PT. NOER TRANSPORT TAMA WISATA
SKRIPSI
Oleh :
FIRSTCHA NOVIYANTI 0613015020 / FE / EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SISTEM REWARD TERHADAP HUBUNGAN
ANTARA TOTAL QUALITY MANAGEMENT
DENGAN KINERJA MANAJERIAL PADA
PT. NOER TRANSPORT TAMA WISATA
Yang diajukan
FIRSTCHA NOVIYANTI 0613015020 / FE / EA
Telah disetujui untuk mengikuti ujian seminar oleh :
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi Tanggal :………..
NIP. 030 194 437
Mengetahui Kaprogdi Akuntansi
SISTEM REWARD TERHADAP HUBUNGAN
ANTARA TOTAL QUALITY MANAGEMENT
DENGAN KINERJA MANAJERIAL PADA
PT. NOER TRANSPORT TAMA WISATA
yang diajukan
FIRSTCHA NOVIYANTI 0613015020/FE/EA
telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi Tanggal :………..
NIP. 030 194 437
Mengetahui Ketua Progdi Akuntansi
SISTEM REWARD TERHADAP HUBUNGAN
ANTARA TOTAL QUALITY MANAGEMENT
DENGAN KINERJA MANAJERIAL PADA
PT. NOER TRANSPORT TAMA WISATA
yang diajukan
FIRSTCHA NOVIYANTI 0613015020/FE/EA
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi Tanggal :………..
NIP. 030 194 437
Mengetahui Wakil Dekan I
viii
DAFTAR LAMPIRAN... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah... 7
1.3. Tujuan Penelitian... 7
1.4. Manfaat Penelitian... 7
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN SEBELUMNYA ... 9
2.1. Penelitian Terdahulu... 9
2.2. Kajian Teori... 12
2.2.1. Akuntansi Perilaku ... 13
2.2.2. Tujuan Akuntansi Manajemen ... 16
2.2.3. Perbedaan Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keuangan ... 16
2.2.4. Sistem Pengukuran Kinerja... 19
2.2.4.1. Pengertian Sistem Pengukuran Kinerja ... 19
2.2.4.2. Tujuan Pengukuran Kinerja ... 20
2.2.4.3. Manfaat Pengukuran Kinerja ... 21
2.2.4.4. Jenis-jenis Pengukuran Kinerja... 21
2.2.5. Sistem Reward (Penghargaan) ... 22
2.2.5.1. Pengertian sistem reward ... 22
2.2.5.2. Jenis-jenis Penghargaan(reward) ... 23
2.2.5.3. Manfaat penghargaan(reward) ... 24
2.2.6. Total Quality Management ... 25
2.2.6.1. Pengertian dan Unsur TQM ... 25
viii
Antara TQM Dengan Kinerja Manajerial ... 32
2.2.9. Pengaruh Sistem Reward Terhadap Hubungan Antara TQM Dengan Kinerja Manajerial ... 33
2.3. Kerangka Pikir... 35
2.4. Hipotesis... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 37
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 40
3.2.1. Populasi... 40
3.2.2. Sampel... 41
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 41
3.3.1. Jenis Data ... 41
3.3.2. Sumber Data... 42
3.4. Teknik Analisa dan Uji Hipotesis ... 43
3.4.1. Teknik Analisis ... 43
3.4.1.1. Uji Validitas ... 43
3.4.1.2. Uji Realibilitas ... 44
3.4.1.3. Uji Normalitas... 44
3.4.1.4. Uji Asumsi Klasik... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
4.1. Sejarah Perusahaan... 50
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 50
4.1.2. Tujuan Perusahaan ... 51
4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 52
4.2. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesa ... 55
4.2.1. Hasil Pengujian Validitas... 56
4.2.2. Hasil Pengujian Realibilitas ... 59
4.2.3. Hasil Pengujian Normalitas ... 60
4.3. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis ... 60
viii
4.3.1.2. Multikolinearitas ... 61
4.3.1.3. Heteroskedastisitas... 62
4.3.1.4 Hasil Pengujian Uji F... 63
4.3.1.5. Koefisien Determinasi (R2)... 64
4.3.1.6. Hasil Pengujian regresi linier berganda Hipotesis I ... 64
4.4. Hasil Pengujian Hipotesis Interaksi antara penerapan TQM dengan Sistem Penghargaan Kinerja Manajerial Hipotesis II... 66
4.4.1. Uji Asumsi Klasik... 66
4.4.1.1. Autokorelasi... 66
4.4.1.2. Multikolinearitas ... 66
4.4.1.3. Heteroskedastisitas... 67
4.4.1.4. Hasil Pengujian Uji F... 68
4.4.1.5. Koefisien Determinasi (R2)... 69
4.4.1.6 . Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda Hipotesis II... 69
4.5. Pembahasan Hasil Penelitian... 71
4.5.1. Implikasi Penelitian ... 71
4.5.2. Keterbatasan Penelitian... 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 75
5.1. Kesimpulan ... 75
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Perbedaan Akuntansi manajemen dan keuangan ... 16
Tabel 1 : Autokorelasi ... 44
Tabel 4.1 : Hasil Pengujian Validitas X1 (Total Quality Management) ... 56
Tabel 4.2 : Hasil Pengujian Validitas X2 (Sistem Pengukuran Kinerja)... . 56
Tabel 4.3 : Hasil Pengujian Validitas X3 (Sistem Reward)... . 57
Tabel 4.4 : Hasil Pengujian Validitas Y (Kinerja Manajerial )... . 58
Tabel 4.5 : Hasil Pengujian Realibilitas ... 59
Tabel 4.6 : Hasil Pengujian Normalitas ... 60
Tabel 4.7 : Hasil Pengujian Autokorelasi Hipotesis I... ... 61
Tabel 4.8 : Hasil Pengujian Multikolinearitas Hipotesis I... 61
Tabel 4.9 : Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Hipotesis I... 62
Tabel 4.10 : Hasil Perhitungan Uji F ... 63
Tabel.4.11 : Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda Hipotesis I... 64
Tabel 4.12 : Hasil Pengujian Autokorelasi Hipotesis II... . 66
Tabel 4.13 : Hasil Pengujian Multikolinearitas Hipotesis II... 67
Tabel 4.14 : Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Hipotesis II... . 68
Tabel 4.15 : Hasil Perhitungan Uji F... . 68
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
Daftar Lampiran
Lampiran 1 : Data Input Tabulasi Jawaban Kuisioner Lampiran 2 a : Uji Validitas X1
Lampiran 2 b : Uji Validitas X2
Lampiran 2 c : Uji Validitas X3
Lampiran 2 d : Uji Validitas Y Lampiran 3 a : Uji Reliabilitas X1
Lampiran 3 b : Uji Reliabilitas X2
Lampiran 3 c : Uji Reliabilitas X3
Lampiran 3 d : Uji Reliabilitas Y Lampiran 4 a : Uji Normalitas
Lampiran 5 a : Uji Autokorelasi Hipotesis I Lampiran 5 b : Uji Autokorelasi Hipotesis II Lampiran 6 a : Uji Multikolieniritas Hipotesis I Lampiran 6 b : Uji Multikolieniritas Hipotesis II Lampiran 7 a : Uji Heteroskedastisitas Hipotesis I Lampiran 7 b : Uji Heteroskedastisitas Hipotesis II Lampiran 8a : Uji Regresi Hipotesis I
PT NOERTRANSPORT TAMA WISATA Oleh:
Firstcha Noviyanti Abstrak
Penerapan sistem pengukuran kinerja pada suatu perusahaan adalah guna mengetahui karakeristik dan kualitas kinerja serta mengidentifikasikan tindakan apa yang perlu dilakukan untuk melakukan perbaikan dalam rangka peningkatan kerja. semakin sering suatu perusahaan tersebut melakukan pengukuran kinerja pada karyawannya maka perusahaan akan lebih meningkatkan kinerja pada karyawannya, sehingga dengan meningkatnya kinerja maka mutu yang menjadi tujuan utama akan dapat tercapai. Kenyataan ini menunjukkan bahwa tidak ada sistem akuntansi manajemen secara universal selalu tepat untuk bisa diterapkan pada seluruh organisasi pada setiap keadaan, namun sistem akuntantansi manajemen tersebut tergantung juga pada faktor – faktor tradisional yang ada dalam organisasi. Namun demikian sedikit sekali peneliti yang manguji alasan atau faktor penyebab keefektifan penerapan teknik Total Quality Management. Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk Untuk menganalisis interaksi antara penerapan Total Quality Management dengan Sistem Pengukuran Kinerja berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial dan untuk menganalisis interaksi antara penerapan Total Quality Management dengan Sistem Reward berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh manajer PT. Noer Transport Tama Wisata yang terdiri dari Direktur, Kepala Departemen dan Kepala Bagian yang ikut andil dan berperan penting dalam pengambilan keputusan yang ada di kantor maupun di pabrik milik PT. Noer Transport Tama Wisata, yang berjumlah 15 orang. Penelitian ini berlandaskan pendekatan kuantitatif dengan tekhnik analisis regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Menghadapi era pasar persaingan global, setiap perusahaan harus menghadapi persaingan ketat dengan perusahaan – perusahaan dari seluruh dunia. meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing juga menuntut setiap perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen serta berusaha memenuhi apa yang mereka harapkan dengan cara yang lebih memuaskan dari pada yang dilakukan para pesaing.
