7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Diabetes Mellitus
2.1.1 Definisi
Diabetes millitus sering juga disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini bisa merambat keseluruh anggota tubuh manusia dan menimbulkan berbagai dampak yang sangat membahayakan terhadap kesehatan tubuh. Dampak yang ditimbulkan terkadang terkadang tidak memberikan gejala klinis yang bisa segera diketahui oleh penderita, bisa dalam waktu yang dekat maupun waktu yang lama. Penderita baru bisa merasakan menderita penyakit diabetes millitus setalah dilakukan periksaan gula darah. Dan disebut diabetes millitus adalah penyakit metabolism.Akibatnya kadar gula dalam darah mengalami peningkatan. Kelebihan ini keluar melalui urine. Oleh karena itu, urine berubah menjadi banyak dan mengandung gula. Penyebab hal ini (Smeltzer, 2018;)Tandra, 2017).
2.2 Klasifikasi Dan Etiologi
Beberapa klasifikasi diabetes mellitus telah diperkenalkan, berdasarkan manifestase klinis, usia serta riwayat penyakit, ADA mengeluarkan klasifikasi baru berdasarkan pathogenesis sindrom diabetes dan gangguan toleransi glukosa. Hal ini telah disahkan oleh WHO yang dipakai oleh seluruh dunia. Klasifikasi tersebut ada empat diantaranya:(Hariyanto, 2013).
1. Diabetes tipe 1
Pada diabetes tie 1 (Insulin Dependen Diabetes Mellitus) , lebih sering menyerang pada usia remaja, lebih 90% dari sel pancreas mengalami kerusakan secara permanen, sehingga insulin yang diproduksi sangatlah sedikit atau hanya sekitar 10% , dari semua penderita diabetes mellitus tipe 1 kebanyakan pada usia dibawah 30 tahun, hal ini yang juga disebabkan oleh lingkungan seperti infeksi virus atau factor gizi yang dapat menyebabkan kehancuran sel penghasil insulin di pankreas.(Agatha & Aveonita, 2015).Pada diabetes militus tipe 1 ini diakibatkan reaksi autoimun, kadar Islet Cell Antibody (ICA) yang meningkat akibat beberapa factor pencetus seperti infeksi virus (virus cocksakie, CMV, rubella), herpes, dan lain-lain yang menimbulkan peradangan pada sel 𝛽(insulin) dan menyebabkan kerusakan permanan sel 𝛽. Pada tipe ini juda dapat ditemukan adanya hubungan dengan HLA DR3, DR4, Drw9. (Dalimarta,Setiawan,Andrian, 2012).
2. Diabetes Tipe 2
Diabetes tipe 2 ini merupakan jenis diabetes ya
ng lebih sering terjadi yaitu sekitar 90-95% dari semua orang yang mengalami diabetes, pada tipe ini penyakit gangguan metabolik yang cukup lama dan mengakibatkan pangkreas tidak memproduksi insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Akibatnya terjadi kegagalan sekresi atau ketidak adekuatan penggunaan insulin atau metabolisme tersebut yang menimbulkan gejala hiperglikemia, sehingga untuk
mempertahankan glukosa darah yang stabil membutuhkan terapi insulin atau obat pemacu sekresi insulin. (Bruno, 2019).
Berikut ini factor penyebab penyakit diabetes mellitus: a. Riwayat Keluarga
Factor keturunan atau genitik memiliki kontribusi yang tidak bisa di sepelekan untuk seorang yang yang terserang penyakit diabetes mellitus, menghilangkan factor genitik sangatlah sulit, untuk menghindari fantor tersebut ialah dengan cara memperbaiki pola hidup yang sehat serta menjaga pola makan.
b. Obesitas Atau Kegemukan
Obesitas bisa menyebabkan tubuh seseorang mengalami resistensi terhadap hormon insulin. Sel-sel tubuh bersaing ketat dengan jaringan lemak untuk menyerap insulin yang mengakibatkan organ pankreas akan dipacu untuk memproduksi insulin sebanyak-banyaknya sehingga mengakibatkan organ ini menjadi kelelahan dan akhornya menjadi kerusakan.
