• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anak Sekolah Dasar

Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung pada orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat daripada putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan.

Karakteristik anak sekolah meliputi : 1. Pertumbuhan tidak secepat bayi

2. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen 3. Lebih aktif memilih makanan yang disukai

4. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat 5. Pertumbuhan lambat

6. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja

Anak sekolah biasanya banyak memiliki aktifitas bermain yang menguras banyak tenaga, dengan terjadi ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar,akibatnya tubuh menjadi kurus. Untuk mengontrol waktu bermain anak sehingga anak memiliki waktu istirahat yang cukup (Moehji,2002).

2.1.1. Masalah gizi Anak Sekolah Dasar

Masalah gizi (malnutrition) adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan dan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dimakanan. Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah

(2)

pangan. Masalah pangan antara lain menyangkut ketersediaan pangan dan kerawanan konsumsi pangan yang dipengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya pendidikan dan adat/ kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan. Sementara, permasalahan gizi tidak hanya terbatas pada kondisi kekurangan gizi saja melainkan tercakup pula kondisi kelebihan gizi.

Dibeberapa daerah pada kelompok masyarakat Indonesia terutama dikota-kota besar, masalah kesehatan masyarakat utama justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi, meledaknya kejadian obesitas dibeberapa daerah Indonesia akan mendatangkan masalah baru yang mempunyai konsekuensi yang serius bagi pembangunan Indonesia khususnya dibidang kesehatan. Dengan kata lain, masih tingginya prevalensi kurang gizi dibeberapa daerah dan meningkatnya prevalensi obesitas yang dramatis dibeberapa daerah yang lain akan menambah beban yang lebih komplek dan harus dibayar mahal oleh bangsa Indonesia dalam upaya pembangunan bidang kesehatan, sumber daya manusia dan ekonomi (Hadi, 2005).

Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih baik daripada kelompok balita, karena kelompok umur sekolah muda dijangkau oleh berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh kelompok swasta. Meskipun demikian masih terdapat berbagai kondisi gizi anak sekolah yang tidak memuaskan.

(3)

2.2. Susu

2.2.1. Defenisi Susu

Susu adalah cairan bergizi bewarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia betina. Susu adalah sumber gizi utama bagi bayi sebelum mereka dapat mencerna makanan padat. Susu binatang (biasanya sapi) juga diolah menjadi berbagai produk seperti mentega, yogurt, es krim, keju, susu kental manis, susu bubuk dan lain-lainnya untuk konsumsi manusia (wikipedia, 2009).

Susu didefenisikan sebagai cairan yang berasal dari pemerahan hewan menyusui yang sehat dan bersih, diperoleh dengan cara yang benar dan kandungan dari susu itu sendiri tidak dikurangi atau ditambah bahan-bahan lain (Aziz, 2007). Susu mengandung berbagai macam gizi yaitu sumber protein, lemak, mineral dan vitamin. Susu sangat mudah rusak dan tidak tahan lama di simpan kecuali telah mengalami perlakuan khusus. Susu segar yang dibiarkan dikandang selama beberapa waktu, maka lemak susu akan menggumpal di permukaan berupa krim susu, kemudian bakteri perusak susu yang bertebaran di udara kandang, yang berasal dari sapi masuk ke dalam susu dan berkembang biak dengan cepat. Oleh bakteri, gula susu diubah menjadi asam yang mengakibatkan susu berubah menjadi asam. Lama kelamaan susu yang demikian itu menjadi rusak. Kombinasi oleh bakteri pada susu dapat berasal dari sapi, udara , lingkungan, manusia yang bertugas atau peralatan yang digunakan (Sumoprastowo, 2000).

Susu juga bisa terkontaminasi oleh mikroorganisme penyebab penyakit menular pada manusia seperti tuberculosis, difteri, dan tifus. Oleh karena itu, susu harus ditangani secara baik dan memenuhi syarat-syarat kualitas dari pemerintah. Dalam

(4)

melindungi konsumsi susu, pemerintah dalam hal ini Dinas peternakan, selalu mengadakan pengawasan peredaran susu, kesehatan sapi perah dan ternak perah, petugas yang terlibat pada penanganan susu, dan bahan makanan ternak (Sumoprastowo, 2000).

