PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF DAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIKA SISWA
TESIS
Oleh :
SAIFUL BAHRI
NIM. 081188730045
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KREATIF DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA
Oleh :
SAIFUL BAHRI NIM. 081188730045
Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan hasil kemampuan pemecahan matematika siswa, mendeskripsikan kadar aktivitas aktif siswa mendeskripsikan respon siswa pada saat pembelajaran materi geometri dan pengukuran melalui pembelajaran berpikir kreatif.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, dengan subjek penelitian siswa SMP Negeri 28 Medan Johor kelas VIII dengan jumlah siswa 30 orang. Hasil survey yang dilakukan oleh penelitian berupa pemberian tes awal (pretes) bahwa secara keseluruhan, jumlah siswa yang memperoleh kategori nilai cukup adalah 11 orang dari 30 orang siswa yang mengikuti tes, atau tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah 36,66 dari jumlah siswa yang mengikuti tes. Tingkat kemampuan pemecahan masalah yang direncanakan dalam penelitian > 80% dari jumlah siswa yang mengikuti tes. Dan hasil survey yang dilakukan oleh penelitian berupa pemberian tes awal (pretes) bahwa secara keseluruhan, jumlah siswa yang memperoleh kategori nilai cukup adalah 8 orang dari 30 orang siswa yang mengikuti tes, atau tingkat kemampuan berpikir kreatif matematika siswa adalah 26,66 dari jumlah siswa yang mengikuti tes. Tingkat kemampuan berpikir kreatif yang direncanakan dalam penelitian > 80% dari jumlah siswa yang mengikuti tes.
ABSTRACT
THE APPLICATION MODEL BASED LEARNING PROBLEM TO INCREASE ABILITY THINK KREATIF AND SOLVING
PROBLEM MATH STUDENT
By:
SAIFUL BAHRI NIM. 081188730045
The purpose from this research for describe the result of solving ability mathematics students', describing levels of activity of active of students describing student's response at the time of learning the material geometry and measurement through learning think creatively.
This research constitute action research classroom, with subject of research students of SMP Negeri 28 Medan Johor class of VIII with number of students 30 of people. The results of survey which conducted by research the form of granting tests initial (pre-test) that overall, the amount of students which acquire category of value of enough is the 11 people of 30 people students who follow a test, or the level ability problem solving math students is the by 36.66 of the amount of students who follow tests. Level solving ability problem who planned in research> 80% of the amount of students who follow tests. And the results of survey which conducted by research the form of granting tests initial (pre-test) that overall, the amount of students which acquire category of value of enough is the 8 person of 30 people students who follow a test, or the level ability creative thinking mathematics students is the 26.66 from the number of students who follow tests. Level of thinking ability creative who planned in research> 80% of the amount of students who follow tests.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayat-Nya sehingga tesis yang berjudul “PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA SISWA’’ dapat diselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun
dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika di Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimah kasih kepada:
1. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber I yang telah
banyak membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam
penyelesaian tesis ini.
2. Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd. M.A, M.Sc.D selaku pembimbing I dan
Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku pembimbing II di tengah-tengah
kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan dengan sabar dan kritis
terhadap berbagai permasalahan dan selalu mampu memberikan motivasi bagi
penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
4. Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Seketaris Program Studi Pendidikan
Matematika dan narasumber II yang telah banyak membantu dalam
memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesain tesis ini.
5. Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, MS selaku narasumber III yang telah banyak
membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesain tesis
ini.
6. Kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 28 Medan Johor. Bapak Horas Pohan,
S.Pd., MM dan Bapak Halomoan Sitanggang, S.Pd yang telah memberikan
7. Seluruh staf pegawai Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana dan
yang telah membantu menulis.
8. Teristimewa kepada Ayahanda, Ibunda dan keluarga besar saya tercinta yang telah memberikan Do’a dan dorongan moril maupun materil serta kasih sayang kepada penulis selama masa perkuliah sehingga selesainya tesis ini.
9. Teristimewa kepada Istri Siti Chotimah, S.Pd selaku orang yang saya sayangi
dan anak Kamila Kautsar Ilma penulis, yang mendukung penulis dan
memberikan semangat kepada penulis sehingga tesis ini selesai.
10.Kepada teman-teman Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana
Universitas Negeri Medan, kelas B stambuk 2008. Yang telah memberikan
dukungan selama perkuliahan hingga penyelesaian tesis ini. Semoga kita
dapat terus menjaga tali silaturahmi kelak. Amin...
11.Keluarga besar UMN AL-washliyah dan memberikan Do’a dan dorongan
moril maupun materil serta kasih sayang kepada penulis selama masa
perkuliah sehingga selesainya tesis ini.
Akhirulkalam penulis mengaharapakan semoga tesis ini bermanfaat bagi
kita semua dan bagi kemajuan Program Studi Pendidikan Matematika
Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua. Amin.
