus diteruskan sampai bulan ke-60. Pada uji stabilitas dipercepat, produk disimpan pada kondisi ekstrem dalam suatu lemari uji (climatic chamber) pada suhu 40 oC + 2 oC dan kelembaban 75,00% + 5,00%(Djajadisastra, 2004).

Uji stabilitas sistem emulsi, secara umum dilakukan uji stabilitas dipercepat untuk mendapatkan informasi yang diinginkan pada waktu sesingkat mungkin dengan cara menyimpan sampel pada kondisi yang dirancang untuk mempercepat terjadinya perubahan, yang biasanya terjadi pada kondisi normal (Djajadisastra, 2004). Salah satu jenis pengujian tersebut adalah cycling test yang bertujuan untuk menguji produk terhadap kemungkinan mengalami kristalisasi atau berawan sebagai indikator kestabilan emulsi.Freeze-thaw termasuk jenis cycling test yang mengamati pemisahan fase emulsi selama 6 siklus, 1 siklus terdiri dari waktu penyimpanan antara 4 oC dan 40 oC (Djajadisastra, 2004).

(15)

Pengamatan terhadap mutu dan stabilitas fisik lotion dapat dilakukan antara lain dengan pemeriksaan organoleptis, homogenitas, nilai pH, viskositas, daya lekat dan daya sebar.

a. Organoleptis

Salah satu kontrol kualitas untuk spesifikasi produk jadi adalah kenampakan atau penampilan produk yang bersifat subjektif. Hal ini menunjukkan identitas produk. Warna, bau dan konsistensi termasuk dalam pengamatan identitas. Sifat-sifat ini berhubungan dengan kenyamanan. Lotion yang baik memiliki warna yang menarik, bau yang menyenangkan dan konsistensi yang tidak terlalu kental maupun encer (Lund, 1994).

b. Homogenitas

Homogenitas menandakan bahwa bahan aktif dan eksipien telah tercampur merata dalam sediaan lotion, sehingga efektivitas terapinya memiliki khasiat yang seragam ketika digunakan (Djajadisastra, 2004).

c. Nilai pH

Suatu sediaan lotion harus memiliki rentang pH epidermis kulit yaitu 4,5-6,5. Apabila sediaan terlalu basa maka akan mempengaruhi keberadaan air dalam kulit sehingga kulit menjadi kering dan bersisik, sebaliknya apabila terlalu asam maka akan mengiritasi kulit (Djajadisastra, 2004).

d. Viskositas

Viskositas adalah besaran yang menyatakan tahanan dari cairan untuk mengalir. Semakin besar viskositas maka cairan sukar mengalir. Hal ini mempengaruhi kemudahan lotion untuk dituang. Viskositas juga berpengaruh

(16)

pada kecepatan pemisahan lotion menjadi fase minyak dan fase air. Sesuai dengan hukum Stokes, kecepatan pemisahan berbanding terbalik dengan viskositas.

Kecepatan pemisahan akan berkurang dengan meningkatnya viskositas sehingga lotion menjadi lebih stabil. Perubahan viskositas dapat dipengaruhi oleh berbagai

hal seperti perubahan kondisi fase dispers, medium dispers, emulgator, bahan tambahan lain dan lingkungan. Viskositas juga dipengaruhi oleh temperatur, viskositas suatu cairan akan menurun bila temperatur dinaikkan (Sinko, 2006).

e. Daya sebar

Lotion digunakan secara topikal dengan cara dioleskan pada kulit

sehingga salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah mudah dioleskan, tidak membutuhkan tekanan yang besar untuk meratakannya pada daerah aplikasi.

Kemampuan daya sebar berkaitan dengan seberapa luas permukaan kulit yang kontak dengan sediaan topikal ketika diaplikasikan. Semakin besar daya sebar, luas permukaan kulit yang kontak dengan lotion akan semakin luas dan zat aktif akan terdistribusi dengan baik. Kemampuan daya sebar lotion dapat dilihat dari luas sebaran yang dihasilkan pada uji daya sebar. Sejumlah tertentu lotion diletakkan di pusat antara dua lempeng gelas kaca, lempeng sebelah atas dalam interval waktu tertentu dibebani oleh anak timbangan. Luas penyebaran yang dihasilkan dengan naiknya beban menggambarkan suatu karakteristik untuk daya sebar (Voigt, 1984).

f. Daya lekat

Uji daya lekat lotion menggambarkan kemampuan lotion melekat pada kulit atau mukosa saat digunakan. Lotion yang baik mampu melekat di kulit

(17)

dengan waktu kontak yang cukup sehingga tujuan penggunaannya tercapai. Hal ini terkait dengan efektivitas kerja lotion dan kenyamanan penggunaan. Daya lekat ini dapat digambarkan dengan waktu lekat diantara dua buah objek gelas yang ditindih dengan beban tertentu (Voigt, 1984).