2.2.2. Kandungan Zat Gizi Susu

Di dalam susu, terdapat kandungan zat gizi karbohidrat berupa laktosa. Karena sifat gulanya yang tidak terlalu manis, gula laktosa susu tidak terlalu merusak gigi. Zat gizi lain yang dikandung oleh susu adalah lemak, sumber vitamin larut lemak seperti vitamin A, vitamin E, dan vitamin D. susu juga menjadi sumber asam lemak esensial dan hormone. Susu adalah sumber kalsium dan fosfor yang sangat baik, yang penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi.

Mineral seperti magnesium,zat besi, kalium, yodium, natrium, selenium, dan zinc terkandung dalam susu (Lintas berita , 2008).

Satu gelas susu (200 ml) mengandung nilai gizi sebagai berikut : a. Energi

Energi dalam susu adalah sekitar 59,0 kalori. Jumlah kalori yang dianjurkan untuk dikonsumsi per orang per hari sangat bergantung pada jenis kelamin, umur, ukuran badan, dan tingkat keaktifan individu. Energi diperlukan untuk kerja otak system saraf, kerja dalam tubuh seperti pembentukan dan perbaikan jaringan, penyerapan dan transportasi zat-zat gizi serta kerja otot-otot tubuh (Winarno, 1993).

(5)

b. Air

Kandungan air didalam susu tinggi sekali yaitu sekitar 88,5 %. Susu berfungsi sebagai emulsi lemak dalam air serta sebagai pelarut berbagai senyawa (Winarno, 1993).

c. Protein

Susu merupakan sumber protein dengan mutu sangat tinggi. Kadar protein susu segar sekitar 3,5%. Protein susu mewakili salah satu mutu protein yang nilainya sepadan dengan daging dan hanya diungguli oleh protein telur. Protein susu mengandung lisin dengan jumlah yang relative sangat tinggi (Winarno, 1993).

d. Lemak

Kadar lemak dalam susu sekitar 3,0-3,5%. Lemak susu, khususnya trigliserida mengandung asam lemak tak jenuh yang tinggi kadarnya, serta rendah dalam konsentrasi asam lemak tidak jenuh (polyunsaturated acid) terutama linolenat. Lemak susu berbentuk emulsi dan mudah dicerna (winarno,1993).

e. Karbohidrat

Didalam susu terdapat zat gizi karbohidrat berupa laktosa, sekitar 4-6%. Meskipun kandungan gulanya cukup tinggi, tetapi rasanya tidak manis. Daya kemanisannya hanya seperlima kemanisan gula pasir (sukrosa). Kandungan laktosa bersama dengan garam bertanggung jawab terhadap rasa susu yang spesifik (Winarno, 1993).

f. Mineral

Didalam mineral terdapat kandungan, berupa : 1. Kalsium (Ca)

(6)

Susu ternyata miskin akan mineral, tetapi kaya akan kalsium yaitu sekitar 100 mg. kalsium berguna untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Lebih dari 98% kalsium berada dalam tulang. Penyerapan kalsium yang berasal dari susu oleh tubuh sekitar 30% sampai 60% (Worthington, 2000).

Kalsium adalah mineral yang penting bagi manusia, antara lain bagi metabolisme tubuh, penghubung antar saraf, kerja jantung dan pergerakan otot. Sekitar 99% Kalsium berada pada jaringan tulang dan gigi, sisanya berada di darah dan sel-sel tubuh. Kalsium memiliki banyak manfaat. Manfaat kalsium bagi tubuh, antara lain :

- Pembentukan dan pemeliharaan tulang dan gigi - Mencegah osteoporosis

- Penyimpanan glikogen

- Melancarkan fungsi otot, otak dan sistem syaraf (Anonim, 2012). 2. Phospor (p)

Susu merupakan sumber phosphor yang baik yaitu sekitar 90 mg. kebutuhan phosphor pada anak-anak sekitar 800-1200 mg. phosphor biasanya bekerja sama dengan kalsium dan vitamin D. phosphor berguna untuk pembentukan tulang dan gigi.

g. Besi (Fe)

Susu ternyata miskin akan mineral, terutama besi yaitu sekitar 0,1 mg. karena zat besi dalam susu sapi tidak mudah diabsorpsi dibandingkan dengan zat besi dalam ASI (Suhardjo,2000).