Medan, 20 Juni 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Abstrak ... i
Abstract ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi... v
Daftar Lampiran...viii
Daftar Tabel...ix
Daftar Gambar...xi
Daftar Grafik...xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 13
C. Batasan Masalah ... 13
D. Rumusan Masalah ... 13
E. Tujuan Penelitian ... 14
F. Manfaat Penelitian ... 14
G. Defenisi Operasional ... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17
A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika ... 17
B. Kreativitas dan Berfikir Kreatif ... 18
C. Berfikir Kreatif ... 21
D. Berfikir Kreatif dalam Pendidikan Matematika ... 24
E. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 26
F. Pengertian Masalah ... 28
G. Langkah Pemecahan Masalah ... 29
H. Strategi Pemecahan Masalah ... 30
I. Masalah dan Pemecahan Masalah (Problem Solving) ... 31
J. Model Pembelajaran Pemecahan Masalah ... 32
K. Masalah Matematika ... 33
M. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 35
N. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ... 40
O. Ciri-ciri Model Pembelajaran Berbasis Masalah... 42
P. Tujuan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 43
Q. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 43
R. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah... 44
S. Belajar Kelompok ... 46
T. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based-Learning) ... 46
U. Penelitian yang Relevan ... 54
V. Kerangka Berpikir ... 55
W. Hipotesis Tindakan ... 57
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 58
A. Jenis Penelitian ... 58
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 58
C. Subjek dan Objek Penelitian... 59
D. Mekanisme dan Perencanaan ... 60
E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data... 64
F. Analisis Data ... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71
A. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I... 71
1. Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa 71 2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 72
3. Hasil Respon Siswa ... 77
4. Hasil Refleksi Siklus I ... 78
B. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II ... 83
1. Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa .. 83
2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 84
3. Hasil Respon Siswa terhadap Pembelajaran ... 85
5. Respon Siswa ... 89
C. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ... 90
1. Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa ... 90
2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 91
3. Hasil Respon Siswa ... 96
4. Hasil Refleksi Siklus I ... 97
D. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II ... 99
1. Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa ... 101
2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 102
3. Hasil Respon Siswa terhadap Pembelajaran ... 183
4. Hasil Respon Siswa ... 105
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 159
A Simpulan ... 159
B Saran ... 160
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kemampuan Pemecahan Masalah Secara Kuantitatif Siklus I ... 71
Tabel 2 Perolehan Skor Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Berbais
Masalah Siklus I ... 75
Tabel 3 Persentase Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran ... 77
Tabel 4 Kemampuan Pemecahan Masalah Secara Kuantitatif Siklus II ... 83
Tabel 5 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Berbasis
Masalah Siklus II ... 84
Tabel 6 Hasil Respons Siswa Terhadap Pembelajaran ... 85
Tabel 7 Kemampuan Berpikir Kreatif Secara Kuantitatif Siklus I ... 90
Tabel 8 Perolehan Skor Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Berpikir
Kreatif Siklus I ... 94
Tabel 9 Persentasi Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran
Berpikir Kreatif ... 96
Tabel 10 Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Secara Kuantitatif Siklus II 101
Tabel 11 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Berpikir
Kreatif Siklus II... 102
Tabel 12 Hasil Respon Siswa Terhadap Pembelajaran ... 104
Tabel 13 Deskripsi Tingkat Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah
Siswa Pada Tes Awal ... 106
Tabel 14 Daftar Kelompok ... 109
Tabel 15 Peroleh Skor Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Berbasis
Masalah Silus I ... 115
Tabel 16 Deskripsi Tingkat Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah
Siswa Pada Siklus I ... 117
Tabel 17 Perolehan Skor Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Berbasis
Masalah Siklus II ... 125
Tabel 18 Deskripsi Tingkat Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah
Siswa Pada Siklus II... 126
Tabel 20 ketuntasan Belajar Siswa Tiap Siklus ... 131
Tabel 21 Peningkatan Kemampuan Masalah Siswa ... 132
Tabel 22 Deskripsi Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Tes Awal ... 133
Tabel 23 Daftar Kelompok... 136
Tabel 24 Perolehan Skor Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Berpikir Kreatif Siklus I ... 142
Tabel 25 Deskripsi Tingkat Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Siklus I ... 144
Tabel 26 Perolehan Skor Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Berpikir Kreatif Siklus II... 152
Tabel 27 Deskripsi Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Siklus II... 154
Tabel 28 Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Tiap Siklus ... 156
Tabel 29 Ketuntasan Berpikir Kreatif Belajar Siswa Tiap Siklus... 157
DAFTAR GAMBAR
I. Gambar 1: Guru memberikan arahan kepada siswa ... 111
II. Gambar 2: Guru membimbing kelompok ... 112
III. Gambar 3: Guru membimbing kelompok ... 113
IV. Gambar 4: Siswa mengerjakan tes kemampuan pemecahan masalah I ... 114
V. Gambar 5: Guru membimbing kelompok ... 122
VI. Gambar 7: Guru menjelaskan materi kubus dan balok ... 123
VII. Gambar 8: Siswa mengerjakan tes kemampuan pemecahan masalah II ... 124
VIII. Gambar 9: Guru memberikan arahan kepada siswa ... 138
IX. Gambar 10: Guru membimbing kelompok ... 139
X. Gambar 11: Guru membimbing kelompok ... 140
XI. Gambar 12: Siswa mengerjakan tes kemampuan berpikir kreatif I ... 141
XII. Gambar 13: Guru Membimbing kelompok ... 149
DAFTAR GRAFIK
I. GRAFIK I: Tingkat kemampuan siswa secara individu pada siklus I ... 72
II. GRAFIK II: Aktivitas siswa secara kelompok pada siklus II ... 76
III. GRAFIK III: Tingkat kemampuan siswa secara individu pada siklus II ... 84
IV. GRAFIK IV: Aktivitas Siswa Secara Kelompok pada Siklus II ... 85
V. GRAFIK V: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siklus I ... 91
VI. GRAFIK VI: Aktivitas Siswa Secara Kelompok pada Siklus I ... 95
VII. GRAFIK VII: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Siklus II .. 102
VIII. GRAFIK VIII: Aktivitas Siswa Secara Kelompok Pada Siklus II ... 103
IX. GRAFIK IX: Aktivitas Siswa Secara Kelompok pada Siklus I ... 116
X. GRAFIK X: Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Secara Individu pada Siklus I ... 118
XI. GRAFIK XI: Aktivitas Siswa Secara Kelompok Pada Siklus II ... 125
XII. GRAFIK XII: Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Secara Individu Siswa ... 128
XIII. GRAFIK XIII: Aktivitas Siswa Secara Kelompok pada Siklus I ... 143
XIV. GRAFIK XIV: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Secara Individu pada Siklus I ... 145
XV. GRAFIK XV: Aktivitas Siswa Secara Kelompok pada Siklus II ... 153
XVI. GRAFIK XVI: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Secara Individu
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. RPP Siklus Pertama ... 164
B. RPP Siklus Kedua ... 172
C. Lembar Aktivitas Siswa I ... 180
D. Tes Siklus I ... 182
E. Tes Siklus II ... 183
F. Alternatif Jawaban Tes Siklus I ... 184
G. Alternatif Jawaban Tes Siklus II ... 187
H. Lembar Observasi Pada Siklus I.... ... 190
I. Lembar Observasi Pada Siklus II ... 192
J. Observasi Siswa Pada Siklus I.... ... 194
K. Observasi Siswa Pada Siklus II... ... 195
L. Lembar Persetujuan Hasil Validitasi Instrumen ... 196
M. Lembar Persetujuan Hasil Uji Coba Instrumen ... 207
N. Dokumentasi Penelitian ... 246
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap
manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri.
