• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks dan dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks dan dalam"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks dan dalam penanganannya membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat. Kemiskinan dikarenakan kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka dari itu kemiskinan meliputi banyak aspek. Dilihat dari kebijakan umum, kemiskinan meliputi aspek primer yang berupa miskin akan aset, organisasi sosial politik, dan pengetahuan serta keterampilan. Aspek sekunder meliputi miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan, dan informasi. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut terwujud dalam bentuk kekurangan gizi, perumahan yang sehat, dan tingkat pendidikan yang rendah (Arsyad, 2010: 299).

Menurut Khandker dan Haughton (2012: 159) diperlukan penjelasan logis mengapa beberapa orang tergolong miskin, apabil ingin memberantas akar masalah kemiskinan. Beberapa penyebab utama yang berhubungan dengan kemiskinan seperti karakteristik wilayah, karakteristik masyarakat, karakteristik rumah tangga, dan individu. Tingkat wilayah-wilayah banyak sekali sifat yang bisa dihubungkan dengan kemiskinan. Kemiskinan yang tinggi terjadi pada daerah dengan isolasi geografi, basis sumber daya rendah, kerentanan terhadap bencana dan institusi domestik. Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan

(2)

2 kemiskinan antarwaktu dan daerah, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi masyarakat.

Badan Pusat Statsitik (BPS) menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang dapat diukur dari sisi pengeluaran (BPS, 2011: 31).

Tabel 1.1 Data PPLS 2011 dan PBDT 2015

Sumber : BPS 2016

No Rumah Tangga (Kepala Keluarga) Individu (Jiwa)

PPLS 2011 PBDT 2015 PPLS 2011 PBDT 2015 1 Srandakan 4,916 3,998 17,117 12,606 2 Sanden 5,180 4,287 17,232 12,908 3 Kretek 4,441 3,151 14,410 9,003 4 Pundong 6,155 5,097 21,263 15,768 5 Bambanglipuro 6,803 5,444 23,146 16,706 6 Pandak 8,836 7,469 31,951 25,077 7 Bantul 6,469 5,447 22,502 16,767 8 Jetis 7,307 6,173 25,829 19,608 9 Imogiri 7,849 7,598 27,674 24,334 10 Dlingo 6,374 5,466 22,649 17,979 11 Pleret 6,109 5,832 20,893 17,745 12 Piyungan 6,085 5,616 20,481 16,823 13 Banguntapan 7,416 6,553 27,461 21,052 14 Sewon 8,640 8,253 31,875 26,223 15 Kasihan 7,999 7,457 31,074 25,340 16 Pajangan 6,155 5,571 23,251 19,041 17 Sedayu 5,566 5,192 20,757 16,751 Jumlah Na ma Keca ma ta n 112,300 98,604 399,565 313,731

(3)

3 Data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 dan sumber data lain yang dikelola oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dari 2012 - 2014, merupakan rumah tangga pengganti penerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS) hasil dari musyawarah desa/kelurahan (musdes/muskel) di seluruh Indonesia. Kegiatan PBDT 2015 dilakukan karena selama periode 2011-2015 besar kemungkinan telah terjadi perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat khususnya penerima bantuan program perlindungan sosial (Inpres No. 7 tahun 2014).

Berdasarkan data PPLS 2011, Kabupaten Bantul memiliki jumlah rumah tangga dan individu 40 persen terbawah (warga miskin) sebesar 112.300 rumah tangga dan 399.565 jiwa. Data hasil Pemutahiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015, data warga miskin Kabupaten Bantul turun menjadi 98.604 Rumah Tangga dan 313.731 jiwa. PBDT 2015 memuat 40 persen penduduk berpenghasilan terendah yang terbagi menjadi 4 desil, di mana desil 1 (10 % kondisi kesejahteraan terendah) dikategorikan penduduk sangat miskin. Hasil pendataan PPLS 2011 sama dengan hasil PBDT 2015, tetapi dalam PBDT 2015 ada penambahan indikator baru yaitu berkaitan dengan kepesertaan program. Jika dilihat dari data tersebut, dalam kurun waktu 5 tahun warga Kabupaten Bantul turun sebesar 13.696 rumah tangga dan sebesar 85.834 jiwa. Basis Data Terpadu berisi seluruh data dari 14 indikator yang dipergunakan untuk melaksanakan pendataan.