(7)

h. Vitamin

Vitamin merupakan zat gizi mikromolekul. Vitamin sangat diperlukan oleh tubuh meskipun kebutuhannya tidak banyak tetapi apabila kekurangan vitamin akan mengakibatkan suatu penyakit tertentu dan dapat pula terjadi hiperavitamiosis bila penggunaan vitamin dalam tubuh secara berlebihan. Vitamin terdiri atas 2 jenis, yaitu vitamin larut dalam lemak dan vitamin larut dalam air (Winarno, 1993).

2.2.3. Manfaat Susu

Selain bermanfaat bagi kesehatan tulang dan gigi, Menurut Khomsan (2004) susu diketahui mendatangkan manfaat untuk optimalisasi produk melatonin. Melatonin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pineal pada malam hari. Kehadiran melatonin akan membuat kita merasa mengantuk dan kemudian tubuh bisa beristirahat dengan baik. Susu mengandung banyak asam amino triptofan yang merupakan salah satu bahan dasar melatonin. Sehingga dianjurkan untuk meminum susu sebelum tidur, agar tubuh dapat beristirahat dengan baik. Selain itu, susu juga mempunyai kemampuan mengikat logam-logam yang bertebaran akibat polusi. Dengan demikian, susu bermanfaat untuk meminimalisasi dampak keracunan logam berat yang secara tidak sengaja masuk kedalam tubuh karena lingkungan yang terpolusi (Khomsan,20033).

Dalam artikel kesehatan, manfaat susu adalah sebagai berikut :

a) Mencegah osteoporosis dan menjaga tulang tetap kuat. Bagi anak-anak, susu berfungsi untuk pertumbuhan tulang yang membuat anak menjadi bertambah tinggi.

(8)

c) Mencegah kerusakan gigi dan menjaga kesehatan mulut. Susu mampu mengurangi keasaman mulut, merangsang air liur, mengurangi plak dan mencegah gigi berlubang.

d) Menetralisir racun seperti logam atau timah yang mungkin terkandung dalam makanan.

e) Mencegah terjadinya kanker kolon atau kanker usus. f) Mencegah diabetes tipe 2.

g) Mempercantik kulit dan membuat lebih bersinar.

h) Membantu agar lebih cepat tidur. Hal ini kandungan susu akan merangsang hormon melatonin yang akan membuat tubuh mengantuk. (Kumpulan Info, 2008)

2.2.4. Jenis Susu 1. Full cream

Susu yang paling mudah dalam hal penyimpanan dan mudah bercampur kedalam air hangat. Mengandung 4% lemak dan umumnya banyak mengandung vitamin A dan vitamin D.

2. Low fat

Susu rendah lemak, karena kandungan lemaknya hanya setengah dari susu full

cream.

3. Skim

(9)

4. Susu Evaporasi

Yaitu susu yang telah diuapkan sebagian airnya sehingga menjadi kental. Mirip dengan susu kental manis, tetap susu jenis ini rasanya tawar.

5. Susu Pasteur

Susu yang melalui proses pasteurisasi (dipanaskan) 65˚ sampai 80˚ C selama 15 detik untuk membunuh bakteri pathogen yang dapat menyebabkan penyakit.

6. Flavoured

Sebenarnya susu full cream atau low fat yang ditambahkan rasa tertentu untuk variasi. Misalnya susu coklat, strawberry, pisang dan rasa lainnya. Umumnya memiliki kandungan gula yang lebih banyak karena penambahan rasa.

7. Calcium Enriched

Susu yang ditambah dengan kandungan kalsium dan kandungan lemaknya telah dikurangi.

8. UHT

Singkatan dari Ultra High Temperature-Treated. Susu jenis ini adalah susu yang dipanaskan dalam suhu tinggi (140˚C) selam 2 detik yang kemudian langsung dimasukkan dalam karton kedap udara. Susu ini dapat disimpan dalam waktu lama. 9. CLA

Susu ini bermanfaat bagi yang ingin merampingkan tubuh. Kepanjangan dari CLA adalah Conjugated Linoleic Acid yang akan membantu dalam pembentukan otot dan memperpanjang lemak (Kumpulan Info, 2008).

(10)

2.3.

