• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PROSES DAN FUNGSI PRODUKSI TAPE SINGKONG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA TAPE SINGKONG DI KECAMATAN BAJENG BARAT KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PROSES DAN FUNGSI PRODUKSI TAPE SINGKONG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA TAPE SINGKONG DI KECAMATAN BAJENG BARAT KABUPATEN GOWA"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PROSES DAN FUNGSI PRODUKSI TAPE SINGKONG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA TAPE

SINGKONG DI KECAMATAN BAJENG BARAT KABUPATEN GOWA

IKHSAN SALLA NUR 105960093711

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(2)

i

ANALISIS PROSES DAN FUNGSI PRODUKSI TAPE SINGKONG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA TAPE SINGKONG DI KECAMATAN

BAJENG BARAT KABUPATEN GOWA

IKHSAN SALLA NUR 105960093711

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

Analisis Proses dan Fungsi Produksi Tape Singkong Pada Industri Rumah Tangga Tape Singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, 02 Juli 2015

Ikhsan Salla Nur 105960093711

(6)

v

ABSTRAK

IKHSAN SALLA NUR. 105960093711. Analisis Proses dan Fungsi Produksi Tape Singkong pada Industri Rumah Tangga Tape Singkong di Kecamatan

Bajeng Barat Kabupaten Gowa. Di bimbing oleh SYAFIUDDIN dan ST. AISYAH, R.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan fungsi produksi tape singkong pada industri rumah tangga tape singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa

Pengambilan populasi dalam penelitian ini adalah pemilik usaha industri rumah tangga tape singkong di Kecamatan Bajang Barat Kabupaten Gowa berjumlah 30 produsen tape singkong yang dijadikan responden penelitian.

Sementara untuk penentuan sampel menggunakan metode sensus yakni dengan menelusuri keseluruhan populasi dijadikan sampel berjumlah 30 produsen tape singkong. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif, untuk menganalisis proses dan fungsi produksi tape singkong menggunakan analisis regresi linear berganda, pengolahan data menggunakan alat bantu SPSS for Windows versi 15,0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis proses dan fungsi produksi tape singkong secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi tape singkong ditunjukkan dengan nilai F hitung lebih besar dari F tabel (24,722 > 2,621) sedangkan secara parsial analisis fungsi produksi mempunyai pengaruh sebagai berikut : fungsi ragi tape mempunyai pengaruh nyata terhadap

produksi tape singkong ditunjukkan dengan nilai t hitung dan t tabel (2,087 > 2,064),singkong mempunyai pengaruh sangat nyata terhadap produksi

tape singkong ditunjukkan dengan nilai t hitung dan t tabel (5,784 > 2,064),modal tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi tape singkong ditunjukkan dengan nilai t hitung dan t tabel (8,540 > 2,064),tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap produksi tape singkong ditunjukkan dengan nilai t hitung dan t tabel (1,851 < 2,064) dan peralatan tidak berpengaruh terhadap produksi tape singkong ditunjukkan dengan nilai t hitung dan t tabel (-0,360 < 2,064).

Kata kunci : proses dan fungsi, produksi, tape singkong.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Salawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Proses dan Fungsi Produksi Tape Singkong pada Industri Rumah Tangga Tape Singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa”

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Syafiuddin, M.Si selaku pembimbing I dan St. Aisyah, S.Pt, M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

2. Bapak Ir. Saleh Molla, M.M selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar

(8)

vii

3. Bapak Amruddin, S.Pt, M.Si selaku ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Kedua orangtua Ayahanda. Sallanur, dan St. Hasnah, S.Pd dan Kakak dan Adikku tercinta Ayu Sartika dan Lailatul Qadri, dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

5. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis

6. Kepada pihak pemerintah Kecamatan Bajeng Barat Khususnya kepada Bapak Camat Bajeng Barat beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Daerah tersebut

7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebut satu persatu

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya. Amin

Makassar, 02 Juli 2015

IKHSAN SALLANUR

(9)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Singkong ... 7

2.2. Tape ... 9

2.3. Produksi ... 10

2.4. Proses Produksi Tape Singkong ... 11

2.5. Fungsi Produksi ... 12

2.6. Kerangka Pemikiran ... 18

2.7. Hipotesis ... 20

III. III. METODE PENELITIAN ... 21

(10)

ix

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

3.2. Populasi dan Sampel ... 21

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 21

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 22

3.5. Teknik Analisis Data ... 23

3.6. Definisi Operasional ... 28

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 29

4.1. Letak Geografis ... 29

4.2. Keadaan Demografis ... 33

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

5.1. Identitas Responden ... 35

5.2. Penyediaan Bahan Baku ... 38

5.3. Proses Produksi Tape Singkong ... 38

5.4. Analisis Proses dan Fungsi Produksi Tape Singkong ... 42

5.5. Uji Penyimpanan Asumsi Klasik ... 42

5.6. Pembahasan ... 46

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

6.1. Kesimpulan ... 54

6.2. Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(11)

x

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman Teks

1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa ... 30 2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Usia di Kecamatan Bajeng

Barat Kabupaten Gowa ... 31 3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan

Bajeng Barat Kabupaten Gowa ... 31 4. Kondisi Pertanian yang Berada di Kecamatan Bejeng Barat

Kabupaten Gowa ... 33 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan

Bajeng Barat Kabupaten Gowa ... 35 6. Tingkat Pendidikan Responden pada Usaha Tape Singkong

di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa ... 35 7. Tingkat Umur Responden pada Usaha Tape Singkong di Kecamatan

Bajeng Barat Kabupaten Gowa ... 36 8. Tingkat Pengalaman Responden pada Usaha Tape Singkong

di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa ... 37 9. Pengujian Multikolinearitas pada Analisis Proses dan Fungsi

Produksi Tape Singkong ... 43 10. Pengujian Autokorelasi pada Analisis Proses dan Fungsi Produksi

Tape Singkong ... 44 11. Pengujian Heteroskedastisitas pada Analisis Proses dan Fungsi

Produksi Tape Singkong ... 45 12. Hasil Pendugaan Regresi Berganda pada Analisis Proses dan Fungsi

Produksi Tape Singkong ... 47 13. Hasil Uji F Statistik pada Analisis Proses dan Fungsi Produksi Tape

Singkong ... 47

(12)

xi

14. Hasil Uji t Statistik pada Analisis Proses dan Fungsi Produksi Tape

Singkong ... 49

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman Teks

1. Skema Kerangka Pikir Analisis Proses dan Fungsi Produksi Tape Singkong pada Industri Rumah Tangga Tape Singkong di Kecamatan

Bajeng Barat Kabupaten Gowa ... 19 2. Alur Proses Produksi Tape Singkong ... 41 3. Foto Kegiatan Peneliti dan Proses Produksi Tape Singkong ... 82

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman Teks

1. Kuesioner Penelitian Analisis Proses dan Fungsi Produksi Tape

Singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa ... 59

2. Identitas Responden Usaha Tape Singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa ... 65

3. Rincian Penggunaan Ragi Tape ... 66

4. Rincian Penggunaan Bahan Baku Singkong ... 67

5. Rincian Penggunaan Modal ... 68

6. Rincian Penggunaan Tenaga Kerja ... 70

7. Rincian Penggunaan Peralatan ... 71

8. Rincian Hasil Produksi Tape Singkong ... 72

9. Rincian Data Variabel X1,X2,X3,X4 dan X5 Terhadap Y ... 73

10. Hasil Uji Multikolinieritas SPSS Versi 15,0 Regression ... 74

11. Hasil Uji Autokorelasi SPSS Versi 15,0 Regression ... 76

12. Hasil Uji Heteroskedastisitas SPSS Versi 15,0 Regression ... 78

13. Hasil Uji Regresi X1,X2,X3,X4 dan X5 Terhadap Y SPSS Ver 15,0 ... 80

14. Foto Penelitian dan Proses Produksi Tape Singkong... ... 82

15. Riwayat Hidup ... 87

(15)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari seluruh perekonomian nasional. Hal ini dapat ditujukan banyaknya penduduk yang hidup dan bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian. Pembangunan pertanian dihadapkan pada kondisi lingkungan strategis yang terus berkembang secara dinamis dan menjurus pada liberalisasi perdangangan internasional dan investasi. Menghadapi perubahan

lingkungan strategis tersebut serta untuk memanfaatkan peluang yang ditimbulkannya. Maka pembangunan pertanian lebih difokuskan pada komoditi-

komoditi unggulan yang dapat bersaing dipasar domestik maupun internasional.