c. Mengkonsumsi Makanan Berkolestrol Tinggi
Makanan yang mengandung kolesterol tinggi dapat memberikan konstribusi yang cukup tinggi untuk seseorang yang mudah terserang penyakit diabetes mellitus. Untuk mengatasi terjadinya penyakit diabetes mellitus dengan cara menjaga pola makan, serta batasi mengkonsumsi yang mengandung kolesterol tidak melebihi dari 300mg per hari.
Tekanan darah yang tinggi juga dapat memicu terjadinya penyakit diabetes mellitus, jagalah tekanan darah tetap berada dibawah 140/90 mmHg, hindarilah mengkonsumsi makan yang sifatnya asin. Garam yang berlebih memicu untuk seseorang teridap penyakit darah tinggi yang akhirnya memiliki peran dalam meningkatkan resiko untuk terserang penyakit diabetes mellitus.
c. Mengkonsumsi Obat-Obatan Kimia.
Mengkonsumsi obat-obatan kimia dalam jangka waktu yang lama diyakini akan memberikan efek nigatif yang tidak ringan. Salah satu obat kimia yang sangat berpotensi sebagai penyebab diabetes adalah THIAZIDE DIURETIK dan BETA BLOKER kedua jenis obat tersebut sangat meningkatkan resiko terkena penyakit diabetes mellitus karena dapat merusak pankreas. (Al, 2018)
1 Diabetes Tipe Lain
a. Defik genitik fungsi sel beta b. Defik genitik kerja insulin c. Penyakit eksokrin pancreas d. Endokrinopati
e. Karena obat atau zat kimia f. Infeksi
g. Sebab imunologi yang jarang
h. Sindrom genetic lain yabg berkaitan dengan DM (Dalimarta,Setiawan,Andrian, 2012)
3. Diabetes Mellitus Gestasional.
Diabetes gestasional adalah gangguan toleransi glukosa yang pertama kali ditemukan pada saat kehamila, diabetes yang muncul pada masa kehamilan, biasanya berlangsung hingga proses melahirkan. Kondisi ini bisa terjadi pada usia kehamilan yang keberapapun, lazimnya berlangsung pada minggu ke-24 sampai ke-28 kehamilan. Diabetes ini terjadi ketika tubuh tidak memproduksi cukup insulin untuk mengontrol kadar glukosa (gula) dalam darah pada masa kehamilan.(Acton, 2013; Kurniawan, 2016).
2.3 Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya diabetes mellitus terjadi karena adanya reaksi autoimun yang diakibatkan karena adanya peradangan pada sel 𝛽. Hal ini menyebabkan timbulnya antibody padsa sel 𝛽 yang disebut Islet Cell Antibody (ICA). Reaksi antigen (sel 𝛽) dengan antibody ICA yang ditimbulkannya menghancurkan sel 𝛽. Selain karena autoimun, diabetes tipe 1 juga bisa disebabkan oleh virus cocksakie, rubella, citomegalo virus (ICMV), harpes dan lain-lain. Pada umumnya diabetes tipe 1 ini terdiagnosa pada usia muda. Diabetes tipe 2 terjadi karena kerusakan molekul insulin atau gangguan reseptor insulin yang mengakibatkan kegagalan perfusi insulin untuk mengubah glikosa menjadi energy. Pada dasarnya diabetes tipe 2 jumlah insulin dalam tubuh adalah normal bahkan jumlah biasanya meningkat, namun jumlah reseptor insulin pada permukaan sel berkurang menyebabkan glukosa yang masuk kedalam sel lebih sedikit. Hal tersebut akan
terjadi kekurangan jumlah glukosa dan kadar glukosa menjadi tinggi didalam darah. (Syamsiyah, 2017).