Peranan susu pada Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Usia sekolah dasar (6-12 tahun) merupakan puncak pertumbuhan tertinggi kedua setelah usia 0-3 tahun. Hal ini merupakan masa terpenting dalam pembentukan kualitas fisik orang dewasa. Pada saat usia sekolah, anak melakukan aktivitas fisik yang meningkat sehingga sangat diperlukan asupan zat gizi yang lengkap untuk dapat mempertahankan daya tahan tubuh serta untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan baru sehingga dapat memberi semangat dan motivasi dalam belajar (Moore, 1997). Susu merupakan minuman yang bergizi tinggi karena mengandung protein yang bernilai biologi tinggi, sangat tepat untuk pertumbuhan dan daya tahan tubuh anak sekolah. Karenanya minum susu seharusnya minimal 2 kali sehari ( 2 gelas) dapat memenuhi sebagian kebutuhan zat gizi anak, terutama protein, lemak, dan kalsium (Almatsier, 2002).

Pada masa ini terjadi peningkatan masa tulang yang pesat. Untuk itu diperlukan pangan dan kaya kalsium dan fosfor. Susu memiliki kandungan kalsium dengan kualitas dan tingkat ketercernaan yang tinggi. Black, dkk (2002) mengungkapkan bahwa anak (usia 3-10 tahun) yang tidak menyukai susu (termasuk susu sapi) pada jangka panjang akan memiliki resiko mengalami ukuran tubuh lebih pendek dan kesehatan tulang yang buruk. Black dan kawan-kawan juga menemukan bahwa anak yang tidak suka minum susu memiliki ukuran sklekton yang lebih kecil dan kandungan mineral tulang yang lebih rendah daripada ukuran sklekton dan kandungan mineral tulang anak yang meminum susu.

(11)

Hal senada juga pada ditemukan oleh Kalkwarf dan koleganya yang meneliti hubungan antara asupan susu pada masa anak-anak dengan densitas tulang dan keropos tulang pada masa dewasa. Mereka menemukan bahwa asupan susu yang rendah pada masa anak-anak memiliki densitas tulang yang lebih rendah rendah dan beresiko dua kali lebih besar mengalami keropos tulang pada masa dewasa (Kalkwarf, dkk, 2003).

Konsumsi susu pada usia anak sekolah juga berpengaruh pada status gizi anak. Suminar (1987) menunjukkan terdapat perbedaan status gizi anak pada sekolah yang memperoleh program bantuan susu dan status gizi anak pada sekolah yang tidak memperoleh program bantuan susu. Suminar juga menemukan bahwa anak yang mendapatkan program bantuan susu asupan protein dan vitaminnya secara nyata lebih tinggi daripada asupan protein dan vitamin anak yang tidak mendapatkan program bantuan susu.

Selain itu zat gizi makro, zat gizi lain yang terdapat di dalam susu berperan untuk pertumbuhan anak adalah mineral (besi, seng, kalsium, iodium dan fosfor) dan vitamin ( vitamin A, vitamin B1, vitamin B12)

Kalsium dan fosfor, bersama-sama dengan vitamin D, dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Kekurangan kalsium akan berdampak pada gangguan pertumbuhan tulang sebagai kerangka pembentuk tubuh. Asupan kalsium pada masa kanak-kanak diketahui berkolerasi dengan tinggi badan masa dewasa.

Kelompok vitamin B (vitamin B1 dan vitamin B12) mengambil peran pada tahapan proses pengubahan zat gizi makro menjadi energi (Stryer, 2000). Pada proses

(12)

ini, vitamin D berperan sebagai koenzim pada proses pengubahan piruvat menjadi asetil-KoA sebelum memasuki siklus Krebs.

Sementara itu vitamin A, besi, seng dan iodium diketahui berperan membantu proses pertumbuhan. Penelitian di India dan Thailand menunjukkan bahwa intervensi dengan zat gizi makro (energi, protein dan lemak) dapat memperbaiki pertumbuhan anak sekolah yang mengalami kekurangan gizi. Beberapa program penanggulangan kekurangan zat gizi makro juga dilakukan dengan mengombinasikannya dengan pemberian vitamin A (Hadi, dkk, 2000), besi (Angeles, dkk, 1993) dan Seng (Smith, dkk, 1999). Hadi dan kawan-kawan mengungkapkan bahwa suplementasi vitamin A secara selektif dapat memperbaiki pertumbuhan linear anak sekolah yang menderita serum retinol rendah.

2.4.

Pentingnya Susu untuk Kesehatan

Susu tercantum dalam slogan Empat Sehat Lima Sempurna. Minum susu adalah penting karena susu merupakan pangan yang kaya akan zat gizi yang dibutuhkan tubuh terutama pada masa pertumbuhan. Susu merupakan sumber kalsium, fosfor, vitamin B, dan protein yang sangat baik.

