• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENYEBAB KEMATIAN NEONATAL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH PERPUSTAKAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PENYEBAB KEMATIAN NEONATAL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH PERPUSTAKAAN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

i

GAMBARAN PENYEBAB KEMATIAN NEONATAL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA

TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

LUSI KUSUMANING MUTIA 1113199

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (D-3) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

(2)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

(3)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

(4)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

iv

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Gambaran Penyebab Kematian Neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta tahun 2015”.

Rangkaian penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar ahli madya di Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakata. Usulan penelitian ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya kepada:

1. Kuswanto Hardjo, dr. M. Kes selaku Ketua Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

2. Reni Merta Kusuma, M. Keb, selaku Ketua Program Studi Kebidanan (D-3) di Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

3. Budi Rahayu, M.Keb, selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan arahan dan bimbingan pada penulis.

4. RSUD Panembahan Senopati Bantul yang telah membantu dalam terlaksananya penelitian ini.

5. Kedua orang tua, adik dan keluarga yang selalu memberikan doa dan semangat pada penulis selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Teman-teman mahasiswa kebidanan angkatan 2013 khususnya kelas D Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang telah bersedia membantu dan memberi nasihat serta dorongan kepada saya.

Semoga Allah SWt senantiasa melimpahkan kebaikan kepada kita semua. Akhirnya besar harapan penulis semoga usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah ilmu pengetahuan. Dengan keterbatasan waktu yang ada penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan masukan yang bisa menjadi koreksi dan perbaikan sangat penulis harapkan.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, Agustus 2016

(5)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN... ... vii

INTISARI ... viii ABSTRACK ... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 3 D. Manfaat Penelitian ... 4 E. Keaslian Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Neonatal ... 6

B. Klasifikasi Neonatal ... 7

C. Penyebab Kematian Neonatal ... 7

D. Kerangka Teori ... 30

E. Kerangka Konsep Penelitian ... 31

F. Pertanyaan Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 32

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

D. Variabel Penelitian ... 34

E. Definisi Operasioal ... 35

F. Alat Dan Metode Pengumpulan Data ... 36

G. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data ... 37

H. Etika Penelitian ... 39

I. Pelaksanaan Penelitian ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian ... 43

B. Pembahasan ... 48

C. Keterbatasan Penelitian ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA

(6)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ... 5 Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 35 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Neonatal yang meninggal di RSUD

Panembahan Senopati Bantul Tahun 2015 ... 44 Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Penyebab Kematian Neonatal di RSUD

Panembahan Senopati Bantul Tahun 2015 ... 45 Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi BBLR Sebagai Penyebab Kematian Neonatal di

RSUD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2015 ... 46 Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Asfiksia Sebagai Penyebab Kematian Neonatal di

RSUD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2015 ... 46 Tabel 4. 5 Distribusi Frekuensi Infeksi Sebagai Penyebab Kematian Neonatal di

RSUD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2015 ... 47 Tabel 4. 6 Distribusi Frekuensi Komplikasi Sebagai Penyebab Kematian Neonatal

(7)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Studi Pendahuluan Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 4. Distribusi Frekuensi Penyebab Kematian Neonatal Karena Usia, BBLR, Asfiksia, Infeksi/Sepsis, Kelainan Kongenital dan Komplikasi.

Lampiran 5. Tabulasi hasil penelitian

Lampiran 6. Lembar konsultasi usulan penelitian Lampiran 7. Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

(8)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

viii

INTISARI

GAMBARAN PENYEBAB KEMATIAN NEONATAL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA

TAHUN 2015

Lusi Kusumaning Mutia1, Budi Rahayu2

Latar Belakang: Angka kematian neonatal (AKN) di Indonesia masih tinggi

yaitu 19 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan target AKN pada MDGs (Millenium Development Goals) 2015 adalah sebesar 14 per 1.000 kelahiran hidup. Data yang diperoleh dari dinas kesehatan DIY tahun 2015 jumlah kematian neonatal di Kabupaten Bantul mengalami penurunan 15% jika dibandingkan dengan tahun 2011, tetapi Kabupaten Bantul menjadi peringkat pertama penyumbang angka kematian neonatal. Studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Panembahan Senopati, diperoleh jumlah kematian neonatal meningkat yaitu dari tahun 2014 sebanyak 12 per 1.000 kelahiran dan pada tahun 2015 menjadi 15 per 1.000 kelahiran.

Tujuan: Diketahui penyebab kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati

Bantul Yogyakarta tahun 2015.

Metode Penelitian: Metode penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan studi

pendekatan retrospektif. Teknik pegambilan sampel menggunakan total sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah checklist. Penelitian ini menggunakan checklist sebagai alat ukur dan analisis data menggunakan univariat.

Hasil: Penyebab kematian neonatal paling tinggi di RSUD Panembahan Senopati

Bantul adalah komplikasi (58,7%), asfiksia (23,9%), BBLR (10,9%), infeksi (6,5%), kelainan kongenital (0%).

Kesimpulan: Penyebab kematian neonatal tertinggi di RSUD Panembahan

Senopati adalah komplikasi (58,7%).

Kata Kunci: Penyebab Kematian neonatal, Neonatal

1

Mahasiswa Kebidanan (D-3) Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

2

(9)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

ix

CAUSE OF NEONATAL DEATH IN RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA

IN 2015

Lusi Kusumaning Mutia1, Budi Rahayu2

ABSTRACK

Background: In Indonesia Neonatal Mortality rate was still high at 19 per 1.000

live births, whereas target of AKN of the MDGs (Millenium Development Goals) in 2015 is 14 per 1.000 live births. The Data obtain of Department Health DIY in 2015 neonatal deaths in Kabupaten Bantul reduction 15% if than that of 2011, but Kabupaten Bantul become the first rank contributor of neonatal death. Preliminary study researchers in RSUD Panembahan Senopati, obtained infant of neonatal death increased that is 2014 there were 12 per 1.000 birth and in 2015 becomes 15 per 1.000 birth.