2.4 Kriteria Diagnosis
Dikutip dari American Diabetes Association kriteria diagnosis diabetes mellitus menurut standar pelayanan medis ADA 2010 terdiri dari empat cara diantaranya:
1. HbA1C >6,5%
Jika seorang pasien memenuhi kriteria diabetes mellitus berdasarkan pemeriksaan HbA1C dengan hasil >6,5%, tetapi tidak memenuhi kreteria berdasarkan kadar gula darah puasa (<126 mg/dL)atau sebaliknya, maka pasien tersebut dianggam menderita diabetes mellitus.
2. Kadar gula darah puasa >126 mg/dL
Apabila pasien kadar gula darah puasa diatas 126 mg/dL, pasien tersebut bisa dinyatakan menderita diabetes mellitus.
3. Pasien dengan kadar gula darah 2 jam pp >200 mg/dL pada tes toleransi glukosa oral yang dilakukan dengan 75 g glukosa dengan standar WHO 4. Pasien dinyatakan menderita diabetes mellitus dengan gejala klinis
hiperglikemia atau krisis hiperglikemia dengan kadar gula sewaktu >200 mg/dL. (Kurnawan, 2010).
2.5 Pengkajian dan Tanda Gejala Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus tidak dapat ditegakan hanya dengan melihat gejala-gejala yang sering timbul. Namun, gejala tersebut dapat dijadikan bagian tahap awal dalam
mendeteksi dan mencegah diabetes mellitus. American Institute for Preventive Medicini menetapkan standar gejala dari diabetes mellitus sebagai berikut : 1. Berat badan yang berlebih atau obesitas.
2. Rasa kantuk yang lebih sering dating. 3. Buang air kecil terus-menerus.
4. Merasakan haus dan lapar yang lebih sering. 5. Berat badan turun darastis tanpa sebab yang jelas. 6. Cepat telah.
7. Gula darah meningkat atau diatas batas normal. 8. Mual dan muntaah-muntah.
9. Tekanan darahnya cepat naik. 10. Ditemukan gula pada urine. 11. Pandangan mata kurang jelas.
12. Terasa gatal-gatal, terutama sekitar kemaluan.
13. Tidak merasakan apa pun (mati rasa) pada anggota tubuh bagian bawah. 14. Adanya infeksi kulit, biasanyya pada kaki.(Syamsiyah, 2017)
Gejala diabetes mellitus diatas tersebut dibagi menjadi dua, yakni gejala akut dan gejala kronik.
2.5.1 Gejala Akut
Gejala akut merupakan gejala klinis yang muncul secara tiba-ttiba terjadi pada masa awal penyakit. Gejala akut dijadikan sebagai patokan dalam menditeksi terjadinya
diabetes mellitus. Gejala-gejalanya meliputi sering buang air kecil terutama pada malam hari (poliuria), sering merasa lapar (poliphagia) dan cepat haus (polydipsia).
a. Poliuria
Poliuria merupakan gejala lebih sering buang air kecil, terutama pada malam hari. Urine yang keluar lebih banyak dari pada orang sehat, yaitu lebih dari 2.500 mL. sedangkan dalam keadaan normal, volume urine berkisar antara 600-2.500 mL. kadar glukosa yang terlalu tinggi menyebabkan urine menjadi sangat pekat, hal ini memperberat kerja organ gijal. Tanda lain dari poliuria adalah apabila dilakukan tes urine biasanya ditemukan glukosa.
b. Polydipsia
Polipsdia adalah meningkatnya jumlah air yang diminum karena sering merasakan kehausan. Pada orang yang sehat dianjurkan minum 8 gelas dalam sehari. Akan tetapi penderitadiabetes mellitus merasakan haus yang berlebihan sehiongga akan minum dalam jumlah yang lebih banyak. Haus yang dirasakan tersebut merupakan akibat dari ginjal yang menarik air dalam sel sehingga mengalami dehidrasi sel. Dehidrasi sel menyebabkan mulut menjadi kering dan merasakan haus yang lebih sering.