F. Landasan Teori

Penggunaan tabir surya bermanfaat untuk memperlama waktu terjadinya peristiwa tanning atau burning dengan menyerap atau memantulkan sinar UV sehinggadampak negatifnya pada kulit dapat berkurang (Draelos, 2016). Tabir surya yang mampu memantulkan sinar UV bekerja secara fisik, sehingga tidak mempengaruhi struktur internal kulit (More, 2007).

Bahan alam yang memiliki mekanisme pengeblok fisik adalah pati.

Ukuran partikel pati yang kecil akan memberikan luas permukaan pati yang besar sehingga mampu menutupi permukaan kulit lebih luas, sifat opaquepati yang tidak dapat ditembus cahaya tetapi dapat menghamburkan sinar, sangat bermanfaat untuk mencegah penetrasi radiasi sinar UV pada kulit(Nursal et al., 2006).

Pati kentang memiliki viskositas yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan pati-pati lainnya (Whistler, 1984). Viskositas suatu sediaan lotion tidak boleh terlalu kecil (encer seperti larutan) dan tidak boleh terlalu besar sehingga membentuk padatan. Semakin besar viskositas maka cairan sukar mengalir.

Kecepatan pemisahan akan berkurang dengan meningkatnya viskositas (Sinko, 2006).

(18)

Suatu produk dikatakan stabil secara fisik apabila sifat dan karakteristik sediaan ketika selesai dibuat masih sama dengan sifat dan karakteristik sediaan selama masa penyimpanan. Suatu produk harus bisa stabil pada suhu ruang (±28

oC) dan kelembaban relatif (30,00-60,00%) dalam jangka waktu yang panjang (Allen et al., 2011).

Efektivitas suatu sediaan tabir surya ditentukan berdasarkan nilai SPF.

Metode in vivo dilakukan untuk bahan aktif yang tidak menyerap sinar UV atau pengeblok fisik (physical blocker) (Nursal et al., 2006). Sebagian sunburn dapat dicegah dengan penggunaan tabir surya SPF 15 (Badan POM RI, 2009).Semakin besar nilai SPF maka konsistensi sediaannya semakin tinggi, sehingga dapat dikatakan SPF 15 merupakan nilai yang paling tepat karena selain melindungi kulit dari sinar UVsecara maksimum juga memiliki estetika sediaan yang optimal (Draelos, 2016).

G. Hipotesis

1. Seluruh formula sediaan lotion w/o pati kentang stabil secara fisik dilihat dari organoleptis, homogenitas, nilai pH, viskositas, daya lekat dan daya sebar selama satu bulan penyimpanan pada suhu ruang (±28 oC).

2. Konsentrasi pati kentang yang ditambahkan ke dalam formula untuk menghasilkan sediaan lotion w/o yang stabil selama satu bulan penyimpanan pada suhu ruang (±28 oC) adalah sebesar 12,50%.

3. Nilai SPF yang diberikan oleh formula terpilih lotion w/o pati kentang dalam melindungi kulit hewan uji dari paparan sinar UV adalah 15.

(19)

1

Gambar

Tabel I. Sifat-sifat pasta dari berbagai jensi pati

Referensi

Dokumen terkait

Menyusun menu 3 hari sesuai standar (standar porsi, standar bumbu, standar kualitas). Menghitung kebutuhan bahan makanan sesuai menu 3 hari yang telah disusun. Melaksanakan uji

Waktu larut tablet efervesen dari masing- masing formula memiliki waktu yang berbeda, hal ini disebabkan pada saat proses pengolahannya dilakukan secara manual sehingga

Saat ini Departement Machining Fabrication dan Maintenance Facility tidak memiliki suatu sistem yang dapat membantu para pengambil keputusan untuk menentukan

Keefektifan Tabir Surya Berdasarkan Nilai SPF SPF _Kategori Proteksi Tabir Surya _ _2 – 4 _Proteksi minimal _ _4 – 6 _Proteksi Sedang _ _6 – 8 _Proteksi ekstra _ _8 – 15 _Proteksi

Berdasarkan latar belakang tersebut dijadikan pertimbangan penulis dalam melakukan penelitian, penulis tertarik untuk membahas dan mengambil judul “Pengaruh Good

Beberapa hal yang didapatkan ialah bahwa di Pasar Bantul tidak banyak penjual sayuran dan jajanan yang berada di pinggir jalan.. Selain itu, proses tawar menawar juga terjadi

Penelitian ini membahas mengenai manfaat hasil belajar pencapan kasa datar sebagai kesiapan menjadi operator screen printing, dengan membatasi penelitian pada

Airin Graha Persada, berdasarkan data pada bulan Maret 2018 persentase produk cacat yang dihasilkan mencapai 1,4% yang melebihi batas toleransi sebesar 1%, dengan nilai