Selain itu pula pendidikan sangat penting dalam pembangunan maka tidak salah
jika pemerintah senantiasa mengusahakan untuk meningkatkan mutu pendidikan
baik dari tingkat paling rendah maupun sampai ke tingkat perguruan tinggi.
Masalah matematika adalah sebuah kata yang sering terdengar oleh kita.
Disadari atau tidak, suatu masalah menimbulkan suatu sistem dimana kita
menginginkan sesuatu yang belum kita mendapatkannya. Sebagian besar ahli
pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang
harus dijawab atau direspon. Mereka juga menyatakan bahwa tidak semua
pertanyaan otomatis jadi masalah. Artinya, sesuatu menjadi masalah tergantung
bagaimana seseorangan mendapatkan masalah tersebut sesuai kemampuannya.
Misalnya dalam pendididkan matematika SMP ada masalah bagi kelas
rendah namun bukan masalah bagi kelas tinggi. Masalah merupakan suatu
konflik, hambatan bagi siswa dalam menyelesaiakan tugas belajarnya di kelas.
Namun, masalah harus diselseaikan agar proses berpikir siswa terus berkembang.
Semakin banyak siswa dapat menyelesaikan setiap permasalah matematika, maka
siswa kaya variasi dalam menyelesaiakn soal – soal matematika dalam rutin
ataupun tidak rutin.
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa pengajuan masalah
matematika menurut siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran.
Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah
merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka menyatakan
juga bahwa tidak semua pertanyaan otomatis akan menjadi masalah. Suatu
suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah
diketahui si pelaku.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya. Siswa
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang
bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematika
seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, pertemuan pola,
penggeneralisasian, komunikasi matematika dan lain-lain dapat dikembangkan
secara lebih baik. Namun demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
kegiatan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matematika belum
dijadikan sebagai kegiatan utama. Padahal, di negara-negara maju seperti Amerika
Serikat dan Jepang kegiatan tersebut dapat dikatakan merupakan inti dan kegiatan
pembelajaran matematika sekolah.
Rendahnya kemampuan siswa terutama dalam pembelajaran matematika
sangat mempengaruhi mutu pendidikan. Adanya faktor yang mempengaruhi
kemampuan siswa salah satunya adalah cara belajar siswa. Dari hasil wawancara
dengan salah satu guru matematika SMP Negeri 28 Medan Johor (Halomoan
Sitanggang, S.Pd) menyatakan bahwa :
Hasil dari Observsi Guru bidang studi matematika Kelas VIII-4 SMP
Negeri 28 dari 5 soal, 3 soal yang banyak kesalahan siswa. Jadi KKM nya belum
Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal 1,2,dan 3. Dari 3
soal tersebut sangat sulit memecahkan masalah, jika soal yang diberikan sedikit
kreativitas siswa dari beberapa siswa tersebut. Serta cara belajar siswa yang
kurang baik sehinggga nilai yang diperoleh masih dibawah KKM (65).
Dari hasil survei berupa observasi kelas dapat dilihat aktivitas siswa yang
masih kurang dalam memperhatikan pelajaran yang diterangkan oleh guru. Siswa
terkadang masih asyik dengan aktivitasnya sendiri sehingga apa yang
disampaikan guru tidak sepenuhnya diterima oleh siswa.
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa.Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus
dengan rincian perencanaan, pelaksanaan, observasi – evaluasi, dan refleksi untuk
tiap-tiap siklus. Teknik pengumpulan data dengan lembar observasi, tes hasil
belajar. Hasil analisis data menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
berbasis masalah memberikan hasil positif, dalam artian terjadi peningkatkan
kualitas pembelajaran baik proses maupun hasil pembelajaran. Terjadi
peningkatkan rata – rata kelas dari 64,20 pada siklus I, menjadi 66,93 pada siklus
II. Jadi peningkatkan rata – rata kelas sebesar 2,37.
Peningkatkan ketuntasan belajar dari 75,00% pada siklus I menjadi
90,91% pada siklus II. Terjadi peningkatkan nilai ketuntasan belajar sebesar
15,91%. Peningkatkan keaktifan siswa dari tergolong aktif (
p= 3,82) pada siklus
I menjadi sangat aktif pada siklus II (
p= 4,98).Meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar SMP Negeri 4 Tejakula (Putu Budiastana).
