• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PENGUJIAN MESIN PENCACAH SAMPAH ORGANIK DENGAN KAPASITAS 60 KG/JAM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam menempuh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Disusun Oleh: JERY 01301-066

TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

2007

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

PENGUJIAN MESIN PENCACAH SAMPAH ORGANIK

DENGAN KAPASITAS 60 kg/jam

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Dalam menempuh gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Tugas ini telah diperiksa dan di setujui oleh:

Pembimbing Tugas Akhir,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

PENGUJIAN MESIN PENCACAH SAMPAH ORGANIK

DENGAN KAPASITAS 60 kg/jam

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Dalam menempuh gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Tugas ini telah diperiksa dan di setujui oleh:

Ketua Jurusan, Koordinator Tugas Akhir,

(4)

LEMBAR PERYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

NAMA : JERY

NIM : 01301-066

JURUSAN : TEKNIK MESIN

FAKULTAS : TEKNOLOGI INDUSTRI

PERGURUAN TINGGI : UNIVERSITAS MERCU BUANA

Menyatakan dengan sungguh-sungguhnya dan sebenar-benarnya bahwa Tugas Akhir yang saya buat dan saya susun ini adalah hasil pemikiran serta karya saya sendiri. Tugas Akhir ini tidak dibuat oleh orang lain, duplikat baik sebagian atau keseluruhan. Kutipan-kutipannya pun hanya diambil dari referensi yang telah disebutkan sumbernya.

Jakarta, Maret 2007 Yang membuat peryataan

(5)

ABSTRAK

Sampai saat ini penggunaan pupuk kompos masih banyak yang menggunakan sampah organik sebagai media tanaman. Sebagian orang mungkin menilai sampah adalah barang yang tidak berguna atau barang yang tidak bernilai. Jika dilihat lebih jauh lagi sampah organik banyak memberikan alternatif yang baik untuk kita semua dari segi ekonomi, kemudahan dan masih banyak lagi.

Mesin pencacah sampah ini digerakan oleh motor listrik dengan daya 1119 Watt, dimana transmisi puli dan sabuk-V mengerakan poros yang secara otomatis pisau akan bergerak, karena pisau di pasang pada bagian-bagian poros yang kemudian pisau akan mencacah sampah sayur-sayuran yang ada pada cover tabung pengolahan sampah.

Dari hasil pengujian yang didapat dari hasil pengujian ini adalah, dengan kapasitas 60 kg dan waktu yang ditempuh adalah tidak lebih dari 1 jam.

(6)

DAFTAR NOTASI l Panjang (cm) m Masa (kg) n Putaran Poros (rpm) t Waktu (dtk) P Daya (Watt)

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir (TA) ini. Penyusunan Tugas Akhir dengan judul: “Pengujian Mesin Pencacah Sampah Organik Dengan Kapasitas 60 kg/Jam”. Ini adalah merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercu Buana.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ir. Yuriadi Kusuma, Msc selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri. 2. Bapak Ir. Rully Nutranta M.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin. 3. Bapak DR. Mardani Ali Sera M.Eng selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan pengarahan, bimbingan dan masukan yang sangat berarti dalam pembuatan Tugas Akhir ini.

4. Bapak Ariosuko selaku koordinator Tugas Akhir.

5. Bapak Nanang Ruhyat selaku dosen pengajar yang juga banyak memberikan masukannya.

6. Bapak Firman dan Bapak Mantri selaku Dosen Lab yang juga telah banyak memberikan masukan, dan juga memberikan tempat untuk pengerjaan Tugas akhir ini.

7. Seluruh Dosen pengajar dijurusan Teknik Mesin yang telah banyak memberikan ilmunya selama masa perkuliahan

(8)

8. Kedua orang tua, kakak-kakak dan adik tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan material kepada penulis.

9. Budi Samprna atas kerjasamanya dalam melaksanakan Tugas Akhir ini.

10. Mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2001 khususnya Jarot, Furqon, Syarif, Reza, Andreas, Donal, Nurhadi, Takur, Dawe, Otoy, Herry, Angga, Boges, Timbul, Roby, Kura, Samtari, dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu memberikan masukan dan dorongan kepada penulis.

11. Mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2000 Intel, Hega, Hendra, Nando, Lucky, Yoga, Sepno 2002.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Oleh kerena itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun demi penyempurnaan Tugas akhir ini. Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

(9)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ...i

Lembar Peryataan ...iii

Abstrak ...iv

Daftar Notasi ...v

Kata Pengantar ...vi

Daftar Isi ...viii

Daftar Gambar ...xi

Daftar Tabel ...xii

Daftar Grafik ...xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1 1.2 Tujuan Penulisan ...3 1.3 Batasan Masalah ...4 1.4 Metode Penulisan ...4 1.5 Sistematika Penulisan ...4

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sampah ...6

2.2 Jenis-jenis Sampah ...10

2.2.1 Sampah Organik ...10

(10)

2.2.3 Sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Limbah..12

2.3 Penanggulangan Sampah ...13

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Mekanisme Kerja ...15

3.2 Komponen-Komponen Utama Mesin ...17

3.2.1 Pisau ...17 3.2.2 Cover ...17 3.2.3 Poros ...18 3.2.4 Corong Pemasukan ...19 3.2.5 Corong Pengeluaran ...19 3.2.6 Saringan ...20 3.2.7 Motor Listrik ...21 3.2.8 Bantalan Luncur ...22 3.2.9 Rangka...22

3.3 Perawatan Dasar Mesin ...23

3.4 Keuntungan dan Kelemahan Mesin Pencacah...24

3.5 Prosedur Pengujian ...25

BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN 4.1 Analisa Pengujian ...26

4.1.1 Jenis Sayuran ...27

4.1.2 Kapasitas Sayuran ...27

4.1.3 Bentuk Cacahan ...28

(11)

4.1.5 Berat Kapasitas akhir ...28

4.2 Hasil Pengujian dan Analisa...29

4.3 Sampah Heterogen ...30 BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ...31 5.2 Saran ...31 DAFTAR PUSTAKA ...33 LAMPIRAN Lampiran 1 ...34 Lampiran 2 ...35 Lampiran 3 ...36 Lampiran 4 ...37 Lampiran 5 ...38 Lampiran 6 ...39 Lampiran 7 ...40

(12)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Sampah Organik ...11

2.2 Sampah anorganik ...12

2.3 Sampah Berbahaya dan Beracun (B3) ...13.

3.1 Pisau (Blade) ...17

3.2 Cover (Tabung Olah Sampah) ...18

3.3 Poros ...18 3.4 Corong Pemasukan ...19 3.5 Corong Pengeluaran ...20 3.6 Saringan ...21 3.7 Motor Listrik ...21 3.8 Bantalan Luncur ...22

(13)

DAFTAR TABEL

2.2.1 Produksi dan Volume Sampah yang Terangkut Perhari di DKI Jakarta ...8

2.2.2 Persentase Komposisi Sampah DKI Jakarta ...9

4.2.1 Kondisi Sayuran Sebelum Pengujian ...29

4.2.2 Kondisi Sayuran Sesudah Pengujian ...29

(14)

DAFTAR GRAFIK

4.2.1.1 Grafik Hasil Pengujian Sampah Sayuran ...29 4.2.1.2 Grafik Hasil Pegujian Sampah Heterogen ...30

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada lingkungan tempat kita tinggal kita tidak pernah lepas dari yang namanya sampah atau bisa disebut dengan kotoran, setiap hari ada saja sampah yang kita buang. Mungkin bagi sebagian orang selembar kertas atau sekantong limbah rumah tangga tak jadi masalah, tapi begitu sampah rumah tangga itu berkumpul dengan sampah sejenis dari banyak orang, maka persoalan akan timbul, apalagi diperkotaan seperti di Jakarta yang lahan tanahnya sangat terbatas ini. Dan faktanya menunjukan potensi penumpukan sampah terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.

Sampah adalah bahan yang tidak berguna atau tidak mempunyai nilai untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak dan bercacat dalam pembuatan manufaktur (kamus istilah lingkungan), berdasarkan asalnya sampah padat dapat digolongkan sebagai sampah organik, anorganik dan sampah bahan berbahaya dan beracun (B3).

Sampah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan seperti sayur-sayuran dan hewan yang dapat diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, atau yang lainnya. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik dan termasuk sebagai sampah organik, misalnya sampah dari sisa tepung, sayuran, kulit buah, batang atau daun pohon. Sedangkan sampah anorganik berasal dari sumber daya alam yang tak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak

(16)

terdapat di alam seperti plastik, karet, alumunium dan masih banyak lagi, sifat dari sampah ini tidak dapat diurakan oleh alam.

Tidak tersedia data berapa persisnya jumlah penumpukan sampah di Indonesia. Namun berdasarkan dari hasil perhitungan Bappenas sebagaimana tercantum dalam buku Infrastruktur Indonesia, pada tahun 1995 diperkirakan penumpukan sampah di Indonesia mencapai 22,5 juta ton, dan meningkat dua kali lipat pada tahun 2020 menjadi 53,7 juta ton.

Sebagai ilustrasi betapa besarnya penumpukan sampah yang dihasilkan, data beberapa kota besar di Indonesia dapat menjadi rujukan. Kota Jakarta setiap hari menghasilkan penumpukan sampah sebesar 6,2 ribu ton, kota Bandung sebesar 2,1 ribu ton, kota Surabaya sebesar 1,7 ribu ton, dan kota Makasar 0,8 ribu ton (Damanhuri, 2002). Jumlah tersebut membutuhkan upaya yang tidak sedikit dalam penanganannya.

Berdasarkan data tersebut diperkirakan kebutuhan lahan untuk TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di Indonesia pada tahun 1995 yaitu seluas 675 Ha, dan meningkat menjadi 1610 Ha pada tahun 2020. kondisi ini akan menjadi masalah besar dengan memperhatikan semakin terbatasnya lahan kosong khususnya di perkotaan. Salah satu contoh terkini adalah kesulitan pemerintah DKI Jakarta dalam menyediakan lahan untuk pengolahan sampah setelah TPA Bantar Gebang tidak dapat digunakan lagi. Kebutuhan lahan untuk lokasi TPA meningkat, sementara lahan kosong di daerah perkotaan semakin sedikit. Perlu dicari alternative pengolahan sampah yang tidak memerlukan lahan luas.

Karakteristik sampah perkotaan berbeda dengan sampah pedesaan secara umumnya, sampah perkotaan di Indonesia memiliki komposisi 80% sampah organik, dan selebihnya sampah non-organik.

(17)

Untuk itu maka salah satu alternatifnya adalah menggunakan mesin pencacah sampah organik. Dengan menggunakan media motor, pisau penyayat yang terbuat dari plate besi dan komponen lainnya. Mesin ini sangat berfungsi sekali untuk pengurangan sampah yang ada pada saat ini. Teknologi ini dapat menjadi salah satu alternatif yang sangat berguna sekali untuk kita semua, karena mesin ini sangat efesien digunakannya, hanya dengan memasukan sampah organik seperti sayur-sayuran di masukan kedalam cover pengolahan sampah, maka mesin ini akan menyayat sampah sayuran yang ada didalamnya cover pengolahan sampah tersebut dan dengan sendirinya sampah akan tercacah menjadi potongan-potongan yang halus sesuai dengan yang diinginkan.

Keuntungan mesin ini juga banyak sekali seperti tidak mencemari lingkungan disekitar kita, hasil dari proses pencacahan ini juga dapat di gunakan sebagai pupuk kompos untuk tanaman jika di proses lebih lanjut lagi dan juga untuk pakan ternak.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk menguji Mesin Pencacah Sampah Organik dengan Kapasitas 60 kg/jam.

1.3 Pembatasan Masalah

Pada Tugas Akhir ini, Permasalahan yang akan diketengahkan dan dibahas oleh penulis adalah tentang Pengujian Mesin Sampah Organik dengan Kapasitas 60 kg/jam Dengan mengacu pada batasan masalah sebagai berikut:

1. Menentukan Kapasitas berapa banyak sampah yang dapat di uji. 2. Menentukan hasil akhir dan waktu yang ditempuh.

(18)

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang dipakai dalam penyusunan Tugas Akhir ini dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya:

1. Metode kepustakaan, dilakukan oleh penulis guna mendukung penulisan dan mencari referensi data yang bersifat teori.

2. Metode observasi, dilakukan dengan cara pengamatan langsung tentang rancangan mesin tersebut.

3. Metode wawancara, dilakukan dengan menanyakan secara langsung kepada pihak tertentu yang paham akan kinerja mesin tersebut.

1.5 Sistematika penulisan

Untuk memudahkan proses penulisan dan pembahasan pegujian ini penulis membuat sistematika penulisan berdasarkan data yang di dapat sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan menjelaskan latar belakang penulisan, tujuan penulisan, pembatasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Berisi tentang teori dasar dari jenis-jenis sampah organik, anorganik, dan sampah berbahaya dan beracun (B3).

(19)

Pada bab ini berisi tentang mekanisme kerja mesin dan komponen-komponen yang ada pada mesin pencacah sampah organik tersebut.

BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN

Bab ini berisi tentang hasil akhir dari pengujiaan mesin pencacah sampah organik dengan kapasitas 60 kg/jam.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh hasil tugas akhir ini dan disertai saran-saran.

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sampah

Sampah adalah suatu barang atau benda yang sudah rusak, tidak dapat terpakai lagi ataupun sesuatu yang sudah dibuang oleh pemiliknya. Pada umumnya sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah basah, yaitu mencangkup 80% dari total volume sampah keseluruhan. Oleh karena itu pengelolaan sampah yang terkordinasi dengan baik sangat membantu dalam meminimasi sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir. Pada prinsipnya pengelolaan sampah haruslah dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya. Selama ini pengelolaan sampah tidak berjalan dengan efesien dan efektif, karena pengelolaan sampah bersifat terpusat.

Misalnya saja seluruh sampah dari kota Jakarta harus dibuang ditempat pembuangan akhir di daerah Bantar Gebang Bekasi, dapat dibayangkan berapa ongkos yang yang harus dikeluarkan untuk ini. Belum lagi sampah yang dibuang masih tercampur antara sampah basah dengan sampah kering. Sampah merupakan masalah besar tidak saja bagi Negara berkembang seperti Indonesia tetapi juga bagi Negara-negara maju. Selama ini kualitas sampah di Indonesia amat buruk dan tidak higinis karena tercampurnya sampah organik bersama dengan sampah anorganik, sebab sampah organik mudah membusuk dan menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga dapat merusak kualitas sampah yang lainnya. Bila sampah organik sudah dipisahkan sejak dari sumbernya maka pemanfaatan selanjutnya

(21)

akan lebih mudah sebab bila sampah tanpa sampah organik sisanya terdiri dari plastik, kertas, gelas, besi yang semuanya bisa didaur ulang sebagai bahan baku industri.

Sampah organik yang mudah membusuk yang mengakibatkan kualitas sampah menjadi buruk dan tidak sehat justru penanganannya relatif lebih mudah. Sampah organik mudah dikompos untuk tanaman dan untuk pakan ternak, bila sistem pengomposannya bagus maka dalam waktu dua minggu sudah bisa dihasilkan sebagai pupuk kompos yang bagus dan tidak berbau, penanganan sampah organik merupakan komponen-komponen terpenting dari suatu sistem penanganan sampah, vermi kompos (pengomposan dengan cacing) atau dijadikan makanan ternak untuk mengembalikan nutrisi-nutrisi yang ada pada tanah. Hal ini menjamin bahwa bahan-bahan yang bisa didaur ulang tidak terkontaminasi, yang juga merupakan kunci ekonomis dari suatu alternatif pemanfaatan sampah yang dapat menghasilkan suatu aliran material yang dapat mensupelai industri. Sebaliknya bila sampah organik di timbun dengan sampah anorganik dan zat beracun lainnya maka akan menimbulkan cairan lindi (leachate water) yang berbahaya terhadap kesehatan manusia, bila air lindi meresap kedalam tanah atau mengalir ke sungai maka akan sangat membahayakan hidup orang banyak. Tempat penimbunan sampah yang sudah ditutup selama dua puluh tahun pun tetap saja menghasilkan air lindi yang berbahaya dan beracun untuk itu pemisahan dan penanganan sampah yang benar menjadi suatu keharusan untuk kita semua, karena dampaknya membahayakan manusia dan mahluk hidup lainnya. Data statistik lingkungan hidup 1992.

(22)

Tabel 2.1.1 Produksi dan Volume Sampah yang Terangkut Perhari di DKI Jakarta

TAHUN

PERKIRAAN PRODUKSI SAMPAH PER HARI

(m3)

VOLUME SAMPAH YANG TERANGKUT PER HARI

(m3) PERSENTASE YANG TERTANGGULANGI (%) 1985 / 1986 1986 / 1987 1987 / 1988 1988 / 1989 1989 / 1990 1990 / 1991 1991 / 1992 18.000 18.694 20.150 21.234 21.671 21.894 23.706 14.506 16.055 16.452 16.769 17.331 17.874 18.997 80,59 85,88 81,65 78,97 79,97 81,64 80,14

Tabel 2.2.2 Persentase Komposisi Sampah DKI Jakarta JENIS SAMPAH 1988 / 1989 (%) 1989 / 1990 (%) 1990 / 1991 (%) 1991 / 1992 (%) Organik/ sayuran Kertas/ paper Plastik Logam

Karet/ kulit tiruan Kayu Kain Gelas/ Kaca Lain-lain 73,99 8,28 5,44 2,08 0,56 3,77 3,16 1,77 0,95 73,99 8,28 5,44 2,08 0,56 3,77 3,16 1,77 0,95 73,99 8,28 5,44 2,08 0,56 3,77 3,16 1,77 0,95 73,99 10,18 7,86 2,04 0,55 0,98 1,57 1,75 0,86

Produksi bersih (clean production) dan prinsip 4R merupakan salah satu pendekatan merancang ulang industri yang bertujuan mencari cara-cara

(23)

pengurangan produk-produk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologi. Prinsip-prinsip produksi bersih yang bisa kita terapkan dalam keseharian kita adalah:

• Reduce (mengurangi): sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang di hasilkan.

• Reuse (memakai kembali): sebisa mungkin pililah barang-barang yang bisa dipakai kembali, hindarilah pemakaiaan barang-barang disposable (sekali pakai buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.

• Recycle (mendaur ulang): sebisa mungkin barang-barang yang sudah tidak berguna lagi bisa didaur ulang, tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.

• Replace (mengganti): teliti barang yang akan kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya dapat dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.

2.2 Jenis-Jenis Sampah

Secara garis besar sampah dapat digolongkan menjadi 3 macam jenisnya diantaranya:

(24)

2.2.1 Sampah Organik

Sampah yang berasal dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lainnya. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik mudah lapuk, hancur, tidak berbentuk cairan, gas dan dapat terurai secara alamiah atau biologis oleh microorganisme dan kemudian sangat bermanfaat bagi siklus kehidupan dalam ekosistem.

Gambar 2.1 Sampah Organik Hasil Pengujian

2.2.2 Sampah Anorgaik

Sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang tidak terurai secara biologis sehingga penghancurannya membutuhkan campur tangan manusia atau sampah

(25)

yang tidak mudah membusuk. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang mudah dijual untuk dijadikan produk lainnya.

1. Barang lapuk yaitu sampah anorganik yang dapat didaur ulang kembali dalam keadaan bersih dan tidak rusak,mempunyai nilai ekonomis tinggi, contoh: logam, besi, kaleng, plastik, karet dan lain sebagainya.

2. Bukan barang lapuk yaitu sampah anorganik yang betul-betul rusak dan tidak dapat diperjual belikan sehingga tidak mempunyai nilai ekononis.

Gambar 2.2 Sampah Anorganik

2.2.3 Sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Limbah

Sampah atau limbah dari alat-alat pemeliharaan kesehatan merupakan suatu faktor penting dari sejumlah sampah yang dihasilkan, beberapa diantaranya mahal biaya penanganannya. Namun demikian tidak semua sampah medis berpotensi menular dan berbahaya. Sejumlah sampah yang dihasilkan oleh

(26)

fasilitas-fasilitas medis hampir serupa dengan sampah domestik atau sampah kota pada umumnya. Pemilahan sampah di sumber merupakan hal yang paling tepat dilakukan agar potensi penularan penyakit dan berbahaya dari sampah yang umum. Banyak jenis sampah yang berbahaya, termasuk obat-obatan, yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan seperti mercuri dan lainnya. Hasil buangan dari industri juga sangat berbahaya untuk hidup orang banyak, biasanya sampah yang dibuang oleh industri adalah sampah yang berbentuk cairan atau biasa disebut dengan limbah sampah ini sangat berbahaya dan beracun, sampah ini sangat berbahaya sekali jika tidak di tangani dengan khusus. Untuk menetralisir akibat pencemaran, sampah ini harus dipisahkan dengan sampah yang lainnya sehingga proses daur ulang dapat lebih cepat dan menghasilkan produk yang bebas dari bahan yang berbahaya seperti kaca dan gelas, sisa bahan kimia, baterai, obat nyamuk dan lain sebagainya.

(27)

2.3 Penaggulangan Sampah

Mesin pencacah sampah (MPS) ini dapat bertahan lama dalam pengoperasiannya, asalkan perawatan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana mestinya. Mesin ini mampu digunakan untuk menghancurkan sampah organik dari berbagai ukuran menjadi hanya sekitar 2,5 cm hingga 3 cm hasil potongannya. MPS berfungsi sebagai alat untuk mengolaha sampah organik. Difungsikan untuk mencacah sampah organik, mesin pencacah sampah ini berjalan dengan menggunakan motor listrik yang putarannya mencapai 1400 rpm

Maka dengan adanya mesin pencacah sampah organik ini akan lebih bermanfaat untuk kita semua. Selain bisa memperkecil jumlah sampah yang ada di Jakarta, mesin ini juga sangat membantu dalam program penghijauan karena sampah yang sudah dicacah bisa menjadi kompos bila di proses lebih lanjut lagi, juga bisa untuk pakan ternak dan lain sebagainya.

(28)

BAB III

METODOLOGI PENGUJIAN

3.1 Mekanisme Kerja

Mesin pencacah sampah organik ini di gerakan oleh motor listrik dengan daya 1119 Watt, dimana transmisi puli dan sabuk-V menggerakan poros yang secara otomatis pisau akan bergerak, karena pisaunya ditempel pada sisi poros itu sendiri, dari poros inilah yang menghasilkan gerakan impak yang kemudian difungsikan untuk menghancurkan sampah-sampah organik itu sendiri.

Adapun secara garis besar cara pengoprasian mesin ini sangat mudah, untuk menghasilkan cacahan-cacahan sampah organik adalah sebagai berikut: 1. Siapkan sampah organik yang sudah kita pilih-pilih terlebih dahulu, dan di

tempatkan pada bagian yang paling terjangkau untuk diambil oleh operator. 2. Ambil sampah organik tersebut yang sudah ditempatkan pada suatu wadah,

yang kemudian dituangkan kedalam corong pemasukan.

3. Dengan perlahan sampah organik yang telah masuk akan tercacah oleh pisau yang bergerak didalam mesin itu sendiri.

4. Setelah sampah organik sudah menjadi cacahan sampah yang halus, maka kita harus memberikan suatu wadah pada bagian corong keluaran agar air yang terdapat pada sampah organik tersebut tidak menyebar luas pada permukaan tanah sebab jika tetrcecer pada tanah atau lantai maka akan menimbulkan bau yang tidak sedap pada tempat sekitar pengoprasian mesin tersebut.

(29)

Untuk lebih meringankan tugas operator biasanya digunakan tombol ON untuk memulai start pada mesin yang dijalankan. Sebelum mesin dihidupkan mesin terlebih dahulu diperiksa kelengkapan komponen-komponennya, apakah mesin layak untuk dijalankan.

Sewaktu mesin bekerja menghancurkan sampah organik (sayur-sayuran), seperti daun sawi, kole, atau daun chausin, jangan sekaligus dimasukan kedalam corong pemasukan, karena hal itu dapat menyebabkan terganggunya proses penghancuran sampah sayuran itu sendiri, yang akan mengakibatkan macetnya sistem penghancuran pada pisau atau biasa sering disebut slip pada pisau.

Jika terjadi slip, matikan mesin terlebih dahulu untuk mengambil sisa serpihan daun yang menggumpal pada bagian pisau pemotong itu sendiri. Jangan mengambil potong-potongan daun pada saat mesin sedang bekerja, karena dapat membahayakan untuk kita atau rusaknya alat penghancur sampah ini sendiri.

3.2 Komponen-Komponen Utama Mesin

3.2.1 Pisau (Blade)

Berfungsi untuk mencacah atau menghancurkan daun atau sayur-sayuran, maka dibutuhkan sebuah alat potong yang ujungnya memiliki luas penampang yang cukup lebar, panjang dan tajam.

Pisau berbentuk seperti pisau dapur pada umumnya. Hanya saja ada perbedaannya sedikit, ujung mata pisaunya juga tajam berfungsi sebagai penghancur daun atau sayur sayuran. Pisau yang menempel pada poros yang

(30)

gerakannya berputar, dan ditransmisikan oleh puli. Jumlah pisau yang menempel pada poros sebanyak 57 buah, dan pisau diam yang menempel pada behel

sebanyak 57 buah, kedua pisau ini fungsinya sama untuk memotong daun atau sayur-sayuran, dan jarak antara masing-masing pisau sebanyak 3cm.

Gambar 3.2.1 Pisau (blade)

3.2.2 Cover (Tabung Olah Sampah)

Cover atau wadah untuk penampungan sampah ini berfungsi untuk melindungi pisau yang terdapat pada poros, pada waktu mesin bekerja. Sampah daun atau sayur-sayuran yang dimasukan kedalam corong pemasukan, serpih-serpihan daun atau sayur-sayuran tidak terlempar kemana-mana.

Cover ini berfungsi sebagai tempat dimana sampah akan dicacah, cover juga sebagai pengaman dari operator agar tidak terkena dari serpihan daun atau sayur-sayuran secara langsung pada saat mesin sedang bekerja. Bentuk cover ini seperti tong atau pipa. Cover ini tebuat dari besi campur (Fe).

(31)

Gambar 3.2.2 Cover

3.2.3 Poros

Poros terletak didalam cover, yang mempunyai fungsi untuk memutar pisau. Poros ini mendapat daya langsung dari satu buah puli yang digerakan oleh motor listrik melalui sabuk-V.

Gambar 3.2.3 Poros

3.2.4 Corong Pemasukan

Corong pemasukan terbuat dari besi campur (Fe) yang berfungsi untuk mengatur dan memasukan daun atau sayur-sayuran ke dalam tempat pengolahan. Corong pemasukan ini terletak di salah satu ujung poros pisau, yang akan

memudahkan daun atau sayur-sayuran dapat lansung jatuh kemesin pengolahan. Corong ini memudahkan operator untuk memasukan daun atau sayur-sayuran

(32)

Gambar 3.2.4 Corong Pemasukan

3.2.5 Corong pengeluaran

Corong pengeluaran terbuat dari besi campur (Fe) yang mempunyai fungsi untuk mengatur atau sebagai jalan keluarnya hasil dari pengolahan daun atau sayur-sayuran yang telah tercacah oleh pisau yang ada didalam mesin itu sendiri, dan secara otomatis sampah atau sayuran yang sudah tercacah akan keluar langsung pada corong pengeluaran ini, karena corong ini posisinya menurun dari corong ujung pemasukan.

(33)

Gambar 3.2.5 Corong Pengeluaran

3.2.6 Saringan

Behel berfungsi sebagai penahan sampah daun atau sayur-sayuran yang berada didalam tempat pengolahan, jika daun atau sayur-sayuran yang telah tercacah oleh pisau menjadi halus maka sampah daun atau sayur-sayuran itu akan jatuh ke tempat corong pengeluaran, jika masih belum halus tercacah maka

sampah itu akan tetap berada di atas behel tersebut, dan akan terus menerus diolah sampah-sampah itu tersebut menjadi halus yang akan kemudian terjatuh ketempat corong pengeluaran. Behel ini terbuat dari besi cor dengan ukuran 8mm.

(34)

Gambar 3.2.6 Behel (Saringan)

3.2.7 Motor Listrik

Motor listrik ini berfungsi untuk menggerakan poros pisau yang melalui puli dan sabuk-V sehingga dapat menghancurkan atau mencacah sampah daun atau sayur-sayuran. Disini juga dijelaskan dimana putaran motornya mencapai 1400 rpm.

(35)

3.2.8 Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang menempu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan umur pakainya akan panjang. Komponen ini disebut bantalan karena fungsi utamanya adalah bantalan untuk poros yang berputar bersama-sama dengan komponen mesin yang berputar. Selain itu fungsinya adalah untuk mengurangi guncangan yang terlalu besar.

Gambar 3.2.8 Bantalan Luncur

3.2.9 Rangka

Rangka pada perancangan mesin ini berfungsi sebagai penopang dari komponen-komponen utama yang terdapat pada mesin pencacah sampah organik ini. Rangka pada mesin ini terbuat dari besi siku yang ringan dan kuat. Maka rangka pada mesin ini didesain sesederhana mungkin, sehingga material yang digunakan seminimal mungkin namun tentunya tidak mengurangi kekuatan dan kelebihan lainnya, jenis material yang dipakai untuk pembuatan rangkaiaan ini: Siku 4 x 4 cm, dengan tebal plat 2mm. adapun perakitannya dengan sistem pengelasan.

(36)

3.3 Perawatan dasar Mesin

Perawatan pada mesin pencacah sampah organik ini sangatlah mudah, dikarenakan tenaga yang dipakai dalam mesin ini berasal dari motor listrik 1119 Watt.

Perawatan dasar mesin ini antara lain adalah:

1. Bersihkan mesin dari sisa-sisa serpihan atau potongan-potongan daun dan sayur-sayuran yang menempel pada bagian dalam setelah mesin habis

beroperasi, dan tidak lupa pula mesin disemprotkan dengan air agar potongan daun dan sayuran yang tersisa dapat jatuh ke corong pembuanggan.

2. Sebaiknya mesin dibersihkan setiap hari, untuk menjaga kelangsungan umur mesin agar lebih lama.

3. Untuk pemakaiaan yang lama sebaiknya setiap 2 jam sekali mesin diistirahatkan selama 10 sampai 15 menit.

4. Pada komponen-komponen besi, terutama pada komponen geraknya seperti poros dan dan bearingnya harus sering-sering sekali diberikan oli atau gemuk secukupnya.

5. Tempat menaruh mesin ditempat yang terhindar dari basah atau hujan, karena dapat menyebabkan mesin dapat berkarat ataupun mengalami kerusakan lainnya.

6. Untuk menghindari rangka mesin dari karat, sebaiknya rangka mesin dicat setahun sekali untuk menghindari dari karat.

(37)

3.4 Keuntungan dan Kelemahan Mesin Pencacah

Pada umumnya setiap hasil pengujian dari suatu mesin mempunyai beberapa keuntungan dan kelemahan. Pada pengujian mesin pencacah sampah organik dengan tenaga motor listrik ini juga mempunyai beberapa keuntungan tersendiri dalam pengujian.

Umumnya keuntungan dan kelemahan itu sendiri dapat dilihat dari segi kontruksi, biaya, perawatan serta kemudahan dalam memindahkan mesin.

Keuntungannya antara lain:

1. Konstruksi mesin lebih sederhana dibandingkan dengan mesin yang memakai tenaga motor diesel atau bensin.

2. Biaya pembuatan dan perancangan mudah karena komponen-komponen intinya mudah didapat.

3. Perawatan mesin secara berkala sangatlah mudah karena memakai motor listrik.

4. Dapat dioperasikan dengan satu operator.

5. Mesin dapat dipindahkan kemana saja dengan mudah.

6. Ramah terhadap lingkungan dan polusi yang ditimbulkan tidak terlalu berbahaya.

Kelemahannya antara lain:

1. Dengan model yang sederhana produksi tidak dapat dilakukan dalam jumlah yang sangat banyak.

2. Tidak bisa memuat langsung dengan jumlah yang sangat besar, karena akan terjadi slip pada mesin.

(38)

3.5 Prosedur Pengujian

3.2.9 Flowhart Prosedur Pengujian Mulai • Bahan • Kapasitas • Putaran mesin • Waktu • Berat akhir • Kadar air Bentuk cacahan sesuai ukuran yang diinginkan ?

Hasil cacahan sesuai ukuran

Selesai

(39)

BAB IV

ANALISA HASIL PENGUJIAN

Pada sistem pengujian mesin pencacah sampah organik ini, sayuran yang berupa sampah organik merupakan sampah penyumbang terbesar, hal in dikarenakan dengan supelai sampah yang berasal dari pasar tradisonal dan rumah tangga. Untuk itu harus dikelola dengan sebaik-baiknya dan benar. Sampah organik dapat diolah untuk pengomposan tanaman jika diproses lebih lanjut lagi dan juga pakan ternak Untuk mendapat hal tersebut, maka perlu dicacah terlebih dahulu. Dengan pencacahan ini diharapkan kadar air dapat berkurang. Dengan berkurang kadar air maka dapat dijadikan sebagai pakan ternak yang tidak cepat busuk dan dapat diolah menjadi kompos untuk pupuk bagi tanaman selanjutnya.

4.1 Analisa Pengujian

Untuk mendapatkan sebuah hasil yang baik dengan pencacahan sampah organik ini diperlukan langkah-langkah yang dapat diambil, langkah ini diambil mengetahui seberapa besar hasil yang dihasilkan dari mesin pencacah organik ini.

Langkah-langkah yang dapat diambil diantaranya ialah: 1. Jenis sayuran

2. Kapasitas Sayuran 3. Bentuk cacahan 4. Waktu Pencacahan

(40)

4.1.1 Jenis Sayuran

Setiap sampah organik mempunyai serat yang berbeda-beda. Dengan serat yang berbeda-beda ini maka diperlukan mata pisau yang dapat mencacah sayuran organik dengan baik. Ketajaman mata pisau dan kecepatan putar merupakan hasil hal yang penting untuk diperlukan.

Pada pengujian ini digunakan sampah organik sayuran seperti sawi, kole, dan chausin. Sayuran sawi diuji karena mempunyai serat baik dan mengandung air yang sangat besar. Sedangkan kole mempunyai jenis sayuran yang tidak mempunyai kandungan air yang besar dan getas. Chausin memiliki serat dan kandungan air yang cukup.

4.1.2 Kapasitas Sayuran

Kapasitas daya yang dihasilkan tergantung pada daya tampung, pemakanan dan penyaringan yang terjadi. Penyaringan ini digunakan untuk mengukur seberapa besar cacahan sayuran yang akan dihasilkan pada pengujian ini.

4.1.3 Bentuk Cacahan

Bentuk cacahan didapat dari potongan pisau dinamis, stasioner dan besar saringan. Besarnya saringan, menentukan ukuran maksimal cacahan yang didapat, rapatnya mata pisau dinamis dan stasioner juga berpengaruh pada cacahan sampah sayuran yang akan dicacah.

(41)

Waktu pencacahan yang digunakan dalam pengujian seberapa waktu yang diperlukan banyaknya untuk mendapatkan hasil yang diingikan. Hasil yang tidak dinginkan balik diproses kembali pada mesin pencacah tersebut.

4.1.5 Berat kapasitas akhir

Berat kapasitas akhir pada sayuran perlu diperhatikan seberapa besar kadar air yang terbuang dari sampah organik ini. Sehingga didapat sebuah sampah organik yang mempunyai kadar air yang rendah.

4.2 Analisa Hasil Pengujian

Analisa pengujian di sini adalah, menguji mesin pencacah sampah dengan sampah jenis-jenis yang berbeda agar bisa dilihat perbedaan hasil sampah yang satu dengan yang lain. Pada pengujian disini adalah mencangkup sampah sayur-sayuran saja, dikarenakan agar bias membuat perbandingan dari hasil pengujian ini.

Sebelum pengujian akan dilakukan beberapa tahap yang harus dilakukan terlebih dahulu diantaranya adalah:

1. Jenis sampah sayuran yang akan diuji 2. Berapa banyak beratnya (kg)

3. Panjang ukuran rata-rata

Sesudah pengujian akan dilakukan beberapa tahap yang harus dilakukan terlebih dahulu diantaranya adalah:

1. Berapa berat sampah sayuran setelah pengujian

(42)

3. Kadar air yang tebuang pada saat pengujian 4. Panjang potongan sampah sayuran

Tabel 4.2.1 Kondisi Sayuran Sebelum Pengujian

No Jenis Sampah Sayuran Sebelum Pengujian Panjang

1 Daun Sawi 15 kg 20 cm

2 Daun Chausin 15 kg 30 cm

3 Daun Kole 15 kg 24 cm

Pada pengujian yang akan dilakukan pada jenis-jenis sampah sayuran ini adalah untuk menentukan berapa hasil waktu maksimal yang akan di dapat pada hasil pengujian ini dan juga menentukan hasil ukuran cacahan atau potongan pada sampah sayuran ini.

Jika waktu yang ditentukan relatife lebih cepat dan panjang potongan tidak terlalu panjang maka sampah sayuran itulah yang sangat baik karena tidak banyak waktu yang dikeluarkan untuk mengeluarkan sampahnya dari tabung olah sampah tersebut dalam proses pencacahan tersebut.

Tabel 4.2.2 Kondisi Sayuran Sesudah Pengujian.

No Jenis Sampah Sebelum Pengujian (kg) Sesudah Pengujian (kg) Kadar Air (kg) Panjang Potongan (cm) Waktu (mnt) 1 Daun Sawi 15 13 2 2,8 14,30 2 Daun Chausin 15 13 2 2,6 13,26 3 Daun Kole 15 14 1 3,3 10,15

(43)

Berdasarkan tabel pengujian daun kole mempunyai hasil yang lebih baik karena mempunyai potongan yang lebih kecil dan sisa sampah yang kecil pula dan mempunyai kadar air kecil. Waktu yang diperlukan relative lebih cepat. Hal ini dikarenakan sifat kole yang lebih getas dan tidak mempunyai serabut yang banyak jika dibandingkan sayuran yang lain. Pada kole lebih efesien daya yang digunakan, karena waktu pencacahan yang lebih cepat. Lain dengan hasil pengujian sayuran yang lain sawi dan chausin memiliki kadar air yang banyak, dan kedua-duanya juga memiliki waktu yang relatif lama, dikarenakan daun sawi dan chausin daunnya lebih banyak sarat lain dengan kole yang lebih banyak memiliki batang. Untuk lebih jelasnya hasil pencacahan bisa dilihat pada grafik dibawah ini.

Grafik Hasil Pengujian

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Daun kole Daun Sawi Daun Chausin

Jenis Sampah Be ra t berat awal Sesudah Pengujian (kg) Kadar air (kg)

(44)

Ukuran dari sebuah hasil potongan rata terbesar beukuran 2,5 cm x 2,5 cm hal ini dikarenakan saringan yang berukuran 3 x 3 cm. Karena unsur lubang dan kecepatan putaran mesin pencacah.

Dengan kapasitas yang didapat dari hasil diatas adalah 15 kg dengan tidak kurang waktu kurang dari 15 menit. Jika dengan manual maka waktu yang ditempuh pasti lebih besar dari hasil pengujian tersebut.

4.3 Sampah Heterogen

Sampah Heterogen, sampah ini biasanya secara acak tercampur dengan macam-macam jenisnya, namun sampah ini masih tetap bagian dari sampah organik, dalam pengujian sampah heterogen di sini masih menggunakan mesin pencacah tersebut. Maka disini bisa dilihat perbandingannya antara sampah heterogen dengan jenis sampah sayuran yang sebelumnya telah diuji.

Tabel 4.2.3 Kondisi Sampah Heterogen Sesudah Pengujian.

Jenis Sampah Sebelum Penujian Sesudah Pengujian Kadar air Panjang Potongan Waktu (mnt) Heterogen 60 54 6 2,5 58,20

Hasilnya tidak jauh berbeda dengan sampah sayuran yang telah diuji, namun jika sampah heterogen banyak bercampur dengan batang-batang pohon maka mesin pencacah sampah ini tidak bisa dioperasikan, dikarenakan mesin pencacah sampah ini menggunakan motor yang tidak terlalu besar putarannya mesinnya.

(45)

Jika motor listik ini menggunakan daya yang lebih besar bisa tidak menutup kemungkinan motor ini bisa berjalan dengan baik.

Grafik hasil pengujian sampah heterogen

0

10

20

30

40

50

60

70

Heterogen

be

ra

t

berat awal sesudah pengujian kadar air

(46)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari analisa pengujiaan yang telah dilakukan pada mesin pencacah sampah organik ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bentuk corong pengeluaran sangat mempengaruhi laju aliran sampah yang

sudah tercacah yang akan keluar dari mesin.

2. Kemiringan dan ketajaman pisau (blade) juga sangat mempengaruhi hasil potongan sampah yang akan dicacah pada mesin pencacah ini.

3. Dari ketiga jenis sayuran ini daun kole lebih baik karena mempunyai potongan yang lebih kecil, sisa sampah yang lebih kecil pula, mempunyai kadar air lebih sedikit, dan waktu yang diperlukan juga relative lebih cepat dibandingkan dengan jenis sayuran yang lainnya.

4. Dalam pengujian sampah heterogen (organik) ini waktu yang ditempuh adalah 1 jam bisa mencacah sampah dengan berat 60 kg sampai halus

5.2 Saran

1. Untuk mengoptimalkan hasil pengujiaan ini diperlukan pengujiaan berulang-ulang, dan agar dapat menghasilkan cacahan sampah yang sesuai maka sampah dipilah-pilah dulu agar sampah organik tidak tercampur dengan sampah

anorganik.

2 Bentuk saringan juga harus diperhatikan karena sangat mempengaruhi jatuhnya sampah tersebut ke corong pengeluaran.

(47)

3. Perlu dilakukan pengujian untuk jenis sampah-sampah organik jenis lainnya agar bisa membandingkan dengan sampah yang sudah diuji sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djajadiningrat Surna T. Membangun Tanpa Merusak Lingkungan. Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta. 1992.

2. Rahman. Susanto. Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. 2002.

3. Sularso.Kiyatsu Yoga. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Bahan Elemen Mesin. Cetakan Ke-IV.Paradya. Paramitha. Jakarta.1985.

4.Shigley, Joseph Edward dan Charles R. Mischke. Mechanical Engineering. Edisi kelima. Mc. Graw Hill, Inc. 1989.

(48)

Catatan Keterangan : Tugas Akhir A4 3 Jml. Bahan Besi Siku 4 x 4

: DR. Mardani Alisera, M.Eng

: 01301 - 066 : J e r y Digambar Diperiksa NIM Kerangka No 1

Nama Bagian Mesin

: 1 : 5 : mm Satuan Tanggal Skala

FTI - UMB Mesin Pencacah Sampah Organik

: 28-05-2007

2 Motor Listrik 1

3 Pulley Motor Alumunium

4 Pulley Poros Alumunium

5 Bantalan Luncur

6 Poros Besi Putih

7 Pisau Diam

8 Pisau Gerak

9 Corong Masuk

10 Corong Keluar

11 Tabung Olah Sampah Plat Besi

12 Sabuk - V 1

13 Baut Set Baja Liat

14 Saringan Sampah Besi Rel

Plat Besi Plat Besi Plat Besi Plat Besi 1 1 2 1 4 -Lampiran 1

(49)

Lampiran 2

(50)

Lampiran 3

(51)

Lampiran 4

(52)

Lampiran 5

(53)
(54)

Gambar

Tabel 2.1.1 Produksi dan Volume Sampah yang Terangkut Perhari di DKI Jakarta
Gambar 2.1 Sampah Organik Hasil Pengujian
Gambar 2.2 Sampah Anorganik
Gambar 2.3 Sampah Berbahaya dan Beracun (B3)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari hari ke-1 hingga ke-5 fermentasi peningkatan jumlah konsumsi gula mulai terlihat, hal ini sejalan dengan etanol yang dihasilkan, peran NPK sebagai

Permasalahan yang ditemui pada proses pembelajaran penjaskes yaitu: 1) guru hanya bisa mengajarkan teori pencak silat, 2) belum ada media pendukung, 3) hasil

Strategi yang tepat digunakan dalam kuadran ini adalah strategi intensive (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integrative (integrasi

Dari pembagian keuntungan yang sudah disepakati kedu belah pihak yaitu katika kesepakatan di awal mengatakan bahwa dari babon yang dibeli dalam keadaan babon yang bobot atau

SERTIK FELDA KG... KIOL

Apakah di lingkungan tempat tinggal anda pernah diadakan pen(uluhan tentang p"la makanan (ang sehat -.. Apakah menurut anda bertukar pikiran/berdiskusi dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung buah mengkudu sampai level 3% tidak berpengaruh, nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum, pertambahan berat

Dalam proses ini akan memudahkan dalam merencanakan pemrosesan bahan baku ke bagian produksi, mengetahui jumlah kebutuhan bahan baku yang akan digunakan dalam melakukan