c. Polyphagia
Akibat kurangnya jumlah insuliun atau terganggunya fungsi insulin maka glukosa yang dihasilkan dari metabolism makan tidak dapay diserap oleh sel tubuh . akibatnya penderita diabetes merasa lemas, lemah, dan mengantuk. Disaat itu, otak memberikan respon dengan mengartikan adanya rasa lapar, penderita diabetes mellitus merasa lapar sehingga penderita akan lebih banyak makan. Jika rasa lapar tersebut diikuti dengan banyak makan maka akan
memperparah kesehatan karena gula darah akan semakin meningkat. (Hendro, 2018; Syamsiyah, 2017).
2.5.2 Tanda Gejaala Akut
Ada beberapa penderita diabetes mellitus tidak merasakan gejala akut, namun langsung merasakan gejala kronik. Gejala kronik umumnya dirasakan setelah beberapa bulan atau beberapa tahun setelah mengidap diabetes mellitus. Adapun gejala kronik yang sering dialami adalah penurunan berat badan secara drastis tanpa sebab yang jelas, kesemutan, penglihatan kabur, dan gatal pada daerah kemaluan.
a. Penurunan Berat Badan Tanpa Disengaja
Penurunan berat badan orang yang sehat tidak terjadi secara tiba-tiba, pasti melalui proses seperti olahraga atau melalui diet. Penurunan berat badan tidak juga drastis. Penurunan berat badan pada penderita diabetes Mellitus disebabkan oleh sel yang kekurang cairan tubuh dan tidak menerima energi sehingga ukuran sel akan mengecil. Oleh karena itu sel tubuh tidak mendapatkan energi dan mengalihkan simpanan lemak dan protein sebagai energy. Selain itu kekurangan glukosa bersama urine juga menyebabkan hilangnya banyak kalori.
b. Kesemutan
Kesemutan ini disebabkan oleh rusaknya pembuluh darah yang diakibatkan karena tingginya gula darah sihingga bagian tubuh mengalami kesemutan
tersebut kurang mendapatkan suplai darah. Kesemutan bisa terjadi ditangan dam kaki.
c. Luka yang Sulit Sembuh
Ketika gula darah melebihi 200mg/dL daya tahan tubbuh penderita diabetes mellitus akan berkurang. Otomatis apabila penderita diabetes mellitus mengalami luka, maka luka tersebut akan susah untuk disembuhkan, penderita diabetes mellitus terkadang tidak menyadari kalau dia terluka. Hal ini yang berbahaya pada penderita diabetes mellitus.
d. Penglihatan Kabur
Pada penderita diabetes, banyak terjadi gangguan pembuluh darah. Salah satunya pembuluh darah yang terdapat pada mata. Pembuluh darah pada mataa akan menebal sehingga penglihatan menjadi kurang jelas hingga menyebabkan kebutaan. (Hendro, 2018; Syamsiyah, 2017).
2.5.3 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Penyakit diabetes mellitus memang tidak dapat disembuhkan, namun penyakit ini dapat dikontrol dengan cara memperbaiki prilaku tidak sehat sehingga gula darah dapat kembali normal, adapun gaya hidup yang penting diterapkan antara lain:
1. Terapkan pola makan yang sehat dan tidak lupa makan secara teratur. Salah satu factor utama penyebab terjadinya diabetes mellitus adalah pola makan yang salah. Porsi makan yang besar menyebabkan berat badan akan bertambah dan gula darah menjadi naik.penderita diabetes mellitus dianjurkan menerapkan terapi sebagai berikut:
a. Makan pada jadwal yang teratur.
b. Jumlah asupan kalori disesuaikan dengan berat badan, jenis kelamin, aktivitas fisik, serta kelainan metabolic yang dialami.
c. Makanlah menu yang menganduung garam, misalnya dalam sehari harus ada makanann sumber protein, karbohidrat, sayur dan buah.
d. Batasi konsumsi gula pasir, makanan manis, dan gorengan.
e. Hindari makan biscuit, cake, serta makan lain dan minuman berkategori tinggi.
f. Minum air dalam jumlah banyak dan hindari minuman berkategpori seperti soft drink apabila haus.
g. Konsumsi protein, vitamin, dan mineral yang cukup.
h. Tambahkan porsi sayur dan buah dua kali lipat dibandingkan dengan biasanya.