Bila kita ingin memperoleh hasil yang optimal dan penelitian di atas, saya
sebagai peneliti ingin meneliti untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah siswa pada penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
Model pembelajaran pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif dan prestasi belajar siswa kelas IX-C SMP Negeri 2 Patean
Semester 1 Tahun Pelajaran 2009/2010 pada materi bangun ruang sisi lengkung
(tabung, kerucut, dan bola). Pada siklus I kemampuan berpikir kreatif matematika
siswa level kreatif 3 siswa atau 9%, cukup kreatif 13 siswa atau 37%, kurang
kreatif 11 siswa atau 31%, dan tidak kreatif 8 siswa atau 23%, kemudian pada
atau 66%, kurang kreatif 3 siswa atau 9%, dan tidak kreatif 3 siswa atau 3%. Pada
siklus I, nilai tertinggi prestasi belajar siswa 80, nilai terendah 40, dengan rata-rata
nilai hanya 62, dan ketuntasan klasikal 51,43% atau hanya 18 siswa yang mampu
mencapai nilai di atas KKM 63. Sehingga masih ada 17 siswa atau 48,57% yang
nilai prestasi belajarnya di bawah KKM. Pada siklus II meningkat menjadi nilai
tertinggi prestasi belajar siswa 87, nilai terendah 43, dengan rata-rata nilai 68, dan
ketuntasan klasikal 82,86% atau 29 siswa yang mampu mencapai nilai di atas
KKM 63 namun masih ada 6 siswa atau 17,14% yang nilai prestasi belajarnya di
bawah KKM. Guru telah mampu mempertahankan dan meningkatkan kualitas
pengelolaan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap
kinerja guru dalam pembelajaran pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga pada
siklus II ini, yaitu 83,33%, 86,11% dan 88,89% sehingga rata-rata kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran 86,44% yang sebelumnya pada Siklus I baru
mencapai 66,67%, 75,00% dan 77,77% dengan rata-rata 73,15%.
Dari pernyataan tersebut dapat dilihat siswa kurang memperhatikan
penjelasan yang diberikan oleh guru karena dalam proses pembelajaran guru
masih mendominasi proses pembelajaran tersebut. Maka terjadi kecenderungan
meminimalkan keterlibatan siswa selama proses belajar berlangsung. Sehingga
siswa banyak menunggu sajian materi yang diberikan oleh guru yang membuat
sebagian siswa menjadi cepat bosan dalam mengikuti materi pelajaran yang
mengakibatkan penguasaan siswa terhadap pelajaran tidak tuntas maka hasil
ulangan siswa juga kurang memuaskan karena siswa kurang aktif dan kreatif
selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini yang menyebabkan rendahnya
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
Salah satu masalah dalam pemecahan masalah matematika di SMP adalah
rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan (soal cerita ), khususnya soal
non rutin atau terbuka (open ended). Hal tersebut disebabkan salah satunya
karena kelemahan siswa dalam aspek – aspek kemampuan berpikir kreatif yang
diperlukan untuk memecahakn masalah untuk mengatasi itu diperlukan untuk
pembelajaran dengan pengajuan masalah (problem solving). Pengajuan masalah
merupakan tugas kegiatan yang mengaruh pada sikap kritis dan kreatif.
Penelitian tindakan kelas dilakukan untuk menjawab “Apakah penerapan pembelajaran dengan pengajuan masalah dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa dikelas VII D SMP Negeri 6 Sidoarjo dalam belajar materi
garis dan sudut.
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa tidak semua aspek
kemampuan berpikir kreatif meningkat terutama flesibilitas dalam memecahakan
masalah. Tetapi untuk aspek pemahaman terhadap informasi masalah, kebaruan
dan kefasihan dalam menjawab soal mengalami peningkatan. Hasil lain
menunjukkan bahwa kemampuan memecahkan dan mengajukan masalah
mengalami kemajuan /peningkatan. (TataqYuli Eko Siswono).Jurnal terakreditasi “ Jurnal Pendidikan Matematika dan sains’’. FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta tahun x, No.1, Juni 2005,ISSN 1410 – 1866, hal
-9.(Http://tatagyes,file,wordpress,com/2009/II/paper 05_ problem posing,pdf).
Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan
memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan
kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan dan
membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Berpikir kreatif membutuhkan
ketekunan, disiplin diri dan perhatian penuh yang meliputi aktivitas mental (1)
mengajukan pertanyaan, (2) mempertimbangkan informasi baru dan ide yang
tidak lazim dengan pikiran terbuka, (3) membangun keterkaitan khususnya di
antara hal-hal yang berbeda, (4) menghubung-hubungkan berbagai hal yang
bebas, (5) menerapkan. imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal yang
baru dan berbeda, (6) mendengarkan intuisi (Johnson, 2008: 215). Semua orang
diasumsikan kreatif, tetapi derajat kreativitasnya berbeda. Keadaan ini
menunjukkan adanya tingkat kemampuan berpikir kreatif seseorang yang
berbeda. ide tentang tingkat kemampuan berpikir kreatif telah diungkapkan oleh
beberapa ahli, antara lain oleh De Bono, Gotoh, dan Krulik & Rudnick (Siswono
2007: 1). Tingkat tersebut bersifat umum dan tidak dengan tegas memperlihatkan
matematika merupakan kombinasi berpikir logis dan berpikir divergen yang
memperhatikan fleksibilitas, kefasihan dan kebaruan dalam memecahkan
maupun mengajukan masalah (Siswono, 2007: 2). Penjenjangan kemampuan
berpikir kreatif siswa dalam matematika menurut Siswono (2007: 1-2) adalah
sebagai berikut (1) Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif 4 (Sangat Kreatif),
(2)Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif 3 (Kreatif), (3) Tingkat Kemampuan
Berpikir Kreatif 2 (Cukup Kreatif) , (4) Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif 1
(Kurang Kreatif), dan (5) Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif 0 (Tidak Kreatif).