Kondisi ini menjadi dasar yang kuat bagi pemerintah untuk mempercepat reorentasi arah pembangunan sektor pertanian dari semata – semata peningkatan produksi pertanian modern yang berorientasi agribisnis tanpa merubah prioritas pokok, yaitu memantapkan swasembada pangan sebagai dasar utama menjaga stabilitas nasional (Anonim, 2010)

Pertanian akan menjadi kekuatan besar jika dikelola secara terpadu dalam satu kesatuan sistem agribisnis. Membangun sistem dan usaha agribisnis yang kokoh berarti pula membangun pertumbuhan sekaligus pemerataan sehingga terjadi keseimbangan antar sektor. Ini juga berarti menciptakan meaningful employment yaitu diluar sektor pertanian, sehingga beban pertanian yang terlalu berat menampung tenaga kerja dapat teratasi (Anonim, 2001)

(16)

2 Seandainya kebijakan industri diarahkan pada industri pertanian atau industri rumah tangga, diyakini akan dapat membangkitkan sektor ekonomi nasional dan pertumbuhan ekonomi tersebut akan ditransmisikan ke seluruh sektor perekonomian dan hal ini akan menjadi pendorong terbentuknya pertumbuhan perekonomian nasional yang cepat dan merata. Pengembangan sektor agroindustri juga dapat dipandang sebagai transmisi yang paling tepat dalam menjembatani proses transformasi ekonomi diindonesia dari sektor pertanian ke sektor industri (Anonim, 2001)

Pengembangan singkong sangat penting artinya didalam upaya penyediaan bahan pangan karbohidrat non beras, diversifikasi/penganekaragaman konsumsi pangan lokal, pengembangan industri pengolahan hasil dan agroindustri dan sebagai sumber devisa melalui ekspor serta upaya mendukung peningkatan ketahanan pangan dan kemandirian pangan (Anonim, 2001)

Luas panen singkong di Indonesia pada tahun 2011 seluas 1,18 juta hektar dan produksi yang dicapai sebesar 24,04 juta ton dengan produktivitas sebesar 20,29 ton/ha. Sedangkan pada tahun 2012 luas tanam singkong diproyeksikan seluas 1,29 juta hektar dan diharapkan luas panen yang akan dicapai seluas 1,24 juta hektar produktivitas 20,23 ton/ha produksi singkong nasional diharapkan mencapai 25 juta ton (Badan Pusat Statistik Nasional, 2012)

Peluang pengembangan singkong sangat luas, hal tersebut mengingat ketersediaan lahan yang cukup luas, berdasarkan data dari BPS tahun 2005 menunjukkan bahwa terdapat potensi lahan kering seluas 25.955,901 ha yang terdiri dari lahan tegal seluas 10.775.051 ha, ladang seluas 3.839.093 ha dan lahan

(17)

3 sementara tidak diusahakan seluas 11.341.757 ha. Lahan-lahan tersebut merupakan potensi yang tersedia untuk pengembangan areal budidaya/usahatani singkong. Selain ketersediaan lahan yang cukup luas, juga tersedia paket teknologi budidaya ubi kayu yang spesifik. (Badan Pusat Statistik Nasional, 2012) Perkembangan produksi singkong pada lima tahun terakhir mulai dari tahun 2008-2012. Tahun 2008 mencapai 21.756,991, Ton, tahun 2009 mencapai 22.039,145 Ton, dengan persentase 1.30% tahun 2010 perkembangan produksi singkong meningkat mencapai 23.918,118 ton dengan persentase 8.53% tahun 2011 produksi singkong mencapai 24.044,25 ton dengan jumlah persentase 0.53 dan pada tahun 2012 mencapai 22.677,866 ton dengan jumlah persentase 5.68.

Dilihat dari data Badan Pusat Statistik Nasional tahun 2012 pada 5 tahun terakhir mulai pada tahun 2008-2012 dengan jumlah rata rata produksi singkong 22.887,229 ton dengan jumlah persentase 1.17% (Badan Pusat Statistik Nasional, 2012)

Potensi singkong di Sulawesi Selatan pada lima tahun terakhir mulai dari tahun 2008 sampai 2012 mengalami fluktuasi jumlah produksi, pada tahun 2008 produksi singkong mencapai 504.198 ton, tahun 2009 produksi singkong mencapai 434.862 ton, tahun 2010 mengalami peningkatan produksi dengan jumlah 601.437 ton, dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari 601.147 mencapai 682.996 ton, tetapi pada tahun 2012 mengalami fluktuasi produksi mencapai 370.124 ton (Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan, 2013)

Potensi dan perkembangan produksi singkong di Kabupaten Gowa dapat dilihat pada lima tahun terakhir mulai dari tahun 2008 produksi singkong di

(18)

4 Kabupaten Gowa mencapai 178.645 ton, tahun 2009 produksi singkong mencapai 180.624 ton, pada tahun 2010 perkembangan produksi singkong mencapai 271.625 ton, sedangkan pada tahun 2011 terjadi penurunan jumlah produksi mencapai 85.699 ton, dan pada tahun 2012 terjadi peningkatan produksi mencapai 269.318 ton (Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dalam Angka 2013)

Kecamatan-kecamatan yang berada di kabupaten Gowa salah satunya adalah Kecamatan Bajeng Barat yang sebagian penduduknya bermata pencaharian petani, oleh karena itu di Kecamatan Bajeng Barat potensi tanaman singkong cukup baik dikembangkan karena ketersediaan lahan yang cukup memadai, tingkat produksi singkong di Kecamatan Bajeng Barat pada tahun 2013 mencapai 1.23-2.46 ton.

Dengan demikian perkembangan tanaman singkong di Kecamatan Bajeng Barat dapat memberikan kontribusi yang cukup tinggi kerena sebagian masyarakat yang ada di Kecamatan Bajeng Barat berinisiatif mengolah singkong menjadi produk tape singkong(Data Sekunder, 2013)

Industri rumah tangga tape singkong khusunya di Kecamatan Bajeng Barat berjumlah 30 produsen tape singkong, Kecamatan Bajeng Barat cukup potensial dalam mengembangkan hasil olahan singkong menjadi tape singkong dengan tingkat produksi 35-50 Kg perminggu sehingga dengan adanya industri tape singkong di Kecamatan Bajeng barat dapat memberikan kontribusi atau penghasilan rumah tangga yang cukup, sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarga (Sumber, Data Primer 2015)

(19)

5 Berdasarkan survey awal diketahui bahwa yang menjadi kendala dalam pembuatan tape singkong saat ini adalah faktor – faktor yang sangat mempengaruhi untuk meningkatkan produksi tape singkong, seperti Faktor ketersediaan bahan baku seperti singkong, dan ragi, juga yang menjadi faktor utama dalam memulai suatu usaha adalah modal, tenaga kerja dan peralatan produksi. faktor – faktor tersebut cukup berperan penting karena merupakan faktor penentu keberhasilan produksi tape singkong.