Beberapa factor yang mempengaruhi kalori dintara lain berat badan, usia, jenis kelamin, dan aktivitas fisik. Jumlah kalori yang dibutuhkan dalam sehari adalah 25 kkal/kg BB ideal untuk wanita sedangkan pada pria adalah 30 kkal/kg BB ideal. Hasil kemudian dikalikan dengan jenis aktivutas fisik anda. Jika ingin menurunkaan berat badan, kurangi hasil perhitungan dengan 500. Namun ingin menaikan berat badan tambah dengan 500. Untuk menentukan kebutuhan kalori berdasarkan jenis kelamin dan aktivitas fisik
Aktivitas Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
Sangat Ringan 1,30 1,30
Sedang 1,76 1,70
Berat 2,10 2,00
2. Menjaga berat badan, jangan sampai berat badan menjadi naik.
Untuk mempertahankan berat badan yang ideal perlu dilakukan pengukuran berat badan dengan rumus seperti berikut:
IMT= Berat Badan (kg) Tinggi badan (m) x
Menurut WHO, berat badan normal jika IMT < 25 dan termasuk kategori obesitas jika IMT >25. Klasifikasi berat badan berdasarkan IMT sebagai berikutr:
Berat Badan Indeks Massa Tubuh
Normal 18,5-22,9
Overweight 23-24,9
Obesitas I 25-29,9
Obesitas II >30
3. Tetap konsumsi obat yang diberikan oleh dokter.
Terapi obat sendiri merupakan sebuah obat-obatan kimia yang memiliki fungsi menurunkan kadar gula darah. Tetapi obat ini bisa berupa obat hipoglikemik oral ataupun insulin. Obat yang bisa dikonsumsi harus sesuai resep yang dianjurkan oleh dokter.
Penderita diabetes mellitus berolahraga secara teratur 3-4 kali dalam seminggu selama kurang lebih 30 menit. Olahraga yang dilakukan secara teratur sangat bermanfaat untuk menurunkan berat badan serta memperbaiki fungsi insulin sehingga gula darah tetap terkontrol. (Sumanto, 2009; Syamsiyah, 2017).
2.5.4 Komplikasi
Diabetes mellitus juga dapat berkembang menjadi berbagai macam penyakit yang lainnya diantaranya:
1. Penyakit kardiovaskular: penderita diabetes mellitus beresiko dua kali lebih besar terkena penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular), seperti atherosclerosis, jantung coroner, dan stroke. Sekitar 75% kematian penderita diabetes mellitus disebabkan penyakit jantung coroner.
2. Retinopathy diabetes: adalah komplikasi diabetes yang disesbabkan kerusakan pembuluh darah kecil (kapiler) pada retina mata, dengan gejala penurunan penglihatan hingga kebutaan.
3. Nefropathy diabetes: adalah komplikasi diabetes yang disebabkan kerusakan pembuluh kapiler ginjal, sehingga menyebabkan kebocoran protein ke air kencing (urin), dan menyebabkan gagal ginjal kronis sehingga harus melakukan terapi cuci darah.
4. Neuropathy diabetes: adalah diabetes pada system saraf, sehingga menyebabkan mati rasa dan kesemutan, serta meningkatkan resiko kerusakan kulit terutama pada kaki karena berkurangnya kepekaan kulit.
5. Ulkus diabetes (Diabetic Foot Deficit): yaitu luka pada kaki yang sulit sembuh dan sering menimbulkan masalah serius. Bahkan, pada beberapa kasus sehingga mengharuskan amputasi.