Menurut Tall (1991: 44) ada beberapa level tahapan perkembangan dari
kreativitas matematik yaitu (1) level rendah: bergantung sekali pada aplikasi
algoritma, (2) level lebih tinggi: mengesampingkan aplikasi algoritma tetapi
berdasarkan pada alasan langsung di dalam model matematika, (3) level tertinggi:
mengesampingkan model matematika sama sekali, beralasan pada teori formal,
membuat sebuah pemecahan masalah dengan sebuah inspeksi intelegensi pada
apa yang dinyatakan pada masalah. Menurut Dwijanto (2007:11-12), berpikir
kreatif matematik adalah kemampuan dalam matematika yang meliputi 4 (empat)
kemampuan yaitu fluency (kelancaran) adalah kemampuan menjawab masalah
matematika secara tepat, (2) flexibility (keluwesan) adalah kemampuan menjawab
masalah matematika melalui cara yang tidak baku, (3) orisonil (keaslian) adalah
kemampuan menjawab masalah matematika dengan menggunakan bahasa, cara,
idenya. sendiri, (4) elaboration (elaborasi) adalah kemampuan memperluas
jawaban masalah, memunculkan masalah-masalah baru atau gagasan-gagasan
baru.
Pembahasan pengertian berpikir kreatif tidak akan terlepas dari topik
kreativitas. Pada permulaan penelitian tentang kreativitas, istilah ini biasanya
dikaitkan dengan sikap seseorang yang dianggap sebagai kreatif. Pada berbagai
literatur terdapat banyak defenisi tentang kreativitas tetapi tampaknya tidak ada
defenisi umum yang sama.
Menurut Silver (1997). ada dua pandangan tentang kreativitas. Pandangan
pertama disebut pandangan kreativitas jenius. Menurut pandangan ini tindakan
individu luar biasa berbakat melalui penggunaan proses pemikiran yang luar
biasa, cepat, dan spontan. Pandangan ini mengatakan bahwa kreativitas tidak
dapat dipengaruhi oleh pembelajaran dan kerja kreatif lebih merupakan suatu
kejadian tiba-tiba daripada suatu proses panjang sampai selesai seperti yang
dilakukan dalam sekolah, sehingga dalam pandangan ini ada batasan untuk
menerapkan kreativitas dalam dunia pendidikan. Pandangan kedua menyatakan
bahwa kreativitas berkaitan erat dengan pemahaman yang mendalam, fleksibel di
dalam isi dan sikap sehingga dapat dikaitkan dengan kerja dalam periode panjang
yang disertai perenungan. Jadi, kreativitas bukan hanya merupakan gagasan yang
cepat dan luar biasa. Menurut pandangan ini kreativitas dapat ditanamkan pada
kegiatan pembelajaran dan lingkungan sekitar.
Haylock (dalam Mina, 2006:10) mengemukakan kreativitas secara umum.
Nagaipaham. yang secara luas meliputi gays kognitif, kategori-kategori pekerjaan
dan jenis-jenis hasil karya. Cropley (dalam Mina, 2006:10) mengemukakan paling
sedikit ada dua cara dalam menggunakan istilah kreativitas. Pertama kreativitas
yang mengacu pada jenis tertentu berpikir atau fungsi mental, jenis ini sering
disebut berpikir divergen. Kedua, kreativitas dipandang sebagai pembuatan
produk-produk yang dianggap kreatif seperti karya seni, arsitektur, atau musik.
Untuk pembelajaran di sekolah, Cropley mengambil istilah kreativitas yang
pertama dan mengadaptasi pendirian tersebut bahwa kreativitas adalah
kemampuan untuk memperoleh ide-ide khususnya yang asli, bersifat penemuan
dan baru.
Harris (dalam Mina, 2006:11) dalam artikelnya mengatakan bahwa
kreativitas dapat dipandang sebagai suatu kemampuan, sikap, dan proses.
Kreativitas sebagai suatu kemampuan adalah kemampuan untuk menghasilkan
ide baru dengan mengkombinasikan, mengubah atau menerapkan kembali
ide-ide yang telah ada. Kreativitas sebagai sikap adalah kemampuan diri untuk
melihat perubahan dan kebaruan, suatu keinginan untuk bermain dengan ide-ide
dan kemungking-kemungking, kefleksibelan pandangan sifat menikmati kebaikan,
sambil mencari cara-cara untuk memperbaikinya. Sedangkan kreativitas sebagai
solusi-solusi dengan membuat perubahan yang bertahap dan memperbaiki karya-karya
sebelumnya.
Secara operasional, kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas) dan orisinalitas dalam
berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi, mengembangkan, memperkaya,
memperinci suatu gagasan. Seperti diungkapkan oleh Munandar (dalam Mina
2006:12) bahwa kemampuan kreatif merupakan hasil belajar yang terungkap
secara verbal dalam kemampuan berpikir kreatif dan sikap kreatif. Kemampuan
berpikir kreatif dapat diartikan sebagai tingkat kesanggupan berpikir anak. untuk
menemukan sebanyak-banyaknya, seberagam mungkin dan relevan, jawaban atas
suatu masalah, lentur, asli dan terinci, berdasarkan data dan informasi yang
tersedia.
Kreativitas berkaitan dengan faktor-faktor kognitif dan afektif. Kognitif
memiliki ciri-ciri aptitude (kecerdasan) sedangkan afektif memiliki ciri-ciri
non-aptitide. Ciri-ciri aptitude meliputi : keterampilan berpikir lancar, keterampilan
berpikir fleksibel, keterampilan berpikir orisinal, keterampilan berpikir
elaborasi/merinci dan keterampilan mengevaluasi. Ciri-ciri non-aptitude meliputi
rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, sifat
mengambil resiko dan sifat menghargai. Menurut Munandar (1999: 12)
pengembangan kreatifitas seseorang tidak hanya memperhatikan pengembangan
kemampuan berpikir kreatif tetapi juga pemupukan sikap dan ciri-ciri kepribadian
kreatif. Orang-orang kreatif memiliki rasa ingin tahu, banyak akal, memiliki
keinginan menemukan, memiliki pekerjaan sulit, senang menyelesaikan masalah,
memiliki dedikasi terhadap pekerjaan dan banyak lagi karakteristik yang, lain.