Singkong yang telah diubah bentuknya dari primer menjadi produk baru setelah melalui proses pengolahan maka akan mendapakan hasil poduksi yang maksimal. Hal tersebut yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian sehingga dapat mengetahui lebih lanjut mengenai. Analisis proses dan fungsi produksi tape singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana proses produksi tape singkong yang dilakukan pengrajin tape singkong pada industri rumah tangga tape singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa ?

b. Seberapa besar pengaruh fungsi produksi terhadap produksi tape singkong pada industri rumah tangga tape singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa ?

(20)

6 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana proses produksi tape singkong yang dilakukan pengrajin pada industri rumah tangga tape singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa

b. Untuk mengetahui besarnya pengaruh fungsi produksi tape singkong terhadap hasil produksi tape singkong pada industri rumah tangga tape singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa

Adapun Kegunaan dalam penelitian ini adalah :

a. Bagi produsen tape singkong, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi mengenai nilai tambah yang di peroleh dari usaha yang di jalankan.

b. Bagi pemerintah, dan pihak yang terkait, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran dalam menentukan kebijakan terhadap pengembangan usaha tape singkong.

c. Bagi peneliti, dapat di jadikan sebagai referensi bagi penelitan selanjutnya yang berhubungan dengan pengembangan usaha tape singkong.

(21)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Singkong (Manihot utilissima)

Suatu usaha tani atau produk yang dihasilkan dan dapat mampu berdaya saing dan berkelanjutan baik untuk memenuhi kebutuhan pasar/konsumen dalam dan luar negeri diperlukan dukungan, saling keterkaitan dan sinergi dari masing- masing subsistem agribisnis. Artinya masing-masing subsistem agribisnis baik subsistem hulu, tengah dan hilir haruslah mampu berdaya saing serta menyikapi setiap perubahan iklim yang terjadi.

Tanaman singkong (Manihot utilissima) merupakan salah satu hasil komoditas pertanian diindonesia yang di pakai sebagai bahan makanan. Seiring dengan perkembangan teknologi, maka singkong ini bukan hanya dipakai sebagai bahan makanan saja tetapi juga dipakai sebagai bahan baku industri. Selain itu singkong juga dapat dijadikan sebagai bahan makanan pengganti misalnya saja tape singkong, pembuatan tape singkong ini merupakan salah satu cara pengolahan singkong untuk menghasilkan suatu produk yang relatif awet dengan tujuan untuk menambah jenis produk yang dihasilkan (Anonim, 2001 ). Beberapa macam produk olahan singkong antara lain adalah tepung ubi kayu, keripik singkong, tape singkong, patilo, kue kaca, bolu pelangi, kue cantik manis, dan sebagainya (Djaafar et al, 2003)

Singkong merupakan komoditas hasil pertanian yang banyak ditanam diindonesia. Potensi singkong diindonesia sangat besar, baik ditinjau dari sisi sebagai sumber bahan pangan utama karbohidrat setelah padi dan jagung, maupun

(22)

8 sebagai bahan pakan dan bahan baku industri. Dilihat dari kontribusinya terhadap PDB, singkong memberikan kontribusi tanaman pangan terbesar ketiga setelah padi dan jagung pada tahun 2003 sebesar Rp. 6,1 triliun (hanya dari on farm).

Kontribusi singkong diindonesia terhadap produksi singkong dunia adalah sebesar 10%, dimana pada tahun 2002 produksinya sebesar 16.913.104 ton, tahun 2003

sebesar 18.523.810 ton, dan tahun 2004 sebesar 19.249.169 (Aram,II).

(Darwis, V, dkk.,2009)

Singkong (Manihot utilissima), yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu, adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik

rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat.

Menurut Prasasto (2008), produk olahan ubi kayu lainnya sebagai berikut:

a. Sebagai konsumsi manusia ubi kayu dapat dimanfaatkan sebagai kue kering.

b. Sebagai industri ubi kayu dapat diolah menjadi dekstrin (industri tekstil, kertas perekat plywood dan farmasi/ kimia), citrid acid (pemberi rasa asam standar dalam pembuatan makanan dalam kaleng, minuman, jams, jelly, obat-obatan, pemberi rasa asam pada sirup, kembang gula) monosodium glutamate (sebagai penyedap makanan), sorbitol/produk akhir ubi kayu ( industri kembang gula atau permen), glukosa kristal dan

(23)

9 dextrose monohydrate (industri farmasi) dan minuman instan, sirup

glukosa, tepung tapioca, dan gaplek.

c. Sebagai bahan baku untuk pakan ternak ubi kayu dimanfaatkan untuk makanan ternak, pemanfaatan limbah industri ubi kayu sebagai bahan baku pakan ternak bermutu tinggi, akan dapat menekan biaya tinggi dan memenuhi kebutuhan yang besar akan pakan ternak. Peternakan unggas yang ingin menggunakan ubi kayu sebagai makanan/ransum digunakan dalam bentuk yang sudah dijemur/terkena panas atau ubi kayu sudah di campur dengan bungkil kelapa, dedak halus dan jagung.

d. Sebagai bahan energi ubi kayu mempunyai peluang besar menjadi bahan baku ethanol yang berfungsi sebagai additive BBM pengganti timbale (logam timah hitam)

2.2 Tape

Aneka bahan pangan yang mengandung karbohidrat dapat diolah menjadi makanan khas yang disebut tape, bahan pangan yang umunya dibuat tape adalah ubi kayu (singkong), beras ketan, serta sorgum (Rukmana dan Yuniarsih, 2001) Tape adalah produk yang dihasilkan dari proses fermentasi dimana terjadi suatu perombakan bahan-bahan yang tidak sederhana, zat pati yang ada dalam singkong diubah menjadi bentuk yang sederhana yaitu gula engan bantuan suatu organisme yang disebut ragi atau khamir, tape mempunyai tekstur yang lunak, rasa yang asam manis dan sedikit mengandung alkohol. Tape singkong dapat bertahan lama jika mempunyai kadar air yang rendah dan penambahan ragi yang tepat, sehingga diperoleh tape singkong yang manis dan legit. Sementara itu, jika

(24)

10 kadar airnya terlalu tinggi yang menyebabkan tape singkong menjadi cepat lembek, dan berasa masam karena penambahan ragi yang berlebihan serta proses fermentasi yang terlalu lama (Anonim, 2001)

Selama peragian (fermentasi),tape mengalami perubahan-perubahan

biokimia akibat aktivitas mikroorganisme. Jika proses fermentasi terlalu lama alkohol akan teroksidasi oleh bakteri Acetobacter aceti yang menghasilkan asam asetat sehingga dapat menghasilkan tape yang terasa masam. Proses fermentasi yang terlalu lama dapat menghasilkan air tape yang cukup banyak. Rasa manis pada tape akan berkurang.

2.3 Produksi

Produk merupakan hasil dari kegiatan produksi yang berwujud barang.

Variabel pertama dari pemasaran dan cukup penting dan yang mempengaruhi kepuasan konsumen adalah produk, karena produk merupakan sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (Sam, 2008).

