• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. kemampuan penerimaan diri dan perilaku sendiri. Self - esteem juga dapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. kemampuan penerimaan diri dan perilaku sendiri. Self - esteem juga dapat"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Self – Esteem (Harga Diri) 2.1.1. Definisi Self – Esteem

Self - esteem adalah penilaian atau perasaan seseorang mengenai diri sendiri, tolak ukur harga diri kita sebagai manusia, berdasarkan pada kemampuan penerimaan diri dan perilaku sendiri. Self - esteem juga dapat dideskripsikan sebagai penghormatan terhadap diri sendiri yang berdasarkan pada keyakinan mengenai apa dan siapa kita sebenarnya (Minchinton, 1993).

Menurut Deaux, Dane, & Wrightsman,self - esteem merupakan suatu penilaian atau evaluasi secara positif atau negatif terhadap dirinya. Jika individu menilai secara positif terhadap dirinya, maka individu dikatakan memiliki self - esteem yang tinggi. Sebaliknya, individu yang menilai secara negatif terhadap dirinya, maka individu dikatakan memiliki self esteem yang rendah(Deaux, Dane, & Wrightsman, 1992). Papalia pun menyatakan hal tersebut yaitu apabila individu menerima diri apa adanya maka self - esteem yang dimiliki akan tinggi, sedangkan individu yang menunjukan penghargaan yang buruk terhadap dirinya sehingga tidak mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan akan memiliki self - esteem yang rendah(Papalia,1995). Menurut Baron, Byrne, Branscombe, self - esteem menunjukan keseluruhan sikap seseorang terhadap dirinya sendiri, baik postif maupun negatif. Dan Menurut Gecas berasumsi bahwa self - esteem secara keseluruhan menunjuk pada evaluasi diri yang positif (Rosenberg, et al 2003).

(2)

Self - esteem merupakan hasil penilaian yang dilakukannya dan perlakuan orang lain terhadap dirinya dan menunjukan sejauh mana individu memiliki rasa percaya diri serta mampu berhasil dan berguna (Gufron dalam Khalid, 2011).

Self - esteem adalah suatu konsep penting dan populer, baik dalam ilmu sosial maupun kehidupan sehari-hari. Branden menjelaskan bahwa tanpa dibekali self - esteem yang sehat, individu akan mengalami kesulitan untuk mengatasi tantangan hidup maupun untuk merasakan berbagai kebahagiaan dalam hidupnya (Branden dalam Khalid, 2011). Branden juga mengatakan bahwa self - esteem mengandung nilai keberlangsungan hidup (Survival Value) yang merupakan kebutuhan dasar manusia. Hal ini memungkinkan self - esteem mampu memberikan sumbangan bermakna bagi proses kehidupan individu selanjutnya, maupun bagi perkembangan pribadi yang normal dan sehat (Branden dalam Khalid, 2011).

2.1.2 Aspek-Aspek Self Esteem

Menurut RosenbergSelf esteem memiliki dua aspek, yaitu penerimaan diri dan penghormatan diri (Rosenberg,2003). Kedua aspek tersebut memiliki 5 dimensi yaitu dimensi akademik, sosial, emosional, keluarga, dan fisik. Dimensi akademik mengacu pada persepsi individu terhadap kualitas pendidikan individu, dimensi sosial mengacu pada persepsi individu terhadap hubungan sosial individu, dimensi emosional merupakan keterlibatan individu terhadap emosi individu, dimensi keluarga mengacu pada keterlibatan individu dalam partisipasi dan integrasi di dalam keluarga, dan dimensi fisik yang mengacu pada persepsi

(3)

individu terhadap kondisi fisik individu (Rosenberg dalam Rahmania & Yuniar, 2012).

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self - Esteem

1. Faktor Jenis Kelamin

Menurut Ancook, dkk bahwa wanita selalu merasa harga dirinya lebih rendah dari pada pria seperti perasaan kurang mampu, atau merasa harus dilindungi. Pendapat tersebut sama dengan penelitian dari Coopersmith (1967) yang membuktikan bahwa harga diri wanita lebih rendah dari pada harga diri pria (Coopersmith dalam Khalid, 2011).

2. Intelegensi

Individu dengan harga diri tinggi akan mencapai prestasi akademik yang tinggi dari pada individu dengan harga diri rendah. Selanjutnya dikatakan dengan harga diri tinggi memiliki skor intelegensi yang lebih baik, taraf aspirasi lebih baik, dan selalu berusaha keras (Coopersmith dalam Khalid, 2011) .