Untuk dapat bertahan dan berhasil dalam lingkungan kompetisi global, perusahaan harus menghasilkan produk yang berkualitas, karena hanya dengan memproduksi produk yang berkualitas tersebut maka perusahaan harus menghasilkan laba dalam jangka panjang. Produk yang berkualitas juga meningkatkan keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk memperoleh produk yang berkualitas, banyak perusahaan yang mengadopsi Total Quality Management ( TQM ) karena TQM membutuhkan usaha terus dari setiap orang didalam organisasi untuk memahami, memenuhi dan melebihi harapan konsumen atau pelanggan internal dan eksternal.
Penerapan TQM dalam suatu perusahaan dapat memberikan beberapa manfaat utama yang pada gilirannya meningkatkan laba serta daya saing perusahaan yang bersangkutan. Penerapan TQM yang terencana dan terarah
diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan produktivitas dan kinerja karyawan.
Di dalam organisasi modern, pengukuran kinerja memberikan mekanisme penting bagi karyawan untuk digunakan dalam menjelaskan tujuan dan standart – standart kinerja dan memotivasi kinerja individu diwaktu selanjutnya. Pengukuran kinerja memberikan basis bagi keputusan – keputusan yang maempengaruhi gaji, promosi, pemberhentian, pelatihan transfer dan kondisi – kondisi kepegawaian lainnya.
Penerapan sistem pengukuran kinerja pada suatu perusahaan adalah guna mengetahui karakeristik dan kualitas kinerja serta mengidentifikasikan tindakan apa yang perlu dilakukan untuk melakukan perbaikan dalam rangka peningkatan kerja. semakin sering suatu perusahaan tersebut melakukan pengukuran kinerja pada karyawannya maka perusahaan akan lebih meningkatkan kinerja pada karyawannya, sehingga dengan meningkatnya kinerja maka mutu yang menjadi tujuan utama akan dapat tercapai.
Perusahaan jasa menghadapi persaingan khusus karena adanya perbedaan kualitas antara pekerja yang satu dengan pekerja yang lainnya, oleh karena itu perusahaan jasa perlu mengutamakan konsistensi melalui pengembangan suatu sistem yang dapat mendukung kinerja para pekerjanya.
Total Quality Management (TQM) merupakan suatu sistem yang dapat dikembangkan menjadi pendekatan dalam menjalankan usaha untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya (Tjiptono 2001:4). TQM juga merupakan falsafah holistie yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork produktivitas, pengertian dan kepuasan pelanggan (Ishikawa dalam Pawitra, 1993:135). Dengan demikian TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.
Selain penerapan TQM, perusahaan juga perlu menerapkan sistem akuntansi manajemen sebagai mekanisme untuk memotivasi dan mempengaruhi perilaku karyawan dalam berbagai cara yang memaksimalkan kesejahteraan organisasi dan karyawan. Sistem akuntansi manajemen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan. Penghargaan (kompensasi) merupakan apa yang diterima oleh para karyawan sebagai ganti kontribusi mereka kepada organisasi. (Simamora 2001:540).
mencari pekerjaan lainnya. Semakin besar perhatian perusahaan terhadap kebutuhan karyawannya maka perusahaan tersebut akan mendapat timbal balik yang sesuai, yaitu maksimalisasi dalam produktivitas kerja.
Beberapa penelitian mengenai hubungan antara TQM dengan kinerja sudah dilakukan. (Kurnianingsih 2000:247-248) meneliti tentang Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Penghargaan terhadap Keefektifan Penerapan Teknik TQM pada perusahaan Manufaktur. Kurnianingsih berhasil membuktikan bahwa sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan memperkuat hubungan moderating terhadap hubungan antara TQM dengan kinerja manajerial.
Berdasarkan observasi sementara diperoleh hasil bahwa terdapat akumulasi pemborosan akan memiliki kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuan – tujuan usahanya. Kinerja manajerial perusahaan dapat dilihat dari realisasi anggaran perusahaan yang telah ditentukan pada awal periode dengan hasil yang dicapai selama periode tersebut. Data menyebutkan bahwa pada tahun 2006 PT. Noer Transport Tama Wisata, realisasi penjualan sebesar Rp. 24.703.536.000,- dan pada tahun 2007 PT.
Noer Transport Tama Wisata, realisasi penjualan sebesar Rp. 25.300.568.000,- yang mengalami kenaikan sebesar 597.032.000.- tetapi
pada tahun 2008 kegiatan operasional, penjualan yang dicapai PT. Noer Transport Tama Wisata sebesar Rp. 20.580.000.000,- yang berarti bila
Berdasarkan data yang didapat dari PT. Noer Transport Tama Wisata pada tahun 2005 terdapat 47 karyawan yang mempunyai nilai dibawah standar, pada tahun 2006 terdapat 20 karyawan, pada tahun 2007 terdapat 25 karyawan yang mempunyai nilai dibawah standar, pada tahun 2008 terdapat 36 karyawan yang mempunyai nilai dibawah standar, pada tahun 2009 terdapat 30 karyawan yang mempunyai nilai dibawah standar. Dan dalam hal ini PT. Noer Transport Tama Wisata menetapkan Indeks Nilai Standar untuk melakukan penilaian kinerja yaitu sebesar 7,0 (sumber PT. Noer Transport Tama Wisata).
Meningkatnya jumlah karyawan yang bekerja di bawah standar pada PT. Noer Transport Tama Wisata disebabkan oleh ketidaksesuaian antara beban kerja yang diberikan dengan kemampuan intelektual dan fisik yang dimiliki oleh karyawan, dan kurangnya kesempatan yang diberikan pada karyawan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Selain itu juga dipengaruh sistem reward yang diberikan hanya jika insentif memenuhi target yang cukup berat dari perusahaan. Hal ini yang menyebabkan kerja karyawan dibawah standar, tidak ada motivasi dari sistem reward yang diberikan perusahaan.
sistem pengukuran kinerja. Begitupun dengan masalah kinerja karyawan yang dihadapi oleh PT. Noer Transport Tama Wisata yang bergerak dibidang jasa transportasi udara dan sedang berbenah diri melalui beberapa perubahan, terutama kecukupan fasilitas, tingkat pelayanan.
Dalam upaya peningkatan kepuasan konsumen, kepuasan karyawan dan produktivitas. PT. Noer Transport Tama Wisata merasa perlu meningkatkan teknik TQM. Penerapan TQM ini akan semakin afektif jika PT. Noer Transport Tama Wisata menerapkan sistem pengukuran kinerja sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelayanan melalui kinerja manajerial.