Produksi adalah upaya atau kegiatan untuk menambah nilai pada suatu barang, arah kegiatan ditujukan kepada upaya – upaya pengaturan yang sifatnya dapat menambah atau menciptakan kegunaan dari suatu barang atau jasa.Untuk melaksanakan kegiatan produksi tersebut tentu saja perlu dibuat suatu perencanaan yang menyangkut apa yang akan diproduksi, berapa anggarannya dan bagaimana pengendalian atau pengawasannya. Bahkan harus perlu difikirkan, kemana hasil produksi akan didistribusikan, karena pendistribusian dalam bentuk penjualan hasil produksi pada akhirnya merupakan penunjang untuk kelanjutan

(25)

11 produksi. Pada hakikatnya kegiatan produksi akan dapat dilaksanakan bila tersedia faktor-faktor produksi, antara lain yang paling pokok adalah berupa orang/tenaga kerja, uang/dana, bahan-bahan baik bahan baku maupun bahan pembantu.(Yani, 2010).

2.4 Proses Produksi Tape Singkong

Proses produksi tape singkong meliputi beberapa tahap sebagai berikut : 1. Menyiapkan semua bahan.

2. Mengupas singkong dan kikis bagian kulit arinya hingga kesat.

3. Memotong singkong yang telah dikupas sesuai keinginan.

4. Mencuci hingga bersih singkong yang telah dipotong.

5. Sementara menunggu singkong kering, masukkan air ke dalam panci sampai terisi seperempat lalu panaskan hingga mendidih.

6. Setelah air mendidih masukkan singkong ke dalam panci kukus, lalu kukus hingga singkong ¾ matang, sampai daging singkong sudah bisa ditusuk dengan garpu.

7. Setelah matang, angkat singkong yang telah ¾ masak lalu taruh disuatu wadah, kemudian didinginkan

8. Sambil didinginkan siapkan wadah sebagai tempat untuk mengubah singkong menjadi tape. Wadah itu terdiri dari baskom yang bawahnya dilapisi dengan daun pisang.

9. Setelah singkong benar – benar dingin, masukkan singkong ke dalam wadah lalu taburi dengan ragi yang telah dihaluskan dengan menggunakan saringan

(26)

12 10. Singkong yang telah diberi ragi kemudian ditutup kembali dengan daun

pisang. Singkong ini harus benar – benar tertutup agar mendapatkan hasil yang maksimal.

11. Setelah singkong ditutupi dengan daun pisang, diamkan selama 1-3 hari hingga sudah terasa lunak dan manis. Saat itulah singkong telah menjadi tape.

2.5 Fungsi Produksi

Menurut Soekartawi (2003,17), fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan(X),fungsi produksi mempunyai sifat-sifat seperti utility, jika input bertambah, output juga meningkat. Tambahan input pertama akan memberikan tambahan output lebih besar dibanding dengan tambahan output lebih besar dibanding dengan tambahan output yang disebabkan oleh tambahan input berikutnya. Sifat ini disebut Law of Diminishing Returns, Secara grafis, ceteris paribus.

Menurut Soekartawi (2003,18) hubungan fisik antara input dan output disebut dengan fungsi produksi penggunaan input (X) akan menambah output (Y) atau produksi. Hubungan fisik antara X dan Y sering disebut dengan istilah factor relationship atau FR dapat dituliskan sebagai berikut :

Y :f(X1, X2, X3...Xn)

Berdasarkan persamaan diatas, produsen dapat melakukan tindakan yang mampu meningkatkan produksi dengan cara sebagai berikut :

(27)

13 a. Menambah jumlah salah satu input yang digunakan atau

b. Menambah jumlah beberapa input (lebih dari satu) dari input yang digunakan.Fungsi produksi sangat penting dalam teori produksi karena : 1. Dengan fungsi produksi, maka dapat diketahui hubungan antara faktor

produksi dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat mudah di mengerti

2. Dengan fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel yang dijelaskan ( dependen variabel ) Y dan variabel yang menjelaskan ( independen variabel ) X sekaligus juga untuk mengetahui hubungan antara variabel penjelas. Dengan demikian fungsi produksi tape singkong adalah sebagai berikut:

2.5.1. Ragi Tape

Kata ”ragi” dipakai untuk menyebut adonan atau ramuan yang digunakan dalam pembuatan berbagai makanan dan minuman seperti tempe, tape, roti, anggur, brem dan lain-lain. Ragi untuk tape merupakan populasi campuran genus dimana terdapat spesies-spesies genus Aspergillus, genus Saccharomyces, genus Candida, genus Hansenula, sedangkan bakteri Acetobacter biasanya tidak

ketinggalan. Genus tersebut hidup bersama secara sinergetik. Aspergillus dapat menyederhanakan amilum, sedangkan Saccharomyces, Candida dan Hansenula dapat menguraikan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat organik lainya (Anonim, 2001)

(28)

14 2.5.2. Bahan Baku ( Singkong )

Bahan baku adalah material atau bahan dasar yang diperlukan untuk menghasikan suatu produk tertentu setelah melewati suatu proses tertentu. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan dapat diperoleh dari pembelian atau dari pengolahan sendiri (Anonim, 2001).

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi tape singkong adalah.Singkong (Manihot Utilissima) yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu, adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik

rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat.

Singkong dapat diolah menjadi tape singkong melalui proses fermentasi atau menggunakan ragi tape, ragi tape berfungsi sebagai sumber mikroba yang berperan dalam proses fermentasi dan sumber protein sel tunggal, sehingga tape singkong mempunyai tekstur yang lunak, rasa yang asam manis, dan memiliki aroma khas tape. Singkong maupun kulitnya dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan tape (Wulandari, 2008)

2.5.3. Modal

Sumber daya finansial merupakan syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dalam usaha tani. Modal termasuk sumber daya finansial yang merupakan subtitusi faktor produksi tanah dan tenaga kerja.

(29)

15 Modal adalah faktor penting dalam melakukan usaha sebab modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil atau tidaknya suatu usaha yang dijalani (Case at al,2007)

Dalam hal ini, aktivitas finansial menggunakan dana untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan jangka panjang. Dalam proses usaha makanan ringan yang dilakukan oleh pengusaha pasti dan biasanya berkaitan juga dengan proses pengelolaan anggaran atau finansial untuk mengetahui banyaknya dana yang dipakai atau pendapatan yang akan diperoleh pada akhir produksi dan agar pengusaha dapat mengetahui dalam jangka waktu tertentu, jumlah biaya dan rugi- laba yang dialami oleh petani serta untuk proyeksi keuangan dari seorang petani (Anonim, 2001)

Sesuai dengan pendapat Case dan Fair (2007) dalam buku yang berjudul

“prinsip prinsip ekonomi” yang menyatakan bahwa modal merupakan faktor penting dalam melakukan usaha sebab modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil atau tidaknya suatu usaha yang dijalani atau pengertian klasik modal mengandung pengertian hasil produksi yang digunakan untuk produksi lebih lanjut atau dapat juga dijelaskan bahwa jika suatu usaha menambahkan modal berarti usaha tersebut dapat dikatakan mengalami peningkatan atau berkembang sehingga peningkatan modal dapat mempengaruhi hasil produksi.

2.5.4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari tersediaanya

(30)

16 tenaga kerja saja tetapi kualitas dan macam tenaga kerja perlu juga diperhatikan.

Jumlah tenaga kerja ini masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja. Bila kualitas tenaga kerja ini tidak diperhatikan maka akan terjadi kemacetan dalam proses produksi (Soekartawi,1990).