Selanjutnya menurut Alvino (dalam Cotton, 1991), kreatif adalah melakukan
suatu kegiatan yang ditandai oleh empat komponen, yaitu : fluency (menurunkan
banyak ide), flexibility (mengubah perspektif dengan mudah), originality
(menyusun sesuatu yang baru), dan elaboration (mengembangkan ide lain dari
suatu ide).
Rincian ciri-ciri dari fluency, flexibility, originality,. dan elaboration
(1) Mencetuskan banyak ide, banyak jawaban, banyak penyelesaian masalah,
banyak pertanyaan dengan lancar;
(2) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal;
(3) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
Ciri-ciri flexibility di antaranya adalah :
(1) Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat
melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda;
(2) Mencari banyak alternatif atau cara yang berbeda-beda;
(3) Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
Ciri-ciri originality di antaranya adalah :
(1) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik;
(2) Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri;
(3) Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian
atau unsur-unsur.
Ciri-ciri elaboration di antaranya adalah
(1) Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk;
(2) Menambah atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi
sehingga menjadi lebih menarik.
Berdasarkan pada uraian-uraian yang telah dikemukakan dirumuskan,
pengertian kemampuan berpikir kreatif matematika sebagai berikut : Kemampuan
berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir yang sifatnya baru yang diperoleh
dengan mencoba-coba dan ditandai dengan keterampilan berpikir lancar, luwes,
orisinal, dan elaborasi dan berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir yang
menghasilkan bermacam-macam, kemungkinan jawaban. Dalam pemecahan,
masalah apabila menerapkan berpikir kreatif, akan menghasilkan banyak ide-ide
yang berguna dalam menemukan penyelesaian masalah. Pehkonen (1997:65)
mendefinisikan berpikir kreatif sebagai kombinasi antara berpikir logis dan
berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tapi masih dalam kesadaran. Ketika
seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam suatu praktek pemecahan masalah,
pemikiran divergen menghasilkan banyak ide yang berguna dalam menyelesaikan
Memahami suatu masalah ditunjukan dengan mengetahui apa yang
diketahui dan yang ditanyakan. Sedang merencanakan penyelesain suatu masalah
ditunjukkan dengan mengetahui apa yang diketahui dan yang tanyakan. Sedang
merencanakan penyelesaian suatu masalah ditunjukan dengan mengorganisasikan
informasi atau data – data yang ada secara kreatif dengan menggunakan strategi–
strategi tertentu untuk menemukan kemungkinan penyelesaian. Siswa dapat
membentuk model matematika, membuat diagram /tabel menemukan pola
tertentu atau berkerja mundur.
Dalam memahami maupun merencanakan penyelesaian masalah
diperlukan suatu kemampuan berpikir kreatif siswa yang memadai, karena
kemampuan tersebut merupakan kemamapuan berrpikir (bernalar) tingkat tinggi
setelah berpikir dasar (basis) dan kritis. (Krulik, 1995: 3). Melihat hasil itu
menunjukkan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif masih rendah.1. Selama
ini dalam mengajarkan pemecahan (soal cerita) mereka tidak melatih secara
khusus bagaimana memahami informasi masalah. Guru mengajarkan dengan
memberi contoh soal dan menyelesaiakan secara langsung, serta tidak memberi
kesempatan siswa menunjukkan idea tau representasinya sendiri. 2. Pola
pengajaran selama ini masih dengan tahapan memberikan informasi,(tentang
materi materi (termasuk memotivasi secara informative). Memberikan contoh–
contoh dan berikutnya latihan –latihan, tetapi jarang soal cerita. Hal ini karena
anggapan bahwa soal cerita pasti akan sulit untuk dipahami siswa, sehingga tidak
diprioritaskan untuk diajarakan/diberikan. 3. Dalam merencanakan penyelesaian
masalah tidak diajarkan strategi–strategi yang bervariasi atau yang memdorong
keterampilan berpikir kreatif untuk menemukan masalah.
Memperhatikan akar masalah itu, maka perlu dipikirkan cara–cara
mengatasinya. Apalagi dalam kurikulum 2004 (2003) menyebutkan tujuan
pembelajaran matematika yang menitik beratkan pada melatih cara berpikir dan
bernalar, mengembangkan aktivitas kreatif, mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah mengkomunikasikan gagasan. Upaya yang dilakukan dapat
dari segi materi, proses pembelajaran, perbaikan dan dukungan sarana prasarana,
sederhana (penyederhanaan muatan materi dalam kurikulum) atau peningkatan
mutu input (siswa) di sekolah.
Salah satu cara untuk membuat siswa lebih aktif dan kreatif guru harus
menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk dapat merangsang siswa
lebih aktif dan kreatif terutama dalam materi kubus dan balok sehingga siswa
mampu meningkatkan kemampuannya dalam memecahkan masalah untuk materi
tersebut. Salah satu bentuk pembelajaran yang dapat mendorong siswa belajar
melakukan pemecahan masalah adalah pembelajaran berbasis masalah (Problem
Based Leraning). Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa
perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, menganalisis masalah,
menyelesaikan masalah dan menafsirkan solusinya.
Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran dengan
model Pembelajaran Berbasis Masalah dimulai dengan adanya masalah,
kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka ketahui
dan apa yang perlu mereka ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan
demikian inti dari pembelajaran pemecahan masalah dengan model PBM adalah
para siswa hendaknya terbiasa mengerjakan soal – soal yang tidak hanya
memerlukan ingatan yang baik saja. Terutama di era global dan era perdagangan
bebas, kemampuan berfikir kritis, dan logislah yang dibutuhkan. Dengan model
pembelajaran ini diharapkan siswa dapat memahami konsep, rumus, prinsip dan
teori – teori sambil belajar memecahkan masalahnya. Intinya suatu rumus, konsep
atau prinsip dalam matematika seyogyanya ditemukan kembali oleh para siswa di
bawah bimbingan guru.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka
masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa
2. Rendahnya aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika
3. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika yang
berupa pemecahan masalah.
4. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematika siswa dengan pemecahan
masalah
5. Penerapan suatu model pembelajaran yang digunakan dalam mengajarkan
suatu materi matematika masih rendahnya efektif.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka penelitian ini dibatasi pada :
1. Kemampuan pemecahan masalah siswa dilihat dari aspek kognitif
2. Kemampuan berpikir kreatif matematika siswa masih rendah.
3. Materi yang dibahas kubus dan balok dibatasi pada luas dan volume di kelas
VIII-4 semester genap SMP Negeri 28 Medan Johor T.A 20
4. 11/2012.
5. Tindakan yang dipilih adalah penerapan model pembelajaran berbasis
masalah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan
penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada materi kubus dan
balok di kelas VIII SMP Negeri 28 Medan Johor.
2. Bagaimana ketuntasan berpikir kreatif matematika siswa yang diberikan
model pembelajaran berbasis masalah.
3. Bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran
4. Bagaimana respon siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah pada
materi kubus dan balok.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan
menerapkan Model pembelajaran Berbasis masalah pada materi kubus dan balok”.
2. Untuk mengetahui apakah setelah dilakukan tindakan dengan kemampuan
berpikir kreatif matematika siswa dengan penerapan model pembelajaran
berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3. Untuk mengetahui kemampuan guru meningkat dalam mengolah model
pembelajaran pemecahan masalah pada materi kubus dan balok sehingga
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas VIII
SMP Negeri 28 Medan Johor.
F. Manfaat Penelitian
Setelah ini dilaksanakan diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan
manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk lebih
meningkatkan proses pembelajaran matematika agar lebih kreatif dalam memilih
model pembelajaran terutama untuk meningkatkan kemampuan siswa. Seperti
dalam penggunaan model pembelajaran berbasis masalah pada materi kubus dan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, hasil dan perangkat penelitian dapat dijadikan perbandingan
bagi guru dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa memecahkan
masalah dan bahan masukan dalam penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah pada materi yang lain dalam matematika serta bidang
studi lain yang relevan.
b. Bagi siswa, melalui penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
diharapkan dapat mengatasi kesulitan dalam menyelesaikan persoalan
matematika pada materi geometri dan pengukuran.
c. Bagi sekolah menjadi bahan masukan bagi sekolah dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan
d. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian sejenis.
G. Defenisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami konteks
permasalahan penelitian, maka perlu adanya penjelasan mengenai istilah-istilah
yang digunakan dalam penelitian ini.
Beberapa konsep dan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran dengan
mengacu pada lima langkah pokok yaitu : (1) orientasi siswa pada masalah;
(2) mengorganisasi siswa untuk belajar; (3) membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil
karya dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
2. Kemampuan berpikir kreatif.
Berpikir kreatif merupakan suatu kemampuan yang dapat menghasilkan
ide-ide yang dimiliki seseorang dengan mengkombinasikan ataupun menerapkan
kembali ide-ide yang telah ada ataupun kemampuan siswa dalam
menghasilkan banyak kemungkinan jawaban dan cara daam menyelesaikan
masalah. Secara operasional, kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan
berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi, mengembangkan,
memperkaya, memperinci suatu gagasan.
3. Kemampuan Pemecahan Masalah
Pemecahan Masalah (Problem Solving) adalah proses menerapkan
pengetahuan yang ada diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang
belum dikenal atau proses berpikir untuk menentukan apa yang harus
dilakukan, ketika kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan. Kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah matematika dengan memperhatikan proses
menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah yaitu :
memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, melakukan perhitungan
dan memeriksa kembali kebenaran jawaban.
4. Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses
menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah yaitu :
(1) memahami masalah, (2) merencanakan penyelesaian/memilih strategi
peneyelsaian yang sesuai, (3) melaksanakan penyelesaian menggunakan
strategi yang direncanakan dan (4) memeriksa kembali kebenaran jawaban
yang diperoleh.
5. Aktivitas aktif siswa adalah keterlibatan siswa dan guru, siswa dan siswa
dalam model pembelajaran berbasis masalah yang diambil dengan instrument
lembar pengamatan aktivitas aktif siswa. Kadar aktivitas aktif siswa adalah
seberapa besar persentase waktu yang digunakan siswa dalam pembelajaran.
6. Variable penyerta dalam penelitian ini adalah kemampuan awal siswa yang
diukur melalui pretes.
7. Kemampuan awal siswa adalah kemampuan siswa menguasai materi prasyarat
pada materi kubus dan balok yang diukur sebelum pembelajaran dilaksanakan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan kemampuan
pemecahan masalah dan pada siklus I hanya rata-rata 68,85% menjadi 83,75
pada siklus II jadi ada peningkatan setiap siklus I dan siklus II dengan baik.
2. Penguasaan siswa dari ketuntasan berpikir kreatif belajar klasikal pada siklus I
masih rendah karena jumlah siswa yang tuntas 18 siswa yaitu persen daya
serap 60% dan jumlah siswa yang tidak tuntas 12 siswa yaitu persen daya serap
40% pada siklus II sehingga tercapailah kriteria ketuntasan siklus II 30 siswa
yaitu persen daya serap 100%. Dan jumlah siswa yang tidak tuntas 0 yaitu
persen daya serap 0%. Berdasarkan kriteria ketuntasan kemampuan pemecahan
masalah secara klasikal dapat disimpulkan bahwa secara klasikal tuntas.