1.2Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang disebutkan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah interaksi antara penerapan Total Quality Management dengan Sistem Pengukuran Kinerja berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial ? 2. Apakah interaksi antara penerapan Total Quality Management dengan
Sistem Reward berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial ?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis interaksi antara penerapan Total Quality Management
dengan Sistem Pengukuran Kinerja berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial
2. Untuk menganalisis interaksi antara penerapan Total Quality Management dengan Sistem Reward berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : a. Perusahaan
b. Peneliti
Sebagai sarana untuk menerapkan dan mengaplikasikan teori – teori yang telah diperoleh selama masa studi serta dapat memperluas wawasan ilmiah di bidang akuntansi manajemen dan hal ini akan sangat berguna bila kelak terjun ke masyarakat.
c. Pembaca
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN SEBELUMNYA
2.1. Penelitian Terdahulu
1. Retno Kurnianingsih ( 2000 ), meneliti tentang,
a. “ Apakah Total Quality Management ( TQM ) dengan sistem
pengukuran kinerja dengan sistem penghargaan yang biasanya
digunakan sebagai variabel moderating berpengaruh terhadap
kinerja manajerial “
b. Hipotesis yang digunakan adalah
1 Sistem pengukuran kinerja memperkuat hubungan moderating
terhadap hubungan antara Total Qality Management ( TQM )
dengan kinerja manajerial.
2 Sistem penghargaan memperkuat hubungan moderating
terhadap hubungan antara Total Qulaity Management ( TQM )
dengan kinerja manajerial.
c. Dalam penelitian tersebut pendekatan yang digunakan dalam
menguji hipotesis adalah regresi linier berganda yang digunakan
untuk mencari hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen, yang menunjukkan :
1. Interaksi antara TQM dengan sistem pengukuran kinerja
menunjukkan koefisien yang positif sebesar 0, 589 pada tingkat
signifikansi ( p 0,01 ),artinya sistem pengukuran kinerja
memperkuat hubungan antara TQM dengan pengukuran
kinerja.
2. Interaksi antara TQM dan sistem penghargaan menunjukkan
koefisien yang positif sebesar 0,632 pada tingkat signifikansi
( p 0,01 ), artinya sistem penghargaan memperkuat hubungan
memperkuat hubungan moderating terhadap hubungan antara
TQM dengan kinerja manajerial.
3. Sedangkan hasil analisis regresi secara keseluruhan
menunjukkan r kuadrat sebesar 0, 862 atau 86,2 %, F sebesar
51, 436 dengan signifikansi p kurang dari 0,01, artinya ada
hubungan yang signifikan antara variabel dependen ( Kinerja
manajerial ) dengan semua variabel independen ( variabel
predictor ).
d. Kesimpulan dalam penelitian tersebut adalah berdasarkan hasil
analisis, mendukung ekspektasi peneliti mengenai efektivitas
teknik TQM yang dapat dicapai bila penerapan TQM tinggi dalam
perusahaan dengan demikian dapat mempunyai pengaruh positif
terhadap kinerja manajerial. Interaksi TQM dengan variabel sistem
pengkuran kinerja dan sistem penghargaan mempunyai pegaruh
positif dan signifikan ( p 0,01 ) terhadap kinerja manajerial,
artinya perusahaan menarapkan teknik TQM secara langsung dapat
meningkatkan kinerja manajerial. Namun penerapan TQM yang
kinerja yang ringgi akan meningkatkan knerja manajerial, begitu
pula sebaliknya. Dasar pemikiran yang mendukung temuan
tersebut bahwa para manajer akan lebih termotivasi untuk
meningkatkan kinerja manajerial mereka jika merka menerima
pengukuran kinerja yang tinggi dalam bentuk informasi yang
diperlukan yang memberikan umpan balik untuk perbaikan dan
pembelajaran. Selain desain sistem penghargaan kepada manajer
yang kemungkinan memberikan rasa adil dan kepuasan atau
pemberian kompensasi yang lebih baik kepada para manajer juga
memotivasi mereka dalam meningkatkan kinerjanya.
2. Tri Rahayu Widiyastutik ( 2006 )
a. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut adalah
1. Apakah ada pengaruh antara teknik Total Quality Management
( TQM ) terhadap kinerja manajerial ?
2. Apakah kesesuaian anara Total Quality Management ( TQM )
dan sistem pengukuran kinerja berpengaruh terhadap kinerja
manajerial ?
3. Apakah kesesuaian antara teknik Total Quality Management
( TQM ) dan sistem penghargaan berpengaruh terhadap kinerja
manajerial ?
b. Hipotesis yang dikemukakan adalah
Diduga Total Quality Management ( TQM ) berpengaruh terhadap
c. Kesimpulan dalam penelitian tersebut adalah
1. Tidak ada pengaruh antara tekinik TQM terhadap kinerja
manajerial.
2. Tidak ada pengaruh antara teknik TQM dan sistem pengukuran
kinerja terhadap kinerja manajerial.
3. Tidak ada pengaruh antara teknik TQM dan sistem
penghargaan dengan kinerja manajerial.
3. Elly Indrayani ( 2004 )
a. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut adalah
“ Apakah TQM dengan sistem penilaian kinerja dan TQM dengan
sistem penghargaan berpengaruh terhadap kinerja manajerial ?”
b. Hipotesis yang dikemukakan adalah
Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara TQM dengan
sistem penilaian kinerja dan TQM dengan sistem penghargaan
terhadap kinerja manajerial.
c. Kesimpulan dalam penelitian tersebut adalah
Hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara teknik
TQM dengan sistem penilaian kinerja dan TQM dengan sistem
penghargaan terhadap kinerja manajerial pada PT. Yana Prima
Berdasarkan penelitian terdahulu diatas terdapat perbedaan dan
persamaan penelitian yang akan dilakukan, perbedaannya terdapat pada
waktu, tempat penelitian, dan Variabel bebas penelitian yang
digunakan. Sedangkan persamaannya adalah sama – sama membahas
mengenai penggunaan TQM dan kinerja manajerial.
Jadi penelitian kali ini bukan merupakan replikasi dari penelitian
sebelumnya, meskipun diakui penelitian terdahulu mampu mendukung
penelitian sekarang.
2.2. Kajian Teori
2.2.1. Akuntansi Perilaku (Behavioral Accounting)
Akuntansi perilaku merupakan gabungan antara akuntansi dan ilmu
sosial yang berkaitan dengan bagaimana perilaku manusia dapat
mempengaruhi data akuntansi dan keputusan usaha. Selama ini para
akuntan umumnya menitikberatkan perhatiannya pada pengukuran
pendapatan dan biaya serta mempelajari prestasi perusahaan dimasa lalu
untuk memprediksi masa yang akan datang.
Para akuntan cenderung mengabaikan bahwa prestasi kerja masa
lalu merupakan faktor yang sangat mendukung pada perilaku dimasa yang
akan datang. Para akuntan menyadari kenyataan bahwa pengendalian
organisasi yang efektif harus dimulai dari motivasi dan pengendalian
perilaku, tujuan dan aspirasi individu yang terlibat dalam organisasi., tanpa
ada hal tersebut, maka akan sulit bagi perusahaan untuk meningkatkan
dampak perilaku yang timbul dan informasi yang disediakan oleh para
akuntan tersebut.
Definisi Behavioral Accounting menurut Siegel dan Marconi
(1989:2) adalah “Behavioral Accounting is the third major branch of
accounting. It is concerned with the relationship between human behavior
and the accounting system”. Berdasarkan keterangan diatas dapat
dijelaskan bahwa akuntansi perilaku merupakan cabang atau bagian dari
akuntansi yang menitikberatkan pada hubungan antara perilaku manusia
dengan sistem akuntansi manajemen. Jadi akuntansi perilaku mempunyai
lingkup yang luas yang memperhatikan perilaku manusia dan
hubungannya dengan rancangan bentuk dan kegunaan sistem informasi
akuntansi.
Siegel dan Maconi (1989:4) menyebutkan bahwa secara umum
ruang lingkup behavioral accounting dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. The effect of human behavioral on the design, construction and use of
the accounting system. This area of behavioral accounting is
concerned with how the attitudes of management effect the nature of
accounting controls and the functioning of the organization.
2. The effect of the accounting system on the human behavior. This area
of behavioral accounting is concerned with how the accounting system
effect motivation, productivity, decision making, job satisfaction and
3. Methods to predict and strategies to change human behavior. This
third area of behavioral accounting system can be used to influence
behavior.
Maksud dari penjelasan diatas adalah :
1. Hasil perilaku seseorang berupa desain, kontruksi dan penggunaan
sistem akuntansi. Luasnya akuntansi perilaku ini mengenai bagaimana
sikap dan filosofi dari pengaruh manajemen yang hampir sama dengan
akuntansi pengendalian dan fungsi dari organisasi.