Sumber daya manusia merupakan elemen utama perusahaan

dibandingkan dengan elemen lainnya seperti modal, teknologi, dan uang sebab manusia itu sendiri yang mengendalikan yang lain. Manusia yang memilih teknologi, manusia yang memilih modal, serta manusia yang menggunakan dan memeliharanya. Disamping itu, manusia dapat menjadi salah satu sumber keunggulan bersaing yang langgeng. Oleh karena itu, sumber daya manusia dalam perusahaan menjadi suatu hal yang sangat penting (Anonim, 2001).

Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu, perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya (Anonim, 2001).

Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usaha tani yang sangat tergantung pada musim. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman produktivitas dan kualitas produk (Anonim, 2001).

2.5.5. Peralatan

Sumberdaya peralatan merupakan alat yang dapat digunakan dalam proses produksi dan merupakan sarana dan prasarana dalam suatu alat bantu untuk

(31)

17 memperlancar sistem mekanisme kerja usaha guna memperoleh hasil dan keuntungan yang diharapkan dalam kemajuan suatu usaha (Anonim, 2001).

Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk drinya sendiri. Peralatan merupakan berbagai alat-alat yang biasa digunakan dalam membantu aktivitas manusia, yang memiliki fungsi tertentu. Sumber daya peralatan dikatakan sebagai modal tetap dalam kegiatan usahatani. Alat-alat tersebut misalnya traktor, cangkul, bajak, dan lain-lain (Anonim, 2001).

Dalam sumber daya peralatan dikenal istilah NPA atau Nilai Penyusutan Alat, yaitu nilai yang terdapat pada suatu alat dengan melihat harga awal dari barang tersebut, harga akhir, lama pemakaian, dan jumlah barang tersebut (Suratiyah, 2008).

Rumus untuk menghitung nilai penyusutan alat yang dimiliki responden adalah :

NPA (Nilai Penyusutan Alat) = Harga Awal – Harga Akhir x ∑ jumlah (unit)

Umur alat

Sumber daya peralatan merupakan alat yang membantu dalam menjalankan aktivitas manusia. Sumber daya peralatan dalam pertanian sendiri merupakan penunjang dari berjalannya usahatani. Pengembangan sumber daya peralatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas serta meningkatkan mutu dan nilai tambah hasil (Anonim, 2001).

2.6 Kerangka Pemikiran

(32)

18 Industri rumah tangga tape singkong merupakan suatu unit usaha produksi tape singkong yang ada di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa, pada industri rumah tangga tape singkong terdiri dari proses produksi yang merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan singkong menjadi tape singkong, pada proses produksi tape singkong terdiri dari fungsi produksi atau faktor yang mempengaruhinya yaitu. Ragi tape (X1)yang merupakan bahan yang ditambahkan dalam proses fermentasi tape singkong. Singkong (X2)yang merupakan bahan baku yang digunakan dalam kegiatan proses produksi tape singkong. Modal (X3) yang merupakan sumber daya yang digunakan dalam kegiatan produksi tape singkong berupa barang atau jasa. Tenaga Kerja (X4)yang merupakan orang yang bekerja didalam industri usaha tape singkong dan Peralatan (X5)yang merupakan benda-benda yang digunakan didalam kegiatan proses produksi singkong menjadi tape singkong. Kelima fungsi produksi tersebut merupakan faktor penting yang di gunakan dalam kegiatan produksi tape singkong.

Adapun Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah :

(33)

19

Gambar 1.Kerangka Pikir Analisis Proses dan Fungsi Produksi Tape Singkong pada Industri Rumah Tangga Tape Singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa

Berdasarkan kerangka pemikiran pada Gambar 1, maka dapat di ambil gambaran bahwa terdapat 5 variabel independen (X1, X2, X3, X4 dan X5) dan 1 variabel dependen (Y) dimana variabel X1 menunjukkan ragi tape, variabel X2 menunjukkan bahan baku, variabel X3 menunjukkan modal, variabel X4 menunjukkan tenaga kerja, dan X5 menunjukkan peralatan. Sedangkan variabel Y menunjukkan hasil produksi tape singkong. Kelima variabel tersebut mempunyai hubungan sebab akibat.

2.7 Hipotesis

Diduga Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ragi tape, Singkong, Modal, Tenaga Kerja, dan Peralatan berpengaruh terhadap hasil produksi tape singkong.

Hasil Produksi Tape Singkong ( Y )

Singkong (X2)

Modal ( X3 )

Tenaga Kerja ( X4)

Peralatan ( X5) Ragi Tape

(X1)

Industri Rumah Tangga Tape Singkong

Fungsi Produksi Proses Produksi Tape

Singkong

(34)

20

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa yang dimulai pada bulan April sampai bulan Juni 2015 dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa terdapat industri rumah tangga yang memproduksi tape singkong.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pemilik usaha industri rumah tangga tape singkong di Kecamatan Bajang Barat Kabupaten Gowa berjumlah 30 produsen tape singkong yang akan dijadikan responden penelitian, sedangkan pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sensus, metode sensus adalah metode pendataan dengan mengambil keseluruhan populasi yang dijadikan sampel penelitian (Anonim, 2011)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data kualitatif. Data yang berisi pernyataan- pernyataan yang diambil dilapangan penelitian produksi tape singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa, seperti (nama, agama, jenis kelamin,tingkat pendidikan, jumlah tenaga kerja).

b. Data kuantitatif. Data yang berbentuk angka- angka, yang diambil dilapangan penelitian tape singkong di Kecamatan Bajeng Barat

(35)

21 Kabupaten Gowa, seperti data produksi tape singkong, dianalisa dan dijelaskan dengan menggunakan teknik analisis data

Sumber Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer. Data penelitian yang diperoleh langsung dari sumber asli (responden) yaitu pengelola tape singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya.

2. Data sekunder. Data yang diperoleh dari instansi terkait seperti Kantor Kecamatan Bajeng Barat dan penelitian terdahulu seperti jurnal dan berbagai media online (internet) beserta dari berbagai buku dan literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung dilapangan penelitian tape singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa

b. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara secara langsung dengan sumber informasi yaitu pengelola tape singkong dengan menggunakan daftar pertanyaan yaitu kuesioner yang terkait dengan penelitian ini.

(36)

22 c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data secara langsung ditempat penelitian tape singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa dengan cara mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, yang sesuai dengan masalah yang diteliti.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik penelitian ini yaitu penelitian deskriptif kuantitatif artinya dengan menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik kemudian dilengkapi dengan penjelasan secara deskriptif mengenai fenomena- fenomena yang terjadi dilapangan. Sugiono (2008)

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Analisis regresi linear berganda, dengan menggunakan rumus fungsi produksi, dimana Y (variabel terkait) dan X (varabel bebas) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Y = f(X1, X2, X3, X4, X5,....Xn) Dimana:

Y : Produksi ( kg ) f : Fungsi Produksi X1 : Ragi tape ( Perbiji )

X2 : Bahan baku singkong ( kg ) X3 : Modal (Rp)

X4 : Tenaga Kerja (HOK)

(37)

23 X5 : Peralatan (Rp)

Dalam Penelitian ini akan diuji nilai R2 F, dan t, serta pengujian asumsi klasik yang akan diperoleh masing masing nilainya dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dalam bentuk SPSS Ver. 15,0

a. Uji R2 ( Koefisien Determinasi )

Koefisien determinasi yang dilambangkan dengan R2 nilainya diformulasikan dalam persamaan berikut ini