Mutu protein susu setara dengan protein daging dan telur. Protein susu sangat kaya akan lisin, yaitu salah satu asam amino esensial yang sangat dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan serta mempertahankan substansi tubuh seperti enzim, hormon, jaringan-jaringan (organ dan otot) serta membantu proses metabolisme tubuh. Vitamin B di dalam susu yakni kelompok vitamin B kompleks berguna untuk menguatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu penyediaan energi tubuh.

(13)

Kandungan kalsium dan fosfor dalam susu sangat penting untuk memelihara serta menguatkan gigi dan tulang ( mencegah osteoporosis/kerapuhan tulang ). Membiasakan minum susu sejak usia anak-anak sampai lanjut usia adalah penting untuk menjaga kekuatan tulang ( Khomsan, 2004).

Sering muncul kekhawatiran bahwa minum susu dapat menimbulkan intoleransi laktosa yang mengakibatkan diare. Disadari bahwa 60% bangsa Asia memang menderita lactose-intolerance karena enzim laktase di dalam tubuh rendah sehingga mengalami kesulitan untuk mencerna susu. Namun, bila susu selalu muncul sebagai salah satu menu harian di meja makan, tubuh akan semakin terlatih sehingga orang dapat minum susu tanpa harus menderita diare.

Susu memang mengandung lemak, sehingga banyak orang dewasa menghindari minum susu agar tidak gemuk. Ketakutan tersebut tidak beralasan karena berdasarkan penelitian kandungan lemak dalam susu tidak membahayakan kesehatan. Parodi telah mengidentifikasi potensi komponen lemak pada susu sapi sebagai senyawa anti-kanker. Komponen lemak tersebut, antara lain adalah asam linoleat terkonjugasi, spingomielin, asam butirat, dan eter lipid.

2.5.

Kebutuhan gizi anak usia sekolah

Williams (1993) menyatakan bahwa anak usia 7-12 tahun masuk dalam kategori praremaja. Pada periode ini pertumbuhan berjalan terus walaupun tidak secepat waktu bayi. Pada umumnya kelompok usia ini mempunyai kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan kesehatan anak balita, namun nafsu makan mereka cenderung menurun, sehingga konsumsi makanan tidak seimbang dengan kalori yang

(14)

dibutuhkan (Notoatmodjo, 1997). Menurut Berg (1986), anak umur 7-12 tahun biasanya banyak melakukan aktivitas diluar rumah, sehingga sering melewatkan waktu makan.

Anak yang tergolong dalam usia sekolah memerlukan makanan yang hampir sama dengan yang dianjurkan untuk anak pra sekolah. Namun karena pertambahan berat badan dan banyaknya aktivitas yang mereka lakukan maka dibutuhkan porsi yang lebih besar (Pudjiadi, 1997). Menurut Apriadji (1986), golongan usia 10-12 tahun kebutuhan energinya relatif lebih besar bila dibandingkan dengan golongan usia 7-9 tahun karena pada usia 10-12 tahun mereka mengalami pertumbuhan lebih cepat terutama penambahan tinggi badan. Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI (2005), kebutuhan gizi pada anak usia 10-12 tahun berbeda antara laki-laki dan perempuan terutama kebutuhan akan zat besi. Anak perempuan membutuhkan zat besi yang lebih banyak daripada anak laki-laki. Hal tersebut disebabkan karena pada usia tersebut anak perempuan biasanya sudah mulai haid sehingga memerlukan zat besi yang lebih banyak. Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan untuk anak usia sekolah berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI (2005) adalah seperti dalam tabel berikut.

(15)

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan untuk Anak Usia Sekolah

Zat Gizi Usia 7-9 tahun Usia 10-12 tahun

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

Energi (Kkal) 1800 1800 2050 2050 Protein (gr) 45 45 50 50 Kalsium (mg) 600 600 1000 1000 Besi/Fe (mg) 10 10 13 20 Vitamin A (RE) 500 500 600 600 Vitamin C (mg) 45 45 50 50

Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI tahun 2005

2.6.

Perilaku

2.6.1. Defenisi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Robert kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

(16)

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

2.6.2. Domain Perilaku

Tiga tingkat ranah perilaku yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), tindakan (Notoatmodjo, 2003).

a) Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dsb).