6. Penurunan daya pikir (Cognitive Deficit): beberapa penelitian bahwaa penderita diabetes yang dibandingkan dengan pasien tanpa diabetes mengalami penurunan fungsi kognitif 1,2 sampai 1,5 kali lebih besar. (Bahren, 2014).
2.6 Konsep Dasar Kontrol Glukosa Darah
kadar glukosa dalam darah saat puasa lebih besar dari 140 mg/dl ada dua kali pemeriksaan pada saat berbeda. Jika pemeriksaan glukosa darah sewaktu meragukan maka harus dilakukan pemeriksaan toleransi glukosa awal (TTGO). Tes tersebut dilakukan untuk memastikan atau mengkonfirmasi diaknosis. Adapun diagnosis diabetes mellitus dan gangguan toleransi glukosa lainnya dilakukan pemeriksaan glukosa darah dua jam setelah beban glukosa. Minimal diperlukan kadar glukosa darah pernah dua kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis.
Pada saat ini diketahui ada empat penyebab timbulnya hiperglikemia (kadar gula darah puasa > 126 mg/dl atau hemoglobin terglikosilasiAc [HbAc1] 6,9%), empat penyebab tersebut diantaranya adalah peningkatan asupan karbohidrat, penurunan sekresi insulin, peningkatan luaran glukosa hati dan peningkatan asupan glukosa peripheral (resistensi insulin) (Mahendra et al., 2010).
2.6.1 Pelaksanaan Kontrol Glukosa Darah
Mahendra (2010) Adapun langkah-langkah untuk melakukan control glukasa darah sebagai berikut:
1. Tiga hari sebelum melakukan pemeriksaan, orang yang bersangkutan beraktivitas secara biasa
2. Malam sebelum pemeriksaan, orang tersebut harus berpuasa selama 10-12 jam
3. Darah diambil dari vena antara lipatan siku. Darah yang diambil tersebuyt merupakan darah puasa sehingga hasil pemeriksaan yang didapat merupakan kadar glukosa darah puasa
4. Setelah mengambil darah puasa, pasien diberi minom 75 g glukosa yang dilarutkan dalam 250 ml air minum dan harus diminum habis dalam waktu lima menit
5. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah satu jam dan dua jam sesudah minum larutan glukosa tersebut. Selama pemeriksaan, orang itu harus tetap istirahat dan tidak merokok. (Mahendra et al., 2010) 2.6.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kontrol Glukosa Darah
Ada beberapa hal yang memepengaruhi kepatuhan dalam mengontrol glukosa darah pada pasien diabetes mellitus diantaranya adalah:
1. Durasi pasien dalam menderita diabetes mellitus
Penderita diabetes mellitus yang menjalani terapi dengan baik, juga dapat mendukung untuk pengendalian kadar glukosa darah dengan baik.
Seseorang dengan obesitas memiliki lemak yang berlebihan, jaringan lemak sendiri adalah jaringan endokrin aktif yang melepaskan sitokin adiposa yang dapat mengganggu persinyalan insulin. Akibatnya terjadi risistensi insulin yang menyebabkan kadar gula darah meningkat.
3. Hubungan kepatuhan minum obat dengan kadar glukosa darah
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara kepatuhan minum obat dengan kadar glukosa darah, berdasar kekuatan hubungan diketahui bahwa kepatuhan minnum obat memiliki kekuatan hubungan yang lemah dengan kadar glukosa darah, namun juga ada yang menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat kepatuhan maka semakin rendah kadar glukosa daarah.
4. Hubungan kepatuhan diet dengan kadar glukosa darah
Kepatuhan diet dapat dilihat dari jumlah kalori yang dikonsumsi oleh penderita diabetes mellitus, adanya hubungan antara kepatuhan diet dengan kadar glukosa darah disebabkan karena sempitnya waktu recall yang dilakukan dalam jangka waktu 2 hari, padahal waktu yang dibutuhkan agar diet bisa menurunkan kadar glukosa darah adalah 14 hari.