R2: 1- ∑ bi ∑Qi 2

Uji ini menggambarkan seberapa variansi dari variabel tak bebas dapat dijelaskan oleh variansi dari variabel bebas nilai R2 mempunyai jarak antara 0-1 makin besar R2 ( mendekati 1 ) maka hasil estimasi akan semakin mendekati sebenarnya.

b. Hipotesis yang digunakan diuji dengan uji F

Pengujian terhadap pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan dengan menggunakan uji distribusi F, caranya adalah dengan membandingkan antara nilai kritis F ( F tabel ) dengan nilai F hitung, F Ratio yang terdapat pada tabel Analisis Of Variance dari hasil perhitungan SPSS dirumuskan sebagai berikut :

Ho :b1 ═ b2... ═ bn ═ 0 Ho :b1 ═ b2... ═ bn ≠ 0

(38)

24 Bila nilai F hitung < F tabel maka, Ho diterima dan bila F hitung > F tabel , maka Ho ditolak yang berarti pada input-input yang digunakan berpengaruh secara bersama-sama.

c. Pengujian Hipotesis dengan uji t Dirumuskan sebagai berikut : Ho :b1 ═ b2... ═ bn ═ 0 Ho :b1 ═ b2... ═ bn ≠ 0

Bila nilai t hitung < t tabel maka Ho diterima dan bila t hitung > t tabel, maka Ho ditolak yang berarti bahwa variabel yang bersangkutan berpengaruh secara signifikan.

Nilai diperoleh sebagai berikut:

t ═ (bi-b*) Sbi Dimana :

bi : koefisien dari variabel ke-i b*: nilai hipotesis dari bi nilai t tabel : α/2, n-k-1 dimana :

n : jumlah sampel

k: jumlah variabel independen termasuk konstanta d. Uji asumsi Klasik

Pengujian ini bertujuan agar model yang diestimasi terhindar dari gangguan multikolinieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas, pengujian terhadap gangguan tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:

(39)

25 1. Uji autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu ( seperti data deretan waktu ) atau ruang seperti data cross section untuk mengetahui autokorelasi digunakan uji Durbin Watson (DW ).

Adanya autokorelasi dalam regresi dapat diketahui dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Uji Durbin Watson dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut ( Gujarati, 2003 )

a. Regresi model lengkap untuk mendapatkan nilai residual b. Hitung d ( Durbin Watson statistik ) dengan rumus

d ═ ∑ ( e n- e n- 1 ) 2 ∑ e n 2

c. Hasil rumus tersebut ( nilai d ) kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel durbin watson. Didalam tabel itu di muat 2 nilai batas atas ( du ) dan nilai batas bawah ( d1 ) untuk berbagai nilai n dan k. Untuk nilai autokorelasi positif ( c < p < 1 ). Hipotesa nol Ho diterima jika d > du, sebaliknya Ho ditolak jika d< d. Untuk autokorelasi negatif .Hipotesa nol ( Ho ) diterima jika ( 4-d ) > du, sebaliknya Ho ditolak jika ( 4-d )<d1

2. Uji Multikolinearitas

Masalah multikolinearitas timbul karena salah satu atau lebih variabel ( X1 ) merupakan kombinasi yang linear yang pasti atau mendekati pasti dari variabel penjelas X lainnya oleh karena itu, farrar dan gleur menyarankan supaya dilakukan regresi bantuan antar variabel penjelas. Setelah dilakukan estimasi nilai R2 yang ditemukan, kemudian menghitung nilai F, dengan rumus:

(40)

26 F- hitung ═ R2x1 x (n-k)

1- R2x1 (k-1)

R2x1 : nilai R2 dari hasil estimasi regresi parsial variabel penjelas

n : jumlah data observasi

k : jumlah variabel penjelas ( tidak termasuk konstanta )

Rule of thumb yang digunakan adalah bila F hitung > F tabel, berarti bahwa xi yang berkolerasi dengan variabel penjelas X lainnya. Selain menggunakan F hitung juga bisa digunakan pengukuran terhadap varian inflation faktor ( VIF ) dalam uji multikolinieritas ( Gujarati, 2003 )

3. Uji Heteroskedastisitas

Dalam regresi linear berganda, salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar taksiran parameter dalam model tersebut bersifat BLUE ( Best, Linear,Unbiased, dan Estimator ) adalah var ( ui ) ═ ᶱ 2. Sesatan mempunyai variansi yang sama pada kasus lain dimana variansi ui tidak konstan, melainkan variabel berubah- ubah. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan pengujian antara lain metode grafik dan Uji park ( Gujarati, 2003 ).

(41)

27 3.5 Definisi Operasional

a. Produksi adalah kuantitas hasil usaha pengolahan ubi kayu menjadi tape singkong yang diproduksi pengrajin tape singkong yang dinyatakan/

diukur dalam satuan kilogram (kg)

b. Fungsi Produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam proses produksi barang dan jasa

c. Bahan Baku adalah ubi kayu yang digunakan untuk menghasilkan tape singkong yang dihitung/dinyatakan dalam satuan (kg)

d. Ragi tape adalah bahan yang ditambahkan dalam proses fermentasi tape singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa yang diukur dalam satuan (Perbiji)

e. Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi menghasilkan barang-barang baru yang dinyatakan dalam rupiah (Rp) f. Tenaga kerja adalah orang yang bekerja baik didalam keluarga maupun

diluar kelurga pada proses pengolahan ubi kayu menjadi tape singkong (HKO)

g. Peralatan adalah benda-benda yang terlibat dalam proses produksi tape singkong yang dinyatakan dalam satuan harga atau rupiah ( Rp )

h. Industri Rumah Tangga Tape Singkong adalah suatu unit usaha produksi tape singkong yang ada di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa i. Tape singkong adalah hasil pengolahan singkong menjadi tape singkong

yang diproduksi pengrajin tape singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa

(42)

28

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

Berdasarkan data monografi Kecamatan Bajeng Barat 2013 diperoleh gambaran bahwa Kecamatan Bajeng Barat memiliki luas wilayah 19.044 ha dan secara administrasi pemerintah Kecamatan Bajeng Barat memiliki 7 Desa yaitu :

a. Desa Gentungan b. Desa Tanabangka c. Desa Borimatangkasa d. Desa Mandalle e. Desa Manjalling f. Desa Kalemandalle g. Desa Bontomanai

Secara geografis Kecamatan Bajeng Barat berada pada ketinggian 0-50 m diatas permukaan laut sehingga dapat dikategorikan pada topografi dataran rendah dengan beriklim tropis yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kecamatan Pallangga - Sebelah Selatan : Kecamatan Bontonompo - Sebelah Barat : Kecamatan Barombong - Sebelah Timur : Kecamatan Bajeng

(43)

29 Adapun jarak orbitrasi Kecamatan Bajeng Barat dengan pusat pemerintahan adalah:

a. Kecamatan : 3 Km b. Kabupaten : 18 Km c. Provinsi : 30 Km 4.2 Kondisi Demografis

Tabel 1. Keadaan Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa

No Desa Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio

jenis kelamin

1. Gentungan 2.663 2.850 5.513 93

2. Tanabangka 1.667 1.781 3.448 94

3. Borimatangkasa 1.631 1.707 3.338 96

4. Mandalle 1.417 1.493 2.910 95

5. Manjalling 1.786 1.824 3.610 98

6. Kalemandalle 1.563 1.617 3.180 97

7. Bontomanai 1.107 1.159 2.266 96

Jumlah 11.834 12.431 24.265 95

Sumber : Kantor Camat Bajeng Barat, 2014

Tabel 1 menunjukkan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, dan desa gentungan memiliki jumlah penduduk terbesar dengan jumlah 5.513 Jiwa sedangkan yang paling terendah yaitu desa bontomanai dengan jumlah penduduk 2.266 Jiwa.