(4)

4

Gambar 1.1 Grafik Kesejahteraan Warga Kabupaten Bantul Tahun 2011

Berdasarkan Gambar 1.1 dapat dilihat tingkat kesejahteraan warga Kabupaten Bantul dibagi dalam 4 desil. Desil tersebut merupakan 40 persen terbawah tingkat kesejahteraan di Kabupaten Bantul. Desil 1 merupakan warga dengan tingkat kesejahteraan 10 persen terbawah, desil 2 merupakan warga dengan tingkat kesejahteraan 20 persen terbawah, desil 3 merupakan warga dengan tingkat kesejateraan 30 persen terbawah dan desil 4 merupakan warga dengan tingkat kesejahteraan 40 persen terbawah. Data tersebut merupakan hasil dari Pendataan Basis Terpadu tahun 2015. Penurunan angka kemiskinan di Kabupaten Bantul tentu dikarenakan oleh berbagai macam faktor maupun peran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti melalui penelitian ini ingin melihat faktor-faktor yang memengaruhi penurunan angka kemiskinan dan pemetaan tingkat kemiskinan di Kabupaten Bantul selama Tahun 2011 dan 2015.

(5)

5

1.2 Keaslian Penelitian

Dalam penelitian-penelitian sebelumnya telah banyak menggunakan berbagai pendekatan. Dengan adanya penelitian tersebut memberikan referensi kepada penulis mengenai metode dan sudut pandang dalam menganalisis kemiskinan. Berikut berbagai penelitian tersebut.

Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Lokasi Alat Analisis Hasil Penelitian

1 Corcoran dan Hill (1980) Amerika Serikat (1967—1975) Regresi data panel

Pengangguran kepala rumah tangga berkontribusi terhadap kemiskinantetapi bukan menjadi penyebab utama kemiskinan.

2 Datt dan Ravalliom (1997) India (1957— 1991) Regresi data panel

Perbedaan tren di dalam pengurangan angka kemiskinan dikaitkan dengan perbedaan tingkat pertumbuhan hasil pertanian dan kondisi awal yang berbeda. Negara bagian yang dimulai dengan infrastruktur yang lebih baik dan sumber daya manusia yang terlihat mempunyai efek pengurangan kemiskinan dalam jangka panjang yang lebih signifikan. Penyimpangan dari tren pengurangan angka kemiskinan disebabkan oleh inflasi dan guncangan ke PDRB pertanian maupun non pertanian.

3 Fan, Hazell dan Thorat (2000)

India (1970— 1993)

Regresi data panel

Pengeluaran untuk infrastuktur jalan, riset pertanian dan pendidikan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap penurunan angka kemiskinan.

(6)

6

4 Zakaria (2014) Jawa Tengah (2003—2013) Autokorelasi Spasial (indeks Moran dan LISA), Tipologi wilayah, Regresi panel

Wilayah kabupaten yang memiliki tingkat kemiskinan lebih tinggi cenderung mengelompok, sebelah selatan Jawa Tengah bagian barat spatial outlier. Dengan indikator kemiskinan moneter, kesehatan dan pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan, sehingga menunjukkan bahwa kebijakan sudah pro poor growth dan pro poor budgeting.

5 Ayadi dan Amara (2009) Tunisia (2001 dan 2005) Autokorelasi spasial dan GWR

Terdapat hubungan antara kemiskinan pada wilayah yang berdekatan. Aspek spasial menjadi pertimbangan dalam penyusunan program kegiatan pengentasan kemiskinan. 6 Sari dan Kawashima (2010) Kabupaten/kota se- Indonesia (2005—2007) GIS dan Regresi

Persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan tersebar di bagian seluruh kabupaten/ kota, menunjukkan kecenderungan kemiskinan yang lebih tinggi dan lebih parah di pulau-pulau timur Indonesia. Pengeluaran untuk makanan, ketersediaan kamar kecil, akses air bersih, pelayanan kesehatan umum, dan pendidikan, mempengaruhi kemiskinan. 7 Odeyemi dan Olamide (2013) Nigeria (2005 dan 2010) Aukorelasi spasial dan Regresi

Terdapat hubungan antara kemiskinan wilayah yang berdekatan dan terjadi peningkatan pengolompokan pada tahun 2010 dibanding tahun 2005.

(7)

7 Beberapa hal mendasar yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut.

1. Lokasi penelitian meliputi seluruh kecamatan di Kabupaten Bantul dengan unit analisis pada tingkat desa. Dengan lokasi penelitian tersebut diharapkan dapat melihat keterkaitan antardesa.

2. Variabel pengaruh yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 5 aspek yaitu aspek pendidikan, aspek ketenagakerjaan, APBDES, aspek belanja modal, dan subsidi pemerintah.

3. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi regresi panel data, GIS, dan keterkaitan spasial.

4. Data yang digunakan merupakan data panel meliputi 75 Desa dengan periode tahun tahun 2011 dan 2015.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dilihat bahwa angka kemiskinan di Kabupaten Bantul dari tahun ke tahun terus menurun. Hal tersebut menjadi indikasi awal bahwa jumlah warga miskin di Kabupaten Bantul dari tahun ke tahun cenderung semakin menurun, tetapi masih terjadi kesenjangan distribusi kemiskinan. Penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan kemiskinan di Kabupaten Bantul dan pemetaan tingkat kemiskinan dari sudut pandang spasial.

(8)

8

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut.

1. Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap kemiskinan Kabupaten Bantul? 2. Bagaimana pemetaan tingkat kemiskinan di Kabupaten Bantul?

3. Bagaimana keterkaitan pemetaan dengan analisis kemiskinan di Kabupaten Bantul?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan kabupaten Bantul.

2. Menganalisis pemetaaan tingkat kemiskinan di Kabupaten Bantul.

3. Menganalisis keterkaitan pemetaan tingkat kemiskinan kabupaten Bantul.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Memperkaya penelitian dengan konsentrasi bidang kemiskinan, berdasarkan studi empiris di Kabupaten Bantul.

2. Bahan referensi bagi peneliti lain yang akan mendalami dan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kemiskian.

(9)

9 3. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten, Kecamatan dan Pemerintah Desa dalam merumuskan kebijakan pembangunan daerah dalam rangka menurunkan angka kemiskinan.

1.7 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab 1 Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab 2 Landasan Teori, menjelaskan teori yang menjadi landasan dalam penelitian, kajian terhadap penelitian terdahulu, formulasi hipotesis, dan model penelitian. Bab 3 Metode Penelitian, menjelaskan desain penelitian, metode pengumpulan data, definisi operasional, dan metode analisis data. Bab 4 Analisis, menjelaskan deskripsi data yang diperoleh, hasil regresi, uji hipotesis, dan pembahasan. Bab 5 Simpulan dan Saran, menjelaskan simpulan, rekomendasi, keterbatasan, dan saran penelitian

Gambar

Tabel 1.1 Data PPLS 2011 dan PBDT 2015
Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

boleh menggunakan hak istimewa informasi untuk perdagangan untuk keuntungan jangka pendek melainkan untuk beberapa jangka panjang 6) sehubungan denganbeberapa

Untuk mewujudkan tujuan ini, negara- negara anggota diminta untuk memberikan akses ke sistem transportasi yang aman, terjangkau, dapat diakses, dan berkelanjutan untuk semua

Pelayanan kesehatan di Puskesmas Wonorejo sudah memberikan kepuasan terhadap pasien karena beberapa elemen-elemen pendukung kenyamanan pelayanan seperti fasilitas dan

Meskipun sebagian besar dari pembahasan e-cigarette di bidang kesehatan telah berkonsentrasi pada produk itu sendiri, potensi toksisitasnya, dan penggunaan

Faktor Penghambat partisipasi politik pemilih pemula dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah tahun 2015 di Desa Kendalrejo Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek adalah

Akademik didefinisikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan akademi yang bersifat ilmiah, bersifat ilmu pengetahuan, bersifat teori, dan tanpa arti praktis yang

Masalah : Bagaimana Pemahaman dan Sikap Mahasiswa FKIP Program Studi PPKn tentang Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) Nomor 11 Tahun

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kinerja guru dapat dilakukan dengan meningkatkan komitmen guru pada tugas