5. Hubungan antara tingkat aktivitas fisik ndengan kadar glukosa darah Aktivitas fisik yang baik juga dapat membantu buat menurunkan kadar glukosa darah dalam tubuh, sehingga penderita diabetes mellitus sangat dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah baik itu mulai aktivitas fisik yang ringan hingga kekuatan penderita untuk melakukannya.
Senam yoga merupakan olahraga yang efektif dalam menurunkan kadar HbA1C. Hal tersebut dikarenakan yoga merupakan olahraga yang mengkombinasikan tehnik pernafasan dan pergerakan tubuh yang menyebabkan pembakaran kalori. Pada penelikitian yang lain senam aerobic juga mempengaruhi penurunan kadar kadar gula darah.
7. Hubungan antara frekuensi latihan jasmani dengan kadar glukosa darah Latihan jasmani seharusnya dilaksanakan secara teratur 3-4 kali setiap minggu selama kurang lebih 30 menit atau 90 menit/minggu. Latihan jasmani selama 30 menit dapat meningkatkan efektivitas dan sensitivitas insulin. Namun hal tersebut hanya berlangsung selama 72 jam. Oleh karena itu penderita diabetes dianjurkan untuk melakukan latihan jasmani secara teratur.
8. Hubungan antara dukungan keluarga dengan kadar glukosa darah
Study yang dilakukan Pitsburgh Epidmiology of Diabetes Complication(EDC) factor psikososial seperti dukungan keluarga mempunyai efek yang pentinng pada control glikemik. Keluarga merupakan kelompok social yang memainkan peranan penting dalam perilaku penderita diabetes karena keluarga merupakan factor yang berpengaruh dalam menumbuhkan kepatuhan penderita dalam menjalani terapi. Adanya dukungan keluarga dapat membantu mencegah stress dan juga berperan penting dalam self management penderita diabetes yang secara tidak langsung mempengaruhi. (Elmita et al., 2018; Epidemiologi & Masyarakat, 2018)
2.7 Konsep Dasar Smartphone 2.7.1 Pengertian Smartphone
Smartphone adalah telepon genggam yang mempunyai kemampuan dengan pengunaan dan fungsi yang menyerupai komputer. Belum ada standar pabrik yang menentukan arti dari smartphone sendiri . Sebagian orang, smartphone merupakan telepon yang bekerja menggunakan seluruh perangkat lunak sistem operasi yang menyediakan hubungan standar dan mendasar bagi pengembang aplikasi. Bagi yang lainnya, smartphone hanyalah sebuah telepon yang menyajikan fitur canggih seperti surel (surat elektronik), internet dan kemampuan membaca buku elektronik (e-book) atau terdapat papan ketik (baik sebagaimana jadi maupun dihubung keluar) namun semakin bertambahnya zaman semakin bertambah pula kelebihan dan kemampuan dari smartphone. Pertumbuhan permintaan akan alat canggih yang mudah dibawa ke mana-mana membuat kemajuan besar dalam pemroses, pengingatan, layar dan sistem operasi yang di luar dari jalur telepon genggam sejak beberapa tahun ini. Kebanyakan alat yang dikategorikan sebagai smartphone menggunakan sistem operasi yang berbeda. Dalam hal fitur, kebanyakan smartphone mendukung sepenuhnya fasilitas surel dengan fungsi pengatur personal yang lengkap. Fungsi lainnya dapat menyertakan miniature papan ketik QWERTY, layar sentuh atau Dpad, kamera, pengaturan daftar nama, penghitung kecepatan, navigasi piranti lunak dan keras, kemampuan membaca dokumen bisnis, pemutar musik, penjelajah foto dan melihat klip video, penjelajah internet, atau hanya sekedar akses aman untuk membuka surel perusahaan, seperti yang ditawarkan oleh BlackBerry. Fitur yang paling sering ditemukan dalam smartphone adalah kemampuannya menyimpan daftar nama sebanyak
mungkin, tidak seperti telepon genggam biasa yang mempunyai batasan maksimum penyimpanan daftar nama (Andriyanto & Hidayati, 2018; Zhou et al., 2016)
2.7.2 Macam-macam Bentuk dan Sistem Smartphone
Kalau dilihat dari segi bentuk smartphone digolongkan sebagai berikuit: 1. Android
Android adalah sebuah sistem oprasi untuk perangkat mobile yang berbasis linux yang mencakup berbagai sistem operasi, middleware dan aplikasi lainnya. Sisrtem ankdroid juga menyediakan platfoprm yang sifatnya terbuka bagi para pengembang atau menciptakan aplikasi. Pada awalnya Google Inc, android membeli Inc yang merupakan sistem baru yang membuat pranti lunak untuk ponsel/smartphoine.