3. Kondisi Fisik

Coopersmith menemukan adanya hubungan yang konsisten antara daya tarik fisik dan tinggi badan dengan harga diri. Individu dengan kondisi fisik yang menarik cenderung memiliki harga diri yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi fisik yang kurang menarik (Coopersmith, 1967).

4. Lingkungan Keluarga

Coopersmithberpendapat bahwa perilaku adil, pemberian kesempatan untuk aktif, dan mendidik yang demokratis akan membuat anak mendapat

(4)

harga diri yang tinggi (Coopersmith, 1967). Berkenaan dengan hal tersebut. Savarysependapat bahwa keluarga berperan dalam menentukan perkembangan harga diri anak. Orang tua yang sering memberikan hukuman dan larangan tanpa alasan dapat menyebabkan anak merasa tidak berharga (Savary, 1994).

5. Lingkungan Sosial

Menurut Coopersmith ada beberapa ubahan dalam harga diri yang dapat dijelaskan melalui konsep-konsep kesuksesan, nilai, aspirasi, dan mekanisme pertahanan diri. Kesuksesan tersebut dapat timbul melalui pengalaman dalam lingkungan, kesuksesan dalam bidang tertentu, kompetisi, dan nilai kebaikan (Coopersmith, 1967).

2.2. Body Image

2.2.1. Definisi Body Image

Citra atau image sebagai gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi, atau produk. Tubuh adalah keseluruhan jasad manusia yang kelihatan dari bagian ujung kaki sampai ujung rambut (Kamus Bahasa Indonesia dalam Chairiah 2012). Body image adalah penilaian seseorang tentang ukuran tubuh, penampilan, dan fungsi setiap bagian tubuhnya (Kozier, 2004). Duffy dan Atwater menyatakan bahwa body image adalah mental image mengenai tubuh seseorang, bagaimana perasaan seseorang tentang tubuhnya, bagaimana kepuasaan dan ketidakpuasan seseorang terhadap tubuhnya (Duffy dan Atwater, 2005). Marina juga menyatakan bahwa seseorang yang memiliki body image yang positif adalah orang yang penilaian diri (self worth) dan kepercayaan dirinya (self esteem) baik (Marina, 1997). Dengan memiliki body image yang positif

(5)

itu, seseorang akan memiliki kepuasan citra tubuh (body image satisfaction) yang tinggi. Body image satisfaction adalah derajat kepuasan individu terhadap karakteristik bagian-bagian tubuh maupun tubuh secara keseluruhan (Mintz &Betz dalam Marina, 1997).

Orang yang memiliki body image positif akan cenderung merasa puas terhadap kondisi tubuhnya, memiliki harga diri yang tinggi, penerimaan jati diri yang tinggi, rasa percaya diri dan kepeduliannya terhadap kondisi badan dan kesehatannya sendiri, serta adanya kepercayaan diri ketika menjalin hubungan dengan orang lain. sedangkan orang yang memiliki body image yang negatif akan cenderung merasa tidak puas atau malu terhadap kondisi tubuhnya sehingga tidak jarang menimbulkan depresi, memiliki harga diri yang rendah atau bahkan merasa dirinya tidak berharga (Guslingga, 2006).

Body image merupakan bagian dari konsep diri. Merupakan hal pokok dalam konsep diri. Body image harus realitis karena semakin seseorang dapat menerima dan menyukai dirinya akan meningkat. Sikap individu terhadap tubuhnya mencerminkan aspek penting dalam dirinya. Konsep diri positif menunjukkan harapan diri orang tersebut untuk sukses dalam hidup termasuk penerimaan dari aspek negatif dari diri sendiri sebagai bagian diri seseorang. Orang tersebut menghadapi hidup secara terbuka dan realistis (Stuart & Sundeen dalam Chairiah, 2012).

2.2.2. Komponen Body Image

(6)

1. Kepuasan dan ketidakpuasan seseorang mengenai penampilan fisiknya secara keseluruhan.

2. Kepuasan dan ketidakpuasan seseorang mengenai ukuran dan bentuk tubuhnya.

3. Kepuasan dan ketidakpuasan seseorang mengenai berat badannya. 4. Perasaan mengenai menarik atau tidak menariknya fisik seseorang.

5. Perasaan saat ini tentang seseorang terlihat relatif bagaimana seseorang biasanya merasa.

6. Evaluasi dari satu penampilan relatif rata-rata orang terlihat.

2.2.3. Faktor yang mempengaruhi Body Image, antara lain:

1. Jenis Kelamin

Cash menyatakan bahwa jenis kelamin adalah faktor yang paling penting dalam citra tubuh seseorang (Cash, 2001).

2. Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal adalah seseorang cenderung membandingkan dirinuya dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk bagaimana perasaannya terhadap penampilan fisik. Hal ini yang sering membuat seseorang cemas terhadap dirinya (Rosen dalam Cash & Pruzinky, 2002).. Rosen dan koleganya menyatakan bahwa feedback terhadap penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan seseorang terhadap tubuhnya(Rosen dalam Cash & Pruzinky, 2002).

(7)

2.3. Tato

2.3.1. Definisi Tato

Tato yang merupakan suatu produkdari kegiatan menggambar pada kulit tubuhdengan menggunakan alat sejenis jarum ataubenda dipertajam yang terbuat dari flora(Olong dalam Agustin, 2008).Pada awalnya tato dianggap sebagaimomok atau sesuatu yang tabu tapi sekarangsudah dimiliki oleh banyak orang Tidakhanya dimiliki oleh orang dewasa, remajapun sekarang sudah banyak memiliki tato(Olong dalam Agustin, 2008).

2.3.2. Motivasi Mentato Diri

Menurut Olong terdapatberbagai macam faktor yang memotivasiseseorang untuk mentato tubuhnya yangsemakin marak dalam masyarakat, yaitu:

1. Tato sebagai alat untuk mencerminkan kebebasan. Dengan adanya tato, modifikasi tubuhmerupakan suatu bentuk penegasankebebasan menentukan diri sebagai individu yang merdeka terhadapberbagai aturan dan kontrol.

2. Tato merupakan ajang ekspresi kaum muda. Tato mengandung pemaknaan ekspresidiri yang dilakukan secara sengaja dansadar.

3. Tato dimiliki seseorang karena untuk mengikuti sang idola. Karena tergila-gila dan mengidolakansosok San Cai (kekasihnya Tao MingShe dalam sinetron Meteor Garden),banyak remaja putri yamg memutuskanuntuk mentato tubuhnya.

(8)

4. Tato bukan merupakan tindakan penyiksaan diri. Dengan ditemukannya peralatan canggih untuk mentato diri dapatmeminimalkan rasa sakit ketika tatosedang diukir sehingga munculpandangan bahwa tato bukanmerupakan tindakan penyiksaan diri.

5. Adanya teknik penghilangan tato. Karakter permanen tato kini telah dapatdiatasi dengan teknik penghilangan, danatau karakter permanen tato dapatdigantikan dengan tato temporer.

2.4 Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain: Hasil penelitian Firda Narotahma Sahri (2016) yang berjudul “hubungan antara body image dengan self esteem pada wanita dewasa awal pengguna skincare”, Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa adanya suatu hubungan antara body image dengan self esteem yaitu dengan hasil nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,234 dengan p value = 0,008 < 0,01 yang berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara body image dengan self esteem pada wanita dewasa awal pengguna skincare.Hasil penelitian Galuh Henggaryadi, M. Fakhrurrozi, M.Psi, (2008), yang berjudul “the relationship between body image and self-esteem in adolescent men taking exercise”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa adanya suatu hubungan antara body image dengan self esteem yaitu berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan korelasi pearson, diperoleh koefisien korelasi r sebesar 0,481 dengan signifikansi 0,00 (p<0,01). Hal ini berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara body image dengan harga diri pada remaja pria yang mengikuti latihan finess/kebugaran. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi ada hubungan antara body image dengan harga diri adalah diterima.Hasil penelitian Victoria Nurvita & Muryantinah Mulyo

(9)