Pengetahuan dibagi atas 6 tingkatan, diantaranya : 1. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah jeruk banyak mengandung vitamin C, penyakit demam berdarah ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti,dan sebagainya. Untuk mengetahui dan mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

2. Memahami ( Comprehension )

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya tersebut.

(17)

3. Aplikasi ( Application )

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4. Analisis ( Analysis )

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahuinya.

5. Sintetis ( Synthesis )

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintetis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada.

6. Evaluasi ( Evaluation )

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat (Notoatmodjo, 2003).

b) Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok :

(18)

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Menurut Purwanto (1999), sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu obyek. Ciri-ciri sikap adalah :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat-sifat biogenetic seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dank arena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dirumuskan dengan jelas.

4. Obyek sikap itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi mot dan segi-segi perasaan. Sikap inilah yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan

(19)

Sikap dapat bersikap positif dan dapat pula bersikap negative. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan dalam sikap negative terhadap kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Purwanto,1999). Sikap dibedakan atas beberapa tingakatan :

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

c) Tindakan

Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam satu tindakan (Overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendorong atau situasi kondisi yang memungkinkan.

Tindakan dibedakan atas beberapa tingakatan,yaitu : 1. Persepsi (perception)

(20)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat.

2. Respon terpimpin (Guide Response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.

3. Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis. 4. Adopsi (Adoption)

Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

2.7.Faktor Terjadinya Perilaku

Green (Notoatmodjo,2005) menganalis bahwa kesehatan itu dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor non perilaku. Sedangkan perilaku itu sendiri khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi atau ditentukan oleh tiga faktor yaitu :

2.7.1. Faktor Predisposisi ( Predisposing factor )

Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain :

- Pengetahuan - Sikap

- Kepercayaan - Keyakinan

(21)

- Tradisi, dsb

2.7.2. Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Yaitu faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya :

- Puskesmas - Posyandu - Rumah sakit

- Tempat pembuangan air - Tempat pembuangan sampah - Tempat olahraga

- Makanan bergizi - Uang

- Dan sebagainya

2.7.3. Faktor Penguat ( Reinforcing factor )

Yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang, meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Misalnya :

- Ada anjuran dari orang tua, guru, toga, toma, sahabat, dll.

Secara sistematis, perilaku menurut green itu dapat digambarkan sebagai berikut :

(22)

B : Behavior F : Fungsi

Pf : Predisposising factor Ef : Enabling factor Rf : Reinforcing factor 2.8.Kebiasaan Minum Susu

Kebiasaan makan (Suhardjo, 1989) adalah cara seseorang atau sekelompok orang memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh sosial budaya, fisiologi dan psikologi. Kebiasaan makan dipengaruhi perilaku seseorang terhadap makanan yang dikonsumsi. Konsumsi pangan merupakan jumlah pangan yang dimakan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu. Ditinjau dari aspek gizi, tujuan mengkonsumsi pangan adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Menurut Harper et al. (1985), tiga faktor yang terpenting yang mempengaruhi kebiasaan makan individu baik pada tingkat keluarga maupun masyarakat adalah ketersediaan pangan, pola sosial budaya dan faktor-faktor pribadi seperti pendidikan dan pengetahuan gizi.

2.8.1. Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan

Ada dua faktor yang mempengaruhi kebiasaan makanan yaitu, faktor ekstrinsik (yang berasal dari luar diri manusia) dan faktor instrinstik (yang berasal dari dalam diri manusia).

2.8.1.1.Faktor Ekstrinsik

(23)

b. Lingkungan Sosial

c. Lingkungan Budaya dan Agama d. Lingkungan Ekonomi

2.8.1.2.Faktor Intrinsik

Adapun faktor intrinsik yang mempengaruhi kebiasaan makan,antara lain : a. Asosiasi Emosional

b. Keadaan Jasmani dan Kejiwaan yang Sedang Sakit c. Penilaian yang Lebih terhadap Mutu Pangan.

Kebiasaan minum susu pada anak usia sekolah tidak jauh berbeda dengan kebiasaan minum susu pada anak remaja. Pranowo (2001) menemukan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi susu pada remaja adalah kebiasaan minum susu keluarga. Hal senada juga ditemukan oleh Haniek (2003) pada penelitian analisis perilaku konsumsi susu pada anak sekolah. Haniek menyimpulkan bahwa kebiasaan minum susu pada anak sekolah dipengaruhi oleh kebiasaan minum susu dalam keluarganya.