2. Pengaruh dari sistem akuntansi pada perilaku seseorang. Luasnya
akuntansi perilaku ini mengenai bagaimana pengaruh motivasi,
produktivitas, pengambilan keputusan, kepuasan kerja dan
kerjasamanya.
3. Metode untuk meramal atau memprediksi dan strategi untuk merubah
perilaku seseorang. Luasnya akuntansi perilaku ini mengenai
bagaimana sistem akuntansi dapat mempengaruhi perilaku.
Tujuan dari behavioral accounting menurut Siegel dan Marconi
(1989:6) adalah “The goal of behavioral accounting is to measure and
evaluate relevan behavioral factors and communivate the result to
internal and external decision makers”.
Berdasarkan keterangan diatas, maka dapat dijelaskan bahwa
tujuan behavioral accounting adalah usaha melakukan pengukuran dan
kegiatan perusahaan dan untuk pengambilan keputusan baik yang bersifat
eksternal maupun internal.
2.2.2. Tujuan Akuntansi Manajemen
Menurut Hansen dan Mowen ( 1997: 2 ), sistem akuntansi
manajemen mempunyai tiga tujuan utama, yaitu :
a. To provide information for costing out servis, prodcuts, and other
object of interest to management.
b. To provide information for planning, control, and evaluation.
c. To provide information for decision making.
Berdasarkan keterangan diatas, maka dapat dijelaskan bahwa
tujuan tujuan utama akuntansi manajemen adalah :
a. Untuk menyediakan informasi yang digunakan dalam penghitunagan
biaya jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.
b. Untuk menyediakan informasi yang digunakan dalam perencanaan,
pengendalian, dan pengevaluasian.
c. Untuk menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan
keputusan.
2.2.3. Perbedaan Akuntansi Manajemen Dan Akuntansi Keuangan
Menurut Hansen dan Mowen ( 1999:9), sistem informasi akuntansi
pada suatu organisasi memiliki dua subsistem utama : sistem akuntansi
manajemen dan sistem akuntansi keuangan. Kedua subsistem akuntansi itu
digunakan untuk mengubah masukan menjadi keluaran. Adapun perbedaan
akuntansi manajemn dan akuntansi keuangan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 1 : Perbedaan Akuntansi Manajemen Dan Akuntansi Keuangan
Akuntansi Manajemen Akunatnsi Keuangan
1. Fokus : Internal
2. Tidak mengikuti aturan
3. Informasi keuangan dan non
keuangan dapat bersifat
subyektif
4. Penekanan pada masa yang
akan datang ( future )
5. Evaluasi internal dan
keputusan atas informasi yang
sangat rinci
6. Sangat luas dan multi dimensi
1. Fokus : Eksternal
2. Mengikuti aturan tertentu
3. Informasi akuntansi bersifat obyektif
4. Oriantasi historis
5. Informasi mengenai keseluruhan
6. Lebih spesifik
Sumber : Ak. Men / Don. R. Hansen, Maryanne. M. Mowen : Alih bahasa, Ancella A. Hermawan, Erlangga 1999.
Penjelasan tentang perbedaan antara Akuntansi manajemen dan
Akuntansi keuangan :
a. Pengguna
Akuntansi manajemen difokuskan pada penyediaan informasi kepada
pengguna internal dan akuntansi keuangan difokuskan pada
penyediaan eksternal.
b. Pembatasan pada masukan ( input ) dan proses
Akuntansi manajemen bukan merupakan subyek dari prinsip – prinsip
diikuti untuk pelaporan keuangan. Masukan dan proses dari akuntansi
keuangan harus jelas dan terbatas. Hanya peristiwa – peristiwa
ekonomi tertentu yang dijadikan masukan dan prosesnya harus
mengikuti metode yang telah di tetapkan. Tidak seperti akuntansi
keuangan, akuntansi manajemen tidak mempunyaim lembaga khusus
yang mengatur format, isi, dan aturan dalam memilih masukan serta
proses dan penyusunan laporan keuangan.
c. Jenis Informasi
Pembatasan dalam akuntansi keuangan bertujuan menghasilkan
laporan yang obyektif dan informasi keuangan dapat dipertanggung
jawabkan. Bagi akuntansi manajemen informasinya dapat berupa
laporan keuangan dan non keuangan serta dapat bersifat subyektif.
d. Orientasi Waktu
Akuntansi keuangan memiliki orientasi historis. Fungsinya adalah
mencatat dan melaporkan peristiwa – peristiwa yang terjadi. Walapun
akuntansi manajemen juga mencatat dan melaporkan kejadian –
kejadian yang telah terjadi, namun ada perbedaan yang jelas dalam hal
penyediaan informasi tentang berbagai peristiwa di masa depan.
Manajemen sebagai contoh, tidak hanya ingin mengetahui berapa
biaya untuk membuat satu produk, tetapi juga ingin mengetahui berapa
kelak biaya yang akan dikeluarkan untuk membuat satu produk.
Mengetahui berapa biaya yang akan terjadi dapat membantu dalam
harga, dan lain sebagainya. Orientasi masa depan ini dibutuhkan
karena akan digunakan untuk mendukung fungsi manajerial dari
perencanaan dan pengambilan keputusan.
e. Tingkat Agregasi
Akuntansi manajemen menyediakan ukuran dan laporan internal yang
digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan lini produk,
departemen, dan manajer. Esensinya informasi yang sangat sesuai
dibutuhkan dan disediakan. Akuntansi keuangan di lain pihak,
memfokuskan pada kinerja perusahaan secara menyeluruh, yang
memberikan sudut pandang yang lebih luas.
f. Keluaran ( Breadth )
Akuntansi manajemen jauh lebih luas dari pada akuntansi keuangan.
Akuntansi manajemen meliputi aspek – aspek akonomi manajerial,
rekyasa indutri, manajemen ilmiah, dan juga bidang – bidang lainnya.
2.2.4. Sistem Pengukuran Kinerja
2.2.4.1. Pengertian Sistem Pengukuran kinerja
Menurut Retno K ( 2000:237 ) sistem pengukuran kinerja adalah
frekuensi pengukuran kinerja para manajer dalam unit organisasi yang
dipimpin mengenai kualitas dalam aktivitas operasi perusahaan.
Menurut Robert dan John (2002:79) penilain kinerja adalah
proses evaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaan mereka
ketika dibandingkan dengan satu set srandar, dan kemudian
Menurut Mulyadi dan Setywan ( 2001:227 ) penilaian kinerja
adalah penentuan secara periodik efektivitas opersional suatu organisasi,
bagian organisasi, dan personelnya, berdasarkan sasaran standar, dan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Halim , dkk ( 2000:207 ) sistem pengukuran kinerja
merupakan mekanisme perbaikan lingkungan organisasi agar berhasil
dalam menerapkan strategi perusahaan.
Dari definisi diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
pengukuran kinerja merupakan mekanisme perbaikan secara periodik
terhadap efektivitas tenaga kerja dalam melaksanakan kegiatan
operasional perusahaan berdasarkan standar yang telah ditetapkan
terlebih dahulu agar berhasil dalam menetapkan strategi perusahaan.
Selain itu, pengukuraqn kinerja memberikan umpan balik dalam
bentuk pengendalian strategi, yang mendorong para manajer untuk
mengevaluasi dan menguji kembali bagaimana komplemen – komplemen
dalam TQM meningkatkan profitabilitas memadai pada perusahaan.
2.2.4.2. Tujuan Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan suatu proses yang harus dilakukan
dalam upaya pengendalian tenaga kerja, pengukuran tersebut
dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang akurat dan valid tentang
perilaku dan kinerja anggota organisasi.
Menurut Mulyadi dan Setyawan ( 2001:227 ), tujuan pengukuran
a. Untuk memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi dan
dalam memahami standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumya,
agar membuahkan tindakan dan hasil yang digunakan oleh organisasi.
b. Untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuikm
merangsang serta menegakkan perilaku semestinya diinginkan,
melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan.
2.2.4.3. Manfaat Pengukuran Kinerja
Menurut Mulyadi dan Setywan ( 2001:228 ) pengukuran kinerja
dimanfaatkan oleh perusahaan untuk :
1. Pengelolahan organisasi atau perusahaan secara efektif dan efisien
melalui pemotivasian personel secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
penghargaan personel.
3. Menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan
personel.
4. Menyediakan umpan balik bagi personel.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
2.2.4.4. Jenis – Jenis Pengukuran Kinerja
Menurut Hansen dan Mowen ( 1999:483 ) ukuran kinerja
aktivitas terdapat baik dalam bentuk non keuangan, maupun keuangan.
1. Efisiensi ( Ukuran keuangan dan non keuangan )
Efisiensi berfokus pada hubungan antara masukan aktivitas dan
keluaran aktivitas.
2. Kualitas ( Ukuran keungan dan non keuangan )
Kualitas berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas yang benar pada
saat pertama dilakukan. Bila terdapat cacat pada keluaran aktivitas,
maka aktivitas tersebut perlu dilakukan kembali, yang menyebabkan
biaya yang tidak perlu dan penurunan efisiensi.
3. Waktu ( Ukuran keuangan dan non keuangan )
Waktu yang lebih lama bearati lebih banyak konsumsi sumber daya
dan kekurang mampuan untuk bereaksi terhadap permintaan
pelanggan.
2.2.5. Sistem Penghargaan (Reward)
2.2.5.1. Pengertian Sistem Penghargaan(Reward)
Menurut Retno K ( 2001:31 ) kompensasi adalah semua bentuk
return baik financial maupun non finansial yang diterima karyawan
karena jasa yang disumbangkan ke perusahaan.
Menurut Handoko ( 1997:176 ) Tujuan sistem penghargaan pada
hakekatnya adalah untuk meningkatkan motivasi karyawan dalam
berupaya mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan menawarkan
perangsangan finansial diatas dan melebihi upah dan gaji dasar
Menurut Mulyadi dan Setywan ( 2001:352 ) sistem pengahargaan
perusahaan untuk memotivasi personel agar mencapai tujuan perusahaan
( bukan tujuan personal secara individual ) dengan prilaku sesuai dengan
yang diharapkan oleh perusahaan ( bukan prilaku yang disukai oleh
personel secara pribadi ).
Dari definisi diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa adanya
suatu tanggapan menyenankan baik berupa penghargaan dan prilaku
yang layak terhadap prilaku seseorang dan hukuman yang diberikan
terhadap tidakan atau prilaku yang tidak layak dapat dipakai sebagai cara
membentuk perilaku seseorang yang bekerja dalam perusahaan.
2.2.5.2. Jenis-jenis Penghargaan
Menurut Mulyadi dan Setyawan ( 2001:355 ), penghargaan dapat
digolongkan dalam dua kelompok sebagai berikut :
c. Penghargaan Intrinsik
Pengahargaan intrinsik berupa rasa puas diri yang diperoleh
seseorang yang telah berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan
baik dan telah mencapai sasaran tertentu. Untuk meningkatkan
penghargaan intrinsik menajemen dapat menggunakan berbagai
teknik seperti penambahan tanggung jawab, partisipasi dalam
pengambilan keputusan, dan usaha lain yang meningkatkan harga diri
sesorang dan yang mendorong untuk menjadi terbaik .
d. Penghargaan Ekstrinsik
Penghargaan ekstrinsik terdiri dari kompensasi yang diberikan
langsung, maupun berupa kompensasi non moneter. Kompensasi
langsung adalah pembayaran langsung berupa gaji atau upah pokok,
honorarium lembur atau hari libur, pembagian laba, pembagian
saham, dan berbagai bonus lain yang didasarkan atas kinerja
personal. Penghargaan tak langsung adalah semua pembayaran untuk
kesejahteraan personal seperti asuransi kecelakaan, asuransi hari tua,
honorarium liburan, tunjangan rumah sakit. Penghargaan non
moneter dapat berupa sesuatu ekstra diberikan perusahaan kepada
personalnya, seperti ruang kerja yang memiliki fasilitas dan lokasi
istimewa, tempat parker khusus, gelar istimewa dan sekretaris
pribadi.
2.2.5.3. Manfaat Penghargaan
Menurut Mulyadi dan Setyawan ( 2001:356 ) penghargaan
menghasilkan dua macam manfaat, antar lain :
6. Memberikan Informasi
Penghargaan dapat menarik perhatian personal dan memberikan
informasi atau mengingatkan mereka tentang pentingnya sesuatu
yang diberikan penghargaan dibandingkan dengan hal yang lain.
7. Memberikan Motivasi
Penghargaan juga meningkatkan motivasi personel terhadap ukuran
kinerja, sehingga membantu personal dalam memutuskan bagaimana
2.2.6. Total Quality Management 2.2.6.1. Pengertian dan unsur TQM
Menurut Retno K ( 2000:236 ) yang dimaksudkan Total Quality
Management ( TQM ) disini adalah filosofi yang menekankan pada
peningkatan proses pemanufakturan secara berkelanjutan melalui
eliminasi pemborosan, meningkatkan kualitas, pengembangan
ketrampilan dan mengurangi biaya produksi.
Menurut Tjiptono dan Diana ( 2001:4 ), Total Quality
Management ( TQM ) suatu dengan menjalankan usaha yang mencoba
untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus –
menerus atas produk, jasa manusia, proses lingkungan. Untuk
menerapkan pendekatan TQM ini, terlebih dahulu perusahaan harus
benar – benar memahami akan unsur – unsur penting yang terdapat
dalam pendekatan TQM. Unsur – unsur TQM tersebut antara lain :
1. Fokus pada pelanggan
Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun eksternal merupakan
driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas atau jasa yang
disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan
besar dalam menentukan kualitasa, proses dan lingkungan yang
berhubungan produk dan jasa.
2. Obsesi terhadap kualitas
Dengan kualitas yang ditetapaka pelanggan, organisasi terobsesi
Hal ini berarti bahwa karyawan berusaha melaksanakan setiap aspek
pekerjaannya berdasrkan perspektif “ Bagaimana kita dapat
melakukannya denga lebih baik ?”
3. Pendekatan ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM,
terutama data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok
duga ( Benchmark ), memantau prestasi dan melaksakan perbaikan.
4. Keuntungan jangka panjang
TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis.
Oleh Karena itu konsumen jangka panjang sangat penting guna
menjadikan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan
dengan sukses.
5. Kerja sama tim ( Team work )
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerja sama tim,
ketrampilan dan hubungan dijalin dan dibina, baik antar karyawan
perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga – lembaga
pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.
6. Perbaikan system secara berkesinambungan
Setiap produk dan jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses –
proses tertentu. Didalam suatu sistem yang ada perlu perbaikan
secara terus – menerus agar kualitas yang dihasilkan dapat
meningkat.
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan
merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan
didorong untuk terus belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa
belajar merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan tidak
mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan,
dapat menigkatkan ketrampilan dan keahlian profesionalnya.
8. Kebebasan yang terkendali
Dalam TQM keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur
yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat
meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab karyawan terhadap
keputusan yang dibuat.
Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan
pemberdayaan tersebut merupakan hasil dari pengendalian terencana
dan terlaksana dengan baik.
9. Kesatuan tujuan
Setiap usaha dapat diterapkan dengan baik maka perusahaan harus
memiliki kesatuan tujuan. Akan tetapi kesatuan tujuan ini tidak
berarti bahwa harus selalu ada persetujuan atau kesepakatan antara
pihak manajemen dan karyawan mengenai upah dan kondisi kerja.
10.Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan bukan sekedar berarti
berarti. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
menyusun pekerjaan yang memungkingkan para karyawan untuk
mengambil keputusan mengenai perbaikan pekerjaanyan dalam para
meter yang ditetapkan dengan jelas.
TQM adalah suatu filosofi atau metode yang seharusnya
dilakukan oleh organisasi masa kini untuk memperbaiki secara terus –
menerus produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya agar dapat
bersaing dan unggul dalam persaingan.
TQM lebih menekankan karywan dalam memecahkan masalah,
bekerja secara tim work, dan membangkitkan pendekatan motivatif untuk
memperbaiki produksi. Karyawan diminta mengidentifikasikan cara–
cara untuk meningkatkan proses pemanufakturan, mengurangi kerusakan
dan memastikan bahwa operasi perusahaan berjalan dengan efisien, lebih
menekankan pada produk dan pelanggan bukan produksi massal.