(44)

30 Tabel 2. Keadaan Penduduk berdasarkan Jenis Usia di Kecamatan Bajeng Barat

Kabupaten Gowa

No Kelompok Umur Persentase %

1. 0-15 15,05

2. 16-24 19.05

3. 25-34 26.98

4. 35-44 17.50

5. 45-54 15.42

6. 55 Tahun Keatas 6.00

Jumlah 100 %

Sumber : Kantor Camat Bajeng Barat, 2014

Tabel 2 menunjukkan keadaan penduduk berdasarkan jenis usia, dan penduduk yang tergolong produktif berusia 16-54 tahun, belum produktif 0-15 tahun, dan kurang produktif usia 55 tahun keatas. Berdasarkan kriteria tersebut maka sebagian besar dari penduduk Kecamatan Bajeng Barat tergolong dalam usia produktif, sedangkan selebihnya tergolong usia belum produktif dan kurang produktif.

Tabel 3. Keadaan Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa

No Sektor Persentase %

1. Petani 10,30

2. Nelayan 5.78

3. Peternak 2.37

4. PNS 6.74

(45)

31

5. Wiraswasta 10.60

6. Lain-lain 64.64

Jumlah 100 %

Sumber : Kantor Camat Bajeng Barat, 2014

Tabel 3 menunjukkan keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian, dan berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian penduduk yang berprofesi sebagai petani dengan jumlah persentase 10.30 %, dan masyarakat yang ada di Kecamatan Bajeng Barat berprofesi sebagai pedagang serta usaha lain yang bergerak di sektor perikanan laut. Usaha agroindustri berskala kecil dan menengah dengan jumlah persentase 64.64 % .

Tabel 4. Keadaan Penduduk berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa

No Tingkat Pendidikan Persentase %

1. Belum Sekolah dan TK 13.49

2. Tidak Tamat SD/ Sederajat 12.68

3. Tamat SD/ Sederajat 29.28

4. Tamat SLTP/ Sederajat 26.24

5. Tamat SLTA/ Sederajat 14.53

6. Tamat DI-DIII 1.93

7. Tamat Sarjana (SI-S3) 1.85

Jumlah 100 %

Sumber : Kantor Camat Bajeng Barat, 2014

(46)

32

Tabel 4 menunjukkan keadaan penduduk berdasarkan pendidikan, dan berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Bajeng Barat sebagian besar tamat SD yaitu 29.28 % kemudian tamat SLTP sebesar 26.24

%, selebihnya tamat SLTA, Akademi, dan tidak pernah sekolah. Ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa pada umumnya relatif rendah.

4.3 Kondisi Pertanian

Penduduk di Kecamatan Bajeng Barat umumnya berprofesi sebagai petani dan memiliki luas lahan yang cukup memadai untuk dipakai dalam bercocok tanam oleh petani sehingga kondisi pertanian di Kecamatan Bajeng Barat berjalan secara efektif dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kondisi Pertanian yang berada di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa

No Jenis Tanaman Luas Panen ( Ha ) Produksi ( Ton )

1. Padi Sawah 3.191 20.926

2. Padi Ladang - -

3. Jagung 15 81

4. Kedelai 100 153

5. Kacang Tanah - -

6. Kacang Hijau 293 280

7. Ubi Kayu 500 1.23

8. Ubi Jalar - -

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Gowa, 2014

(47)

33

Tabel 5 menunjukkan kondisi pertanian yang berada di Kecamatan Bajeng Barat, bahwa komoditi yang diusahakan paling luas yaitu tanaman pangan atau padi sawah dengan jumlah 3.191 dari keseluruhan luas pertanaman tanaman pangan dan hortikultura dan menyusul ubi kayu dengan luas panen 500 dan tingkat produksi yang dihasilkan mencapai 1.23 ton, begitupun dengan tanaman jagung, kedelai, dan kacang hijau setiap tahunnya mengalami peningkatan produksi

(48)

34

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Industri rumah tangga tape singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa berjumlah 30 produsen. Berikut identitas responden pada usaha produksi tape singkong, dapat dilihat pada Tabel 6.

a. Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan merupakan salah satu variabel penentu tingkat kemajuan suatu wilayah, makin banyak penduduk yang berpendidikan tinggi dalam suatu wilayah, maka tingkat kemajuan wilayah tersebut cenderung lebih tinggi. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.Tingkat Pendidikan Responden pada Usaha Tape Singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa

No. Pendidikan Jumlah Pengrajin Persentase

1. Tidak Sekolah 8 26.60

2. SD 13 43.30

3. SLTP 4 13.30

4. SLTA 5 16.60

Jumlah 30 100.00

Sumber : Data Primer setelah diolah, 2015

Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden didominasi oleh tamatan SD 13 orang atau 35.50 %, Tidak Sekolah 8 orang atau 25.00 %, SLTA 5 orang atau 20.00 % dan SLTP 4 orang atau 19.50 %. Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap suatu usaha yang akan dikelolah, apabila disiplin ilmu yang

(49)

35 dimiliki sesuai dengan usaha yang dilakukan maka berpengaruh terhadap proses kerja atau adopsi inovasi.

b. Tingkat Umur Responden

Umur sangat mempengaruhi fisik dalam bekerja dan berfikir. Responden yang berumur mudah mempunyai kemampuan yang lebih besar dari responden yang lebih tua, yang mudah cenderung menerima hal - hal yang baru untuk menambah pengalaman, sedangkan yang berusia tua mempunyai kapasitas mengolah usahanya lebih baik dan sangat berhati-hati bertindak dikarenakan lebih

banyak pengalaman dirasakan. Keadaan umur responden dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Tingkat Umur Responden pada Usaha Tape Singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa

No. Pendidikan Jumlah Pengrajin Persentase

1. 25-35 4 13.30

2. 36-46 15 50.00

3. 47-57 11 36.60

Jumlah 30 100.00

Sumber : Data Primer setelah diolah, 2015

Tabel 7 menunjukkan bahwa tingkat umur reponden antara 25 sampai 35 tahun sebanyak 4 orang atau 13.30 %, umur antara 36 sampai 46 tahun sebanyak 15 orang atau 50.00 % dan umur 47 sampai 57 tahun sebanyak 11 orang atau 36.60 %. Hal ini menerangkan bahwa 30 responden yang memproduksi tape singkong tergolong dalam kategori produktif.

(50)

36 c. Tingkat Pengalaman Responden

Setiap pengrajin yang memulai atau menjalankan usahanya mempunyai latar belakang yang memotivasinya untuk menjalankan usahanya tersebut sehingga usaha tersebut tetap berjalan atau eksis berproduksi. Tingkat pengalaman responden dapat dilihat pada tabel dibawah:

Tabel 8. Tingkat Pengalaman Responden pada Usaha Tape Singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa

No. Tingkat Pengalaman Responden

Jumlah Pengrajin Persentase

1. 1-10 21 70.00

2. 11-21 6 20.00

3. 22-32 3 10.00

Jumlah 30 100.00

Sumber : Data Primer setelah diolah, 2015

Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat pengalaman pengrajin dalam memproduksi tape singkong antara 1 sampai 10 tahun sebanyak 21 orang atau 70.00 %, antara 11 sampai 21 tahun sebanyak 6 orang atau 20.00 % dan tingkat pengalaman responden antara 22 sampai 32 tahun sebanyak 3 orang atau 10.00 %.