2. IOS
iOS adalah singkatan dari iPhone Operating System, iOS merupakan sistem operasi yang dikembangkan khusus untuk perangkat iPhone. iOS dikembangkan oleh Apple, perusahaan yang juga membuat iPhone, iPad, dan juga MacBook. iOS memiliki perbedaan dengan android, karena android memiliki sistem yang dikembangkan secara terbuka (open source) sedangkan iOS sendiri pengembangannya tertutup (close source). iOS memiliki sejarah perkembangan dari tahun ke tahun, versi pertama iPhone OS 1 pada 2007, pada tahun 2010 berubah nama menjadi iOS, semakin tambah usia iOS
memiliki tambahan aplikasi yang bagus dan cangggih dan fitur baru yang paling populer dan berpengaruh adalah dukungan iCloud, iMessege dan Siri (Harvey et al., 2016; Vehi et al., 2019)
2.7.3 Smartphone Dalam Kontrol Glukosa Darah
Aplikasi seluler atau yang dikenal dengan smartphone untuk kesehatan khususnya kontrol glukosa darah memiliki potensi yang sangat bagus untuk mendukung kepatuhan pasien dalam melaksanakan kontrol glukosa, kemampuan apliksi tersebut harus memenuhi kebutuhan spesifikasi dan melengkapi aplikasi teknologi perawatan yang sangat berkembang. Smartphone juga dikatakan aplikasi sebagai manajemen mandiri yang berbentuk program perangkat lunak yang misalnya ponsel dan tablet yang bertujuan untuk mempromosikan atau mendukung keterampilan manajemen diri serta mengelola tanda dan gejala penyakit. Sistem yang terdapat dalam aplikasi adalah tambahan opsional ke perangkat yang berinteraksi dengan pengguna melalui set antar muka. Aplikasi kesehatan yang terdapat dalam smartphone dapat ditandai sebagai media dengan kemampuan yang luas untuk menyampaikan informasi, memberikan pengalaman interaktif, dan mengumpulkan informasi dari pasien (Kumar1 et al., 2018).
2.7.4 Konsep Dasar Penggunaan Smartphone
Aplikasi smartphone yang dikembangkan sepertinya merupakan alat yang menjanjikan untuk mendukung untuk tenaga kesehatan dan pasien diabetes tipe 2 membuat. Keefektifan intervensi eHealth berbasis DPP pada penurunan glukosa darah menjadikan sebuah penelitian rujukan untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut yang mengarah pada populasi ras dan etnis
yang beragam dengan tingkat pendidikan yang terbatas. Selanjutnya penggunaan eHealt juga harus berfokus pada cara mengoptimalkan dukungan serta perubahan perilaku. Sementara ini banyak aplikasi smartphone untuk weightloss, hanya ada sedikit penelitian terkinimengenai kemampuan dalam memfasilitasi kepatuhan terhadap kontrol glukosa darah. Beberapa studi yang dipublikasikan pada umumnya menunjukkan bahwa sistem pengiriman smartphone dikaitkan dengan kepatuhan yang lebih besar dan peningkatan berat badan dan hasilnyaharus diinterpretasikan dengan hati-hati karena masalah metodologis (Andriyanto & Hidayati, 2018).