2.2.6.2. Manfaat TQM
Menurut Tjiptono dan Diana ( 2001:10), perusahaan yang
menerapkan teknik Total Quality Management ( TQM ) akan
memperoleh manfaat utama yang pada akhirnya akan meningkatkan laba
serta daya saing perusahaan yang bersangkutan, antara lain :
a. Memperbaiki posisi persaingan sehingga pangsa pasarnya semakin
besar dan harga jualnya dapat lebih tinggi.
b. Meningkatkan out put yang bebas dari kerusakan melalui upaya
Manfaat
Gambar 1. Manfaat TQM
Sumber : Tjiptono dan Diana, TQM ( 2001:11 )
Penjelasan gambar manfaat TQM
Hubungan dalam gambar 2.1. dijelaskan sebagai berikut :
a. Pasar yang dilayani industri mencakup pelanggan – pelanggan denag
kebutuhan produk tertentu.
b. Peneliti pemasaran mengidentifikasikan kebutuhan tersebut dan
mengidentifikasikan dalam hal kualitas.
c. Pelanggan menganggap produk perusahaan lebih berkualitas dari
pesaing.
d. Karena lebih dianggap berkualitas, pelanggan bersedia membayar
harga yang relatif lebih tinggi dari pesaing.
e. Karena lebih dianggap berkualitas dan harganya lebih tinggi, produk
tersebut dianggap memiliki nilai yang relatif lebih tinggi.
f. Nilai yang relatif lebih tinggi menghasilkan kenaikan dalam pangsa
pasar.
g. Berkat program kualitasnya, perusahaan harus dapat mengikuti
spesifikasi pelanggan yang lebih baik dari pada pesaing.
h. Efektivitas ini menghasilkan penurunan harga, yaitu dengan
memproduksi produk yang dibutuhkan secara benar pertama kali.
i. Penurunan harga digabungkan dengan pangsa pasar yang lebih luas
akan menghasilkan biaya yang lebih rendah dari pada pesaing.
j. Gabungan dari keunggulan relatif di bidang harga, pangsa pasar, dan
biaya digunakan menciptakan profitabilitas dan pertumbuhan
perusahaan.
2.2.7. Kinerja Manajerial
Kinerja manajerial menurut Retno K ( 2000:237 ) adalah kinerja para individu dalam kegiatan menajerial. Kegiatan personal meliputi
delapan dimensi, yaitu :
1. Perencanaan
Menentukan tujuan, kebijakan dan tindakan pelaksanaan, penjadwalan
2. Investigasi
Mengumpulkan dan menyampaikan informasi untuk catatan, laporan
dan rekening, mengukur hasil, menentukan persediaan, dan analisis
pekerjaan.
3. Pengkoordinasi
Tukar – menukar informasi denagn orang lain dibagian organisasi yang
lain untuk mengkaitkan dan menyesuaikan program, memberitahukan
bagian lain, hubungan dengan manajer lain.
4. Evaluasi
Menilai dan mengukur proposal, kinerja yang diamati atau dilaporkan
penilaian pegawai, penilaian catatan hasil, penilaian laporan keuangan,
pemeriksaan produk.
5. Pengawasan ( Supervisi )
Mengarahkan, memimpin dan mengembangkan bawahan anda,
membimbing, melatih dan menjelaskan peraturan kerja pada bawahan,
membentuk tugas pekerjaan dan menangani bawahan.
6. Pengaturan Staf ( Staffing )
Mempertahankan angkatan kerja dibagian anda, merekrut,
mewawancarai dan memilih pegawai baru, menempatkan,
7. Negoisasi
Pembelian, penjualan, atau kontak untuk produk, menghubungi
pemasok, tawar – menawar dengan wakil penjual, tawar – menawar
secara kelompok.
8. Perwakilan ( Representatif )
Menghadiri pertemuan dengan perusahaan lain, pertemuan – pertemuan
bisnis, pidato untuk acara – acara kemasyarakatan, mempromosikan
tujuan umum perusahaan anda ( Mahoney: 1963 ).
2.2.8. Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja Terhadap Hubungan Antara Total Quality Management Dengan Kinerja Manajerial
Setiap perusahaan tentu mempunyai tujuan paling pokok yaitu
meningkatkan kualitas produk dan profitabilitas. Peningkatan kualitas atau
mutu poroduk itu sangatlah penting bagi kelangsungan hidup perusahaan,
karena dengan mutu yang bagus maka perusahaan akan dapat mudah
mendapatkan kepercayaan konsumen.
Banyak perusahaan menyadari bahwa mutu pelayanan yang luar
biasa dapat memberikan keunggulan bersaing yang kuat kepada mereka
serta menghasilkan penjualan yang tinggi. dalam mencapai usaha untuk
memaksimumkan daya saing organisasi maka perusahaan perlu
menerapkan suatu teknik Total Quality Management. Apabila
perusahaan menerapkan TQM, maka dapat mengurangi biaya operasi dan
meningkatkan penghasilan sehingga laba semakin meningkat,dalam
bidang akuntansi menyatakan bahwa kinerja perusahaan yang rendah,
disebabkan oleh ketergantungannya terhadap sistem akuntansi manajemen
perusahaan tersebut yang gagal dalam penentuan sasaran – sasaran yang
tepat, pengukuran – pengukuran kinerja dan penghargaan ( Kaplan
1983,1990 : Jhonson dan Kaplan 1987 : banker et al 1993 ). Para manajer
akan lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerja manajerial mereka jika
mereka menerima pengukuran kinerja yang tinggi dalam bentuk informasi
yang diperlukan yang memberikan umpan balik untuk perbaikan dan
pembelajaran sehingga akan memotivasi mereka dalam meningkatkan
kinerjanya.
2.2.9. Pengaruh Sistem Reward Terhadap Hubungan Antara Total Quality Management Dengan Kinerja Manajerial
Setiap perusahaan tentu memiliki tujuan paling pokok yaitu
meningkatkan kualitas atau mutu produknya, peningkatan kualitas atau
mutu produk ini sangatlah penting bagi kelangsungan hidup suatu
perusahaan, karena dengan mutu yang bagus maka perusahaan akan dapat
dengan mudah mendapat kepercayaan konsumen.
Banyak perusahaan menyadari bahwa mutu pelayanan yang luar
biasa dapat memberikan keunggulan bersaing yang kuat kepada mereka
serta menghasilkan penjualan dan laba yang tinggi. Untuk mencapai usaha
memaksimumkan daya saing organisasi maka perusahaan perlu
perusahaan menggunakan TQM, maka akan mengurangi biaya operasi dan
meningkatkan penghasilan sehingga laba makin meningkat, dalam
jurnalnya (Kurnianingsih 2000:227-246) menyebutkan, beberapa
penelitian bidang akuntansi menyatakan bahwa kinerja perusahaan yang
rendah, disebabkan oleh ketergantungannya terhadap sistem akutansi
manajemen perusahaan tersebut yang gagal dalam menentukan
sasaran-sasaran yang tepat, pengukuran-pengukuran kinerja dan sistem
penghargaan atau reward system. Para manajer akan lebih termotivasi
untuk meningkatkan kinerja manajerial mereka, jika mereka menerima
pengukuran kinerja yang tinggi dalam bentuk informasi yang diperlukan,
yang memberikan umpan balik untuk perbaikan dan pembelajaran. Desain
sistem penghargaan yang diberikan manajer yang kemungkinan
memberikan rasa adil dan kepuasan atau pemberian kompensasi yang lebih
baik kepada para manajer akan memotivasi mereka dalam meningkatkan
2.3. Kerangka Pikir
Dari uraian diatas, maka dapat ditampilkan diagram kerangka pikir
sebagai berikut :
Gambar 2 : Kerangka pikir hipotesa 1
Gambar 3 : kerangka pikir hipotesa 2
Sistem Pengukuran Kinerja (X2)
Total Quality Management
(X1)
Kinerja Manajerial
(Y)
Sistem Reward (X3)
Total Quality Management
(X1)
Kinerja Manajerial
2.4. Hipotesis
Berdasarkan dari latar belakang tersebut diatas dan menghubungkan
dengan landasan teori yang digunakan, kemungkinan di hubungkan dengan
tujuan dari penelitian diatas, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai
berikut :
1. Bahwa interaksi antara Total Quality Management dengan Sistem
Pengukuran Kinerja berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial.