Hal ini dapat di jelaskan bahwa rata-rata jumlah responden pada tingkat pengalaman dalam produksi tape singkong berada pada tingkatan 10 tahun keatas dengan artian pengalaman dalam usaha tape singkong cukup maksimal dan sudah berpengalaman.

(51)

37 5.2 Penyediaan Bahan Baku

Bahan baku merupakan bahan mentah yang diolah dan dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam suatu industri rumah tangga. Ketersediaan bahan baku secara cukup dan berkelanjutan akan menjamin suatu perusahaan untuk bisa berproduksi dalam waktu yang relatif lama. Dalam melakukan pengolahan singkong menjadi tape singkong bahan baku utama yang digunakan adalah ubi kayu dan bahan yang ditambahkan adalah ragi tape sedangkan peralatan yang digunakan yaitu kompor, pisau, baskom, dan panci.

Ketersediaan bahan baku untuk setiap industri rumah tangga tape singkong cukup maksimal sehingga dapat di kelola dan dikembangkan menjadi produk tape singkong.

5.3 Proses Produksi Tape Singkong

Kegiatan produksi dilakukan dengan menggunakan alat sederhana dan tidak menggunakan biaya yang banyak, hanya pada saat pengupaan kulit ubi kayu serta menghilangkan kulit arinya menggunakan tenaga kerja yang cukup kuat dan teliti.

Uraian kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi tape singkong adalah sebagai berikut :

a. Pengupasan

Ubi kayu yang telah dipilih dikupas, dan sebelumnya, dipotong terlebih dahulu pada masing-masing ujungnya, setelah di kupas dan dipotong pada masing-masing ujungnya, ubi kayu tersebut ditempatkan pada suatu wadah yaitu baskom.

(52)

38 b. Pencucian

Ubi kayu yang telah dikupas kemudiaan dicuci dengan air sehingga bersih dari kotoran, kemudiaan dibilas dengan air bersih sebanyak 7 kali pencucian sehingga kotoran yang melekat pada ubi kayu benar-benar bersih.

c. Pemotongan

Singkong yang telah dicuci kemudiaan dipotong menjadi 3 bagian dalam

1 singkong, dan apabila hasil panen singkong kecil, tidak perlu dipotong.

d. Pengupasan Kulit Ari Pada Singkong

Proses pengupasan kulit ari pada singkong bertujuan pada saat singkong difermentasikan dengan menggunakan ragi, singkong tersebut akan cepat mengalami proses pemasakan karena telah dikupas bagian luar kulit singkong yang kasar.

e. Pengukusan

Pengukusan pada singkong dilakukan pada saat singkong telah dipotong dan dikupas kulit arinya, pengukusan dilakukan dengan waktu 1 jam untuk memperoleh pengukusan yang benar-benar matang dan lembek.

d. Pendinginan

Setelah singkong dikukus selanjutnya singkong didinginkan dengan waktu 15 menit untuk selanjutnya diberi ragi tape.

(53)

39 e. Fermentasi

Singkong yang telah didinginkan selanjutnya ditaburi ragi tape dengan perbandingan 80 kg singkong 50 biji ragi tape, kemudian setelah singkong diberi ragi tape selanjutnya ditutupi dengan daun pisang dan difermentasikan selama 3 malam.

f. Pengemasan

Kemasan adalah wadah atau pembungkus, bagi produk pangan yang mempunyai peranan penting dalam upaya mempertahankan mutu dan keamanan pangan serta meningkatkan daya tarik produk. Sebelum dikemas produk tape singkong diangin-anginkan sampai dingin, kemudian diletakkan ke wadah untuk pedagang keliling dengan menggunakan wadah daun pisang, sedangkan untuk dipasarkan ditoko atau supermarket dikemas dengan menggunakan plastik makanan ( plastik produk ) yang berfungsi mencegah masuknya bau dan bakteri dan rasa asin dari luar, tetapi dapat melewatkan oksigen sepenuhnya. Daya tahan tape singkong yang telah difermentasikan dapat bertahan kira-kira 5 hari sampai 1 minggu tergantung proses pengemasan dan penyimpanan yang baik.

Singkong

(54)

40

Gambar. 2 Alur Proses Produksi Tape Singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa

5.4 Analisis Proses dan Fungsi Produksi Tape Singkong di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa

Pengupasan, Pencucian, Pemotongan

Pengupasan Kulit Ari Singkong

Pengukusan Singkong dengan Memperhatikan Sistem Kematangan

Dalam Waktu Selama 1 Jam

Pendinginan Singkong Selama 15 Menit

Proses Fermentasi Singkong Selama 3 Hari, 3 Malam

Pengemasan Tape Singkong

Dengan Tujuan mempecepat Proses

Pemasakan pada Singkong

Menggunakan Media Plastik makanan

Menggunakan keranjang dengan dilapisi Daun

Pisang

(55)

41 Produksi tape singkong yang ada di Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu Singkong, Ragi Tape, Modal, Tenaga Kerja dan Peralatan. Faktor- faktor tersebut merupakan variabel yang mempengaruhi tingkat produksi yang berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Sedangkan jumlah tape singkong yang dihasilkan merupakan variabel output yang besaran jumlahnya dipengaruhi oleh fungsi produksi tersebut.

Fungsi produksi yang terdiri dari variabel yang menjelaskan (X) dan variabel yang dijelaskan (Y) akan diukur dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Model analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh atau kekuatan dari beberapa variabel prediktor terhadap variabel respon. Pengujian dengan model regresi memberikan nilai pada koefisien determinan, nilai F hitung, nilai t hitung, dan mendeteksi adanya multikolinieritas antara variabel prediktor dan kaidah asumsi klasik. Daftar analisis proses dan fungsi produksi yang dianalisis dengan model regresi linear berganda pada industri rumah tangga tape singkong.

5.5 Uji Penyimpanan Asumsi Klasik

Pengujian terhadap asumsi klasik dengan bantuan SPSS versi 15,0 yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

5.5.1. Uji Multikolinieritas

Referensi

Dokumen terkait

pen~sahaan kertas perlu menekan biaya produksi melalui penggunaan bahan baku. lokal yang lebih besar dibandingkan bahan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah produksi optimum dari masing-masing faktor produksi ubi kayu, minyak goreng dan tenaga kerja pada industri keripik singkong

Pada proses pengolahannya yang dimulai dari penerimaan bahan baku, proses produksi dan produk akhir masih perlu adanya pengendalian agar keripik daun singkong rasa paru

( Wawancara Syamsu Animar Pada Tanggal 18 Mei 2022) Produksi kopi bubuk pada periode ini mengalami keterpurukkan karena produksi terhambat akibat bahan baku produksi tidak

Di dalam masyarakat yang kurang maju sekalipun bahan baku sangat besar peranannya dalam kegiatan ekonomi, pada dasarnya bahan baku merupakan hal yang mendasar

mempengaruhi tingkat kesejahteraan rumah tangga pemilik industri secara signifikan di antaranya adalah pendapatan, jumlah hasil produksi, jumlah bahan baku, dan jumlah pohon

Namun demikian, meskipun home industri pembuatan keripik singkong memiliki keunggulan dalam ketersediaan bahan baku dengan harga yang lebih murah, juga mampu

Harga pokok produksi adalah semua biaya yang telah dikorbankan dalam proses produksi atau kegiatan mengubah bahan baku menjadi produk selesai yang meliputi biaya bahan