Handayani (2015), yang berjudul “hubungan aantara self-esteemdengan body imagepada remaja awal yang mengalami obesitas”.Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa adanya suatu hubungan antara body image dengan self esteem yaitu dengan hasil analisis data menunjukkan taraf siginifikansi sebesar 0,00 yang berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara variabel self-esteem dan variabel body image. Besar koefisien korelasi antar dua variabel adalah 0,855 yang menunjukkan hubunganpositif antar dua variabel.Hasil penelitian Dahlia Nur Permata Sari (2012), yang berjudul “hubungan antara body image dan self esteem pada dewasa awal tuna daksa”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa adanya suatu hubungan antara body image dengan self esteem yaitu berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui terdapat hubungan antara body image dan self esteem dengan nilai r 0.400 dan signifikansi 0.014 (p<0.05), yang menunjukan bahwa hipotesis diterima, yang artinya terdapat hubungan yang positif antara body image dan self esteem pada dewasa awal tuna daksa. Semakin positif body image yang dimiliki dewasa awal tuna daksa maka akan semakin tinggi pula self esteem yang dimiliki, begitu juga sebaliknya, semakin negatif body image yang dimiliki dewasa awal tuna daksa maka akan semakin rendah pula self esteem yang dimiliki. Dan hasil penelitian Venny Margaret Karim (2011), yang berjudul “hubungan antara body image dan self esteem pada remaja perempuan yang mengikuti aktivitas aerobik di pusat kebugaran "x" di kota bandung”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa adanya suatu hubungan antara body image dengan self esteem. Berdasarkan hasil pengolahan statistik melalui uji korelasi Rank Spearman diperoleh hasil adanya hubungan antara body image dan self esteem (rs = 0,461) pada remaja perempuan yang mengikuti aktivitas aerobik di pusat kebugaran “X” di kota Bandung.

(10)

Berdasarkan dari pembahasan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan para peneliti sebelumnya dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara body image dan self esteem karena keadaan fisik memunculkan belief system utama bagi responden dalam menilai dirinya sehingga self esteem dapat dijelaskan oleh body image. Dan hal ini juga dapat diartikan bahwa semakin tinggi self-esteem, maka body image yang dimiliki semakin positif pula.

2.3 Kerangka Pemikiran

Tubuh adalah bagian utama dalam penampilan fisik setiap manusia dan merupakan cermin diri dari semua manusia yang mendambakan penampilan fisik yang menarik. Dalam kehidupan sosial, bentuk tubuh menjadi representasi diri yang pertama dan paling mudah terlihat. Hal ini menyebabkan orang kemudian menjadi terdorong untuk memiliki tubuh yang ideal (Breakey, 1997).

Memiliki bentuk fisik yang baik akan menimbulkan kepuasan dalam diri terhadap tubuhnya. Semakin positif body image yang dimiliki maka akan semakin tinggi pula self esteem yang dimiliki, begitu juga sebaliknya, semakin negatif body image yang dimiliki maka akan semakin rendah pula self esteem yang dimiliki (Sari, 2012). Maka kerangka berfikkir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

(11)

Self – Esteem (Rosenberg, 1965) 2.5 Hipotesis Body Image(Cash, 2001) ₋ Kepuasan dan ketidakpuasan seseorang mengenai penampilan fisiknya secara keseluruhan . ₋ Kepuasan dan ketidakpuasan seseorang mengenai ukuran dan bentuk tubuhnya. ₋ Kepuasan dan ketidakpuasan seseorang mengenai berat badanya. ₋ Perasaan mengenai

menarik atau tidak menariknya fisik seseorang.

Perasaan saat ini tentang seseorang terlihat relatif bagaimana

seseorang biasanya merasa, dan

Evaluasi dari satu penampilan relatif bagaimana rata-rata orang terlihat .

 penerimaan diri  dan penghormatan diri

(12)

H0 ; ρ = Tidak terdapat hubungan antara body image dengan self esteem pada

pengguna tato di studio tato Jakarta.

Ha ; ρ ≠ 0 : Terdapat hubungan antara body image dengan self esteem pada pengguna tato di studio tato Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

7 Praktikum Peradilan Semu Mampu menyusun draft kontrak dan dokumen-dokumen litigasi, Mampu menyelesaikan permasalahan hukum baik secara litigasi maupun non litigasi.. 8

Sedangkan skripsi ini merencanakan sekolah balap motor di Bengkulu Selatan yang mendukung dan berintegrasi pada pendidikan balap sebagai pusat pendidikan dan

Penulis sangat mengharapkan dan menaruh hormat kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan Skripsi ini, maka dalam kesempatan ini

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya-upaya perencanaan komunikasi yang dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Pemilukada secara langsung dipilih oleh rakyat mempunyai dampak positif diantaranya adalah dapat memutus oligarki yang dilakukan sekelompok elit dalam penentuan

Menguasai teori dasar metode perpindahan dalam bentuk matrik dan sekaligus pemakaian dengan alat bantu pada operasi matrik Metode ini sebenarnya adalah mencari hubungan gaya

Dari hasil analisa mineral berat, ternyata daerah Selat Bali khususnya perairan sekitar Pantai Banyuwangi. mengandung cukup banyak besi terutama

Antagonis reseptor muskarinik menyekat efek asetilkolin dengan memblok ikatan ACh dan reseptor kolinergik muskarinik pada neuroefektor yang terdapat pada otot