2. Bahwa interaksi antara Total Quality Management dengan Sistem Reward
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Berdasarkan uraian diatas, variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
a. Kinerja Majerial (Y) : sebagai variabel terikat
b. Total Quality Management (X1) : sebagai variabel bebas.
c. Sistem Pengukuran Kinerja (X2) : sebagai variabel bebas.
d. Sistem Reward (X3) : sebagai variabel bebas.
Definisi operasional dari variabel yang diteliti :
a. Kinerja Manejerial ( Y )
Adalah kinerja manajer dalam kegiatan-kegiatan manajerial yang
meliputi : perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi,
pengawasan, pengaturan staff, negoisasi, perwakilan dan kinerja secara
keseluruhan. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tipe interval, sedangkan teknik pengukurannya digunakan
instrumen yang dikembangkan oleh Mahoney et.al. (1963). dengan 9
item pertanyaan. Dalam instrumen ini setiap responden diminta untuk
mengukur sendiri kinerja yang telah mereka hasilkan dengan memilih
skala satu sampai dengan sembilan.
1 2 3 4 5 6 7
Kinerja manajerial yang diukur meliputi delapan dimensi :
perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi, pengaturan
staff(staffing), negosiasi, dan representasi serta satu dimensi pengukuran
kinerja seorang manajer secara keseluruhan. Skala kinerja terdiri dari : 1
sampai dengan 2 untuk kinerja rendah, 3 sampai dengan 5 untuk kinerja
sedang dan 6 sampai dengan 7 untuk kinerja tinggi. Penggunaan
self-rating dipilih dengan alasan untuk menghindari kemungkinan pengukuran
kinerja yang tidak representatif (Heneman, 1974).
b. Total Quality Management (X1)
Adalah suatu metode perbaikan yang seharusnya dilaksanakan badan
usaha untuk memperbaiki secara menyeluruh dan terus-menurus terhadap
proses produksi, lingkungannya, sumber daya manusianya, dan kualitas
outputnya. Sehingga dapat meningkatkan produktivitas, kepuasan
konsumen dan karyawan, agar dapat bersaing dan unggul dalam
persaingan.. Pengukuran variabel bebasnya dengan skala interval.
Sedangkan teknik pengukurannya digunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Krumwiede (1998), yang merupakan pengembangan
dari insrumen Banker et.al. (1993) dengan 5 item pertanyaan. Variabel
ini untuk mengukur persepsi manajer secara individual mengenai
penerapan TQM di lingkungan perusahaannya.
1 2 3 4 5 6 7
Setiap responden diminta menilai penerapan TQM dari poin 1
sampai 2 untuk TQM rendah, 3 sampai 5 untuk TQM sedang dan 6
sampai 7 untuk TQM tinggi.
c. Sistem Pengukuran Kinerja (X2)
Sistem pengukuran kinerja adalah suatu sistem untuk menyediakan
informasi kepada manajer apakah proses produksi telah berjalan
sebagaimana mestinya dan menghasilkan output yang ditetapkan
sebelumnya. Dalam penelitian ini digunakan pengukuran kinerja yang
secara langsung dihubungkan dengan kualitas. Dengan menggunakan
instrumen yang dikembangkan Daniel dan Reitsperger (1992). Pengukuran
variabel bebasnya dengan skala interval, sedangkan teknik pengukurannya
menggunakan semantic diferensial dengan 6 item pertanyaan.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Instrumen ini menggunakan 1 sampai 2 untuk menunjukkan pengukuran
kinerja yang rendah, 3 sampai 5 untuk pengukuran kinerja sedang dan 6
sampai 7 untuk menunjukkan pengukuran kinerja yang tinggi.
d. Sistem Reward (X3)
Sistem penghargaan menurut (Kurnianingsih 2000:237) adalah pemberian
kompensasi kepada para manajer yang terdiri atas pembayaran tetap saja
dan pembayaran tetap ditambah variabel yang jumlahnya ditentukan
penelitian ini digunakan pengukuran kinerja yang secara langsung
dihubungkan dengan kualitas. Dengan menggunakan instrumen yang
dikembangkan Daniel dan Reitsperger (1992). Pengukuran variabel
bebasnya dengan skala interval, sedangkan teknik pengukurannya
menggunakan semantic diferensial dengan 6 item pertanyaan.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Instrumen ini menggunakan 1 sampai 2 untuk menunjukkan pengukuran
kinerja yang rendah, 3 sampai 5 untuk pengukuran kinerja sedang dan 6
sampai 7 untuk menunjukkan pengukuran kinerja yang tinggi.
3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi
Populasi merupakan kelompok subyek / obyek yang memiliki
ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan
kelompok subyek / obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai
generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2002 : 44). Seluruh manajer
PT. Noer Transport Tama Wisata yang terdiri dari Direktur, Kepala
Departemen dan Kepala Bagian yang ikut andil dan berperan penting
dalam pengambilan keputusan yang ada di kantor maupun di pabrik milik
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri
dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah
sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi, (Sumarsono,
2002 : 44). Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam peneltian ini
adalah teknik sensus karena yang diteliti adalah seluruh populasi.
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer,
dan data sekunder (Nazir, 1988 : 58).
1. Data primer
Merupakan data serta keterangan yang diperoleh secara langsung dari
obyek yang diteliti yaitu dengan teknik kuesioner, dengan daftar
pertanyaan yang terprogram dan tersetruktur dalam obyek penelitian
2. Data sekunder
Merupakan data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan dan
mempelajari teori-teori. Literatur-literatur serta tulisan ilmiah yang
berhubungan dengan permasalahan untuk membahas pemecahan
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang diambil peneliti dalam penelitian ini berasal dari
obyek yang diteliti yaitu Kantor PT. Noer Transport Tama Wisata. Adapun
teknik pengumpulan datanya (Nazir, 1988 : 212) dengan menggunakan cara:
1. Wawancara
Pengumpulan data dengan mengadakan wawancara secara langsung
dengan petugas, staf ahli yang dapat memberikan penjelasan serta
keterangan mengenai masalah yang diteliti.
2. Dokumentasi
Dengan mencatat data-data yang diperlukan yang berasal dari
dokumentasi yang dimiliki oleh perusahaan.
3. Kuesioner
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penelitian dengan cara
menyebarkan daftar pertanyaan yang kemudian diisi oleh responden
dengan batas waktu yang ditetapkan oleh peneliti.
4. Observasi
Teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan secara
langsung terhadap obyek yang akan diteliti, hal ini sangat membantu
dalam suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis
data yang dilakukan dengan metode ilmiah yang hasilnya dapat
3.4. Teknis Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis
Analisis regresi secara berganda dengan interaksi. Uji interaksi
merupakan aplikasi khusus regresi linier dimana dalam persamaan
regresinya mengandung unsur interaksi dengan rumus sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4(X1.X2) + b5(X3.X1) + e
Keterangan :
Y = Kinerja Manajerial
X1= Total Quality Management
X2 = Sistem Pengukuran Kinerja
X3 = Sistem Reward
(X1.X2) = Interaksi antara Total Quality Management dengan Sistem
Pengukuran kinerja diukur sebagai nilai absolut dari perkalian
antara X1 dan X2
(X3.X1) = Interaksi antara Sistem Reward dengan Total Quality Manajemen
diukur sebagai nilai absolut dari perkalian antara X3 dan X1
3.4.1.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat
pengukur itu (kuesioner) mengukur apa yang diinginkan. Valid atau
tidaknya alat ukur tersebut itu dapat diuji dengan mengkorelasikan antara
skor yang diperoleh pada masing-masing butir-butir pertanyaan dengan
Apabila korelasi antara skor total dengan skor masing-masing
pertanyaan signifikan , maka dapat dikatakan bahwa alat pengukur
tersebut mempunyai validitas (Sumarsono, 2002 : 31).
Dasar pengambilan keputusan menurut Santoso (2002:277) :
Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau variabel
tersebut valid.
Jika r hasil tidak positif, serta r hasil < r tabel, maka butir atau variabel
tersebut tidak valid.
3.4.1.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang
diberikan responden dapat dipercaya atau diandalkan. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur realibilitas dengan uji
statistik Cronbrach Alpha, yaitu dinyatakan dalam nilai yang dapat
dikatakan reliabel apabila nilai Cronbrach Alpha > 0,60 (Nunnally : 1969,
dalam Ghozali, 2001 : 133).
3.4.1.3 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data
diantaranya adalah metode Kolmogorov Smirnov dan metode Shapiro Wilk,
dengan mempergunakan program SPSS 10.0 (Sumarsono, 2002 : 40).
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data
mengikuti distribusi normal adalah :
Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka
distribusi adalah tidak normal.
Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka
distribusi adalah normal.
3.4.1.4 Uji Asumsi Klasik
Untuk mendukung keakuratan hasil model regresi, maka perlu
dilakukan penelusuran terhadap asumsi klasik yang meliputi asumsi
multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil dari asumsi
klasik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel bebas. Deteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat dari
besaran VIF (Varians Inflation Factor), yaitu : (Ghozali, 2001 : 57)
Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala
multikolinier dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi
VIF = 1 Q – Rj2.
1. Jika besaran VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.
2. Jika besaran VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas.
2. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan lain berbeda, maka disebut terdapat heteroskedastisitas.
Metode regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastistitas.
(Ghozali, 2001 : 60). Sedangkan kriteria pengujiannya adalah:
a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas.
b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena dari heteroskedastisitas.
3. Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi diantara anggota –
anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian
waktu ( seperti pada data return waktu atau time series data ) atau yang
tersusun dalam rangkaian ruang ( seperti pada data silang waktu atau
cross sectional). (Sumodiningrat, 2002 : 231). Uji autokorelasi bertujuan
untuk menguji apakah dalam suatu regresi linear ada korelasi kesalahan
penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka
perlu dilihat tabel Durbin Watson dengan jumlah variabel bebas ( k ) dan
distribusi daerah keputusan atau tidak terjadi autokorelasi (Ghozali,
2001: 61).
Kriteria pengujian Durbin Watson dapat dilihat dalam tabel sebagai
berikut :
Tabel 1 : Autokorelasi
Durbin Watson Kriteria 0 < DW < dL
dL < DW < du du < DW < 4-du 4-du < DW < 4-dL 4-dL < DW < 4-
Ada autokorelasi positif Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Ada autokorelasi negatif Sumber : Ghozali, 2001 : 61
3.4.2. Pengujian Hipotesis 3.4.2. Uji Hipotesis
1.Uji F
Untuk menguji kesesuain model regresi dalam penelitian ini
diuji dengan uji F. Dengan prosedur sebagai berikut :
a) Fhitung sebesar :
Fhitung =
tidak terdapat pengaruh antara Total Quality Management
dengan Sistem Pengukuran Kinerja terhadap Kinerja
Manjerial
Hi : β0≠β1≠β2≠β3≠ 0
terdapat pengaruh kesesuaian antara Total Quality
Management dengan Sistem Pengukuran Kinerja terhadap
Kinerja Manjerial.
c) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 dan
derajat kebebasan (n – k – 1), dimana n adalah jumlah
pengamatan dan k adalah jumlah variabel.
d) Dengan kaidah pengujian :
Apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Hi diterima,
artinya secara simultan variabel independennya
mempengaruhi variabel dependennya.
Apabila Fhitung < Ftabel maka Hi ditolak dan Ho diterima,
artinya secara simultan variabel independennya tidak
mempengaruhi variabel dependennya
Gambar 5 : Kurva Uji F
Ho diterima jika Fhitung < Ftabel
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Noer Transportama Wisata merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang travelling baik di dalam negeri maupun luar negeri, dimana perusahaan tersebut juga melayani dalam hal penjualan tiket pesawat.
Sejarah PT. Noer Transportama Wisata didirikan pada hari kamis, 28 Juni 1995 dihadapan Raden Soedjono Notaris di Surabaya dengan saksi :
1. Tn Drs Rudy Wijayanto, swasta, di Surabaya Jln Manyar Kertoarjo No. 81
2. Tn Jogya Pranoto, swasta, di Surabaya Jln Rajawali No 72
3. Tn Hadi Djaja Djoenaidi, swasta, di Surabaya Jln Manyarkertoarjo No . 9
Noor Irawati, SA Notaris & pejabat pembuat akta tanah Wilayah kotamadya Surabaya, Jalan Genteng Kali no.77 Surabaya. Mentel kehakiman RI tanggal 20 oktober 1989 Nomor : M – 119 – HT 03.0 Tahun 1989. PT. Noer Transportama Wisata berletak di Jalan Raya Sedati Agung No 2 Blok 11 – 12 juanda (timur POM Bensin Juanda).
4.1.2. Tujuan Perusahaan
Sebelum menganalisa data yang diperoleh khususnya masalah yang dihadapi perusahaan, terlebih dahulu perlu diketahui tujuan perusahaan. Karena setiap perusahaan dan bahkan kegiatan yang terwujud pasti mempunyai tujuan yang merupakan sasaran utama yang akan dicapai. Dengan menentukan tujuan yang hendak dicapai, berarti perusahaan atau setiap kegiatan yang terealisir dapat merupakan pedoman dalam menjalankan operasi atau sebagai koreksi dan ukuran sejauhmana hasil yang diperoleh.
Demikian pula dengan PT. Noer Transportama Wisata juga mempunyai tujuan dalam menjalankan operasinya yaitu :
a. Tujuan jangka pendek
Tujuan jangka pendek yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah :
b. Tujuan jangka panjang
Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah :
1. Mencapai laba optimal
2. Menjaga kontinuitas perusahaan
3. Membantu pelaksanaan program pemerintah dalam penyediaan kesempatan kerja
4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan maka suatu perusahaan harus mempunyai struktur organisasi. Struktur organisasi suatu perusahaan dapat berbeda dengan struktur orgnaisasi perusahaan yang lain tergantung dari kebutuhan setiap perusahaan itu sendiri.
Untuk dapat memenuhi syarat adanya suatu pengawasan yang baik hendaknya struktur organisasi dapat memisahkan fungsi-fungsi operasional. Diharapkan dengan adanya pemisahan fungsi yang baik dan tepat dalam organisasi dapatlah kiranya menghindari segala kekurangan yang timbul dalam perusahaan.
secara jelas, jangan sampai terjadi adanya fungsi yang berlebihan pada masing-masing bagian.
Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian PT. Noer Transportama Wisata sebagai berikut :
1. Direktur utama, mempunyai tugas :
a. Bertanggung jawab atas kelangsungan hidup perusahaan, dan atas semua kewajiban finansial / atas transaksi-transaksi yang mempunyai hubungan dengan keuangan perusahaan kedalam maupun keluar.
b. Membuat rencana dan menentukan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya.
c. Mengawasi jalannya operasi perusahaan serta mengambil kebijakan preventif maupun kuratif terhadap penyimpangan yang terjadi atau yang mungkin terjadi
d. Mengangkat, memberhentikan karyawan yang bekerja diperusahaan 2. Departemen Pemasaran
Departemen ini mempunyai tugas memimpin, mengarahkan,dan mengawasi atas pelaksanaan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab bagian niaga, bagian logistik, bagian pembelian dan pergudangan, yang mempunyai tugas :
- Memimpin kegiatan-kegiatan pemasaran dalam usaha merealisasi rencana penjualan yang telah ditetapkan
- Mencari daerah pemasaran baru
- Membuat laporan-laporan tentang perkembangan hasil niaga. 3. Departemen Keuangan
Direktur ini mempunyai tugas memimpin, mengkoordinasi, dan mengawasi pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawab unit keuangan dan administrasi.
Departemen ini membawahi :
Departemen Keuangan Dan Administrasi, mempunyai tugas :
- Menyelenggarakan laporan keuangan untuk investasi di luar perusahaan
- Menyimpan data-data dan menyusun anggaran - Memberikan analisis berkala dalam bidang keuangan
- Bertanggung jawab terhadap persoalan – persoalan yang menyangkut keuangan perusahaan
- Melaksanakan tugas harian yang berhubungan dengan laporan penerimaan dan pengeluaran uang
4. Departemen Sumber Daya Manusia, mempunyai tugas : a. Menyelenggarakan dan mengendalikan humas.