Kebiasaan minum susu pada anak sekolah juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu dan perilaku gizi ibu. Hal ini dikarenakan apa yang dikonsumsi anak (termasuk susu) sangat tergantung pada apa yang disediakan/disajikan oleh ibu (ibu adalah pengambil keputusan utama untuk urusan pangan) (Haniek, 2003).

Hal yang menarik adalah sebagian anak sekolah sudah menyadari pentingnya susu untuk kesehatan. Temuan Haniek (2001) menunjukkan bahwa motivasi anak untuk minum susu adalah supaya mereka sehat. Faktor pendorong kedua adalah agar

(24)

badannya tinggi. Haniek juga menemukan bahwa anak minum susu karena disuruh oleh orang tuanya.

2.9.Media

Media iklan yaitu sebagai komunikasi non pribadi melalui bermacam-macam media yang dibayar oleh sebuah perusahaan bisnis, atau organisasi nirlaba, atau individu yang dalam beberapa cara terindentifikasi dalam pesan periklanan dan berharap menginformasikan atau membujuk anggota-anggota dari pemirsa tertentu. (Thomas,2002).Dahulu orang dapat mengenal produk terbaru dari sebuah perusahaan hanya dari iklan lewat spanduk atau poster saja, namun kini banyak media yang dapat digunakan oleh produsen dalam kegiatanya mempromosikan produknya, seperti iklan lewat media massa cetak (seperti Koran, majalah, tabloid, dan lain-lain) dan juga media massa elektronik (TV, radio, internet). Dari kebiasaan ini kemudian muncul istilah baru yaitu budaya Konsumerisme. Perubahan pola hidup masyarakat akibat pengaruh budaya lain ini yang menjadi budaya baru merupakan kajian dalam ilmu Sosial yang menarik dan selalu dikaji, karena memang salah satu hal yang dikaji didalam ilmu Sosial adalah perubahan masyarakat.

Susu merupakan salah satu minuman yang mempunyai kandungan nilai gizi yang sangat besar dan sangat bagus untuk kesehatan. Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial bagi kalangan industri susu. Berbagai strategi komunikasi pemasaran dilakukan oleh para produsen susu untuk memenangkan pasar. Salah satu pilihannya adalah melakukan promosi dengan beriklankan di media televisi. Susu untuk anak-anak termasuk salah satu varian susu yang diiklankan di media televisi.

(25)

televisi mampu menjangkau banyak anak-anak bahkan sebelum mereka memiliki kemampuan berbicara. Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk menonton televisi daripada waktu yang mereka lewatkan disekolah dan melakukan aktivitas lain selain tidur. Anak-anak usia sekolah diperkirakan menonton televise 26 jam perminggu. Ini berarti rata-rata anak menonton iklan televisi 3 jam dalam sehari dan menonton 19000 hingga 20000 iklan komersial pertahun. Anak-anak merupakan sasaran media promosi ini. Hasil komunikasi tersebut menghasilkan dampak kognitif, afektif atau sudah sampai kepada sasarannya.

2.10. Keluarga

Keluarga adalah lembaga (wadah) tempat berkumpul anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat (Nasution, 2004).

Seorang anak yang sedang tumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi dan perilaku melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan keluarga. Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus keluarga. Peranan ekspresif melibatkan dukungan kepada anggota keluarga lain dalam proses pengambilan keputusan dan kebutuhan estetik atau emosi keluarga, termasuk penegakan norma keluarga. Pemilihan warna, cirri produk, dan pengecer yang paling pas dengan kebutuhan keluarga akan menjadi hasil dari pelaksanaan peran ekspresif, bergantung kepada jenis keputusan pembelian dan karakteristik individual dari anggota keluarga bersangkutan (Setiadi, 2003).

Keluarga seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh keharmonisan antara ayah dengan ibu, ayah dengan anak. Dalam keluarga ini orang tua bertanggung jawab

(26)

dan dapat dipercaya. Setiap anggota keluarga saling menghormati dan member tanpa diminta. Orang tua sebagai kordinator keluarga harus berperilaku proaktif. Jika anak menentang otoritas, segera ditertibkan karena didalam keluarga terdapat aturan-aturan dan harapan-harapan. Anak-anak merasa aman walaupun tidak selalu disadari. Diantara anggota keluarga saling mendengarkan jika bicara bersama, melalui teladan dan dorongan orang tua. Setiap masalah dihadapi dan diupayakan untuk dipecahkan bersama.