3. Penguasaan siswa dari ketuntasan model pemecahan masalah belajar klasikal
pada siklus I masih rendah karena jumlah siswa yang tuntas 16 siswa yaitu
persen daya serap 53,33% dan jumlah siswa yang tidak tuntas 14 siswa yaitu
persen daya serap 46,67% pada siklus II sehingga tercapailah kriteria
ketuntasan siklus II 28 siswa yaitu persen daya serap 93,33%. Dan jumlah
siswa yang tidak tuntas 2 yaitu persen daya serap 6,67%. Berdasarkan kriteria
ketuntasan kemampuan pemecahan masalah secara klasikal dapat disimpulkan
bahwa secara klasikal tuntas.
4. Respon siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah adalah positif.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengemukakan saran-saran
sebagai berikut:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih model pembelajaran
matematika salah satunya dengan model pembelajaran berbasis masalah dan
berpikir kreatif siswa sebagai satu alternatif pembelajaran guna menarik siswa
belajar matematika sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa dan kemampuan berpikir kreatif siswa.
2. Diharapakan kepada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran yang sudah
diterapkan dapat menjadi minat dalam belajar matematika sampai ke
perguruan tinggi.
3. Sarana dan prasarana yang dianggap mampu meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa dan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
belajar matematika hendaknya terus dilengkapi oleh pihak seperti alat peraga
dan buku latihan matematika.
4. Diharapkan agar peneliti dapat menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah dan pembelajaran berpikir kreatif siswa ini dengan baik dan benar
dan dapat menerapkan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
DAFTAR PUSTAKA
Alipandie, I. 1984. Didaktik Metodik. Surabaya : Usaha Nasional.
Arends, R.I. 2008. Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar) Buku Dua. Edisi Ketujuh. Yogyakarta. Pustaka Belajar.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Atum, I. 2006. Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Bandung : Program Pascasarjana UPI Bandung.
Budiastana, Putu. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan kemampuan Pemecahan Masalah Siswa. Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VIII-4 SMP Negeri 4 Tejakula,
Jurnal Pendidikan ………
Salamah, Umi. 2009. Berlogika dengan Matematika 2 Untuk Kelas VIII SMP dan MTs. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.(KTSP)
Cicik Sri Wahyuni, 2009, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Model Problem Solving pada Materi Luas dan Volume Bangun Ruang Sisi Lengkung Siswa Kelas IX-D SMP Negeri 33 Semarang, Email:cicik_sriwahyuni@yahoo.co.id.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. 2006. Permendiknes Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Sekolah Dasar. Depdiknas. Jakarta.
Guilford. J.P. 1995. Traits of Creativity, dalam H.H. Anderson (Ed) Creativity and Its Cultivation. John Wiley, New York.
Harris, R. 1998. Introduction to Creative Thingking (Online). (http://tatagyes.files.wordpress.com/2009/11/paper 07 jurnal pgriyogja.pdf.) diakses pada tanggal 21 Maret 2012 pukul 20.35.
Hasratuddin. 2008. Pengajaran Matematika Dengan Pendekatan Interaktif. Jurnal Pendidikan Matematika Pradigma Vol-1 No. 1 Edisi Juni 2008.
(june 199)) number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X, diakses pada tanggal 23 April 2012 pukul 18.50.
Ibrahim, M, dkk. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya : Unesa.
Johnson, Elaine B. 2007, Contextual Teaching And Learning Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasikkan dan Bermakna. (Penerjemah : Ibnu Setiawan). Bandung : MLC.
Kunandar. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Rajawali Pers.
Krulik, Stephem & Ruduick, Jesse A. (1995) The New Sourcebook For Teaching Reasoning and Problem solving in Elem entary school. Needhang Heights, Massachusetts: Allyn & Bacon.
Munandar, S.L. Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Mustakim, 2009, Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika dan Prestasi Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Siswa Kelas IX-C SMP Negeri 2 Paten, Skripsi Universitas Pendidikan
Indonesia.http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1025105-140129/[accessed]25/12/2008.
Nur’asyah. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Medan : UMN-AW.
Polya, G. 1985. On Solving Mathematical Problem in High School dalam Kruik Steven & Rays, Robert E. (eds). Problem Solving in School Mathematics. Restono – Virginia. NCTM.
Sabri, Ahmad. 2007. Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. Padang : Quantum Teaching.
Sadirman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran dan Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung : Kencana.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Bandung : Kencana.
(http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/, diakses pada tanggal 23 April 2012 pukul 21.15.
Sukmawarti. 2012. Evaluasi Proses dan Hasil Pembelajaran Matematika. Medan : UMN-AW.
Sumarno, U. 2005. Alternatif Pembelajaran Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Bandung : UPI Bandung.
Suryosubroto. B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
TataqYuli Eko Siswono. Jurnal terakreditasi “ Jurnal Pendidikan Matematika dan
sains’’. FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta tahun x, No.1, Juni
2005,ISSN 1410 – 1866, hal
-9.(Http://tatagyes,file,wordpress,com/2009/II/paper 05_ problem posing,pdf).
Taufiq, M. Amir. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta.
Tim MKPBM. 2001. Common Text Box Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA-UPI.
Tim Pengembang Balitbang Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004. Standar kompetensi. Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah petrama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Pusat Kurikulum – Balitbang Departemen Pendidikan Nasional.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
Van de Walle, John A. 1990. Elementary School Matmhematics teaching Developmentally Group Ltd. London