Objective: To know cause of neonatal death in RSUD Panembahan Senopati

Bantul Yogyakarta in 2015.

Methods: This research design is descriptive quantitative. Total sampling is the

methods sample of this research. The instrument used was checklist and analysis statistical use univariat.

Result: The result cause of neonatal death in RSUD Panembahan Senopati Bantul

are complication (58, 7%), asphyxia (23,9%), BBLR (10,9%), infection (6,5%), congenital disorders (0%).

Conclusion: The most of cause neonatal death of RSUD Panembahan Senopati is

complication (58,7%).

Keywords: Cause of neonatal death, Neonatal

1

Midwifery Student Of Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

2

(10)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan Nasional yang diselenggarakan oleh Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan pembangunan manusia yang seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, yang meliputi lahiriah dan batiniah serta menjadi tanggung jawab pemerintah dan juga masyarakat. Pembangunan manusia dapat terwujud bila terjadi peningkatan kualitas manusia Indonesia. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Indikator kesehatan manusia salah satunya dilihat dari tinggi rendahnya angka kematian anak (Maryunani, 2008 : 11).

Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yaitu Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) (Kemenkes RI., 2015 : 106). Meskipun terus menurun AKB di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi yaitu 34/1000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 lebih tinggi dari Thailand (MDGs, 2007).

Angka kematian bayi dipengaruhi juga oleh jumlah kematian bayi baru lahir (neonatal) dan post neonatal. Target penurunan AKN pada MDGs (Millenium Development Goals) 2015 yaitu sebesar 14 per 1.000 kelahiran hidup, untuk mencapai target tersebut maka peningkatan akses dan kualitas pelayanan bagi (neonatal) menjadi prioritas utama. Komitmen global dalam MDGs menetapkan target terkait kematian anak yaitu menurunkan angka kematian anak

(11)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

2

hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 (Kemenkes RI., 2015 : 106-108). Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKN di Indonesia masih cukup tinggi yaitu sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya menurun 1 poin dibanding SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI., 2015 : 106-107).

Pada tahun 2011 di Provinsi DIY terdapat 311 kasus kematian neonatal dengan penyebab terbanyak bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) 118 kasus, asfiksia 108 kasus, sepsis 10 kasus, kelainan kongenital 36 kasus dan lain-lain 39 kasus. Sedangkan di Kabupaten Bantul tahun 2011 sebanyak 88 kasus kematian neonatal, dengan penyebab terbanyak BBLR 34 kasus, asfiksia 20 kasus, sepsis 2 kasus, kelainan kongenital 15 dan 17 lain-lain (Dinkes DIY, 2013 : 58).

Menurut data yang diperoleh dari dinas kesehatan provinsi DIY tahun 2015 terdapat 277 kasus kematian neonatal. Kabupaten Bantul mengalami penurunan sebanyak 15% jika dibandingkan dengan tahun 2011, tetapi Kabupaten Bantul menjadi peringkat pertama penyumbang angka kematian neonatal yaitu 75 kasus, lalu diikuti kabupaten Gunung Kidul 72 kasus, Sleman 56 kasus, Kota Yogyakarta 41 kasus dan kematian neonatal terendah di Kabupaten Kulon Progo dengan 33 kasus kematian neonatal (Dinkes DIY, 2015). Dari 75 kasus kematian neonatal di Bantul, RSUD Panembahan Senopati yang merupakan rumah sakit rujukan menyumbang kematian neonatal sebanyak 45 kasus sepanjang tahun 2015.

(12)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di RSUD Panembahan Senopati pada tanggal 6 Februari 2016, didapatkan jumlah kematian neonatal meningkat yaitu dari tahun 2014 sebanyak 12 per 1000 kelahiran dan pada tahun 2015 menjadi 16 per 1000 kelahiran. Berdasarkan pada hal-hal tersebut penulis ingin mengetahui gambaran penyebab kematian neonatal pada tahun 2015 khususnya di RSUD Panembahan Senopati yang merupakan rumah sakit rujukan puskesmas, dan bidan praktek swasta di Kabupaten Bantul, sehingga banyak menerima kasus dengan penyebab kematian neonatal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibuat perumusan masalah yaitu

“Bagaimana gambaran penyebab kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati Tahun 2015?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui penyebab kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati tahun 2015.

2. Tujuan khusus

a. Diketahui persentase usia neonatal yang mengalami kematian di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2015.

b. Diketahui persentase BBLR penyebab kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2015.

(13)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

4

c. Diketahui persentase asfiksia penyebab kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2015.

d. Diketahui persentase infeksi/sepsis penyebab kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2015.

e. Diketahui persentase kelainan kongenital penyebab kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2015.

f. Diketahui persentase komplikasi penyebab kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta tahun 2015.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang penyebab kematian neonatal dalam dunia kesehatan. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul

Memberikan informasi kepada pihak rumah sakit tentang penyebab kematian neonatal pada tahun 2015.

b. Bagi Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Dapat dijadikan sebagai masukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya tentang penyebab kematian neonatal.

c. Bagi Peneliti selanjutnya

Menambah informasi mengenai gambaran penyebab kematian neonatal, sehingga peneliti selanjutnya dapat meneliti variabel yang lain.

(14)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

E. Keaslian Penelitian

No Nama dan Judul Metode Hasil Penelitian Perbedaan dan

persamaan 1 Abdullah, Naiem dan Mahmud (2012), dengan judul penelitian Faktor Resiko Kematian Neonatal Dini di Rumah Sakit Bersalin. Observasio nal dengan rancangan case control.

faktor risiko kejadian kematian neonatal dini adalah ANC, status imunisasi TT, anemia ibu hamil, berat badan lahir, status paritas, dan status asfiksia sedangkan status hipotermia bukan merupakan faktor risiko kejadian kematian neonatal dini. Berat lahir merupakan faktor yang paling berisiko terhadap kejadian kematian neonatal dini. Rentang nilai lingkar lengan dan ukuran lengan yang cukup lebar mengindikasikan bahwa ada beberapa faktor bias yang dapat memengaruhi hasil penelitian pada setiap variabel.

Perbedaan: Metode penelitian, waktu, tempat penelitian, jumlah variabel penelitian. Persamaan: Tidak ada persamaan. 2 Tumundo, Tendean dan Suparman (2013), dengan judul penelitian Kematian Perinatal di BLU RSU Prof. DR. R. D. Kandou Manado

deskriptif retrospekti f

angaka kematian perinatal periode 01 Januari-31 Desember 2011 sebanyak 40.17 per mil. Jumlah lahir mati 109 kasus dan kematian neonatal dini 55 kasus sehingga kematian perinatal 164 kasus. Kematian perinatal dengan resiko relative tinggi terdapat pada kelompok P1-P3 yaitu 61 kasus (55.96%) lahir mati dan 26 kasus (47.27%) kematian

neonatal dini. Kelompok usia ≥35 tahun paling banyak dengan jumlah 38 kasus (34.86%) lahir mati dan 14 kasus (25.46%) kematian neonatal dini. Pada kematian perinatal jenis persalinan yang paling banyak adalah persalinan spontan dengan jumlah 81 kasus (74.31%) lahir mati dan 27 kasus (49.09%) kematian neonatal dini. Bayi lahir mati tidak diketahui penyebab kematiannya berjumlah 84 kasus (77.06%) dan sepsis penyebab kematian terbanyak pada kematian neonatal dini dengan jumlah 21 kasus (38.18%). Kelompok berat badan bayi 2499 gram terbanyak dengan jumlah 44 kasus (40.36%) lahir mati dan 26 kasus (46.42%) kematian neonatal dini.

Perbedaan: Tempat penelitian, waktu penelitian. Persamaan: Metode penelitian

3 Masitoh, EVK dan Karningsih (2014) Asfiksia Faktor Dominan Penyebab Kematian Neonatal. Studi kasus kontrol

Neonataus dengan asfiksia memiliki resiko 21 kali lebih besar terhadap kematian neonatal dibandingkan dengan neonatal yang tidak mengalami asfiksia. Hasil penelitian menunjukkan asfiksia merupakan faktor dominan penyebab kematian neonatal.

Perbedaan: Metode penelitian, waktu, tempat penelitian, jumlah variabel penelitian. Persamaan: Tidak ada persamaan.

(15)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum RSUD Panembahan Senopati Bantul

RSUD Panembahan senopati terletak di Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Trirenggo, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Yogyakarta Kode Pos 55714. RSUD Panembahan Senopati merupakan milik pemerintah kabupaten Bantul dan merupakan rumah sakit rujukan di wilayah Bantul. Berdiri sejak tahun 1953 sebagai RS Hongoroedem (HO), tahun 1956 resmi menjadi RS Kabupaten dengan 60 Tempat Tidur (tt) dan pada tahun 1967 menjadi 90 tempat tidur.

Menteri Kesehatan RI meresmikan RSUD Kabupaten Bantul sebagai RS tipe D pada tanggal 1 April 1982 dan ditetapkan sebagai RS tipe C pada tanggal 26 Februari 1993 (SK Menkes RI Nomor 202/Menkes/SK/11/1993). Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bantul merubah nama RSUD Bantul menjadi RSUD Panembahan Senopati Bantul tanggal 29 Maret 2003 yang diresmikan oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X. RSUD Panembahan Senopati Bantul ditingkatkan dari tipe C menjadi tipe B Non Pendidikan pada tanggal 31 Januari 2007 sesuai SK Menkes No. 142/Menkes/SK/I/2007.

Adapun Standar pelayanan RSUD Panembahan Senopati Bantul meliputi: pelayanan dalam bidang administrasi, manajemen, pelayanan medik, pelayanan gawat darurat, medikal record, radiologi, farmasi, laboratorium serta perinatologi. Dalam memberikan pelayanan terbaik

(16)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

terdapat instalasi pendukung yaitu instalasi rekam medis, yang terletak di lantai 2 RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Instalasi tersebut berguna untuk mempermudah mencari data pasien rawat jalan maupun rawat inap karena semua RM tertata rapi dalam satu ruang, selain itu semua rekam medis dijaga kerahasiaannya karena hanya petugas RM yang dapat mencari untuk digunakan baik untuk keperluan RS maupun penelitian.

2. Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik responden adalah gambaran umum mengenai variabel-variabel yang diteliti, bagian ini menyajikan deskripsi data hasil penelitian meliputi frekuensi dan persentase.

Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Neonatal Yang Meninggal di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2015

Karakteristik neonatal Frekuensi Persentase a. Usia neonatal Dini Lanjut 41 5 89,1% 10,9% b. Usia kehamilan Preterm Aterm Posterm 34 11 1 73,9% 23,9% 2,2% c. Proses persalinan Spontan SC 41 5 89,1% 10,9% Sumber: Data Sekunder Diolah, 2016

Menurut tabel 4. 1 di atas dapat diketahui bahwa usia neonatal dini merupakan yang terbanyak mengalami kematian yaitu sebesar 89,1% dan pada usia lanjut sebesar 10,9%. Pada usia kehamilan preterm merupakan

(17)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

45

terbanyak mengalami kematian dengan jumlah persentase 73, 9%, pada usia aterm 23,9% dan usia postterm 2,2%. Pada proses persalinan secara normal terbanyak terjadi kematian neonatal yaitu sebanyak 89,1% dan pada persalinan SC sebanyak 10,9%.

3. Hasil Penelitian

a. Gambaran penyebab kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2015

Gambaran penyebab kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2015 dapat disajikan dalam tabel 4. 2 berikut:

Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Penyebab Kematian Neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2015

Penyebab kematian Frekuensi Persentase BBLR 6 13,0% Asfiksia 10 21,7% Infeksi/sepsis 3 6,5% Kelainan kongenital 0 0,0% Komplikasi 27 58,7% Total 46 100,0% Sumber: Data Sekunder Diolah, 2016

Berdasarkan tabel 4. 2 sebagian besar neonatal meninggal disebabkan karena komplikasi yaitu sebanyak 58,7%. Neonatal meninggal karena asfiksia sebanyak 21,7%. Sebanyak 13,0% neonatal meninggal karena BBLR dan 6,5% neonatal meninggal disebabkan infeksi/sepsis. Tidak ditemukan data kematian neonatal karena kelainan kongenital (0%).

(18)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

b. Gambaran Penyebab kematian neonatal karena BBLR di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2015

Gambaran Penyebab kematian neonatal karena BBLR di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2015 dapat disajikan dalam tabel 4. 3 sebagai berikut:

Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi BBLR Sebagai Penyebab Kematian Neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2015

BBLR Frekuensi Persentase BBLR 1 16,7% BBLSR 5 83,3% Total 6 100,0% Sumber: Data Sekunder Diolah, 2016

Berdasarkan tabel 4. 3 diketahui kematian neonatal karena BBLR terbanyak disebabkan oleh BBLSR yaitu sebanyak 83,3%. Sementara kematian neonatal karena BBLR sebesar 16,7%.

c. Gambaran persentase asfiksia sebagai penyebab kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2015

Gambaran persentase asfiksia sebagai penyebab kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2015 dapat disajikan dalam tabel 4. 4 berikut:

Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Asfiksia Sebagai Penyebab Kematian Neonatal

Asfiksia Frekuensi Persentase Asfiksia ringan 0 0,0% Asfiksia berat 0 0,0% Asfiksia berat 10 100,0% Total 10 100,0% Sumber: Data Sekunder Diolah, 2016

(19)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

47

Berdasarkan tabel 4. 4 diketahui kematian neonatal karena asfiksia seluruhnya disebabkan oleh kategori asfiksia berat.

d. Gambaran infeksi sebagai penyebab kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2015

Gambaran infeksi sebagai penyebab kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2015 dapat disajikan dalam tabel 4. 5 berikut:

Tabel 4. 5 Distribusi Frekuensi Infeksi Sebagai Penyebab Kematian Neonatal

Infeksi Frekuensi Persentase Ada Infeksi 3 100,0% Tidak ada infeksi 0 0,0% Total 3 100,0% Sumber: Data Sekunder Diolah, 2016

Berdasarkan tabel 4. 5 diketahui kategori ada infeksi sebagai penyebab kematian neonatal yaitu sebanyak 3 kasus (100,0%), dan infeksi sebagai penyebab kematian neonatal adalah 3 kasus dari 46 kasus kematian neonatal (6,5%).

e. Gambaran komplikasi sebagai penyebab kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2015

Gambaran komplikasi sebagai penyebab kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2015 dapat disajikan dalam tabel 4. 6 berikut:

(20)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Tabel 4. 6 Distribusi Frekuensi Komplikasi Sebagai Penyebab Kematian Neonatal

Komplikasi Frekuensi Persentase BBLR dan asfiksia 17 63,0% BBLR, asfiksia, infeksi

dan kelainan kongenital

4 14,8% BBLR, asfiksia dan

infeksi

3 11,1% BBLR dan infeksi 2 7,4% Asfiksia dan infeksi 1 3,7% Total 27 100,0% Sumber: Data Sekunder Diolah, 2016

Berdasarkan tabel 4. 6 diketahui kematian neonatal karena komplikasi adalah 27 kasus kematian, karena komplikasi BBLR dan asfiksia yaitu sebesar 63,0%. Sebanyak 14,8% kematian neonatal karena komplikasi BBLR, asfiksia, infeksi dan kelainan kongenital. Kematian karena BBLR, asfiksia dan infeksi sebanyak 11,1%. Komplikasi asfiksia dan infeksi sebesar 3,7%.

B. PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persentase penyebab kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2015. Penyebab yang diteliti dalam penelitian ini antara lain usia neonatal, BBLR, asfiksia, infeksi, kelainan kongenital dan komplikasi.

(21)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

49

1. Gambaran karakteristik neonatal yang meninggal di RSUD Panembahan Senopati tahun 2015

a. Usia Neonatal

Usia neonatal yang mengalami kematian tertinggi yaitu pada usia neonatal dini dengan persentase sebesar 89, 1%. Neonatal dini adalah bayi yang berumur 0-7 hari (Wahyuni, 2011 : 1). Menurut Muslihatun (2010 : 3) kematian neonatal dini adalah kematian bayi pada 7 hari pertama sesudah lahir.

Dewi (2014 : 11) mengemukakan bahwa berdasarkan hasil SDKI 2007 angka kematian neonatal di Indonesia masih sangat tinggi yaitu sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita adalah masalah yang terjadi pada bayi baru lahir/neonatal (0-28 hari). Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupannya (Sarwono, 2009: 132). Menurut Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa 78,5 % kematian neonatal terjadi pada usia 0-6 hari (Kemenkes RI., 2014 : 111).

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang sama dengan hasil penelitian dari Raharni tahun 2011 yaitu sebagian besar neonatal mengalami kematian pada usia neonatal dini yaitu sebesar 88,6%. Pada berat badan bayi <2500 gram dan >2500 gram persentasenya hampir berimbang.

(22)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

b. Usia Kehamilan

Usia kehamilan yang mengalami kematian neonatal terbanyak yaitu pada usia kehamilan preterm sebanyak 73,9%. Kehamilan kurang bulan (preterm) adalah masa gestasi kurang dari 37 minggu. Kehamilan lewat waktu (postterm) adalah masa gestasi lebih dari 42 minggu. Bayi cukup bulan (aterm) adalah bayi dengan usia gestasi 37-42 minggu (Muslihatun, 2010 : 1). Sedangkan persalinan preterm menurut Sarwono (2009 : 300) adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu.

Menurut Lissauer (2006 : 69) kematian pada bayi ditentukan oleh usia gestasi dan berat lahir. Kedua faktor ini saling berhubungan satu sama lain seperti dengan seperti dengan faktor-faktor resiko lainnya misalnya jenis kelamin, etnik dan kelahiran.

Hasil penelitian dari Hartatik (2013) yang meneliti tentang pengaruh umur kehamilan pada bayi baru lahir dengan kejadian asfiksia di RSUD Dr. Moewardi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh umur kehamilan pada bayi baru lahir dengan kejadian asfiksia. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Prabamurti tahun 2006 yang menemukan bahwa sebagian kasus kematian neonatal disebabkan karena asfiksia dengan persentase 58,62%.

Kelahiran prematur juga menjadi penyebab terbanyak terjadinya BBLR. Semakin muda usia kehamilan semakin besar

(23)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

51

resiko terjadinya BBLR (Proverawati, 2010 : 5). Hasil penelitian yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa neonatal yang lahir preterm menyebabkan kejadian BBLR tinggi dan sebagian besar dari neonatal yang mengalami BBLR disertai dengan penyakit penyerta yang lain seperti asfiksia, infeksi dan lain-lain. Hal ini sama dengan teori dari Maryunani (2013 : 1) bayi dengan BBLR akan meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian bayi. Berat badan lahir sangat menentukan prognosa dan komplikasi yang terjadi.

c. Proses Persalinan

Proses persalinan dengan persentase terbanyak pada kematian neonatal yaitu persalinan secara spontan sebanyak 89,1% dan persalinan secara SC yaitu 10,9%. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun pada janin.

Hasil penelitian yang telah dilakukan juga sama dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Tumondo (2013) ditemukan bahwa jenis persalinan yang paling banyak menyebabkan kematian perinatal dan neonatal adalah persalinan spontan, dengan persentase kematian perinatal sebanyak 74,31% dan kematian neonatal sebanyak 49,09%.

(24)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua persalinan spontan ditangani di fasilitas kesehatan karena masih ada sebagian kasus persalinan spontan yang terjadi di rumah dan ada juga yang di depan Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit. Persalinan yang tidak ditangani di fasilitas kesehatan ini memiliki resiko infeksi yang lebih besar karena tidak menggunakan peralatan yang steril. Hasil penelitian menunjukkan 2 dari 4 kasus persalinan yang tidak ditangani di fasilitas kesehatan mengalami sepsis dan meninggal.

Selain itu, sebagian besar persalinan spontan di RSUD Panembahan Senopati Bantul terjadi pada usia kehamilan preterm sehingga menyebabkan komplikasi pada neonatal. Sarwono (2009 : 300) mengemukakan bahwa persalinan preterm secara garis besar 50% terjadi spontan, 30% akibat KPD dan sisanya 20% dilahirkan atas indikasi ibu/janin.

2. Analisa Hasil Penelitian

a. Gambaran Penyebab Kematian Neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar neonatal meninggal disebabkan karena komplikasi yaitu sebanyak 58,7%. Neonatal meninggal karena asfiksia sebanyak 21,7%. Sebanyak 13,0% neonatal meninggal karena BBLR dan 6,5%

(25)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

53

neonatal meninggal disebabkan infeksi/sepsis. Tidak ditemukan data kematian neonatal karena kelainan kongenital (0%).

Menurut Maryunani (2009 : 2) beberapa penyebab kematian neonatal karena kegawatdaruratan dan penyulit pada masa neonatal, seperti BBLR, asfiksia, sindrom gawat napas, hiperbilirubinemia, sepsis, trauma lahir dan kelainan kongenital. Jika dipenelitian ini penyebab kematian neonatal paling banyak adalah komplikasi, hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Masitoh pada tahun 2014 yaitu faktor dominan dari kematian neonatal adalah asfiksia.

Penelitian Masitoh juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Prabamurti tahun 2006 yang menyimpulkan bahwa sebagian besar kasus kematian neonatal disebabkan karena asfiksia. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan komplikasi sebagai penyebab kematian tertinggi disini sebagian besar adalah komplikasi BBLR dan asfiksia. Hal ini karena sebagian besar neonatal yang meninggal di RSUD Panembahan Senopati lahir dengan usia kehamilan preterem. Kelahiran preterm menyebabkan perkembangan imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru atau organ paru-paru yang belum matang (Proverawati, 2010 : 12-13).

(26)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

b. Gambaran persentase BBLR sebagai penyebab kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2015

Dari hasil penelitian diketahui bahwa kematian neonatal karena BBLR sebagai penyebab kematian neonatal yaitu 13,0% dan kategori BBLR terbanyak disebabkan oleh BBLSR yaitu sebesar 83,3%. Sementara kematian neonatal karena BBLR sebesar 16,7%. Bayi BBLR ialah bayi baru lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram, sedangkan bayi dengan berat badan kurang dari 1500 gram termasuk bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (WHO 1961, dalam buku saku Asuhan Bayi dengan Bayi berat lahir rendah oleh Maryunani , 2013 : 23).

Menurut Sarwono (2009 : 376) berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, BBLR dibedakan sebagai berikut : BBLR (1500-2500 gram), BBLSR (<1500 gram) dan BBLER (<1000 gram).

Hasil penelitian dari Abdullah (2012) menyimpulkan bahwa faktor resiko kematian neonatal dini adalah ANC, status imunisasi TT, anemia ibu hamil, status paritas, berat badan lahir dan status asfiksia. Berat badan lahir paling beresiko terhadap kematian neonatal dini.

Penelitian Abdullah didukung dengan hasil penelitian dari Simbolon pada tahun 2012 yaitu semakin rendah berat lahir probabilitas kelangsungan hidup neonatal juga semakin rendah.

(27)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

55

Pengaruh berat lahir terhadap kelangsungan hidup neonatal tergantung paritas ibu setelah dikontrol jarak kelahiran dan lingkungan tempat tinggal. Semakin tinggi paritas ibu, semakin tinggi BBLR yang mengalami kematian pada usia neonatal.

Menurut Mitayani (2009 : 172-173) salah satu penyebab dari BBLR adalah faktor dari ibu yang mengalami persalinan diusia kehamilan prematur. Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun dan multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat . Hal ini mendukung hasil penelitian, bahwa dari 6 kasus BBLR sebagai penyebab kematian yang ada di RSUD Panembahan keseluruhan disebabkan karena usia kehamilan prematur. Selain 6 kasus BBLR yang menjadi penyebab kematian ditemukan juga BBLR yang disertai dengan penyakit penyerta lainnya seperti asfiksia, infeksi dan kelainan kongenital.

Menurut Sarwono (2009 : 376) penyakit yang mungkin berhubungan dengan BBLR prematur antara lain sindrom gangguan pernapasan idiopatik (penyakit membrane hialin), pneumonia aspirasi, perdarahan spontan dalam ventrikel otak, hiperbilirubinemia dan hipotermia.

Komplikasi yang terjadi pada BBLR tersebut karena usia kehamilan prematur sehingga organ paru-paru belum matang yang menyebabkan surfaktan tidak adekuat dan menimbulkan asfiksia. Selain itu, sistem kekebalan tubuh pada BBLR belum matang dan

(28)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

membuat bayi BBLR mudah terkena infeksi saat dijalan lahir atau tertular infeksi melalui plasenta (Proverawati, 2010 : 11).

c. Gambaran persentase asfiksia sebagai penyebab kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian kematian neonatal karena asfiksia seluruhnya disebabkan oleh asfiksia berat. Jika dilihat dari penyebab kematian neonatal, asfiksia menjadi penyebab kedua terbesar setelah komplikasi yaitu sebanyak 21,7%. Asfiksia merupakan suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya (Dewi, 2010 : 102).

Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transient). Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan

dan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi sel tubuh , kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversible atau tidak tergantung pada berat dan lamanya asfiksia. Bila keadaan ini tidak teratasi akan menyebabkan kematian (Proverawati, 2010 : 38-39). Teori di atas mendukung hasil dari penelitian bahwa dalam kasus kematian neonatal yang disebabkan karena asfiksia keseluruhan masuk dalam kategori asfiksia berat.

(29)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

57

Kasus asfiksia berat bayi akan mengalami asidosis respiratorik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak dapat menimbulkan kematian (Maryunani, 2009 : 51).

Asfiksia pada Bayi Baru Lahir (BBL) menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian BBL setiap tahun. Di Indonesia, angka kejadian asfiksia di rumah sakit provinsi Jawa Barat ialah 25,2% dan angka kematian karena asfiksia di rumah sakit rujukan propinsi di Indonesia sebesar 41,94% (Kosim, 2012 : 103). Hasil penelitian dari Wati (2012) menunjukkan bahwa sebagian besar kematian neonatal juga disebabkan karena asfiksia dengan tingkat asfiksia berat yaitu sebesar 75% dan 25% asfiksia sedang.

Hasil penelitian yang telah dilakukan di RSUD Panembahan Senopati menunjukkan bahwa sebagian kasus asfiksia disertai dengan penyakit penyerta lainnya seperti infeksi dan BBLR. Hal ini bisa disebabkan karena usia kehamilan prematur yang membuat organ paru belum matang dan juga ditemukannya kasus ketuban pecah dini (KPD) dan air ketuban keruh di sebagian kasus neonatal meninggal yang mengalami asfiksia.

Menurut Sarwono (2009 : 218) ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini merupakan masalah dalam obstetri berkaitan dengan

(30)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal. Sedangkan air ketuban keruh menurut Marmi (2012 : 37) disebabkan karena volume air ketuban berkurang dan ketuban bercampur mekonium. Volume air ketuban yang berkurang menyebabkan kekurangan oksigen pada bayi.

Proses persalinan disini juga mempengaruhi terjadinya asfiksia karena sebagian besar neonatal yang mengalami asfiksia lahir secara spontan ditambah dengan lahir spontan yang bukan di fasilitas kesehatan dan lahir dengan letak sungsang. Seperti penelitian yang telah dilakukan Tjandrarini dan Djaja tahun 2009 bahwa melahirkan spontan tanpa alat bantu memiliki persentase kejadian asfiksia lahir tinggi yaitu 89,2%.

d. Gambaran infeksi sebagai penyebab kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2015

Dari hasil penelitian diketahui kematian neonatal karena terdapat infeksi sebanyak 3 neonatal dari 46 neonatal yang meninggal (6,5%). Sepsis adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasive dan ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan sum-sum tulang atau air kemih (Kosim, 2012 : 171).

Bayi baru lahir yang beresiko tinggi terkena infeksi ditemukan pada kasus dengan riwayat kehamilan berikut seperti

(31)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

59

infeksi salon selama kehamilan antara lain TORCH, ibu menderita eklampsia, diabetes mellitus, dan ibu mempunyai penyakit bawaan. Riwayat kelahiran seperti persalinan lama, persalinan dengan tindakan, ketuban pecah dini dan air ketuban hijau, serta untuk riwayat bayi baru lahir adalah trauma lahir, lahir kurang bulan, bayi kurang mendapat cairan, hipotermi pada bayi (Sarwono, 2009 : 386).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan 2 dari 3 kasus neonatal yang mengalami infeksi atau sepsis disebabkan karena ketuban pecah dini. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sulistijono tahun 2013 yaitu ibu dengan KPD beresiko 3,5 kali terjadi sepsis pada bayi yang dilahirkan dibandingkan dengan ibu tanpa KPD. Pada penelitian ini 46% bayi mengalami proven sepsis awitan dini, ibunya mengalami KPD sebelum melahirkan.

Selain KPD faktor lain yang mempengaruhi terjadinya infeksi di RSUD Panembahan Senopati karena sebagian kasus disebabkan oleh persalinan yang tidak ditangani di fasilitas kesehatan melainkan di rumah. Infeksi atau sepsis sebagian juga diikuti dengan penyakit penyerta lain seperti asfiksia, BBLR dan kelainan kongenital.

(32)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

e. Gambaran komplikasi sebagai penyebab kematian neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2015

Berdasarkan hasil kematian neonatal karena komplikasi paling banyak terjadi pada komplikasi BBLR dan asfiksia yaitu sebesar 63,0%. Kematian karena komplikasi BBLR, asfiksia, infeksi dan kelainan kongenital 14, 8%. Sebanyak 11,1% kematian neonatal karena komplikasi BBLR, asfiksia dan infeksi. Komplikasi asfiksia dan infeksi sebesar 3,7%.

Neonatal komplikasi adalah neonatal dengan dua atau lebih penyakit atau kelainan yang dapat menimbulkan kecacatan dan kematian (kemenkes RI., 2012 : 130). Menurut Mitayani (2009 : 174) komplikasi yang dapat timbul pada BBLR adalah sindrom aspirasi mekonium, hipoglikemia, asfiksia neonatorum dan hiperbilirubinemia. BBLR juga umumnya mengalami kesulitan saat bernapas segera setelah lahir karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit dan kekurangan surfaktan. Hal-hal inilah yang mengganggu usaha bayi bernapas dan sering mengakibatkan komplikasi BBLR dan asfiksia (Maryunani, 2009 : 24-25).

Menurut hasil penelitian dari Herianto (2007-2012) menunjukkan bahwa adanya hubungan antara berat badan lahir dan asfiksia neonatorum, kemungkinan kejadian asfiksia neonatorum 3,5 kali terjadi pada BBLR dibandingkan bayi dengan berat badan normal.

(33)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

61

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan komplikasi BBLR dan asfiksia juga dipengaruhi oleh usia kehamilan prematur yang tinggi, bayi yang lahir dengan usia kehamilan prematur memiliki organ paru-paru yang belum matang dan jumlah surfaktan yang tidak adekuat sehingga resiko asfiksia lebih tinggi.

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki keterbatasan di luar kemampuan peneliti yang mungkin mengakibatkan belum maksimalnya hasil yang diharapkan. Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data sekunder sehingga hanya melihat data yang ada, tanpa melihat kondisi pasien secara langsung.

(34)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

62

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berjudul

“Gambaran Penyebab Kematian Neonatal di RSUD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2015” dapat disimpulkan bahwa:

1. Penyebab kematian neonatal paling banyak terjadi adalah pada kasus komplikasi yaitu sebanyak 58,7%.

2. Gambaran usia neonatal yang mengalami kematian paling banyak adalah neonatal usia dini yaitu sebanyak 41 neonatal (89,1%).

3. Persentase BBLR sebagai penyebab kematian neonatal adalah 13,0% dan kategori BBLR sebagai penyebab kematian terbanyak adalah BBLSR yaitu 83,3%.

4. Persentase asfiksia sebagai penyebab kematian neonatal (21,7%) dan kategori asfiksia sebagai penyebab kematian secara keseluruhan adalah asfiksia berat.

5. Persentase infeksi sebagai penyebab kematian neonatal sebanyak 3 kasus neonatal (6,5%).

6. Tidak ditemukan data kematian neonatal yang disebabkan karena kelainan kongenital.

(35)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

63

B. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan di atas maka dapat diberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul

Hasil penelitian ini diharapkan pihak rumah sakit lebih meningkatkan penanganan pada kegawatdaruratan neonatal terutama yang disebabkan karena komplikasi BBLR dan asfiksia.

2. Bagi Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipublikasikan kepada mahasiswa untuk memperdalam pengetahuan tentang penyebab kematian neonatal, sehingga mahasiswa mengetahui penyebab kematian neonatal.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan peneliti yang akan meneliti obyek sejenis, lebih memperluas obyek penelitian ke penyebab dari komplikasi BBLR dan asfiksia karena sebagai penyebab terbanyak komplikasi.

(36)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. Z, dkk. (2012). Faktor Resiko Kematian Neonatal Dini di Rumah Sakit Bersalin, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol 6, No 6.

Dewi, V. N. (2013). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.

Dewi, V. N. (2014). Resusitasi Neonatus. Jakarta: Salemba Medika. Dinkes DIY. (2013). Profil Kesehatan DIY. Yogyakarta: Dinkes DIY. Dinkes DIY. (2015). Profil Kesehatan DIY. Yogyakarta: Dinkes DIY.

Hartatik, D. (2013). Pengaruh Umur Kehamilan Pada Bayi Baru Lahir dengan Kejadian Asfiksia di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. GASTER. Vol. 10, No. 1. Herianto, dkk. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum di Rumah Sakit Umum ST. Elisabeth Medan Tahun 2007-2012. Universitas Sumatera Utara.

Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknis Analisis Data Contoh Aplikasi Studi Kasus. Jakarta: Salemba Medika.

Kementrian Kesehatan RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta Kementrian Kesehatan RI.

Kosim, M. S, dkk. (2012). Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. Lissauer T, Fanaroff A. (2009). At a Glance Neonatologi. Erlangga: Jakarta. Marmi ; R. K. (2012). Asuhan Neonatus Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Marmi, dkk. (2011). Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Marmi. (2012). Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maryunani, A, Nurhayati. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus. CV. Trans Info Media: Jakarta.

Maryunani, A. (2013). Buku Saku Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Jakarta: CV Trans Info Media.

(37)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

65

Masitoh, S, dkk. (2014). Asfiksia Faktor Dominan Penyebab Kematian Neonatal. Jurnal Ilmu dan Tekhnologi Kesehatan. Vol 1, No 2.

MDG’s. (2007). Menurunkan Kematian Anak. Indonesia

Mitayani. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika: Jakarta. Muslihatun, W. N. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Prabamurti. (2008). Analisis Faktor Resiko Kematian Neonatal Studi Kontrol di Kecamatan Losari Kabupaten Brebes. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. Vol 3, No 1.

Prawirohardjo, S. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Proverawati, A ; Ismawati. (2010). BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: Nuha Medika.

Raharni, dkk. (2011). Profil Kematian Neonatal Berdasarkan Sosio Demografi dan Kondisi Ibu Saat Hamil di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol 14, No 4.

Setiawan, A ; Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika.

Simbolon, D. (2015). Berat Lahir dan Kelangsungan Hidup Neonatal Di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 7, No 1.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D. Bandung: Alfabeta.

Sulistijono, E, dkk. (2013). Faktor Resiko Sepsis Awitan Dini Pada Neonatus. Jurnal Kedokteran Brawijaya. Vol 27, No 4.

Sulistyaningsih. (2011). Metodologi Penelitian Kuantitaif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Surasmi, A, dkk. (2003). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC

Tumundo, M, dkk. (2013). Kematian Perinatal di BLU RSU Prof. DR. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Biomedik. Vol 1, No 1.

(38)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Tyas, S. C ; Notobroto H. B. (2014). Analisis Hubungan Kunjungan Neonatal, Asfiksia dan BBLR dengan Kematian Neonatal. Jurnal Biometrika dan Kependudukan. Vol 3, No 2.

Wahyuni, S. (2011). Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: EGC Wati, L. S. (2013). Gambaran Penyebab Kematian Neonatal di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi. Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Yanti. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakart: Pustaka Rihama.

Referensi

Dokumen terkait

Harapan Subur yang telah memberikan kepada pada penulis untuk melakukan penelitian guna menyelesaikan skripsi ini... Teman-teman dan rekan-rekan penulis serta semua pihak yang

Untuk dapat menghitung beban depresiasi yang selalu menurun, dasar yang digunakan adalah persentase depresiasi dengan garis lurus persentase ini dikalikan dua dan setiap

Kemudian beliau duduk (duduk di sini dzahirnya duduk tahiyyat/tasyahhud bukan duduk di antara dua sujud karena Waail atau sebagian dari rawi meringkas hadits ini) lalu

Laporan penelitian sifat ebolik komponen jamu yang digunakan terhadap kehamilan. Laporan penelitian keamanan dan khasiat obat asli.. Studi isolasi beberapa senyawa kimia dari

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas bimbingan disekolah, sanksi ringan dan mendidik ini langsung ditindak oleh guru piket atau wali kelas, dan lansung

Pengadaan Barang/Jasa di Desa yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Pemerintah Desa, baik dilakukan

Dengan kata lain daerah tersebut harus memiliki daya tarik khusus dan atraksi budaya yang dapat dijadikan entertainment bagi wisatawan.. What to see meliputi pemandangan

Mukhtar Ahmed bertujuan melakukan sebuah penelitian ini untuk mengetahui dampak dari beberapa factor, seperti harga, nilai manfaat, kualitas, jasa dan faktor lainnya