2.11. Teman Sebaya

Menurut kamus Webster (2005), teman sebaya dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang memiliki kesamaan satu dengan yang lain, memiliki rasa kepemilikan terhadap kelompoknya baik itu berdasarkan umur, gender, ataupun status. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengertian teman sebaya dapat diartikan sebagai kawan, sahabat, atau orang yang bekerja bersama-sama atau berbuat. Menurut Samsunuwiyati (2005) mengatakan bahwa teman sebaya lebih ditekankan pada kesamaan tingkah laku atau psikologis.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan remaja adalah teman sebaya. Teman sebaya dapat dijadikan role model dalam hal perilaku bagi anak usia remaja (Narendra, 2002). Demikian juga penelitian yang di lakukan oleh Kimberly et al (2000) dari University of Pensylvania menyatakan bahwa ada hubungan yang linier antara perilaku remaja dengan kehadiran teman sebaya.

(27)

disesuaikan dengan teman sebaya. Hal seperti ini yang dapat menjadi masalah bagi remaja dengan kasus penyakit kronis yang membutuhkan pola makan khusus, akan terjadi kekhawatiran terhadap tekanan dari teman sebayanya dan resiko terasing dan terkucilkan dari teman-temannya.

Teman sebaya menjadi sumber aktualisasi diri dan standar perilaku dan menjadi lebih penting dibandingkan kedekatan emosional dengan orangtua. Tekanan teman sebaya maupun derajat pengendalian sangat penting bagi remaja dalam memilih makanan mereka secara individual. Umumnya teman sebaya memberikan pengaruh negatif terhadap kebiasaan makan remaja dan hal ini menimbulkan pandangan bahwa remaja dengan kebiasaan makan yang kurang baik adalah mereka yang selalu makan menyendiri atau selalu bersama teman sebayanya sepanjang waktu (Skriptiana, 2009).

Ryan dan Lynch (1989) menyatakan bahwa apabila remaja merasa secara emosional tidak begitu terikat dengan orangtuanya atau jika orangtuanya menolak mereka maka mereka lebih cenderung untuk bersama-sama dengan teman-teman sebayanya. Hal ini menunjukkan bagi remaja yang merasa tidak aman atau kurang perhatian dari orangtuanya, mereka cenderung berusaha untuk mendapat perhatian lebih dari temannya (Dacey dan Kenny, 1997).

(28)

2.12. Kerangka Konsep

Berdasarkan gambar diatas, Kerangka konsep penelitian menggunakan teori Lawrence Green (1980) dapat dijelaskan sebagai berikut : Karakteristik (Umur, jenis kelamin) serta Sumber Informasi ( Media massa, Keluarga, Teman sebaya, dan guru) akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap yang dapat mempengaruhi kebiasaan minum susu pada siswa di SD Budi Murni 1 Medan Tahun 2012.

Karakteristik 1. Umur

2. Jenis Kelamin

Pengetahuan Sumber Informasi

1. Media massa (Cetak dan Elektronik) 2. Keluarga 3. Teman Sebaya 4. Guru Kebiasaan Minum Susu -Frekuensi -Waktu - Tempat Sikap

Gambar

Tabel 2.1.   Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan  untuk Anak  Usia Sekolah

Referensi

Dokumen terkait

konsep surat izin penelitian 1 hari surat izin penelitian Jika pejabat tidak berada di tempat. Menulis dalam buku register dan

Pembelajaran sejarah lokal tentunya memerlukan kekreatifan. Pembelajaran ini tidak seperti pengajaran konvensional dengan porsi verbalisme yang banyak. Namun, guru

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang terdiri darisoal keterampilan proses sains(berupa soal uraian yang memuat indikator keterampilan

dengan harapan dalam kinerja, harapan terhadap usaha yang dilakukan ( Effort Expectancy ) yang berarti pengukuran kesenangan pengguna dalam menggunakan Taxi Online

melibatkan perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan data keuangan tahun 2009-2012 yaitu dengan judul ”Analisis Pengaruh

Phylogenetic tree of Indonesian local cattle based on partial sequences of mt-DNA cyt b gene To verify the phenotype traits similarity with origins of local cattle of Pacitan, we

Proučavajući hrvatsku filmsku publicistiku u prvoj polovici dvadesetog stoljeća Vjekoslav Majcen ispravno je ustvrdio postojanje snažnog komercijalnog kodiranja. Ako

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan